Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

124
Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan Perkebunan Sawit Untuk Meningkatkan Tarap Hidup Masyarakat Di Provinsi Kalimantan Selatan Ketua Syahrida, S.H., M.H. Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah, S.H., M.Hum Dr. Ifrani, S.H. M.H. Editor Dr. Ifrani, S.H. M.H. UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Desember 2019

Transcript of Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

Page 1: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan

Pada Perusahaan Perkebunan Sawit Untuk

Meningkatkan Tarap Hidup Masyarakat

Di Provinsi Kalimantan Selatan

Ketua

Syahrida, S.H., M.H.

Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah, S.H., M.Hum

Dr. Ifrani, S.H. M.H.

Editor

Dr. Ifrani, S.H. M.H.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Desember 2019

Page 2: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kami

panjatkan kehadirat Allah SWT, tas karunia-Nya Buku yang

berjudul “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pada

Perusahaan Perkebunan Sawit“ akhirnya dapat

terselesaikan juga. Buku Ajar ini merupakan hasil luaran

Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2016 yang

dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Buku ini sangat membantu membantu mahasiswa

dalam mempelajari Hukum Perusahaan dan Hukum Investasi.

Perkembangan investasi di Indonesia sangat lah pesat,

khususnya di bidang agrobisnis perkebunan Kelapa Sawit.

Dengan perkembangannya investasi perkebunan kelapa

sawit, menimbulkan kewajiban oleh peraturan perundang-

undangan, bagi perusahaan kelapa sawit untuk melakukan

tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk masyarakat

sekitar perusahaan perkebunan kelapa sawit, berdasarkan

Pasal 15 poin b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal, “setiap penanaman modal

Page 3: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

ii

berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial

perusahaan” dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, pada Pasal 74 ayat (1) “Perseroan

yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Tanggung Jawab, Sosial dan Lingkungan”. Berdasarkan

itulah Penulis meneliti seberapa besar pengaruh tanggung

jawab sosial dan lingkungan perkebunan kelapa sawit di

daerah, khususnya Kalimantan Selatan membawa

kesejahteraan bagi masyarakat sekitar perusahaan perkebunan

kelapa sawit.

Akhir kata, semoga Buku ini bermanfaat bagi banyak

pihak, tidak hanya untuk mahasiswa tetapi bagi praktisi

hukum serta pengambil kebijakan di pemerintah daerah

Kabupaten, Kota dan Provinsi Kalimantan Selatan dalam

pengembangan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan, agar dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekitar. Terimakasih kami ucapkan kepada semua

pihak sehingga buku ini terwujud kehadapan pembaca,

terutama kepada Rektor Universitas Lambung Mangkurat dan

Ketua Lembanga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 4: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

iii

ULM, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu

per satu, sehingga buku ini dapat terselesaikan.

Banjarmasin, Desember 2019

Penulis,

Hj.Syahrida, S.H., M.H.

Prof. Abdul Halim B, S.H., M.Hum

Dr. Ifrani, S.H., M.H.

Page 5: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah.................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................... 10

2.1. Sejarah Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Perseroan .................................. 10

2.2. Makna dan Ruang Lingkup Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan Perseroan Dewasa Ini17

2.3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perseroan dalam Undang-Undang di

Indonesia. ...................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................. 34

3.1. Tipe Penelitian .............................................. 34

3.2. Wilayah Studi ................................................ 34

3.3. Teknik Tengumpulan Data............................ 37

3.4. Analisis data .................................................. 40

3.5. Keabsahan Data............................................. 42

Page 6: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

ii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................... 44

4.1. Bentuk Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan (TJSL) Perseroan Terhadap

Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Sekitar

Perusahaan Perkebunan Sawit yang Ada di

Provinsi Kalimantan Selatan. ........................ 44

4.2. Bentuk Kebijakan Yang Diterapkan

Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Selatan Terkait Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Perseroan Dalam Meningkatkat

Taraf Hidup Masyarakat Sekitar Perusahaan

Sawit. ............................................................ 90

BAB V KESIMPULAN................................................. 111

5.1. Kesimpulan ............................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 113

Page 7: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap negara dalam perkembangannya akan selalu

berusaha meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakatnya melalui pembangunan di berbagai bidang.

Bidang Ekonomi sebagai salah satu bidang yang sangat

penting dalam proses pembangunan sebuah negara menjadi

bidang yang sangat menentukan. Salah satu usaha yang selalu

dilakukan oleh negara adalah menarik sebanyak mungkin

investasi, khususnya asing masuk ke negaranya.1 Bagi

Indonesia, masuknya modal asing bagi perekonomian

Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik ekonomi

maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana

pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi

modal secara langsung sangat baik dibandingkan dengan

1Ahmad Yulianto, “Peran Multilateral Investment Guarantee

Agency (MIGA) dalam Kegiatan Investasi”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol

22, No. 5, Tahun 2003, hlm. 39.

Page 8: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

2

penarikan dana internasional lainnya seperti pinjaman dari

luar negeri.2

Kegiatan investasi khususnya perkebunan kelapa sawit,

baik di daerah maupun di pusat harus diakui mempunyai

dampak positif dan negatif. Satu sisi kegiatan investasi

memberikan pemasukan bagi negara serta membuka

lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, di sisi lain

kegiatan investasi menimbulkan lahan perkebunan rakyat

menjadi lahan perkebunan perusahaan, tanah ulayat

masyarakat hukum adat menjadi lahan perkebunan

perusahaan sehingga rentan menimbulkan sengketa antara

pemilik penduduk setempat dengan perusahaan perkebunan

kelapa sawit, berkurangnya kesuburan tanah dan pencemaran

lingkungan. Inilah yang kemudian melahirkan ide bahwa

sebuah korporasi tidak hanya mengambil keuntungan untuk

dirinya sendiri tetapi juga harus memberikan manfaat bagi

masyarakat serta lingkungan sekitar. Ide ini dikenal dengan

tangggung jawab sosial dan lingkungan (disingkat TJSL)

2Yulianto Syahyu, “Pertumbuhan Investasi Asing Di Kepulauan

Batam: Antara Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum”,

Jurnal Hukum Bisnis, Vol 22, No. 5, Tahun 2003, hlm. 46.

Page 9: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

3

perusahaan atau lebih dikenal dengan corporate social

responsibility (CSR).

Namun pendapat berbeda diungkapkan Milton

Friedman, tujuan korporasi, menurutnya, hanyalah

menghasilkan keuntungan ekonomi bagi pemegang

sahamnya. Jika korporasi memberikan sebagian

keuntungannya bagi masyarakat dan lingkungan, maka

korporasi telah menyalahi kodratnya.3 Joel Bahkan dalam

bukunya, The Corporation, apapun cara akan dipakai

korporasi untuk mencari laba setinggi-tingginya.4

Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung

jawab sosial dari bisnis merusak sistem ekonomi pasar bebas.

Doktrin ini juga bersifat ancaman terhadap masyarakat yang

bebas dan demokratis. Kemudian Friedman menyatakan,

3 Milton Friedman adalah profesor emeritus dari Universitas

Chicago dan pemenang hadiah Nobel bagian ekonomi pada tahun

1976. Milton Friedman adalah pelopor utama dari neoliberalisme,

aliran dalam ekonomi yang ingin sedapat mungkin menerapkan pemikiran

liberalisme klasik (Adam Smith) pada abad ke - 20. Milton Friedman

telah merumuskan pandangannya tentang tanggung jawab sosial

perusahaan dalam bukunya, Capitalism and Freedom (1962), tetapi

yang menjadi terkenal dalam konteks ini adalah tulisannya yang dimuat

dalam New York Times Magazine, 13 September 1970, dengan judul The

social responsibility of is to increase its profits. 4Siti Maemunah, Negara Lemah, CSR Menguat, Forum

Keadilan No. 22, tanggal 23 September 2007, hlm. 46.

Page 10: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

4

yang dikutip dari bukunya Capitalism and Freedom, bahwa

dalam masyarakat bebas : “terdapat hanya satu tanggung

jawab sosial untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber

daya alam dan melibatkan diri dalam kegiatan - kegiatan

yang bertujuan meningkatkan keuntungannya, selama hal itu

sebatas aturan-aturan main, artinya, melibatkan diri dalam

kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan dan

kecurangan.”5 bisnis dari bisnis hanyalah bisnis (the business

of business is business). Tanggung jawab sosial hanya ada

pada individu dan tidak melekat pada perusahaan sebab

tanggung jawab perusahaan adalah menghasilkan keuntungan

yang sebesar - besarnya bagi pemegang saham.6

Namun jika dipandang dari segi moral hakikat manusia

maupun hakikat kegiatan bisnis itu sendiri, diyakini bahwa

tidak benar kalau para manajer perusahaan hanya memiliki

tanggung jawab dan kewajiban moral kepada pemegang

saham shareholders (pemegang saham) tetapi juga kepada

5K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis, Seri Filsafat Atmajaya.

Kanisius : Yogyakarta, 2000, hlm.294. 6Sri Hartati Samhadi, Etika Sosial Perusahaan

Multinasional, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007.

Page 11: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

5

stakeholders pada umumnya.7 Perusahaan sesungguhnya

tidak hanya memiliki sisi tanggung jawab ekonomis

kepada para shareholders seperti bagaimana memperoleh

profit dan menaikkan harga saham atau tanggung jawab

legal kepada pemerintah, seperti membayar pajak,

memenuhi persyaratan AMDAL (Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan), dan ketentuan lainnya. Namun, jika

perusahaan ingin eksis dan akseptabel, harus disertakan

pula tanggung jawab yang bersifat sosial.8

Di Indonesia, awalnya wacana tanggung jawab sosial

perusahaan ini masih bersifat sukarela dan belum ada

pengaturannya melalui produk perundang-undangan atau

hukum perusahaan. Bahkan Undang - Undang Perseroan

Terbatas yang lama yaitu UU Nomor 1 tahun 1995

sebagai payung Hukum Perseroan belum mengatur

tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Namun

setelah tanggal 16 Agustus 2007, tanggung jawab sosial

perusahaan di Indonesia telah diatur dalam UU Nomor 40

7Erni R. Ernawan, Business Ethics : Etika Bisnis, CV. Alfabeta,

Bandung, 2007, hlm. 28. 8Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Fascho

Publishing, Gresik, 2007, hlm. xxiii.

Page 12: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

6

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggantikan

UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas bahwa

tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal dalam

Undang - undang ini sebagaimana yang termuat dalam Pasal

1 ayat (3) yang berbunyi : ”Tanggung jawab Sosial dan

Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan

serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas

setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”

Bahkan tanggung jawab sosial perusahaan dan

lingkungan (TJSL) ini merupakan suatu kewajiban yang

harus dilaksanakan bagi perseroan yang kegiatan usahanya

di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

karena telah disertai dengan sanksi sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 74 Undang - undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas.

Selain diatur dalam UU Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, tanggung jawab sosial perusahaan juga

diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal Asing dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun

Page 13: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

7

2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perseroan Terbatas. Namun perlu diakui bahwa pengaturan

tanggung jawab sosial perusahaan yang terdapat dalam uu

tersebut belum mampu mendorong pelaksanaan TJSL

Perseroan dilapangan. Apalagi dalam UU tersebut hal yang

diatur masih terbatas. Hanya berkaitan dengan hal tertentu

saja. Padahal CSR tidak saja berkaitan dengan tanggung

jawab perusahaan tehadap lingkungan dalam arti sempit,

namun juga dalam arti luas seperti tanggung jawab

perusahaan terhadap pendidikan, perekonomian, dan

kesejahteraan rakyat sekitar. Hal ini di atas tentunya menjadi

sebuah pelajaran yang berharga untuk segera dicari jalan

keluarnya. Oleh karena itu membuat regulasi mengenai

tanggung jawab sosial perusahaan merupakan jalan terbaik.

Regulasi yang dimaksud adalah dengan membuat produk

hukum (UU) yang akan mengatur secara tegas, jelas, dan

komprehensif mengenai tanggung jawab sosial perusahaan.

UU ini dibutuhkan agar tanggung jawab sosial perusahaan

dilaksanakan oleh semua perusahaan dan memberikan

manfaat nyata bagi semua stakeholder yang ada.

Page 14: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

8

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan selama

ini hanya didasarkan kepada kesadaran dan komitmen

perusahaan. Padahal komitmen dan kesadaran setiap

perusahaan tidak sama dan sangat tergantung sekali kepada

kebijakan perusahaan masing-masing. Menggantungkan

pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan kepada

kesadaran dan komiteman perusahaan mempunyai beberapa

kelemahan. Kelemahan paling mendasar adalah tidak adanya

sanksi yang tegas bagi perusahaan yang tidak melaksanakan

tanggung jawab sosial perusahaan. Kondisi ini tidak akan

mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di

Indonesia. Selama ini juga, bagi perusahaan yang

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan tidak

memilki arah yang jelas. Padahal ada banyak sekali manfaat

yang diperoleh apabila tanggung jawab sosial perusahaan

dilaksanakan dengan aturan dan arahan yang jelas.

Di Kalimantan Selatan, terdapat banyak perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang berdiri dan beroperasi. Hal ini

tentu menjadi salah satu nilai tambah bagi daerah khususnya

terhadap perkembangan ekonomi daerah. Namun harus juga

diakui bahwa keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut

Page 15: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

9

seharusnya bukan hanya memberikan keuntungan secara

finansial bagi daerah tetapi juga memberikan kemajuan bagi

masyarakat sekitar melalui kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaannya. Selama ini perusahaan-perusahaan tersebut

belum memaksimalkan pelaksanaan tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai bagian dari nilai moral perusahaan

terhadap masyarakat. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian

lebih dari daerah karena daerah mempunyai kewenangan

untuk membuat aturan sesuai dengan kewenangan

otonominya.

1.2. Rumusan Masalah

Berangkat dari kenyataan tersebut, maka Peneliti

mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial

dan lingkungan perusahaan terhadap peningkatan taraf

hidup masyarakat sekitar perusahaan perkebunan sawit

yang ada di Kalimantan Selatan?

2. Bagaimana bentuk kebijakan yang harus diterapkan

pemerintah daerah Kalimantan Selatan terkait tanggung

jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam

Page 16: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

10

meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar

perusahaan perkebunan sawit di Kalimantan Selatan ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perseroan

Struktur TJSL Perseroan dalam sebuah korporasi

dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama teori korporasi

yang dianut, budaya, dan sistem hukum yang berlaku.

Beberapa teori mengenai korporasi telah dikembangkan

selama ini, di antaranya yang paling terkemuka adalah

agency theory dan stewardship theory. Teori-teori ini

merupakan turunan dari beberapa teori di atasnya, yang

berkembang sejalan dengan perkembangan korporasi dari

waktu ke waktu. Teori-teori ini dapat membantu untuk

memahami berbagai model dan karakter interaksi antara

Page 17: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

11

fungsi pengawasan, pengelolaan, dan kepemilikan dalam

suatu korporasi.9

Teori yang merupakan induk teori dari teori korporasi

yang berkembang dari waktu ke waktu adalah equity theory.

Teori ini merupakan teori korporasi yang menjadi landasan

dari berbagai teori korporasi yang ada. Teori ini pada intinya

menjelaskan tentang model hubungan antara perusahaan dan

pemilik. Teori ini lahir pada saat timbulnya revolusi industri

di Inggris. Sejak timbulnya revolusi industri pada awal abad

ke-19, perkembangan dunia industri melaju sangat pesat baik

dalam hal teknologi maupun sistem manajemennya. Pada

awalnya, bisnis hanya melibatkan individu tertentu sebagai

pengelola sekaligus pemilik bisnis. Pada tahap yang masih

sangat sederhana ini, belum banyak benturan kepentingan.

