Tata Kota Klmpok.docx

16
C. Perencanaan Tata Ruang Kota berdasarkan Kearifan Lokal di Kabupaten Jembrana, Bali Kearifan Lokal dalam RTRW Kabupaten Jembrana, Bali sebagai Pengaturan Penataan Ruang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka tiga tahun sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, daerah harus segera menyusun Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten wajib mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali, dan menjadi matra ruang dari Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 13 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jembrana 2005-2025. Memperhatikan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 7 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan acuan penyusunannya, sehingga perlu diganti; sehingga Kabupaten Jembrana menetapkan Perda Nomor Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2012 Nomor 27, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 27); Kearifan lokal, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun 2012 diatur melalui; kebijakan penataan ruang, strategi penataan ruang dan rencana struktur ruang.

description

nnn

Transcript of Tata Kota Klmpok.docx

Page 1: Tata Kota Klmpok.docx

C. Perencanaan Tata Ruang Kota berdasarkan Kearifan Lokal di Kabupaten

Jembrana, Bali

Kearifan Lokal dalam RTRW Kabupaten Jembrana, Bali sebagai Pengaturan

Penataan Ruang

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, maka tiga tahun sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007,

daerah harus segera menyusun Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten wajib mengacu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN), Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali, dan menjadi matra ruang dari Peraturan Daerah

Kabupaten Jembrana Nomor 13 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Kabupaten Jembrana 2005-2025.

Memperhatikan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 7 Tahun 2002 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan dan acuan penyusunannya, sehingga perlu diganti; sehingga Kabupaten

Jembrana menetapkan Perda Nomor Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun

2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana Tahun 2012-2032

(Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2012 Nomor 27, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 27); Kearifan lokal, dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana Nomor 11 Tahun 2012 diatur melalui; kebijakan penataan ruang, strategi penataan

ruang dan rencana struktur ruang.

Kebijakan penataan ruang, strategi penataan ruang dan rencana struktur ruang

diupayakan tetap mempertahankan kearifan lokal yang telah hidup dan berkembang di

masyarakat agar pemanfaatan ruang tetap menjamin kebutuhan masyarakat tetapi tidak

bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten

Jembrana merupakan arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Jembrana guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten

Jembrana dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

Perda nomor 11 tahun 2012 sebagai hukum positif, disusun berdasarkan arah

kebijakan serta strategi yang dilandasi oleh kearifan lokal. Konten Pengaturan Kearifan lokal

dalam RTRW Kabupaten Jembrana diatur sebagai berikut; dalam pasal 2 disebutkan ;

RTRWK disusun berasaskan: Tri Hita Karana, Sad Kertih, Keterpaduan, Keserasian,

Page 2: Tata Kota Klmpok.docx

keselarasan, dan keseimbangan, Keberlanjutan, Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan,

Keterbukaan, Kebersamaan dan kemitraan, Perlindungan kepentingan umum, Kepastian

hukum dan keadilan, dan Akuntabilitas. Tri Hita Karana dan Sad Kertih merupakan kearifan

lokal yang mengajarkan kepada masyarakat dalam pemafaatan ruang wajib memedomani

hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan

manusia dengan lingkungannya sehingga kesinambungan hidup dapat tercapai.

Selanjutnya dalam pasal 3 sub d ditegaskan bahwa acuan sukerta tata palemahan desa

adat/pakraman, yang selanjutnya menjadi bagian dari awig-awig desa adat/pakraman di

seluruh wilayah Kabupaten Jembrana didasarkan pada kearifan lokal. Terkait dengan

pelaksanaan Tri Hita Karana lebih lanjut diamanatkan sebagai berikut ;Pemantapan wilayah

yang hijau dan lestari sebagai penyangga pelestarian lingkungan Pulau Bali diwujudkan

dengan strategi meliputi: melindungi dan melestarikan kawasan lindung yang telah ditetapkan

secara nasional dan lokal dalam wilayah, mengembangkan partispasi masyarakat dan konsep-

konsep kearifan lokal dan budaya Bali dalam pelestarian lingkungan, mencegah kegiatan

budidaya pada kawasan lindung melalui konversi atau rehabilitasi lahan, pembatasan

kegiatan, serta penertiban kegiatan terbangun yang berada pada kawasan lindung,

mengembalikan dan meningkatkan fungsi lingkungan hidup yang telah menurun baik akibat

aktivitas pembangunan maupun akibat bencana alam, mempertahankan kawasan pertanian

tanaman pangan yang beririgasi (subak) untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan,

ketahanan pangan, pelestarian lingkungan dan pelestarian budaya.

