Kurikulum Abad Ke-21

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan memahami kurikulum para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang relatif tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu sudah sewajarnya para pendidik dan pihak yang bertugas dalam bidang pendidikan memahami kurikulum serta memberikan pembahasan yang sungguh- sungguh kepadanya. Kurikulum pendidikan masih terkait erat dengan struktur disiplin ilmu. Kurikulum pendidikan berbasis kompetensi pun, nuansa keilmuannya masih sangat kental dengan pengalaman belajar yang juga dioperasionalkan dalam substansi atau materi kajian keilmuan masing-masing program studi. Realitas kurikulum seperti ini mengisyaratkan bahwa kurikulum abad ke-21. dengan pendekatan eklektisisme, diharapkan struktur dasar kurikulum i

description

Makalah

Transcript of Kurikulum Abad Ke-21

Page 1: Kurikulum Abad Ke-21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan memahami kurikulum para pendidik dapat memilih dan

menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran dan alat

evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu dalam melakukan kajian

terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis

dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas

pekerjaan yang relatif tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu

sudah sewajarnya para pendidik dan pihak yang bertugas dalam bidang

pendidikan memahami kurikulum serta memberikan pembahasan yang

sungguh-sungguh kepadanya.

Kurikulum pendidikan  masih terkait erat dengan struktur disiplin

ilmu.  Kurikulum pendidikan berbasis kompetensi pun, nuansa keilmuannya

masih sangat kental dengan pengalaman belajar yang juga dioperasionalkan

dalam substansi atau materi kajian keilmuan masing-masing program studi.

Realitas kurikulum seperti ini mengisyaratkan bahwa kurikulum abad ke-21.

dengan pendekatan eklektisisme, diharapkan struktur dasar kurikulum

pendidikan lebih bersifat integratif dan sinergis, serta mampu

mengembangkan kompetensi yang tidak hanya berdimensi keilmuan,

melainkan juga bermuatan karakter dan berbasis budaya bangsa

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Pengembangan

Kurikulum Pada Jurusan PAI, STIT YAPTIP Kampus II Ujung Gading.

2. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai teori-teori yang berhubungan

dengan Kurikulum Abad Ke-21

i

Page 2: Kurikulum Abad Ke-21

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perspektif Global dalam Pengembangan Kurikulum

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, terutama

teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin

mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia. Sehingga terasa tanpa

batas atau disebut globalisasi. Pada modul yang lalu sedikit gambaran

mengenai globalisasi yang diartikan sebagai suatu proses perubahan antar

negara, antar bangsa dan antar budaya tanpa mengenal batas geosiosial politik

atau geanasional idiologis. Seluruh dunia menjadi satu dan saling berkaitan

dengan erat tanpa mengenal batas-batas yang jelas, apapun sifat batas-batas

terseut. Selain itu, globalisasi menyangkut kesadaran bahwa dunia ini adalah

suatu tempat, milik besama umat manusia. Dunia ini merupakan seuah

lingkungan yang terbangun secara berkelanjutan, atau sebagai suatu proses

dimana hambatan-hambatan geografis berkaitan dengan peraturan-peraturan

sosial dan budaya semakin surut. Untuk itu diperlukan upaya-upaya

untuk  mempersiapkan para siswa sekolah dasar sejak dini guna memasuki

zaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Yang nantinya

akan menjadi pelaku-pelaku utama pada zaman yang penuh dengan persaingan

tersebut. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiba para guru untuk

memberikan bekal kepada mereka agar bisa hidup (survei) di masa itu. Salah

satu upaya untuk mempersiapkan sisiwa memasuki zaman global tersebut ,

yaitu dengan mengembangkan kurikulum sekolah dasar yang memuat

perspektif global.

Dalam kegiatan pengembangan kurikulum sekolah, ide tentang

perspektif global ini dimunculkan untuk memberikan wawasan kepada para

sisiwa dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang yang diwarnai

dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi informasi yang

menyebabkan dunia ini mengecil cakupannya membentuk sebuah desa dunia.

Pengaruh kemajuan teknologi informasi dan transportasi saat ini

i

Page 3: Kurikulum Abad Ke-21

memungkinkan orang bisa saling berkomunikasi kapan saja dan dengan siapa

saja, misalnya melalui telepon dan surat elektronik (email) kita dapat pula

mengetahui peristiwa di belahan dunia mana saja hanya dengan menonton

siaran televisi.