Hubungan yang ada baru sebatas hubungan antara karyawan

(employees) dengan pemilik (owners), yaitu pemilik yang

sekaligus bertindak sebagai pengelola. Pemilik menguasai

9 Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini. 2004. Komisaris

Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan. Jakarta : Penerbit

PT Indeks, hlm. 3.

Page 18: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

12

dan memiliki perusahaan serta bertanggung jawab terhadap

keseluruhan aktivitas perusahaan.10

Konsep-konsep tentang hak kepemilikan (equalities)

terus tumbuh dan berubah seiring laju pertumbuhan industri

barang dan jasa serta perkembangan aspek-aspek sosial

budaya yang semakin kompleks hingga melahirkan turunan

teori-teori kepemilikan yang ada saat ini. Salah satu turunan

teori adalah entity theory dan agency theory:11

Entity theory ini mengasumsikan terjadinya pemisahan

antara kepentingan pribadi pemilik ekuitas (owners) dengan

entitas bisnisnya (perusahaan). Pendekatan ini kemudian

yang paling banyak dirujuk oleh praktik-praktik bisnis secara

umum.

Dalam teori ini, sebuah entitas bisnis menjadi suatu

bentuk personifikasi yang memiliki karakter tersendiri dan

sama sekali tidak identik dengan pemilik. Bahkan suatu

perusahaan dianggap memiliki eksistensi tersendiri yang

lepas dari interaksi langsung dengan pemiliknya. Pemilik

ekuitas, kreditur dan pemegang saham memiliki hak yang

10

Ibid 11

Ibid, hlm 3-5.

Page 19: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

13

berbeda berkaitan dengan penghasilan, risiko, kendali, dan

likuidasi. Pendapatan yang diperoleh adalah hak entitas yang

kemudian didistribusikan ke shareholders sebagai deviden.

Profit yang tidak didistribusikan dianggap sebagai hak entitas

bisnis.

Agency theory merupakan teori yang menjelaskan

tentang hubungan kontraktual antara pihak yang

mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu (principal/

pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima

pendelegasian tersebut (agent/ direksi/manajemen). Agency

theory memfokuskan pada penentuan kontrak yang paling

efisien yang mempengaruhi hubungan prinsipal dan agen.12

Teori agensi memberikan pandangan yang terbaru

terhadap good corporate governance (GCG), yaitu para

pendiri perseroan dapat membuat perjanjian yang seimbang

antara principal (pemegang saham) dengan agen (direksi).

Teori agensi menekankan pentingnya pemilik perusahaan

(pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan

kepada tenaga-tenaga profesional (disebut agents) yang lebih

mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Teori ini

12

Ibid, hlm. 6.

Page 20: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

14

muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan

perusahaan dengan pengelolaan, terutama pada perusahaan-

perusahaan besar yang modern.13

Tujuan dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan

perusahaan yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh

keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang

seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh

tenaga-tenaga profesional.

Para profesional atau agen menjalankan tugasnya demi

kepentingan perusahaan dan mereka memiliki keleluasaan

dalam menjalankan manajemen perusahaan. Semakin besar

perusahaan memperoleh laba, semakin besar pula keuntungan

yang didapatkan agen. Sementara pemilik perusahaan

(pemegang saham) hanya bertugas untuk mengawasi dan

memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh

manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja hanya

demi kepentingan perusahaan semata.

Para profesional, dalam hal ini direksi dan manajer

dalam teori klasik di atas memiliki fiduciary duty dan duty of

13

Misahardi Wilamarta. 2002. Hak Pemegang Saham Minoritas

dalam Rangka Good Corporate Governance. Tesis. Jakarta : Program

Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hlm. 27 – 28

Page 21: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

15

care dan bertanggungjawab kepada perusahaan dan para

pemegang saham.14

Dalam pandangan teori korporasi yang

klasik di Amerika Serikat, CSR dimaknai sebagai tanggung

para manajer dan direksi kepada pemegang saham.

Pandangan tradisional ini tidak mencakup kewajiban

manajemen untuk memperhatikan kepentingan konstituen

perusahaan yang lain. Hal ini membatasi penerapan CSR

dalam perusahaan di mana perusahaan seolah-olah hanya

mementingkan kepentingan dirinya sendiri.15

Belakangan terjadi perluasan terhadap ruang lingkup

tanggung korporasi dari hanya tanggung jawab korporasi

kepada pemegang saham tetapi juga kepada stakeholder.

Perubahan ini seiring dengan adanya pembaruan

corporate governance. Pembaharuan corporate governance

bermula sebuah buku yang berjudul “The Modern

Corporation and Private Property. Buku ini dibuat oleh

Adolf Berle and Gardiner Means dan dipublikasikan pertama

14

Cynthia A. William. 2002. ”Corporate Social Responsibility in

an Era of Economic Globalization”, 35 University of California Davis

Law Review, hlm. 707. 15

Gary von Stange, “Corporate Social Responsibility through

Constituency Statutes: Legend or Lie ?”, 11 Hofstra Labour Law Journal,

1994, hlm. 465.

Page 22: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

16

kali tahun 1932. Isi buku ini secara garis besar memuat

tentang pemisahan kepemilikan dan pengendalian

perusahaan. Dengan demikian, pemegang saham yang

memiliki perusahaan dan juga memiliki kekayaan yang

sangat besar dalam perusahaan tidak lagi mengendalikan dan

mengelola kekayaan mereka yang ada dalam perusahaan.

Kekayaan tersebut telah menjadi asset perusahaan dan

dikendalikan oleh seseorang yang dipercaya untuk

mengelolanya demi kepentingan mereka. Keadaan demikian

dikenal dengan nama “separation ownership from control.”

Dalam pembaharuan corporate governance memuat tentang

prinsip keterbukaan kepada publik dan kewajiban bagi

perusahaan untuk menjalankan perusahaannya dengan tidak

merugikan publik. Jadi secara tidak langsung konsep CSR

juga sebenarnya telah termuat dalam pembaharuan corporate

governance.16

Konsep CSR itu sendiri juga telah mengalami

perubahan. Konsep CSR yang lama menyatakan bahwa

perusahaan hanya mempunyai tanggung jawab kepada

pemegang saham perusahaan saja. Sedangkan konsep CSR

16

Ibid, hlm. 466.

Page 23: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

17

yang baru menyatakan bahwa perusahaan juga harus

mempunyai tanggung jawab kepada pekerja, pemasok,

masyarakat, dan lingkungan di mana perusahaan itu

menjalankan kegiatannya.

2.2. Makna dan Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan Perseroan Dewasa Ini

Walaupun konsep telah diterima dan dipercaya sudah

jelas maknanya, tetapi menurut Charles Chatterjee dalam

kenyataan tidak sama sekali. Kesulitan pertama yang timbul

dari CRS tersebut adalah konsep CSR itu sendiri. Istilah

corporate tidak selalu berkaitan dengan istilah social;

corporate responsibility, social responsibility, dan corporate

responsibility memiliki konotasi yang berbeda. Kemudian

muncul pertanyaan yang lebih penting, yakni apakah semua

bentuk korporasi diwajibkan untuk menunjukkan tanggung

jawab sosialnya. Pertanyaan penting lainnya yaitu pada

bagian mana korporasi menjalankan korporasinya dan

tanggung jawab sosialnya.17

17

Charles Chatterjee, Op.cit, “ hlm. 388.

Page 24: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

18

Istilah social responsibility berasal dunia Anglo Saxon

(Common Law). Istilah ini tidak diidentifikasikan dengan

teori civil responsibility yang ada dalam tradisi Roman-

Germanic Law.18

Istilah CSR hanya diterapkan pada korporasi. Karena

korporasi merupakan institusi yang dominan di bumi ini

di mana korporasi pasti berhadapan dengan persoalan

lingkungan dan sosial yang mempengaruhi kehidupan

manusia.

World Bank Group menyebut definisi CSR sebagai

komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi

pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama

dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga

mereka, komunitas setempat, dan masyarakat umum untuk

meningkatkan kualitas hidup dengan cara-cara yang

bermanfaat, baik bagi bisnis itu sendiri maupun untuk

pembangunan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa CSR adalah

suatu keharusan dan bukan saja sebagai kewajiban. CSR itu

18

Raul Anibal Etcheverry. 2005. “Corporate Social Responsibility

– SCR”. 23 Peen State International Law Review, hlm. 498 – 499.

Page 25: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

19

sendiri bukanlah gimmick marketing, melainkan bagian yang

menyatu dengan misi dan nilai perusahaan.19

Menurut Soeharto Prawirokusumo,20

tanggung jawab

sosial adalah sebuah konsep yang luas yang berhubungan

dengan kewajiban perusahaan atau organisasi dalam

memaksimumkan impact positif terhadap masyarakatnya.

Tanggung jawab sosial para pelaku usaha dalam suatu

perusahaan terdiri atas empat dimensi tanggung jawab yaitu;

ekonomi, hukum, etika dan philanthropies. Dari perspektif

ekonomi, semua perusahaan harus bertanggung jawab kepada

para pemegang saham, karyawan, dan masyarakat

sekelilingnya dalam hal pendapatan karyawan dan

tersedianya pekerjaan. Kedua tanggung jawab tersebut di atas

merupakan tanggung jawab pokok perusahaan yang

memperkokoh terjadinya tanggung jawab etika dan kegiatan

philanthropies.

Doktrin CSR yang diciptakan sebagai suatu etika atau

moral dalam perilaku perusahaan telah diterima ke dalam

19

Ibid. 20

Soeharto Prawirokusumo. 2003. “Perilaku Bisnis Modern –

Tinjauan pada Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial”. Jurnal Hukum

Bisnis, Vol. 22, No.4, hlm. 83.

Page 26: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

20

aturan hukum, undang-undang, regulasi yang ada dalam

Code-Code dan European System. Namun demikian, istilah

CSR memiliki makna yang berbeda dengan etika, moral,

philanthropies, dan hukum.

CSR mewakili kompromi antara etika dan perilaku-

perilaku tertentu. CSR muncul untuk meningkatkan image

perusahaan di dalam masyarakat di mana perusahaan itu

menjalankan kegiatan usahanya. Ide untuk menjadikan

kepedulian sosial perusahaan sebagai unsur pemasaran.

Perencanaan sosial harus selalu masuk dalam rencana

strategik perusahaan. Kegiatan sosial tersebut bukan suatu

biaya, tetapi merupakan suatu investasi.21

Dilihat dari sudut pandang hukum bisnis, setidaknya

ada dua tanggung jawab yang harus diajarkan dalam etika

bisnis, yaitu tanggung jawab hukum (legal responsibility)

yang meliputi aspek perdata (civil liability) dan aspek pidana

(crime liability), dan aspek tanggung jawab sosial (social

responsibility) yang dibangun di atas landasan norma moral

yang berlaku di dalam masyarakat. Artinya, sekalipun suatu

kegiatan bisnis secara hukum (perdata dan pidana) tidak

21

Raul Anibal Etcheverry, loc.cit.

Page 27: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

21

melanggar undang-undang atau peraturan, tetapi bisnis

tersebut dilakukan dengan melanggar moral masyarakat atau

merugikan masyarakat, maka bisnis tersebut dianggap

sebagai perbuatan tidak etis (unethical conduct).

Penerapan CSR oleh perusahaan berarti bahwa

perusahaan bukan hanya merupakan entitas bisnis yang hanya

berusaha mencari keuntungan semata, tetapi perusahaan itu

merupakan satu kesatuan dengan keadaan ekonomi, sosial,

dan lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Direksi dan

pegawai perusahaan seharusnya lebih menyadari pentingnya

CSR karena CSR dapat memberikan perlindungan hak asasi

manusia bagi buruh dan perlindungan lingkungan bagi

masyarakat sekitar dan juga para pekerjanya.22

Kehadiran

CSR dalam bisnis perusahaan menjadi lebih jelas dengan

adanya perkembangan globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari

adanya :23

1. Pengelolaan risiko

2. Perlindungan dan meningkatkan reputasi dan image

perusahaan

22

Kristina K. Hermann. 2004. “Corporate Social Responsibility

and Sustainable Development: The European Union Initiative as a Case

Study”, 11 Indiana Journal of Global Legal Studies, hlm. 206. 23

Ibid, hlm. 207.

Page 28: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

22

3. Membangun kepercayaan dan license to operate bagi

perusahaan

4. Meningkatkan efisiensi sumber daya yang ada dan

meningkatkan akses terhadap modal

5. Merespon atau mematuhi peraturan yang berlaku

6. Membina hubungan baik dengan stakeholder seperti

pekerja, konsumen, partner bisnis, investor yang

mempunyai tanggung jawab secara sosial, regulator,

dan komunitas di mana perusahaan itu beroperasi.

7. Mendorong pemikiran yang inovatif

8. Membangun kesempatan untuk mengikuti pasar masa

depan.

Kebijakan CSR dapat memberikan nilai dalam

rencana strategis kegiatan perusahaan sehari-hari.

Berdasarkan strategi ini yang mengintegrasikan praktik-

praktik berusaha yang bertanggungjawab secara sosial,

analisa keuntungan perusahaan, return on investment (ROI)

atau return on equity (ROE) sebagai bottom-line digantikan

menjadi triple bottom-line yang mencakup faktor ekonomi,

sosial, dan lingkungan. Sebuah perusahaan yang

mengabaikan persoalan sosial dan ekonomi dalam kegiatan

usahanya memang masih tetap dapat memperoleh

keuntungan pada saat ini, tetapi di kemudian hari perusahaan

itu akan memberikan dampak negatif kepada sosial dan

Page 29: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

23

lingkungan sehingga sulit bagi perusahaan tersebut untuk

mempertahankan eksistensinya. Hal ini akan menghilangkan

keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan pada masa

depan.24

Sony Keraf membagi isi tanggung jawab sosial

perusahaan ke dalam dua kategori, yakni:25

1. Terhadap relasi primer, misalnya memenuhi kontrak

yang sudah dilakukan dengan perusahaan lain,

memenuhi janji, membayar utang, memberi pelayanan

kepada konsumen dan pelanggan secara memuaskan,

bertanggung jawab dalam menawarkan barang dan

jasa kepada masyarakat dengan mutu yang baik,

memperhatikan hak karyawan, kesejahteraan

karyawan dan keluarganya, meningkatkan

keterampilan dan pendidikan karyawan, dan

sebagainya.

2. Terhadap relasi sekunder, bertanggung jawab atas

operasi dan dampak bisnis terhadap masyarakat pada

umumnya, atas masalah-masalah sosial, seperti:

lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, dan

pajak.

24

Ibid. 25

A. Sony Keraf – Robert Haryono Imam. 1993. Etika Bisnis, Cet.

II. Pustaka Filsafat. Yogyakarta : Kanisius, hlm. 97 – 98.

Page 30: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

24

Berdasarkan isi tanggung jawab sosial tersebut, maka

tanggung jawab para pelaku usaha dalam bisnis adalah

keterlibatan perusahaan mereka dalam mengusahakan

kebaikan dan kesejahteraan sosial masyarakat, tanpa terlalu

menghiraukan untung ruginya dari segi ekonomis. Dengan

demikian, tanggung jawab sosial dapat dirumuskan dalam

dua wujud yaitu:26

1. Positif: Melakukan kegiatan-kegiatan yang bukan

didasarkan pada perhitungan untung rugi, melainkan

didasarkan pada pertimbangan demi kesejahteraan

sosial.

2. Negatif: Tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dari

segi ekonomis menguntungkan, tetapi dari segi sosial

merugikan kepentingan dan kesejahteraan sosial.

Sehingga dalam kerangka prinsip etika bisnis, dapat

dikatakan bahwa secara maksimum (positif) para pelaku

usaha dituntut untuk aktif mengupayakan kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat (prinsip berbuat baik), paling

kurang secara minimal (negatif) tidak melakukan tindakan

yang merugikan masyarakat (prinsip tidak berbuat jahat).

26

Ibid, hlm. 98.

