Tarif PPh Pasal 21

download Tarif PPh Pasal 21

of 16

Transcript of Tarif PPh Pasal 21

Tarif PPh Pasal 21 Jenis Penghasilan (Objek Pajak)

No. 1.

Subjek Pajak

Pemotong Pajak Pemberi kerja

Tarif Pajak

DPP

Sifat Tidak Final

Penghasilan yang Pegawai tetap sifatnya teratur dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dasar Hukum : - KEP-537/PJ./2000 - Pasal 17 UU PPh Tahun 2000

Pasal 17 UU PPh PKP=PB-(BJ+IP)Tahun 2000 PTKP

2.

Upah pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang dan calon pegawai, dan pegawai tidak tetap lainnya; a. Tidak lebih dari Rp 110.000,00/hari dan tidak lebih dari Rp 1.100.000,00/bulan b. Lebih dari Rp 110.000,00/hari (tidak dimaksud dibayar secara bulanan) c. Pegawai lepas yang dibayar secara bulanan Dasar Hukum : - PER-15/PJ/2006

Penerima upah

Pemberi kerja

5%

PB - PTKP harian sebenarnya

Tidak Final

5%

PB - Rp. 110.000

Tidak Final

PB - PTKP

Tidak Final

3.

Rabat/komisi penjualan Distributor dari kegiatan MLM/Direct Selling dan kegiatan sejenis Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 - SE-39/PJ.43/1999

Perusahaan MLM yang membayarkan penghasilan

Pasal 17 UU PPh PKP = (PB-PTKP) Tahun 2000 perbulan

Tidak Final

4.

Uang Tebusan Pensiun, Penerima Penghasilan THT, JHT, uang Pesangon yang diterima Pegawai/Mantan Pegawai, kecuali Rp 25 juta atau kurang a. >Rp. 25 juta - Rp. 50 juta b. >Rp. 50 juta - Rp. 100 juta c. >Rp. 100 juta - Rp. 200 juta d. >Rp. 200 juta Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 - PP No. 149 Th 2000 - 112/KMK.03/2001

Badan Penyelenggara Pensiun/Badan Penyelenggara Jamsostek 5% 10% 15% 25% Penghasilan Bruto Penghasilan Bruto Penghasilan Bruto Penghasilan Bruto Final Final Final Final

5.

Jasa produksi, Tantiem, Penerima penghasilan Gratifikasi, Bonus yang diterima Mantan Pegawai

Pemberi kerja

Pasal 17 UU PPh Penghasilan Bruto Tahun 2000

Tidak Final

Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 - SE-56/PJ.42/1999 6. Honorarium yang diterima Dewan Komisaris/Pengawas yang bukan Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 7. Uang pensiun bulanan Penerima pensiunan yang diterima pensiunan Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 8. Penarikan dana pada Dana Pensiun oleh Pensiunan Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 9. Honorarium dan Pengacara, Akuntan, pembayaran lain yang Arsitek, Notaris, Penilai, diterima oleh Tenaga Ahli Aktuaris, Konsultan Pajak, (Pengacara, Akuntan, Konsultan Hukum Arsitek, Dokter, Notaris, Penilai, Aktuaris, Konsultan Pajak, Konsultan Hukum) Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 10. Honorarium yang dananya dari keuangan negara/daerah Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 - SE-06/PJ.43/1996 Pejabat Negara, PNS, Bendaharawan 15% Anggota TNI/Polri kecuali Pemerintah, PNS Gol. II/d ke bawah atau Instansi atau Anggota POLRI dengan Lembaga Pangkat Pembantu Letnan Pemerintah Satu atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah Pemberi Kerja Penghasilan Bruto Final Badan atau BUT 15%x50% atau yang 7,5% membayarkan penghasilan Penghasilan Bruto Tidak Final Peserta program pensiun Dana pensiun Pasal 17 UU PPh PKP=PB-BP-PTKP atau badan lain Tahun 2000 yang membayarkan uang pensiun Dana pensiun Pasal 17 UU PPh Penghasilan Bruto Tahun 2000 Tidak Final Penerima penghasilan Pemberi Pasal 17 UU PPh Penghasilan Bruto kerja/pembayar Tahun 2000 penghasilan Tidak Final