Kurikulum yang bercorak perspektifglobal adalah kurikulm yang juga

memuat wawasan global, bukan hanya nasinal ataupun lokal. Kurikulum

tersebut haus mampu membawa siswa untuk berpikir global dalam arti siswa

mampu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan informasi terseut

dapat digunakan sebagai pajangan yang mengarahkan mereka menjadi warga

negara yang produktif dan menjadi insan yang mempunyai kepedulian sosial

terhadap orang lain di sekitarnya mampu bekerja sama, saling ketergantungan

secara  harmonis.1

B. Kurikulum Abad Ke-21

Dalam dunia pendidikan kita dewasa ini, perlu dikaji beberapa

kemungkinanan modal kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah sebagai

upaya untuk mencari pendekatan pemecahan masalah pendidikan, khususnya

masalah pengembangan kurikulum sekolah yang lebih cocok diterapkan pada

era sekarang dan masa datang. Di sini kita akan diperkenalkan dengan tiga

model kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah masa depan. Agar kita dapat

memutuskan kurikulum mana yang cocok diterapkan disekolah..

1. Kurikulum berbasis kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi sebenarnya sudah berkembang

sejak lama dan merupakan pengaruh daari munculnya pendidikan

berdasarkan kompetensi yang menekankan pada

pengembangankemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai

dengan standar performans yang telah ditetapkan. Pada tahun 1970-an

konsep pendidikan berdasarkan kopetensi (PBK) atau campetency-based

education (CBE) mulai banyak digunakan di dunia pendidikan.

1 Suryanto, Persoalan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Kompas, 2006), h. 8

i

Page 4: Kurikulum Abad Ke-21

Kurikulum yang diterapkan dalam proses pendidikan di negara kita

pada semua jenjang pendidikan, yaitu kurikulum KBK. Model kurikulum

tersebut dibutuhkan di masa mendatang dengan harapan akan mampu

membekali para siswa dalam menghadapi tantangan hidupnya di kemudian

hari secara mandiri, cerdas kritis, rasinal dan kreatif. Kompetensi-

kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut diarahkan

untuk memberikan bekal keterampilan hidup di era globalisasi yang penuh

dengan perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidak pastian dan

kerumitan –kerumitan dalam kehidupan.2

2. Kurikulum berbasis masyarakat

Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya mengembangkan

manusia yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan baik

oleh dirinya sebagai pribadi maupun oleh masyarakatnya. Pemahaman dan

proses pengembangan diri di kelas, lingkungan sekolah dan lingkungan

lainnya sangat ditentukan oleh pengetahuan dan kepribadian dasar yang

terbentuk oleh budaya yang ada dilingkungan masyarakat di mana siswa

itu berada.

Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang,

perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nnilai-nilai

iptek, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat untuk terciptanya proses

pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka

diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya

memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.

Kurikulum berbasis masyarakat bisa dikembangkan  baik dalam

lingkup nasinal, regional, maupun lingkup lokal oleh guru di sekolah.

Apabila kurikulum itu dikembangkan oleh guru tanpa kaitan dengan

kurikulum manapun, maka guru tersebut melakukan pendekatan

pengembagnan kurikulum yang bersifat grass-root.

Ciri utama kurikulum berbasis masyarakat yaitu keterkaitan

berbagai komponen kurikulum dengan berbagai aspek dan dimensi 2 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), h. 14

i

Page 5: Kurikulum Abad Ke-21

kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk kurikulum sebagai

dokumen/rencana tertulis maupun dalam bentuk proses pembelajarannya.

Tujuan yang ingin dicapai kurikulum, yaitu manusia yang memiliki

kualitas yang diperlukan untuk pelestarian dan pengembangan kehidupan

masyarakat.3

3. Kurikulum Konstruktivistik

Kurikulum ini dilatarbelakangi oleh munculnya filsafat

pengetauhan yang banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan

(terutama sains dan matematika) yaitu filsafat konstruktivisme. Aliran

filsafat ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi

(buatan) manusia. Dalam filsafat konstruktuivisme, pengetahuan tidak

dapat ditransfer bigut saja dari seorang kepada yang lainnya, tetapi harus

diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing orang. Setiap orang harus

mengkonstruksi pengetahuannya masing-masing orang dan setiap orang

harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu

yang sudah jadi melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus.

Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat

berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas

dari subjek yang sedang belajar, pengetauhan lebih dianggap sebagai

proses pembentukan (konstruksi_ yang terus menerus, berkembang dan

berubah. Teori yang dulu dianggap sudah kuat an tetap, bisa saja berubah

karena tidak lagi dapat memberikan penjelasan yang memadai.4

Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan

keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan

bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan

keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak

yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama, dapat

menghancurkan sendi-sendi kehidupan bersama, bahkan dapat menghancurkan

3 Adimiharja, Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung : Humaniora, 2004), h. 52

4 Sri Anita, Pembelajaran Terpadu; Implementasi Paradigma Kontstruktivistik Dalam Rangka Pengembangan Kecerdasaran, (Surakarta : Sebelas Maret University Pers, 2003), h. 32

i

Page 6: Kurikulum Abad Ke-21

negara bahkan dunia. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannnya akan sangat

sulit menghadapi kehidupan pada zaman global.

Berdasarkan pemikiran yang berperspektif Islam tersebut, pendidikan

sekolah untuk masa depan haruslah memiliki kurikulum utama yang terdiri

atas:5

a. Pendidikan agama, agar lulusan beriman kuat, dari iman inilah akan

tertanam akhlak mulia, pendidikan keimanan Islam akan memberikan

kemampuan kepada lulusan untuk mampu hidup di zaman global yang

penuh dengan tantangan dan kompetisi yang ketat, lulusan harus mampu

mengatasi tantangan dan jadicompetitors sukses.

b. Pendidikan bahasa, agar mampu berkomunikasi dan bekerjasama ditingkat

dunia pada zaman global ini, untuk mencapai ini sebaiknya sejak SLTA

digunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

c. Pendidikan keilmuan, agar lulusan mampu meneruskan pendidikannya ke

tingkat lebih tinggi, di tingkat perguruan tinggi harus sampai ke tingkat ahli

yaitu ia mampu mengembangkan ilmu atau mampu mengerjakan sesuatu

keahlian tingkat tinggi.

d. Pendidikan ketrampilan kerja sekurang-kurangnya satu macam, agar

lulusan dapat mencari kehidupan bila tidak bekerja pada sektor formal

sesuai keahlian.

Berdasarkan itu, agaknya perlu dipertimbangkan model-model kurikulum

sekolah berikut yang pada dasarnya ditujukan ke dua arah, kemampuan kerja

dan keilmuan :6

1. Model Pembelajaran Afektif (Sikap)

Belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk

memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan, baik

aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun hingga saat ini dalam

praktiknya, proses pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung

5 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama berwawasan Multikultural, (Jakarta : Erlangga, 2007), h. 32

6 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h. 89-90

i

Page 7: Kurikulum Abad Ke-21

menekankan pada pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual), yang

dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model

pembelajaran tertentu. Sementara, pembelajaran yang secara khusus

mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat

perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek

pengiring (nurturant effect) atau menjadi hidden curriculum, yang

disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama yaitu pembelajaran

kognitif atau pembelajaran psikomotor.Secara konseptual maupun emprik,

diyakini bahwa aspek afektif memegang peranan yang sangat penting

terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam bekerja maupun kehidupan

secara keseluruhan. Meski demikian, pembelajaran afektif justru lebih

banyak dilakukan dan dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah.

Salah satunya yang sangat populer adalah model pelatihan

kepemimpinan ESQ ala Ari Ginanjar.

Pembelajaran afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan

keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah

berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Hal-hal diatas

menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi hasil belajar yang

berbeda dari mengajar segi kognitif dan keterampilan. Ada beberapa model

pemebelajaran afektif.

2. Model Konsiderasi

Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan,

mementingkan, dan sibuk dan sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melalui

penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk

lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat

bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain.

Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi: (1) menghadapkan siswa

pada situasi yang mengandung konsiderasi, (2) meminta siswa menganalisis

situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan

dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, (3) siswa

menuliskan responsnya masing-masing, (4) siswa menganalisis respons

i

Page 8: Kurikulum Abad Ke-21

siswa lain, (5) mengajak siswa melihat konsekuesi dari tiap tindakannya, (6)

meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.

3. Model pembentukan rasional

Dalam kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai

standar bagi segala aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan

ada pula yang dapat dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat

multidimensional, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model

pembentukan rasional (rational building model) bertujuan mengembangkan

kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.

Langkah-langkah pembelajaran rasional: (1) menigidentifikasi

situasi dimana ada ketidakserasian atu penyimpangan tindakan, (2)

menghimpun informasi tambahan, (3) menganalisis situasi dengan

berpegang pada norma, prinsip atu ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam

masyarakat, (4) mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-

akibatnya, (5) mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau

ketentuen-ketentuan legal dalam masyarakat.