Page 31: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

25

Sejauh pelaku usaha atau suatu bisnis arti segi

ekonomi mampu menjalankan tanggung jawab sosial dalam

bentuknya yang positif, maka pelaku usaha tersebut wajib

untuk menjalankan tanggung jawab sosial yang positif.

Sejauh kemampuan finansialnya memadai, pelaku usaha

wajib untuk mengusahakan kesejahteraan karyawan dan

keluarganya, selain itu juga wajib untuk memelihara

lingkungan sosial dan lingkungan hidup yang baik dalam

masyarakat itu. Namun, kalau situasinya tidak

memungkinkan, maka minimal pelaku usaha itu tidak

melakukan kegiatan yang dari segi sosial tidak merugikan.27

Etika dibutuhkan dalam bisnis ketika manusia mulai

menyadari bahwa kemajuan dalam bidang bisnis justru telah

menyebabkan manusia semakin tersisih nilai-nilai

kemanusiaannya (humanistic). Sehingga, di kalangan pelaku

bisnis muncul mitos bahwa bisnis adalah bisnis. Bisnis

hanyalah mengabdi pada keuntungan sebanyak-banyaknya

(profit oriented). Dalam kaitan ini Richard T De George

(1986) menyebutnya sebagai mitos bisnis amoral. Telah

27

Ibid, hlm. 99.

Page 32: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

26

bergulir suatu image, bahwa bisnis tidak boleh (jangan)

dicampuradukkan dengan moral.28

Karena tuntutan publik dan hukum itulah, maka bisnis

saat ini harus memberlakukan “being ethical and social

responsibility”. Dengan berlaku etis dan mempunyai

tanggung jawab sosial, bisnis akan langgeng dan akan terjadi

hubungan jangka panjang dengan pelanggan, pemasok, dan

pihak lainnya. Pelanggan akan membeli produk sebuah

perusahaan yang mempunyai reputasi terbaik dalam tanggung

jawab sosial bilamana kualitas, pelayanan, dan harga sama di

antara para pesaing.29

Etika bisnis mempunyai pengaruh lebih luas daripada

peraturan formal. Melanggar atau melupakan masalah etika

akan menghancurkan kepercayaan. Kegiatan untuk mencari

etika bisnis tersebut menyangkut empat macam kegiatan,

yaitu:30

1. Menerapkan prinsip-prinsip etika umum pada

khususnya atau praktek-praktek khusus dalam bisnis

menyangkut apa yang dinamakan meta-etika.

28

Redi Panuju, Op.cit, hlm.7 29

Soeharto Prawirokusumo, loc.cit. 30

Sony Keraf – Robert Haryono Imam., Op. cit, hlm. 59 - 60.

Page 33: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

27

2. Menyoroti moralitas sistem ekonomi pada umumnya

serta sistem ekonomi suatu negara pada khususnya.

3. Meluas melampaui bidang etika.

4. Menelaah teori ekonomi dan organisasi.

Dunia etika adalah dunia filsafat, nilai, dan moral.

Dunia bisnis adalah dunia keputusan dan tindakan. Etika

berkenaan dengan persoalan baik atau buruk, sedangkan

bisnis adalah dunia konkrit dan harus mewujudkan apa yang

telah diputuskan. Hakikat moral adalah tidak merugikan

orang lain. Artinya moral senantiasa bersifat positif atau

mencari kebaikan. Dengan demikian sikap dan perbuatan

dalam konteks etika bisnis yang dilakukan oleh semua orang

yang terlibat, akan menghasilkan sesuatu yang baik atau

positif, bagi yang menjalankannya maupun bagi yang lain.

Sikap dan perbuatan yang seperti itu tidak akan menghasilkan

situasi “win-lose”, tetapi akan menghasilkan situasi “win-

win”.

Apabila moral adalah nilai yang mendorong seseorang

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka etika

adalah rambu-rambu atau patokan yang ditentukan oleh

pelaku atau kelompoknya. Karena moral bersumber pada

Page 34: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

28

budaya masyarakat, maka moral dunia usaha nasional tidak

bisa berbeda dengan moral bangsanya. Moral pembangunan

haruslah juga menjadi moral bisnis pengusaha Indonesia.

Selain itu, etika bisnis juga membatasi keuntungan,

sebatas tidak merugikan masyarakat. Kewajaran merupakan

ukuran yang relatif, tetapi harus senantiasa diupayakan. Etika

bisnis bisa mengatur bagaimana keuntungan digunakan.

Meskipun keuntungan merupakan hak, tetapi penggunaannya

harus pula memperhatikan kebutuhan dan keadaan

masyarakat sekitar. Jadi etika bisnis yang didambakan bagi

para pelaku usaha tidak akan dipraktikkan dengan sendirinya

oleh kalangan dunia usaha tanpa adanya “aturan main” yang

jelas bagi dunia usaha itu sendiri.

Jika tidak menjalankan etika bisnis, taruhannya adalah

reputasi dan kepercayaan, sedangkan dalam berbisnis kedua

hal tersebut merupakan faktor utama. Hal ini sejalan dengan

tanggung jawab sosial perusahaan yang dapat menjaga

kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Karena Etika

bisnis merupakan pola bisnis yang tidak hanya peduli pada

profitabilitasnya saja, tapi juga memperhatikan kepentingan

stakeholder-nya. Etika bisnis tidak bisa terlepas dari etika

Page 35: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

29

personal, keberadaan mereka merupakan kesatuan yang tidak

terpisahkan dan keberadaannya saling melengkapi.

Memahami teori etika pada dasarnya berguna untuk

merumuskan dan mengambil nilai-nilai kebenaran, yang oleh

individu ataupun masyarakat menjadi dasar bertindak. Tetapi,

di sisi lain, pemahaman terhadap etika bisa juga berfungsi

untuk menggeledah nilai-nilai kebenaran yang selama ini

dianggap sudah mapan. Apapun fungsinya yang diambil,

pasti akan menemukan kenyataan bahwa nilai-nilai

kebenaran itu ternyata beragam. Oleh karena itu maka

manusia diharapkan dapat bijaksana dalam menerapkan

ragam kebenaran secara profesional.

Dalam dunia bisnis, otonomi, aspek kebebasan dan

tanggung jawab menjadi titik pangkal dan landasan operasi

bagi bisnis. Hal tersebut tentunya dilakukan prakteknya

menggunakan etika dalam berbisnis sebagaimana mestinya,

karena semua itu berhubungan dengan manusia baik secara

individual maupun kelompok dalam hal ini terjadi interaksi

antar manusia dalam berbisnis.

Atas dasar itu, etika dan tanggung jawab sosial sudah

menjadi bagian dari proses perencanaan strategis perusahaan.

Page 36: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

30

Bahkan beberapa perusahaan terkemuka sekarang ini sudah

mempunyai Code of Conduct dan juga sudah mempunyai

kode etika perusahaan yang dipatuhi oleh semua karyawan.

2.3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan

dalam Undang-Undang di Indonesia.

Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 Angka (3) menyebutkan

bahwa: “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah

komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam

pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik

bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun

masyarakat pada umumnya. Pasal 1 angka 3 Undang-undang

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

”Sedangkan Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-undang

Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan

bahwa: “Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial

perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap

perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan

hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan

Page 37: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

31

lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat”.

Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-undang Nomor 25

tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Perbedaan

terminologi tersebut menjadi hambatan bagi setiap

perusahaan untuk menerjemahkannya dalam teknis

pelaksanaannya, karena: (1) Istilah yang digunakan dalam

Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 adalah Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan, sedangkan dalam Undang-undang

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (2) kata

“komitmen perseroan” dan “tanggung jawab yang melekat”

tidak dapat diartikan sama, (3) Undang-undang Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berorientasi pada

peningkatan kualitas hidup masyarakat, sedangkan Undang-

undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

lebih berorientasi menciptakan hubungan yang serasi. 31

Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal tidak ada pembatas terhadap bentuk

perusahaan dan bidang usahanya. Di sisi lain, dalam Undang-

undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

hanya diperuntukkan bagi bentuk perusahaan Perseroan

31

Mukti Fajar ND, Op.cit., hlm. 3.

Page 38: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

32

Terbatas khusus yang bergerak di bidang Sumber Daya Alam

dan yang terkait, seperti yang tersebut dalam Pasal 74 ayat

(1) yaitu: “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.

Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas.

Klausula tersebut menimbulkan persoalan:

(1) diskriminasi bagi perusahaan Perseroan Terbatas dan

(2) diskriminasi hanya bagi perusahaan yang bergerak di

bidang sumber daya alam dan atau terkait saja. Sedangkan

perusahaan non Perseroan Terbatas dan tidak bergerak di

bidang tersebut dianggap tidak dibebani kewajiban tanggung

jawab sosial dan lingkungan.32

Selanjutnya, apabila tanggung jawab sosial dan

lingkungan hanya dimaknai secara sempit, dalam bentuk

memberikan sebagian kekayaan kepada masyarakat, seperti

yang diatur dalam Pasal 74 ayat (2) Undangundang Nomor

40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu: “Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada

32

Mukti Fajar, Op.cit., hlm. 4

Page 39: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

33

ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan

dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan

dan kewajaran”. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

sebagai bentuk kewajiban menyalurkan kekayaan dianggap

melanggar hak kepemilikan privat (private property right)

dari korporasi. Sebab korporasi sebagai institusi privat

mempunyai hak kepemilikan yang dilindungi penuh secara

hukum. Hak miliki pribadi (private property right) harus

dijamin sepenuhnya oleh hukum negara sebagai sesuatu yang

sakral (the sacred rights of private property).33

CSR sering

disebut corporate philantrophy, yang dapat diartikan sebagai

upaya menolong sesama, kegiatan berderma, atau kebiasaan

beramal dari korporasi yang dengan ikhlas menyisihkan

sebagian dari harta atau sumber daya yang dimilikinya untuk

disumbangkan kepada orang lain yang memerlukan.34

33

Edwin Cannan. 1965. Adam Smith: An Inquiry Into The Nature

and Causes of The Wealth of Nation, The Modern Library, New York. 34

Im Ife & Frank Tesoriero. 2008. Community Development

Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi (Penterjemah:

Sastrawan Manullang, Nurul Yakin, M. Nursyahid), Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, hlm. 493-545.

Page 40: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum

normatif dengan didukung dengan penelitian lapangan

dengan menggunakan pendekatan interdisipliner atau

“hibrida”.

Konsekuensi dari penelitian hukum yang menggunakan

paradigma socio-legal sebagai paradigma utama adalah

menggunakan penggabungan metode yuridis normatif dengan

analisis metode kualitatif. Sehingga dalam penelitian ini,

terlebih dulu akan menganalisis beberapa permasalahan yang

terkait dengan judul penelitian dengan peraturan

nasional/daerah maupun keputusan instansi terkait atau

kepala daerah (documentation studies).

3.2. Wilayah Studi

a. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Provinsi Kalimantan Selatan terletak diantara

1”21’-4”10’ lintang selatan dan 114”19’-116”33’ bujur

timur. Provinsi Kalimantan Selatan merupakan wilayah

Page 41: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

35

dataran yang di sebelah utara berbatasan dengan

Provinsi Kalimantan Timur, di sebelah Timur dengan

Selat Makasar, di bagian Selatan dengan Laut Jawa,

dan di sebelah Barat dengan Provinsi Kalimantan

Tengah. Daerah ini juga dikenal mempunyai potensi

sumber daya alam yang berlimpah, seperti provinsi

lainnya di Kalimantan.

Wilayah Kalimantan Selatan mencakup areal seluas

36.535 Km2, dengan tata guna lahan sebagai berikut:

areal hutan seluas 17.427 km2 atau 47.7%, semak

belukar 4.786 km2 atau 13.1%, padang rumput 5.992

km2 atau 16.4%, ladang 2.302 km

2 atau 6.3%, sawah

4.128 km2 atau 11.3%, perkebunan 840 km

2 atau 2.3%,

perairan darat 256 km2 atau 0.7%, pemukiman 585 km

2

atau 1.65%, selebihnya 183 km2 atau 0.5% untuk budi

daya lainnya. Di lihat dari tata guna lahan tadi,

sebagian besar daerah Kal-Sel dapat dikatakan berupa

hutan atau sektor kehutanan.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan wilayah

yang terdiri dari dataran rendah, daerah perbukitan, dan

pegunungan. Di daerah ini tumbuh hutan primer, hutan

Page 42: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

36

sekunder, dan padang alang-alang. Hamparan dataran

rendah yang sebagian besar berada di bagian barat

meliputi rawa-rawa dan padang ilalang. Vegetasi paling

dominan di daerah ini berupa hutan rawa, hutan bakau,

dan jenis-jenis rumput rawa. Di antara wilayah tersebut

terdapat bentangan daratan alluvial seluas 200.000

hektar, yang sangat subur. Kalimantan Selatan juga

dikenal dengan wilayah yang banyak terdapat sungai-

sungai, baik besar ataupun yang kecil. Sungai-sungai

besar di daerah ini berfungsi sebagai alat transportasi

dan pertanian yang sangat penting bagi kehidupan

sosial-ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Sungai

Barito yang panjangnya mencapai 900 kilometer

merupakan sungai terbesar dan mempunyai beberapa

anak sungai. Provinsi Kalimantan Selatan juga banyak

memiliki sejumlah danau dan pulau-pulau yang tersebar

di perairan Laut Jawa dan Selat Makasar yang

mengitari wilayah ini.

Secara administrasi, Provinsi Kalimantan Selatan terdiri

dari sebelas kabupaten yakni: Kabupaten Tanah Laut,

Tabalong, Kotabaru, Banjar, Hulu Sungai Tengah, Hulu

Page 43: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

37

Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Barito Kuala,

Tapin, Balangan, Tanah Bumbu dan ditambah dua

Kota, yakni Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru.

Dalam wilayah Kalimantan Selatan ini terdapat 109

wilayah kecamatan dan 2.168 kelurahan (desa). Daerah

Kalimantan Selatan memiliki kekayaan budaya yang

beraneka ragam. Ini tercermin dalam keanekaragaman

seni-budaya dan bahasa daerah, seperti Banjar, Bugis,

dan Dayak. Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan

beragama Islam, yaitu sekitar 2.839.000 orang;

beragama Protestan 29.184 orang; beragama Katolik

17.278 orang; beragama Hindu 11.049 orang; dan

beragama Budha 22.912 orang.35

3.3. Teknik Tengumpulan Data

Diawali dengan melakukan inventarisasi terhadap

bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang-

undangan yang mengatur mengenai usaha pengelolaan

sumber daya alam sektor perkebunan di Indonesia. Sebagai

35

Center for Political Studies Soegeng Sarjadi Syndicated,

Otonomi Potensi Masa Depan Republik Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2001) hlm. 724-725

Page 44: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

38

negara hukum (state governed by law) maka bahan hukum

primer pertama adalah Konstitusi Indonesia yakni Undang-

Undang Dasar RI terutama pasal-pasal yang mengatur secara

normatif tentang Sumber Daya Alam dan pemanfaatannya

untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dan diteruskan

dengan beberapa undang-undang lain yang terkait seperti;

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah diubah menjadi Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan

Terbatas, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang

Perkebunan tentang dan lain-lain.

Bahan hukum primer di atas kembali didukung oleh

penelaahan terhadap bahan hukum sekunder yang berupa

buku textbook, literatur nasional maupun luar negeri, tulisan

atau pendapat pakar hukum yang memiliki kompetensi

14

Page 45: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

39

mumpuni tentang aspek hukum pelaksanaan tanggung jawab

sosial dan lingkungan perusahaan (TJSL) di Indonesia.

Tahap kedua dari penelitian ini adalah dengan cara

mengumpulkan data empiris yang diambil dari wawancara

semi-terstruktur (semi-structured interview) dengan

purposive sample, key actors (informan) dan focus group

discussion.36

1. Wawancara semi-terstruktur yang merupakan

penggabungan dari wawancara terstruktur dan tidak

terstruktur akan fokus dalam pengambilan informasi

yang detail dan mendalam yang didapat dari

narasumber (purposive sample).

