Tatalaksana Nyeri Akut Di Ugd

download Tatalaksana Nyeri Akut Di Ugd

of 6

Transcript of Tatalaksana Nyeri Akut Di Ugd

ARTIKEL

PENATALAKSANAAN NYERI DI INSTALASI GAWAT DARURATDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh : Risda Iskandar Tito Murino Tia Novia II C

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR AKADEMI KEPERAWATAN 2012

PENATALAKSANAAN NYERI DI IGD

A. Penatalaksanaan Nyeri di IGD Mengobati nyeri dan penderitaan seharusnya menjadi prioritas semua klinisi. Nyeri adalah keluhan pasien yang banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari, data di Amerika Serikat menyebutkan setidaknya ada 100 juta pasien yang menjalani tindakan operasi, lebih dari 80 % dari pasien tersebut mengalami nyeri pasca operasi. Sekitar 70 % pasien datang ke unit gawat darurat rumah sakit (UGD) dikarenakan nyeri, dan dokter UGD cenderung memberikan underuse pain medication. Sebuah review artikel

menggambarkan bahwa pasien bayi dan anak-anak mendapat terapi analgetik post operatif yang inadekuat dibandingkan pasien dewasa. Beberapa pasien yang mengalami nyeri yang berat ternyata hanya mendapatkan terapi obat penghilang nyeri yang ditujukan untuk nyeri yang ringan-sedang sehingga pasien tetap merasa tidak nyaman karena nyeri. Dalam penatalaksanaan nyeri, WHO menganjurkan tiga langkah bertahap dalam penggunaan analgesik. Langkah 1 : Digunakan untuk nyeri ringan dan sedang seperti obat golongan nonopioid seperti aspirin, asetaminofen, atau AINS, obat ini diberikan tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri masih menetap atau meningkat,

Langkah 2

: Ditambah opioid, untuk non opioid diberikan dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri terus menerus atau intensif, langkah 3 meningkatkan dosis potensi opioid atau dosisnya sementara dilanjutkan non opioid dan obat tambahan lain. Dosis tambahan yang onsetnya cepat dan durasinya pendek digunakan untuk nyeri yang menyerang tiba-tiba. VAS nyeri 1-3 disebut nyeri ringan, 4-7 disebut nyeri sedang, dan di atas 7 dianggap nyeri hebat.3

Penatalaksanaan nyeri saat ini penting diketahui karena problem nyeri saat ini telah menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama di wilayah AsiaPasifik. Namun, kata Agus Heru, penyakit itu sering diabaikan karena kurangnya pemahaman masyarakat umum, pembuat kebijakan kesehatan, dan kalangan pekerja kesehatan profesional. Data Badan Kesehatan Dunia menunjukkan, nyeri kronis saat ini telah menyerang satu dari lima orang dewasa di seluruh dunia. Penyakit itu diprediksi akan menjadi masalah kesehatan yang paling kritis di wilayah AsiaPasifik, seiring dengan populasi yang menua,. Nyeri terbagi dalam dua jenis, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi karena benturan dan biasanya sembuh dalam waktu pendek. Sedangkan nyeri kronis disebabkan adanya gangguan saraf dan waktunya yang lebih panjang. Pengobatan untuk nyeri kronis berbeda dengan nyeri akut. Jika pengobatan yang tidak tepat, pengobatan nyeri akan berlangsung berlarutlarut. Tetapi lewat penatalaksanaan nyeri, petugas kesehatan bisa tahu lebih cepat, pengobatan nyeri seperti apa yang dibutuhkan pasiennya. Nyeri akut lama-kelamaan bisa menjadi nyeri kronis jika tidak ditangani tepat. Sebab, nyeri itu tidak lagi menjadi gejala, tetapi sudah menjadi gangguan kesehatan yang spesifik. Kondisi semacam ini masih terjadi. Akibat pengobatan yang tidak tepat, nyeri akut pun menjalar menjadi nyeri kronis yang memengaruhi kualitas kesehatan penderitanya,

