TATA RUANG PERTANAHAN April 2015... · MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... demi...

4
TATA RUANG PERTANAHAN MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN REDAKSI: | Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan | | Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Rini Aditya Dewi, Santi Yulianti, Gina Puspitasari | Desain Tata Letak : Rini Aditya dan Indra Ade | Berlomba Demi Pangripta Nusantara PERATURAN MENDAGRI, MENHUT, MENPU, DAN KEPALA BPN NO.79/2014 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DI HUTAN halaman 3 BIMTEK PENYUSUNAN RZWP3K halaman 4 RESENSI BUKU: WARISAN GEOLOGI SUMATRA halaman 4 EDISI 4/ APRIL 2015 Salah satu langkah untuk meningkatkan mutu rencana pembangunan adalah dengan memberikan penghargaan kepada daerah yang berhasil menyusun dokumen rencana pembangunan yang baik. Implementasi dari visi peningkatan itu melalui pemberian penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara (APN). Penghargaan ini dimulai sejak 2012 dan diselenggarakan setahun sekali. Penyerahan piala APN tahun ini dilakukan saat pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2015 yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada Rabu (29/4). Dampak penghargaan APN bagi provinsi dan kabupaten/kota adalah mendorong setiap daerah untuk menyiapkan dokumen rencana pembangunan yang lebih baik dan bermutu. Panitia penyelenggara APN Tahun 2015 ini adalah Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, yang mempunyai tugas mengoordinasikan kegiatan, mulai dari pembentukan panitia sampai proses penilaian serta pengumuman para pemenang APN. Penjurian dilakukan oleh tim penilai pusat yang terdiri atas tiga tim penilai, yaitu Tim Penilai Utama (TPU) yang diketuai oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Oswar Mungkasa; Tim Penilai Independen (TPI) yang diketuai oleh Prof. Herman Haeruman, serta Tim Penilai Teknis yang terdiri atas PNS Perencana Pertama dan Perencana Muda Bappenas. Mekanisme penilaian: Tahap I: penilaian dokumen tingkat provinsi oleh tim penilai pusat. Sementara itu penilaian dokumen tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh tim penilai provinsi. Tahap II: proses verifikasi provinsi ke kabupaten/kota. Setelah ada kabupaten/ kota yang menjadi pemenang, tiap provinsi mengirimkan satu wakil (kabupaten/kota pemenang) untuk dinilai oleh tim penilai pusat. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada APN 2015 ini khusus untuk penilaian kabupaten/kota dilakukan ulang oleh Tim Penilai Teknis di tingkat pusat (bobot penilaian dimulai dari 0%). Tahap III: proses wawancara dan presentasi bagi provinsi, sedangkan bagi kabupaten/ kota dilakukan proses ulang penilaian dokumen perencanaan daerah oleh tim penilai pusat. Di tingkat provinsi, hanya melalui tiga tahap saja. Tahap IV: proses wawancara dan presentasi bagi kabupaten/kota yang dilakukan oleh tim penilai pusat yang diwakilkan Tim Penilai Independen (TPI). Kriteria penilaian provinsi dan kabupaten/ kota pada tahap I meliputi keterkaitan, konsistensi, kelengkapan, keterukuran dan kedalaman dokumen perencanaan daerah. Kriteria penilaian tahap II, yang dinilai adalah proses perencanaan dari atas ke bawah, teknokratik, politik dan inovasi daerah tersebut. Sedangkan pada tahap terakhir, penilaiannya adalah wawancara dan presentasi yang disajikan oleh para Kepala Bappeda. Perbedaan mendasar proses penilaian APN 2015 dengan tahun-tahun sebelumnya adalah pada tahun ini kabupaten/kota di tahap ketiga akan dinilai ulang oleh tim penilai pusat tanpa menyertakan bobot penilaian dari tim penilai provinsi (bobot penilaian dimulai dari 0%). Menurut Oswar Mungkasa selaku ketua Tim Penilai Utama, perbedaan ini dilakukan agar penilaian bersifat lebih fair. Karena ada kemungkinan timbul keberpihakan provinsi terhadap kabupaten/kota yang dipilih sebagai pemenang agar mendapatkan bobot nilai yang besar dari tim penilai provinsi. Untuk mencegah hal itu, maka dibuatlah modifikasi sistem penilaian bagi kabupaten/kota. Dalam kategori provinsi, APN 2015 kali ini terdapat penghargaan khusus yaitu penghargaan bagi provinsi yang memiliki peningkatan kualitas Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). [RA] D AFTAR NAMA PEMENANG ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA 2015: Kategori Provinsi: Terbaik I : D.I Yogyakarta Terbaik II : Kalimantan Timur Terbaik III : Jawa Barat Harapan I : Jawa Timur Harapan II : Aceh Harapan III : Sulawesi Utara Penghargaan Peningkatan Kualitas RKPD : Kalimantan Selatan Kategori Kabupaten/Kota: Terbaik I : Aceh Barat Terbaik II : Sleman Terbaik III : Muara Enim Harapan I : Lombok Utara Harapan II : Siak Harapan III : Banyuwangi NEWSLETTER KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN MUSRENBANGNAS 2015 DIHARAPKAN DAPAT MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN NASIONAL.... HAL 2 Kepala Bappenas Andrinof Chaniago memberikan piala APN kepada para pemenang. Sumber: Dokumentasi TRP