2. key actors (informan) akan dipilih secara hati-hati

berdasarkan pengetahuan khusus mereka dan informasi

yang mereka berikan harus dapat dipercaya

(reliabilitas).

3. focus group discussion akan dilaksanakan dengan

memakai pendekatan partisipatori untuk mencandra

perspektif masyarakat terhadap isu hukum dan sosial.

36

Reza Banakar and Max Travers,“Structured Interviewing”.

Socio-Legal Research Methods. 2nd Ed, United Kingdom, Oxford: OUP,

2005, hlm. 14.

Page 46: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

40

3.4. Analisis data

Penelitian normatif yang didukung dengan penelitian

lapangan yang menggunakan cara analisis kualitatif, yakni

dengan menganalisis suatu data secara mendalam dan holistik

sebagaimana dikemukakan oleh David M. Fetterman37

bahwa

“ this description might include the group’s history, religion,

politics, economy andenvironment’, dengan kata lain socio-

legal research merepresentasikan keterkaitan antara konteks

dimana hukum berada (an interface with a context within

which law exists)38

. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan akan

penjelasan lebih rinci dan cermat terhadap persoalan hukum

secara lebih bermakna dengan melakukan perbandingan

antara law in book dengan law in action.39

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan

untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi

kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh

suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin

37

David M. Fetterman, Ethnography Step by Step, London, Sage

Publishing, 1998, hlm. 19. 38

Sulistyowati Irianto, Memperkenalkan Studi Sosio-Legal dan

Implikasi Metodologisnya, Jakarta, Makalah Seminar Nasional

Antropologi Hukum, Fakultas Hukum UI, 22 April 2009. hlm. 75. 39

Ibid. hlm. 179.

Page 47: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

41

dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data

kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk

bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan

mudah.

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai

saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah

mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran

penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut

pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian

lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh

data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus

penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian

kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain

sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti

menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak

terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang

lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data

atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam,

kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman

dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif

sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.

Page 48: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

42

Penggunaan analisis data kualitatif didasarkan pada

pertimbangan, yaitu Pertama penelitian ini adalah penelitian

hukum. Kedua, bahan hukum yang dikaji beraneka ragam,

memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Ketiga, sifat dasar bahan hukum yang dikaji adalah

menyeluruh (comprehensive). Hal ini ditandai dengan

keanekaragaman bahannya serta memerlukan informasi yang

mendalam.

3.5. Keabsahan Data

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan

data penelitian kualitatif, yaitu: nilai subyektivitas, metode

pengumpulan dan sumber data penelitian. Banyak hasil

penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa

hal, yaitu subyektivitas peneliti merupakan hal yang dominan

dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan

adalah wawancara dan observasi mengandung banyak

kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa

kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan

mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Page 49: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

43

Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara untuk

meningkatkan keabsahan data penelitian kualitatif, yaitu:

kredibilitas, transferabilitas dan konfirmitas.

Page 50: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Bentuk Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (TJSL) Perseroan Terhadap

Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Sekitar

Perusahaan Perkebunan Sawit yang Ada

di Provinsi Kalimantan Selatan.

Meningkatnya citra perusahaan akan memiliki

implikasi strategis bagi peusahaan itu sendiri karena reputasi

yang baik merupakan salah satu keunggulan yang kompetitif.

Corporate Social Responsibility (CSR) atau istilah Undang-

Undang Perseroan Terbatas adalah Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan Perseroan (yang selanjutnya disebut TJSL

Perseroan) merupakan suatu tindakan yang diambil pelaku

bisnis atau pemangku kepentingan melalui perilaku yang

secara sosial bertanggung jawab kepada masyarakat. Dalam

menjalankan tanggung hal, yakni ekonomi, sosial, dan

lingkungan, hal ini difokuskan sebagai kegiatan yang

berkesinambungan jawab sosialnya, pelaku bisnis atau

perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga dan salah

Page 51: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

45

satu cara untuk mencegah krisis, yaitu dengan peningkatan

reputasi atau image.

Penerapan TJSL Perseroan saat ini berkembang pesat

termasuk di Indonesia, sebagai respon dunia usaha yang

melihat aspek lingkungan dan sosial sebagai peluang untuk

meningkatkan daya saing serta sebagai bagian dari

pengelolaan risiko menuju sustainability kegiatan usahanya.

Substansi TJSL Perseroan adalah dalam rangka kemampuan

perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya,

komunitas dan stakeholder yang terkait dengannya baik lokal,

nasional maupun global. Secara singkat, TJSL Perseroan

mengandung makna bahwa perusahaan memiliki tugas moral

untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjujung integritas

(Ardianto, 2011: 35).

Mc Williams dan Siegel, 2001 juga meyakini bahwa :

“CSR is conventionally defined as the social involvement,

responsiviness, and accountabilitty of companies apart from

their core profit activities and beyond the requirements of the

law and what is otherwise required by goverment. The World

Business Council for Sustainable Development (Business

Action for Sustainable Development”.

Page 52: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

46

Dalam Solihin (2009: 28) mengungkapkan bahwa

TJSL atau CSR adalah :“The continuing commitmen by

business to behave ethically and contribute to economic

development while improving the quality of live of the

workforce and their families as well as of the local

community and society at large”. (TJSL atau CSR

diungkapkan sebagai komitmen berkelanjutan dari pelaku

bisnis atau perusahaan untuk memberikan kontribusi bagi

pembangunan ekonomi serta meningkatkan para pekerja,

keluarga, demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat

luas).

Secara universal, dari kedua pemahaman tersebut

mengungkapkan bahwa aktivitas TJSL Perseroan pada

umumnya mempunyai tujuan sebagai keterlibatan sosial

pelaku bisnis atau stakeholder dalam mencapai peningkatan

kesejahteraan yang berkelanjutan dengan memperhatikan

tanggung jawab sosial perusahaan pada kualitas hidup

pekerja atau masyarakat sebagai penunjang triple bottom line

perusahaan yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan yang

dirasa mampu mendongkrak citra perusahaan dan

meningkatkan reputasi perusahaan dalam rentang waktu

Page 53: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

47

panjang. Sebuah riset yang dikemukanan oleh Roper Search

Worldwide menunjukkan 75% responden memberikan nilai

lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh

perusahaan dalam memberikan kontribusi nyata kepada

komunitas melalui program pengembangan. Sekitar 66%

responden juga menunjukkan bahwa mereka siap berganti

merek perusahaan yang memiliki citra sosial yang positif

(Susanto, 1997: 213).

Kedua hal tersebut membuktikan terjadinya perluasan

“minat” konsumen dari “produk” menuju korporat, yakni

konsumen menaruh perhatiannya terhadap tanggung jawab

sosial perusahaan yang lebih luas, dan menyangkut etika

bisnis serta tanggung jawab sosial perusahaan. Disinilah

salah satu manfaat yang dapat dipetik perusahaan dalam

suatu kegiatan TJSL Perseroan menjadi suatu kewajiban yang

digariskan oleh undang-undang.

Penerapan aktivitas TJSL Perseroan yang berkembang

di Indonesia, sesuai regulasi pemerintah dalam Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

terdapat pada Pasal 1 Angka 3, menyatakan “Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan

Page 54: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

48

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”.

Dan Pasal 74 pada dasarnya mengatur sebagai berikut :

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya

di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

wajib melaksanakn Tanggung Jawab, Sosial dan

Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan kwajiban Perseroan

yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Page 55: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

49

Bahwa kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Perseroan merupakan suatu kegiatan yang

diwajibkan dan dilaksanakan berdasarkan pada kepatutan dan

kewajaran sesuai dengan peraturan pemerintahan. Fokus

utama dalam undang-undang terdapat pada Pasal 74 yakni,

lebih mewajibkan pada suatu kegiatan usaha di bidang atau

yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penentuan kebijakan pada kegiatan TJSL Perseroan

harus menjadikan bagian intergral dari program

pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya. Sebaliknya,

pihak perusahaan juga harus terlibat secara aktif dan

memiliki pemikiran untuk menjadi bagian dari komunitas

kegiatan TJSL Perseroan. Tidak bersifat tertutup atau

eksklusif ditengah masyarakat namun perusahaan juga harus

secara aktif dan komunikatif kepada komunitas mereka. Hal

inilah menjadikan suatu komitmen perusahaan untuk

meningkatkan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan

terhadap komunitas perusahaan. Dengan lebih banyak

memberikan perhatian kepada lingkungan atau komunitas,

hal ini mampu terpeliharanya kualitas kehidupan umat

Page 56: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

50

manusia dalam jangka panjang dan juga keterlibatan

komunitas dalam sebuah perusahaan.

Dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun

2012 dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan oleh Direksi

berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah

mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan anggaran dasar

perseroan. Rencana Kerja tahunan perseroan tersebut memuat

rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhakn untuk

pelaksanaan TJSL. Pelaksanaan TJSL tersebut dimuat dalam

laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan

kepada RUPS (Pasal 6 PP 47/2012).

Dalam Pasal 15 huruf b UU 25/2007 diatur bahwa

setiap penanaman modal wajib melaksanakan TJSL. Yang

dimaksud TJSL menurut Penjelasan Pasal 15 huruf b UU

25/2007 adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap

perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan

hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.

Sedangkan yang dimaksud dengan penanaman modal adalah

perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman

Page 57: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

51

modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeridan

penanaman modal asing (Pasal 1 angka 4 UU 25/2007).

Selain itu dalam Pasal 16 UU 25/2007juga diaturbahwa

setiap penanaman modal bertanggung jawab untuk menjaga

kelestarian lingkungan hidup. Ini merupakan juga bagian dari

TJSL.

Jika penanaman modal tidak melakukan kewajibannya

untuk melaksanakan TJSL, maka berdasarkan Pasal 34 UU

25/2007, penanaman modal dikenai sanksi administrasi

berupa : a. peringatan tertulis; b. Pembatasan kegiatan usaha;

c. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman

modal;atau d. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas

penanaman modal.

Selain dikenai sanksi administratif, penanaman modal

juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan (Pasal 34 ayat (3) UU

25/2007).

Berdasarkan Pasal 68 UU Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan

berkewajiban :

Page 58: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

52

a. Memberikan informasi yang terkait dengan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara

benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. Menjaga berkelanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup

dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

A.B. Susanto dalam bukunya “Reputation-Driven

Corporate Social Responsibility”, mengungkapkan bahwa

kompetensi perusahaan untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat, diharapkan mampu memberikan

manfaat yang besar dan menguntungkan, manfaat pertama

implementasi kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Perseroan dapat berupa pengurangan risiko dan

tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima

perusahaan. Manfaat kedua implementasi TJSL Perseroan,

berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan

meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis,

adanya keterlibatan dan kebanggaan karyawan secara

konsisten melalukan upaya-upaya untuk membantu

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat

dan ligkungan sekitarnya, serta adanya konsisten akan

mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara

perusahaan dengan para stakeholdernya. Dengan adanya

Page 59: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

53

manfaat inilah, kegiatan TJSL Perseroan dinilai mampu

mendongkrak citra perusahaan yang dalam rentang waktu

panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan.

Salah satu sampel yang Peneliti ambil dalam penerapan

TJSL Perseroan di Kabupaten Barito Kuala yang dilakukan

perusahaan penanaman modal asing yang masih berinvestasi

di Indonesia, yang bergerak di bidang usaha agribisnis

Perkebunan Kelapa Sawit, yakni Julong Group – PT. Putra

Bangun Bersama, telah mengembangkan pelaksanaan TJSL

Perseroan terintergrasi sebagai penunjang strategi, aktivitas

dan proses manajemen perusahaan antara perusahaan dan

program pemberdayaan masyarakat. Di Kabupaten Barito

Kuala ada 11 Perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis

Perkebunan Kelapa Sawit.

Page 60: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

54

Perusahaan

Komoditas

Luas Total

dari izin lokasi(Ha)

Luas sesuai

IUP(Ha)

TahunIzin

Tahunoperasio

nal

1 2 3 4 5 6 71. PT. Agri Bumi sentosa (ABS) Kelapa sawit 15.204,8 15.172 2006 20072. PT. Putra Bangun Bersama (PBB) Kelapa sawit 10.962 10.956 2007 2007

3. PT. Tasnida Agro Lestari (TAL) Kelapa Sawit 8.157,98 8.157,98 2007 20104. PT. Tiga Daun Kapuas (TDK) Kelapa sawit 9.000 6.294 2007 20115. PT. Barito Putera Plantation

(BPP)Kelapa sawit 15.017 13.005,80 2009 2010

6. PT. Anugerah Sawit Andalan (ASA) Kelapa sawit 2.635 2.437,97 2009 2013

7. PT. Anugerah Wattiendo (sawit) Kelapa sawit 1.440,63 1.440,63 2009 2014

8. PT. Anugerah Watiendo (Karet) Karet 8.164 7.862,50 2010 20149. KSU. MAS Kelapa Sawit 1.891 1000 2010 201310. PT. ASIH Kelapa Sawit 2.031,733 1.786,93 2014 201511. KUD. Manuntung Kelapa Sawit 2.150 2.150 2015 2015

Total 76.654,143 70.263,81

Daftar Perusahaan Perkebunan Industri Beserta Luas Lahan Perusahaan Dan Tahun Izin Di Kab. Barito Kuala

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Batola

Tahun 201

Page 61: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

55

Perkembangan Kondisi Tanaman Perkebunan Industri Dan Inti Plasma di Kab. Barito Kuala Tahun 2015

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Perkebunan Industri

Inti

Perkebunan Industri

Plasma

17.377,06

7.342,11

5.910,42

1555,18

Tanaman Blm Menghasilkan

(Ha)

Tanaman Menghasilkan (Ha)

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Batola

Tahun 2016

Sejak Julong Grup mengambil kepemilikan PT. Putra

Bangun Bersama pada tahun 2009 hingga saat ini,

manajemen dengan segala perangkatnya tidak pernah

berhenti untuk selalu memperbaiki kinerja operasional PT.

Putra Bangun Bersama dari segala aspek dan sisi serta

menjadikan perusahaan perkebunan harapan bagi segenap

stakeholder internal maupun eksternal.

Salah satunya adalah melalui penerapan prinsip-prinsip

transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian

Page 62: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

56

serta kepatutan sebagaimana tertuang dalam beberapa prinsip

ISPO / RSPO. ISPO ataupun RSPO tersebut kini telah

menjadi salah satu pedoman pelaksanaan manajemen

perkebunan kelapa sawit PT. Putra Bangun Bersama – Julong

Grup secara umum, baik dari aspek pembangunan,

pengembangan, operasional maupun dalam melakuan

interaksi sosial, khususnya masyarakat sekitar daerah

operasional perkebunan yaitu melalui kegiatan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan. Semangat yang

terkandung dalam penerapan TJSL itu sendiri memandang

masyarakat sebagai stakeholder penting bagi operasional

perusahaan.40

PT. Putra Bangun Bersama sudah melaksanakan TJSL

Perseroan sejak tahun 2012. Menurut Luqman Zakaria41

dari

Social, Security dan Legal Departement PT. Putra Bangun

Bersama-Julong Grup, bahwa Program TJSL Perseroan

PT. Putra Bangun Bersama Kabupaten Barito Kuala

40 Li Wei. 2014. Sambutan Direktur PT. Putra Bangun Bersama

dalam Laporan CSR Review Tahun 2014. Julong Grup : Barito Kuala,

hlm. 5. 41

Luqman Zakaria dari Social, Security dan Legal Departement

PT. Putra Bangun Bersama-Julong Grup Kabupaten Barito Kuala,

Wawancara pada tanggal 23 Agustus 2016.

