Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian...

83
1 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN OPERATOR SELULER SEBAGAI LANDLORD DAN PELANGGAN SEBAGAI PENYEWA (TENANT) Dalam BAB ini, Penulis mendeskripsikan mengenai prinsip-prinsip hukum umum yang memerintah hubungan antara penyewa dan penerima sewa selajutnya hubungan sewa-menyewa itu Penulis transposisi 1 sebagai hubungan hukum landlord dan tenant. Setelah itu, Penulis mencari atau menganalisis bagaimana aspek pertanggungjawaban pelaku usaha penyelenggara jasa telekomunikasi sebagai landlord terhadap pelanggan dalam hal ini sebagai tenant dalam hubungan hukum sewa-menyewa telekomunikasi yang sudah ditransposisikan sebagai hubungan hukum landlord and tenant. Seperti telah 1 Transposisi adalah tren metoda dalam studi perbandingan hukum (comparative laws), ditemuka suatu penelitian hukum yang tidak dipublikasikan dalam Law Reporting Skotlandia. Mengenai hal ini lihat catatan kaki No. 34 dalam buku Jeferson Kameo SH., LL.M., Ph.D berjudul Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas kristen Satya Wacana Salatiga, hal., 42.

Transcript of Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian...

Page 1: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

1

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN,

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS MENGENAI

PERTANGGUNGJAWABAN OPERATOR SELULER

SEBAGAI LANDLORD DAN PELANGGAN SEBAGAI

PENYEWA (TENANT)

Dalam BAB ini, Penulis mendeskripsikan mengenai prinsip-prinsip

hukum umum yang memerintah hubungan antara penyewa dan penerima sewa

selajutnya hubungan sewa-menyewa itu Penulis transposisi1 sebagai hubungan

hukum landlord dan tenant. Setelah itu, Penulis mencari atau menganalisis

bagaimana aspek pertanggungjawaban pelaku usaha penyelenggara jasa

telekomunikasi sebagai landlord terhadap pelanggan dalam hal ini sebagai

tenant dalam hubungan hukum sewa-menyewa telekomunikasi yang sudah

ditransposisikan sebagai hubungan hukum landlord and tenant. Seperti telah

1Transposisi adalah tren metoda dalam studi perbandingan hukum (comparative laws), ditemuka

suatu penelitian hukum yang tidak dipublikasikan dalam Law Reporting Skotlandia. Mengenai

hal ini lihat catatan kaki No. 34 dalam buku Jeferson Kameo SH., LL.M., Ph.D berjudul Kontrak

Sebagai Nama Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas kristen Satya Wacana Salatiga, hal.,

42.

Page 2: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

2

dikemukakan di Bab I, Rumusan Masalah Penelitian dan Penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini adalah: Bagaimana tanggungjawab hukum operator sellular sebagai

Landlord, atau pihak penyelenggara2 telekomunikasi, dalam hubungan hukum

dengan pelanggan3 sebagai penyewa (tenant)?.

Rumusan permasalahan itu mengandung konsep ―bagaimana‖. Oleh

sebab itu, soalnya adalahapakah yang dimaksudkan dengan konsep kata tanya

―bagaimana‖,dalam rumusan masalahBagaimana tanggung jawab penyelenggara

atau operator telepon sellular sebagai Landlord itu dapat dijelaskan dengan

mem-break-downrumusan masalah dalam kalimat tanya itu dengan pertanyaan-

pertanyaan yang lebih rinci yaitu misalnya: (1) dapatkan operator telepon

sellular disebut sebagai pihak (the party to contract) dalam hubungan hukum

sewa-menyewa atau hubungan hukum Landlord and Tenant?; (2) apakah

rasionalisasi atau alasan pembenar yuridis bahwa operator telepon sellular itu

sejatinya adalah pihak Landlord dalam hubungan hukum Landlord and Tenant?:

(3) apabila operator telepon selluar itu adalah pihak (the party to contract) yang

disebut Landlord; maka, apa sajakah kewajiban atau tanggung jawab yang harus

si operator telepon selluar sebagai Landlord itu pikul dalam suatu hubungan

2UU Telekomunikasi, Pasal 1 Ayat (7) mendefinisikan penyelenggara telekomunikasi sebagai

perseorangan, koperasi, Badan Usaha Milik Daerah BUMD), Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara.

Pasal tersebut juga tidak secara eksplisit menyatakan bahwa penyelenggara telekomunikasi itu

merupakan Landlord atau pemberi sewa telekomunikasi kepada pihak pelanggan (tenant).

3Seperti sudah dikemukakan dalam catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi ini, UU

Telekomunikasi, Pasal 1 Ayat (7) mendefinisikan penyelenggara telekomunikasi sebagai

perseorangan, koperasi, Badan Usaha Milik Daerah BUMD), Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara.

Pasal tersebut juga tidak secara eksplisit menyatakan bahwa penyelenggara telekomunikasi itu

merupakan Landlord atau pemberi sewa telekomunikasi kepada pihak pelanggan (tenant).

Page 3: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

3

hukum sewa-menyewa telekomunikasi?; (4) kapankah tanggung jawab operator

telepon sellular sebagai pihak Landlord itu dimulai dan kapankah tanggung

jawab seperti itu berakhir? (5) bagaimanakah cara hukum menyediakan jalan

penyelesaian kepada pihak Tenant untuk meminta pertanggungjawaban si pihak

Landlord manakala si pihak Landlord itu diduga merugikan kepentingan atau

hak-hak si pihak Tenant?; (6) apakah sifat dari pertanggungjawaban pihak

Landlordkepada si pihak Tenant itu? Apakah sifat pertanggungjawaban tersebut

adalah privat ataukah sifat pertanggungjawaban publik yang dituntut dari pihak

Landlord ataukah justru sifat pertanggungjawaban Landlord itu adalah suatu

pertanggungjawaban hybrid –campuran privat-publik— yang merupakan sifa-

sifat ―antara‖ publik dan sifat keperdataan?dan sebagainya. Semua jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan di atas Penulis sebut sebagai jawaban atas pertanyaan

―bagaimana‖ di balik rumusan permasalahan sebagaimana telah Penulis

kemukakan di atas.Tambahan pula, dengan dengan demikian menjelaskan

―bagaimana‖ pertanggungjawaban operator telepon sellular sebagai Landlord

dalam hubungan hukum sewa-menyewa telekomunikasi dengan pihak Tenant

sebagai pihak (the other party to contract) pelanggan jasa telekomunikasi.Sesuai

dengan judul Bab II di atas, maka jawaban-jawaban itu pertama-tama harus

dicari secara konsepsional. Yang Penulis maksudkan sebagai pencarian atau

penyelidikan konsepsional untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagaimana

sebagian besar dirinci di atas itu adalah studi (research) kepustakaan.

Selanjutnya dalam bagian analisis, dengan memedomani atau menjadikan tolak

ukur jawaban yang melukiskan ―bagaimana‖ pertanggungajwaban pihak

Page 4: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

4

operator telepon sellular yang teoretis hasil temuan di dalam kepustakaan itu

dicari lagi kaedah-kaedah yang sama memanifestasikan diri dalam putusan-

putusan pengadilan yang menjadi satuan amatan Skripsi ini. Gambaran atas hasil

pencarian segala sesuatu di balik konsep ―bagaimana‖ dalam rumusan masalah

Bagaimana pertanggungjawaban pihak operator telepon sellular yang ditemukan

dalam putusan-putusan tersebut, Penulis sebut sebagai suatu analisis.Hasil dari

analisis itu kemudian Penulis distilasi atau ambil intisarinya dan dirumuskan

sebagai simpulan-simpulan, bagian yang dibutuhkan sebagai temuan penelitian

Skripsi ini.

2.1. Hubungan Hukum Landlord dan Tenant Sebagai Hubungan Sewa

Menyewa

Di atas telah Penulis dalilkan bahwa pada prinsipnya hubungan hukum

Landlord and Tenant yang merupakan suatu institusi hukum di Inggris, terutama

di Skotlandia itu sejatinya atau pada hakikatnya apabila ditransposisikan adalah

merupakan hubungan hukum yang identik dengan hubungan hukum sewa-

menyewa sebagaimana diatur dan dikenal dalam KUHPerdata Indonesia.

Hanya saja, ada aspek-aspek tertentu yang unik dalam kedua institusi

hukum yang sejenis dan berlaku di negara-negara yang berbeda itu. Keunikan itu

adalah bahwa sekalipun institusi hukum Landlord and Tenant tersebut berlaku

dalam suatu sistem hukum yang agrarisdan feodal di Inggris dan terutama

Skotlandia, namun, di sana, di kedua negara itu, institusi tersebut berkembang

sehingga dapat juga dipergunakan secara konstruktif pula untuk memahami

Page 5: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

5

kaedah yang sama mengatur hubungan hukum di luar bidang-bidang agraris,

seperti yang dibicarakan Skripsi ini; yaitu dalam bidang telekomunikasi.

Studi terhadap satuan amatan4 yang ada juga membuktikan bahwa dalam

Undang-undang Telekomunikasi dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik5 di

Indonesia keunikan itu muncul pula.Hanya saja, ketiadaan kepustakaan6 yang

menjelaskan mengenai hal itu telah menyulitkan Penulis untuk memberikan

pembenaran kepustakaan atau konsepsional dan teoritis mengenai dalil yang

dikemukakan oleh Penulis tersebut. Sekalipun begitu, dalam satuan amatan studi

perbandingan (transposition) Skripsi ini dapat ditemukan bahwa keunikan dalam

hubungan hukum Landlord and Tenant yang berlaku di Inggris dan terutama

Skotlandia tersebut, dimana hubungan hukum itu juga dapat diterapkan dalam

bidang telekomunikasi dan transaksi elektronik juga berlaku di luar bidang

pertanahan yang agraris, dalam hal ini mengatur pula bidang telekomunikasi di

Indonesia. Dalam UU Telekomunikasi dirumuskan bahwa:

―Penyelenggara jasa telekomunikasi dalam menyelenggarakan jasa

telekomunikasi, menggunakan dan atau menyewa jaringan

4

Mengenai satuan amatan perundang-undangan dari Skripsi ini, lihat Bab I, sub judul:

Metodologi Penelitian, hal. 21-22

5Sebetulnya, secara eksplisit UU ITE tidak memberi isyarat seperti itu, hanya saja, dengan

berlakunya asas konvergensi antara UU ITE dan UU Telekomunikasi di Indonesia dan juga

kecenderungannya di dalam Literatur Internasional, maka Penulis berpendapat bahwa hubungan

hukum Landlord and Tenant yang ada di dalam kedua bidang yang saling berkaitan erat itu yaitu

Telekomunikasi dan ITE harus ada.

6Penulis berterima kasih, bahwa ditengah kesulitan untuk memperoleh rujukan kepustakaan

tersebut Bapak Jeferson Kameo telah mengijinkan Thesis Ph.D yang tidak dipublikasikan dalam

bidang ini dijadikan referensi.

Page 6: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

6

telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi‖7

.

Dalam Penjelasan UU Telekomunikasi juga diatur

bahwa:―Penyelenggara jasa telekomunikasi dapat menggunakan

jaringan yang dimilikinya dan atau menyewa dari penyelenggara

telekomunikasi lain. Jaringan telekomunikasi yang disewa pada

dasarnya digunakan untuk keperluan sendiri, namun apabila

disewakan kembali kepada pihak lain, maka yang menyewakan

kembali tersebut harus memperoleh izin sebagai penyelenggara

jaringan telekomunikasi‖.

Dalam rumusan Pasal 9 Ayat (2) UU Telekomunikasi tersebut

dapat ditarik 2 unsur dari perjanjian sewa-menyewa jaringan

telekomunikasi.Unsur pertama merupakan suatu perjanjian (kontrak) antara

pihak penyewa dan pihak yang menyewakan.Unsur yang kedua adalah

obyek sewa yaitu jaringan telekomunikasi. Pasal 27 Ayat 1 UU

Telekomunikasi jo Pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 52 tahun

2000 tentang Penyenggaraan Telekomunikasi juga telah menambahkan

satu unsur dalam perjanjian sewa-menyewa jaringan telekomunikasi yaitu

adanya tariff sewa jaringan dalam hubungan hukum sewa menyewa

tersebut.8

Disamping rumusan ketentuan sebagiamana telah dikemukakan di

atas, tanda-tanda akan dipergunakannya institusi Landlord and Tenant

yang oleh Penulis telah diidentikkan dengan hubungan hukum sewa-

menyewa itu dalam bidang telekomunikasi juga nampak dalam UU

7Lihat UU Telekomunikasi Pasal 9 Ayat (2).

8 Lihat Pasal 27 Ayat 1 (1) UU Telekomunikasi joPasal 35 Ayat (1) PP Nomor 52 Tahun 2000

Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi.

Page 7: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

7

Telekomunikasi, terutama dalam Pasal 1 Ayat (11). Dalam Pasal itu,

hubungan sewa-menyewa tidak hanya berlaku antara para penyelenggara

jasa telekomunikasi (operator telepon seluler) dan penyelenggara jaringan

telekomunikasi tetapi juga meliputi hubungan hukum antara pengguna jasa

telekomunikasi yang di dalamnya adalah pelangggan sebagai (Tenant)

dengan operator telepon selluler sebagai pemberi sewa yang disebut

dengan Landlord.

