Tanti k Jurnal Ttg Perlindungan Tki

40
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI Oleh : TANTI KIRANA UTAMI, SH, MH ABSTRAK Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri dan besarnya jumlah TKI yang sekarang ini bekerja di luar negeri, meningkat pula kasus perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI baik di dalam maupun di luar negeri. Kasus yang berkaitan dengan nasib TKI semakin beragam dan bahkan berkembang kearah perdagangan manusia yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Dengan mengacu kepada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Undang-undang ini intinya harus memberi perlindungan warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapat pekerjaan, khususnya di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya. Kata Kunci : Asas Hukum Ketenagakerjaan, Prinsip Penempatan Tenaga Kerja, Tenaga kerja Indonesia, Pembinaan dan Perlindungan TKI. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.` 1

description

perlindungan TKI

Transcript of Tanti k Jurnal Ttg Perlindungan Tki

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG

PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI

Oleh : TANTI KIRANA UTAMI, SH, MH

ABSTRAK

Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri dan besarnya jumlah TKI yang sekarang ini bekerja di luar negeri, meningkat pula kasus perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI baik di dalam maupun di luar negeri. Kasus yang berkaitan dengan nasib TKI semakin beragam dan bahkan berkembang kearah perdagangan manusia yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Dengan mengacu kepada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Undang-undang ini intinya harus memberi perlindungan warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapat pekerjaan, khususnya di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya.

Kata Kunci : Asas Hukum Ketenagakerjaan, Prinsip Penempatan Tenaga Kerja, Tenaga kerja Indonesia, Pembinaan dan Perlindungan TKI.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.`

Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan

manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan dapat

dimaknai sebagai sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidup bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Dapat juga dimaknai sebagai sarana

untuk mengaktualisasikan diri sehingga seseorang merasa hidupnya menjadi lebih

berharga baik bagi dirinya, keluarganya maupun lingkungannya, oleh karena itu hak

atas pekerjaan merupakan hak azasi yang melekat pada diri seseorang yang wajib

dijunjung tinggi dan dihormati.

1

Makna dan arti pentingnya pekerjaan bagi setiap orang tercermin dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2)

menyatakan bahwa setiap Warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Namun, pada kenyataannya,

keterbatasan akan lowongan kerja di dalam negeri menyebabkan banyaknya

warga negara Indonesia/TKI mencari pekerjaan ke luar negeri. Dari tahun ke

tahun jumlah mereka yang bekerja di luar negeri semakin meningkat. Besarnya

animo tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri dan besarnya jumlah TKI

yang sedang bekerja di luar negeri di satu segi mempunyai sisi positif, yaitu

mengatasi sebagian masalah pengangguran di dalam negeri namun mempunyai

pula sisi negatif berupa resiko kemungkinan terjadinya perlakuan yang tidak

manusiawi terhadap TKI. Resiko tersebut dapat dialami oleh TKI baik selama

proses keberangkatan, selama bekerja di luar negeri maupun setelah pulang ke

Indonesia. Dengan demikian perlu dilakukan pengaturan agar resiko perlakuan

yang tidak manusiawi terhadap TKI sebagaimana disebutkan di atas dapat

dihindari atau minimal dikurangi.

Pada hakekatnya ketentuan-ketentuan hukum yang dibutuhkan dalam

masalah ini adalah ketentuan-ketentuan yang mampu mengatur pemberian

pelayanan penempatan bagi tenaga kerja secara baik. Pemberian pelayanan

penempatan secara baik didalamnya mengandung prinsip murah, cepat, tidak

berbelit-belit dan aman. Pengaturan yang bertentangan dengan prinsip tersebut

memicu terjadinya penempatan tenaga kerja illegal yang tentunya berdampak kepada

minimnya perlindungan bagi tenagakerja yang bersangkutan.

Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja yang ingin bekerja di

luar negeri dan besarnya jumlah TKI yang sekarang ini bekerja di luar negeri,

meningkat pula kasus perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI baik di

dalam maupun di luar negeri. Kasus yang berkaitan dengan nasib TKI semakin

beragam dan bahkan berkembang kearah perdagangan manusia yang dapat

dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

2

Selama ini, secara yuridis peraturan perundang-undangan yang menjadi

dasar acuan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri adalah Ordonansi

tentang Pengerahan Orang Indonesia Untuk Melakukan Pekerjaan Di Luar

Indonesia (Staatsblad Tahun 1887 Nomor 8 ) dan Keputusan Menteri serta

peraturan pelaksanaannya. Ketentuan dalam ordonansi sangat sederhana/sumir

sehingga secara praktis tidak memenuhi kebutuhan yang berkembang. Kelemahan

ordonansi itu dan tidak adanya undang-undang yang mengatur penempatan dan

perlindungan TKI di luar negeri selama ini diatasi melalui pengaturan dalam

Keputusan Menteri serta peraturan pelaksanaannya.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia Untuk Melakukan

Pekerjaan Di Luar Negeri dinyatakan tidak berlaku lagi dan diamanatkan

penempatan tenaga kerja ke luar negeri diatur dalam undang-undang tersendiri.