Transcript of TATA RUANG PERTANAHAN April 2015... · MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... demi...

Page 1: TATA RUANG PERTANAHAN April 2015... · MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... demi mewujudkan visi dan misi yang diusung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla melalui

TATA RUANG PERTANAHANMEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

REDAKSI:| Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan |

| Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Rini Aditya Dewi, Santi Yulianti, Gina Puspitasari | Desain Tata Letak : Rini Aditya dan Indra Ade |

Berlomba Demi Pangripta Nusantara

PERATURAN MENDAGRI, MENHUT, MENPU, DAN KEPALA BPN NO.79/2014 TENTANG PENYELESAIAN

PENGUASAAN TANAH DI HUTANhalaman 3

BIMTEK PENYUSUNAN RZWP3Khalaman 4

RESENSI BUKU: WARISAN GEOLOGI SUMATRAhalaman 4

EDISI 4/ APRIL 2015

Salah satu langkah untuk meningkatkan mutu rencana pembangunan adalah dengan memberikan penghargaan kepada daerah yang berhasil menyusun dokumen rencana pembangunan yang baik. Implementasi dari visi peningkatan itu melalui pemberian penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara (APN).

Penghargaan ini dimulai sejak 2012 dan diselenggarakan setahun sekali. Penyerahan piala APN tahun ini dilakukan saat pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2015 yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada Rabu (29/4).

Dampak penghargaan APN bagi provinsi dan kabupaten/kota adalah mendorong setiap daerah untuk menyiapkan dokumen rencana pembangunan yang lebih baik dan bermutu.

Panitia penyelenggara APN Tahun 2015 ini adalah Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, yang mempunyai tugas mengoordinasikan kegiatan, mulai dari pembentukan panitia sampai proses penilaian serta pengumuman para pemenang APN.

Penjurian dilakukan oleh tim penilai pusat yang terdiri atas tiga tim penilai,

yaitu Tim Penilai Utama (TPU) yang diketuai oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Oswar Mungkasa; Tim Penilai Independen (TPI) yang diketuai oleh Prof. Herman Haeruman, serta Tim Penilai Teknis yang terdiri atas PNS Perencana Pertama dan Perencana Muda Bappenas.

Mekanisme penilaian:

Tahap I: penilaian dokumen tingkat provinsi oleh tim penilai pusat. Sementara itu penilaian dokumen tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh tim penilai provinsi.

Tahap II: proses verifikasi provinsi ke kabupaten/kota. Setelah ada kabupaten/kota yang menjadi pemenang, tiap provinsi mengirimkan satu wakil (kabupaten/kota pemenang) untuk dinilai oleh tim penilai pusat. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada APN 2015 ini khusus untuk penilaian kabupaten/kota dilakukan ulang oleh Tim Penilai Teknis di tingkat pusat (bobot penilaian dimulai dari 0%).

Tahap III: proses wawancara dan presentasi bagi provinsi, sedangkan bagi kabupaten/kota dilakukan proses ulang penilaian dokumen perencanaan daerah oleh tim penilai pusat. Di tingkat provinsi, hanya melalui tiga tahap saja.

Tahap IV: proses wawancara dan presentasi bagi kabupaten/kota yang dilakukan oleh tim penilai pusat yang diwakilkan Tim Penilai Independen (TPI).

Kriteria penilaian provinsi dan kabupaten/kota pada tahap I meliputi keterkaitan, konsistensi, kelengkapan, keterukuran dan kedalaman dokumen perencanaan daerah. Kriteria penilaian tahap II, yang dinilai adalah proses perencanaan dari atas ke bawah, teknokratik, politik dan inovasi daerah tersebut. Sedangkan pada tahap terakhir, penilaiannya adalah wawancara dan presentasi yang disajikan oleh para

Kepala Bappeda.