Konsep Tri hita Karana sebagai pegangan dalam penataan ruang, termasuk dalam

pengembangan pariwisata sebagaimana diatur dalam pasal 11 sebagai berikut :

Pengembangan kepariwisataan berwawasan lingkungan yang terintegrasi dengan pertanian

dan potensi sumber daya pesisir dan kelautan diwujudkan dengan strategi meliputi:

mengembangkan Kawasan Pariwisata Candikusuma dan Kawasan Pariwisata Perancak

didukung daya tarik pantai, ekosistem pertanian dan pesisir yang berwawasan lingkungan,

memantapkan dan mengembangkan sebaran desa-desa wisata dan daya tarik wisata dengan

daya tarik keindahan alam, aktivitas budaya lokal, pertanian, spiritual, industri kecil,

petualangan dan olahraga dan lainnya yang berbasis ekowisata, memantapkan partisipasi

masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan, memantapkan dan meningkatkan kegiatan

perekonomian perdesaan berbasis pertanian, industri kecil, dan pariwisata kerakyatan yang

dilengkapi sarana dan prasarana penunjang, memantapkan integrasi pertanian dengan

pariwisata melalui pengembangan agrowisata dan hasil pertanian sebagai pemasok industri

pariwisata, menguatkan eksistensi desa pakraman, subak dan organisasi kemasyarakatan

Page 3: Tata Kota Klmpok.docx

lainnya dalam memantapkan kearifan lokal sebagai pondasi pengembangan pariwisata

berbasis ekowisata, melindungi dan melestarikan kawasan lindung, kawasan pesisir dan laut

serta kawasan budidaya pertanian yang berpotensi sebagai daya tarik wisata dan

mengembangkan pola kerjasama yang memberikan perlindungan kepada hak-hak

kepemilikan lahan masyarakat lokal.

Tentang Kearifan lokal berikutnya diatur dalam penetapan kawasan pada pasal 31

sebagai berikut ; Kawasan suci meliputi: kawasan suci gunung, kawasan suci campuhan,

kawasan suci pantai, kawasan suci laut, kawasan suci mata air dan kawasan suci cathus

patha. Kawasan suci gunung sebarannya meliputi seluruh kawasan dengan kemiringan

sekurangkurangnya 450 (empat puluh lima derajat) pada badan gunung menuju ke puncak

gunung meliputi lereng dan puncak Gunung Merbuk, Gunung Bangol, dan Gunung Mesehe.

Kawasan suci campuhan sebarannya meliputi seluruh pertemuan aliran 2 (dua) buah sungai

wilayah kabupaten; Kawasan suci pantai sebarannya meliputi tempat-tempat di pantai yang

dimanfaatkan untuk upacara melasti di seluruh pantai wilayah kabupaten, meliputi: Pantai

Gilimanuk, Pantai Melaya dan Pantai Candikusuma di Kecamatan Melaya, Pantai

Pengambengan di Kecamatan Negara, Pantai Yeh Kuning di Kecamatan Jembrana, Pantai

Delodberawah, Pantai Tembles, Pantai Rambutsiwi dan Pantai Yehsumbul di Kecamatan

Mendoyo, Pantai Pangkung Jukung, Pantai Gumbrih, Pantai Medewi, Pantai Pahyangan dan

Pantai Pengeragoan di Kecamatan Pekutatan.