Beberapa dampak yang biasa terjadi pada penderita nyeri kronis, antara lain, rasa frustrasi akibat rasa nyeri yang tak kunjung hilang, gangguan tidur. | Suryati Fakta-fakta ini menandakan tatalaksana nyeri belum dilaksanakan secara efektif. Talakaksana nyeri yang efektif harus melibatkan pasien dan keluarganya, dokter, perawat dan semua pihak yang terlibat. Peran klinisi disini sangat signifikan sehingga dokter perlu mengingat bahkan freedom from pain adalah salah satu hak dari pasien. Dalam pada itu, periode tahun 2010-2011, dicanangkan oleh The International Association for the Study of Pain (IASP) sebagai Global Year Againt Acute Pain. IASP mendefinisikan nyeri sebagai bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukan kerusakan jaringan. Terhadap batasan tersebut maka dapat diasumsikan bahwa pertama, persepsi nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan pengalaman emosional menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain with nociception). Keadaan nyeri seperti ini disebut nyeri akut. Kedua, perasaan yang sama dapat juga terjadi tanpa disertai kerusakan jaringan yang nyata ( pain without nociception). Keadaan nyeri seperti ini disebut nyeri kronik. Nyeri, selain menimbulkan penderitaan, juga berfungsi sebagai mekanisme proteksi, pertahanan dan penuntun diagnostic. Nyeri disebut berfungsi sebagai mekanisme proteksi , karena dengan adanya sensasi nyeri memungkinkan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu trauma atau penyebab nyeri sehingga ia dapat menghindari terjadinya kerusakan jaringan lebih lanjut. Sebagai mekanisme pertahanan tubuh, memungkinkan untuk immobilisasi organ tubuh yang mengalami peradangan atau patah sehingga sensasi nyeri yang dirasakan akan mereda dan bisa mempercepat proses penyembuhan. Nyeri juga dapat menjadi penuntun diagnostic, karena dengan adanya nyeri pada region tubuh tertentu, proses penyakit atau kelainan yang terjadi pada seorang pasien dapat diketahui. Contohnya, seorang pasien yang mengalami nyeri di perut kanan bawah maka kemungkinan pasien tersebut

menderita radang usus buntu (appendicitis), seorang ibu hamil 3 bulan dan mengalami nyeri yang amat sakit pada perutnya maka kemungkinan merupakan tanda kehamilan ektopik terganggu. Sehingga tepat kiranya pepatah pain is fifth vital sign. Nyeri dirasakan bila ada informasi yang masuk ke otak yang berasal dari : 1) adanya rangsangan pada nosiseptor (disebut juga physiologic atau nociceptive pain) misalnya pukulan ringan,digigit nyamuk 2) adanya kerusakan jaringan misalnya kulit,otot, tulang ataupun jaringan visceral yang disebut inflammatory pain contohnya rematik, luka jaringan karena trauma seperti tertusuk jaum, tersayat pisau, 3) adanya kerusakan/lesi jaringan saraf atau penyakit yang mempengaruhi jaringan saraf yang disebut juga dengan neuropathic pain, misalnya pada penderita dompo (herpes zoster), neuropati diabetes mellitus, nyeri pascastroke, 4) adanya gangguan fungsi system saraf dimana dalam pemeriksaan medic yang lengkap tidak ditemukan adanya sumber penyakit , yang disebut psychogenis/ functional pain. Nyeri inflamasi sering diklasifikasikan dengan nyeri akut karena nosisepsi (acute pain as nociceptive), yang menunjukkan adanya jaringan yang mengalami peradangan. Bila merujuk pada mekanisme yang mendasari seperti tersebut,maka nyeri juga bisa bersifat campuran (mixed pain) , untuk lebih jelasnya lihatlah bagan di bawah ini. Persepsi nyeri dipengaruhi oleh banyak factor, seperti kondisi personality manusia, latar belakang budaya, lingkungan yang asing maupun ketakutan. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam penilaian nyeri, baik pasien yang datang di UGD, sedang dirawat di bangsal perawatan biasa maupun unit perawatan intensif (intensive care unit; ICU). Dokter harus amat jeli dalam menilai berat ringannya nyeri yang dirasakan oleh pasien yang mengalami sakit akut karena pasien mungkin mengalami ketakutan dengan penyakitnya atau gaduh gelisah . Maka ketepatan penilaian berat ringannya nyeri, diagnosis penyakit pasien, kondisi klinis pasien maupun factor-faktor social budaya mempengaruhi pemilihan modalitas tatalaksana nyeri yang akan dipilih.

Referensi The International Association for the Study of Pain (IASP).Why acute pain ?in Global Year Againt Acute Pain Statement.www.iasp-pain.com, downloaded Mei 7, 2011. Chong CA, Burchett KR. Pain management in critical pain. British Journal of Anaesthesia 2003; 3(6):183-186. Berde CB, Sethna NF. Analgesics for the treatment of pain in children. N Engl J Med 2002; 347 (14):1094-1103. Mangku G, Senapathi TGA. Penatalaksanaan nyeri dalam Ilmu anestesia dan reanimasi. Indeks ,Jakarta 2010:217-218. Meliala L. Update on neuropathic pain management, a presentation on update in emergency seminar. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta;2010.