Tidak Final

11. Honorarium yang Penerima honorarium diterima oleh Pegawai Tidak Tetap, Pemagang, Calon Pegawai Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 12. Honorarium dan pembayaran lain yang diterima tenaga lepas Dasar Hukum : - KEP-545/PJ./2000 13. Penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang diterima Tenaga Asing yang berstatus WPDN 14. Penghasilan dari Tenaga Asing yang menerima penghasilan

Pasal 17 UU PPh PKP = (PB - PTKP) Tahun 2000

Tidak Final

Seniman, Olahragawan, Pemberi Penceramah, Pemberi Jasa, penghasilan Pengelola Proyek, Peserta Perlombaan

Pasal 17 UU PPh Penghasilan bruto Tahun 2000

Tidak Final

Perusahaan, Badan, BUT

Pasal 17 UU PPh PKP = PB-(BJ+IP)Tahun 2000 PTKP

Tidak Final

a. General Manager

Pemberi

Pasal 17 UU PPh Norma Penghitungan Tidak

pekerjaan yang diterima Tenaga Asing yang bekerja pada Perusahaan Pengeboran Minyak b. Manager Dasar Hukum : - 433/KMK.04/1994 - SE-17/PJ.43/1994

penghasilan

Tahun 2000

Khusus = US$ 11.275 per bulan

Final

Pemberi penghasilan Pemberi penghasilan Pemberi penghasilan Pemberi penghasilan

Pasal 17 UU PPh Norma Penghitungan Tidak Tahun 2000 Khusus = US$ 9.350 Final per bulan Pasal 17 UU PPh Norma Penghitungan Tidak Tahun 2000 Khusus = US$ 5.830 Final per bulan Pasal 17 UU PPh Norma Penghitungan Tidak Tahun 2000 Khusus = US$ 4.510 Final per bulan Pasal 17 UU PPh Norma Penghitungan Tidak Tahun 2000 Khusus = US$ 3.245 Final per bulan

c. Rig Supervisor/Tool Pusher d. Assistent Rig Supervisor/Tool Pusher e. Crew lainnya

Tarif PPh Pasal 23 Jenis Subjek Penghasilan/Peraturan Bunga, dividen, bunga simpanan yang dibayarkan koperasi royalti serta jasa lainnya Dasar Hukum : - Pasal 23 UU No. 17 Tahun 2000 - 522/KMK.04/1998 - SE-43/PJ.43/1998 2. Imbalan jasa lain sehubungan dengan penggunaan harta Dasar Hukum : - SKDJP No. PER70/PJ/2007 Sifat Pengenaan Tidak Final

No. 1.

Pemotong

Objek

Tarif

Wajib Pemberi Imbalan Pajak Dalam Negeri atau BUT

Bunga, Dividen, 15% x Royalti, hadiah dan Jumlah penghargaan kecuali bruto yang telah dipotong PPh 21 Bunga simpanan anggota koperasi yang lebih dari Rp. 240.000,-

Wajib Penyewa/Pengguna Sewa dan 10% x Pajak Harta penghasilan lain 15% = Dalam sehubungan dengan 1,5% x Negeri penggunaan harta Jumlah atau khusus kendaraan bruto* BUT angkutan darat Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, selain kendaraan angkutan darat Wajib Pengguna Jasa Pajak Dalam Negeri atau BUT 1. 2. 30% x 15% = 4,5% x Jumlah bruto*

Tidak Final

Tidak Final

3.

Imbalan jasa lain Dasar Hukum : - SKDJP No. PER70/PJ/2007

3.

Jasa teknik, 30% x Jasa 15% = manajemen, 4,5% x Jumlah bruto* Jasa konsultansi kecuali konsultansi konstruksi.

Tidak Final

1.

2.

