TANGGUNG JAWAB PERDATA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …
Transcript of TANGGUNG JAWAB PERDATA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …
TANGGUNG JAWAB PERDATA FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN ATAS PELAYANAN
MEDIS DOKTER RESIDEN TERHADAP PASIEN
Aghniya Sabila dan Wahyu Andrianto
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai hubungan hukum antara Fakultas Kedokteran,
Rumah Sakit Pendidikan, dan Dokter Residen beserta tanggung jawab perdata yang
diberikan Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan atas pelayanan medis
yang diberikan oleh Dokter Residen selama proses pendidikan dokter spesialis.
Penulis mengajukan pokok permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah hubungan hukum
antara Rumah Sakit Pendidikan, Fakultas Kedokteran, dan Dokter Residen? dan 2.
Bagaimanakah bentuk tanggung jawab perdata dari Rumah Sakit Pendidikan dan
Fakultas Kedokteran atas pelayanan medis yang diberikan oleh Residen kepada
pasien? Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperlukan adanya
pengaturan mengenai pemberian tanggung jawab hukum dari Fakultas Kedokteran
ataupun Rumah Sakit Pendidikan terhadap Dokter Residen karena pelayanan medis
Dokter Residen dapat menimbulkan kerugian terhadap pasien.
Kata Kunci:
Tanggung Jawab Perdata, Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan, Dokter
Residen
FACULTY OF MEDICINE AND TEACHING HOSPITAL’S
CIVIL LIABILITY ON RESIDENT’S MEDICAL CARE TO
PATIENTS
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Abstract
The focus of this study is about the legal relationship between Faculty of Medicine,
Teaching Hospital, and Residents along with the civil liability given from Faculty of
Medicine and Teaching Hospital on Residents’ medical care to patients during the
process of specialist profession education. The writer tried to describe the main
issues, which are: 1. How is the legal relationship between Faculty of Medicine,
Teaching Hospital, and Residents? And 2. How is the civil liability given from
Faculty of Medicine and Teaching Hospital on Residents’ medical care to patients?
Based on the research conducted, the civil liability given from Faculty of Medicine
and Teaching Hospital to Residents it is needed to be ruled because Residents’
medical care clould provoke a loss to patients.
Keywords:
Civil Liability, Faculty of Medicine, Teaching Hospital, Residents
Pendahuluan
Rumah sakit dan dokter mempunyai peranan penting dalam rangka
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Hal ini karena rumah sakit merupakan
wadah yang berisikan para tenaga kesehatan yang dianggap sebagai segenap orang
yang sudah sangat ahli dalam membantu menyembuhkan penyakit seseorang. Dokter
dan rumah sakit dalam hal ini berperan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan
dan pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan melibatkan beberapa tenaga kesehatan di dalamnya.
Tenaga kesehatan, menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.1
Dengan adanya segenap pendidikan dan pengalaman untuk dapat terlibat langsung
kepada para pasiennya, maka kepercayaan terhadap tenaga kesehatan yang berada di
rumah sakit-lah yang membuat orang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan
1 Indonesia, Undang-undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 Tahun 2009,
TLN No. 5063, Ps. 1 Ayat (6).
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
pertolongan.
Jelas bahwa keahlian yang dimiliki dokter itu tidak dimiliki semua orang,
hanya orang-orang yang telah melewati perjalanan pendidikan saja yang mempunyai
keahlian tersebut. Perjalanan yang dilampaui oleh seseorang yang ingin menjadi
dokter tidaklah mudah dan tentunya tidak sebentar pula. Untuk mendapatkan status
sebagai mahasiswa fakultas kedokteran yang merupakan tahap awal dalam
perjalanan tersebut, bukanlah hal yang dapat dilakukan semua orang. Para pelajar
harus menempuh persaingan yang ketat untuk dapat diterima di setiap fakultas
kedokteran yang ada di Indonesia. Jenjang panjang pendidikan kedokteran seperti ini
diarahkan untuk mendapatkan kualitas keahlian dari dokter yang semakin mapan.
Kualitas serta kemampuan yang tinggi dari dokter dalam rangka membantu
menyelamatkan nyawa manusia tentunya merupakan hal yang diharapkan dari pasien
rumah sakit.
Dokter yang berkualitas akan memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas pada masyarakat, dan tentunya dokter tersebut merupakan hasil didikan
dari lembaga pendidikan kedokteran yang berkualitas pula. Dengan itu, maka
diperlukannya sistem pembelajaran atau pendidikan kedokteran yang memiliki mutu
dan kualitas tinggi.
Penjaminan mutu proses pendidikan kedokteran merupakan salah satu hal
yang terpenting agar proses dan produk yang dihasilkan berkualitas dan mempunyai
kompetensi yang seragam sesuai dengan harapan. Dalam penyelenggaraannya,
Pendidikan Kedokteran diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran yang berada di
perguruan tinggi.2 Fakultas Kedokteran ini bekerja sama dengan Rumah Sakit
Pendidikan.3
Walaupun memiliki peranan yang berbeda satu sama lainnya, namun
Fakultas Kedokteran dengan Rumah Sakit Pendidikan memiliki peranan yang sama
besar terhadap pelayanan medis yang dilakukan oleh peserta didik di Rumah Sakit
Pendidikan tersebut. Kerjasama yang erat antara keduanya akan menentukan
tercapainya mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta menjamin
adanya perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
Adanya tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
2 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123 Tahun 2013, TLN No. 5434, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1).
