Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21

38
KATA PENGANTAR Puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, yang senantiasa memberikan hidayahnya kepada seluruh umat-Nya untuk tetap berada dijalan-Nya . Dan atas berkah-Nya pulalah akhirnya penulisan makalah yang berjudul “Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21” dapat terselesaikan sebagaimana yang penulis harapkan. Tak lupa pada kesempatan ini, penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak - pihak yang telah membantu penulis dalam makalah ini, masukan yang berupa ide - ide ataupun kritik dan saran dalam penulisan makalah ini, diantaranya : 1. Dosen pembimbing Dr. Elly Susanti,S.Pd,M.Pd sebagai pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberi arahan kepada penulis kearah yang baik dalam menulis. 2. Teman-teman yang telah meberikan ide-ide positif, semangat serta membantu menyelesaikan makalah ini 3. Serta pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu– persatu dalam kata pengantar ini. Penulis sangat berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penulis maupun pembaca yang membaca tulisan ini . Semoga tulisan ini diridhai oleh Allah SWT .Penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan hanya Allah SWT yang Maha Sempurna . Jadi penulis sangat mengharapkan kritik dan i

Transcript of Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21

Page 1: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa,

yang senantiasa memberikan hidayahnya kepada seluruh umat-Nya untuk tetap

berada dijalan-Nya . Dan atas berkah-Nya pulalah akhirnya penulisan makalah

yang berjudul “Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21” dapat

terselesaikan sebagaimana yang penulis harapkan.

Tak lupa pada kesempatan ini, penulis ucapkan banyak terimakasih kepada

pihak - pihak yang telah membantu penulis dalam makalah ini, masukan yang

berupa ide - ide ataupun kritik dan saran dalam penulisan makalah ini, diantaranya :

1. Dosen pembimbing Dr. Elly Susanti,S.Pd,M.Pd sebagai pembimbing yang telah

banyak membimbing dan memberi arahan kepada penulis kearah yang baik dalam

menulis.

2. Teman-teman yang telah meberikan ide-ide positif, semangat serta membantu

menyelesaikan makalah ini

3. Serta pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu–persatu dalam kata

pengantar ini.

Penulis sangat berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna

baik bagi penulis maupun pembaca yang membaca tulisan ini . Semoga tulisan ini

diridhai oleh Allah SWT .Penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari

kesalahan dan hanya Allah SWT yang Maha Sempurna . Jadi penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif agar dalam penulisan

makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya .

Palembang, 7 September 2016

Penulis

i

Page 2: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

DAFTAR ISI

Table of ContentsKATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................................2

1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

2.1 Pendidikan Kecakapan Hidup............................................................................................3

2.1.1 Pengertian Kecakapan Hidup......................................................................................3

2.1.2 Macam-Macam Kecakapan Hidup..............................................................................3

2.1.4 Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup.......................................................................7

2.1.5 Tantagan Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup.................................................7

2.2 Kemapuan Melek Informasi...............................................................................................8

2.2.1 Pengertian Kemampuan Melek Informasi...................................................................8

2.2.2 Tantangan/Hambatan pada Kemampuan Melek Informasi..........................................9

2.3 Pendekatan Berbasis Student Center Learning...................................................................9

2.3.1 Pengertian Student Center Learning............................................................................9

2.3.2 Model-Model Pembelajaran Student Center Learning..............................................10

2.3.3 Tantatangan Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Student Center Leraning.................14

2.4 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi..............................................................................14

BAB III PENUTUP.......................................................................................................19

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................19

3.2 Saran................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20

ii

Page 3: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup

manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21

kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali

dibidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik

dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan

peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di

era informasi ini.

Salah satu contoh kemajuan pada abad 21 ini yang memiliki pengaruh terhadap

proses pembelajaran ialah peserta didik diberi kesempatan dan dituntut untuk mampu

mengembangkan kecakapannya dalam melek informasi danpendidikan kecakapan

hidupnya sehingga peserta didik memiliki kemampuan dalam melek informasi yang

bertujuan untuk mengembangkan pola berpikir tingkat tinggi siswa.

Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran

dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk merubah

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-centered learning)

menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered

learning).

Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik harus

memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya

adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis, kolaborasi,

dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik

apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-

kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan

masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi

harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.

1

Page 4: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan permasalahan yaitu:

1. Apa saja tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21?

2. Apa itu pendidikan kecakapan hidup?

3. Apa itu keterampilan melek informasi?

4. Bagaimanakah pendekatan yang berbasis student center learning?

5. Bagaimanakah kemampuan berpikir yang mengarah kepada kemampuan berpikir

tingkat tinggi?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, makalah ini

bertujuan untuk :

1. Mengetahui tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21.

2. Mengetahuimengenai pendidikan kecakapan hidup.

3. Mengetahuiketerampilan melek informasi.

4. Mengetahui pendekatan yang berbasis student center learning.

5. Mengetahui kemampuan berpikir yang mengarah kepada kemampuan berpikir tingkat

tinggi.

1.4. Manfaat Penelitian1. Menambah wawasan tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21.

2. Meningkatkan rasa ingin tahu bagaimana tantangan kurikulum dan pembelajaran di

abad 21.

3. Sebagai referensi bagi penulis lain dalam membahas hal yang sama dan

mengembangkannya.

.

2

Page 5: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Kecakapan Hidup

2.1.1 Pengertian Kecakapan Hidup

Menurut Depdiknas (2003), kecakapan hidup (life skill) merupakan

kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem

hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara

proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu

mengatasinya. Adapun pengertian lainnya yaitu “kecakapan hidup merupakan

kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menjalani hidup dan kehidupannya

dalam statusnya sebagai mahkluk individu dalam konteks alam sekitar”

(Rudiyanto, 2003). Menurut Satori (2002), kecakapan hidup tidak semata-

mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus

memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti

membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah,

mengelola sumber-sumber daya, bekerja dalam tim atau kelompok, terus

belajar di tempat bekerja, mempergunakan teknologi dan lain sebagainya.

2.1.2 Macam-Macam Kecakapan Hidup

Departemen Pendidikan Nasional (2003) membagi kecakapan hidup

(life skill) menjadi dua macam yaitu :

1. Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS)

Kecakapan hidup generik atau kecakapan yang bersifat umum, adalah

kecakapan untuk menguasai dan memiliki konsep dasar keilmuan.Kecakapan

hidup generik berfungsi sebagai landasan untuk belajar lebih lanjut dan

bersifat transferable, sehingga memungkinkan untuk mempelajari kecakapan

hidup lainnya. Kecakapan hidup generik terdiri dari :

a. Kecakapan Personal (Personal Skill), yang terdiri dari:

1) Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)

Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan,

kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan

mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk

Tuhan, makhluk sosial, bagian dari lingkungan, serta menyadari dan

3

Page 6: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus meningkatkan

diri agar bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.Walaupun mengenal

diri lebih merupakan sikap, namun diperlukan kecakapan untuk

mewujudkannya dalam perilaku keseharian. Mengenal diri akan mendorong

seseorang untuk beribadah sesuai agamanya, berlaku jujur, bekerja keras,

disiplin, terpercaya, toleran terhadap sesama, suka menolong serta memelihara

lingkungan.

2) Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)

Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran atau

rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :

a) Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information Searching)

Kecakapan menggali dan menemukan informasi memerlukan keterampilan

dasar seperti membaca, menghitung, dan melakukan observasi.

b) Kecakapan Mengolah Informasi (Information Processing)

Informasi yang telah dikumpulkan harus diolah agar lebih

bermakna.Mengolah informasi artinya memproses informasi tersebut

menjadi suatu kesimpulan.Untuk memiliki kecakapan mengolah informasi

ini diperlukan kemampuan membandingkan, membuat perhitungan tertentu,

membuat analogi sampai membuat analisis sesuai informasi yang diperoleh.

c) Kecakapan Mengambil Keputusan (Decision Making)

Setelah informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap berikutnya adalah

pengambilan keputusan.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu

dituntut untuk membuat keputusan betapun kecilnya keputusan

tersebut.Karena itu siswa perlu belajar mengambil keputusan dan

menangani resiko dari pengambilan keputusan tersebut.

d) Kecakapan Memecahkan Masalsah (Creative Problem Solving Skill)

Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan

telah diolah.Siswa perlu belajar memecahkan masalah sesuai dengan tingkat

berpikirnya sejak dini.Selanjutnya untuk memecahkan masalah ini dituntut

kemampuan berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir

sistem dan sebagainya.Karena itu pola-pola berpikir tersebut perlu

dikembangkan di sekolah, dan selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk

pemecahan masalah.