Perbedaan mendasar proses penilaian APN 2015 dengan tahun-tahun sebelumnya adalah pada tahun ini kabupaten/kota di tahap ketiga akan dinilai ulang oleh tim penilai pusat tanpa menyertakan bobot penilaian dari tim penilai provinsi (bobot penilaian dimulai dari 0%).

Menurut Oswar Mungkasa selaku ketua Tim Penilai Utama, perbedaan ini dilakukan agar penilaian bersifat lebih fair. Karena ada kemungkinan timbul keberpihakan provinsi terhadap kabupaten/kota yang dipilih sebagai pemenang agar mendapatkan bobot nilai yang besar dari tim penilai provinsi. Untuk mencegah hal itu, maka dibuatlah modifikasi sistem penilaian bagi kabupaten/kota.

Dalam kategori provinsi, APN 2015 kali ini terdapat penghargaan khusus yaitu penghargaan bagi provinsi yang memiliki peningkatan kualitas Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). [RA]

DAFTAR NAMA PEMENANG ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA 2015:

Kategori Provinsi:Terbaik I : D.I YogyakartaTerbaik II : Kalimantan TimurTerbaik III : Jawa BaratHarapan I : Jawa TimurHarapan II : AcehHarapan III : Sulawesi UtaraPenghargaan Peningkatan Kualitas RKPD : Kalimantan Selatan

Kategori Kabupaten/Kota:Terbaik I : Aceh BaratTerbaik II : SlemanTerbaik III : Muara EnimHarapan I : Lombok UtaraHarapan II : SiakHarapan III : Banyuwangi

NEWSLETTER

KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN

MUSRENBANGNAS 2015 DIHARAPKAN DAPAT MEMPERCEPATPEMBANGUNAN NASIONAL.... HAL 2

Kepala Bappenas Andrinof Chaniago memberikan piala APN kepada para pemenang. Sumber: Dokumentasi TRP

Page 2: TATA RUANG PERTANAHAN April 2015... · MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... demi mewujudkan visi dan misi yang diusung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla melalui

Penyediaan tanah menjadi faktor penting dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dengan kemunculan konflik lahan yang menghambat penyediaan tanah, membuat ide pembentukan Bank Tanah mencuat ke permukaan. Hal itulah yang kemudian dibahas dalam Focus Group Discussion Urban Land Policy, yang diadakan oleh Direktorat Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/Bappenas, di Hotel

Palembang, (8/4). Pada tanggal 8 April 2015 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Oswar Mungkasa, menghadiri Rapat Kerja Reguler yang diadakan oleh Bappeda Provinsi se-Sumatera Selatan.

Dalam acara tersebut Oswar Mungkasa

menyampaikan paparan tentang penggunaan Knowledge Management (KM) di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Bappenas. Dalam paparannya Oswar menjelaskan tentang pengertian data, informasi dan pengetahuan. Oswar juga menambahkan betapa besarnya kerugian yang disebabkan hilangnya pengetahuan.

“Selama ini kita telah mengeluarkan investasi yang cukup besar terhadap peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik lewat pelatihan, sekolah ataupun lainnya. Namun jika tidak di kelola dengan baik, maka ketika orang tersebut pindah maka pengetahuan yang dimiliki akan ikut pergi bersama orang tersebut,” demikian ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut dijelaskan beberapa hal mendasar terkait KM (i) knowledge management bukan sekedar sistem informasi tetapi merupakan upaya meningkatkan kebiasaan saling berbagi; (ii) tidak selalu dibutuhkan sistem on-line tetapi bisa juga memanfaatkan jaringan internal (dalam satu kantor); (iii) proses menjadi suatu

keniscayaan dalam upaya mengembangan KM.

Keterlibatan aktif para pelaku menjadi kunci. Disamping tentunya komitmen dan dukungan pimpinan, dibutuhkan juga adanya ‘champion’ yang mengawal dan menjadi ‘pendukung utama’ proses KM; (iv) KM tidak membutuhkan biaya yang besar.

KM TRP mulai dikenali oleh berbagai pihak. Untuk itu, menjadi tugas kita bersama agar tetap dapat memelihara dan memanfaatkan KM TRP sebagai salah satu contoh pemanfaatan KM di Indonesia.