Jasa 26 2/3% x Tidak Final pengawasan 15% = konstruksi, 4% x jumlah bruto* Jasa perencanaan konstruksi.

1. 2. 3.

Jasa penilai, Jasa aktuaris, Jasa

30%x15% Tidak Final = 4,5% x Jumlah bruto*

4. 5.

6.

7.

8.

9. 10. 11. 12. 13.

14.

15. 16.

akuntansi, Jasa perancang, Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang penambanga n minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap, Jasa penunjang di bidang penambanga n migas, Jasa penambanga n dan jasa penunjang di bidang penambanga n selain migas, Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara, Jasa penebangan hutan, Jasa pengolahan limbah, Jasa penyedia tenaga kerja, Jasa perantara, Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI, Jasa kustodian/ penyimpanan / penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI, Jasa pengisian suara, Jasa mixing

film, 17. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan. 18. Jasa instalasi/ pemasangan: Jasa insta lasi/ pem asan gan mesi n, listri k/ telep on/ air/ gas/ AC/ TV kabe l; Jasa insta lasi/ pem asan gan peral atan ; kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai izin/sertifikat sebagai pengusaha konstruksi; 19. Jasa perawatan/ pemeliharaan / perbaikan: Jasa pera wata

n/ pem eliha raan / perb aika n mesi n, listri k/ telep on/ air/ gas/ AC/ TV kabe l; Jasa pera wata n/ pem eliha raan / perb aika n peral atan ; Jasa pera wata n/ pem eliha raan / perb aika n alatalat trans porta si/ kend araa n; Jasa pera wata n/ pem eliha raan / perb aika n bang unan

; kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai izin/sertifikat sebagai pengusaha konstruksi; 20. 20. Jasa 13 1/3% pelaksanaan x15% = konstruksi, 2% x termasuk: jumlah Jasa bruto* pera wata n/ pem eliha raan / perb aika n bang unan ; Jasa insta lasi/ pem asan gan peral atan, mesi n/ listri k/ telep on/ air/ gas/ AC/ TV kabe l; sepanjang jasa tersebut dilakukan oleh Wajib Pajak yang mempunyai izin/sertifikas Tidak Final

i sebagai pengusaha konstruksi; 21. Jasa maklon, 22. Jasa penyelidikan dan keamanan, 20% x 15% = 3% x Jumlah bruto* Tidak Final

23. Jasapenyelenggar a kegiatan / event organizer, 24. Jasa pengepakan, 25. Jasa 10% x penyediaan 15% = tempat 1,5% x dan/atau Jumlah waktu dalam bruto* media massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi. 26. Jasa pembasmian hama, Tidak Final

27. Jasakebersihan / cleaning service. 28. Jasa catering Tarif PPh Pasal 17 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tarif Progresif PPh WP Pribadi : No 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Penghasilan s.d. Rp. 25.000.000,00 Di atas Rp. 25.000.000,00 s.d Rp. 50.000.000,00 Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d. Rp. 100.000.000,00 Di atas Rp. 100.000.000,00 s.d. Rp. 200.000.000,00 Di atas Rp. 200.000.000,00 5% 10 % 15 % 25 % 35 % Tarif

Tarif Progresif PPh WP Badan dan BUT : No 1. 2. 3. Jumlah Penghasilan s.d. Rp. 50.000.000,00 Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d. Rp. 100.000.000,00 Di atas Rp. 100.000.000,00 10 % 15 % 30 % Tarif

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) : (Berdasarkan KMK Nomor 137/PMK.03/2005) PTKP (Rp) Tahunan 13.200.000,00 14.400.000,00 15.600.000,00 16.800.000,00 18.000.000,00 Tarif PPh Pasal 15 Jenis Penghasilan/Peraturan Subjek Pajak Pemotong Pajak Objek Pajak Sifat Pengenaan Final Bulanan (dibagi 12 bulan) 1.100.000,00 1.200.000,00 1.300.000,00 1.400.000,00 1.500.000,00

Status TK/K/K/1 K/2 K/3

No. 1.