4

Page 7: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

b. Kecakapan Sosial (Social Skill)

Kecakapan sosial disebut juga kecakapan antar-personal (inter-

personal skill), yang terdiri atas :

1) Kecakapan Berkomunikasi

Yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi

komunikasi dengan empati. Menurut Depdiknas (2002) : empati, sikap

penuh pengertian,dan seni komunikasi dua arah perlu dikembangkan dalam

keterampilan berkomunikasi agar isi pesannya sampai dan disertai kesan

baik yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis. Berkomunikasi dapat

melalui lisan atau tulisan.Untuk komunikasi lisan, kemampuan

mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu

dikembangkan.Berkomunikasi lisan dengan empati berarti kecakapan

memilih kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh lawan

bicara.Kecakapan ini sangat penting dan perlu ditumbuhkan dalam

pendidikan.Berkomunikasi melalui tulisan juga merupakan hal yang sangat

penting dan sudah menjadi kebutuhan hidup. Kecakapan menuangkan

gagasan melalui tulisan yang mudah dipahami orang lain,merupakan salah

satu contoh dari kecakapan berkomunikasi tulisan

2) Kecakapan Bekerjasama(Collaboration Skill)

Sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari manusia akan

selalu memerlukan dan be

kerjasama dengan manusia lain. Kecakapan bekerjasama bukan sekedar

“bekerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian,

saling menghargai, dan saling membantu.Kecakapan ini dapat

dikembangkan dalam semua mata pelajaran, misalnya mengerjakan tugas

kelompok, karyawisata, maupun bentuk kegiatan lainnya.

5

Page 8: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

2. Kecakapan Hidup Spesifik(Specific life skill, SLS)

Kecakapan hidup spesifik terkait dengan bidang pekerjaan

(occupational) atau bidang kejuruan (vocational) tertentu.Jadi kecakapan

hidup spesifik diperlukan seseorang untuk menghadapi masalah bidang

tertentu. Kecakapan hidup spesifik ini meliputi :

a. Kecakapan Akademik (Academic Skill)

Kecakapan akademik disebut juga kecakapan intelektual atau kemampuan

berpikir ilmiah dan merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir.

Kecakapan akademik sudah mengarah ke kegiatan yang bersifat akademik

atau keilmuan. Kecakapan ini penting bagi orang yang menekuni bidang

pekerjaan yang menekankan pada kecakapan berpikir. Oleh karena itu

kecakapan ini harus mendapatkan penekanan

mulai jenjang SMA dan terlebih pada program akademik di universitas.

Kecakapan akademik ini meliputi antara lain kecakapan:

mengidentifikasi variabel,

menjelaskan hubungan variabel-variabel

merumuskan hipotesis

merancang dan melakukan percobaa

b. Kecakapan Vokasional/ Kejuruan (Vocational Skill)

Kecakapan vokasional disebut juga kecakapan kejuruan, yaitu kecakapan

yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di

masyarakat. Kecakapan ini lebih cocok untuk siswa yang akan menekuni

pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan psikomotor. Jadi

kecakapan ini lebih cocok bagi siswa SMK, kursus keterampilan atau

program diploma.

Kecakapan vokasional meliputi :

1) Kecakapan Vocasional Dasar (Basic Vocational Skill)

Yang termasuk kecakapan vokasional dasar antara lain:

kecakapan melakukan gerak dasar, menggunakan alat sederhana, atau

kecakapan membaca gambar.