Kawasan suci laut sebarannya meliputi kawasan perairan laut yang difungsikan untuk

tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu dan umat lainnya di wilayah

kabupaten; Kawasan suci mata air sebarannya meliputi tempat-tempat mata air yang

difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu. Kawasan

suci cathus patha , sebarannya meliputi: Cathus patha agung wilayah kabupaten di pusat

Kawasan Perkotaan Jembrana pada simpang wilayah Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan

Jembrana, Cathus patha alit tersebar di tiap-tiap wilayah desa adat/pakraman yang

difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu. Konsep

kearifan lokal Tri Hita Karana telah mendapat pengakukan dunia secara universal dalam

berbagai pertemuan termasuk dalam APEC di Bali bulan November Tahun 2013.

Page 4: Tata Kota Klmpok.docx

Kearifan Lokal dalam Aspek Pembinaan Penataan Tata Ruang Kabupaten

Jembrana, Bali

Berdasarkan UUPR, pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan

kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah derah, dan

masyarakat. Pembinaan penataan ruang perlu terus dilakukan oleh pemerintah pusat dan

daerah. Dalam konteks pembinaan, perlu dilakukan bimbingan teknis dan bantuan teknis

terhadap peran dan kedudukan kearifan lokal dalam menyikapi arus globalisasi serta dalam

menghadapi berbagai persoalan bencana dan kerusakan lingkungan. Beberapa fenomena

perubahan iklim seperti kenaikan muka air laut dan perubahan siklus hidrologis perlu disikapi

secara bijak melalui proses adaptasi dan mitigasi yang dapat dikembangkan melalui

penggalian kembali nilai-nilai kearifan lokal yang relevan. Contohnya adalah sistem subak di

Kabupaten Jembrana, Bali. Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus untuk

mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali,

Indonesia. Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura

Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran

dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga

adalah seorang petani di Bali.

Subak khususnya di Kabupaten Jembrana menurut Keputusan Bupati Jembrana

Nomor : 341/ PKL/ 2011 tentang Penetapan Jumlah Subak, Subak Abian dan Subak Gede di

Kabupaten Jembrana terdiri dari 84 Subak Sawah, 145 Subak Abian dan 4 Subak Gede yang

terpecah atas 5 Kecamatan. Adapun tujuan adanya program Irigasi Subak ini sebagai

pengaturan apabila ada keterbatasan air, sebagai komunikasi dan koordinasasi serta untuk

struktural. Adapun masing- masing subak itu memiliki keanggotaan (Klain Subak)  serta

pembagian tugas masing masing serta AD/ART masing- masing. Subak merupakan

masyarakat hukum adat yang bersifat sosial agraris religius, secara historis tumbuh dan

berkembang sebagai organisasi tata air di tingkat usaha tani.

Subak sebagai satu lembaga adat yang bergerak sebagai organisasi petani sawah dan

tegalan melandasi diri pada adat dan agama. Walaupun pemerintah menetapkan aturan tata

air dengan peraturan pemerintah No. 11 tahun 1982 tentang pengairan yang dilengkapi

dengan PP No. 23 tahun 1982 tentang irigasi dan peraturan daerah No. 2 tahun 1972 tentang

irigasi Bali, Subak tetap berperan di jaringan irigasi secara otonom di atur sendiri oleh subak

yang bersangkutan. Adanya Subak ini sangat mempengaruhi pola hidup yang ada pada

masyarakat yang berdampak pada perilaku masyarakat khusunya bagi masyarakat yang

Page 5: Tata Kota Klmpok.docx

bekerja sebagai para petani. Sejalan dengan pendapat Nyoman S. (2002: 156) bahwa : “Subak

mempunyai tujuan untuk menjamin pembagian air yang adil dan merata, meningkatkan

produktivitas tanah pesawahan dan mengakat kesejahteraan para anggotanya. Subak

merupakan bagian integral bagi kehidupan masyarakat di Bali yang terkait oleh norma-norma

budaya dan agama Hindu.” Dengan memanfaatkan forum-forum tradisional atau organisasi

kemasyarakatan dalam regulasi penataan ruang seperti sistem subak dinilai sangat efektif

dimanfaatkan oleh semua pihak dalam aspek pembinaan.