Pengaturan melalui undang-undang tersendiri, diharapkan mampu merumuskan

norma-norma hukum yang melindungi TKI dari berbagai upaya dan perlakuan

eksploitatiff dari siapapun.

Dengan mengacu kepada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, maka Undang-undang ini intinya harus memberi

perlindungan warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapat

pekerjaan, khususnya di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh pelayanan

penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan

keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya.

Dikaitkan dengan praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masalah

penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri, menyangkut juga hubungan antar

negara, maka sudah sewajarnya apabila kewenangan penempatan dan perlindungan

TKI di luar negeri merupakan kewenangan Pemerintah. Namun Pemerintah tidak

dapat bertindak sendiri, karena itu perlu melibatkan Pemerintah Provinsi maupun

Kabupaten/Kota serta institusi swasta. Di lain pihak karena masalah penempatan

dan perlindungan tenaga kerja Indonesia langsung berhubungan dengan

3

masalah nyawa dan kehormatan yang sangat azasi bagi manusia, maka institusi

swasta yang terkait tentunya haruslah mereka yang mampu baik dari aspek

komitmen, profesionalisme maupun secara ekonomis, dapat menjamin hak-hak

azasi warga negara yang bekerja di luar negeri agar tetap terlindungi.

Setiap tenaga kerja yang bekerja di luar wilayah negaranya merupakan orang

pendatang atau orang asing di negara tempat ia bekerja. Mereka dapat

dipekerjakan di wilayah manapun di negara tersebut, pada kondisi yang mungkin

di luar dugaan atau harapan ketika mereka masih berada di tanah airnya.

Berdasarkan pemahaman tersebut kita harus mengakui bahwa pada kesempatan

pertama perlindungan yang terbaik harus muncul dari diri tenaga kerja itu sendiri,

sehingga kita tidak dapat menghindari perlunya diberikan batasanbatasan tertentu

bagi tenaga kerja yang akan bekerja di luar negeri. Pembatasan yang utama adalah

keterampilan atau pendidikan dan usia minimum yang boleh bekerja di luar

negeri. Dengan adanya pembatasan tersebut diharapkan dapat diminimalisasikan

kemungkinan eksploitasi terhadap TKI.

Pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan sebagaimana

yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, dapat dilakukan oleh setiap warga negara secara perseorangan.

Terlebih lagi dengan mudahnya memperoleh informasi yang berkaitan dengan

kesempatan kerja yang ada di luar negeri. Kelompok masyarakat yang dapat

memanfaatkan teknologi informasi tentunya mereka yang mempunyai pendidikan

atau keterampilan yang relatif tinggi. Sementara bagi mereka yang mempunyai

pendidikan dan keterampilan yang relatif rendah yang dampaknya mereka

biasanya dipekerjakan pada jabatan atau pekerjaan -pekerjaan "kasar" tentunya

memerlukan pengaturan berbeda dari pada mereka yang memiliki keterampilan

dan pendidikan yang lebih tinggi. Bagi mereka lebih diperlukan campur tangan

Pemerintah untuk memberikan pelayanan dan perlindungan yang maksimal.

Perbedaan pelayanan atau perlakuan bukan untuk mendiskriminasikan suatu

kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya, namun justru untuk

4

menegakkan hak-hak warga negara dalam memperoleh pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu dalam Undang-

Undang ini, prinsip pelayanan penempatan dan perlindungan TKI adalah

persamaan hak, berkeadilan, kesetaraan gender serta tanpa diskriminasi.

Telah dikemukakan di atas bahwa pada umumnya masalah yang timbul dalam

penempatan adalah berkaitan dengan hak azasi manusia, maka sanksi-sanksi yang

dicantumkan dalam Undang-Undang ini, cukup banyak berupa sanksi pidana.

Bahkan tidak dipenuhinya persyaratan salah satu dokumen perjalanan, sudah

merupakan tindakan pidana. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa dokumen

merupakan bukti utama bahwa tenaga kerja yang bersangkutan sudah memenuhi

syarat untuk bekerja di luar negeri.

Tidak adanya satu saja dokumen, sudah beresiko tenaga kerja tersebut tidak

memenuhi syarat atau illegal untuk bekerja di negara penempatan. Kondisi ini

membuat tenaga kerja yang bersangkutan rentan terhadap perlakuan yang tidak

manusiawi atau perlakuan yang eksploitatif lainnya di negara tujuan penempatan.