Oswar juga menambahkan bahwa knowledge management bukanlah masalah IT, melainkan bagaimana merubah perilaku seseorang agar menjadi mau berbagi pengetahuan yang dimilikinya dengan orang lain.

Dan di akhir acara tampak para kepala Bappeda yang berminat mengembangkan KM, tiga diantaranya yaitu Bappeda Sumsel, Bappeda Muara Enim, dan Bappeda Banyu Asin. [OM, IAS]

Sosialisasi Knowledge Management di Bappeda se-Sumatera Selatan

Oswar Mungkasa, Direktur TRP, menjelaskan manfaat Knowledge Management kepada kepala Bappeda se-Sumatera Selatan.Sumber: Dokumentasi TRP

Musrenbangnas 2015

Jakarta, (29/4). Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago membuka acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2015 di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Rabu (29/4).

Musrenbangnas tahun ini mengangkat tema Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan yang Berkualitas.

“Musrenbangnas hari ini adalah puncak dari proses yang panjang, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dari desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai provinsi. Selama tujuh hari penuh secara dialogis dan konsentrasi kita mendukung sembilan agenda prioritas Nawacita dan tujuh misi pembangunan,” kata Andrinof.

Sinergi antarsektor penting dalam mendukung terwujudnya target prioritas demi mewujudkan visi dan misi yang diusung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf

Kalla melalui Nawacita dan Agenda Trisakti.

Forum Musrenbangnas tahun 2015 merupakan ajang perbaikan dan penyempurnaan perencanaan pembangunan agar beragam program yang menjadi tanggung jawab kementerian/lembaga dan pemerintah pusat dan daerah semakin sinkron dan sinergis.

Dalam rangka menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016, Bappenas berkeinginan untuk menyelaraskan perencananaan percepatan pembangunan nasional dari berbagai aspek, baik jenjang pemerintah maupun kelompok dalam masyarakat.

Target utama RKP 2016 ialah terwujudnya pembangunan nasional yang berkualitas yang dicerminkan oleh sumber pertumbuhan yang merata secara kewilayahan dengan melibatkan pelaku ekonomi yang terdistribusi luas.

Yang terpenting adalah hasilnya dapat

dinikmati oleh masyarakat luas dalam bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ada tiga dimensi pembangunan yang akan difokuskan, yang pertama adalah dimensi pembangunan manusia dan masyarakat yang di dalamnya mengurus soal pendidikan, kesehatan dan revolusi mental.

Sementara dimensi prioritas kedua adalah kedaulatan pangan, energi, maritim dan pariwisata. Dan yang terakhir dimensi priorotas yang ketiga adalah pemerataan dan kewilayahan.

Acara ini dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Selain itu hadir pula seluruh jajaran Menteri Kabinet Kerja, para Gubernur, Bupati dan Walikota, serta para Kepala Badan di tingkat pusat, dan daerah. [RA]

POTRET KEGIATAN:

Musrenbangnas 2015 Diharapkan Dapat Mempercepat Pembangunan Nasional

Kepala Bappenas Andrinof Chaniago memberikan penjelasaan saat membuka acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2015 di Hotel Bidakara, Jakarta (29/4). Sumber: Dokumentasi Bappenas

2

Page 3: TATA RUANG PERTANAHAN April 2015... · MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... demi mewujudkan visi dan misi yang diusung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla melalui

Ilustrasi Masyarakat Adat Papua saat Berkunjung ke DPR RI dan Hutan Adat Papua. Sumber: istimewa

Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah yang Berada di Dalam Kawasan Hutan

Sengketa konflik antara masyarakat adat dan pengusaha atau pemerintah masih terus berlangsung seiring dengan pembangunan dan alih fungsi hutan adat ke industri.

Menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ada sejumlah akar permasalahan yang mengakibatkan belum terpenuhinya hak warga negara masyarakat adat. Pertama, terkait dengan teritorialisasi hutan oleh negara. Negara masih berpandangan hutan merupakan warisan kolonial. Sehingga wilayah yang tidak bersertifikat dianggap sebagai milik negara. Padahal hampir 33 ribu desa di Indonesia sebanyak 40% berada di kawasan hutan.