Dengan memperhatikan perspektif konsepsional seperti telah Penulis

kemukakan di atas itu maka terjawablah sudah pertanyaan pertama yang sudah

lebih dahulu Penulis rinci dalam kaitannya dengan apa yang ada di balik konsep

―bagaimana‖ di dalam rumusan masalah Skripsi ini sebagaimana dikemukakan

di atas yaitu: dapatkan operator telepon sellular disebut sebagai pihak dalam

hubungan hukum sewa-menyewa atau hubungan hukum Landlord and Tenant?.

Jawabannya adalah dapat. Uraian itu juga dengan demikian menjawab

pertanyaan yang kedua di atas, yaitu: apakah rasionalisasi atau alasan pembenar

yuridis bahwa operator telepon sellular itu sejatinya adalah pihak Landlord

dalam hubungan hukum Landlord and Tenant? Rasionalisasi atau alasan

pembenar yuridis itu adalah Undang-undang Telekomunikasi dan UU ITE yang

berlaku di Indonesia saat ini.

Perlu Penulis tekankan di sini bahwa kedua Undang-undang tersebut (UU

ITE dan UU Telekomunikasi) berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya

karena kedua undang-undang itu harus tunduk kepada asas konvergensi yang

Page 8: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

8

dikenal dan disebutkan secara eksplisit di dalam kedua undang-undang tersebut.

Itu berarti bahwa baik hubungan hukum telekomunikasi antara operator telepon

selluler dengan pelanggannya tunduk kepada ketentuan umum mengenai sewa-

menyewa (Landlord and Tenant) dan juga semua ketentuan khusus yang

mengatur mengenai kedua bidang itu di dalam kedua undang-undang tersebut

dan di dalam kaitannya dengan ketentuan-ketentuan lainnya di dalam sistem

hukum positif yang berlaku di Indonesia.

Unsur dalam hubungan hukum sewa menyewa dalam telekomunikasi

adalah suatu perjanjian (a contract), jaringan telekomunikasi, tarif sewa jaringan,

dan jangka waktu sewa jaringan serta yang tidak kalah penting adalah para pihak

yang mempunyai kecakapan (capacity) dan kekuasaan (power) untuk melakukan

hubungan hukum tersebut.Perjanjian sewa menyewa jaringan telekomunikasi

merupakan suatu perjanjian antara penyelenggara telekomunikasi dan

pelanggan.Dengan adanya perjanjian di antara para pihak tersebut maka terdapat

keharusan yang melekat pada kedua pihak yang telah mengikatkan

diri.Keharusan disini adalah keharusan bagi penyelenggara jaringan

telekomunikasi untuk memberikan hak atas kenikmatan dari jaringan/jasa

telekomunikasi yang disewakan dan sekaligus keharusan bagi pelanggan untuk

membayar sewa tarif jaringan tersebut sebagai kontra prestasi dalam jangka

waktu yang telah disepakati kedua pihak atau berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku sebagai hukum positif.9

2.1.1. Pengertian Landlord dan Tenant (the Parties to Contract)

9 Caesar,op cit., hal.,38.

Page 9: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

9

Dalam penelitian ini, Penulis hendak mengatakan bahwa hubungan

antara landlord dan tenant adalah juga merupakan hubungan hukum antara

pelaku usaha di satu sisi dengan pihak konsumen di sisi yang lain. Dalam hal ini

penyelenggara telekomunikasi berkedudukan selaku pelaku usaha adalah

Landlorddan pelanggan sebagai konsumen adalah pihak Tenant.Dalam kaitan

dengan itu penyelidikan Penulis atas Blacks Law sebagai suatu kepustakaan,

ditemukan penjelasan mengenai pengertian landlord10

yaitu who are leases real

property to another dan tenant11

one who holds or possesses lands or tenements

by any kind of right or title. Dijelaskan pula mengenai hubungan antara landlord

dan tenant, yaitu:

―The legal relationship between the lessor and lessee of real estate.

The relationship is contractual, created by a lease (or agreement

for lease) for a term of years, from year to year, for life, or at will,

and exists when one person occupies the premises of another with

the lessors permission or consent, subordinated to the lessor’s title

or rights. There must be a landlord’s resersion, a tenant’s estate,

transfer of possession and control of the premises, and (generally)

an express or implied contract”.12

Sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas, hubungan hukum sewa-

menyewa tersebut, secara konstruktif dapat pula ditemukan dalam rumusan

ketentuan Pasal 9 Ayat (2) UU Telekomunikasi yang menjelaskan

10

Black, Henry Campbell,” Black’s Law Dictionary“, St Paul Minn: West Publishing Co.,1990.

Hal., 878.

11

Ibid.,hal.,1466.

12

Ibid.,hal.,878.

Page 10: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

10

bahwa:―Penyelenggara jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 Ayat (1) dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi, menggunakan

jasa dan/atau menyewa jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan

telekomunikasi‖

Selanjutnya, dalam bagian penjelasan Pasal 9 (2) UU tersebut di atas

dikatakan bahwa penyelenggara jasa telekomunikasi yang memerlukan jaringan

telekomunikasi dapat menggunakan jaringan yang dimilikinya atau menyewa

dari penyelenggara jasa telekomunikasi lainnya.Jaringan telekomunikasi yang

disewa pada dasarnya digunakkan untuk keperluan sendiri, namun apabila

disewakan kembali (sub-lease) kepada pihak lain, maka yang menyewakan

kembali tersebut harus mempunyai ijin sebagai penyelenggara jaringan

telekomunikasi.13

Sedangkan pengertian Pelanggan dalam UU Telekomunikasi

adalah Perseorangan, Badan Hukum, Instansi Pemerintah yang menggunakan

jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi berdasarkan

kontak.14

Dalam pengertian ini, dapat diketahui bahwa hubungan hukum yang

terjadi antara penyelenggara operator dan pelanggan adalah hubungan kontrak,

dalam hal ini kontrak/ perjanjian sewa-menyewa atau ditransposisikan sebagai

hubungan hukum Landlord and Tenant.

13

Lihat Penjelasan Pasal 9 ayat (2) UU Telekomunikasi.Dalam hal ini, penulis berpendapat

bahwa yang dimaksud dengan pihak lainnya diantaranya adalah pihak Pelanggan jasa

telekomunikasi.

14

Lihat Pasal 1 Angka (9) UU No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

Page 11: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

11

2.1.2. Tinjauan Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa

Sebelum memahami pengertian dari perjanjian sewa-menyewa yang

telah Penulis transposisikan sama dengan hubungan hukum Landlord and

Tenant, maka berikut ini apa yang dimaksudkan dengan perjanjian pada

umumnya. Di dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

memberikan definisi mengenai perjanjian sebagai berikut: Suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih.15

Kata perbuatan pada perumusan tentang

persetujuan sebagai yang disebutkan dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata lebih tepat kalau diganti atau dipahami dengan kata perbuatan

hukum/tindakan hukum mengingat bahwa dalam suatu perjanjian, akibat hukum

yang muncul memang dikehendaki para pihak.16

Kata perbuatan itu dalam

Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum sama dengan konsep to do, to give, not to

do atau not to give sebagaimana dirumuskan dalam pengertian Kontrak sebagai

nama ilmu hukum berikut ini:

“It is the group of kinds of obligations all concerned with legal

duties undertaken by persons, by promises to, or agreement with,

another, to give or do or refrain from doing something to or for

15

Lihat Pasal 1313, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

16

J. Satrio, Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), Cet. 1, Bandung , Citra Aditya

Bakti, 1992, Hal., 7.

Page 12: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

12

another, or with legal duties imposed by law to give or do

somenthing to or for another where justice requires it hhough there

is no promise”17

. (Maksudnya, Segenap kewajiban bagi setiap

orang berjanji atau bersepakat dengan orang lain untuk

memberikan, atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap

atau untuk orang lain tersebut, atau berkenaan dengan segenap

kewajiban yang dituntut oleh hukum kepada setiap orang untuk

memberikan atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau

untuk orang lain apabila keadilan menghendaki meskipun tidak

diperjanjikan sebelumnya18

”).

Rumusan yang diberikan dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata tersebut hendak memperlihatkan bahwa suatu perjanjian

adalah:19

Suatu perbuatan;Antara sekurangnya 2 (dua) orang;Perbuatan tersebut

melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang berjanji tersebut.

Selain yang diberikan oleh Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, beberapa sarjana juga memberikan perumusan mengenai perjanjian.

Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan

atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hukum

pada satu pihak untuk memperoleh prestasi sekaligus mewajibkan para pihak

17

Lihat definisi Konrak oleh Jeferson Kameo Ph.D., dalam Thesis Doktor berjudul: A

Comparative Study of the Indonesian Law of Leases with Reference to Scottish Law of Leases as

a Model for Reform of Its Indonesian Counterparts‖, June 2005, Faculty of Law and Financial

Studies University of Glasgow, Scotland. tidak dipublikasikan.

18

Terjemahan diambil dari buku yang ditulis penulis yang sama, Kontrak Sebagai Nama Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, hal., 2.

19

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Cet. 1, Jakart,

Raja Grafindo Persada, 2003, Hal., 7.

Page 13: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

13

lain untuk menunaikan prestasi.20

Wirjono Prodjodikoro mengartikan perjanjian

sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak

dimana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal

atau untuk tidak melakukan sesuatu hal.21

Menurut Abdul Kadir Muhammad,

perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling

mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta

kekayaan.22

Menurut Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang saling berjanji

untuk melaksanakan sesuatu hal.23

Perjanjian merupakan sumber yang

menimbulkan perikatan.Selain perjanjian, perikatan juga dapat timbul dari

Undang-Undang.Suatu perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua

orang atau dua pihak yang mengadakan perjanjian.24

Pada umumnya perikatan

yang lahir dari perjanjian merupakan yang paling banyak terjadi dalam

kehidupan manusia sehari-hari. Eksistensi perjanjian sebagai salah satu sumber

perikatan dapat kita temui landasannya pada ketentuan Pasal 1233 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan

dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena Undang-Undang.25

20

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. 1, Alumni, Bandung, 1986, hal.,6.

21

R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bale, Bandung,1989, hal., 9.

22

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, bandung, 1993, hal., 78.

23

R. Subekti,Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002, hal.,1.

24

Ibid.,hal.,4.

25

Lihat Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

Page 14: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

14

Dari Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat

dikatakan bahwa, Pasal itu mengandung suatu pernyataan bahwa kita

diperbolehkan membuat perjanjian apa saja dan itu akan mengikat kita

sebagaimana mengikatnya Undang-Undang. Prinsip yang terkandung dalam

ketentuan di atas, jelaslah bahwa suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan dan

dapat pula dalam bentuk tulisan.Jika dibuat secara tertulis, hal ini bersifat

sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan di kemudian hari. Pasal

1338 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan: Suatu

perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak,

atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang dinyatakan cukup untuk

itu. Ada persetujuan-persetujuan dimana untuk setiap salah satu pihak

menimbulkan suatu kewajiban yang berkelanjutan, misalnya: sewa

menyewa.26

Selain itu, Perjanjian menurut Black’s Law Dictionary adalah:

“Contract : an agreement between two or more persons which creates an

obligation to do or not to do a peculiar thing”.27

Sementara itu dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata menyebutkan: Semua perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad

baik, dan hakim diberikan kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan suatu

perjanjian, jangan sampai pelaksanaan itu melanggar kepatutan dan keadilan.28

26

R. Setiawan, Op. Cit, hal., 64

27

Black’s Law , Op Cit. hal., 322.

28

R. Subekti, Op. Cit, hal.,41.

Page 15: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

15

Salah satu bentuk dari perjanjian adalah sewa-menyewa.Perjanjian sewa-

menyewa dalam bahasa Belanda disebut dengan huur en verhuur. Sedangkan

dalam bahasa Inggris sewa menyewa disebut dengan rent atau hire. Dari

pengertian leksikal kata sewa dan menyewa tersebut dapat mendekati hakikat

sewa menyewa sebagai suatu hubungan hukum yang termasuk dalam perjanjian

timbal balik.29

Unsur-unsur sewa menyewa terdiri dari 3 unsur.Petama, sewa

menyewa mengandung suatu persetujuan antara pihak yang menyewakan (pada

umumnya pihak pemilik barang) dengan pihak penyewa, pihak yang

menggunakan (use)30

barang.Kedua, pihak yang menyewakan menyerahkan

sesuatu barang kepada si penyewa untuk sepenuhnya dinikmati (volledige

genot).31

Perjanjian sewa menyewa adalah sebagai salah satu bentuk perjanjian

yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan merupakan

perjanjian timbal balik yang selalu mengacu kepada asas konsensualitas atau

berdasarkan kesepakatan para pihak dan merupakan salah satu jenis perjanjian

yang sering terjadi dalam kehidupan di masyarakat.32

Perjanjian sewa menyewa

29

Caesar Wauran, Op. Cit., hal.,15.