Kearifan Lokal dalam Aspek Pelaksanaan Penataan Tata Ruang Kabupaten

Jembrana, Bali

Berdasarkan UUPR, pelaksanaan penataan ruang adalah pencapaian tujuan penataan

ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang. Untuk perencanaan tata ruang yang mencakup rencana struktur ruang

dan pola ruang harus memperhatikan aspek budaya yang ada, seperti dengan adanya kawasan

strategis dan kawasan pusaka/budaya. Setiap perencanaan tata ruang perlu melakukan survey

mengenai kearifan lokal atau budaya yang terkait di dalamnya yang akan menentukan bentuk

dari regulasi penataan ruang. Hal ini juga dilakukan agar masyarakat sebagai bagian dari

budaya ikut terlibat dalam perencanaan tata ruang. Di Kabupaten Jembrana, kawasan

pelestarian alam dan cagar budaya seperti kawasan pantai berhutan bakau di Kecamatan

Melaya, Mendoyo dan Pekutatan. Selain itu terdapat kawasan taman nasional yang

merupakan bagian dari Taman Nasional bali Barat (TNBB), kawasan taman wisata alam dan

kawasan konservasi yang tersebar di pulau-pulau kecil sekitar Pura Dang Kahyangan.

Aspek pelaksanaan juga terkait dengan pemanfaatan ruang, contohnya, terdapat

rencana rinci berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Jembrana yang

didalamnya juga mengatur peraturan zonasi, dan RTBL untuk zona/kawasan yang

diprioritaskan. Dalam RDTR tersebut diatur rencana pemanfaatan ruang dalam skala lebih

terinci dibandingkan dalam RTRW. Hal ini juga terkait dengan kepentingan pengendalian

(perijinan), termasuk rencana pemanfaatan ruang yang lebih menonjolkan pusaka budaya

kota yang dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang di setiap

zonanya.

Pengendalian pemanfaatan ruang yang merupakan aspek lain dari pelaksanaan

penataan ruang mencakup beberapa hal terkait dengan kearifan lokal seperti, pengaturan

fungsi-fungsi bangunan atau lingkungan yang boleh, tidak boleh, atau dibatasi

Page 6: Tata Kota Klmpok.docx

pengembangannya dalam kawasan sekitar pusaka budaya. Pencapaian kualitas fungsional,

visual, dan lingkungan dari sub-sub kawasan yang diprioritaskan disusun RTBLnya yang

proses penyusunannya harus bersifat inklusif berorientasi kolaborasi berbagai pelaku

pembangunan. Seperti di Kabupaten Jembrana dalam penataan kawasan Gilimanuk menuju

perbaikan image harus mengacu pada Rancangan Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan

(RTBL),karena Gilimanuk merupakan salah satu kawasan wisata Nasional. Diantarannya

adanya potensi wisata alam di Teluk Gilimanuk, wisata edukasi Museum Perubakala, wisata

kuliner betutu dan wisata lainnya.

.

Kearifan Lokal dalam Aspek Pengawasan Penataan Tata Ruang Kabupaten

Jembrana, Bali

Kearifan lokal terhadap aspek pengawasan dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah

daerah sesuai kewenangannya. Ketika peran masyarakat terlibat dalam hal ini, maka tokoh-

tokoh adat juga dapat dilibatkan. Sesuai dengan UUPR, pada pasal 55 disebutkan bahwa

pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, yang dilaksanakan

oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Peran

masyarakat itu sendiri dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan

kepada Pemerintah dan pemerintah daerah. Kewenangan Pemerintah salah satunya dengan

mengadakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Pembinaan Penataan Ruang.

Sistem pengawasan yang ada perlu diakomodasikan dengan beberapa sistem nilai yang telah

dikembangkan secara tradisional dalam menjaga kelestarian lingkungan dan sanksi sosial

untuk mencegah perusakan lingkungan.