Kedua, adanya persepsi komodifikasi alam. Maksudnya alam dalam hal ini hutan diposisikan hanya sebagai barang komoditi yang diperjualbelikan untuk memenuhi kebutuhan pasar global. Komodifikasi ini secara tidak langsung menafikkan keberadaan masyarakat adat yang hidup di dalam kawasan hutan. Padahal, penguasaan hutan oleh negara harus memperhatikan dan menghormati hak-hak atas tanah masyarakat. Maka dari itu pengukuhan Kawasan Hutan harus segera dituntaskan untuk menghasilkan Kawasan Hutan yang berkepastian hukum dan berkeadilan.

Pada 11 Maret 2013 telah ditandatangani Nota Kesepakatan Bersama (NKB) tentang Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia oleh 12 Kementerian/Lembaga Negara.

Di dalam NKB ini belum tercantum ketentuan yang mengatur tata cara penyelesaian penguasaan/hak-hak atas tanah yang berada di dalam kawasan hutan, sehingga lahirlah Peraturan Bersama Mendagri, Menhut, MenPU, dan Kepala BPN No. 79 Tahun 2014.

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Di dalam hutan, pasti ada

pemiliknya dan pemilik dari isi hutan tersebut harus melewati proses IP4T.

Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) adalah kegiatan pendataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfatan tanah, yang diolah dengan sistem informasi geografis sehingga menghasilkan peta dan informasi mengenai penguasaan tanah oleh pemohon.

Pemohon yang dimaksud bisa orang perorangan, pemerintah, badan sosial/keagamaan, dan masyarakat hukum adat yang memiliki bukti hak/penguasaan atas tanah.

Pemerintah mempunyai dua kategori pemberian hak tanah, yaitu penegasan hak dan pengakuan hak. Penegasan hak adalah proses pemberian hak atas tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997; dan yang alat buktinya tidak lengkap tetapi ada keterangan saksi maupun pernyataan yang bersangkutan yang tercantum dalam Pasal 60 ayat (3) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997.

Sementara itu, pengakuan hak adalah proses pemberian hak atas tanah yang alat bukti kepemilikannya tidak ada tapi telah dibuktikan kenyataan penguasaan fisiknya selama 20 (dua puluh) tahun yang termaktub dalam Pasal 61 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997.

TATA CARA PENYELESAIAN HAK ULAYAT DAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTANDalam rangka penyelesaian hak ulayat dan penguasaan tanah yang berada di dalam kawasan hutan yang terletak di lintas kabupaten/kota, Gubernur membentuk Tim IP4T.Tim IP4T terdiri atas:1. Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional sebagai ketua

tim;2. Unsur Dinas Provinsi yang menangani

urusan di bidang Kehutanan sebagai sekretaris tim;

3. Unsur Balai Pemantapan Kawasan Hutan sebagai anggota;

4. Unsur Dinas/Badan Provinsi yang menangani urusan di bidang tata ruang sebagai anggota;

5. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota terkait sebagai anggota;

6. Camat setempat atau pejabat sebagai anggota;

7. Lurah/Kepala Desa setempat sebagai anggota.

Tugas pokok Tim IP4T adalah(i) menganalisa data yuridis dan data fisik bidang-bidang tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan; (ii) menerbitkan rekomendasi dengan melampirkan Peta IP4T Non Kadastral dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah (SP2FBT) yang ditandatangani oleh masing-masing pemohon.

Dari hasil pengolahan data yuridis dan data fisik bidang-bidang tanah akan diputuskan bagi pemohon yang sudah menguasai dan menggunakan bidang tanah tersebut selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut, dapat diteruskan permohonannya melalui penegasan hak.

Tanah yang dikuasai kurang dari 20 (dua puluh) tahun dapat diberikan hak atas tanah dalam rangka reforma agraria sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pelaksanaan IP4T dalam satu kawasan dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan dan hasilnya disampaikan ke Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional/Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. [RA]

Sumber: Peraturan Bersama Mendagri, Menhut, Menteri PU, Kepala BPN No.79 Tahun 2014

WAWASAN

LINK TERKAITDirektorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas Portal Tata Ruang dan PertanahanSekretariat BKPRN

Potret Kegiatan TRPMusrenbangnas 2015Sosialisasi Knowledge Management di Bappeda SumselBimtek Penyusunan RZWP3K 3

Page 4: TATA RUANG PERTANAHAN April 2015... · MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... demi mewujudkan visi dan misi yang diusung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla melalui

The Awesome and Advanced Indonesia

Warisan Geologi Sumatra

Indonesia dikenal sebagai wilayah kepulauan yang mempunyai tatanan geologi dan geomorfologi yang unik dan rumit. Kondisi ini sudah diuraikan oleh para peneliti terdahulu dengan berbagai pendekatan konsep keilmuan geologi. Selama jutaan tahun sejarah pembentukan bumi, kepulauan Indonesia sering mengalami perubahan bentuk.