Dengan mempertimbangkan kondisi yang ada serta peraturan

perundang-undangan, termasuk didalamnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina 1963 mengenai Hubungan Konsuler, Undang-undang Nomor

2 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Misi Khusus (Special

Missions) Tahun 1969, dan Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang

Hubungan Luar Negeri, Undang-undang Penempatan dan Perlindungan TKI di

Luar Negeri dirumuskan dengan semangat untuk menempatkan TKI pada

jabatan yang tepat sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya, dengan tetap

melindungi hak-hak TKI. Dengan demikian Undang-Undang ini diharapkan

disamping dapat menjadi instrumen perlindungan bagi TKI baik selama masa

pra penempatan, selama masa bekerja di luar negeri maupun selama masa

kepulangan ke daerah asal di Indonesia juga dapat menjadi instrumen peningkatan

kesejahteraan TKI beserta keluarganya.

5

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan-

permasalahan yang memerlukan pengaturan lebih jelas mengenai:

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah kepada

TKI?

2. Upaya apa sajakah yang perlu dilakukan oleh Pemerintah dalam meningkatkan

perlindungan TKI ?

BAB II. PEMBAHASAN.

A. Perlindungan TKI.

Makna dan arti pentingnya pekerjaan bagi setiap orang tercermin dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2)

menyatakan bahwa setiap Warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Namun, pada kenyataannya,

keterbatasan akan lowongan kerja di dalam negeri menyebabkan banyaknya

warga negara Indonesia/TKI mencari pekerjaan ke luar negeri. Dari tahun ke

tahun jumlah mereka yang bekerja di luar negeri semakin meningkat. Besarnya

animo tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri dan besarnya jumlah TKI

yang sedang bekerja di luar negeri di satu segi mempunyai sisi positif, yaitu

mengatasi sebagian masalah pengangguran di dalam negeri namun mempunyai

pula sisi negatif berupa resiko kemungkinan terjadinya perlakuan yang tidak

manusiawi terhadap TKI. Resiko tersebut dapat dialami oleh TKI baik selama

proses keberangkatan, selama bekerja di luar negeri maupun setelah pulang ke

Indonesia. Dengan demikian perlu dilakukan pengaturan agar resiko perlakuan

yang tidak manusiawi terhadap TKI sebagaimana disebutkan di atas dapat

dihindari atau minimal dikurangi.

Negara Hukum Indonesia sudah berdiri sejak lebih dari enam puluh lima

tahun lamanya, kualifikasi sebagai negara hukum pada tahun 1945 terbaca dalam

6

Penjelasan Undang-Undang Dasar. Dalam penjelasan mengenai “Sistem

Pemerintahan Negara” dikatakan “Indonesia ialah negara yang berdasar atas

hukum (Rechtsstaat)”. Hal ini mempunyai makna bahwa Indonesia melaksanakan

pemerintahan berdasarkan tatanan hukum, mengakui segala bentuk kekuasaan

dalam melaksanakan pembangunan berdasarkan hukum, termasuk

memberdayakan penegakan hukum, menegakan keadilan, dan tidak mengakui

kesewenang-wenangan yang bersifat menindas, termasuk penindasan HAM.1

Negara hukum menurut Bagir Manan, sudah merupakan tipe negara yang

umum dimiliki oleh bangsa-bangsa di dunia dewasa ini. Negara hukum

meninggalkan tipe negara yang memerintah berdasarkan kemauan sang pengusa.2

Sejak perubahan tersebut, maka negara diperintah berdasarkan hukum yang sudah

dibuat dan disediakan sebelumnya serta penguasapun tunduk kepada hukum

tersebut.

Pernyataan yang lebih lugas mengenai negara hukum disampaikan oleh F.R.

Bothlingk yang mengatakan “De staat, waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers

is beperkt door grenzen van recht” (negara, dimana kebebasan kehendak

pemegang kekuasaan dibatasi oleh ketentuan hukum). Lebih lanjut disebutkan

bahwa dalam rangka merealisasikan pembatasan pemegang kekuasaan tersebut,

maka diwujudkan dengan cara “Enerzijds in een binding van rechter en

administratie aan de wet, anderjizds in een begrenzing van de bevoegdheden van

de wetgever”.3 (di satu sisi keterkaitan hakim dan pemerintah terhadap undang-

undang, dan disisi lain pembatasan kewenangan oleh pembuat undang-undang).

1 Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran Dan Pengaturan Hak Asasi Manusia Di Indonesia, Alumni, Bandung, 2006, , hlm. 59 – 60.

2 Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Mewujudkan Kedaulatan Rakyat Melalui Pemilihan Umum, dalam Bagir Manan (Ed), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1996, hlm. 67; Negara Hukum (rechtsstaat) dalam arti umum adalah negara dimana ada saling percaya anatara rakyat dan pemerintah. Rakyat percaya bahwa cpemerintah tidak akan menyalahgunakan kekuasaannya, dan sebaliknya pemerintah percaya bahwa dalam menjalankan wewenangnya, pemerintah akan dipatuhi dan diakui oleh rakyat. sedangkan dalam arti khusus negara berdasarkan hukum diartikan bahwa semua tindakan negara atau pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum atau dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

3 J.J. Oostenbrink, Administratieve Sancties, Vuga Boekerij, s-Gravenhage, tt, hlm. 49

7

Asas Hukum Ketenagakerjaan.