30

Kata use ini sama dengan kata menggunakan yang ada di dalam UU Telekomunikasi, terutama

ketika UU itu berusaha untuk mendefinisikan pihak-pihak yang ada di dalam hubungan hukum

dengan obyek telekomunikasi, misalnya yang terdapat di dalam Pasal 1 Ayat (11). Itulah

sebabnya, menurut pendapat Penulis, dan juga didukung oleh pendapat yang didasarkan atas

pengkajian mendalam oleh beberapa penulis Skripsi terdahulu seperti Caesar Wauran SH.,

penggunaan kata ―use” sebagai inti dari institusi sewa-menyewa atau Landlord and Tenant oleh

UU Telekomunikasi merupakan isyarat eksplisit bahwa hubungan hukum dalam bidang

telekomunikasi maupun ITE itu adalah hubungan hukum sewa-menyewa.

31

Caesar,Op.Cit.,hal., 15.

32

R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perjanjian dan Perikatan, Pradya Paramita, Jakarta, 1987,

hal., 53.

Page 16: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

16

diatur dalam ketentuan Buku Ketiga Bab Ketujuh Pasal 1548 sampai pasal 1600

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.33

Perjanjian sewa-menyewa pada dasarnya tergolong dalam jenis

perjanjian untuk memberikan/menyerahkan sesuatu yang diatur dalam Buku III

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berdasarkan ketentuan Pasal 1548 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, yang dimaksud dengan sewa-menyewa adalah

suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk

memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu barang selama suatu

waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak tersebut

terakhir itu disanggupi pembayarannya.34

Perjanjian sewa-menyewa termasuk

dalam perjanjian bernama.Perjanjian ini adalah suatu perjanjian konsensual,

artinya perjanjian ini sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya

kesepakatan mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga.Peraturan

tentang sewa-menyewa ini berlaku untuk segala macam sewa-menyewa,

mengenai semua jenis barang, baik barang bergerak maupun tidak bergerak,

yang memakai waktu tertentu maupun yang tidak memakai waktu tertentu,

karena waktu tertentu bukan syarat mutlak untuk perjanjian sewa menyewa.35

Menurut Subekti perjanjian sewa menyewa adalah:

“Suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan

menyerahkan suatu benda untuk dipakai selama suatu jangka waktu

33KUHPerdata.

34

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermasa, 2002, hal.,123.

35

R. Subekti, Op. Cit, hal., 1.

Page 17: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

17

tertentu sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar

harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu pada waktu-waktu

yang ditentukan”.36

Adapun pengertian perjanjian sewa-menyewa menurut M. Yahya

Harahap adalah sebagai berikut: ―Perjanjian sewa-menyewa adalah persetujuan

antara pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa. Pihak yang

menyewakan atau pemilik menyerahkan barang yang hendak disewa kepada

penyewa untuk dinikmati sepenuhnya‖.37

Asas-asas hukum perjanjian sewa-menyewa tercantum dalam Pasal 1548

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa sewa-menyewa

merupakan suatu perjanjian dimana terdapat pihak-pihak yang mengikatkan diri

yang saling memberi prestasi dan tegen prestasi yaitu pihak yang menyewakan

memberikan kenikmatan atas sesuatu barang kepada pihak yang lain selama

suatu waktu tertentu dan pihak penyewa memberikan tegen prestasi berupa

pembayaran sesuatu harga yang disanggupi dan merupakan kesepakatan antara

kedua belah pihak. Di dalam asas hukum perjanjian sewa menyewa tersebut di

atas terdapat unsur-unsur dari sewa menyewa yang antara lain adalah‖

Merupakan suatu perjanjian;Terdapat pihak-pihak yang mengikatkan diri;Pihak

yang satu memberikan kenikmatan atas sesuatu barang kepada pihak yang lain

selama suatu waktu tertentu dan pihak yang lain membayar pada sesuatu harga

atas kenikmatan yang diperolehnya dari barang tersebut.

36

Ibid., hal.,164. 37

M. Yahya Harahap,Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982, hal.,220.

Page 18: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

18

2.1.3. Telekomunikasi Sebagai Obyek Hubungan Hukum Landlord and Tenant

Dalam perjanjian sewa menyewa ditemui adanya sesuatu yang menjadi

objek. Pada dasarnya apa yang menjadi objek sewa menyewa adalah apa yang

merupakan objek hukum. Jadi objek sewa menyewa adalah merupakan objek

hukum. Yang dimaksud dengan objek hukum (recht subject) adalah: segala

sesuatu yang bermanfaat dan dapat dikuasai oleh subjek hukum serta dapat

dijadikan objek dalam suatu hubungan hukum.38

Demikian pula halnya dengan

yang terjadi dalam perjanjian sewa menyewa ini meliputi segala jenis benda baik

benda bergerak maupun benda tidak bergerak asal tidak dilarang oleh Undang-

Undang dan ketertiban umum.

Hakikat perjanjian sewa menyewa konvensional terdiri dari 4 unsur,

yaitu: merupakan suatu perjanjian, terdapat kenikmatan suatu barang, harga

sewa dan jangka waktu sewa. Unsur-unsur perjanjian sewa menyewa

konvensional tersebut memiliki kesamaan dengan unsur-unsur sewa menyewa

dalam telekomunikasi yakni merupakan suatu perjanjian, tarif sewa dan jangka

waktu sewa.Dalam perjanjian sewa menyewa telekomunikasi, hak atas

kenikmatan yang diberikan adalah hak atas kenikmatan untuk menikmati

jaringan telekomunikasi.Jaringan telekomunikasi merupakan obyek dari

hubungan hukum sewa menyewa.Sehingga dapat dikategorikan disini bahwa

jaringan telekomunikasi merupakan sebuah unsur esensial dalam hubungan

38

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta, Liberty, 1999,

hal.,68.

Page 19: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

19

hukum atau kontrak sewa-menyewa dalam jaringan telekomunikasi landlord dan

tenant.39

2.2. Presumtion of Liability Principle, Hubungan Hukum Landlord dan

Tenant

Dalam hukum, setiap tuntutan pertanggungjawaban harus mempunyai

dasar, yaitu hal yang menyebabkan seseorang harus (wajib) bertanggung

jawab.Dasar pertanggungjawaban itu menurut hukum perdata adalah kesalahan

dan risiko yang ada dalam setiap peristiwa hukum.

Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus

hukum, yaitu liability dan responsibility.Liability merupakan istilah hukum yang

luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang

pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan

kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan,

biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-

undang.Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu

kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan

meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang

dilaksanakan.Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability

menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat

39

Caesar,Op.Cit., hal 39.

Page 20: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

20

kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility

menunjuk pada pertanggungjawaban politik.40

Prinsip tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dalam

hukum perlindungan konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen merupakan

golongan yang rentan dieksploitasi oleh pelaku usaha, sehingga dalam hal

terdapat kasus-kasus pelanggaran hak konsumen diperlukan kehati-hatian dalam

menentukan siapa yang bertanggung jawab. Ada beberapa asas dari

perlindungan konsumen dalam UU Perlindungan Konsumen, yaitu:Untuk

mendapatkan keadilan;Untuk mencapai asas manfaat;Untuk mencapai asas

keseimbangan; Untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan

konsumen;Untuk mendapatkan kepastian hukum.

Dalam hukum, setiap tuntutan pertanggungjawaban harus mempunyai

dasar, yaitu hal yang menyebabkan seseorang harus (wajib) bertanggung

jawab.Dasar pertanggungjawaban itu menurut hukum perdata adalah kesalahan

dan risiko yang ada dalam setiap peristiwa hukum. Secara teoritis

pertanggungjawaban yang terkait dengan hubungan hukum yang timbul antara

pihak yang menuntut pertanggungjawaban dengan pihak yang dituntut untuk

bertanggung jawab dapat dibedakan menjadi:41

40

Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.,335-

337.

41

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2006, hal., 101.

Page 21: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

21

Pertanggungjawaban atas dasar kesalahan, yang dapat lahir karena

terjadinya wanprestasi, timbulnya perbuatan melawan hukum, tindakan yang

kurang hati-hati.Pertanggungjawaban atas dasar risiko, yaitu tanggung jawab

yang harus dipikul sebagai risiko yang harus diambil oleh seorang pengusaha

atas kegiatan usahanya.Terkait dengan pertanggungjawaban didalamnya terdapat

prinsip tanggung jawab yang merupakan perihal yang sangat penting dalam

hukum perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen,

diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung

jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak

terkait.42

Secara umum, terdapat beberapa prinsip-prinsip tanggung jawab dalam

hukum yang dapat dibedakan sebagai berikut:Kesalahan (liability based on

fault). Prinsip ini mengatakan bahwa seseorang baru dapat dimintakan

pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang

dilakukan.Prinsip ini dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) dipegang secara teguh. Pasal 1365 KUHPerdata yang dikenal

sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya

empat unsur pokok yaitu:Adanya perbuatan melanggar hukum; perbuatan

melanggar hukum dapat berupa melanggar hak orang lain, bertentangan dengan

kewajiban hukum si pembuat, berlawanan dengan kesusilaan dan berlawanan

dengan sikap hati-hati yang seharusnya diindahkan dalam pergaulan masyarakat

42

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia , PT Grasindo, Jakarta, 2000 , hal., 59.

Page 22: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

22

terhadap diri atau benda orang lain.43

Adanya unsur kesalahan; kesalahan ini

mempunyai tiga unsur yaitu:44

perbuatan yang dilakukan dapat disesalkan;

perbuatan tersebut dapat diduga akibatnya (dalam arti objektif sebagai manusia

normal dapat menduga akibatnya dan dalam arti subjektif: sebagai seorang ahli

dapat menduga akibatnya); dapat dipertanggungjawabkan: debitur dalam

keadaan cakap; Adanya kerugian yang diderita; Pengertian menurut

Nieuwenhuis adalah berkurangnya harta kekayaan pihak yang satu yang

disebabkan oleh perbuatan (melakukan atau membiarkan) yang melanggar

norma oleh pihak lain. 45

Kerugian yang diderita seseorang secara garis besar

dapat dibagi atas dua bagian yaitu kerugian yang menimpa diri dan kerugian

yang menimpa harta benda seseorang, sedangkan kerugian harta benda sendiri

dapat berupa kerugian nyata yang dialami serta kehilangan yang diharapkan.46

Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.Prinsip ini dapat

diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti

kerugian bagi pihak korban. Artinya tidak jika orang yang tidak bersalah harus

mengganti kerugian yang diderita orang lain. Dan beban pembuktiannya ada

pada pihak yang mengakui mempunyai suatu hak, dalam hal ini adalah

penggugat.

43

Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Press, Jakarta,

2004, hal.,130.

44 Purwahid Patrick, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang Lahir dariPerjanjian dan

Undang-Undang), Mandar Maju, Bandung, 1994, hal,.10-11.

45

Nieuwenhuis, Pokok-pokok Hukum Perikatan, terjemahan Djasadin Saragih, Universitas

Airlangga, Surabaya, 1985, Hal., 57. 46

Ibid..hal. 60.

Page 23: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

23

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab

sampai ia dapat membuktikan kalau ia tidak bersalah. Beban pembuktian ada

pada si tergugat. Ini dikenal dengan istilah beban pembuktian terbalik. Dalam

prinsip beban pembuktian terbalik, seseorang dianggap bersalah sampai yang

bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya, hal ini tentu bertentangan dengan

asas hukum praduga tidak bersalah yang lazim dikenal dalam hukum namun jika

diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas ini cukup relevan karena

yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan (beban pembuktian) ada pada

pelaku usaha.Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya

dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan

demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan.Adalah prinsip

tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang

menentukan namun ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk

dibebaskan dari tanggung jawab misalnya keadaan memaksa/force majeur. Pada

prinsip ini hubungan kausalitas antara pihak yang bertanggung jawab dengan

kesalahannya harus ada.

Strict liability adalah bentuk khusus dari tort (perbuatan melawan

hukum), yaitu prinsip pertanggungjawaban dalam perbuatan melawan hukum

yang tidak didasarkan pada kesalahan (sebagaimana pada tort umumnya), tetapi

prinsip ini mewajibkan pelaku usaha langsung bertanggung jawab atas kerugian

yang timbul karena perbuatan melawan hukum itu.Dengan prinsip tanggung

jawab mutlak ini, maka kewajiban pelaku usaha untuk mengganti kerugian yang

diderita oleh konsumen karena mengonsumsi produk yang cacat merupakan

Page 24: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

24

suatu risiko, yaitu termasuk dalam risiko usaha.Karena itu, pelaku usaha harus

lebih berhati-hati dalam menjaga keselamatan dan keamanan pemakaian produk

terhadap konsumen.

Di Indonesia konsep strict liability (tanggung jawab mutlak, tanggung

jawab risiko) secara implisit dapat ditemukan di dalam pasal 1367 dan Pasal

1368 KUHPerdata.Pasal 1367 KUHPerdata mengatur tentang tanggung jawab

seseorang atas kerugian yang disebabkan oleh barang-barang yang berada di

bawah pengawasannya.Sedangkan Pasal 1368 KUHPerdata tentang tanggung

jawab pemilik atau pemakai seekor binatang buas atas kerugian yang

ditimbulkan oleh binatang itu, meskipun binatang itu dalam keadaan tersesat

atau terlepas dari pengawasannya.Keadaan tersesat atau terlepas ini sudah

menjadi faktor penentu tanggung jawab tanpa mempersoalkan apakah ada

perbuatan melepaskan atau menyesatkan binatangnya. Dengan perkataan lain,

pemilik barang dan pemilik atau pemakai binatang dapat dituntut

bertanggungjawab.47

Mengenai prinsip Pembatasan tanggung jawab (limitation of liability),

prinsip ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai

klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian

jasa laundry misalnya jika barang kita hilang atau rusak maka ganti kerugian

hanya dibatasi yaitu 10 kali dari biaya pencucia.Prinsip tanggung jawab ini

sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelakuusaha

47

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumendi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2006, hal.,115-119.