2) Kecakapan Vocational Khusus (Occupational Skill)

Kecakapan ini memiliki prinsip dasar menghasilkan barang atau

jasa.Sebagai contoh, kecakapan memperbaiki mobil bagi yang menekuni

6

Page 9: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

bidang otomotif dan meracik bumbu bagi yang menekuni bidang tata

boga.

2.1.3 Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup

Secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan

pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi

peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus

pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:

1. mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan problema yang dihadapi;

2. merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta didik

dalam menghadapi kehidupannya di masa datang;

3. memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis

luas, dan;

4. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan

memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat,

sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah .

2.1.4 Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup

Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup

bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan

problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga

masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka

faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat

diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara

bertahap.

2.1.5 Tantagan Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup

Dalam pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup, kita dihadapkan pada

beberapa tantangan dan hambatan yaitu:

1. Kurangnya perhatian guru pada siswa . Guru yang hanya menjelaskan

materi lalu memberi tugas tanpa memperhatikan kondisi fisik dan mental

siswa dalam mengikuti pelajaran tentunya tidak akan mengetahui yang

7

Page 10: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

dimiliki siswa, sehingga guru itu tidak bisa memastikan bagaimana

kemampuan/kecakapan hidup yang dimiliki siswa. Hal ini akan

berdampak buruk bagi siswa karena ia akan semakin larut dalam

ketidaktahuannya, sehingga ia akan sulit menemukan pemecahan masalah

yang berkaitan dengan materi yang diajarkan guru.

2. Penggunaan media sosial yang berlebih. Penggunaan media sosial

memang sanagt menguntungkan terutama dari segi komunikasi dan

berbagi informasi akan tetapi penggunaannya yang berlebihan justru akan

membuat siswa malas berinteraksi langsung dengan dunia nyata dan

akibatnya siswa tidak terlalu pandai dan akan merasa kaku berkomunikasi

secara langsung pada masyarakat di sekitarnya.

3. Perasaan yang tertekan. Perasaan siswa yang tertekan misalnya

mengalami masalah keluarga di rumahnya, sering menjadi hinaan oleh

teman-temannya, ataupun rasa takut yang berlebih pada guru dan orang

tuanya cenderung akan menurunkan rasa percaya diri bagi siswa dan

akibatnya akan sulit mengembangkan kecakapan hidup pada siswa itu.

4. Kurangnya fasilitas dan dana. Untuk mengembangkan kecakapan hidup

bagi siswa, kegiatan ekstrakulikuler akan membuat mereka terjun

langsung dalam menghadapi suatu permasalahan. Namun, sering kali

sekolah tidak bisa memberikan fasilitas untuk mengembangkan kegiatan

ekstrakulikuler tersebut karena kurangnya dana yang dimiliki.

2.2 Kemapuan Melek Informasi

2.2.1 Pengertian Kemampuan Melek Informasi

Kemampuan melek informasi adalah kemampuan mengidentifikasi dan

memanfaatkan informasi secara benar.

Di era sekarang ini bukan hanya orang dewasa yang melek informasi,

anak usia sekolah pun mulai melek informasi. Sumber informasi yang

digunakan bisa didapat darimana saja.Salah satu sumber informasi diperoleh

dari perpustakaan.Saat ini sudah banyak perpustakaan yang menyediakan

sarana informasi yang tidak hanya berupa buku tetapi juga melalui internet.

Dari internet mereka dapat mengakses informasi yang merupakan alternatif

sarana pendukung literasi informasi. Akan tetapi orang yang datang ke

perpustakaan  akan dihadapkan pada berbagai sumber informasi yang

8

Page 11: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

bermacam kemasan dan bentuknya. Poin terpenting adalah bagaimana kita

dapat mengambil keputusan yang benar dan tepat untuk memilah sumber

informasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan sumbernya.

2.2.2 Tantangan/Hambatan pada Kemampuan Melek Informasi

Tidak semua orang memiliki kemampuan melek informasi, adapun

beberapa tantangan maupun hambatan yang menyebabkan seseorang kurang

memiliki kemampuan melek informasi antara lain:

1. Kurangnya pendidikan. Seseorang yang kurang berpendidikan akan sulit

memahami suatu informasi sehingga akan sulit baginya untuk membedakan

apakah informasi itu benar atau salah.