Pasal 3 UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa pembangunan

ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi

fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.

Asas pembangunan ketenagaekrjaan pada dasarnya sesuai dengan asas

pembangunan nasional, khususnya asa demokrasi, asas adil, dan merata. Hal ini

dilakukan karena pembangunan ketenagakerjaan menyangkut multidimensi dan

terkait dengan berbagai pihak, yaitu antara pemerintah, pengusaha, dan

pekerja/buruh. Oleh karena itu, pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara

terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling mendukung. Jadi asas Hukum

Ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas

sektoral pusat dan daerah.

Pengerahan dan penempatan tenaga kerja merupakan titik berat upaya penanganan

masalah ketenagakerjaan. Terlebih Indonesia tergolong negara yang memiliki

jumlah penduduk peringkat atas dunia, sehingga penempatan angkatan kerja juga

harus diatur sedemikian rupa dan secara terpadu.

Prinsip penempatan tenaga kerja bahwa setiap tenaga kerja mempunyai

hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah

pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri

(Pasal 31 UU No. 13 Tahun 2003).

Pasal 32 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa penempatan

tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas-asas :

1. Terbuka, adalah pemberian informasi kepada pencari kerja secara jelas,

antara lain jenis pekerjaan, besarnya upah, dan jam kerja. Hal ini

dimaksudkan untuk melindungi pekerja/buruh serta untuk menghindari

terjadinya perselisihan setelah tenaga kerja ditempatkan.

8

2. Bebas, adalah pencari kerja bebas memilih jenis pekerjaan dan pemberi

kerja bebas memilih tenaga kerja sehingga tidak ada pemaksaan satu

sama lian.

3. Obyektif, ialah pemberi kerja agar menawarkan pekerjaan yang cocok

kepada pencari kerja sesuai dengan kemampuan dan persyaratan jabatan

yang dibutuhkan serta harus memeprhatikan kepentingan umum dengan

tidak memihak kepentingan pihak tertentu.

4. Adil dan setara tanpa diskriminasi, ialah penempatan tenaga kerja

dilakukan berdasarkan kemampuan tenaga kerja dan tidak berdasarkan

atas ras, jenis kelamin, warna kulit, agama dan aliran politik.

Pengertian Tenaga Kerja Indonesia.

Di dalam Pasal 1 UU No. 39 Tahun 2004 dijelaskan beberapa istilah yang

berkaitan dengan tenaga kerja indonesia, misalnya :

1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.

2. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagi pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

3. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.

4. Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.

Sasaran penempatan tenaga kerja adalah untuk menempatkan tenaga kerja

yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat minat, dan kemampuan

dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum

(Pasal 32 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003).

9

Di dalam Pasal 2 UU No. 39 Tahun 2004 dijelaskan bahwa Penempatan

dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan keterpaduan, persamaan hak,

demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi,

serta anti perdagangan manusia.

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk :

a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan

manusiawai;

b. menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negari, di negara

tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;

c. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan

mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pemerintah dapat melimpahkan sebagi

wewenangnya dan /atau tugas perbantuan kepada pemerintah daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di

luar negeri.Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah

berkewajiban :

a. menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang bersangkutan

berangkat melalui pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat

secara mandiri;

b. mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;

c. membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di

luar negeri;

d. melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan

perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan

10

e. memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelumnya

pemberangkatan,

masa penempatan, dan masa purna penempatan.

Usaha perlindungan TKI dalam 3 (tiga) tahap yakni sebagai berikut:

1. Perlindungan tenaga kerja Indonesia (TKI) pra penempatan.

Calon TKI harus betul-betul memahami informasi lowongan pekerjaan

dan jabatan .

Informasi ini diperoleh dari Kandepnaker/Dinas tenaga kerja setempat

bersama PJTKI melalui penyuluhan, pendaftaran, dan seleksi yang menjelaskan

kepada TKI mengenai :

a. Adanya lowongan pekerjaan dan jabatan yang tersedia diluar negeri.

b. Persyaratan administrasi calon TKI, termasuk pemilikan pasport.

c. Syarat-syarat kerja meliputi upah, jaminan sosia, waktu kerja, kondisi kerja,

lokasi kerja, dan lain-lain.

d. Situasi dan kondisi negara tempat kerja.

e. Hak dan kewajiban TKI.

Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan calon TKI yang akan bekerja

keluar negeri mendapatkan informasi dan penjelasan yang benar dan cepat,

sehingga mereka terhindar dari penipuan dan mereka dapat mempersiapkan diri

baik fisik maupun mental untuk bekerja diluar negeri.

Calon TKI dijamin kepastian untuk bekerja diluar negeri ditinjau dasi segi

keterampilan dan kesiapan mental.