4. Klarifikasi nilai

Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau

terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi nilai (value clarification model)

merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau

proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai

keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan

model ini bertujuan, agar para siwa menyadari nilai-nilai yang mereka

miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki

keterampilan proses menilai.

Langkah-langkah pembelajaran klasifikasi nilai: (1) pemilihan: para

siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif

tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya, (2)

mengharagai pemilihan: siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-

mempertegas pilihannya, (3) berbuat: siswa melakukan perbuatan yang

berkaitan dengan pilihannya, mengulanginya pada hal lainnya.

i

Page 9: Kurikulum Abad Ke-21

5. Pengembangan moral kognitif

Perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi

atau reorganisasi kognitif, yang yang berlangsung secara berangsur melalui

tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan

membantu siswa mengembangkan kemampauan mempertimbangkan nilai

moral secara kognitif.

Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif: (1) menghadapkan

siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan

nilai, (2) siswa diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai

moral tertentu, (3) siswa diminta mendiskusikan/ menganalisis kebaikan dan

kejelekannya, (4) siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang

lebih baik, (5) siswa menerapkan tindakan dalam segi lain.

6. Model nondirektif

Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang

sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana

permisif dan kondusif. Guru hendaknya menghargai potensi dan

kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam

pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan

membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.

Langkah-langkah pembelajaran nondirekif: (1) menciptakan sesuatu

yang permisif melalui ekspresi bebas, (2) pengungkapan siswa

mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah-masalah yang

dihadapinya,guru menerima dan memberikan klarifikasi, (3) pengembangan

pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah, guru memberrikan

dorongan, (4) perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan

dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi, (5) integrasi,

siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-

kegiatan positif.

i

Page 10: Kurikulum Abad Ke-21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum yang bercorak perspektifglobal adalah kurikulm yang juga

memuat wawasan global, bukan hanya nasinal ataupun lokal. Kurikulum

tersebut haus mampu membawa siswa untuk berpikir global dalam arti siswa

mampu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan informasi terseut

dapat digunakan sebagai pajangan yang mengarahkan mereka menjadi warga

negara yang produktif dan menjadi insan yang mempunyai kepedulian sosial

terhadap orang lain di sekitarnya mampu bekerja sama, saling ketergantungan

secara  harmonis.

Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan

pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah

membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan

pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya.

Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama, dapat

menghancurkan sendi-sendi kehidupan bersama, bahkan dapat

menghancurkan negara bahkan dunia. Lulusan sekolah yang kurang kuat

imannnya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman global.

.

B. Saran

Demikianlah penulisan makalah ini, namun penyajian makalah ini

masih banyak kelemahannya, karena kami masih dalam tahap pembelajaran,

kami selaku penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam

penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran

dari teman-teman mahasiswa sekalian demi kesempurnaan isi makalah ini.

i

Page 11: Kurikulum Abad Ke-21

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adimiharja, Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, Bandung : Humaniora, 2004

Anita, Sri, Pembelajaran Terpadu; Implementasi Paradigma Kontstruktivistik Dalam Rangka Pengembangan Kecerdasaran, Surakarta : Sebelas Maret University Pers, 2003

Baidhawy, Zakiyuddin, Pendidikan Agama berwawasan Multikultural, Jakarta : Erlangga, 2007

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002

Suryanto, Persoalan Implementasi Kurikulum, Jakarta : Kompas, 2006

Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2006

i

Page 12: Kurikulum Abad Ke-21

KATA PENGANTAR

Puji sukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmad dan karunianya kepada kita semua dan dengan rahmad-Nya jualah

pemakalah dapat menyusun makalah ini dengan sedemikian rupa.

Salawat berangkai salam penulis mohon kepada Allah untuk rasulnya

muhammad SAW, semoga dengan adanya uswatun hasanah, makalah ini

bermanfaat bagi kita semua.

Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran kepada kita

semua dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan

mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis sudah membuatnya dengan baik,

namun apabila masih ada kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran guna

kesempurnaan makalah ini

Ujung Gading Juni 2012

Penulis

(Kelompok X)

i

Page 13: Kurikulum Abad Ke-21

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan..................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perspektif Global dalam Pengembangan Kurikulum.............. 2

B. Kurikulum Abad Ke-21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 10

B. Saran.......................................................................................... 10

DAFTAR KEPUSTAKAAN

i