Bentuk yang sekarang ini diakibatkan oleh kejadian-kejadian sejak 86 juta tahun yang lalu. Keragaman geologi yang bernilai warisan geologi di Indonesia itu banyak dan tersebar luas di tanah air.

Di Pulau Sumatera, kita dapat menyaksikan riak biru Lut Tawar di Aceh, pelangi senja Danau Kaldera Toba, lembayung Danau Maninjau, dan kemilau emas Danau Singkarak. Ada pula warisan berupa Fosil Flora di Jambi dan Kompleks Tektono-Vulkano Kerinci.

Melalui Buku setebal 260 halaman ini kita diperkenalkan cara memanfaatkan keragaman dan warisan geologi tersebut

untuk memberdayakan masyarakat sekitar melalui pengembangan Taman Bumi Dunia (geopark) yang digagas UNESCO.

Banyak negara di dunia berhasil mengembangkan dan menikmati nilai ekonomi dari penerapan taman bumi terhadap sumber daya alamnya.

Buku ini memberikan inspirasi kepada para pembaca untuk terus berupaya mengungkap lebih banyak lagi khazanah geologi Indonesia dan memanfaatkannya untuk kemakmuran bangsa dan negara. [RA]

Judul Buku : Warisan Geologi SumatraPenyusun : Oki Oktariadi dan Rudy SuhendarPenerbit : Badan Geologi Kementerian ESDMJumlah halaman: 260

DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN,BAPPENASJalan Taman Suropati No. 2AGedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412F : 021 392 6601E : [email protected]: www.trp.or.idPortal : www.tataruangpertanahan.com

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

RESENSI BUKU:

Bimbingan Teknis Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)

Oswar Mungkasa menjadi salah satu pembicara dalam Bimtek Penyusunan RZWP3K di Hotel AstonCengkareng (27/4). Sumber: Dokumentasi TRP

KERAGAMAN GEOLOGI INDONESIA

Jakarta, (27/4). Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Oswar Mungkasa, menjadi salah satu pembicara dalam acara Bimbingan Teknis Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) di Hotel Aston Cengkareng, Jakarta, pada Senin (27/4).

Bimtek ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pemerintah pusat maupun daerah terkait penyusunan RZWP3K sebagai instrumen pengelolaan laut berkelanjutan.

RZWP3K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau.

Perlunya RZWP3K karena ada beberapa permasalahan yang terjadi di wilayah laut, yaitu:1. Jumlah Penduduk Miskin 28,07 Juta,

25,14% bermukim di wilayah pesisir;2. Kesenjangan antarwilayah Kawasan

Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia;

3. Ruang interaksi banyak sektor sensitif terhadap interaksi, khususnya aspek lingkungan over fhising; Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing; dan Perbatasan Laut;

4. Rendahnya produktifitas dan daya saing produk kelautan;

5. Bencana alam dan perubahan iklim pada kawasan laut.

Adanya penetapan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebabkan urusan kelautan menjadi kewenangan Pemda Provinsi, sehingga hal ini akan berimplikasi pada proses perizinan pengelolaan kawasan laut yang tadinya menjadi kewenangan Pemda Kota/Kabupaten.

RZWP3K dilakukan dengan tujuan:

1) Melindungi sumber daya dan lingkungan dengan berdasar pada daya dukung lingkungan dan kearifan lokal; 2) Memanfaatkan potensi sumber daya dan/atau kegiatan di wilayah laut yang berskala nasional dan internasional; dan 3) Mengembangkan kawasan potensial menjadi pusat kegiatan produksi, distribusi dan jasa.

Kedudukan RZWP3K di dalam tata ruang akan diserasikan, diselaraskan dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi atau kabupaten/kota.

Integrasi dalam penataan ruang laut dan penataan ruang darat dilakukan dengan cara: (i) Wilayah daratan kecamatan pesisir mengikuti RTRW; (ii) Wilayah perairan wilayah kecamatan pesisir mengikuti ketentuan RZWP3K; (iii) Wilayah pulau-pulau kecil sebagai satu kesatuan ekosistem dengan matra laut mengikuti RZWP3K.

Selain itu, proses integrasi juga dilakukan dengan adanya proses tanggapan/saran yang dimohonkan kepada Gubernur dan Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). [EY, RA]

4