3 Ibid, Ps. 5 Ayat (1).
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
berkualitas tinggi, membuat peranan antara Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit
Pendidikan ini haruslah berkesinambungan satu sama lainnya. Dalam bagian umum
Pejelasan Undang-undang Pendidikan Kedokteran, dinyatakan bahwa Pendidikan
Kedokteran membutuhkan sarana Rumah Sakit Pendidikan dengan standar
persyaratan yang ditetapkan untuk digunakan sebagai sarana praktik dalam
Pendidikan Kedokteran. Untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit Pendidikan
tersebut, diperlukan pengaturan kerja sama Fakultas Kedokteran dengan Rumah
Sakit Pendidikan yang menerangkan secara jelas dan tegas serta berkepastian hukum
tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak, sehingga para pihak dapat
memperoleh manfaat positif dari kerja sama tersebut.
Adanya hak dan kewajiban antara Fakultas Kedokteran dengan Rumah Sakit
Pendidikan menunjukan bahwa adanya suatu perikatan diantara keduanya. Perikatan
adalah suatu perhubungan antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak
yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.4 Perhubungan antara keduanya ini
menunjukan adanya suatu perhubungan hukum, yang artinya bahwa hak masing-
masing pihak itu dijamin oleh hukum.5
Undang-undang telah mengatur secara garis besar mengenai hak dan
kewajiban yang berlaku bagi Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit
Pendidikan dalam rangka penyelenggaraan pendidikan kedokteran.
Ketentuan ini berlaku umum untuk semua Fakultas Kedokteran dan Rumah
Sakit Pendidikan yang mengadakan kerja sama. Untuk mengetahui hak dan
kewajiban antara Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan yang
bekerjasama, harus diatur secara rinci dalam perjanjian kerja sama yang
dibuat oleh para pihak. Dalam UU Pendidikan Kedokteran dijelaskan bahwa
kerja sama yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran atas nama perguruan
tinggi dengan Rumah Sakit Pendidikan dilakukan secara tertulis sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.6
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, masing-masing pihak dalam perjanjian
kerja sama antara Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan mempunyai
4 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 2005), hal. 1. 5Ibid. 6 Lihat Pasal 11 Undang-undang Pendidikan Kedokteran.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
kewajiban tersendiri. Hal ini berarti diantaranya juga terdapat tanggung jawab yang
harus dipikul, baik tanggung jawab sendiri-sendiri maupun yang dibebankan kepada
keduanya. Termasuk dalam hal ini yaitu tanggung jawab para pihak tersebut atas
peserta didik yang sedang menjalankan pendidikan kedokteran di Rumah Sakit
Pendidikan. Peserta didik yang dimaksud disini merupakan mahasiswa yang juga
terlibat langsung terhadap pasien. Mahasiswa Kedokteran adalah peserta didik yang
mengikuti Pendidikan Kedokteran.
Selain adanya pendidikan untuk menjadi sarjana kedokteran, ada pula
pendidikan untuk menjadi dokter spesialis. Dokter spesialis adalah dokter yang
mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter
harus menjalani pendidikan profesi dokter pasca sarjana untuk dapat menjadi dokter
spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan profesi
lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja
sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum.
Di Indonesia, pendidikan kedokteran untuk dokter spesialis dinamakan
Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS. Program ini merupakan
pendidikan untuk melatih seorang dokter umum untuk menjadi dokter spesialis
tertentu. Tahap pendidikan dan pelatihan yang dilalui oleh dokter ini dilakukan agar
memperoleh kemampuan dan keterampilan tambahan sehingga dapat mengelola
permasalahan kesehatan yang lebih kompleks dan spesifik.7 Dokter umum yang
melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis disebut sebagai Dokter Residen8,
yang selanjutnya akan disebut sebagai Residen. Pelaksanaan Program Pendidikan
Dokter Spesialis ini dilakukan pada Rumah Sakit Pendidikan di bawah koordinasi
Fakultas Kedokteran.
Penelitian yang dilakukan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada berpendapat bahwa penerapan
pendidikan dan pelatihan Residen di Indonesia disebut sebagai 'University Based'.
Hal ini karena pendidikan tersebut dilakukan pada Rumah Sakit Pendidikan di
bawah koordinasi Fakultas Kedokteran. Pendekatan lain yang banyak diterapkan di
beberapa negara adalah pendekatan 'Hospital Based' yaitu pendidikan dokter
7 Unoviana Kartika, Residen Bagian dari Pelayanan Rumah Sakit, http://health.kompas.com/read/2013/12/02/1148006/Dokter.Residen.Bagian.dari.Pelayanan.RS, diunduh 13 September 2015.