Page 25: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

25

dan dalam UUPK seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak

menentukan klausul yang merugikan konsumen termasuk membatasi maksimal

tanggung jawabnya, jika ada pembatasan mutlak harus berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.48

Sedangkan bentuk-bentuk tanggung jawab pelaku usaha dalam UU No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, antara lain:49

Contractual liability,

yaitu tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku

usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang

dan/atau jasa yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikannya.

Product liability, yaitu tanggungjawab perdata terhadap produk secara langsung

dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan

produk yang dihasilkan.Pertanggungjawaban produk tersebut didasarkan pada

perbuatan melawan hukum (tortius liability). Unsur-unsur dalam dalam tortius

liability antara lain adalah unsur perbuatan melawan hukum, kesalahan,

kerugian, dan hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan

kerugian yang timbul.Profesional liability, yaitu tanggung jawab pelaku usaha

sebagai pemberi jasa atas kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat

memanfaatkan atau menggunakan jasa yang diberikan.Criminal liability, yaitu

pertanggungjawaban pidana dari pelaku usaha sebagai hubungan antara pelaku

usaha dengan negara.

2.2.2.PertanggungjawabanLandlord dan Tenant dalam Telekomunikasi

48

Ibid.,hal.,98. 49

Edmon Makarim, Op.Cit, hal.,376-377.

Page 26: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

26

Seperti yang telah disampaikan bahwa dalam penelitian ini, yang akan

menjadi payung hukum adalah UU Telekomunikasi, UU ITE, UU Perlindungan

Konsumen. Ketiga peraturan ini menganut sistem pertanggungjawaba yang sama

yaitu Praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption of liability). Hal ini

terdapat secara eksplisit dalam masing masing ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dalam UU Telekomunikasi, terdapat pada Pasal 15:Atas kesalahan

dan atau kelalaian Penyelenggara Telekomunikasi yang menumbulkan kerugian,

maka pihak-pihak yang dirugikan berhak mengajukan tuntutan ganti rugi kepada

Penyelenggara Telekomunikasi;Penyelenggara Telekomunikasi wajib

memberikan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), kecuali

Penyelenggara Telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut

bukan diakibatkan oleh kesalahan dan atau kelalaiannya;Ketentuan mengenai

tata cara pengajuan dan penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada

Ayat (1) dan Ayat (2) diatur Peraturan Pemerintah.50

Dalam UU ITE Terdapat dalam Pasal 15 Ayat;Setiap Penyelenggara

Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan

aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik

sebagaimana mestinya.Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab

terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.Ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya

50

Lihat Pasal 15 UU No.No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

Page 27: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

27

keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem

Elektronik.51

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, terdapat dalam Pasal

19 yang mengatakan bahwa:Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti

rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.Ganti

rugi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau

penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau

perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundanganyang berlaku.Pemberian gantirugi dilaksanakan

dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.Pemberian ganti

rugi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) tidak menghapuskan

kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut

mengenai adanya unsur kesalahan.Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dan Ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa

kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.52

2.3. Hasil Penelitian Putusan-Putusan Tanggung Jawab Lanlord and Tenant

Menyusul gambaran studi kepustakaan mengenai pertanggungjawaban

landlord and tenant di atas, berikut di bawah ini gambaran mengenai hasil

penelitian putusan yang menjadi satuan amatan penelitian dan penulisan karya

51

Lihat Pasal 15 UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

52

Lihat Pasal 19 UUNo.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Page 28: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

28

tulis ilmiah kesarjanaan di bidang ilmu hukum ini.Putusan tersebut yaitu Putusan

MARI 2995, hasil dari suatu pemeriksaan perkara perdata dalam tingkat kasasi

antara Pemohon Kasasi. Uraian atas Putusan MARI 2995 itu dimaksudkan untuk

melihat bagaimana institusi Landlord ad Tenant itu diuji di dalam praktek yaitu

dalam sengketa antara pihak-pihak dalam institusi Landlord and Tenant dalam

bidang Telekomunikasi di Indonesia. Di sub-2.3.,dikemukakan posita sedangkan

dalam sub-judul 2.4.dikemukakan eksepsi yang dilancarkan oleh pihak Landlord

atas posita yang dibangun oleh si pihak Tenantketika perkara sedang berada di

tingkat sebelum Kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia.

2.3.1. Para Pihak dalam Hubungan Hukum Landlord and Tenant

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perkara perdata dimaksud

adalah pihak Tenant, yang dalam hal ini adalah Prof. Dr. Farouk

Muhammadbertempat tinggal di Jl. H. Mursid No. 33, RT.007/RW.004,

Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dalam hal ini

memberi kuasa kepadaMuhammad Jusril, SH.,dan kawan-kawan, Para

Advokat dan Para Kandidat Advokat, berkantor di Satori Cakra Optima, Jalan

Ciparahiang No.1, Cidangiang, Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Tengah, Kota

Bogor 16124, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 10 Juli 2012.

Sementara itu pihak lawan yaitu si pihak Landlorddalam hal ini operator

telepon seluler yaitu PT. TELEKOMUNIKASI SELLULAR

(TELKOMSEL), berkedudukan di Gedung Wisma Mulia Lantai G, Jl. Gatot

Subroto No. 42 Jakarta 12710, dalam hal ini memberi kuasa kepada:

Page 29: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

29

MARSELINUS KURNIA RAJASA, S.H., LL.M., dan kawan-kawan, Para

Advokat pada Kantor Hukum ―Rajasa Supriyadi & Hartanto‖, berkantor di

Atrium Setiabudi Lantai 2, Suite 206 B, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 62, Jakarta

12920 sebagai Termohon Kasasi dahulu Tergugat/Terbanding.

Dengan tetap pada perspektif hubungan hukum Landlord and Tenant

sebagaimana didalilkan oleh Penulis, maka menurut Mahkamah Agung,si pihak

Tenant sebagai Pemohon Kasasi dahulunyaadalah merupakan Penggugat. Si

pihak Tenant sebelumnya menggugat sekarang si Landlord yang adalah

Termohon Kasasi di muka persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Dalam gugatan di PN Jakarta Selatan itu pada pokoknya Prof. Dr. Farouk

Muhammad sebagai Tenant mengemukakan dalil-dalil bahwa dia adalah

pelanggan –dalam konteks Skripsi ini telah ditansposisikan sebagai Tenant—

Kartu Halo Pasca Bayar dengan Nomor 0811969697 (disebut Kartu Halo)

terhitung sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu dan si pihak Landlord

adalah pengelola operator selular terbesar di Indonesia –dalam konteks Skripsi

ini telah ditansposisikan sebagai Landlord— yang mengeluarkan produk Kartu

Halo tersebut.

2.3.2. Permasalahan Arrears53

dalam Hubungan Hukum Landlord and

Tenant

53

Arrears adalah terminologi khusus dalam hubungan hukum Landlord and Tenant di Skotlandia.

Sedangkan pengertian dalam bahasa Inggris Umum mengenai konsepsi itu adalah: ―Debts not

paid at the due date‖. Penulis terjemahkan dengan: ―Hutang yang tidak dibayarkan pada saat

jatuh tempo‖. Lihat pengertian seperti itu dalam J. Burke, Osborn’s Concise Law Dictionary Sixt

Edition, Sweet & Maxwell, London, 1976, hlm., 33.

Page 30: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

30

Menurut si pihak Tenant, sejak si Tenant menggunakan Kartu

Halotersebut, si Tenant tidak pernah mempunyai masalah yang berarti mengenai

pembayaran dan selalu membayar tagihan tepat waktu, artinya bahwa si Tenant

adalah pelanggan telekomunikasi yang bertanggungjawab akan kewajiban-

kewajibannya terhadap si pihak Landlord (PT. Telokomsel). Kemudian si

Tenant dikejutkan dengan tagihan bulan September 2009 sebesar tujuh juta tujuh

ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah, sedangkan biasanya

hanya sebesar satu juta lima ratus ribu rupiah. Pembengkakan biaya tersebut

ternyata kemudian diketahui oleh si Tenant merupakan biaya roaming

internasional di luar negeri, yaitu selama seminggu ketika si Tenant menjalankan

kewajiban agamanya di luar negeri.Terhadap tagihan tersebut, si Tenant telah

menugaskan dua orang stafnya untuk menyampaikan keberatan dan meminta

keringanan pembayaran kepada si pihak Landlord di Kantor Grapari Telkomsel,

Jalan Gatot Subroto. Si Tenant mendalilkan bahwa dia tidak memperoleh

informasi atau tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang besarnya biaya

roaming internasional di luar negeri, tetapi si pihak Landlord melalui petugasnya

hanya menyatakan bahwa pencarian informasi dimaksud menjadi kewajiban si

pihak Tenant sebagai pelanggan. Si Tenant juga mendalilkan bahwa tanggal 21

Oktober 2009 dia dengan penuh kesadaran dan itikad baik bersedia untuk

membayar tagihan –hal ini Penulis transposisikan sebagai tagihan sewa atau rent

dalam hubungan hukum Landlord and Tenant— sebesar tujuh juta tujuh ratus

lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah itu. Menurut aturan pada

Costumer Service si pihak Landlord disepakati keduanya pembayaran tagihan

Page 31: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

31

dapat diangsur maksimal sebanyak tiga kali dalam waktu tiga bulan. Penulis

melihat bahwa ada kesepakatan antara para pihak untuk mengubah ketentuan

perjanjian mereka mengenai arrears54

atau harga sewa atas penggunaan obyek

atau kenikmatan atas sewa (rent) yang terhutang.

Penulis juga berpendapat bahwa ungkapan dalam dalil si Tenant yang

ada di dalam Putusan MARI 2995 itu mengandung substansi hukum, yaitu

bahwa: ―menggunakan Kartu Halo‖, dapat dipersamakan dengan menyewa jasa

telekomunikasi yang dimiliki oleh si pihak Landlord, dalam hal ini PT.

Telkomsel. Kartu Halo itu ―sama dengan‖ dokumen perjanjian elektronik antara

Tenant, si pelanggan dengan si Landlord, dalam hal ini PT. Telkomsel.

Mengenai Kontrak Elektronik itu, dalam UU ITE Psal 1 Angka (7) diartikan

sebagai: ―Perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik. Dalam

Ayat (5) Psal 1 UU ITE, Sistem Elektronik itu diartikan sebagai serangkaian

perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,

mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,

mengumumkan, mengirimkan, dan atau menyebarkan Informasi elektronik.

Sementara itu, Pasal 1 Ayat (1) UU ITE mendefinisikan informasi elektronik

adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada

tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data intecchange (EDI),

surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecpy atau sejenisnya,

huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang

memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yag mampu memahaminya.

54

Arrears adalah harga sewa yang terhutang, istilah yang dipergunakan dalam hubungan hukum

sewa-menyewa di Inggris dalam institusi Landlord and Tenant.

Page 32: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

32

Penulis berpendapat bahwa nampaknya Kartu Halo itu berisi informasi

elektronik yang identik dengan telekomunikasi yang manfaatnya (use) atau

kenikmatannya disewa oleh si Tenant. UU Telekomunikasi Pasal 1 Angka (1)

mengartikan telekomunikasi sebagai hal yang mirip sekali dengan informasi

elektronik yang didefinisikan oleh UU ITE. Dalam Pasal 1 Ayat (1) UU

Telekomunikasi itu pembuat Undang-undang mengatakan bahwa telekomunikasi

adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap

informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi

melalui sistem kawat, optik, aau sistem elektromagnetik lainnya.

2.3.3. Rent Review dalam Hubungan Hukum Landlord and Tenant

Membedah Putusan MARI 2995 itu, Penulis memeroleh temuan bahwa

nampaknya hampir dapat Penulis pastikan jikalau ada semacam anggapan,

dalam hubungan hukum Landlord and Tenant antara Prof. Dr. Farouk

Muhammad dengan PT. Telkomsel telah terjadi pembaruan sewa (rent review)

antara si pihak Landlord dan Tenant menurut dalil si pihak Tenant atau kuas

hukumnya, dan kesepakatan itu telah dicapai. Hal itu dapat dilihat dari dalil

bahwa pada tanggal 21 Oktober 2009, si Tenant dengan kesadaran dan itikad

baik melakukan pembayaran atas arrears berupa angsuran sebesar lima juta

rupiah. Menurut pendapat Penulis dengan diterimanya hal ini maka ada

kesepakatan baru mengenai jangka waktu dan harga sewa dalam hubungan

hukum Landlord and Tenant itu. Itu berarti arrears yang tersisa adalah dua juta

tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah. Si pihak

Tenant berdalil bahwa dengan kesadaran dan itikad baik dia memenuhi

Page 33: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

33

kesepakatannya kepada si pihak Landlord, membayar arrearskepada si

Landlord secara mengangsur. Hal itu ditindaklanjuti kembali pada tanggal 20

November 2009 sebagai pembayaran (instalment) kedua, sebesar satu juta lima

ratus ribu rupiah, sisa pembayaran satu juta dua ratus lima puluh ribu tujuh ratus

enam puluh empat rupiah. Menurut si pihak Tenant, setelah pembayaran kedua

tersebut, pihak Landlordbaru memberikan formulir layanan pelanggan atas

namasi Tenantyang diterima pada tanggal 20 November 2009. Menurut dalil si

Tenant, saat pembayaran instalmentarrears kedua sebagaimana di atas, intinya

secara tertulis baik si pihak Tenantmaupun si pihak Landlord bersepakat bila si

Tenantdiberikan waktu untuk mencicil kewajibannya tersebut dalam waktu tiga

kali cicilan pembayaran selama 3 bulan tagihan terhitung sejak pembayaran

pertama tanggal 21 Oktober 2009. Dari formulir layanan pelanggan dimaksud

maka dapat diketahui bahwa batas terakhir cicilan yang harus dibayarkan adalah

selambat-lambatnya pada tanggal 21 Desember 2009, atau 3 bulan terhitung

sejak 21 Oktober 2009.