Page 63: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

57

(disingkat PT.PBB Batola) adalah sebagai sebagai fungsi

melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan. Program TJSL PT. PBB Batola

kegiatannya disusun berdasarkan rencana kerja selam kurun

waktu tertentu maupun kegiatan yang dilaksanakan

berdasarkan proposal-proposal yang diajukan oleh pihak

ketiga (Instansi / masyarakat) yang memenuhi visi misi

program CSR PT. PBB Batola.

Program TJSL PT.PBB Batola dikembangkan dan

dilaksanan ke arah 5 (lima) faktor utama yang sangat

mempengaruhi kualitas hidup masyarakat secara umum yaitu

ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, keolahragaan

dan keagamaan.

Untuk membantu peningkatan pendapatan masyarakat

sekitar, PT. PBB Batola telah menyediakan lapangan

pekerjaan secara besar-besaran dan fakta kenyataan bahwa

+90% tenaga kerja lapangan PT. PBB berasal dari warga

sekitar. Program ekonomi lainnya adalah memfasilitasi

pembangunan kebun plasma untuk masyarakat dan sampai

pada saat ini sudah terbangun +2000 Ha yang melebihi batas

minimal kewajiban 20% dari Pemerintah.

Page 64: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

58

TJSL PT.PBB Batola dalam bidang pendidikan adalah

Beasiswa Berprestasi dan Honor Guru Bantu, sementara

dalam bidang kesehatan adalah pelayanan pengobatan gratis

dan pelayanan klinik kesehatan perusahaan. Dan dalam

bidang ifrastruktur antara lain perbaikan jalan masyarakat dan

pembuatan lapangan olah raga. Kepedulian perusahaan dalam

pembinaan keolahragaan masyarakat yaitu pemberian sarana

olah raga umum dan bantuan-bantuan pelaksanaan event-

event keolahragaan masyarakat.

Sasaran wilayah kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Perseroan PT. Putra Bangun Bersama Barito

Kuala meliputi :

1. Estate Nungki : Simpang Nungki, Tunjang, Sawahan,

Bantuil, Sei Rasau - Kecamatan Cerbon Kabupaten

Barito Kuala.

2. Estate Cindy : Simpang Arja, Sinar Baru, Sahurai,

Sungai Bamban, Gampa Asahi, Sungai Pantai,

Pindahan Baru - Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten

Barito Kuala.

Page 65: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

59

Jejangkit Timur, Jejangkit Barat, Jejangkit Pasar,

Jejangkit Muara, Sampurna – Kecamatan Jejangkit

Kabupaten Barito Kuala.

3. Estate Tapin : Keladan, Sei Salai Hulu, Sei Salai Hilir,

Sei Puting – Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten

Tapin Pandahan dan Pematang Karangan Ilir

Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin.

Visi TJSL PT. Putra Bangun Bersama adalah :

“Terciptanya keseimbangan perusahaan dan masyarakat

menuju peningkatan kesejahteraan dan kemandirian yang

berkelanjutan”. Misi TJSL PT. Putra Bangun Bersama yaitu :

1. Mewujudkan keserasian lingkungan hidup secara

berkelanjutan.

2. Memberdayakan potensi sumberdaya menuju

peningkatan kualitas hidup dan kemandirian

masyarakat.

3. Meningkatkan citra positif perusahaan dikalangan

stakeholders.

4. Membangun sinergi perusahaan dengan stakeholders

untuk berkelanjutan operasional perusahaan.

Page 66: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

60

5. Melaksanakan program-program kemasyarakatan yang

selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Strategi dan kebijakan TJSLPT. Putra Bangun Bersama

sebagai berikut :

a. Secara Internal

Program TJSL PT. Putra Bangun Bersama

dimaksudkan untuk mendorong budaya kerja yang

lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan

perkebunan kelapa sawit sehingga pada akhirnya

perusahaan akan dapat bertahan secara berkelanjutan

untuk memperoleh manfaat ekonomi yang diinginkan.

b. Secara Eksternal

Program TJSL PT. Putra Bangun Bersama diharapkan

dapat membentuk dan menciptakan usaha perkebunan

kelapa sawit yang berkelanjutan dengan menciptakan

dan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak

secara terus menerus dalam bidang sosial, ekonomi dan

lingkungan yang lebih sejahatera dan mandiri.

Page 67: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

61

c. Program Kerja

Program Kerja TJSL PT. Putra Bangun Bersama

dituangkan dalam bentuk program tahunan yang

terformat dalam Rencana Kerja per tahun.

Keberhasilan program TJSL PT. PBB Batola tidak

dapat terwujud secara instan dalam jangka pendek dan hanya

dapat tercapai jika terdapat partisipasi aktif dari seluruh

pemangku kepentingan melalui keterlibatan dalam penilaian

masalah, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta

evaluasi program. Oleh karena itu PT. Putra Bangun Bersama

berusaha menggalang kerjasama dengan pihak-pihak seperti

Pemerintah Daerah (Muspida), Pemerintah Kecamatan

(Muspika), Instansi-instansi, mitra kerja, para pekerja,

masyarakat lokal maupun non lokal. Dengan kerjasama ini

diharapkan berkelanjutan perusahaan baik dari sisi ekonomi,

sosial maupun lingkungan dapat terwujud.

Page 68: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

62

Tabel 1

Realisasi Pelaksanaan TJSL/CSR 2014

PT. Putra Bangun Bersama

No. Jenis Kegiatan Nilai (Rp) Prosentase

1. Pendidikan 15.600.000 5,58%

2. Olahraga 46.718.349 16.74%

3. Keagamaan 15.500.000 5.55%

4. Kesehatan 76.106.740 28,35%

5. Infrastruktrur 99.800.000 35,75%

6. Sosial Kemasyarakatan 22.400.000 8,03%

Jumlah Total 279.125.089 100%

Sumber : CSR Review 2014, PT. Putra Bangun Bersama.

Ruang lingkup kegiatan TJSL PT. Putra Bangun

Bersama mencakup program internal dan eksternal. Program

internal ditujukan pada pembangunan masyarakat dalam

konteks karyawan perusahaan yang dijalani dengan

membentuk sikap bersih, sehat dan senyum sejahtera dalam

bekerja sebagai bagian dari budaya perusahaan yang

Page 69: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

63

memiliki kepedulian terhadap upaya peningkatan kualitas

hidup manusia dan lingkungannya.

Program TJSL secara eksternal ditujukan pada kegiatan

TJSL yang diperuntukkan untuk masyarakat di luar

perusahaan. Program TJSL yang dilakkukan PT. Putra

Bangun Bersama – Julong Grup sebagai berikut :

1. Pendidikan : Program Beasiswa SD siswa berprestasi.

2. Olahraga : Bantuan peralatan dan kustom olahraga

sepak bola dan bola volley.

3. Keagamaan : Bantuan peringatan hari besar Islam dan

bantuan hewan sapi Qurban.

4. Kesehatan : Pengobatan massal gratis dan Imunisasi

bagi Balita.

5. Infrastruktur : Pembangunan jembatan masyarakat.

6. Sosial Kemasyarakatan : partisipasi sosial.

Page 70: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

64

Page 71: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

65

Page 72: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

66

Page 73: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

67

Tabel 3

Persentase Penduduk Miskin (P0) Kabupaten Barito Kuala Tahun 2006 - 2014

Kab

upaten

Persentase Penduduk Miskin (P0)

2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000

Barito

Kuala 5,19 5,12 5,12 5,41 5,72 5,61 7,18 8,17 9,07 7,1 6,85 8 10 13,59 12,21

Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala, Tahun 2014.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Fuad Syekh

mengatakan, ada empat kebijakan percepatan pembangunan

kemiskinan di kabupaten tersebut."Empat kebijakan itu

diantaranya pengurangan pekerja anak, penyaluran pupuk

bersubsidi tanpa bunga bagi para petani, kemudian

pendidikan dan latihan keterampilan bagi warga miskin, serta

program bawa tas belanjaan sendiri," ujar Kepala Dinas

Sosnakertrans Batola H Fuad Syekh, di Marabahan, Senin.

Menurut beliau, kebijakan percepatan pembangunan

kemiskinan di Batola tersebut salah satunya melalui Program

Percepatan Keluarga Harapan (PKH).

Pada tahun 2016 jumlah bantuan tahap pertama yang

sudah diserahkan kepada para peserta PKH di Batola sebesar

Rp2.414.355.000.Sedangkan untuk penyerahan bantuan tahap

Page 74: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

68

kedua, sebut dia, sudah dilaksanakan sejak Juli hingga awal

Agustus 2016 dengan besaran nominal Rp974.955.000.

Dijelaskannya, bila tidak ada halangan, dalam waktu dekat

penyerahan bantuan PKH tahap kedua juga akan

dilaksanakan di Kecamatan Tabukan, setelah launching

program bawa tas sendiri belanja untuk mengurangi kantong

pelastik.

Untuk mendapatkan bantuan program PKH, jelas dia,

ada persyaratan yang harus dilengkapi oleh masing-masing

kecamatan, salah satunya adalah tercukupinya jumlah

keluarga miskin sesuai ketentuan program PKH.

Jadi, terang dia, syarat jumlah masyarakat miskin per

kecamatan yang berhak mendapat bantuan dalam program

PKH ini sekitar 100 KK.

Program PKH, tegasnya, merupakan kegiatan berbentuk

bantuan tunai bersyarat yang diberikan untuk keluarga sangat

miskin. Tujuan dari kegiatan tersebut, ungkap dia, membantu

keluarga sangat miskin dan memastikan generasi berikutnya

sehat dan dapat menyelesaikan pendidikan dasar.42

42

Sukarli dan Hasan Zainuddin. 2016. Empat Kebijakan

Percepatan Pembangunan Kemiskinan Barito Kuala. Koran Antara News

Page 75: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

69

Data Kabupaten Kotabaru

Kondisi Geografis Kabupaten Kotabaru

Kabupaten Kotabaru memiliki ibukota kabupaten

yang terletak di Kecamatan Pulau Laut Utara. Kabupaten ini

terdiri dari 21 kecamatan dengan 198 desa dan 4 kelurahan.

Kelurahan tersebut meliputi kelurahan Kotabaru Tengah,

Kotabaru Hulu, Kotabaru Hilir, dan Baharu Selatan yang

keseluruhannya juga terdapat di kecamatan Pulau Laut Utara.

Jumlah desa terbanyak berada di kecamatan Pulau Laut Utara

(sebanyak 21 desa), sedangkan kecamatan Pulau Sembilan

dan Pamukan Barat terbagi atas masing-masing 5 desa yang

merupakan kecamatan dengan jumlah desa terkecil.

Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak antara

2020’- 4

021’ Lintang Selatan dan 115

015’-116

030’ Bujur

Timur. Sedangkan secara administratif, Kabupaten Kotabaru

berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur di sebelah

utara, sebelah selatan dengan Laut Jawa, sebelah timur

dengan Selat Makassar dan sebelah barat dengan Kabupaten

Kalsel Marabahan. Tanggal 2 Agustus 2016,

http://kalsel.antaranews.com/berita/38423/empat-kebijakan-percepatan-

pembangunan-kemiskinan-barito-kuala, diunduh tanggal 28 November

2016.

Page 76: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

70

Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Banjar dan Tanah

Bumbu. Kondisi alam di Kabupaten Kotabaru sangat

bervariasi. Terdiri dari perpaduan tanah pegunungan dan

daerah pantai (genangan) serta daerah daratan dengan daerah

perairan yang dipenuhi pulau-pulau kecil.

Luas Wilayah Kabupaten Kotabaru

Kabupaten Kotabaru yang memiliki wilayah seluas

9.422,46 km2 merupakan kabupaten terluas di Provinsi

Kalimantan Selatan dengan luas lebih dari seperempat

(25,11%) dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

Kabupaten Kotabaru terbagi menjadi 21 kecamatan dengan

198 desa dan 4 kelurahan. Kecamatan Hampang merupakan

kecamatan yang terluas dengan luas wilayah 17,88% dari luas

Kabupaten Kotabaru, sedangkan kecamatan yang memiliki

luas terkecil adalah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya

hanya 0,05% dari luas wilayah Kabupaten Kotabaru, lebih

jelasnya disajikan pada tabel berikut:

Page 77: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

71

Tabel 2

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Kotabaru Tahun 2014

No K e c a m a t a n Luas (Km2) Persentase (%)

1 P. Sembilan 4,76 0,05

2 P. Laut Barat 297,81 3,16

3 P. Laut Tanjung Selayar 101,01 1,07

4 P. Laut Selatan 378,07 4,01

5 P. Laut Kepulauan 107,12 1,14

6 P. Laut Timur 642,81 6,82

7 P. Sebuku 225,5 2,39

8 P. Laut Utara 159,3 1,69

9 P. Laut Tengah 337,64 3,58

10 Kelumpang Selatan 279,66 2,97

11 Kelumpang Hilir 281,2 2,98

12 Kelumpang Hulu 553,44 5,87

13 Hampang 589,15 6,25

14 Sungai Durian 1.684,64 17,88

15 Kelumpang Tengah 1.042,38 11,06

16 Kelumpang Barat 349,29 3,71

17 Kelumpang Utara 279,45 2,97

18 Pamukan Selatan 391,87 4,16

19 Sampanahan 488,89 5,19

20 Pamukan Utara 638,63 6,78

21 Pamukan Barat 589,84 6,26

Jumlah 9.422,46 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Kotabaru (2015)

Page 78: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

72

Adapun peta wilayah geografis Kabupaten Kotabaru

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Peta Geografis Kabupaten Kotabaru

Sumber: BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2014

Page 79: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

73

Penduduk Kabupaten Kotabaru

Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru hasil proyeksi

penduduk tahun 2014 adalah 308.730 jiwa yang tersebar

di 202 desa/kelurahan. Jumlah penduduk terbesar masih

berada di Kecamatan Pulau Laut Utara dengan 84.335 jiwa.

Jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Kelumpang

Utara yang hanya tercatat sebesar 5.619 jiwa.

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus

bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan penyebaran

penduduk. Selama ini sebagian besar penduduk Kabupaten

Kotabaru masih terpusat di Kecamatan Pulau Laut Utara.

Sekitar 27,32 persen penduduk tinggal di kecamatan tersebut.

Ironisnya, Kecamatan Hampang yang memiliki luas sekitar

17,88 persen dari luas total Kabupaten Kotabaru hanya dihuni

sekitar 3,53 persen penduduk.

Rasio jenis kelamin penduduk Kotabaru adalah

108,79. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-

laki di kabupaten Kotabaru lebih banyak daripada jumlah

penduduk perempuan. Dilihat dari usia, menunjukkan bahwa

penduduk Kabupaten Kotabaru didominasi oleh penduduk

Page 80: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

74

usia muda. Jumlah penduduk terbesar berasal dari golongan

usia di bawah 10 tahun sebesar 70.140 anak.