Tarif Pajak

Norma Penghitungan Wajib pajak Dibayar Khusus Penghasilan Neto pelayaran sendiri bagi Wajib Pajak dalam negeri Pelayaran Dasar Hukum : - SKMK Nomor 416/KMK.04/1996 - Surat Edaran No. SE29/PJ.4/1996

Penghasilan 1,2% x wajib pajak Peredaran pelayaran Bruto dalam negeri

2.

Norma Penghitungan Wajib pajak Dibayar Khusus Penghasilan Neto penerbangan sendiri bagi Wajib Pajak dalam negeri Dasar Hukum : - SKMK Nomor 475/KMK.04/1996 - Surat Edaran No. SE35/PJ.4/1996

Penghasilan 1,8% x wajib pajak Peredaran penerbangan bruto dalam negeri

Tidak Final

3.

Norma Penghitungan Khusus Neto bagi Wajib Pajak Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri Dasar Hukum : SKMK Nomor 417/KMK.04/1996

Wajib pajak Dibayar pelayaran sendiri dan/atau penerbangan luar negeri

Penghasilan 2,64% x wajib pajak Peredaran pelayaran bruto dan/atau penerbangan luar negeri

Final

4.

Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto bagi WPLN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia Dasar Hukum : - SKMK Nomor 634/KMK.04/1994 - Kep Dirjen Pajak KEP667/PJ./2001 - Surat Edaran Nomor S279/PJ.312/2002

Wajib pajak Dibayar luar negeri sendiri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia

Penghasilan wajib pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia

0,44% x Final Nilai ekspor bruto (Penghasilan neto = 1 % x Nilai ekspor)

5.

Pihak-pihak yang Pemegang melakukan kerjasama hak atas dalam bentuk perjanjian tanah, baik Bangun Guna Serah (Built Orang

Investor

Bangunan yang diserahkan investor

5% dari Finaluntuk jumlah bruto orang pribadi nilai yang tertinggi

Operate and Transfer) Dasar Hukum : - SKMK Nomor 248/KMK.04/1995 - Surat Edaran Nomor SE38/PJ.4/1995

Pribadi maupun Badan

kepada antara nilai pemegang pasar Tidak Final hak atas dengan Nilai untuk badan, tanah Jual Obyek merupakan setelah Pajak (NJOP) pembayaran perjanjian bangunan PPh 25 yang BOT berakhir dapat diperhitungkan dengan PPh terutang pada tahun pajak bersangkutan (kredit pajak) Tarif PPh Pasal 22

No. 1.

Jenis Penghasilan/Peraturan Penghasilan dari impor barang dan pembelian barang Dasar Hukum : - KMK No. 254/KMK.03/2001 Jo KMK No. 392/KMK.03/2001 Jo KMK No. 236/KMK.03/2003 Jo PMK No. 154/PMK.03/2007 Jo PMK No. 08/PMK.03/2008 - SKDJP No. KEP417/PJ./2001 - SEDJP No. SE13/PJ.43/2001

Subjek Pajak

Pemungut

Objek Pajak

Tarif Pajak

Sifat Pengenaan

Importir ber Bank Devisa API Dan DJBC

Impor 2,5% x Tidak Final Barang, Nilai Impor kecuali : (NI) -Impor barang yang berdasarkan undangundang tidak terutang Pajak Penghasilan berdasarkan SKB Pemungutan PPh 22 - Impor 7,5% x Tidak Final barang Nilai Impor tertentu yang dibebaskan dari bea masuk dan/atau PPN - Impor sementara untuk diekspor kembali - Impor kembali (Re-impor)

Importir Non Bank Devisa API dan DJBC

Rekanan DJA, Pembayaran 1,5% x Tidak Final Pemerintah Bendaharawan atas Harga Pemerintah pembelian Pembelian Pusat dan barang oleh Pemda Pemerintah kecuali, dibawah Rp 1.000.000 dan tidak dipecahpecah

2.