Calon TKI keluar negeri harus memiliki keterampilan sesuai dengan

permintaan pengguna jasa dengan dibuktikannya lulus tes uji keterampilan yang

dilakukan oleh para lembaga latihan kerja yang telah memperoleh akreditasi atau

depnaker dan telah mengikuti orientasi pra pemberangkatan dengan kurikulum

dan silabus sebagai berikut:

a. Pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila.

b. Pembinaan pisik, mental disiplin.

c. Adat istiadat dan kondisi negara tujuan.

11

d. Peraturan Perundang-undangan dinegara tujuan.

e. Penjelasan tentang kelengkapan dokumen yang harus dibawa oleh TKI.

f. Tata cara perjalanan keluar negeri dan kepulangan ketanah air.

g. Program pengiriman uang (remittance), tabungan dan kesejahteraan TKI.

h. Hak dan kewajiban TKI termsuk didalamnya sistem pembebanan biaya

penempatan dan pembayaran kembali kredit bank biaya pengiriman TKI.

Tenaga kerja Indonesia diluar negeri, sering dijadikan objek perdagangan

manusia, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat menusia,

serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia (HAM) dan ditegaskan

bahwa negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi manusia warga

negaranya baik didalam maupun diluar negeri, keadilan sosial, kesetaraan dan

keadilan gender, anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia.6

Calon TKI harus mengerti dan memahami isi perjanjian kerja yang telah

disepakati oleh pengguna jasa dan calon TKI dan dihadapan pegawai pengawas

ketenagakerjaan di Kandepnaker atau Kanwil daerah asal TKI, pada waktu

penandatanganan menjelaskan kepada calon TKI apa yang menjadi hak dan

kewajibannya selama bekerja diluar negeri dan apa yang menjadi hak dan

kewajiban dari pihak mejikan sesuai dengan isi perjanjian kerja yang mereka

tandatangani, disamping itu PJTKI berkewajiban untuk memberitahukan setiap

pemberangkatan TKI keluar negeri secara tepat waktu dan setibanya dinegeri

tujuan harus dijemput oleh pengguna jasa atau mitra usaha atau perwakilan diluar

negeri setempat, setiap TKI yang akan bekerja diluar negeri dan akan

ditempatkan pada pengguna jasa perorangan wajib diikutsertakan oleh pengguna

PJTKI dalam program jamsostek.Untuk program jaminan kecelakaan kerja dan

jaminankematian membayar iuran sekaligus untuk selama masa perjanjian kerja,

sedangkan untuk TKI yang akan dipekerjakan pada pengguna jasa yang berstatus

instansi, lembaga atau badan hukum wajib mengikutsertakan TKI dalam program

jamsostek sejak perjanjian kerja ditandatangani TKI untuk jangka waktu

perjalanan TKI yang telah dilindungi oleh asuransi berdasarkan aturan perundang-

undangan negara setempat, program jamsostek berlaku sejak perjanjian kerja

12

ditandatangani sampai program asuransi di negara setempat berlaku baginya

dengan membayar iuran untuk masa 2 (dua) bulan.

Dalam kenyataan usaha yang dilakukan dalam rangka perlindungan itu

belum berjalan seperti yang diharapkan hal ini terbukti dengan adanya kasus

unjuk rasa, pemogoka yang dilakukan oleh pekerja/buruh yang berakhir dengan

pemutusan hubungan kerja yang berakiba memperpanjang barisan pengangguran,

perkembangan perlindungan TKI selama penematan mereka tetap mendapatkan

perlindungan baik di PJTKI yang mengirimnya maupun dari perwakilan luar

negeri. Perlindungan TKI selama penempatan meliputi penanganan masalah

persilisihan antara TKI dengan pengguna jasa bila terjadi permasalahan antara

TKI dengan pengguna jasa dapat diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat

dengan mengacu kepada perjanjian kerja dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di negara setempat dan penanganan masalah TKI akibat kecelakaan, sakit

atau meninggal dunia. Bila TKI tertimpa kecelakaan, sakilt atau meninggal dunia

diluar negeri, maka PJTKI bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengurus

perawatan atau pemakaman didalam atau diluar negeri sesuai dengan ketentuan

yang berlaku melalui harta peninggalan dan hak-hak TKI yang belum diterima

untuk diserahkan pada ahli waris TKI yang bersangkutan.

Disamping itu TKI dan pengguna jasa harus membuat perjanjian kerja

baru dengan memperhatikan pengalaman dan prestasi kerja yang dikaitkan dengan

peningkatan upah dengan jangka waktu 1 (satu) tahun dihadapan dan diketahui

oleh perwakilan Republik Indonesia, pengguna jasa membuat laporan tertulis

kepada mitra usaha perwakilan luar negeri. Selain itu, penanganan proses TKI

yang bekerja diluar negeri akan menjalani cuti maka pengurusannya dilakukan

oleh perwakilan luar negeri atau pengguna jasa TKI, sedangkan bagi TKI yang

menjalani cuti dan pulang ketanah air harus melaporkan kepada kanwil atau

Depnaker setempat. Setelah mereka selessai manjalankan cutinya dan akan

kembali ke negara tempat bekerja, maka Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia

(PJTKI) pengirim harus bertanggungjawab untuk melaporkan kepada kanwil atau

Depnaker serta mengurus surat permohonan Bebas Fiskal Luar Negeri (BFLN).