Seperti di Kabupaten Jembrana, Bali terdapat sistem pengawasan sosial yang

dilakukan oleh masing-masing Banjar (pecalang) terhadap kepatuhan masyarakat kepada

ketentuan yang ada. Hal ini dapat misalnya disinergikan dengan keberadaan PPNS (Penyidik

Pegawai Negeri Sipil) yang secara formal bertugas melakukan tugas penyelidikan dan

penyidikan di bidang tata ruang. PPNS Penataan Ruang dalam pelaksanaan tugasnya

mempunyai tugas dan fungsi pengawasan dan penegakan delik pidana penataan ruang

sebagaimana diatur dalam UUPR, dan dalam pelaksanaan tugasnya selalu berkoordinasi

dengan Penyidik Polri. Dengan terbentuknya PPNS ini, penegakan hukum penataan ruang

dalam upaya mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dapat

diwujudkan melalui tertib hukum penataan ruang.

Page 7: Tata Kota Klmpok.docx

Aspek pengawasan juga mencakup pelarangan perubahan fungsi bangunan di sekitar

kawasan pusaka budaya yang dapat mengganggu karakter kawasan pusaka cagar budaya, dan

kepada pemilik bangunan diberikan insentif, misalnya dalam bentuk pengurangan atau

pembebasan pembayaran PBB. Sebagai contoh, pengawasan pada bangunan bersejarah

dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor seperti: apakah suatu bangunan telah

melakukan adaptasi fungsi bangunan konservasi/pelestarian dengan fungsi-fungsi baru yang

berorientasi produktif (adaptive uses) dan mampu menggairahkan apresiasi berbudaya.

Pembangunan baru yang adaptif dengan lingkungan, mengikuti kaidah-kaidah konservasi dan

sesuai dengan peraturan/pedoman yang berlaku. Pembangunan yang dilakukan juga harus

senantiasa memperhatikan nilai kearifan lokal, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Semua hal tersebut akan terkait sanksi jika ada pelanggaran, oleh karena itu dibutuhkan

pengawasan yang baik dari Pemerintah, pemerintah daerah maupun peran masyarakat

termasuk tokoh-tokoh adat.

D. Peran Kearifan Lokal dalam Pembangunan Kota Berkelanjutan

Berbagai permasalahan muncul di era modern kali ini yang membawa kerusakan pada

perkotaan dalam berbagai sektor. Pertama, ketersesakan ekologi, alih fungsi lahan dan

khaostik ruang telah merusak dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Kedua, kepadatan

penduduk dan tekanan demografi telah merusak tatanan sosial. Ketiga, ekonomi

konglomerasi yang kapitalistis telah memperlebar kesenjangan, menjauhkan keadilan,

memacu materialisme dan merapuhkan moral. Keempat, mentalitas SDM yang cenderung

serba instan, eksploitatif telah memacu berbagai distorsi nilai dan dehumanisasi. Kelima,

penerapan otonomi daerah yang cenderung egosentris telah mendorong fragmentasi, konflik

kepentingan dan mencabik keutuhan Kabupaten Jembrana,Bali sebagai satu kesatuan ekologi,

ekonomi dan budaya. Fenomena dan kecenderungan faktual tersebut, telah mengantarkan

Jembrana ke dalam problematik yang mendasar yaitu kehidupan publik yang kurang

seimbang, tidak utuh, sangat rapuh dan mengancam pembangunan Kabupaten Jembrana yang

berkelanjutan.

Kearifan lokal berperan penting sebagai pengokoh jati diri, penjaga keseimbangan

dan harmoni, konservasi sumber daya dan perlindungan hak-hak lokal. Dalam literatur kajian

budaya, konsep berkelanjutan mencakup empat aspek pokok yang saling terkait secara

komplementer. Keempat aspek tersebut: (1) aspek ekologis dengan tema kelestarian; (2)

aspek ekonomis dengan tema kesejahteraan dalam keadilan; (3) aspek sosial dengan tema

Page 8: Tata Kota Klmpok.docx

dinamika dalam integrasi; dan (4) aspek SDM dengan tema kualitas dalam kreasi, inovasi dan

integritas. Keempat aspek tersebut dilandasi oleh kearifan dan etika: etika lingkungan, etika

ekonomi, etika sosial dan etika serta moralitas manusia. Seperti dalam studi kasus di daerah

Bali, sesuai dengan keunikan dan potensi kebudayaan, mengintegrasikan aspek kebudayaan

yang dijiwai agama Hindu sebagai fondasi untuk pembangunan Bali berkelanjutan khususnya

di Kabupaten Jembrana. Dalam kaitan ini, konsep pembangunan berkelanjutan untuk Bali

diharapkan mampu mengokohkan jati diri, landasan moral-estetika dan wawasan spiritual.

