Tatalaksana Kasus 1 OGR

3
Tatalaksana 1. Sikap terhadap penyakit Non Medikamentosa o Segera rawat inap dan melakukan tirah baring ke satu sisi Pasien dirawat inap untuk dilakukan observasi lebih lanjut, dan ditakutkan akan terjadi perburukan kondisi pasien. Guna dari tirah baring ke satu sisi adalah agar penghilangan tekanan Rahim pada v cava inferior, sehingga akan meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung yang membantu perbaikan kondisi dari janin yang dikandung. o Pengelolaan cairan pasien Pada penderita preeklampsia nberat, sangat mudah terjadi resiko menderita edema paru dan oliguria. Dua keadaan ini diakibatkan terjadinya hipovolemia, vasopasme, maupun kerusakan sel endotel. Oleh karena itu, input dan output cairan sangat penting untuk diperhatikan. Pengukuran secara tepat harus dilakukan. o Dipasang Foley Catheter Untuk mengukur pengeluaran urin. Jadi kita bisa mengetahui pakah pasien ini mengalami oliguria atau tidak. Oliguria terjadi bila produksi urin , 30cc/jam dalam 2-3 jam. o Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak , dan garam. o Rujuk ke dokter spesialis obgyn utnuk masalah kehamilannya dan anak untuk perawatan pasca partus. Medikamentosa

description

Tatalaksana kasus 1 OGR

Transcript of Tatalaksana Kasus 1 OGR

Page 1: Tatalaksana Kasus 1 OGR

Tatalaksana

1. Sikap terhadap penyakit Non Medikamentosa

o Segera rawat inap dan melakukan tirah baring ke satu sisi

Pasien dirawat inap untuk dilakukan observasi lebih lanjut, dan ditakutkan akan terjadi perburukan kondisi pasien. Guna dari tirah baring ke satu sisi adalah agar penghilangan tekanan Rahim pada v cava inferior, sehingga akan meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung yang membantu perbaikan kondisi dari janin yang dikandung.

o Pengelolaan cairan pasien

Pada penderita preeklampsia nberat, sangat mudah terjadi resiko menderita edema paru dan oliguria. Dua keadaan ini diakibatkan terjadinya hipovolemia, vasopasme, maupun kerusakan sel endotel. Oleh karena itu, input dan output cairan sangat penting untuk diperhatikan. Pengukuran secara tepat harus dilakukan.

o Dipasang Foley Catheter

Untuk mengukur pengeluaran urin. Jadi kita bisa mengetahui pakah pasien ini mengalami oliguria atau tidak. Oliguria terjadi bila produksi urin , 30cc/jam dalam 2-3 jam.

o Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak , dan garam.o Rujuk ke dokter spesialis obgyn utnuk masalah kehamilannya dan anak untuk

perawatan pasca partus.

Medikamentosao MgSO4, diberikan bila terjadi kejang pada si ibu. Dosisnya dalah, 4 gram

intravena (40% dalam 10 cc) selama 15 menit. Bila terjadi refrakter pada MgSO4, aka dapat dierikan thiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam, atau fenitoin.

o Menurut Belfort, batas untuk pemberian antihipertensi pada pasien preeklampsia adalah >= 160/110mm Hg dan MAP (mean arterial pressure)-nya dalah >= 126 mmHg. Oleh karena itu, menurut kami pada pasien ini kita tidak perlu memberikan antihipertensi. Lagipula menurut kami, ini merupakan bukan kompetensi dokter umum, oleh karena itu perlu dirujuk ke spesialis obgyn.

o Glukokortikoid, bisa diberikan untuk mematangkan paru janin yang lahir dibawah berat normal.1

Page 2: Tatalaksana Kasus 1 OGR

2. Sikap terhadap kehamilannya

Berdasarkan table skor fungsi dinamik janin plasenta2, yaitu sebagai berikut:

Skor 2 Skor 0 Pada kasusHasil NST reaktif Non reaktif Non ReaktifNST+stimulasi akustik

akselerasi Tanpa akselerasi Tanpa akselerasi

Gerak Napas + - +SD a. umbilikal <= 3 > 3 > 3Indeks cairan amnion

>= 10 < 10 Oligohidroamnion, berarti dapat

dikatakan < 10

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa skor yang ada adalah dibawah < 6, yang berarti dapat dicurigai adanya asidodis dan harus dilakukannya perawatan reaktif3, yaitu pengobatan yang diiringi oleh pemutusan kehamilan. Untuk itu kami merujuk kepada dokter spesialis obgyn dengan pilihan dilakukan Seksio sesarea utnuk kehamilannya. Dan jika sudah lahir, akan di pindahkan ke ruang NICU, agar dapat ditangani komplikasi-komplikasi yang akan timbul apabila bayi ini lahir (dikarenakan bayi ini lahir BBLR) oleh dokter anak.

1. Angsar, Muh. Dikman. Buku Ilmu Kebidanan. Hipertensi Dalam Kehamilan. Ed. 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.p. 546-9

2. Wiknjosastro, Gulardi H. Buku Ilmu Kebidanan. Pertumbuhan Janin Terhambat. Ed. 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.p. 700.

3. Angsar, Muh. Dikman. Buku Ilmu Kebidanan. Hipertensi Dalam Kehamilan. Ed. 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.p. 549.