8 Dokter Indonesia Online, Dokter Spesialis, http://dokterindonesiaonline.com/dokter-
spesialis/, diunduh 13 September 2015.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
spesialis diserahkan pengelolaannya kepada rumah sakit dengan koordinasi dari
kolegium spesialis terkait. Dengan penerapan program pendidikan dokter spesialis
'University Based', sejarah pendidikan Residen lebih kuat penekanan sebagai peserta
didik (mahasiswa), bukan sebagai pekerja rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dengan
kenyataan bahwa Residen sebagai mahasiswa tetap harus membayar Sumbangan
Penyelenggaraan Pendidikan atau SPP ke universitas, dan belum mendapat hak
sebagai pekerja, khususnya pembayaran yang jelas dari Rumah Sakit Pendidikan
tempat bekerja kecuali pelayanan di berbagai rumah sakit yang memang
membutuhkan Residen.9
Di negara lain, Residen dianggap sebagai tenaga medis di rumah sakit dengan
hak dan kewajibannya sebagai dokter. Di Indonesia, walaupun secara de-jure,
Residen adalah bagian dari peserta didik di Fakultas Kedokteran, namun sebenarnya
secara de-facto Residen telah bekerja di Rumah Sakit Pendidikan. Hal ini ditunjukan
dengan belum adanya kontrak perorangan antara Rumah Sakit Pendidikan dan
Residen, menyangkut pelayanan klinik, hukum, dan hak serta kewajibannya.10
Adanya peran ganda yang terdapat pada Residen ini harus mempunyai
landasan hukum yang jelas. Bukan hanya hak dan kewajiban dari Residen saja yang
perlu diperjelas, namun juga bentuk dari tanggung jawab hukum yang diberikan
Residen terhadap pasien. Dalam proses pendidikannya, Residen terlibat langsung
dalam melakukan tindakan medis terhadap pasien. Jika terdapat kerugian yang
dialami pasien dalam penanganan Residen, maka apakah sebagai mahasiswa,
Residen harus memberikan pertanggungjawabannya? Lalu jika iya, pertanyaan yang
krusial adalah, apakah Residen harus bertanggung jawab penuh? Bagaimana dengan
tanggung jawab hukum Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan yang
memiliki tanggung jawab pengawasan terhadap Residen?
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti mengenai peranan dan hubungan
hukum yang terdapat dalam pendidikan dokter spesialis. Penulis akan meneliti
bagaimana undang-undang mengatur terkait hak dan kewajiban masing-masing
pihak serta bagaimana pengaturannya dalam perjanjian kerja sama yang dibuat oleh
9 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,
“MANAJEMEN RESIDEN DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: Apakah Residen dapat menjadi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)? Bagaimana sistem kompensasinya?”, http://pendidikankedokteran.net/index.php/31-pelatihan/bl-Residen /622- pengantar, diunduh 13 September 2015.
10 Ibid.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan yang terlibat dalam Program
Pendidikan Dokter Spesialis. Selain itu juga akan diteliti terkait ruang lingkup
tanggung jawab masing-masing pihak yang timbul dalam hal adanya kerugian dalam
pelayanan medis yang dilakukan oleh Residen terhadap pasien. Bentuk tanggung
jawab yang akan diteliti disini yaitu tanggung jawab perdata.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dalam
penelitian ini ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti,
yaitu:
1. Bagaimanakah hubungan hukum antara Rumah Sakit Pendidikan,
Fakultas Kedokteran, dan Residen?
2. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab perdata dari Fakultas Kedokteran
dan Rumah Sakit Pendidikan atas pelayanan medis yang diberikan oleh
Residen kepada pasien?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan penulis serta memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
substansi disiplin bidang ilmu hukum, terutama di bidang hukum kesehatan. Adapun
tujuan khusus dari penelitian ini adalah menguraikan hubungan hukum antara
Rumah Sakit Pendidikan, Fakultas Kedokteran, dan Residen serta memperoleh
pengetahuan serta kejelasan terkait bentuk tanggung jawab perdata dari Rumah Sakit
Pendidikan dan Fakultas Kedokteran atas pelayanan medis yang diberikan oleh
Residen kepada pasien.