2. Pesatnya perkembangan informasi di berbagai media. Informasi yang

berkembang pesat dari berbagai media, sering kali membuat kita terhanyut dan

tak lagi memperdulikan apakah informasi itu baik atau tidak baik untuk

dicerna. Misalnya skandal para selebritis di infotainmet membuat seseorang

terhanyut dalam informasi itu dan bergosip dengan temannya tentang si

selebritis.

3. Kurang pandai dalam memanfaatkan teknologi. Seseorang yang kurang pandai

dalam memanfaatkan teknologi akan sulit mendapatkan informasi yang

diperlukannya dalam waktu yang singkat.

2.3 Pendekatan Berbasis Student Center Learning

2.3.1 Pengertian Student Center Learning

Pengertian student centered Learning (SCL) adalah proses

pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat

mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan,

sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran yang keterlibatan siswa

secara aktif, berarti guru tidak lagi mengambil hak seorang peserta didik untuk

belajar. Aktifitas siswa menjadi penting ditekankan karena belajar itu pada

hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya

untuk membangun pemahaman (construcivism approach).

Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau peserta didik,

maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun

9

Page 12: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang

mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.

2.3.2 Model-Model Pembelajaran Student Center Learning

Student-Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong mahasiswa

belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing,

sesuai dengan perkembangan usia peserta didik, irama belajar mahasiswa

tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi

yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:

1. Small Group Discussion (SGD)

Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara

kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswa atau kelompok

mahasiswa dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau

memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) membuat rancangan bahan diskusi

dan aturan diskusi. (2) Menjadi moderator dan sekaligus mengulas pada

setiap akhir sesi diskusi. Sedangkan mahasiswa (1) membentuk kelompok

(5 -10) mahasiswa, (2) memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan

paper dan mendiskusikannya di kelas.

2. Role-Play and Simulation

Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang

suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau

peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang

sebenarnya. Jadi dengan model ini mahasiswa mempelajari sesuatu

(sistem) dengan menggunakan model.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang situasi atau kegiatan

yang mirip dengan sesungguhnya, bisa berupa; bermain peran, model, dan

komputer, (2) Membahas kinerja mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1)

mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan, (2)

memperaktekan atau mencoba berbagai model yang telah disiapkan

(komputer, prototife, dll).

10

Page 13: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

3. Discovery Learning

Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada

mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri

jawabannya tampa bantuan pengajar.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau metode

untuk menelusuri pengetahuan yang akan dipelajari mahasiswa, (2)

memeriksa dan memberikan ulasan terhadap hasil belajar mahasiswa.

Sedangkan mahasiswa (1) mencari, mengumpulkan, dan menyusun

informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru,

(2) Mempresentasikan secara verbal dan non verbal.

4. Self-Directed Learning

Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa, seperti

tugas membaca dan membuat ringkasan.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) memotivasi dan memfasilitasi

mahasiswa, (2) memberikan arahan, bimbingan dan umpan balik

kemajuan belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) merencanakan

kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajar sendiri,

(2) inisiatif belajar dari mahasiswa sendiri.

5. Cooperative Learning

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk

sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan

dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan

memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif,

mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)

pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan

berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah

miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan

dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan

cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu

konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan

pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota

kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, mahasiswa heterogen (kemampuan,

11

Page 14: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab

hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi,

membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil

kelompok, dan pelaporan.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang dan memonitor proses

belajar mahasiswa, (2) menyiapkan kasus atau masalah untuk diselesaikan

mahasiswa secara berkelompok. Sedangkan mahasiswa (1) membahas dan

menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan secara berkelompok (2)

melakukan koordinasi dalam kelompok.

6. Contextual Learning (CL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan

sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait

dengan dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga

akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar

muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi

kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual

adalah aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak

hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan

sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan

dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi,

penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,

contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,

mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community

(seluruh mahasiswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual,

minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,

investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),

constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-

aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),

authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran,

penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha mahasiswa, penilaian portofolio,

penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai

cara).