Perlindungan TKI punya penempatan meliputi 3 (tiga) kegiatan yaitu :

13

1. Kepulangan TKI setelah melaksanakan perjanjian kerja, apabila TKI

yang bekerja di luar negeri dapat menyelesaikan tugasnya sesuai

dengan prjanjian kerja, maka dengan berakhirnya masa kontrak,

pengguna jasa-jasa harus membiayai kepulangan TKI tersebut ke

Indonesia.

2. Kepulangan TKI karena suatu kasus disebabkan karena adanya suatu

kasus yang pengirim harus melaporkan kepada Kantor Wilayah

(Kanwil) atau Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) setempat dan

menyelesaikan administrasi setelah TKI tiba ditanah air.

3. Kepulangan TKI karena alasan khusus diluar negeri pulang ke

Indonesia karena suatu alasan khusus diluar perjanjian kerja maka

mendapat persetujuan dari penggunaan jasa, dan sepengetahuan

perwakilan RI. Sedangkan biaya kepulangan TKI diatur atas dasar

kesepakatan antara TKI dan pengguna jasa, pengurusannya juga

dibantu oleh pengguna jasa, mitra usaha, dan perwakilan luar negeri,

Pengguna Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) pengirim

bertanggungjawab penuh untuk mengurus kedatangan dan kepulangan

TKI berserta harta benda miliknya secara tertib dan aman sampai

kedaerah asal pelaksanaan dan tanggungjawab tersebut

dikoordinasikan dengan unit pelaksana teknis daepartemen Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) yang bersangkutan baik dipusat maupun

didaerah.

Dasar yuridis penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri

merupakan salah satu penanggulangan masalah pengganguran dan peranan

Pemerintah dalam program ini di titikberatkan pada aspek pembinaan serta

perlindungan dan memberikan berbagai kemudahan kerja kepada pihak yang

terkait khususnya TKI dan perusahaan jasa penempatan tenaga kerja Indonesia

selain bermanfaat untuk mengurangi tekanan pengangguran, program penempatan

TKI juga memberikan gaji yang diterima atau di remitasi. Selain itu , juga

meningkatkan keterampilan TKI karena mempunyai pengalaman kerja diluar

14

negeri, manfaat yang diterima adalah berupa peningkatan penerimaan devisa,

karena para TKI yang bekerja tentu memperoleh imbalan dalam bentuk valuta

asing.

Penempatan TKI diluar negeri juga mempunyai efek negative dengan

adanya kasus kekerasan fisik, psikis yang menimpa TKI baik sebelumnya, selama

bekerja maupun pada saat pulang kedaerah asal. Mencuatnya masalah TKI diluar

ngeri semakin menambah beban persoalan Tenaga Kerja Indonesia mengenai

ketidakadilan dalam perlakuan pengiriman tenaga kerja oleh perusahaan pengerah

jasa tenaga kerja Indonesia. Penempatan yang tidak sesuai dengan standar gaji

yang rendah karena tidak sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati oleh

pengguna tenaga kerja, kekerasan oleh pengguna tenaga kerja, pelecehan seksual,

tenaga kerja illegal (illegal worker) dengan disahkannya undang-undang nomor

39 tahun 2004 tentang perlindungan dan penempatan kerja Indonesia diluar

negeri, maka semakin jelas dan nyata kewenangan Pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah dalam mengatur penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Dalam Pasal 31 undang-undang nomor 13 tahun 2003 dinyatakan bahwa

setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,

mendapatkan, atau pindah pekerjaan yang memperoleh penghasilan yang layak

didalam atau diluar negeri, kemudian dalam Pasal 32 ayat (10) dan ayat (2)

dijelaskan bahwa “Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas

terbuka, bebas, objektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi.”

Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada

jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minaat, dan

kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan

hukum.

Penempatan tenaga kerja di dalam negeri Pasal 33 undang-undang nomor

13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan calon TKI berasakan keterpaduan,

persamaan, hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti

15

diskriminasi, serta anti perdagangan manusia Pasal 3 undang-undang nomor 39

tahun 2004, Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

Penyebab terjadinya ketidakamanan yang di derita oleh para TKI,

khususya para pembantu rumah tangga selanjutnya disebut dengan (PRT), yaitu :

1. Tingkat pendidikan TKI diluar negeri untuk sektor pembantu rumah

tangga yang rendah, kondisi ini kurang memberikan daya tawar yang

tinggi terhadap majikan di luar negeri yang akan memperkerjakannya,

keterbatasan pengetahuan tersebut meliputi tata kerja dan budaya

masyarakat setempat dan tingkat pendidikan juga berpengaruh

terhadap penguasaan bahasa, akses informasi dan teknologi dan

budaya setempat TKI bekerja, bukan hanya bermodal skill atau

keahlian teknis semata tetapi juga pemahaman terhadap budaya

masyarakat tempat mereka bekerja, kualitas tenaga kerja dan

pendidikan selalu memiliki keterkaitan bagi TKI khususnya yang

bekerja diluar negeri masih kurang.