2.3.4. Dugaan Breach of Promisedalam Hubungan Hukum Landlord and

Tenant

Bahwa ternyata formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November

2009 yang menjadi Perjanjian dalam hal cicilan pembayaran antara si pihak

Tenant dan si pihak Landlord, menurut hal yang didalilkan si pihak

Tenantdisimpangi oleh si pihak Landlord. Dalam dalil si pihak Tenant, hal itu

(breach of promise) dalam hubungan hukum Landlord and Tenant itu terjadi

karena pada tanggal 14 Desember 2009 (sebelum jatuh tempo pembayaran

Page 34: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

34

cicilan ketiga), Kartu Halo milik Penggugat diblokir tanpa ada penjelasan dan

pemberitahuan terlebih dahulu dari pihak Tergugat, padahal menurutketentuan si

pihak Landlord, bahwa batas akhir pembayaran untuk Kartu Halo Penggugat

jatuh tempo pada setiap tanggal 20 bulan berjalan, bahkan jika sesuai dengan

kesepakatan yang tertuang dalam formulir layanan pelanggan di atas, batas

waktu cicilan pembayaran selama 3 bulan tagihan terhitung sejak pembayaran

pertama tanggal 21 Oktober 2009, maka menuut dalil si pihak Tenant, dia masih

mempunyai waktu sampai dengan tanggal 21 Desember 2009.

2.3.5. Dugaan Bad Faithdalam Hubungan Hukum Landlord and Tenant

Selain dugaan breach of promise sebagaimana telah didalilkan oleh si

pihak Tenant sebagaimana dikemukakan di atas, ada pula dalil lain dari si pihak

Tenant. Dalil tersebut yaitu bahwa menurut si pihak Tenant,jelas perbuatan si

pihak Landlord sebagai pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usaha mereka

telah beritikad tidak baik (bad faith).Menurut si pihak Tenant, yang dimaksud

dengan dugaaan beriktikad tidak baik itu adalah tidak memberikan informasi

yang benar, jelas dan jujur, atau informasi yang cukup khususnya tentang biaya

roaming internasional, tidak konsekuen dan konsisten untuk mematuhi janjinya

kepada Penggugat sebagaimana yang dimaksud di atas, sehingga tindakan itu

sangat nyata-nyata telah merugikan Penggugat. Di sini, ternyata menurut

pengamatan Penulis, breach of contract telah disamakan dengan bad faith,

setidak-tidaknya menurut dalil pihak Tenant, melalui kuasa hukumnya tersebut

di atas.

Page 35: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

35

Menurut dalil si pihak Tenant, atas kejadian tersebut, pada tanggal 16

Desember 2009, dia mengirimkan faksimile kepada si pihak Landlord, atas saran

petugas Costumer Service dari si pihak Landlordmelalui layanan 116 milik si

pihak Landlord apabila si pihak Tenant berkeinginan untuk membuka blokir

tersebut sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh petugas Costumer Service yang

tertuang dalam formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009.

Namun, menurut dalil si pihak Tenant, permintaan itu tidak ditanggapi sesuai

dengan komitmen. Sebaliknya, si pihak Landlord malah, menurut dalil si pihak

Tenant, justru memaksa dirinya membayar sisa cicilan terakhir terlebih dahulu

kalau blokir Kartu Halo milik si Tenant hendak dibuka.

2.3.6. Dugaan Melawan Hukum dalam Hubungan Hukum Landlord and

Tenant

Selain melakukan breach of contract, bad faith, si pihak Tenant juga

mendalilkan bahwa si pihak Landlord melakukan perbuaan melawan hukum

(PMH), dalam hal ini dapat dikualifikasi telah melakukan perbuatan yang

melanggar hak-hak si pihak Tenant selaku konsumen sebagaimana yang diatur

secara tegas dalam UU Perlindungan Konsumen, khususnya Pasal 4 huruf (a),

(c), (d), dan (g). Dengan perbuaan seperti itu si pihak Tenant juga mendalilkan

bahwa dia kehilangan hak atas kenyamanan, keamanan dalam mengkonsumsi

jasa yang diperdagangkan oleh para Landlord, dia juga tidak mendapat hak

informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi jasa yang telah

diperjanjikan oleh si pihak Landlord.Si pihak Tenant juga mendalilkan jikalau

dia kehilangan hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas jasa yang

Page 36: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

36

digunakan serta kehilangan hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar

dan jujur. Menurut dalil si pihak Tenant, perbuatan si Landlord itu tidak

memegang komitmen dengan kesepakatan tersebut di atas, jelas telah

menginjak-injak hak si Tenantselaku konsumen yang telah beritikad baik dalam

penyelesaian pembayaran tagihan Kartu Halo Penggugat, dengan dibuktikannya

pembayaran sebagaimana telah diuraikan di atas.

Selanjutnya si pihak Tenant juga mendalilkan bahwa kibat perbuatan

semena-mena si pihak Landlord yaitu pemblokiran sepihak Kartu Halo tersebut,

sangat menimbulkan rasa yang tidak nyaman kepada si pihak Tenant. Didalilkan

si pihak Tenant bahwa terlebih-lebih dia adalah termasuk pelanggan corporate

dari Kartu Halo dalam jajaran Perwira Tinggi pada Markas Besar Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Selanjutnya, nomor Kartu Halo Penggugat sudah

lama dikenal di kalangan kolega Penggugat sejak saat Penggugat menjadi Guru

Besar sekaligus Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian/Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kepolisian, dan terlebih lagi nomor Kartu Halo Penggugat pun telah

dikenal oleh khalayak ramai karena kedudukan Penggugat yang pernah menjadi

staff pada Dewan Pertimbangan Presiden. Bahkan saat ini nomor Kartu Halo

Penggugat dikenal lebih luas lagi oleh para kolega, konstituen, serta khalayak

umum karena Penggugat saat ini adalah Anggota dari Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia. Karena kedudukan Penggugat sebagaimana terurai di atas,

maka telah tergambar jelas betapa besar dan betapa penting nomor Kartu Halo

milik Penggugat (0811969697) terhadap kelancaran pengabdian si pihak

Tenantkepada bangsa dan negara ini, sehingga pemblokiran sepihak terhadap

Page 37: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

37

nomor Kartu Halo milik si Tenantyang telah dilakukan oleh si pihak Landlord,

semakin nyata menimbulkan kerugian citra bagi si Tenant. Bahkan, seperti yang

didalilkan si pihak Tenant, hal itu berpotensi menjadi penghambat tugas-tugas

negara yang diemban olehnya sebagai akibat terputusnya saluran komunikasi

karena pemblokiran nomor Kartu Halo secara sepihak itu, juga mengakibatkan

kerugian selain terhadap si Tenant juga kerugian negara sebagai terhambatnya

aktivitas si Tenant karena perbuatan sepihak si Landlorddimaksud.

Si pihak Tenant juga mendalilkan bahwa secara nyata, akibat perbuatan

semena-mena si pihak Landlord kepada si Tenant, dengan pemblokiran sepihak

Kartu Halo tersebut, si pihak Tenantsebagai public figure yang mempunyai citra

baik pada jaringan–jaringan perkenalannya telah kehilangan

opportunity/kesempatan/peluang untuk mendapatkan penguatan dukungan-

dukungan moril sebagai public figure yang kredibel. Hal ini terjadi karena si

pihak Tenantyang sudah memang sering kali menjadi nara sumber bagi media

baik cetak maupun elektronik, akibat perbuatan si pihak Landlordseperti yang

dimaksud dalam gugatan tesebut, sejak pemblokiran nomor Kartu Halo sepihak

oleh si pihak Landlord, hingga saat ini banyak media baik cetak maupun

elektronik yang tidak dapat menghubungi si pihak Tenant untuk dimintai

pendapatnya akan kasus-kasus atau isu-isu yang sedang hangat dalam

pemberitaan Pers, sehingga, menurut apa yang didalilkan si pihak Tenant, dia itu

kehilangan peluang untuk memperkuat dukungan publik yang telah

menimbulkan potensi dampak politik akan menurunnya popularitas dan

kredibilitas citra dihadapan umum. Selanjutnya, sejalan dengan itu juga dia telah

Page 38: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

38

kehilangan peluang popularitas di mata para orang-orang penting (VIP/Very

Important Person, para pejabat yang menjabat pada lembaga eksekutif, lembaga

legislatif, maupun lembaga yudikatif) yang selama ini telah mempunyai

hubungan baik dan hubungan yang sangat spesifik dengannya. Lagi-lagi

tindakan sepihak si pihak Landlord telah menimbulkan dampak negatif terhadap

citra si pihak Tenant, pada hal justru dia tengah membangun penguatan citra

akan kredibilitas dan popularitasnya juga di hadapan orang-orang penting (VIP).

Si pihak Tenant selanjutnya mendalilkan bahwa lebih parah lagi, sampai saat ini,

sebagai akibat pemblokiran sepihak Kartu Halo itu, sangat susah menghubungi

kolega sejawatnya baik yang berada dan menjabat pada lembaga eksekutif,

lembaga legislatif, maupun lembaga yudikatif, yang sebelumnya tidak pernah

terjadi. Hal ini terjadi karena Penggugat sudah tidak dapat lagi menghubungi

koleganya dimaksud melalui nomor Kartu Halo yang diblokir.Padahal, menurut

dalil si Tenant,hanya nomor Kartu Halo dimaksud lah, yang dikenal oleh kolega-

koleganya. Selanjutnya didalilkan bahwa walaupun si Tenant sudah

memberitahukan koleganya melalui sms akan nomor barunya, akan tetapi karena

si Tenant tetap mengalami kesulitan bahwa koleganya mau membaca atau

menerima pesan dari nomor baru karena merupakan nomor yang tidak dikenal

ataupun yang bukan terdaftar pada koleganya. Begitu juga sebaliknya, keluhan

datang dari kolega si pihak Tenant yang tidak dapat menghubungi si Tenantke

nomor Kartu Halo si pihak Tenant dimaksud.Berdasarkan itulah, kata si Tenant,

semakin jelas akibat perbuatan semena-mena Landlord kepada si pihak Tenant,

dengan pemblokiran sepihak Kartu Halo tersebut. Menurut dalil si pihak Tenant,

Page 39: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

39

ia telah mengalami kerugian immaterial yang sangat besar, bahkan kehilangan

potensi/peluang mempertahankan citra bahkan memperkuat citranya sebagai

seorang public figure yang akan didapatnya jika nomor Kartu Halo Penggugat

tidak diblokir sepihak itu, sehingga perbuatan si pihak Landlordpun telah

menimbulkan image negatif tehadap si pihak Tenant, sehingga timbul perasaan

tidak nyaman dan bahkan kerugian immateril yang sangat besar. Berdasarkan

hal-hal tersebut di atas, perbuatan si pihak Landlordyang telah memblokir secara

sepihak Kartu Halo milik Penggugat tanpa ada alasan yang jelas, tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu, serta tanpa dasar hukum yang kuat, maka

Perbuatan si pihak Landlord merupakan wanprestasi/cedera janji terhadap

Penggugat selaku Konsumen sebagaimana yang diisyaratkan oleh UU

Perlindungan Konsumen.

Masih di dalam konteks dalil bahwa si pihak Landlord melakukan

perbuaan melawan hukum, si pihak Tenant mengatakan di dalam gugatannya itu

bahwa selain itu si pihak Landlord selaku penyelenggara telekomunikasi di

Indonesia juga telah melanggar ketentuan seperti yang diisyaratkan Pasal 7 huruf

(a), (b), dan (c) jo. Pasal 26 UU Perlindungan Konsumen jo.Pasal 17 huruf (a).

UU Telekomunikasi;Pasal 7 huruf (a) UU Perlindungan Konsumen, yaitu: si

pihak Landlord harus: beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Pasal

7 huruf (b) UU Perlindungan Konsumen:memberikan informasi yang benar,

jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta

memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Pasal 7 huruf (c)

UU Perlindungan Konsumen:memperlakukan atau melayani konsumen secara

Page 40: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

40

benar dan jujur serta tidak diskriminatif dan Pasal 26 UU Perlindungan

Konsumen di mana di dalamnya diatur bahwa:

“pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi

jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau yang

diperjanjikan.”Pasal 17 huruf a Undang-undang No. 36 Tahun

1999 tentang Telekomunikasi: “Penyelenggaraan jaringan

telekomunikasi dan atau penyelenggaraan jasa telekomunikasi

wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi berdasarkan prinsip:

a. perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi

semua pengguna.”