Tinjauan Teoritis
Untuk mengetahui konsep-konsep yang akan muncul dalam penelitian ini,
maka perlu diketahui istilah-istilah yang berkaitan erat dengan penelitian ini dan juga
untuk menghindari adanya kesalah pahaman antara penafsiran penulis dengan
pembaca. Oleh karena itu diperlukannya tinjauan teoritis ini. Tinjauan teoritis
merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus
yang ingin atau akan diteliti. Berikut ini adalah penjelasan dan pengertian dari
konsep-konsep tersebut yang diambil dari judul dan permasalahan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai
tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
bidang Pendidikan Kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan
kesehatan lainnya secara multiprofesi.11
2. Fakultas Kedokteran adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan
tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dokter.12
3. Residen adalah dokter umum yang melanjutkan pendidikan sebagai dokter
spesialis.13
4. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.14
5. Pelayanan Medis adalah obyek dari Hukum Kedokteran.15
6. Tanggung jawab hukum adalah tanggung jawab yang diakui dan ditegakkan
oleh pengadilan diantara para pihak yang berperkara.16
7. Hubungan hukum adalah hubungan-hubungan yang mempunyai akibat
hukum.17
Metode Penelitian
Bentuk Penelitian ini adalah yuridis-normatif, dimana peneliti akan melihat
dari norma-norma hukum yang dijalankan secara prakteknya oleh kelompok
masyarakat yang dituju atau singkat kata, melihat efektivitas norma hukum dengan
prakteknya. Tipe penelitian yang akan digunakan adalah penilitian deksriptif yaitu
menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok
tertentu, lalu melakukan analisis terhadapnya. Jenis data yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Jadi,
11 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123
Tahun 2013, TLN No. 5434, ps. 1 ayat (15). 12 Ibid, ps. 1 ayat (4). 13 Dokter Indonesia Online, loc. cit. 14 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123
Tahun 2013, TLN No. 5434, Ps. 1 ayat (4). 15 Fred Ameln, Op. Cit, hal. 22. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan
yang terpenting, meliputi ketentuan yang berhubungan langsung dengan pelayanan medis. 16 Siti Ismijati Jenie, Tanggung Jawab Perdata di dalam Pelayanan Medis: Suatu Tinjauan
dari Segi Hukum Perdata Materiil, Jurnal Mimbar Hukum, vol. 18, no. 3, (Oktober, 2006), hal. 307. 17 Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Kesehatan, (Jakarta: IND-HILL-CO, 1989), hlm. 3.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
selain alat pengumpulan data berupa studi pustaka yaitu dengan menggunakan data
sekunder sebagai sumber datanya, namun juga akan dipergunakan hasil wawancara
dengan narasumber (pihak-pihak terkait).
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum
primer yakni berupa peraturan perundang-undangan. Selain itu, digunakan pula
bahan hukum sekunder berupa buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar
maupun internet. Digunakan pula bahan hukum tersier berupa Kamus Besar Bahasa
Indonesia sebagai sumber penjelas bahan hukum primer dan sekunder. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi
dokumen yakni dari bahan-bahan kepustakaan.
Metode Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah,
analisis data secara kualitatif, dimana data yang dihimpun berdasarkan cara-cara
yang melihat proses suatu objek penelitian. Data ini lebih melihat kepada proses
daripada hasil karena didasarkan pada deskripsi proses dan bukan pada perhitungan
matematis. Bentuk dari hasil penelitian ini adalah berupa bentuk deskriptif analitis
dikarenakan bentuk penelitiannya adalah deskriptif. Adapun fokus dari bentuk
penelitian ini adalah menggunakan data sekunder, maka bentuknya juga berupa
yuridis normatif.
Hasil Penelitian
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) merupakan suatu tahapan
pendidikan dan pelatihan yang dilalui oleh dokter agar memperoleh kemampuan dan
keterampilan tambahan sehingga dapat mengelola permasalahan kesehatan yang
lebih kompleks dan spesifik. Dalam PPDS, Residen berkontribusi dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit, serta mendapatkan pendidikan yang memadai.18
Berdasarkan ketentuan dalam UU Pendidikan Kedokteran, penyelenggaraan
pendidikan kedokteran baik tahap sarjana kedokteran maupun tahap profesi
kedokteran dilakukan di bawah koordinasi Fakultas Kedokteran. Untuk
penyelenggaraan PPDS hanya dapat dilakukan oleh Fakultas Kedokteran yang
memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi kedokteran.19
18 Unoviana Kartika, Op. Cit. 19 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123
Tahun 2013, TLN No. 5434, ps. 8 ayat (1).
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Penerapan pendidikan dan pelatihan Residen (PPDS) sesuai ketentuan dalam
UU Pendidikan Kedokteran, mengacu pada sistem University Based, dimana PPDS
dipusatkan dalam pengawasan Fakultas Kedokteran,20 dan Fakultas Kedokteran
bertanggung jawab atas penyelenggaraan PPDS yang bekerja sama dengan
Organisasi Profesi (kolegium).21 Dalam sistem ini, status Residen adalah sebagai
peserta didik yang harus membayar biaya sekolah (SPP) kepada penyelenggara
pendidikan dokter spesialis, yaitu Fakultas Kedokteran.