Besarnya jumlah penduduk di Kecamatan Pulau Laut

Utara menyebabkan kepadatan penduduk kecamatan tersebut

menjadi sangat tinggi yaitu 529 penduduk per km2. Di sisi

lain, kepadatan penduduk kecamatan Hampang sebagai

kecamatan dengan wilayah terluas hanya sebesar 19

penduduk per km2. Tabel berikut menunjukkan jumlah

penduduk menurut kecamatan yang merupakan angka

perkiraan pada tahun 2014.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Kotabaru Tahun 2014

No Kecamatan

Luas

Area

(Km2)

Desa/

Kelurahan

Village

Penduduk

Population

1 P. Sembilan 4,76 5 6.106

2 P. Laut Barat 297,81 11 9.780

3 P. Laut Tanjung Selayar 101,01 10 10.327

4 P. Laut Selatan 378,07 8 9.403

5 P. Laut Kepulauan 107,12 9 11.673

Page 81: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

75

6 P. Laut Timur 642,81 14 13.534

7 P. Sebuku 225,5 8 7.650

8 P. Laut Utara 159,3 21 84.327

9 P. Laut Tengah 337,64 7 9.956

10 Kelumpang Selatan 279,66 9 9.692

11 Kelumpang Hilir 281,2 9 21.404

12 Kelumpang Hulu 553,44 10 15.406

13 H a m p a n g 589,15 9 10.905

14 Sungai Durian 1.684,64 7 11.022

15 Kelumpang Tengah 1.042,38 13 13.258

16 Kelumpang Barat 349,29 6 5.658

17 Kelumpang Utara 279,45 7 5.618

18 Pamukan Selatan 391,87 11 13.782

19 Sampanahan 488,89 10 10.451

20 Pamukan Utara 638,63 13 19.080

21 Pamukan Barat 589,84 5 9.667

Kotabaru 2014 9.422,46 202 308.699*

*) Angka Sementara Proyeksi Penduduk Tahun 2014

Sumber: BPS Kabaupaten Kotabaru Tahun 2014

Page 82: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

76

Kondisi Perekonomian Kabupaten Kotabaru

Secara umum, perekonomian Kabupaten Kotabaru

di tahun 2013 menunjukkan aktivitas ekonomi yang baik.

Semua sektor dan subsektor ekonomi mampu membukukan

kinerja positif. Ditinjau dari besaran nilai PDRB, Kabupaten

Kotabaru termasuk kabupaten yang mempunyai kontribusi

ekonomi yang besar di Propinsi Kalimantan Selatan dengan

share 15,94 persen terhadap total PDRB Propinsi Kalimantan

Selatan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk

melihat tingkat perkembangan perekonomian suatu daerah

adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB disini menggunakan pendekatan produksi yaitu nilai

tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi di dalam satu wilayah dalam jangka

waktu tertentu (satu tahun).

Struktur ekonomi suatu daerah diukur dari peran

masing-masing sektor/lapangan usaha terhadap total PDRB.

Semakin besar nilai tambah yang tercipta di suatu sektor

Page 83: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

77

ekonomi akan membuat peran sektor tersebut semakin

penting. Struktur ekonomi suatu daerah menjadi indikator

penentu apakah daerah tersebut didominasi oleh sektor

primer, sekunder ataupun tersier. Sektor primer adalah sektor

yang masih banyak mengandalkan peran sumber daya alam

dalam proses produksi, yaitu: sektor pertanian dan sektor

pertambangan dan penggalian.

Barang dan jasa yang diproduksi dinilai dengan harga

produsen yang belum termasuk biaya transport dan

keuntungan pemasaran. Unit-unit produksi ini

dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok lapangan

usaha yaitu: (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian,

(3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5)

konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) angkutan

dan komunikasi, dan (8) keuangan, sewa, dan jasa

perusahaan, serta (9) jasa-jasa. PDRB atas dasar harga

berlaku Kabupaten Kotabaru dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 84: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

78

Tabel 4

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kotabaru Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun

2011 – 2014 (Ribuan Rp)

No Sektor 2011 2012 2013 2014*

Rp % Rp % Rp % Rp %

1 Pertanian 3.587.099 32,81 3.877.413 32,02 4.194.310 31,57 4 .681.053 31,92

2 Pertambangan

dan

Penggalian

2.637.532 24,13 2.901.285 23,96 3.023.942 22,76 3 .061.969 20,88

3 Industri

Pengolahan 700.772 6,41 777.857 6,42 863.421 6,50 949.233 6,47

4 Listrik, Gas

dan Air Bersih 17.668 0,16 19.017 0,16 20.470 0,15 23.142 0,15

5 Bangunan /

Konstruksi 570.945 5,22 656.587 5,42 755.075 5,68 833.306 5,68

6 Perdagangan,

Hotel dan

Restoran

1.893.178 17,32 2.173.944 17,95 2.495.535 18,79 2.888.678 19,70

7 Angkutan dan

Komunikasi 815.964 7,48 903.095 7,42 993.095 7,48

1.126.847

7,68

8 Bank dan

Lembaga

Keuangan lain

160.306 1,47 179.940 1,49 202.995 1,53 229.302 1,56

9 Jasa – jasa 547.840 5,01 617.058 5,15 735.025 5,53 867.306 5,91

10

PDRB dengan

sektor

pertambangan

10.931.305 100,00 12.106.197 100,00 13.283.868 100 14.660.835

100

11 PDRB tanpa

sektor pertam-

baangan

8.350.849 9.267.695 10.328.988

11.673.750

*) Angka Sementara

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru, Tahun 2015

Page 85: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

79

Kegiatan program CSR secara umum di Indonesia

bentuknya beranekaragam, tidak hanya terbatas pada program

sosial maupun secara ekonomi. Ada beberapa bidang lain

yang dapat dijadikan sasaran pertanggungjawaban sosial

perusahaan seperti, sosial, pendidikan, dan lingkungan.

Upaya tersebut kemudian diperkuat dengan dikeluarkannya

Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (UU PT) dan Undang-Undang No. 25 tahun 2007.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 pasal 74

dan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman

Modal (UU PM). Kedua undang-undang tersebut mengatur

bahwa setiap perseroan atau penanam modal diwajibkan

untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung jawab

perusahaan (CSR). Sangat banyak data yang mencatat usaha

perusahaan yang berkontribusi dalam pembangunan fisik

maupun sosial melalui program CSR nya. Jenis bantuan pada

masyarakat oleh perusahaan kepada masyarakat sekitar

perusahaan pertambangan dan perkebunan di Kabupaten

Kotabaru, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 86: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

80

Tabel 5

Jenis Bantuan pada Masyarakat oleh Perusahaan Kepada

Masyarakat Sekitar Perusahaan Pertambangan dan

Perkebunan di Kabupaten Kotabaru

No Perusahaan

Jenis bantuan pada masyarakat oleh

perusahaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pertambangan

1 PT. Sebuku Sejaka Coal

2 PT. Ferry

3 PT. Indocemen

4 PT. Tunas Jaya

5 PT. Indonesia Bulk Terminal

6 PT. Shell Indonesia

7 PT. Arutmin Indonesia

(NPLCT)

8 PT. Metalindo Bumi Raya

9 PT. Bahari Cakrawala

Sebuku

10 PT. Sebuku Iron Lateritic

Page 87: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

81

Olres (PT. Silo)

11 PT. Sebuku Tanjung Coal

Perkebunan

1 PT. Smart Tbk

2 PT. SKIP

3 PT. Bumi Prada

4 PT. Inhutani II

5 PT. Bumi Raya Investisindo

6 PT. Golden Hope Nusantara

Ket: 1) Jalan, 2) Sarana Pendidikan, 3) Pasar dan UMKM,

4) Intensif guru, 5) Sarana ibadah, 6) Sarana kesehatan,

7) Beasiswa, 8) sunatan masal, 9) Sembako, 10) Sarana

Air Bersih

Sumber: Analisis data primer, 2016.

Dalam bidang ekonomi, model kegiatan yang lazim

dilakukan dalam membangun hubungan antara perusahaan

dan masyarakat sekitar yang lebih berkualitas adalah melalui

pengembangan sarana prasarna perekonomian seperti pasar

dan jalan. Peran perusahaan dalam pengembangan

infrastruktur dapat dilakukan dengan memberikan bantuan

kepada UMKM sehingga UMKM tersebut dapat membentuk

Page 88: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

82

capacity building, financial support dan jalur pemasaran yang

kuat. CSR sebagai salah satu solusi kemitraan dapat

memperkuat daya saing UMKM.

Dalam kaitan ini, kepedulian perusahaan akan

memberi manfaat kepada kedua belah pihak, khususnya

dalam rangka pengurangan dampak gejolak sosial sebagai

akibat adanya kecemburuan sosial-si kaya semakin kaya dan

si miskin semakin miskin. Secara spesifik menyebutkan

bahwa CSR bisa diarahkan bantuan permodalan, atau dalam

bentuk peningkatan kapasitas seperti inovasi packaging,

inovasi branding, inovasi produk, serta penampilan produk.

Selain hal-hal tersebut, bentuk program CSR lainnya yang

juga bisa dilakukan adalah pengembangan lembaga layanan

bisnis dan yayasan lain yang intinya diarahkan untuk

pengembangan UMKM.

Page 89: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

83

SASARAN TANGGNG JAWAB SOSIAL DAN

LINGKUNGAN

DI KABUPATEN KOTABARU

Masyarakat

CSR Bidang Modal

Sosial

1. Bantuan bencana

alam

2. penyediaan sarana

CSR Bidang

Lingkungan

Pembibitan dan

CSR Bidang Ekonomi

dan Kewirausahaan

1. Lembaga Keuangan

Mikro(LKM)

2. Pemberdayaan Petani

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(Corporate Social Responsibility)

CSR Bidang

Pendidikan

1. Beasiswa

2. Pendirian sarana

pendidikan

3. pengadaan

CSR Bidang Kesehatan

1. Pengobatan gratis

2. Donor darah

3. Bantuan peralatan

posyandu

4. Fasilitas Olahraga

Page 90: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

84

Kepala Badan Pusat Statistik Kotabaru Misnawati

mengatakan, jumlah penduduk miskin periode 2012 tersebut

jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni,

2011 sebanyak 15.374 jiwa atau sekitar 5.18 persen dari

jumlah penduduk Kotabaru. Dikatakan, penduduk miskin

periode 2010 sebanyak 15.894 jiwa atau sekitar 5,45 persen.

Meski jumlah penduduk miskin berangsur turun,

pemerintah daerah tetap harus fokus bahwa program-program

pembangunan yang ada harus prorakyat dan bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menurunkan

angka kemiskinan di daerah. Selain menghadapi jumlah

penduduk miskin, Kotabaru kini juga dihadapkan pada

meningkatnya angka pengangguran, dari 4,38 persen menjadi

4,60 persen dari jumlah penduduk Kotabaru yang berjumlah

290.142 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).

Naiknya angka pengangguran salah satunya disebabkan

terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan

pertambangan. Terjadinya PHK di sektor pertambangan,

salah satunya akibat dampak kebijakan pemerintah yakni,

larangan ekspor hasil tambang mineral. Diakui Misnawati,

tingginya angka urbanisasi atau perpindahan penduduk dari

Page 91: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

85

Pulau Jawa, dan daerah lainnya ke Kotabaru juga menjadi

salah satu faktor penyumbang tingginya angka pengangguran

di "Bumi Saijaan".43

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

(Sakernas) terakhir, tingkat pengangguran di Kotabaru pada

2012 sebesar 4,38 persen dari jumlah penduduk 290.142 jiwa.

Dan 2013, tingkat pengangguran naik sebesar 0,22 persen

menjadi 4,60 persen dari jumlah penduduk sebesar 290.142

jiwa.Kabupaten menduduki peringkat ke-IV jumlah

pengangguran terbesar dari 13 kabupaten/kota di Provinsi

Kalimantan Selatan. Bahkan angka pengangguran di

Kotabaru terjadi fenomena, sebab 12 kabupaten kota di

Kalsel prosentase pengangguran cenderung turun, sebaliknya

di Kotabaru terjadi kenaikan. Prosentase pengangguran

terbesar periode 2013 terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu

yakni sebesar 7,32 persen turun dari tahun sebelumnya, 8,68

persen. Tapin tingkat pengangguran 2013 sebesar 5,43

persen, turun dibandingkan periode sebelumnya 6,99 persen,

43

Imam Hanafi. 2014. Penduduk Miskin Kotabaru 14.600 Jiwa.

Kantor Berita Antara Kalsel. Jumat, 28 Maret 2014 11:21 WIB.

http://www.antarakalsel.com/berita/16874/penduduk-miskin-kotabaru-

14600-jiwa, diakses 28/11/2016.

Page 92: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

86

Kota Banjarmasin sebesar 5,24 persen lebih rendah dari

periode sebelumnya sebesar 7,08 persen.Kota Banjarbaru

prosentase pengangguran terjadi penurunan signifikan,

periode 2012 sebesar 8,56 persen dan periode 2013 turun

sebesar 5,91 persen menjadi 2,65 persen. Naiknya angka

pengangguran di Kotabaru bertolak belakang dengan naiknya

investasi di Kotabaru. Terpisah, Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kotabaru H Ansyar Noor, menyatakan,

investasi di Kotabaru periode 2013 naik sekitar 300 persen.

Kenaikan nilai investasi tersebut juga disampaikan Bupati

Kotabaru di beberapa acara resmi di daerah Kotabaru. Namun

sayang, menurut sejumlah masyarakat Kotabaru, ternyata

naiknya investasi tersebut belum mampu menurunkan tingkat

pengangguran di Kotabaru, justru sebaliknya, angka

pengangguran semakin tinggi.44

Tingkat kemiskinan di Kalimantan Selatan keadaan

Maret 2016 tercatat 4,85 persen naik 0,13 poin

dibandingkan September 2015 yang sebesar 4,72 persen.

44

Ibid.

Page 93: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

87

Pada Maret 2016, persentase penduduk miskin di daerah

perkotaan 3,48 persen dan di perdesaan 5,89 persen.45

Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan Maret

2016 sebesar 195,70 ribu orang, dengan rincian 60,83 ribu

orang di perkotaan dan 134,87 ribu orang di perdesaan.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan masih

lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan

(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

Pada Maret 2016, peranan Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 71,76

persen.Komoditi Makanan yang mempunyai peranan relatif

besar dalam menentukan GK adalah beras, rokok kretek

filter, kue basah, telur ayam ras, mie instan dan gula pasir.

Sedangkan komoditi nonmakanan yang mempunyai peranan

relatif besar adalah sewa rumah, bensin, air, listik, biaya

pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Pada periode September 2015 – Maret 2016, Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

45

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2016.

Kondisi Kemiskinan di Kalsel Maret 2016 Jumlah Penduduk Miskin

195,70 Ribu Orang. Berita Resmi Statistik, BPS Kalsel No.

039/07/63/Th.XX, 18 Juli 016.

Page 94: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

88

Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Pada Maret 2016

Indeks kedalaman Kemiskinan sebesar 0,711 sedangkan

Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,164.

Beberapa Faktor Penyebab Kenaikan Tingkat

Kemiskinan, sebagai berikut:46

a. Inflasi di daerah perkotaan lebih rendah dari daerah

perdesaan. Inflasi perkotaan sebesar 0,14 sedangkan di

perdesaan 0,42. Pada Maret 2016 terjadi inflasi di

daerah pedesaan Kalimantan Selatan sebesar 0,42

persen. Hal ini diakibatkan oleh naiknya indeks harga

pada subkelompok bahan makanan sebesar 0,71

persen, subkelompok makanan jadi naik sebesar 0,11

persen, subkelompok perumahan naik sebesar

0,69persen, subkelompok sandang naik sebesar 0,23

persen, subkelompok kesehatan naik sebesar 0,27

persen, subkelompok pendidikan, rekreasi, dan

olahraga naik sebesar 0,06 persen, dan subkelompok

transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,09 persen.

Hal ini mengakibatkan daya beli masyarakat terutama

di daerah perdesaan semakin menurun.

b. Perlambatan kinerja ekonomi Kalimantan Selatan.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 sebesar

4,14 sedangkan pada triwulan I 2016 sebesar 3,97.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut terutama

dari sektor pertambangan batubara, dan komoditi

unggulan seperti sawit dan karet. Petani karet telah

kehilangan pendapatan potensialnya karena harga jual

46

Ibid.

Page 95: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

89

karet mengalami penurunan. Akibatnya masyarakat

yang menggantungkan pendapatan dari sektor tersebut

juga turun, sehingga daya beli juga turun. Jika daya beli

mengalami penurunan, maka frekuensi/volume

komoditas yang dikonsumsi juga mengalami

penurunan.