Pembelian barang oleh pemerintah dari APBN/APBD Dasar Hukum : - KMK No. 254/KMK.03/2001 Jo KMK No. 392/KMK.03/2001 Jo KMK No. 236/KMK.03/2003 Jo PMK No. 154/PMK.03/2007 Jo PMK No. 08/PMK.03/2008 - SKDJP No. KEP417/PJ./2001 - SEDJP No. SE13/PJ.43/2001

Rekanan BUMN/BUMD BUMN/BUMD

Pembayaran 1,5% x Tidak Final atas Harga pembelian Pembelian barang oleh Pemerintah (dibiayai dengan APBN/APBD) Premium, Final solar, premix atau super TT = 0,3% x Penjualan

SPBU Swasta

- PERTAMINA Penyerahan - Badan hasil usaha yang PERTAMINA bergerak kepada dibidang penyalur, BBM jenis dealer, atau Premix dan agen gas

SPBU PERTAMINA PERTAMINA

Penyerahan Premium, Final hasil produksisolar, PERTAMINA premix, kepada atau super penyalur, TT = dealer, atau 0,25% x agen penjualan Minyak Final tanah, gas LPG, Pelumas = 0,3% x penjualan

3.

Penjualan hasil produksi industri tertentu di Indonesia Dasar Hukum : - SKDJP No. KEP69/PJ./1995 dan SEDJP No. SE-53/PJ.4/1995 (Kertas) - SKDJP No. KEP401/PJ./2001 (Semen) - SKDJP No. KEP01/PJ./1996 (Baja) - SKDJP No. KEP24/PJ./1997(Rokok) - SKDJP No. KEP32/PJ./1995 Jo SKDJP No. KEP-65/PJ./1995 (Otomotif) - SEDJP No.SE24/PJ.43/2001 (Otomotif) - SKDJP No. KEP529/PJ./2001 (Rokok)

Pembeli Badan usaha kertas, tertentu yang semen, baja, ditunjuk KPP rokok, otomotif

Penjualan Kertas = Tidak Final hasil produksi0,1% x DPP di dalam PPN negeri atas Semen = Tidak Final kertas, 0,25% x semen, baja, DPP PPN rokok, dan Baja = Tidak Final otomotif 0,3% x DPP PPN Rokok = 0,15% x Harga bandrol Final

Otomotif = Tidak Final 0,45% x DPP PPN

4.

Pembelian bahan-bahan Pedagang untuk keperluan industri Pengumpul atau ekspor Dasar Hukum : - SKDJP No. KEP523/PJ./2001 - SEDJP No. SE27/PJ.43/2001

Badan Usaha Pembelian 1,5% x Tidak Final tertentu yang bahan-bahan Harga ditunjuk KPP untuk pembelian keperluan industri atau ekspor

Tarif PPh Pasal 26

No. 1.

Jenis Penghasilan/Peraturan

Subjek Pajak

Pemotong Pajak Pemberi Penghasilan

Objek Pajak Tarif Pajak a. b.

Sifat Pengenaan

Penghasilan yang diterimaWPLN WPLN Dasar Hukum : Pasal 26 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Jo SE-23/PJ.43/1995

c.

d.

e.

Dividen 20% x Final Bunga, Penghasilan termasu bruto k premiu m, diskonto , premi swap, dan imbalan sehubun gan dengan jaminan pengem balian utang Royalti, sewa, dan penghas ilan lain sehubun gan dengan penggu naan harta Imbalan sehubun gan dengan jasa, pekerja an atau kegiata n Hadiah dan Penghar gaan Pensiun dan pembay aran berkala lainnya 20% x 50% Final x premi yang dibayar 20% x 5% Final x premi yang dibayar 20% x 10% Final x premi yang dibayar

f.

2.

Premi asuransi dan reasuransi yang dibayar kepada perusahaan asuransi di LN Dasar Hukum : SKMK No. 624/KMK.04/1994

Perusahaan Tertanggung Premi asuransi asuransi di yang dibayar LN tertanggung Perusahaan Perusahaan Premi yang asuransi di reasuransi dibayar oleh luar negeri dalam negeriperusahaan asuransi dalam negeri Perusahaan Perusahaan Premi yang asuransi di asuransi dibayar luar negeri dalam negeriperusahaan asuransi dalam negeri

3.