2.3.7. PSAdalam Hubungan Hukum Landlord and Tenant

Menarik pula untuk Penulis gambarkan di sini bahwa dalam studi atas

satuan amatan skripsi ini, terutama dari dalil yang disampaikan oleh si pihak

Tenant, Penulis juga memeroleh temuan bahwa ada suatu penyelesaian sengketa

dalam hubungan Landlord dan Tenant dalam bidang sewa-menyewa

Telekomunikasi ini.

Aspek penyelesaian sengekta alternatif (PSA) yang mengikuti Pasal 15

dari UU Telekomunikasi itu adalah bahwa, seperti didalilkan oleh si pihak

Tenant, akibat perbuatan semena-mena dari si Landlord, maka si pihak

Tenantpada tanggal 8 Maret 2010 telah mengadukan dan menempuh upaya

konsiliasi dalam penyelesaian permasalahan Penggugat dengan Tergugat di

Badan Perlindungan Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta dengan Nomor

Register 012/REG/BPSKDKI/III/2010 tertanggal 12 Maret 2010.

Page 41: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

41

Akan tetapi upaya rekonsialisasi antara si pihak Tenant dengan si pihak

Landlord yang difasilitasi oleh BPSK DKI Jakarta, sebelum masuk ke dalam

pokok materi pembahasan perkara, proses penyelesaian melalui konsiliasi

tersebut telah dinyatakan tidak berhasil, sebelum masuk kepada pokok perkara,

karena BPSK DKI Jakarta menyatakan ganti rugi immaterial seperti yang

utamanya dimohonkan oleh Penggugat adalah bukan kompetensi dari BPSK

DKI Jakarta. Hal mana ganti rugi immaterial yang merupakan tuntutan utama

ganti rugi yang diminta oleh si pihak Tenant terhadap pihak Landlord pada

proses rekonsiliasi di BPSK DKI Jakarta adalah berupa permohonan maaf dari si

pihak Landlordkepada si pihak Tenantyang diumumkan melalui beberapa harian

media nasional. Tujuan si pihak Tenant akan permohonan maaf dimaksud adalah

sebagai pembelajaran dan pendidikan bagi para Pelaku Usaha umumnya dan PT.

Telkomsel sebagai Landlordkhususnya dalam menghormati hak-hak Konsumen

(the multitudes of tenants), sehingga dikemudian hari si pihak Tenant berharap

tidak ada lagi korban timbul seperti yang dialami oleh dirinya sendiri, karena

para Pelaku Usaha umumnya dan si pihak Landlord khususnya lebih

memperhatikan hak-hak Konsumen (multitudes). Dalam putusan penyelesaian

itu, BPSK DKI Jakarta juga menyarankan bahwa permohonan ganti rugi

immaterial dapat dimintakan jika penyelesaian perkaranya melalui Pengadilan

Negeri, maka karena dan untuk itu berdasarkan Pasal 45 Ayat (4) UU

Perlindungan Konsumen gugatan Wanprestasi dalam Perlindungan Konsumen

ini diajukan oleh si Tenant.

2.3.8.Kelalaian (Negligence) dalam Hubungan Hukum Landlord and Tenant

Page 42: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

42

Memperhatikan dalil pihak Tenant selanjutnya, ada aspek kelalaian

Landlord yang muncul dalam gugatan wanprestasi tersebut. Hal itu dapat

digambarkan sebagai berikut; bahwa kewajiban si pihak Tenantterhadap pihak

Landlordatas sisa pembayaran tagihan Kartu Halo telah terselesaikan dibayar

pada tanggal 14 Mei 2010 sebesar tiga juta tiga ratus empat belas ribu empat

ratus enam puluh dua rupiah. Menurut pihak Tenant, pemenuhan kewajiban

pihaknya itu kepada Landlord dilaksanakan sebelum diajukan dan

ditandatanganinya gugatan yang berujung pada Putusan MARI 2995

itu.Pembayaran itu, menurut si pihak Tenant merupakan pelunasan sisa

pembayaran biaya tagihan Kartu Halo si Tenant sebagai pelanggan atas jasa

menggunakan atau menikmati telekomunikasi milik si pihak Landlord. Jumlah

pembayaran seperti dimaksud dalam posita sebesar Rp 3.314.462,00

membuktikan terjadinya peningkatan jumlah tagihan dari sisa tagihan terakhir

yaitu dari sebesar satu juta dua ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh

empat rupiah menjadi tiga juta tiga ratus empat belas ribu empat ratus enam

puluh dua rupiah. Menurut pihak Tenant, maksud dirinya menyelesaikan

kewajiban atas sisa pembayaran tagihan Kartu Halo telah terselesaikan dibayar

oleh Penggugat pada tanggal 14 Mei 2010 sebesar tiga juta tiga ratus empat

belas ribu empat ratus enam puluh dua rupiahsebelum diajukan dan

ditandatanganinya gugatan mengingat si Tenant merasa hak-haknya sebagai

konsumen yang sedang mengajukan keluhan tidak terlindungi dengan

peningkatan jumlah tagihan sisa kewajiban yang diantaranya berupa denda

dan/atau bunga dan/atau tambahan tagihan lainnya. Menurut si pihak Tenant,

Page 43: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

43

seharusnya kelebihan seperti itu tidak terjadi dan tidak dibebankan kepada si

Tenant jika pemblokiran sepihak tidak dilakukan dan/atau apabila si pihak

Landlordsegera menyelesaikan kelalaian dalam pelayanan jasanya tersebut

kepada si pihak Tenant. Hal itu, menurut si Tenant, jelas-jelas menunjukkan jika

si Landlord tidak mempunyai iktikad baik, alias si Landlord mengingkari

relevan spirit di balik kelahiran UU Perlindungan Konsumen, payung hukum

bagi terciptanya perlindungan terhadap si Tenant sebagai satu dari the

multitudes, yaitu Konsumen.

2.3.9. Saat Lahirnya Dugaan Wanprestasi Landlord Diungkap si Tenant

Menarik untuk dikemukakan sebagai temuan juga di sini yaitu mengenai

fakta adanya formulir layanan pelanggan atas namasi Tenant yang dia diterima

pada tanggal 20 November 2009. Menurut si pihak Tenant, hal itu adalah bentuk

Perjanjian antara si Tenant dengan si Landlord yang sah dan mengikat secara

hukum. Sekalipun, perlu Penulis sampaikan kritik di sini, bahwa pihak Kuasa

Hukum si Tenant kurang memahami hakikat hubungan hukum apa sejatinya

yang harus dia ungkap dalam dalil pada gugatan sebagaimana dikemukakan di

atas. Menurut kuasa hukum si Tenant, dari fakta hukum dan uraian yang

dikemukakan itu, jelas sikap dan perbuatan si pihak Landlorddapat

dikualifikasikan sebagai perbuatan wanprestasi yang menimbulkan kerugian

pada pihak Tenant, baik secara materiil maupun secara

immaterial.Wanprestasi/cedera janji si pihak Landlord itu, menurut si Tenant

dan kuasa hukumnya, jelas telah menimbulkan kerugian-kerugian moril

(immateril) dan/atau materiil terhadap diri si Tenant. Si pihak Tenant kemudian

Page 44: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

44

memerinci apa yang dia sebut sebagai kerugian-kerugian moril (immateril)

dan/atau materiil yang ia derita, yaitu: pertama, akses telekomunikasi Penggugat

dengan Nomor 0811969697 tidak dapat digunakan karena blokir yang dilakukan

Landlord. Pemblokiran itu telah menyebabkan si pihak Tenant, menurut dalilnya

itu, harus mengeluarkan sejumlah uang untuk pembelian Kartu GSM nomor

perdana baru beserta pulsanya. Menurut Penulis, pembelian Kartu GSM baru itu

dapat dilihat sebagai dibukanya hubungan hukum Landlord and Tenant yang

baru lagi. Kedua, kerugian si Tenant berupa kekecewaan dan lelah fisik serta

psikis untuk mengurus blokir nomor selularnya.Kerugian ketiga, dirinya

terpaksa harus mengeluarkan tenaga, waktu, pikiran dan biaya untuk

mengajukan gugatan terhadap si pihak Landlordguna mempertahankan dan

menuntut hak-haknya sebagai Tenant sesuai dengan undang-undang yang

berlaku. Kerugian keempat, si Tenant merasa bahwa si pihak Tenant itu telah

menimbulkan harapan, dari menjanjikan kepada si Landlord mau membayar

kewajibannya terhadap si Landlord dengan cara mencicil. Dimana menurut si

Tenant, ditegaskan lagi bahwa dia telah melakukan kewajibannya membayar

cicilan pertama tanggal 21 Oktober 2009. Lalu kemudian untuk meyakinkan si

pihak Tenant,akan keleluasaan si Tenant dalam menyelesaikan kewajiban, maka

si Landlordtelah membuat janji-janjinya akan cicilan dimaksud ke dalam sebuah

tulisan sebagaimana yang tercantum dalam formulir layanan pelanggan yang

pada akhirnya pada tanggal 21 Oktober 2009 ditandatangani oleh Tenant dan

Landlord dimaksud. Akan tetapi, menurut si Tenant, ternyata si Landlordhanya

memberikan janji-janji palsu sehingga si Tenantsebelum jatuh tempo pelunasan

Page 45: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

45

cicilan kewajiban sebagaimana yang dijanjikan oleh Landlord pada tanggal 21

Oktober 2009 jo. tanggal 20 November 2009 tidak dapat lagi menggunakan

nomor kartu halonya. Si Tenant merasa dirugikan karena harapan yang telah

timbul di pihaknya, yaitu jelas-jelas si Tenant sebagai korban atas rangkaian

janji-janji palsu atau kata-kata bohong yang diperbuat oleh si Landlord, sehingga

si Tenantmencari keadilan melalui gugatan ini.Kerugian kelima, si Tenantmerasa

harkat martabatnya tercoreng, karena pemblokiran dimaksud menimbulkan

image yang negatif bagi si Tenant. Dalam hal ini harga diri si Tenant telah jatuh

karena perlakuan si Landlord. Menurut si Tenant, semula iayang seharusnya

mendapat perlakuan khusus (privillage) sebagai pelanggan korporat yang berasal

dari kelompok Perwira Tinggi Mabes Polri, akan tetapi faktanya, dia telah

diperlakukan tidak lebih dari pelanggan biasa. Hal ini terbukti karena faktanya,

terhadap penyelesaian permasalahan oleh si Landlord, si Tenant tetap harus

mengurusnya kesana kemari, harus menelepon nomor tertentu milik si Tenant,

dan bahkan harus membayar dulu, agar blokir nomor milik si Tenant yang

dilakukan sepihak oleh Tergugat dapat dibuka. Penulis berpendapat bawha ada

kesan, pemblokiran itu ibarat tidak boleh masuk kamar kontrakan dan harus

tinggal di luar rumah kontrakkan terlebih dahulu. Kerugian keenam,

pemblokiran sepihak oleh Landlord,telah menimbulkan dampak negatif lainnya,

berupa pandangan khalayak ramai yang menilai dengan diblokirnya nomor si

Tenant, si Tenant dianggap ―bersalah‖ dan/atau ―melakukan pelanggaran‖ dan

telah ―dihukum‖ dan/atau ―dikenai sanksi‖ oleh pihak Landlord dengan cara

pemblokiran nomor. Pandangan khalayak ramai telah menganggap si Tenant,

Page 46: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

46

menurut si Tenant, dianggap telah lalai dan/atau tidak mampu melunasi

kewajibannya kepada PT. Telkomsel sebagai Landlord.

