tara tau

2
BAB I PENDAHULUAN Granulomatosis Wegener disebut juga granulomatosis dengan polyangitis (GPA), yang termasuk dalam kelompok pemyakit yang dikarakteristikkan oleh adanya peradangan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan hambatan aliran darah ke organ-organ sehingga terjadi kerusakan jaringan yang disebut peradangan granulomatosus yang dapat dilihat melalui hasil biopsy organ yang terkena. Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti, namun granuloma sebagai lesi patologik awal yang menyebabkan proses imun seluler. Adanya paparan lingkungan termasuk infeksi saluran pernapasan, paparan lingkungan pertanian, paparan bahan allergen merupakan faktor pemicu pembentukkan granuloma, selanjutnya akan terjadi interaksi yang kompleks antara lingkungan dan faktor host itu sendiri yang menyebabkan terjadinya Granulomatosis wegener. Salah satu diantara faktor host adalah genetik. Faktor infeksi juga diduga memiliki peran dalam menyebabkan timbulnya granulomatosis wegener walaupun patogenesisya belum dapat dijelaskan secara penuh. Bukti awal yang ditemukan Stegeman dkk, menunjukkan adanya Staphylococcus aureus pada apusan hidung yang terkait dengan kekeambuhan penyakit granulomatosis wegener, sejak itu telah ditemukan proteinase 3 antigen (PR3) komplementari (homolog dengan derivat peptida S aureus) yang memicu munculnya anibodi PR3. Granulomatosis Wegener adalah penyakit yang jarang ditemukan, insidennya belum dapat ditentukan. Angka kejadian penyakit ini di Amerika Serikat adalah

description

cc

Transcript of tara tau

Page 1: tara tau

BAB I

PENDAHULUAN

Granulomatosis Wegener disebut juga granulomatosis dengan polyangitis (GPA), yang termasuk dalam kelompok pemyakit yang dikarakteristikkan oleh adanya peradangan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan hambatan aliran darah ke organ-organ sehingga terjadi kerusakan jaringan yang disebut peradangan granulomatosus yang dapat dilihat melalui hasil biopsy organ yang terkena.

Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti, namun granuloma sebagai lesi patologik awal yang menyebabkan proses imun seluler. Adanya paparan lingkungan termasuk infeksi saluran pernapasan, paparan lingkungan pertanian, paparan bahan allergen merupakan faktor pemicu pembentukkan granuloma, selanjutnya akan terjadi interaksi yang kompleks antara lingkungan dan faktor host itu sendiri yang menyebabkan terjadinya Granulomatosis wegener. Salah satu diantara faktor host adalah genetik.

Faktor infeksi juga diduga memiliki peran dalam menyebabkan timbulnya granulomatosis wegener walaupun patogenesisya belum dapat dijelaskan secara penuh. Bukti awal yang ditemukan Stegeman dkk, menunjukkan adanya Staphylococcus aureus pada apusan hidung yang terkait dengan kekeambuhan penyakit granulomatosis wegener, sejak itu telah ditemukan proteinase 3 antigen (PR3) komplementari (homolog dengan derivat peptida S aureus) yang memicu munculnya anibodi PR3.

Granulomatosis Wegener adalah penyakit yang jarang ditemukan, insidennya belum dapat ditentukan. Angka kejadian penyakit ini di Amerika Serikat adalah diperkirakan 3 kasus per 100.000 populasi sedangkan di Inggris diperkirakan antara 10 hingga 25 kasus per 1.000.000 populasi.

Granulomatosis wegener dapat terjadi pada umur berapa saja, kira-kira 15% terjadi pada usia dibawah 19 tahun. Walaupun demikian, lebih sering muncul pada umur 35-60 tahun dan jarang pada anak-anak.

Patogenesis pada penyakit ini belum dapat diurai dengan sempurna, namun demikian ditemukannya antineutrophil cytoplasmic antibody (ANCAs) dengan neutrophils pada sebagian besar pasien memunculkan dugaan adanya peran autoimun humoral.

Sebuah penelitian in vitro menemukan adanya bukti keterlibatan PR3-ANCA dalam aktivasi neutrophils primer yang menyebabkan dihasilkannya oksigen reaktif dan pelepasan ensim litik seperti elastase yang memicu terjadinya cedera

Page 2: tara tau

jaringan. Selain itutampak pula aktivasi sel neutrophil-endothelial dan sitokin proinflamasi lainnya seperti TNF alfa dan INF gamma. Aktivasi utama dari sitokin proinflamsi adalah memungkinkan terjadinya perlengketan molekul sel PMN ke dinding sel endotel dan menyebabkan translokasi intrasitoplasmik PR 3 pada membran sel, dengan adanya ikatan ANCA dengan PR 3 maka PMN akan aktif dan memulai degranulasi dan mengeluarkan mediator yang toksin dan bersifat litik pada endotel. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan gangguan endotel yang berakhir pada vaskulitis nekrotikan.