2. Perilaku pengguna tenaga kerja yang kurang menghargai dan

menghormati hak-hak pekerjaannya, karakter keluarga atau majikan

yang berasal yang keras menjadi sebab terjadinya kasus kekerasan. Hal

ini terjadi karena perbedaan budaya, ritme atau suasana kerja diluar

negeri tempat TKI bekerja, posisi TKI yang sangat lemah, tidak

memiliki keahlian yang memadai, sehingga mereka hanya bekerja dan

dibayar.

3. Regulasi atau peraturan pemerintah yang kurang berpihak pada TKI

Luar negeri, khususnya sektor pembantu rumah tangga. Unuk

menghindari ketidakamanan yang akan di derita oleh TKI khususnya

pembantu rumah tangga maka Pasal 4 Undang-undang no 39 Tahun

2004 menegaskan bahwa perseorangan dilarang menempatkan warga

negara Indonesia untuk bekerja diluar negeri.

16

Dalam undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa tujuan

penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia diluar negeri. Pekerjaan

mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga setiap

orang membutuhkan pekerjaannya yang dapat dimaknai sebagai sumber

penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri dan

keluarganya, oleh karena itu hak atas pekerjaan merupakan hak asasi yang

melekat pada diri seseorang yang wajib di jungjung tinggi dan dihormati.

Makna dan arti pentingnya pekerjaan bagi setiap orang tercermin dalam

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2)

menyataan bahwa setiap Warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Namun, pada kenyataannya,

keterbatasan akan lowongan kerja didalam negeri menyebabkan banyaknya warga

negara Indonesia / TKI mencari pekerjaan keluar negeri dari tahun ke tahun

jumlah yang bekerja diluar negeri semakin meningkat. Besarnya snimo tenaga

kerja yang akan bekerja diluar negeri disatu sisi mempunyai nilai positif, yaitu

mengatasi sebagian permasalahan pengangguran di dalam negeri namun

mempunyai pula sisi negatif berupa resiko kemungkinan terjadi perlakuan yang

tidak manusiawi terhadap TKI. Resiko tersebut dapat di alami oleh TKI baik

selama proses keberangkatan, selama bekerja diluar negeri, maupun setelah

pulang ke Indonesia.

B. Upaya Meningkatkan Perlindungan terhadap TKI.

Berbicara mengenai Tenaga Kerja Indoenesia (TKI) tidak akan pernah

habis. Banyak dari perjalanan para TKI mulai dari pra-pemberangkatan, saat-

pemberangkatan dan pasca-pemberangkatan yang mengalami masalah. Baik TKI

legal maupun ilegal.

Berawal dari runtuhnya kepemimpinan Orde Baru sekitar tahun 1997,

ditandai dengan aksi amuk massa akibat goncangnya perekonomian nasional.

17

Bahkan merembet pada sektor lain yang lebih luas. Peluang kesempatan kerja

dalam negeri pun semakin sedikit, tidak sebanding dengan pengangguran yang

tumbuh subur seiring berjalannya waktu.

Beberapa kasus yang terjadi, misalnya kasus yang dialami Nirmala

Bonat, tenaga kerja perempuan asal Kupang, yang mencoba mengadu nasib di

Malaysia, berharap mendapat keberuntungan, tetapi justru kata “naas” yang

menghampiri. Pada Mei 2004, ia menunjukkan fotonya dengan tubuh terbakar dan

memar. Ia merupakan korban penganiayaan brutal majikannya sejak pertama kali

bekerja pada bulan September 2003. Akibatnya,  Nirmala mengalami luka parah

disekujur tubuh, termasuk dada dan punggung lengkap dengan luka bakar dan

siraman air panas.

Dipenghujung tahun 2010 kemarin dan awal 2011, TKI kita mendapat

perlakukan tidak manusiawi oleh majikannya. TKI asal Dompu Nusa Tenggara

Barat (NTB), bernama Sumiati kembali menjadi obyek pemberitaan media gara-

gara kasus kasus sama, ia dipukul, disiksa, distrika punggungnya, digunting

bibirnya bahkan ia sempat terbaring tak berdaya akibat kekejaman sang majikan

di Saudi Arbia.

Di samping kasus tersebut, adalah kasus TKI Kikim Komalasari asal

Cianjur, Jawa Barat yang meninggal dikarenakan perbuatan majikannya dinegara

yang sama pula. Kikim diduga dibunuh dan kemudian jasadnya dibuang didekat

kota Jeddah.

Di dalam undang-undang nomor 39 tahun 2004 dijelaskan bahwa Setiap calon

TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk :

a. bekerja di luar negeri;

b. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan

prosedur penempatan TKI di luar negeri;

18

c. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar

negeri;

d. memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan

untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang

dianutnya.

e. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan.

f. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh

tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di

negara tujuan;

g. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan

perundangundangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan

martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan

peraturan perundangundangan selama penempatan di luar negeri;

h. memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan

TKI ke tempat asal;

i.memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.