Residen dalam pendidikan dokter spesialisnya akan dikirim ke Rumah Sakit
Pendidikan Utama dan/atau Rumah Sakit Pendidikan Jejaring untuk menjalankan
pelayanan klinik.22 Dalam PPDS, mekanisme pengiriman Residen ke Rumah Sakit
Pendidikan Utama dan/atau Rumah Sakit Pendidikan Jaringan terdapat 2 (dua)
model, yaitu:
Alur Penanganan Residen Model I Alur Penanganan Residen Model 2
(Gambar 1) (Gambar 2)
Pada model pertama, Fakultas Kedokteran akan mengirimkan Residennya ke Rumah
Sakit Pendidikan Utama untuk menempuh pendidikan disana. Dari Rumah Sakit
Pendidikan Utama, Residen akan dikirim ke berbagai Rumah Sakit Pendidikan
Jejaring yang telah bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan Utama. Model ini
digunakan misalnya seperti Rumah Sakit Umum Pemerintahan DR. Sardjito, Rumah
Sakit Moewardi, dan Rumah Sakit Saiful Anwar. Sedangkan, pada model kedua,
20 Fikri Fernandes, Pendidikan Dokter Spesialis dan Rumenerasi Residen dalam Konteks
Hubungan Rumah Sakit Pendidikan dengan Fakultas Kedokteran, (Tesis Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2013), hal. 16.
21 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123
Tahun 2013, TLN No. 5434, ps. 8 ayat (2). 22 Hasil wawancara tanggal 15 November 2015 dengan Residen Tahap Mandiri:
Radhiyatam Mardhiyah.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Fakultas Kedokteran mengirimkan Dokter Residen nya ke Rumah Sakit Pendidikan
Utama, akan tetapi sebagian lainnya dapat dikirimkan langsung ke Rumah Sakit
Pendidikan Jejaring. Hal ini dilakukan karena berbagai faktor, salah satunya yaitu
karena daya tampung Residen di Rumah Sakit Pendidikan Utama sudah memenuhi
jumlah kuota ataupun karena faktor adanya kekurangan jumlah Dokter Spesialis atau
Residen di Rumah Sakit Pendidikan Jejaring. Model 2 ini digunakan oleh Rumah
Sakit Umum Pemerintahan Cipto Mangunkusumo, dan Rumah Sakit Karyadi.23
Sistem pendidikan dokter spesialis lain yang banyak diterapkan di beberapa
negara adalah sistem Hospital Based, yaitu pendidikan dokter spesialis diserahkan
pengelolaannya kepada rumah sakit dengan koordinasi dari kolegium spesialis
terkait.24 Salah satu negara yang mengacu pada sistem Hospital Based dalam
pendidikan dokter spesialisnya adalah Amerika Serikat. Di Amerika Serikat,
pendidikan dokter spesialis sepenuhnya ditentukan oleh Rumah Sakit Pendidikan.
Karena banyaknya Rumah Sakit Pendidikan yang tersebar di negara-negara bagian
Amerika Serikat, maka terjadinya persaingan antara masing-masing Rumah Sakit
Pendidikan agar mereka memiliki lulusan dokter terbaik di negara bagian tersebut.
Berbagai macam cara dilakukan agar Rumah Sakit Pendidikan tertentu dapat
merekrut calon Residen untuk mengikuti kegiatan program pendidikan dokter
spesialis di Rumah Sakit Pendidikan mereka. Rumah Sakit Pendidikan melakukan
negosiasi remunerasi, kondisi kerja, dan program pendidikan dokter spesialis kepada
calon Residen (Nicholson and Song, 2001). Sehingga terjadinya persaingan yang
sengit antara pihak Rumah Sakit Pendidikan, bukan kepada calon Residen. Hal ini
menimbulkan persaingan besarnya rumenerasi yang didapat oleh calon Residen
selama mengikuti kegiatan pendidikan dokter spesialis.25
Pembahasan
Dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Tahun 2012, dinyatakan bahwa Institusi Pendidikan Kedokteran (Fakultas Kedokteran) harus menjamin tersedianya fasilitas pendidikan klinik bagi mahasiswa yang terdiri dari Rumah Sakit
23 Fikri Fernandes, Op. Cit., hal. 7. 24 Ibid, hal. 1. 25 Ibid, hal. 15.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Pendidikan dan sarana kesehatan lain yang diperlukan. Dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan sebagai sarana praktik dalam Pendidikan Kedokteran tersebut.26 Jadi, dalam penyelenggaraan PPDS, Fakultas Kedokteran dapat mendidik peserta didik PPDS di Rumah Sakit Pendidikan. Di Rumah Sakit Pendidikan itulah tempat dimana para Residen terlibat langsung dalam pelayanan medis terhadap pasien.
Fakultas Kedokteran membutuhkan sarana Rumah Sakit Pendidikan sebagai
sarana praktik dalam Pendidikan Kedokteran. Untuk menjamin tersedianya fasilitas
pendidikan klinik yang berupa Rumah Sakit Pendidikan, maka harus dinyatakan
dengan adanya perjanjian kerjasama antara pimpinan Fakultas Kedoteran dengan
pimpinan Rumah Sakit Pendidikan dan/atau pemerintah setempat. Perjanjian
kerjasama tersebut harus minimal meliputi hak, tanggung jawab, dan kewenangan
masing-masing pihak yang menjamin terlaksananya proses pendidikan dan
pelayanan kesehatan berjalan secara optimal.27
Kerja sama antara Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan dilakukan secara tertulis dengan selalu mengikuti ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang ada. Dalam Pasal 43 UU Pendidikan Kedokteran dijelaskan bahwa perjanjian kerja sama ini paling sedikit memuat mengenai:
a. Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib mengirimkan Mahasiswa untuk melakukan pembelajaran, penelitian dan pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung rumah sakit tersebut; dan
b. Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib berkontribusi mendanai pendidikan di Rumah Sakit Pendidikan. Seperti yang diterangkan dalam Pasal 19 UU Pendidikan Kedokteran, bahwa
dalam penyelenggaraan program dokter spesialis ini, Fakultas Kedokteran dapat
mendidik mahasiswanya di Rumah Sakit Pendidikan. Residen dalam menjalankan
PPDS ini, mendapatkan pendidikan dengan juga melakukan pelayanan di Rumah
Sakit Pendidikan.