12

Page 15: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk studi

mahasiswa terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan kajian yang bersifat

teori dan mengkaitkan dengan situasi nyata atau kerja profesional.

Sedangkan mahasiswa (1) Melakukan studi lapapangan atau terjun di

dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori (2) membahas konsep

atau teori yang berkaitan dengan situasi nyata.

7. Problem Based Learning (PBL)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model

pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari

kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang kemampuan berpikir

tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana

kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan

menyenangkan agar mahasiswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),

interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur,

sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merangsang tugas belajar dengan

berbagai alternatif metode penyelesaian masalah (2) Sebagai fasilitator

dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Belajar dengan menggali atau

mencari informasi (inquiry), serta memamfaatkan informasi tersebut

untuk memecahkan masalah faktual yang sedang dihadapi, (2)

Menganalisis strategi pemecahan masalah.

8. Collaborative Learning (CbL)

Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan

jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua

kemungkinan yang ada.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang bersifat

open ended, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa

(1) Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan

konsensus kelompok sendiri (2) Bekerja sama dengan anggota

kelompoknya dalam mengerjakan tugas.

13

Page 16: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

9. Project Based Learning (PjBL)

Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang

harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka

sendiri.Dengan metode ini pengajar harus, (1) merumuskan tugas dan

melakukan proses pembimbingan dan asesmen, (2) Sebagai fasilitator dan

motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Mengerjakan tugas (berupa proyek)

yang telah dirancang secara sistematis (2) menun-jukkan kinerja dan

mempertanggungjawabkan hasil kerja di forum.

2.3.3 Tantatangan Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Student Center Leraning

Tantangan dan hambatan yang paling besar dalam pelaksanaan

pendekatan berbasis student center learning adalah pelaksanaanya yang masih

banyak menggunakan pendekatan berbasis teacher center learning. Selain

pelaksanaannya, mental siswa yang belum siap juga bisa menjadi tantangan

dan hambatan yang cukup besar. Mental siswa yang belum siap ini

dikarenakan kurangnya motivasi dari guru dan kurangnya arahan dari guru

terhadap siswa sehingga pendekatan ini sering dianggap siswa cukup sulit

untuk dihadapi.

2.4 Kemampuan Berpikir Tingkat TinggiBerpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam

mencapai suatu tujuan.Tujuan itu mungkin berbentuk pemahaman, pengambilan

keputusan, perencanaan, pemecahanmasalah, tindakan, dan penilaian.

Menurut Ibrahim dan Nur (2004),berpikir memiliki beberapan pengertian antara lain:

1) berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi,

klasifikasi, dan penalaran;

2) berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) obyek nyata dan

kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemukan prinsip-

prinsip yang esensial tentang obyek dan kejadian itu;

3) berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan

berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama. Aderson & Krathwohl (dalam

Aksela, 2005) menyatakan bahwa tingkatan keterampilan berpikir dalam Taksonomi

Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu pengetahuan (knowledge/recall), pemahaman

14

Page 17: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan

evaluasi (evaluation).

            Ball & Garton (2005) dan Aksela (2005) menyatakan bahwa kompetensi berpikir

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kompetensi berpikir tingkat rendah (lower

order thingking/LOW) dan kompetensi berpikir tingkat tinggi (higher order

thingking/HOT). Kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi mengingat, menghafal,

dan sedikit memahami sedangkan kompetensi berpikir tingkat tinggi adalah kegiatan

mental dalam memecahkan masalah dalam tingkat yang lebih tinggi dari tingkat berpikir

dasar.Agar mampu memecahkan masalah dengan baik dan berkualitas tinggi dituntut

kemampuan aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi, membandingkan,

mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan, dan mengambil keputusan.

            Berpikir tingkat rendah lebih fokus pada pengumpulan, mengklasifikasi,

menyimpan, dan mengingat. Berpikir tingkat rendah tidak menghasilkan sesuatu yang

baru dan kreatif serta tidak memerlukan keterampilan berpikir yang lebih rumit. Aksela

(2005) menyatakan bahwa kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi pengetahuan

(knowledge/recall), dan pemahaman (comprehension).