Selanjutnya dalam Pasal 9 dijelaskan pula kewajiban setiap calon TKI,

yaitu :

a. mentaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri maupun di negara

tujuan;

b. mentaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja;

c. membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan; dan

d. memberitahukan atau melaporkan kedatangan keberadaan dan kepulangan

TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

Kegiatan pra penempatan TKI di luar negeri meliputi :

a. pengurusan SIP;

b. perekrutan dan seleksi;

19

c. pendidikan dan pelatihan kerja;

d. pemeriksaan kesehatan dan psikologi;

e. pengurusan dokumen;

f.uji kompetensi;

g. pembekalan akhir pemberangkatan (PAP); dan

h. pemberangkatan.

Pembinaan TKI oleh Pemerintah, dilakukan dalam bidang :

a. informasi;

b. sumber daya manusia; dan

c. perlindungan TKI

Menurut Soepomo ( Asikin : 1993 : 76) perlindungan tenaga kerja dibagi

menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

penghasilan yang cukup, termasuk bila tenga kerja tidak mampu bekerja di

luar kehendaknya.

2. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak

untuk berorganisasi.

3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

keamanan dan keselamatan kerja.

Selanjutnya beliau mengatakan “perlindungan hukum terhadap tenaga

kerja adalah penjagaan agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan yang layak

bagi kemanusiaan. Salah satu bentuk perlindungan hukum ini adalah norma kerja

yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu

kerja, sistem pengupahan yang sesuai dengan peraturan Perundang-undangan

yang di tetapkan oleh Pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan dan sebagian

memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang

tinggi serta perlakuan yang sesuai dengan martabat dan moril.”

20

Di dalam Pasal 88 UU nomor 39 Tahun 2004, dijelaskan bahwa

Pembinaan oleh Pemerintah dalam bidang informasi , dilakukan dengan :

a. membentuk sistem dan jaringan informasi yang terpadu mengenai pasar

kerja luar negeri yang dapat diakses secara meluas oleh masyarakat

b. memberikan informasi keseluruhan proses dan prosedur menganai

penempatan TKI di luar negeri termasuk resiko bahaya yang mungkin

terjadi selama masa penempatan TKI di luar negeri

selanjutnya dalam Pasal 89, diatur mengenai : Pembinaan oleh Pemerintah dalam

bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf b,

dilakukan dengan :

a. meningkatkan kualitas keahlian dan/atau keterampilan kerja calon TKI/TKI

yang akan ditempatkan di luar negeri termasuk kualitas kemampuan

berkomunikasi dalam bahasa asing;

b. membentuk dan mengembangkan pelatihan kerja yang sesuai dengan

standar dan persyaratan yang ditetapkan.

Pembinaan oleh Pemerintah dalam bidang perlindungan TKI dilakukan dengan :

a. memberikan bimbingan dan advokasi bagi TKI mulai dari pra

penempatan, masa penempatan dan purna penempatan;

b. memfasilitasi penyelesaian perselisihan atau sengketa calon TKI/TKI

dengan Pengguna dan/atau pelaksana penempatan TKI

c. Menyusun dan mengumumkan daftar Mitra Usaha dan Pengguna

bermasalah secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d. melakukan kerjasama internasional dalam rangka perlindungan TKI sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

21

BAB III. PENUTUP.

Dari uraian pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Bentuk perlindungan yang diberikan oleh Pemerintah kepada TKI adalah

memberikan bimbingan dan advokasi bagi TKI mulai dari pra

penempatan, masa penempatan dan purna penempatan, memfasilitasi

penyelesaian perselisihan atau sengketa calon TKI/TKI dengan

Pengguna dan/atau pelaksana penempatan TKI, menyusun dan

mengumumkan daftar Mitra Usaha dan Pengguna bermasalah secara

berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk lebih meningkatkan perlindungan

terhadap TKI adalah Dilaksanakannya sosialisasi yang terarah dan terpadu

berkaitan dengan penempatan dan perlindungan TKI Kabupaten Cianjur

ke Luar Negeri, melakukan berbagai pelatihan dalam rangka

meningkatkan kompetensi CTKI/TKI, melakukan pengawasan yang ketat

dalam pelaksanaan penempatan CTKI.

22

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

Iman Soepomo, Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1987.

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm 154.

Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cet II, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Komnas Perempuan, Panduan Menyusun Peraturan daerah tentang Perlindungan Buruh Migran Indonesia berperspektif HAM dan Keadilan Jender, tt.

Sendjun H. Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2001,

Zainal Asikin (ed), Dasar-Dasar Hukum perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.

Peraturan Perundang-undangan .

Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta, Sinar Grafika, 1992,

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan TKI di Luar Negeri.

23

24

25

26

27