Masih ditemukan permasalahan dalam implementasi

penanggulangan kemiskinan yang menyangkut : 47

1. Masih lemahnya koordinasi terutama dalam hal

pendataan, pendanaan, dan kelembagaan;

2. Lemahnya koordinasi antar program-program

penanggulangan kemiskinan antara instansi pemerintah

pusat dan daerah;

3. Lemahnya integrasi program pada tahap perencanaan,

sinkronisasi program pada tahap pelaksanaan, dan

sinergi antar pelaku (pemerintah, dunia usaha,

masyarakat madani);

4. Belum optimalnya kelembagaan di pemerintah, dunia

usaha, LSM, dan masyarakat madani dalam bermitra

dan bekerjasama dalam penanggulangan kemiskinan

serta penciptaan lapangan kerja.

47

Irawanto Karimun. 26 November 2009. Isu-isu Strategis

Penanganan Masalah Kemiskinan di Kabupaten Barito Kuala, Banjar

dan Hulu Sungai Utara.

https://irawantokarimun.wordpress.com/2009/11/26/isu-isu-strategis-

penangananan-masalah-kemiskinan-di-kabupaten-barito-kuala-banjar-

dan-hulu-sungai-utara/, diunduh tgl 28 nov 2016.

Page 96: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

90

Dengan dimensinya yang luas dan kompleks,

kemiskinan perlu ditangani secara komprehensif dan

sistemik. Faktor-faktor penyebab kemiskinan dipengaruhi

oleh begitu banyak variabel, baik yang bersifat internal

maupun global, dan bersifat dinamis dari waktu ke waktu

sehingga membutuhkan upaya penanggulangan kemiskinan

yang harus terus diperbaharui. Pemecahan masalah

kemiskinan juga tidak lagi dapat dilakukan oleh pemerintah

sendiri melalui kebijakan yang terpusat dan berjangka

pendek, melainkan memerlukan pendekatan yang terpadu,

terencana, berkesinambungan, dan menuntut keterlibatan

berbagai pihak.

4.2. Bentuk Kebijakan Yang Diterapkan Pemerintah

Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Terkait

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan

Dalam Meningkatkat Taraf Hidup Masyarakat

Sekitar Perusahaan Sawit.

Pada dasarnya, pengembangan perkebunan kelapa sawit

di Indonesia dimaksudkan untuk menaikkan pendapatan

masyarakat dan devisa negara melalui pekerjaan yang

Page 97: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

91

produktif. Di samping itu, pembudidayaan ini juga ditujukan

untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai saing, mencukupi

kebutuhan konsumsi dan bahan baku, memacu tingkat

pertumbuhan daerah, serta memaksimalkan pengelolaan

sumber daya alam.

Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit yang berada

di iklim tropis dengan curah hujan yang cukup

memungkinkan tanaman ini sangat cocok apabila

dibudidayakan di Nusantara. Selain mendorong tingkat

produktivitas yang tinggi, kesesuaian ini juga dapat menekan

biaya produksi serendah mungkin. Bahkan investasi yang

harus dikeluarkan untuk membudidayakan kelapa sawit jauh

lebih murah jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman

Page 98: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

92

penghasil minyak nabati lainnya seperti kelapa, kedelai,

bunga matahari, zaitun, dan sebagainya.

Seluruh kegiatan pemeliharaan perkebunan kelapa

sawit di Indonesia harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu, maka

dibuatlah suatu pedoman dasar penilaian terhadap

pembangunan kelapa sawit yang disebut ISPO (Indonesian

Sustainable Palm Oil) atau Sistem Minyak Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia. Tujuannya yaitu untuk meingkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya memproduksi sawit

dengan memakai sistem yang berkelanjutan, meningkatkan

nilai dan daya saing kelapa sawit buatan Indonesia di pasar

gobal, dan mendukung komitmen Indonesia tentang

pertemuan Kopenhagen pada 2009.

Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan

dalam penyusunan ISPO antara lain :

1. UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman.

2. UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan diganti

dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014

tentang Perkebunan.

Page 99: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

93

3. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar-dasar

Pokok Agraria.

4. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

5. UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman.

6. UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

7. UU No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, Hak Milik,

Hak Pakai Atas Tanah

8. PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman.

9. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.

10. Permentan No. 26 Tahun 2007 tentang Pedoman

Perizinan Perkebunan

11. Permentan No. 14 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa

Sawit.

12. Permentan No. 7 tahun 2009 tentang Pedoman

Penilaian Usaha Perkebunan.

13. Permentan No. 36 tahun 2009 tentang Persyaratan

Penilaian Usaha Perkebunan.

Page 100: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

94

14. Permentan No. 37 tahun 2006 tentang Pengujian,

Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas.

15. Permentan No. 38 tahun 2006 tentang Pemasukan dan

Pengeluaran Benih

16. Permentan No. 39 tahun 2006 tentang Produksi,

Sertifikasi, dan Peredaran Benih Bina

17. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 2 tahun

1999 tentang Izin Lokasi.

18. Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri

Pertanian, dan Kepala BPN No. 364/Kpts-II/1990,

No. 519/Kpts/Hk.050/7/1990, dan No. 23/VIII/90

tentang Ketentuan Pelepasan Kawasan Hutan dan

Pemberian Hak Guna Usaha untuk Pengembangan.

19. Peraturan Dirjenbun No. 174 tahun 2009 tentang

Kuesioner Penilaian Usaha Perkebunan dan

Pengolahan Data untuk Penilaian Usaha Perkebunan

Tahap Pembangunan dan Operasional.

Karena pembuatan ISPO berlandaskan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, sehingga

ketentuan ini merupakan kewajiban/mandatory yang harus

Page 101: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

95

dipatuhi oleh setiap pelaku usaha kebun kelapa sawit di

negeri ini.

Ketentuan dari Pemerintah yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Pertanian No. 26 Tahun 2007 dan

diperbaharui Peraturan Menteri Pertanian No 98 tahun 2013

menekankan bahwa sejak bulan Februari 2007 apabila terjadi

pembangunan kebun kelapa sawit, perusahaan inti wajib

untuk membangun kebun masyarakat di sekitarnya dimana

areal lahan diperoleh dari 20% ijin lokasi perusahaan atau

membangun kebun dari lahan masyarakat yang ada

disekitarnya.

Pemerintah juga telah mencantumkan ketentuan

Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dalam UU

Perkebunan No. 39 Tahun 2014 yang mewajibkan

perusahaan mengikuti standar pembangunan kebun kelapa

sawit yang berkelanjutan dengan mengikuti ketentuan

peraturan dan perundang-undangan di Indonesia yakni

perusahaan perkebunan wajib memperhatikan faktor sosial,

ekonomi, dan lingkungan dimana salah satunya membangun

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan

Page 102: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

96

pembangunan kebun kelapa sawit yang kepemilikan lahannya

oleh masyarakat.

Mengingat pembangunan kebun plasma membutuhkan

proses sosialisasi awal dan pembinaan dalam jangka waktu

yang lama maka dibutuhkan pendampingan dari pihak yang

berpengalaman untuk membantu perusahaan dalam

merealisasikan pembangunan kebun plasma dengan sepuluh

tahapan pelaksanaan yang perlu dilakukan : sosialisasi,

penetapan struktur organisasi perkebunan inti plasma,

pembentukan koperasi dan dokumen kelengkapan koperasi,

perijinan kebun plasma (legalitas), pembangunan kebun, pre

financing dan pembiayaan kebun plasma, penilaian kebun

plasma, pembagian hasil kebun plasma, pembinaan admin

dan teknis kebun, pembinaan pasca kredit lunas.

Pembangunan kebun plasma yang dilaksanakan dengan

pola kemitraan oleh pihak perusahaan dapat mencapai

keberhasilan apabila dilakukan dengan mengikuti kriteria-

kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut : Pertama,

perusahaan memberikan komitmen yang tertuang dalam surat

pernyataan kepada pemerintah maupun perbankan.Tercantum

dalam surat perjanjian kerjasama antara perusahaan dan

Page 103: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

97

koperasi bahwa selama masa pembangunan kebun sampai

dengan tanaman menghasilkan umur 30 tahun, perusahaan

memberikan dukungan pre financing. Hal ini terjadi dimulai

dari selama proses sosialisasi, perijinan, pembentukan

koperasi dan tahap pembangunan kebun awal (tahun 0).

Berupa pinjaman serta pembinaan secara teknis dan admin

kebun guna menjamin keberhasilan pembangunan kebun

sampai kredit dilunasi, bahkan sampai masa replanting.

Kedua, perusahaan harus menjadi Avalist/penjamin

terhadap pembiayaan (financing) kebun plasma yang

diajukan kepada pihak Bank dimana pada masa-masa kebun

belum menghasilkan produksi yang optimal. Apabila harga

TBS juga dibawah harga yang tercantum dalam proyeksi

keuangan, maka perusahaan akan menalangi angsuran

pinjaman kepada pihak Bank. Kecuali terjadi force majeur

(hal-hal yang tidak bisa dielakkan karena faktor eksternal

atau kebijakan pemerintah yang mempengaruhi

usaha/perekonomian luar biasa) bisa diajukan reschedule

pinjaman.

Faktor ketiga, baik perusahaan maupun masyarakat,

saling menghormati janji dan komitmen yang telah disepakati

Page 104: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

98

dan tertuang dalam perjanjian kerjasama dengan

mengedepankan proses komunikasi yang

intensif. Perusahaan juga menjalankan peran pembinaan

secara serius dan berkelanjutan melalui manajemen kebun

plasma.

Hal-hal tersebut di atas tentunya dibangun dari

kesadaran bahwa kehadiran perusahaan di lokasi areal kebun

sebagai agen perubahanan ataupun agen pembangunan dan

bukan sebagai mercusuar yang memberi kehidupan dan

kesejahteraan bagi seluruh pihak yang tinggal dan berada

di sekitar lokasi perkebunan tersebut. Dan perusahaan

dipastikan akan mendapatkan keuntungan dalam jangka

panjang apabila kondisi sosial, lingkungan dan ekonomi

masyarakat bisa berkembang dengan harmonis dan serasi

serta menumbuhkan mutual simbiosis. Apabila hal ini

tercapai maka tujuan pemerintah melalui ISPO dalam

pembangunan kebun kelapa sawit berkelanjutan dapat

diwujudkan.48

48 Fadjar Ari Dewanto. 2015. Pembangunan Kebun Kelapa Sawit

Plasma Pola Kemitraan.

http://beritadaerah.co.id/2015/03/25/pembangunan-kebun-kelapa-sawit-

plasma-pola kemitraan/, diakses tanggal 5/9/2016.

Page 105: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

99

Untuk Kabupaten Barito Kuala kebijakan TJSL belum

ada kebijakan khusus yang dituangkan dalam Peraturan

Daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala

menyerahkan kesurekarelaan dari perusahaan untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan

perusahaan. Kalau pun ada hanya untuk mengatur Forum

CSR yang dituangkan dalam Peraturan Bupati. Tidak ada

batasan bantuan CSR yang diberikan oleh perusahaan

disesuaikan dengan keuntungan perseroan itu sendiri dan

Pemerintah daerah Barito Kuala membebaskan dana CSR

yang diberikan oleh perusahaan yang ada di Kabupatenaten

Barito Kuala.

Di Kabupaten Kotabaru sudah membentuk Peraturan

Daerah Kotabaru Nomor 19 Tahun 2013 tentang Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, yang

mempunyai ruang lingkup yang diatur dalam Pasal 6 bahwa

“Ruang lingkup pengaturan TSLP meliputi bantuan

pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial,

kompensasi pemulihan dan/atau peningkatan fungsi

lingkungan hidup dan memacu pertumbuhan ekonomi

berkualitas berbasis kerakyatan yang selaras dengan

Page 106: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

100

program/kegiatan pemerintah daerah. Ruang lingkup berlaku

dalam kawasan yang secara langsung maupun tidak langsung

menerima dampak atas kegiatan operasional Perseroan”.

Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan juga

sudah membentuk Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Selatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan Perusahaan, terdiri dari 23 Pasal. Ruang

lingkup pengaturan Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan

Perusahaan diatur dalam Pasal 2 Pengaturan mengenai

TJSLP dimaksudkan untuk:

a. mendorong Perusahaan untuk berpartisipasi dalam

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

pembangunan di Daerah;

b. memberi arahan kepada Perusahaan dalam

perencanaan dan pelaksanaan TJSLP agar sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan program

pembangunan di Daerah;

c. memberi pedoman bagi Pemerintah Daerah, Pemerintah

Kabupaten/Kota dan pihak lainnya dalam melakukan

koordinasi dan fasilitasi perencanaan dan pelaksanaan

TJSLP di Daerah; dan

d. mengoptimalkan peran serta masyarakat, terutama

pelaku usaha dalam mendukung percepatan

pembangunan di Daerah.

Masyarakat merupakan salah satu sumber utama faktor

produksi terpenting bagi kegiatan dan eksistensi perusahaan.

Page 107: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

101

Tanpa masyarakat, maka perusahaan tidak akan pernah eksis

dan mampu berkembang. Oleh sebab itu, perusahaan

memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social

Responsibility (CSR) terhadap keberadaan masyarakat

di lingkungan perusahaannya. Kesetaraan sosial dan ekonomi

seluruh masyarakat akan berpengaruh sangat positif terhadap

seluruh kegiatan perusahaan serta eksistensi perusahaan,

sebab masyarakat merupakan penyedia tenaga kerja sekaligus

sebagai pasar dari seluruh hasil produksi perusahaan.

Masyarakat yang sejahtera dan memiliki kesetaraan sosial

ekonomi akan mampu menyediakan tenaga kerja yang

berkualitas dalam jumlah yang mencukupi. Pada saat yang

sama kesejahteraan sosial ekonomi akan meningkatkan daya

beli masyarakat terhadap produk-produk yang dipasarkan

perusahaan.

Dari berbagai peraturan perundangan tersebut jelas

bahwa sesungguhnya konsep TJSLP telah diatur dan

dinyatakan sebagai kewajiban. Namun, masih tersebar di

berbagai peraturan perundangan sehingga belum mampu

memberikan manfaat bagi pembangunan di Provinsi

Kalimantan Selatan.

Page 108: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

102

Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijakan yang

mengatur TJSLP sehingga pelaksanaan TJSLP bisa lebih

terarah dan tepat sasaran yang disesuaikan dengan arah

pembangunan Kalimantan Selatan (RPJM dan RPJP

Kalimantan Selatan) baik pembangunan bidang sosial

maupun lingkungan. Dengan demikian jelaslah bahwa

konsep hubungan kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha

dan masyarakat merupakan conditio sine quanon yang

menurut Albareda dalam Bart & Wolff (2009)49

, menunjukan

adanya relasi antar unsur di dalam ekosistem dan TJSLP

tergambar di irisan ketiga unsur. Hal ini menunjukkan sifat

triangular dari TJSLP yang pelaksanaannya menekankan

kepada peran serta ketiga pihak. Idealnya, kegiatan TJSLP

menuntut pembagian tanggung jawab yang merata tanpa

adanya predominasi yang dilakukan oleh salah satu pihak.

Aspek ekonomi dan legal secara mutlak mengikat

perusahaan, menjadikan tanggung jawab yang ada sebagai

sebuah kewajiban yang harus dipenuhi. Kedua aspek ini

memiliki sifat koersif yang pelaksanaannya diatur secara

49

Barth, Regine dan Franziska Wolff. 2009. Corporate Social

Responsibility in Europe: Rhetoric and Realities. Cheltenham: Edward

Elgar Publishing, hlm. 7.

Page 109: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

103

legal sesuai hukum yang berlaku sebagai standar minimum

yang diberikan pemerintah guna membatasi gerak bebas

perusahaan, meliputi 1) hubungan antara Negara – Bisnis, 2)

Hubungan antara Bisnis dan Masyarakat, 3) Hubungan antara

Negara dan Masyarakat, dan 4) Ranah TJSLP.