26 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123
Tahun 2013, TLN No. 5434, ps. 5. 27 Konsil Kedokteran Indonesia, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang Standar
Pendidikan Profesi Dokter Indonesia, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 10 Tahun 2012, angka 6.2.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Residen dalam proses menjalankan PPDS yang juga turut melakukan
tindakan medis ini, mempunyai hak untuk mendapat perlindungan hukum dari
Rumah Sakit Pendidikan, hal ini diatur dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a UU
Pendidikan Kedokteran sebagaimana dinyatakan bahwa:
“Setiap mahasiswa berhak: a, memperoleh pelindungan hukum dalam mengikuti proses belajar mengajar, baik di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi maupun di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran; .. ”
Rumah Sakit Pendidikan bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan
Residen yang merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
medis di bawah pengawasan Rumah Sakit Pendidikan tersebut. Mengenai hal ini,
David H. Sohn, J.D., M.D., menjelaskan bahwa:
“Hospitals and teaching institutions may face both direct and indirect forms of liability for the actions of their Residents. Institutions are held vicariously liable for the actions of the Resident physicians acting in the scope of their employment. Thus the hospital is liable if a Resident negligently delivers medical care, but not if he or she gets into fights, is accused of sexual harassment, or commits fraud because these actions are not “within the scope of employment”.”28
Di Indonesia, Vicarious Liability diatur dalam Pasal 1367 KUHPerdata,
yang pada ayat (1) nya menyatakan:
“Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. bawahannya sepanjang hal itu terjadi dalam lingkup pekerjaannya.”
Dengan adanya doktrin vicarious liability ini maka rumah sakit (sebagai institusi
penyelenggara pelayanan kesehatan) bertanggung jawab atas perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan di rumah sakit tersebut.29
28 David H. Sohn, J.D., M. D., Medical Liability and Orthopaedic Residents http://www.aaos.org/news/aaosnow/dec12/managing6.asp, diunduh 15 November 2015.
29 Y. A. Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, (Malang: Bayumedia, 1997),
hal. 68.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Ketentuan mengenai tanggung jawab rumah sakit umum diatur dalam
ketentuan Pasal 58 ayat (1) dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 dan Pasal 46
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Tanggung jawab hukum
Rumah Sakit Pendidikan sebagai rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat
pendidikan dan juga pelayanan kesehatan,30 juga memiliki tanggung jawab yang
sama seperti tanggung jawab rumah sakit umum. Dalam Pasal 46 UU No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit, ditentukan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara
hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian tenaga kesehatan di
rumah sakit. Ketentuan pasal ini menjadi dasar yuridis bagi seseorang untuk
meminta tanggung jawab pihak rumah sakit jika terjadi kelalaian tenaga kesehatan
yang menimbulkan kerugian. 31
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Residen sebagai peserta
didik PPDS yang masih berada dalam naungan Fakultas Kedokteran. Residen
sebagai mahasiswa dari Fakultas Kedokteran mempunyai hak sebagaimana diatur
dalam Pasal 31 UU Pendidikan Kedokteran, yang mengatur bahwa setiap mahasiswa
berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam mengikuti proses belajar mengajar,
baik di Fakultas Kedokteran maupun di Rumah Sakit Pendidikan.
Apabila terjadi kesalahan oleh Residen yang merupakan mahasiswa dari
sebuah Fakultas Kedokteran, maka seperti yang telah diterangkan sebelumnya,
bahwa menurut David H. Sohn, J.D., aM.D. “Hospitals and teaching institutions may
face both direct and indirect forms of liability for the actions of their Residents.