Arnyana (2007) mengemukakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat

diajarkan di sekolah melalui proses pembelajaran. Lebih lanjut mereka mengemukakan

penekanan dalam proses pembelajaran adalah melatih kompetensi berpikir siswa dan

bukan pada materi pelajaran. Mengajarkan siswa untuk berpikir secara langsung

membuat siswa menjadi cerdas. Dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi kegiatan

pembelajaran bersifat student centered karena siswa yang lebih banyak berperan di

dalam proses pembelajaran.

Anderson & Krathwohl (2001) menungkapkan bahwa kompetensi berpikir dapat

dikelompokkan menurut Taksonomi Bloom, seperti pada Tabel di bawah

Tabel Pengklasifikasian kompetensi berpikir menurut Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom Tingkatan Berpikir Tinjauan

Knowledge (C1)

Comprehension (C2)

Application (C3)

Analysis (C4)

Synthesis (C5)

Evaluation (C6)

Lower-order

Lower-order

Higher-order

Higher-order

Higher-order

Higher-order

Mengingat

Memahami

Menerapkan

Menganalisis

Menciptakan

Mengevaluasi

15

Page 18: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

Masing-masing tingkatan dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi adalah

sebagai berikut.

1)   Tingkat Aplikasi (aplication level)

Tingkat aplikasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain:

menggunakan informasi;

menggunakan metode, konsep, teori dalam permasalahan baru; dan

menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan kemampuan yang

diperlukan.

2)   Tingkat Analisis (analysis level)

Tingkat analisis mencakup beberapa kemampuan, antara lain:

melihat polanya;   mengorganisasi bagiannya;

mengenal pengertian yang tersembunyi; dan

mengidentifikasi komponen.

3)   Tingkat Sintesis (synthesis level)

Tingkat sintesis mencakup beberapa kemampuan, antara lain:

mengeneralisasi fakta-fakta yang diberikan;

menghubungkan pengetahuan dai beberapa area;

memprediksi, menarik kesimpulan; dan

menggunakan ide lama untuk menciptakan hal yang baru.

4)   Tingkat Evaluasi (evaluation level)

Tingkat evaluasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain:

memberi penilaian terhadap teori;

membuat pilihan berdasarkan pertimbangan pemikiran;

memperivikasi nilai bukti;

mengenal kesubyektifan; dan

membandingkan dan membedakan antara gagasan.

 

     Johnson  (2002) menyatakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat dibagi

menjadi kompetensi berpikir kritis dan kompetensi berpikir kreatif. Hubungan antara

16

Page 19: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi ditunjukkan seperti

Gambar di bawah

Pada Gambar di atas, reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level

retention atau recall (retensi atau memanggil). Reasoning meliputi basic thingking,

critical thingking, dan creative thingking.Kompetensi retention thinking merupakan

tingkatan berpikir yang paling rendah.Retention thinking yang merupakan berpikir

hafalan atau ingatan, apabila dikaitkan dengan tingkatan Taksonomi Bloom akan

menempati tingkatan paling bawah yaitu level hafalan (C1). Kompetensi basic thinking

merupakan tingkatan kedua.Dimana basic thinking merupakan pemahaman (berpikir

dasar).Jika dikaitkan dengan Taksonomi Bloom, maka basic thinking menempati

tingkatan kedua yaitu level pemahaman (C2).Critical thinking dan creative thinking yang

merupakan bagian dari high order thinking, apabila dikaitkan dengan Taksonomi Bloom

akan menempati tingkatan keempat sampai enam, yang meliputi: level aplikasi (C3),

level analisis (C4), level sintesis (C5), dan level evaluasi (C6).

Dalam dunia pendidikan ada 3 model seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran;

1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )

17

Page 20: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )

3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )

Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap siswa

dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak akan

banyak bermanfaat. Pembelajaran yang efektif dari suatu keterampilan memiliki empat

komponen, yaitu: identifikasi komponen-komponen prosedural, instruksi dan pemodelan

langsung, latihan terbimbing, dan latihan bebas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pembelajaran keterampilan berpikir adalah bahwa keterampilan tersebut harus

dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak.