2.3.10. Remedy yang Hendak Dibangun dalam Hubungan Landlord and

Tenant

Menarik pula dikemukakan di sini bahwa dari satuan amatan yang

sedang dibedah Penulis di sini, terungkap temuan bahwa selain ganti-rugi

pembayaran sejumlah uang, bahwa pihak Tenant hendak membangun suatu

remedy lainnya dalam penyelesaian sengketa yang dikenal di dalam hubungan

hukum Landlord and Tenant di Skotlandia, yaitu interjection atau di Inggris,

Amerika, Australia, New Zealand dikenal dengan injuction. Menyuruh

melakukan sesuatu. Apa yang harus dilakukan itu, menurut pihak Tenant dalam

gugatannya itu adalah bahwa oleh karena kerugian kerugian-kerugian moril

(immateril) yang dialaminya itu sangat sulit dinilai dengan sejumlah uang,

namun dikarenakan si Landlord adalah para pelaku usaha yang melayani

kepentingan umum, agar para pelanggannya (para konsumen) termasuk si

Tenanttidak selalu dikecewakan di kemudian hari oleh sikap dan tindakan yang

tidak profesional serta sewenang-wenang dari si Landlord, dan agar si Landlord

lebih memiliki rasa bertanggungjawab serta lebih-lebih berhati-hati di kemudian

hari dalam melayani para pelanggannya, kiranya cukup beralasan hukum,

menurut dalil si Tenant, agar si Landlord membuat dan memuat suatu

pengumuman pernyataan minta maaf kepada si Tenantselaku pelanggan dan

Page 47: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

47

konsumen di tiga Harian Nasional, yakni Harian Kompas, Harian Tempo dan

Harian Media Indonesia dengan ukuran ½ (setengah) halaman pada bagian

halaman terakhir selama tiga hari berturut-turut dengan redaksi dan isi

pengumuman ditentukan oleh si Tenant. Akan tetapi, si Tenant juga berdalil,

bahwa apabila si Landlord tidak berkenan melaksanakan isi keputusan hukum

tentang pengumuman pernyataan minta maaf, setelah tiga puluh hari sejak

keputusan hukum ini dapat dilaksanakan, kiranya sangat beralasan hukum bagi

si Tenant, memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili

perkara tersebut agar berkenan menghukum para Landlord untuk membayar

kepada si Tenantuang kompensasi secara tunai sebanyak dua milyar rupiah

dengan memberi hak kepada si Tenant memakai dan menyalurkan uang tersebut

kepada Lembaga Swadaya Masyarakat, atau Lembaga-lembaga sosial

kemasyarakatan lainnya. Khusus kerugian yang merugikan si Tenant berupa

kehilangan opportunity/peluang/kesempatan untuk menjaga citra bahkan

meningkatkan citra akan popularitas dan kredibilitasnya; Perbuatan si Landlord

juga telah menimbulkan image negatif terhadap si Tenant yang sedang menjaga

dan membangun citra dan reputasinya seperti dimaksud di atas, sebagai kerugian

immateril dimaksud, termasuk dan tidak terbatas juga terhadap perasaan yang

tidak nyaman dalam diri si Tenant, maka si pihak Tenant menuntut ganti rugi

terhadap si pihak Landlord atas kerugian itu senilai satu milyar rupiah. Hal itu

masih ditambah dengan kerugian materiil yang harus dialami si Tenant akibat

wanprestasi/cedera janji yang dilakukan si Landlord seluruhnya berjumlah lima

juta lima ratus ribu rupiahdengan perincian yaitu biaya Tranportasi si Tenant

Page 48: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

48

mengurus aktifasi Kartu Halo pada Grapari Rp 500.000,00;biaya si Tenan tuntuk

membeli Kartu Perdana Baru Rp 1.000.000,00; pembelian Voucher Pulsa Rp

1.000.000,00;dan biaya transportasi ke BPSK Rp 3.000.000,00. Oleh karena itu

si pihak Tenant merasa berhak menuntut agar si Landlord membayar kembali

kepada si Tenant seluruh uang yang telah dikeluarkan dalam mempertahankan

hak-hak dan kepentingan hukumnya seluruhnya lima juta lima ratus ribu rupiah

ditambah dengan bunga 1% per bulan sejak gugatan ini didaftarkan di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sampai si Landlord secara sempurna

melaksanakan isi keputusan hukum dalam perkara tersebut, serta ditambah

seluruh biaya yang timbul di tingkat banding, di tingkat kasasi serta di tingkat

peninjauan kembali. Menurut dalil si Tenant, apa yang ia tuntut itu berdasarkan

ketentuan Pasal 4 huruf (h), Pasal 7 huruf (f) dan (g), Pasal 19 Ayat (1), (2), (3),

dari UU Perlindungan Konsumen jo Pasal 15 Ayat (1) UU Telekomunikasi jo

Pasal 68 dan 69 Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi

No. 52 tahun 2000.Untuk menjamin gugatan, si Tenant juga mohon agar

diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) atas harta benda kepunyaan para

Landlord, baik yang bergerak dan atau tidak bergerak secukupnya. Selanjutnya,

si Tenant juga berdalil, bahwakarena gugatannya itu adalah berdasarkan bukti-

bukti otentik dan tidak terbantah oleh pihak Landlord, sehingga berdasarkan

ketentuan Pasal 191 RBg., maka menurut si Tenant, dia juga merasa sangat

beralasan hukum bagi memohon agar Pengadilan berkenan menjatuhkan

keputusan hukum yang dapat dijalankan serta merta walaupun ada perlawanan,

banding, kasasi dan atau peninjauan kembali (uitvoerbaar bij voorraad). Pada

Page 49: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

49

intinya si Tenant mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar

memberikan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu yaitu; mengabulkan

seluruh gugatan si Tenantdalam perkara tersebut, menyatakan sah dan berharga

sita penjagaan dan sita jaminan (conservatoir beslag) yang dijalankan dalam

perkara dimaksud; menyatakan syah dan mengikat secara hukum formulir

layanan pelanggan atas nama si Tenant yang diterima pada tanggal 20

November 2009, adalah sebagai bentuk Perjanjian antara Tenant dan Landlord55

menyatakan bahwa si Landlord telah cedera janji/wanprestasi atas formulir

layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009; menyatakan si Landlord

selaku pelaku usaha telah melakukan perbuatan yang bertentangan dan

melanggar UU Perlindungan Konsumen. Menghukum si Landlord

mengembalikan kepada si Tenant, atas seluruh uang yang telah dikeluarkan

sebesar lima juta lima ratus ribu rupiah ditambah dengan bunga 1% per bulan

sejak gugatan ini didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sampai si

Landlord secara sempurna melaksanakan isi keputusan hukum dalam perkara

tersebut dan ditambah seluruh biaya yang timbul di tingkat banding, di tingkat

kasasi serta di tingkat peninjauan kembali. Menghukum si Landlordagar

membuat dan memuat pengumuman pernyataan minta maaf kepada si Tenant

sebagaimana telah dikemukakan di atas.

55

Konsepsi Tenant dan Landlord ini adalah nomenklatur yang diberikan oleh Penulis sebagai

tanda bahwa hubungan hukum yang seharusnya berlaku dalam Putusan MARI 2995 itu adalah

Landlords and Tenant. Dalam salinan Putusan MARI 2995 itu tidak ada istilah Landlord and

Tenant, sebab dapat Penulis pastikan bahwa kedua belah pihak tidak memahami hakikat

hubungan hukum mereka tersebut.

Page 50: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

50

Adapun isi dan model permohonan maaf yang dituntut si Tenant harus

dilakukan oleh si pihak Landlord adalah berisi judul yaitu: “PENGUMUMAN

PERNYATAAN MINTA MAAF”, dan berisi kata-kata Kami yang

bertandatangan di bawah ini: PT. Telkomsel badan hukum yang berkedudukan

di Indonesia, yang beralamat di Gedung Wisma Mulia Lantai G, Jl. Gatot

Subroto No.42 Jakarta 12710;Dengan ini secara tegas

menyatakan/menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada:

Prof. Dr. Farouk Muhammad, Dosen dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah

RI, sehubungan dengan sikap dan perbuatan kami selaku pelaku usaha yang

tidak professional, telah melakukan hal-hal yang merugikan terhadap Prof. Dr.

Farouk Muhammad, selaku pelanggan dan konsumen, karena kami melakukan

kegiatan usaha dengan cara yang tidak sesuai dengan UU Perlindungan

Konsumen dan Peraturan Pemerintah R.I. Untuk itu kami berjanji tidak akan

mengulangi hal-hal tersebut di kemudian hari yang dapat merugikan konsumen.

Si Tenant juga menghedaki agar Pengumuman Permohonan maaf itu diakhiri

dengan pernyataan: ―Demikian pengumuman pernyataan minta maaf kami

sampaikan, agar diketahui oleh masyarakat luas‖, dan ditutup dengan Hormat

Kami,P.T. Telkomsel, kemudian ditandatangani oleh si Landlord, dalam hal ini

Direksi. Si Tenant juga menghendaki agar Pengadilan menghukum si

Landlorduntuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada si Tenant sebesar

sepuluh juta rupiah untuk setiap hari keterlambatan si Landlord dalam

melaksanakan petitum butir 6, 7 dan 8 dalam perkara a quo. Demikian pula si

Tenant menghendaki agar Pengadilan menghukum si Landlordmembayar

Page 51: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

51

kepada si Tenantuang kompensasi secara tunai sebanyak dua milyar rupiah

apabila si Landlordtidak berkenan melaksanakan petitum gugatan Penggugat

pada butir 6, 7 dan 8 setelah tiga puluh hari sejak keputusan hukum ini dapat

dilaksanakan, dengan memberi hak kepada si Tenantuntuk memakai dan

menyalurkan uang tersebut kepada Lembaga Swadaya Masyarakat, atau

Lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya. Si pihak Tenant juga

menuntut Pengadilan agar menghukum si Landlord membayar kepada si

Tenantganti rugi immateril atas ganti rugi akibat hilangnya

opportunity/peluang/kesempatan untuk menjaga citra bahkan meningkatkan citra

akan popularitas dan kredebilitasnya bagi si Tenant, sebesar dua milyar lima

ratus juta rupiah. Menyatakan keputusan hukum dalam perkara ini dapat

dijalankan serta merta walaupun ada perlawanan, banding, kasasi dan atau

peninjauankembali (uitvoerbaar bij voorraad).Menghukum si

Landlordmembayar seluruh ongkos yang timbul dalam perkara ini. Atau,

menurut dalil si Tenant, apabila yang terhormat Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan yang mengadili dan memutus perkara a quo berpendapat

lain,ia, si Tenant mohonkan untuk memberikan putusan yang seadiladilnya (ex

aequo et bono).

2.4. Bagaimana Eksespsi Landlord dalam Hubungan Hukum Landlord-

Tenant

Setelah melihat gambaran hubungan hukum Landlord and Tenant yang

terlihat dari posita yang dikemukakan oleh pihak Tenant dalam gugatannya di

atas, berikut, dalam sub-judul 2.4 berikut ini dikemukakan gambaran hubungan

Page 52: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

52

hukum Landlord and Tenant dari sisi apa yang merupakan bantahan pihak

Landlord (eksepsi) sebagaimana dapat dilihat dalam Putusan MARI 2995 yang

menjadi satuan amatan pertama dari penelitian dan penulisan karya tulis

kesarjanaan dalam bidaang hukum ini. Dalam eksepsi tersebut, pihak Landlord

mengemukakan sejumlah dalil. Dalil pertama berkisar pada persoalan pemberian

kuasa untuk beracara, dalam hal ini soal Surat Kuasa Khusus pihak Tenantuntuk

mengajukan gugatan dalam perkara a quo yang bagi pihak Landlord tidak

memenuhi syarat sebagai Surat Kuasa Khusus berdasarkan Surat Edaran

Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 tahun 1994 tanggal 14 Oktober 1994.

Pihak Landlord mendalilkan bahwa secara hukum apabila suatu gugatan

diajukan oleh kuasa hukum yang ditunjuk oleh si Tenant, maka surat kuasa

tersebut haruslah memenuhi ketentuan mengenai Surat Kuasa Khusus.

Ketentuan Surat Kuasa Khusus dalam Hukum Acara Perdata Indonesia diatur

dalam Pasal 123 HIR dan diatur lebih lanjut dalam beberapa SEMA seperti

SEMA No. 2 tahun 1959, tanggal 19 Januari 1959 tentang Surat Kuasa Khusus;

SEMA No. 5 tahun 1962, tanggal 30 Juli 1962 tentang Surat Kuasa; SEMA No.

01 tahun 1971, tanggal 23 Januari 1971 tentang Surat Kuasa Khusus

sertaSEMA No. 6/1994. Dalam SEMA No. 6/1994 yang menjadi pedoman

sampai saat ini, menurut dalil pihak Landlord, notabene memiliki substansi dan

jiwa yang sama dengan SEMA No. 2/1959 dan SEMA No. 01/1971, dan

sebagaimana disampaikan oleh M. Yahya Harahap, SH., yaitu bahwa surat

kuasa khusus yang sah adalah yang memenuhi syarat secara kumulatif yaitu

menyebut dengan jelas dan spesifik surat kuasa, untuk berperan di pengadilan;

Page 53: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

53

menyebut kompetensi relatif; menyebut identitas dan kedudukan para pihak

(sebagai penggugat dan tergugat) dan menyebut secara ringkas dan konkret

pokok dan objek sengketa yang diperkarakan.56

Menurut pihak Landlord, dalam perkara a quo, pada bagian ―khusus‖

dalam Surat Kuasa Khusus yang diberikan oleh si pihak Tenant atau kuasanya

itu kepada kuasanya, disebutkan:―Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa

untuk mewakili dan membela kepentingan hukum pemberi kuasa guna

menyusun, menandatangani dan mendaftarkan gugatan perdata melalui PN

Jakarta Selatan sehubungan dengan adanya perbuatan wanprestasi yang

dilakukan oleh PT. Telkomsel terhadap Pemberi Kuasa, berkenaan dengan

pemblokiran sepihak atas Kartu Hallo nomor 0811969697 milik Pemberi Kuasa

yang dilakukan oleh PT. Telkomsel.‖ Kaitan dengan itu, Landlord mendalilkan

bahwa dari uraian bagian ―khusus‖ dalam Surat Kuasa Khusus Penggugat

sebagaimana dikutip itu, terlihat jelas bahwa si pihak Tenant tidak menyebutkan

secara tegas tentang (i) siapa yang akan bertindak sebagai Penggugat dan (ii)

siapa yang berkedudukan sebagai Tergugat, disamping itu, Surat Kuasa Khusus

Penggugat juga tidak menyebutkan secara tegas identitas dari si Landlord karena

sama sekali tidak disebutkan alamat dari pihak yang akan digugat. Atas dasar

itu, menurut pihak Landlord atau kuasa hukumnya, dengan demikian, Surat

Kuasa Khusus si pihak Tenanttidak sesuai dengan ketentuan butir 1 huruf (a)

SEMA No. 6/1994 yang berbunyi sebagai berikut: ―Surat Kuasa harus bersifat

56

M. Yahya Harahap, SH; Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan; Penerbit Sinar Grafika; Jakarta. Cetakan Ketiga,

Desember 2005, hal., 14 – 15.