Institutions are held vicariously liable for the actions of the Resident physicians
acting in the scope of their employment.”.32 Selanjutnya, terdapat keterangan
mengenai tanggung jawab hukum sebagai penanganan masalah dari kesalahan
Residen yaitu: “If a student is involved in a medical malpractice action, legal
representation is provided by the Office of the University Council, provided the
student has acted within the guideslines.” (The Warren Alpert Medical School of
30 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123
Tahun 2013, TLN No. 5434, ps. 14. 31 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013, LN No. 123
Tahun 2013, TLN No. 5434, ps. 14. 32 David H. Sohn, J.D., M. D., Op. Cit.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Brown University, USA, 2013).33 Dalam Studi Kasus Johns Hopkins juga
menjelaskan bahwa adanya tanggung jawab hukum dari institusi penyelenggara
pendidikan kedokteran terhadap peserta didiknya, yaitu: “The Hospital and
University provide coverage for liability exposure for all house staff and clinical
fellows for those clinical activities which they perform within The Johns Hopkins
Medical Institutions which are within the scope of their training program. Coverage
includes legal defense and payment of loss to the extent of maximum judgment within
insurance policy limits and also requires participation in the Hospital’s Risk
Management Program”.34
Dapat dipahami bahwa, Fakultas Kedokteran, sebagai institusi penyelenggara
pendidikan dokter spesialis ini, juga bertanggung jawab atas pelayanan medis yang
diberikan oleh Residen yang merupakan bagian dari proses belajar mengajar. Hal ini
karena Residen yang merupakan peserta didik dalam PPDS yang diselenggarakan
oleh Fakultas Kedokteran tersebut.
Vicarious liability terkait hal ini diatur dalam Pasal 1367 ayat (4)
KUHPerdata yang menyatakan bahwa:
“Guru sekolah atau kepala tukang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah pengawasannya.”
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Dekan Fakultas Kedokteran disini
mempunyai tanggung jawab hukum atas pelayanan medis Residen yang berada
dibawah pengawasannya. Namun, tetap harus diperhatikan apakah tindakan medis
yang dilakukan Residen tersebut sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya atau
tidak.
Mengenai tanggung jawab hukum terhadap Residen ini, Rimawati, S.H., M.
Hum. menjelaskan bahwa secara umum, tanggung jawab hukum Fakultas
Kedokteran dan juga Rumah Sakit Pendidikan, tergantung dari perjanjian yang
dibuat antara Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan. Konsep perjanjian
yang dibuat ini adalah bentuk perlindungan hukum yang diberikan institusi terhadap
pelayanan medis yang dilakukan oleh Residen. Masing-masing institusi dalam hal ini
33 Budi Sampurna, Pertanggungjawaban Hukum Residen , Fakultas Kedokteran, dan Rumah Sakit Pendidikan, http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/v13/images/2013/Prof%20BUDI%20SAMPOERNA %20-%20bs%20pres%20ppds%20di%20fkui%20(1).pdf, diunduh 20 November 2015.
34 Ibid.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan memiliki hak dan kewajiban di
dalam penyelenggaraan perlindungan hukum untuk Residen. Jadi, jika terjadi
kerugian yang dialami oleh pasien dalam pelayanan medis yang dilakukan oleh
Residen, maka akan dilihat kesalahannya pada sejauh mana tanggung jawab dari
institusi sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang terlah dibentuk.
Pertanggungjawaban yang terdapat perjanjian ini adalah tanggung jawab
perdata.35Maka dari itu, penting untuk diatur mengenai tanggung jawab hukum dari
para pihak terkait dengan kerugian yang ditimbulkan Residen.
Dalam kaitannya pemberian ganti rugi terhadap pelayanan medis yang
dilakukan Residen ini, maka penting dalam perjanjian kerjasama penyelenggaraan
pendidikan dokter spesialis ini untuk mengatur mengenai seberapa besar ganti rugi
yang dapat diberikan dari pihak Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan.
Hal ini untuk melihat sejauh mana setiap pihak dapat memberikan
pertanggungjawaban hukum atas kerugian tersebut. Karena dalam dalam
kenyataannya, rumah sakit lah yang pertama kali akan dimintakan penjelasan atas
keluhan ataupun kerugian yang dialami pasien. Dengan demikian, apabila terhadap
kerugian tersebut pasien meminta ganti rugi kepada rumah sakit atas pelayanan
medis Residen, maka Rumah Sakit Pendidikan dan Fakultas Kedokteran haruslah
membahas secara internal terkait pemberian ganti rugi, sesuai dengan perjanjian
kerjasama yang telah dibuat kedua belah pihak.
Kesimpulan
1. Fakultas Kedokteran mempunyai kewajiban untuk memberikan pembelajaran
dalam pendidikan dokter spesialis dan Residen mempunyai hak untuk
mendapatkan pembelajaran dari Fakultas Kedokteran. Fakultas Kedokteran
dalam menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis ini diwajibkan untuk
mempunyai Rumah Sakit Pendidikan atau bekerja sama dengan Rumah Sakit
Pendidikan. Dalam proses pendidikan ini, Rumah Sakit Pendidikan mempunyai
kewajiban untuk memberikan fasilitas dalam rangka penyelenggaraan
35 Rimawati (Pembicara), Seminar: Penggunaan Residen sebagai Tenaga Medik untuk
Menyeimbangkan Tenaga Kesehatan di Daerah Sulit dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional,
https://www.youtube.com/watch?v=HTZLDhVugao, diunduh 27 Desember 2015.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
pendidikan kepada Residen, karena Residen terlibat langsung dalam pemberian
pelayanan medis terhadap pasien di Rumah Sakit Pendidikan tersebut.
