1. Terapi DasarRekomendasi WHO mengenai pengobatan pneumonia:Rekomendasi 1Anak dengan nafas cepat tanpa gambaran thorax atau tanda bahaya umum diberikan terapi amoxicilin oral, dengan dosis 40 mg/kg/dosis 2 kali sehari (80mg/kg/hari) untuk 5 hari. Untuk di daerah dengan prevalensi HIV yang rendah berikan amoxicilin untuk 3 hari.Rekomendasi 2Anak berusia 2 59 bulan dengan gambaran thorax pneumonia sebaiknya diterapi dengan amoxicillin dengan dosis 40 mg/kg/dosis 2 kali sehari (80mg/kg/hari) untuk 5 hari.Rekomendasi 3Anak berusia 2 59 bulan dengan pneumonia berat sebaiknya diterapi dengan ampisilin parenteral (atau penisilin) dan gentamisin sebagai obat lini pertama. Ampisilin 50 mg/kg atau benzyl penisilin: 50.000 unit per kg IM/IV setiap 6 jam selama 5 hari. Gentamisin: 7-5 mg/kg IM/IV satu kali sehari selama 5 hariCeftriakson sebaiknya digunakan sebagai pengobatan lini kedua pada anak dengan pneumonia berat yang gagal pada pengobatan lini pertama.Rekomendasi 4Ampisilin (atau penisilin ketika ampisilin tidak tersedia) ditambah gentamisin atau ceftriakson direkomendasikan sebagai regimen antibiotik lini pertama untuk terinfeksi HIV dan bayi yang terpapar dan untuk anak dibawah usia 5 tahun dengan gambaran thorax pneumonia atau pneumonia berat.Untuk terinfeksi HIV dan bayi yang terpapar dan untuk anak dibawah usia 5 tahun dengan gambaran thorax pneumonia atau pneumonia berat yang tidak berespon pada pengobatan dengan ampisilin atau penisilin ditambah gentamisin, Ceftriakson tunggal direkomendasi untuk digunakan sebagai pengobatan lini keduaRekomendasi 5Pengobatan dengan kortimoksazol untuk suspek Pneumocystis jirovecil pneumonia direkomendasikan sebagai terapi tambahan untuk terinfeksi HIV dan bayi yang terpapar dengan usia 2 bulan sampai 1 tahun dengan pneumonia berat atau sangat berat.Pengobatan dengan kortimoksazol untuk suspek Pneumocystis jirovecil pneumonia tidak direkomendasikan terinfeksi HIV dan bayi yang terpapar dengan usia diatas 1 tahun dengan gambaran thorax atau pneumonia berat.2. Terapi SuportifPengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat analgetik/antipiretik.