Penghasilan Kena Pajak BUT Dasar Hukum : PPh Pasal 26 UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000

BUT

BUT

Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi pajak dari suatu BUT, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia

20% x Laba Final Neto setelah pajak dari suatu BUT di Indonesia

Tarif PPh Pasal 25 Subjek Jenis Pemotong Pajak/Wajib Angsuran/Peraturan Pajak Pajak Angsuran PPh 25 Dasar Hukum : Pasal 25 UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000 WPDN dan BUT Dibayar sendiri

No. 1

Objek Pajak Penghasilan neto berdasarkan SPT PPh tahun pajak yang lalu

Tarif Pajak

Sifat Pengenaan

(PKP x Tarif Tidak Final Pasal 17) (Kredit Pajak PPh 21, PPh 22, PPh 23, dan PPh 24) dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak Tarif umum Tidak Final Pasal 17 UndangUndang PPh 2000 Tarif umum Tidak Final Pasal 17 UndangUndang PPh 2000 Tidak Final

2

Angsuran PPh 25 bagi Bank dan Wajib pajak baru, Bank Financial Lease Sewa Guna Usaha dengan hak opsi, BUMN/BUMD dan Wajib pajak orang BUMN/BUMD pribadi tertentu Dasar Hukum : Surat KMK Nomor 522/KMK.04/2000 Jo Orang Pribadi 394/KMK.03/2001 Jo Pengusaha 84/KMK.03/2002- KEP- tertentu 171/PJ./2002

Dibayar sendiri

Laba yang didasarkan triwulan terakhir yang disetahunkan Laba rugi yang didasarkan RKAP yang telah disahkan

Dibayar sendiri

Dibayar sendiri

Penghasilan neto 2% x Jumlah peredaran bruto

3.

Angsuran Pajak Tahun a. Wajib pajak Dibayar Berjalan dalam hal-hal berhak atas sendiri tertentu kompensasi kerugian Dasar Hukum: SKDJP No. KEP537/PJ/2000 Surat S404/PJ.42/2001

Penghasilan neto Tarif umum Tidak Final menurut SPT PPh Pasal 17 tahun pajak yang Undanglalu atau dasar Undang PPh penghitungan 2000 lainnya dikurangi berdasarkan dengan SKMK No. Kredit Pajak 522/KMK.04/2000 (PPh 21, setelah dikurangi 22, 23, dan dengan 24) dibagi kompensasi 12 (dua kerugian belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak

b. Wajib pajak Dibayar memperoleh sendiri penghasilan tidak teratur

Penghasilan neto berdasarkan SPT PPh tahun pajak yang lalu setelah dikurangi dengan penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam SPT

Tarif umum Tidak Final Pasal 17 UndangUndang PPh 2000 dikurangi dengan Kredit Pajak (PPh 21, 22, 23, dan 24) dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak

c. SPT PPh Dibayar tahun pajak sendiri yang disampaikan terlambat

- Angsuran PPh 25 untuk bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT s/d penyampaian SPT sama dengan besarnya PPh 25 bulan terakhir tahun pajak yang lalu - Setelah wajib pajak menyampaikan SPT :PPh 25 dihitung kembali berdasarkan SPT dan berlaku surut mulai batas waktu penyampaian SPT, dengan syarat : - Jika Lebih Besar = dikenakan sanksi bunga sebesar 2% atas PPh yang kurang dibayar, sesuai Undang-Undang KUP Tahun 2000, dihitung sejak jatuh tempo penyetoran PPh 25 dari masingmasing bulan sampai tanggal penyetoran - Jika Lebih Kecil = kelebihan setoran PPh 25 dapat dipindahbukukan ke PPh 25 untuk bulan-bulan berikutnya setelah penyampaian SPT - Angsuran PPh 25 untuk bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT s/d penyampaian SPT sama dengan besarnya PPh 25 berdasarkan SPT sementara - Setelah wajib pajak menyampaikan SPT :PPh dihitung kembali berdasarkan SPT dan berlaku surut mulai batas waktu penyampaian SPT, dengan syarat : - Jika lebih besar = dikenakan sanksi bunga sebesar 2% atas PPh yang kurang dibayar, sesuai dengan Undang-Undang KUP Tahun 2000, dihitung sejak jatuh tempo penyetoran PPh 25 sampai dengan tanggal penyetoran - Jika lebih kecil = kelebihan setoran PPh 25 dapat dipindahbukukan ke PPh 25 bulan-bulan berikutnya setelah penyampaian SPT - PPh 25 dihitung kembali berdasarkan SPT Pembetulan, dengan syarat : - Jika lebih besar = dikenakan sanksi bunga sebesar 2% atas PPh yang kurang dibayar, sesuai dengan Undang-Undang KUP Tahun 2000, dihitung sejak jatuh tempo penyetoran

d.Wajib pajak Dibayar diberikan sendiri perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT

e.Wajib pajak Dibayar membetulkan sendiri sendiri SPT PPh

PPh 25 sampai dengan tanggal penyetoran - Jika lebih kecil = kelebihan setoran PPh 25 dapat dipindahbukukan ke PPh 25 bulan-bulan berikutnya setelah penyampaian SPT f. Wajib pajak Dibayar mengalami sendiri perubahan aktivitas usaha - Apabila setelah 3 bulan atau lebih berjalannya tahun pajak wajib pajak dapat menunjukkan bahwa PPh terutang kurang dari 75% dari PPh terutang yang menjadi dasar penghitungan PPh 25, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan PPh 25 secara tertulis kepada Kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar - Apabila dalam tahun pajak berjalan wajib pajak mengalami peningkatan usaha dan diperkirakan PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150% dari PPh terutang yang menjadi dasar penghitungan PPh pasal 25, besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan dihitung kembali berdasarkan perkiraan kenaikan PPh terutang tersebut oleh wajib pajak sendiri atau Kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar Penghasilan bruto Tarif Pasal Tidak Final kontrak 17 dari pengeboran Penghasilan minyak Neto =15% x Penghasilan bruto

4.

Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak Pengeboran MIGAS Dasar Hukum : SKMK No. 628/KMK.04/1991 SEDJP No. SE21/PJ.31/1991

Wajib pajak BUT bidang Pengeboran migas

Dibayar sendiri

5.

Angsuran PPh 25 bagi Wajib pajak wajib pajak kontrak karya penambangan umum dalam rangka kontrak karya Dasar Hukum : SEDJP No. SE48/PJ.42/1999

Dibayar sendiri

Penghasilan neto 1% x Jumlah peredaran bruto

Tidak Final

6.

Norma Penghitungan Wajib pajak Khusus Penghasilan Badan yang Neto bagi Wajib Pajak melakukan Badan yang melakukan kerjasama kerjasama dengan PT dengan PT Telkom Telkom Dasar Hukum : SKMK No. 88/KMK.04/1994 SKDJP No. KEP155/PJ/2000

PT Telkom Penghasilan Neto 5% x Final Penghasilan Neto

7.

Penetapan saat WPDN yang Dibayar diperolehnya dividen memiliki sendiri atas Penyertaan modal sekurangpada Badan Usaha di kurangnya 50% LN yang sahamnya dari jumlah

Hak atas laba Tarif umum Tidak Final setelah pajak Pasal 17 sebanding dengan Undangpenyertaannya Undang PPh (Dividen) Tahun 2000

tidak diperdagangkan saham yang di Bursa Efek disetor pada badan usaha di LN Dasar Hukum : SKMK No. 650/KMK.04/1994 Surat Edaran SE35/PJ.4/1995 WPDN bersama-sama dengan WPDN lainnya memiliki sekurangkurangnya 50% dari jumlah saham yang disetor pada badan usaha di luar negeri