Pelaksanaan TJSLP bukanlah hanya sekadar tunduk

pada peraturan hukum dan politik, namun perlu dianggap

sebagai faktor pendukung atau sebagai jembatan penghubung

yang harmonis antara perusahaan dan lingkungan.

Konsekuensinya, perusahaan tidak hanya berfokus pada

pekerjaan internal seperti urusan pajak, regulasi, bea cukai

atau hal-hal lain yang terkait dengan kepentingan perusahaan

semata.

Dalam rangka pelaksanaan atau operasionalisasi

TJSLP maka pemerintah daerah harus mengoptimalkan

potensi usaha yang dapat diajak bermitra untuk

menyelenggarakan TJSLP dan peduli pada masalah sosial

yang ada di daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Misalnya

dengan menyediakan peta permasalahan sosial. Peta dasar

permasalahan sosial ini sangat penting untuk dapat digunakan

sebagai acuan.

Page 110: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

104

Kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan

merupakan prinsip dasar dan landasan kerjasama antara

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat (termasuk di

dalamnya LSM). Kesetaraan berarti saling memiliki

kepercayaan penuh, saling menghargai, saling menghormati,

saling mengakui kemampuan dan wewenang masing-masing.

Keterbukaan saling percaya, jujur dan tidak ada kerahasiaan

serta yakin akan komitmen masing-masing. Saling

menguntungakan yang berarti mendapatkan manfaat bersama

dengan berkurangnya masalah sosial, berarti pemerintah telah

berhasil mengatasi masalah yang ada di lingkungan masing-

masing. Sementara dunia usaha juga mendapatkan dukungan

sosial karena keberadaannya mendapatkan pengakuan dan

dukungan pemerintah dan masyarakat.

Kunci keberhasilan dalam kemitraan tentunya adanya

komitmen bersama serta kerjasama yang harmonis dan

kolaborasi yang serasi, serta koordinasi yang baik, yang jauh

dari unsur-unsur tekanan karena telah terbangun iklim saling

kepercayaan antar mitra yang terlibat. Dalam tataran ini,

perlu rujukan berupa peraturan atau undang-undang yang

mengatur tentang TJSLP.

Page 111: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

105

Dengan mengacu pada prinsip kemandirian, maka

pelaksanaan TJSLP tetap diserahkan pada para pelaku usaha

itu sendiri yaitu dengan memberikan kebebasan bagi para

pelaku usaha untuk melaksanakan TJSLP namun tetap di

dalam koridor atau sesuai arah dan tujuan kebijakan

pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan

demikian negara memiliki dua fungsi sekaligus yaitu

regulator dan fasilitator.

Melalui prinsip kemandirian, para pelaku usaha juga

diberikan kebebasan untuk secara bersama-sama melalui

sebuah forum TJSLP melakukan penyusunan Rencana Kerja

Tahunan Perusahaan, menentukan masyarakat sasaran dan

program kegiatan TJSLP, mendapatkan kepastian hukum

dan perlindungan hukum, mendapatkan informasi yang

terbuka, mendapatkan pelayanan, termasuk insentif dan

kemudahan serta mendapatkan fasilitas dan/atau

penghargaan dari Pemerintah Daerah berdasarkan kepatuhan

Perusahaan dalam pelaksanaan TJSLP.

Di samping hak yang harus dihormati, mereka juga

memiliki kewajiban sebagai dampak dari hasil kegiatannya,

yaitu kewajiban menjalankan TJSLP,

Page 112: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

106

melaksanakan Rencana Kerja Tahunan Perusahaan (RKTP)

dengan tetap memperhatikan kebijakan Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Selatan dan peraturan perundang-

undangan, menumbuhkan, memantapkan dan

mengembangkan sistem kerjasama dan kemitraan dengan

memperhatikan kepentingan.

Perusahaan, Pemerintah Daerah, dan masyarakat,

menerima usulan masyarakat baik perseorangan maupun

kelompok yang sesuai dengan pelaksanaan TJSLP,

membuat dan menyampaikan laporan kegiatan terhadap

pelaksanaan RKTP kepada Pemerintah Daerah melalui

FTJSLP secara berkala; dan mematuhi semua ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Perusahaan yang wajib menjalankan TJSLP adalah

perusahaan yang berstatus pusat, kantor cabang dan/atau

kantor operasional perusahaan yang berkedudukan di wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini dimaksudkan agar tidak

muncul kekawatiran bahwa pelaksanaan TJSLP akan

banyak mengalir ke kabupaten/ kota.

Kelembagaan sangatlah penting agar pelaksanaan

TJSLP bisa berjalan efektif. Oleh karena itu diperlukan

Page 113: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

107

sebuah badan atau forum TJSLP (prinsip kemandirian) di

luar SKPD untuk merencanakan, mengawasi, dan

mengevaluasi pelaksanaan TJSLP di Provinsi Kalimantan

Selatan. Kewenangan yang diberikan Forum adalah

menyusun Rancangan Pedoman Tata Cara Pelaksanaan

TJSLP dan Laporan Kegiatan Perusahaan Pelaksanaan

TJSLP untuk melaksanakan RKTP. Rancangan ini disusun

dan ditetapkan melalui rapat koordinasi yang

diselenggarakan oleh forum yang dihadiri oleh organ Forum

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

(FTJSLP), SKPD terkait, pemerintah kabupaten/kota dan

FTJSLP kabupaten/kota.

Pemerintah melalui SKPD memfasilitasi rapat

koordinasi tersebut. Pedoman ini ditetapkan dalam

Peraturan Gubernur yang kemudian dapat dijadikan

pedoman pelaksanaan FTSP di kabupaten/kota. Pernyataan

dapat diartikan bisa ya atau tidak untuk dijadikan pedoman

bagi pelaksanaan TJSLP kabupaten/kota. Namun, bila

merujuk pada Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 1 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa Perda

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a terdiri atas

Page 114: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

108

Perda Provinsi dan PerdaKabupaten/Kota. Perda Provinsi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memiliki

hirarki lebih tinggi dari pada Perda Kabupaten/Kota; Perda

Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

memuat materi muatan untuk mengatur kewenangan

Provinsi dan/atau dapat mengatur kewenangan

kabupaten/kota. Perda Provinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dapatmengatur kewenangan Kabupaten/Kota

apabila terdapat pengaturan yang materi muatannya terkait

Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, mendasarkan pada

Keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut maka Pedoman

Tata Cara Pelaksanaan TJSLP dan Laporan Kegiatan

Perusahaan Pelaksanaan TJSLP yang ditetapkan dalam

peraturan gubernur bukan dapat melainkan harus dijadikan

pedoman pelaksanaan FTSP di kabupaten/kota. Sebaliknya,

hal ini bisa menjadi isu hukum tersendiri bila dikaitkan

dengan Pasal 18 Ayat (5) dan (6) UUD 1945.

Dalam rangka mendukung keberlanjutan program

TJSLP di Kalimantan Selatan, maka masyarakat sebagai

bagian dari civil society juga diberikan kesempatan untuk

berperan serta dalam pelaksanaan TJSLP dengan cara

Page 115: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

109

penyampaian saran maupun penyampaian informasi potensi

daerah.Sedangkan fungsi pengawasan, pengendalian dan

pembinaan dilakukan oleh pemerintah melalui SKPD terkait.

Pengawasan dan pengendalian dilakukan dengan cara

verifikasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan ketentuan

TJSLP, tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan

TJSLP dan evaluasi Laporan pelaksanaan TJSLP dan dari

sumber informasi lainnya. Untuk pelaksanaan pembinaan

dilakukan dengan cara penyuluhan pelaksanaan ketentuan

TJSLP, pemberian konsultansi dan bimbingan pelaksanaan

TJSLP, fasilitasi dan bantuan penyelesaian

masalah/hambatan yang dihadapi Perusahaan dalam

merealisasikan program TJSLP.

Secara keseluruhan operasionalisasi Program TJSLP

yang melibatkan jaringan pemerintah, pelaku usaha dan

masyarakat dapat dirangkum dalam Pasal 18 Ayat (5) dan (6)

UUD 1945, yaitu :

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-

luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh

undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah

Pusat.

Page 116: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

110

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan

daerah dan peraturan -peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Page 117: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

111

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan Tim Peneliti

menggambarkan adanya persoalan dalam kendala

dalam penerapan hukum tanggung jawab sosial dan

lingkungan pada perusahaan perkebunan sawit untuk

meningkatkan tarap hidup masyarakat

di Provinsi Kalimantan Selatan., yang terdiri dari:

Pertama, persoalan materi isi paraturan perundang-

undangan yang mengatur penerapan hukum

tanggung jawab sosial dan lingkungan pada

perusahaan perkebunan sawit. Kedua, persoalan

dalam pelaksanaan penerapan hukum tanggung

jawab sosial dan lingkungan pada perusahaan

perkebunan sawit antara instasi pemerintah dan

masyarakat.

2. Penerapan hukum tanggung jawab sosial dan

lingkungan pada perusahaan perkebunan sawit

untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat di

Page 118: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

112

Provinsi Kalimantan Selatan. masih hanya bertujuan

untuk mengetahui bentuk pelaksanaan tanggung

jawab sosial perusahaan sebagai bentuk tanggung

jawab perusahaan terhadap lingkungannya demi

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan

apakah penerapan tanggung jawab sosial

perusahaannya telah berpengaruh positif terhadap

perekonomian masyarakat sekitar, dan untuk

menemukan bentuk peraturan atau kebijakan

pemerintah daerah yang aplikatif agar tanggung

jawab sosial dan lingkungan perusahaan dapat

diterapkan demi meningkatkan perekonomian

masyarakat sekitar, oleh karena itu diperlukan

strategi dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial

dan lingkungan untuk dapat mencapai sasaran

meningkatkan tarap hidup masyarakat.

Page 119: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

113

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Abrar Saleng. 2004. Hukum Pertambangan. Yogyakarta :

Universitas Islam Indonesia Press.

Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini. 2004. Komisaris

Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan.

Jakarta : Penerbit PT Indeks.

Anwar. C. 2011. Teori dan Hukum Konstitusi. Cet. II.

Malang : Intrans Publishing.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2016.

Kondisi Kemiskinan di Kalsel Maret 2016 Jumlah

Penduduk Miskin 195,70 Ribu Orang. Berita Resmi

Statistik, BPS Kalsel No. 039/07/63/Th.XX, 18 Juli

016.

Bambang Sunggono. 2007. Metode Penelitian Hukum.

Jakarta : Rajawali Press.

Barth, Regine dan Franziska Wolff. 2009. Corporate Social

Responsibility in Europe: Rhetoric and Realities.

Cheltenham: Edward Elgar Publishing.

Cynthia A. William. 2002. ”Corporate Social Responsibility

in an Era of Economic Globalization”, 35 University

of California Davis Law Review.

Page 120: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

114

Djaja S. Meliala. Perkembangan Hukum Perdata Tentang

Benda dan Hukum Perikatan, Bandung : Nuansa

Aulia.

Edwin Cannan. 1965. Adam Smith: An Inquiry Into The

Nature and Causes of The Wealth of Nation, The

Modern Library, New York.

Fadjar Ari Dewanto. 2015. Pembangunan Kebun Kelapa

Sawit Plasma Pola

Kemitraan.http://beritadaerah.co.id/2015/03/25/pemba

ngunan-kebun-kelapa-sawit-plasma-pola kemitraan/,

diakses tanggal 5/9/2016.

Gary von Stange. 1994. “Corporate Social Responsibility

through Constituency Statutes: Legend or Lie ?”, 11

Hofstra Labour Law Journal.

Hendrik Budi Untung. 2008. Corporate Sosial Responsibility.

Jakarta : Sinar Grafika.

Illias Bantekas. 2004. “Corporate Social Responsibility in

International Law”. 22 Boston University

International Law Review.

Im Ife & Frank Tesoriero. 2008. Community Development

Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era

Globalisasi (Penterjemah: Sastrawan Manullang,

Nurul Yakin, M. Nursyahid), Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Page 121: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

115

Imam Hanafi. 2014. Penduduk Miskin Kotabaru 14.600

Jiwa. Kantor Berita Antara Kalsel. Jumat, 28 Maret

2014 11:21 WIB.

http://www.antarakalsel.com/berita/16874/penduduk-

miskin-kotabaru-14600-jiwa, diakses 28/11/2016.

Irawanto Karimun. 26 November 2009. Isu-isu Strategis

Penanganan Masalah Kemiskinan di Kabupaten

Barito Kuala, Banjar dan Hulu Sungai Utara.

https://irawantokarimun.wordpress.com/2009/11/26/is

u-isu-strategis-penangananan-masalah-kemiskinan-di-

kabupaten-barito-kuala-banjar-dan-hulu-sungai-utara/,

diunduh tgl 28 nov 2016.

Jimly Asshiddiqie. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-

Pilar Demokrasi: Serpihan Pemikiran Hukum, Media,

dan HAM. Cet. II. Jakarta : Konstitusi Press.

Kristina K. Hermann. 2004. “Corporate Social Responsibility

and Sustainable Development: The European Union

Initiative as a Case Study”, 11 Indiana Journal of

Global Legal Studies.

Misahardi Wilamarta. 2002. Hak Pemegang Saham

Minoritas dalam Rangka Good Corporate

Governance. Tesis. Jakarta : Program Pasca Sarjana,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Mochtar Kusumaatmadja. 2006. Konsep-Konsep Hukum

Dalam Pembangunan. Bandung : Alumni.

Mukti Fajar ND. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Page 122: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

116

di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nandang Sudrajat. 2010. Teori dan Praktik Pertambangan

Indonesia Menurut Hukum. Yogyakarta : Pustaka

Yustisia, hlm 67.

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum.Cet.I.

Jakarta : Kencana.

Philipus M.Hadjon. 1994. “Pengkajian Ilmu Hukum

Dogmatik (Normatif)”, dalam Jurnal Yuridika, No.6

Th.IX November-Desember. Surabaya : Universitas

Airlangga.

Pradjoto. “Tanggung Jawab Sosial Korporasi”. Kompas, 22

Juli 2007.

Raul Anibal Etcheverry. 2005. “Corporate Social

Responsibility – CSR”. 23 Peen State International

Law Review.

Ryan Kiryanto. “Mendudukkan CSR Sesuai Prinsip

Korporasi Modern”. Business News No. 7546,

tanggal 8 Agustus 2007.

Salim. HS. 2008. Hukum Pertambangan Indonesia. Jakarta:

Rajawali Pers.

Soeharto Prawirokusumo. 2003. “Perilaku Bisnis Modern –

Tinjauan pada Etika Bisnis dan Tanggung Jawab

Sosial”. Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, No.4.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1995. Penelitian

Hukum Normatif. Jakarta : Rajawali Press.

Page 123: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

117

Sony Keraf – Robert Haryono Imam. 1993. Etika Bisnis, Cet.

II. Pustaka Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.

Sukarli dan Hasan Zainuddin. 2016. Empat Kebijakan

Percepatan Pembangunan Kemiskinan Barito Kuala.

Koran Antara News Kalsel Marabahan. Tanggal 2

Agustus

2016,http://kalsel.antaranews.com/berita/38423/empat

-kebijakan-percepatan-pembangunan-kemiskinan-

barito-kuala, diunduh tanggal 28 November 2016.

Sutan Remy Sjahdeini. “Corporate Social Responsibility”,

Jurnal Hukum Bisnis. Volume 26-No. 3 Tahun 2007.

Ukandar Rumidi. 2010. Memahami Pengelolaan Bahan

Tambang di Indonesia. Yogyakarta : Yayasan Pustaka

Nusatama.

Winahyu Erwiningsih 2009. Hak Menguasai Negara Atas

Tanah. Yoygakarta : Total Media.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003

Tentang Badan Usaha Milik Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005-2025.

Page 124: Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan ...

118

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009

Tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014

Tentang Perkebunan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun

2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Perseroan Terbatas.