2. Fakultas Kedokteran mempunyai pertanggungjawaban hukum atas kerugian
yang dihasilkan Residen, karena sebagai penyelenggara pendidikan dokter
spesialis, Fakultas Kedokteran mempunyai tanggung jawab hukum atas tindakan
mahasiswanya (vicarious liability). Rumah Sakit Pendidikan bertanggung jawab
atas segala pelayanan medis yang dilakukan di rumah sakit tersebut, termasuk
dalam hal ini yang dilakukan Residen, karena rumah sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian tenaga
kesehatan di rumah sakit.
Saran
Penyelenggaraan PPDS ini merupakan hal yang kompleks, terutama
terkait dengan pihak-pihak yang dapat dimintakan pertanggungjawaban untuk
kerugian yang ditimbulkan oleh Residen sebagai mahasiswa yang juga melakukan
praktek kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan. Adapun saran yang dapat saya
berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Dalam Pasal 43 Undang-undang No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran, terkait ketentuan mengenai isi dari perjanjian kerjasama
Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan, seharusnya, diatur juga
kewajiban untuk adanya pengaturan mengenai tanggung jawab hukum pihak
yang harus diberikan terhadap mahasiswanya yang turut memberikan
pelayanan medis. Hal ini agar tidak ada perjanjian kerjasama
penyelenggaraan pendidikan kedokteran yang tidak mengatur mengenai
tanggung jawab hukum yang diberikan terhadap mahasiswanya.
2. Dalam perjanjian kerjasama yang dibentuk oleh Fakultas Kedokteran dengan
Rumah Sakit Pendidikan tersebut ini, harus secara rinci mengatur mengenai
ruang lingkup tanggung jawab hukum terkait dengan pelayanan medis yang
diberikan mahasiswanya (Residen) dalam proses pendidikannya tersebut,
baik yang berasal dari Rumah Sakit Pendidikan maupun Fakultas
Kedokteran. Hal ini penting dilakukan agar baik Fakultas Kedokteran,
Rumah Sakit Pendidikan, ataupun DPJP, mengetahui ruang lingkup tanggung
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
jawab hukum yang dapat diberikan apabila terdapat kerugian yang dihasilkan
Residen.
Daftar Referensi
Books:
Ameln, Fred. 1991. Kapita Selekta Hukum Kesehatan. Jakarta: Grafikatama Jaya.
Jenie, Siti Ismijati. 1995. Berbagai Aspek Keperdataan di dalam Hukum Kesehatan.
Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM.
Ohoiwutun, Y. A. Triana. 1997. Bunga Rampai Hukum Kedokteran. Malang:
Bayumedia.
Soekanto, Soerjono. Aspek Hukum Kesehatan, (Jakarta: IND-HILL-CO, 1989.
Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa.
Online Documents:
Dokter Indonesia Online. Dokter Spesialis. http://dokterindonesiaonline.com/dokter-
spesialis/. Diunduh 13 September 2015.
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada. “MANAJEMEN RESIDEN DALAM ERA JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL: Apakah Residen dapat menjadi Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)? Bagaimana sistem
kompensasinya?”. http://pendidikankedokteran.net/index.php/31-
pelatihan/bl-residen/622- pengantar. Diunduh 13 September 2015.
Rimawati (Pembicara). “Seminar: Penggunaan Residen sebagai Tenaga Medik untuk
Menyeimbangkan Tenaga Kesehatan di Daerah Sulit dalam Era Jaminan
Kesehatan Nasional” https://www.youtube.com/watch?v=HTZLDhVugao.
Diunduh 27 Desember 2015.
Sampurna, Budi. “Pertanggungjawaban Hukum Residen, Fakultas Kedokteran, dan
Rumah Sakit Pendidikan”
http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/v13/images/2013/Prof%20BUD
I %20SAMPOERNA%20-
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016
%20bs%20pres%20ppds%20di%20fkui%20(1).pdf. Diunduh 20
November 2015.
Sohn. David H. “Medical Liability and Orthopaedic Residents”
http://www.aaos.org/news/aaosnow/dec12/managing6.asp. Diunduh 15
Desember 2015.
Unoviana Kartika. “Dokter Residen Bagian dari Pelayanan Rumah Sakit.”
http://health.kompas.com/read/2013/12/02/1148006/Dokter.Residen.Bagian
.da ri.Pelayanan.RS. Diunduh 13 September 2015.
Regulations:
Konsil Kedokteran Indonesia. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang
Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 10 Tahun 2012.
Indonesia. Undang-undang Kesehatan. UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 Tahun
2009, TLN No. 5063.
Indonesia. Undang-undang Pendidikan Kedokteran. UU No. 20 Tahun 2013, LN
No. 123 Tahun 2013, TLN No. 5434.
Theses, Dissertation:
Fernandes, Fikri. “Pendidikan Dokter Spesialis dan Rumenerasi Residen dalam
Konteks Hubungan Rumah Sakit Pendidikan dengan Fakultas
Kedokteran”. Tesis Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta,
2013.
Tanggung Jawab ..., Aghniya Sabila, FH UI, 2016