Kearifan lokal merupakan bagian dari kebudayaan tradisional. Sebagai satu aset

warisan budaya, dia hidup dalam domain kognitif, agektif dan motorik, serta tumbuh menjadi

aspirasi dan apresiasi publik. Desakan modernisme dan globalisasi telah mendorong

eksistensi kearifan lokal ke arah marginal. Dalam perspektif rwa bhineda, kearifan lokal juga

mencakup unsur baik dan buruk. Sangat banyak sisi kebaikannya, namun negatifnya dapat

mengarah ke fanatisme dan chauvimisme sempit. Secara substansif, kearifan lokal

berorientasi pada: (1) keseimbangan dan harmoni manusia, alam dan budaya; (2) kelestarian

dan keragaman alam dan kultur, (3) konservasi sumber daya alam dan warisan budaya; (4)

penghematan sumber daya yang bernilai ekonomi; (5) moralitas dan spiritualitas. Tema-tema

orientasi seperti itu sangat relevan bagi cita-cita, paradigma dan perencanaan pembangunan

berkelanjutan.

Untuk merealisasikan kearifan lokal dalam pengembangan kota berkelanjutan

diperlukan suatu strategi yang efektif untuk revitalisasi kearifan lokal adalah melalui

penegakan hukum, peningkatan pengetahuan, sosialisasi dan edukasi di arena keluarga,

sekolah dan masyarakat dengan dukungan multimedia. Komitmen publik sangat diperlukan,

termasuk pihak eksekutif, legislatif dan yudikatif. Namun, yang lebih utama dan terutama

adalah kontribusi kualitas kearifan kita bersama dalam aksi kehidupan sehari-hari secara

nyata, konsisten dan berkelanjutan

Page 9: Tata Kota Klmpok.docx

Kesimpulan

Dimensi Local Wisdom dalam penataan tata ruang kabupaten Jimbaran terdiri dari

beberapa aspek, yaitu aspek pengaturan tata ruang yang terdapat konsep kearifan lokal Tri

Hita Karana yang mengajarkan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia

dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya merupakan warisan adhi luhung yang

hingga kini tetap dipegang teguh masyarakat Bali. Konsep Tri Hita Karana telah mampu

memberikan inspirasi dunia dalam mengelola lingkungan yang berkelanjutan sesuai daya

dukung lingkungan. Pengingkaran konsep Tri Hita Karana dalam pembangunan akan

berdampak negatif bagi daya dukung dan keseimbangan alam. Kedua aspek pembinaan

yang ...... Ketiga aspek pelaksanaan yang ...... Terakhir adalah aspek pengawasan yaitu

Page 10: Tata Kota Klmpok.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Jembrana, 2012. Profil Kabupaten Jembrana. Bali.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jembrana (2015), Kabupaten Jembrana Dalam Angka

2015, Katalog BPS: 1102001.5101

Kusuma, P. G., Made, S. dan Nyoman, S. 2012. Pengaruh Perubahan Penguasaan Lahan

Pertanian Terhadap Tingkat Eksistensi Subak di Desa Medewi Kecamatan Pekutatan

Kabupaten Jembrana. Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha,

Singaraja.

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Jembrana 2012-2032

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana 2014

Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Wikantiyoso, Respati (ed).2009.Kearifan Lokal dalam Perencanaan dan Perancangan Kota :

Untuk Mewujudkan Arsitektur Kota yang Berkelanjutan. Group Konservasi Arsitektur

& Kota Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Merdeka Malang; Malang