Ada 3 tipe seorang guru dalam mengajar;

1. Guru biasa, yaitu yang selalu menjelaskan

2. Guru baik, yaitu yang mampu mendemonstrasikan dan

3. Guru hebat, adalah guru yang mampu menginspirasikan, yakni guru yang mampu

membawa siswanya untuk berpikir tingkat tinggi.

Pelajaran yang diajarkan dengan cara mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi akan

lebih cepat dimengerti oleh siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu materi

pelajaran atau yang lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu menggunakan cara-cara

yang membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat tinggi.

Adang (1985), Suastra & Kariasa (2001) mengatakan bahwa untuk melatihkan

kompetensi berpikir tingkat tinggi, siswa hendaknya diberi kesempatan sebagai berikut.

1.    Mengajukan pertanyaan yang mengundang berpikir selama proses belajar mengajar

berlangsung.

2.    Membaca buku-buku yang mendorong untuk melakukan studi lebih lanjut.

3.   Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari temannya, guru atau dari buku

pelajaran.

4.   Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang mempunyai potensi kreatif

dan kritis.

5.   Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif dan kritis seperti juga untuk

hasil belajar yang berupa mengingat.

6.   Memberikan jawaban yang tidak sama persis dengan yang ada dalam buku, namun

konsep atau prinsipnya benar.

18

Page 21: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak sekali tantangan yanga harus dihadapi dalam dunia

pendidikan abad ke-21 ini antara lai tantangan dalam pendidikan

kecakpan hidup, kemampuan melek informasi, pendekatan berbasis

student center maupun kemampuan berpikir mengarah pada kemampuan

berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah. Hal

ini, menjadi tugas seorang pendidik untuk menghadapi dan berusaha

mengatasi hambatan dan tantangan tersebut.

3.2 Saran

Seorang pendidik harus lebih memperhatikan siswanya dan

memotivasi siswanya agar proses belajar mengajar berjlan dengan lancar

19

Page 22: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

DAFTAR PUSTAKA

Amhari, A. (2014). Model Pembelajaran Teacher Center dan Student Center. Dipetik April

13, 2014, dari http://amdayhary.blogspot.co.id/2014/04/model-pembelajaran-teacher-

center-dan.html

Aziz, R. A. (2013). Proses Pembelajaran dan Student Center Learning (SCL). Dipetik Mei

17, 2013, dari https://rzabdulaziz.wordpress.com/2013/05/17/123/

Depdiknas. (t.thn.). Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan

Penilaian Mata Pelajaran Kimia. 2003.

Hasanah, U. M. (2012). Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup. Dipetik Juli 06,

2012, dari Uula's blog:

https://manajemenkurikulumlifeskill.wordpress.com/2012/06/06/tujuan-dan-manfaat-

pendidikan-kecakapan-hidup/

Pujiastuti, S. (2013). Melek Informasi / Literasi Informasi (Information Literacy) . Dipetik

Mei 15, 2013, dari http://sudarnolmj.blogspot.co.id/2013/05/melek-informasi-literasi-

informasi.html

Rianawaty, Ida, 2011. Berpikir tingkat tinggi (higher order thinking/higher level

thinking). http://idarianawaty.blogspot.co.id/2011/08/berpikir-tingkat-tinggi-higher-

order.html. Diakses pada 5 September 2016

Ridiyanto, R. (2003). “KurikulumBerbasis Kompetensi (KBK) Berpendekatan Kontekstual

dan Kecakapan Hidup”. Journal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,

Edisi Khusus.

Satori, D. (2002). Implementasi Life Skills dalam Konteks Pendidikan di Sekolah. Journal

Pendidikan dan Kebudayaan.

Sastradi ,Trisna , 2016. Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi.http://www.mediafunia.com /2016/07/kemampuan-berpikir-tingkat-

tinggi.html. Diakses pada 5 September 2016

Susiwi. (2007). Kecakapan Hidup (life skill) "hand out". Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

20

Page 23: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

21

Page 24: Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21

22