Page 54: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

54

khusus dan menurut Undang-Undang harus dicantumkan dengan jelas bahwa

Surat Kuasa itu hanya dipergunakan untuk keperluan tertentu, misalnya: a.

Dalam perkara perdata harus dengan jelas disebut antara (A) sebagai penggugat

dan (B) sebagai tergugat, misalnya dalam perkara waris atau hutang piutang

tertentu dan sebagainya‖. Itu sebabnya, menurut si Landlord,karena Surat Kuasa

Khusus si Tenant tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yang

mengatur mengenai syarat dan formulasi surat kuasa khusus, khususnya SEMA

No. 6/1994, maka Surat Kuasa Khusus si Tenant tersebut adalah tidak sah

menurut hukum, oleh karena itu gugatan dalam perkara a quo yang diajukan

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tersebut juga menjadi cacat dan sudah

seharusnya menurut hukum dinyatakan untuk tidak dapat diterima.

Mengenai dalil eksepsi si pihak Landlord yang kedua, Penulis

memeroleh temuan bahwa si pihak Landlord mendasarkan sanggahan kepada si

pihak Tenant di atas, berkisar kepada gugatan si pihak Tenant yang kabur

(Obscuur Libel). Menurut si pihak Landlord; ada obscuur liber di sisi gugatan

pihak Tenant karena uraian jumlah tuntutan ganti kerugian immateriil yang

disampaikan si Tenant di atas dalam Posita Gugatan, tidak sejalan atau tidak

sinkron dengan Petitum Gugatan. Dengan kata lain, menurut si Landlord

gugatan Penggugat, terdapat ketidaksinkronan atau ketidaksesuaian antara Posita

Gugatan dengan Petitum Gugatan terkait uraian jumlah kerugian immaterial

yang dituntutkan oleh Penggugat. Dalam Posita Gugatan, tepatnya pada Posita

butir 32 halaman 9 Gugatan, disebutkan ―… yakni adanya perbuatan pihak

Landlordyang merugikan si Tenant, antara lain si Tenanttelah kehilangan

Page 55: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

55

opportunity/peluang/kesempatan untuk menjaga citra bahkan meningkatkan citra

akan popularitas dan kredibilitasnya. Perbuatan Lanlordjuga telah menimbulkan

image negatif terhadap Tenantyang sedang menjaga dan membangun citra dan

reputasinya seperti dimaksud dalam gugatan, sehingga menimbulkan kerugian

immateril dimaksud, termasuk dan tidak terbatas juga terhadap perasaan yang

tidak nyaman dalam diri si Tenant, maka si Tenant menuntut ganti rugi terhadap

si Landlordatas kerugian immateriil sebesar satu milyar rupiah‖. Namun

demikian, menurut pihak Landlord, dalam Petitum Gugatan butir 10 halaman 11,

si Tenant menyatakan:―Menghukum si Landlord membayar kepada si Tenant

ganti rugi immateriil atas ganti rugi akibat hilangnya opportunity

peluang/kesempatan untuk menjaga citra bahkan meningkatakan citra akan

popularitas dan kredibilitasnya bagi si Tenant sebesar dua milyar lima ratus juta

rupiah.‖ Dari uraian di atas, kata si Landlord, tampak jelas bahwa terdapat

ketidak-sinkronan atau tidak sejalannya antara Posita dan Petitum dalam gugatan

Penggugat terkait jumlah nilai tuntutan ganti kerugian immateriil, dimana dalam

posita gugatan disebutkan bahwa pada pokoknya terdapat kerugian immateriil

atas hilanggnya opportunity/peluang/kesempatan untuk menjaga citra bahkan

meningkatkan citra akan popularitas dan kredibilitasnya sebesar satu milyar

rupiah namun pada Petitum gugatan, kerugian immaterial tersebut oleh si

Tenantdisebutkan dan dituntutkan untuk dibayar sebesar dua milyar lima ratus

juta rupiah. Ketidaksesuaian atau ketidaksinkronan tersebut telah membuat

gugatan si Tenant, kata si Landlord, menjadi tidak jelas dan kabur karena

besaran ganti kerugian immateriil menjadi tidak pasti. Selain itu, hal tersebut

Page 56: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

56

juga menunjukkan bahwa sebenarnya tuntutan ganti kerugian immateriil tersebut

hanyalah dicari-cari karena si Tenant, menurut si Landlord, sendiripun bahkan

tidak bisa memastikan secara tegas berapa taksiran jumlah kerugian immateriil

tersebut, apakah sebesar satu milyar rupiahataukah sebesar dua milyar lima ratus

juta rupiah. Oleh sebab itulah, menurut Landlord,dengan telah terbukti adanya

ketidak-sinkronan atau tidak sejalannya posita dan petitum gugatan, maka secara

hukum gugatan si Tenant mengandung cacat berupa obscuur libel atau kabur

yang oleh karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk

Verklaard), sebagaimana telah diberikan kaidah oleh Yurisprudensi Mahkamah

Agung RI No. 67K/Sip/1975 tanggal 13 Mei 1975, yang pada pokoknya

menyatakan bahwa petitum yang tidak sejalan dengan posita adalah

mengandung cacat berupa obscuur libel;Yurisprudensi Mahkamah Agung RI

No. 1075 K/Sip/1980 tanggal 8 Desember 1982 yang pada intinya Mahkamah

Agung RI memberikan pertimbangan hukum bahwa ―... karena petitum

bertentangan dengan posita gugatan, maka gugatan tidak dapat diterima‖.

2.4. 1. Wanprestasi ataukah PMH dalam Hubungan Hukum Landlord-

Tenant

Eksepsi Landlord selanjutnya adalah bahwa menurut si pihak Landlord,

Gugatan si Tenant itu juga Kabur (Obscuur Libel), karena si Tenant atau kuasa

hukumnya, menurut si Landlord, mencampuradukkan Gugatan Wanprestasi

dengan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Dijelaskan oleh si Landlord

bahwa secara garis besar, terdapat dua jenis gugatan yang dapat diajukan dalam

perkara perdata, yaitu Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan

Page 57: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

57

Hukum dimana keduanya masing-masing adalah jenis gugatan yang berbeda,

dimana Gugatan Wanprestasi berkaitan adanya hubungan hukum yang bersumber

dari perjanjian diantara para pihak, sedangkan Gugatan Perbuatan Melawan

Hukum berkaitan dengan adanya perbuatan yang melanggar hukum maupun

ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilakukan salah satu pihak yang

menimbulkan suatu kerugian bagi pihak lainnya. Menurut si Landlord, ia

melancarkan eksepsi seperti itu kepada si Tenant, karena dalam gugatan yang

diajukan oleh si Tenantdalam perkara a quo, ternyata si Tenanttelah

mencampuradukkan antara dalil-dalil Gugatan Wanprestasi dan Gugatan

Perbuatan Melawan Hukum. Judul atau titel dari gugatan yang diajukan oleh si

Tenant, kata si Landlord, adalah ―Wanprestasi terhadap Perlindungan

Konsumen‖, selanjutnya dalam posita butir 5 s/d. 12 halaman 2-3 gugatan, si

Tenant mendalilkan bahwa telah terjadi perjanjian antara si Tenant dan si

Landlord mengenai pembayaran tagihan telepon yang dipergunakan si Tenant,

namun menurut si Tenant, si Landlord ingkar janji (quod non) dan kemudian oleh

si Tenant dimohonkan dalam petitum butir 4 halaman 10 yang pada intinya

meminta kepada Majelis Hakim menyatakan bahwa si Landlordtelah cedera

janji/wanprestasi. Menurut anggapan si pihak Landlord, dalam gugatan

wanprestasi, tidak dikenal adanya ―kerugian immateriil‖, dimana ―kerugian

immateriil‖ dikenal dalam suatu gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Ironisnya,

kata si Landlord, dalam Gugatannya, Penggugat menuntut adanya ―kerugian

immateriil‖, dimana hal ini mempertegas kenyataan bahwa sesungguhnya si

Tenanttelah mengajukan gugatan yang obscuur karena tidak jelas apakah gugatan

Page 58: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

58

yang diajukan merupakan gugatan Wanprestasi atau gugatan Perbuatan Melawan

Hukum sehingga gugatan terbukti telah mencampuradukkan gugatan Wanprestasi

dengan Perbuatan Melawan Hukum, eksepsi si pihak Landlord.

Selanjutnya, menurut si pihak Landlord, bahwa pencampuradukkan

tersebut semakin nyata dengan adanya fakta bahwa pada bagian lain ternyata si

pihak Tenant juga menyampaikan dalil-dalil adanya pelanggaran peraturan

perundang-undangan yang dilakukan oleh pihak Landlord(quod non), dimana

dalil-dalil tersebut merupakan dalil-dalil untuk suatu Gugatan Perbuatan

Melawan Hukum. Tepatnya pada posita butir 13 halaman 3, serta butir 21

halaman 5 dari gugatan, Tenant mendalilkan bahwa Landlordtelah melanggar

beberapa ketentuan dalam UU Perlindungan Konsumen dan UU

Telekomunikasi, selanjutnya dalam Petitum butir 5 halaman 10 gugatan,

Tenantjuga meminta kepada Majelis Hakim untuk menyatakan bahwa

Landlordtelah melakukan perbuatan yang melanggar UU No. 8/1999.

Berdasarkan itu, menurut pihak Landlord, telah terbukti bahwa dalam

gugatannya, si Tenant telah mencampuradukkan atau menggabungkan antara

Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dalam perkara a

quo.

Si pihak Landlord kemudian mengatakan bahwa terkait

pencampuradukkan atau penggabungan antara Gugatan Wanprestasi dan

Gugatan Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana dimaksud di atas,

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 879 K/Pdt/1997 tanggal 29 Januari

Page 59: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

59

200157

pada pokoknya memberikan kaidah bahwa ―Penggabungan PMH dengan

wanprestasi dalam satu gugatan, melanggar tata tertib beracara karena keduanya

harus diselesaikan tersendiri, konstruksi gugatan seperti itu mengandung

kontradiksi, dan gugatan dikategorikan obscuur libel, sehingga tidak dapat

diterima‖. Dengan demikian, menurut si Landlord, dalam perkara a

quo,siTenanttelah menggabungkan atau mencampuradukkan Gugatan

Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, serta mengacu pada

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 879 K/Pdt/1997, tanggal 29 Januari

2001 sebagaimana tersebut di atas, maka secara hukum Gugatan Penggugat

dalam perkara ini telah mengandung cacat berupa obscuur libel, dan sudah

seharusnya dinyatakan untuk tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaard).

Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah

menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 557/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel tanggal 17

Maret 2011 yang amarnya sebagai berikut: dalam eksepsi: menolak eksepsi si

Landlord tersebut di atas seluruhnya. Sedangkan dalam Pokok Perkara

Pengadilan menolak gugatan si Tenant untuk seluruhnya.Pengadilan

menghukum si Tenantuntuk membayarkan biaya perkara.Dalam tingkat banding

atas permohonan si Tenant putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan

oleh Pengadilan Tinggi Jakatra dengan putusan No. 18/PDT/2012/PT.DKI

tanggal 29 Maret 2012. Sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada

Penggugat/Pembanding pada tanggal 10 Juli 2012 kemudian terhadapnya oleh si

pihak Tenant dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus

57

Varia Peradilan, Tahun XVIII, No. 208, Januari 2003 hlm., 14.

Page 60: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

60

tanggal 10 Juli 2012 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 23

Juli 2012 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No.

557/Pdt.G.2010/ PN.Jkt.Sel yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan-

alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 3

Agustus 2012. Si pihak Landlord telah pada tanggal 30 Agustus 2012 diberitahu

tentang memori kasasi dari si Tenantmengajukan jawaban memori kasasi yang

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 12

September 2012. Karena permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya

telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka

oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima.

2.5. Dalil-dalil Landlord-Tenant di Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) di tingkat Kasasi

mempertimbangkan dalil-dalil Landlord dan Tenant dalam kasus itu.Berikut

dibawah ini dikemukakan pula aspek-aspek dalam hubungan hukum Landlord

dan Tenant tersebut.

Pertama, dalil pihak Tenant, adalah bahwa Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan telah tidak mempertimbangkan Replik

si Tenant yang diserahkan pada tanggal 21 Desember 2010 dimuka

persidangan yang terbuka untuk umum. Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Klas 1A Khusus Jakarta Selatan seolah-olah menganggap Replik itu tidak

pernah ada, padahal menurut Agenda Persidangan pada tanggal 21 Desember

Page 61: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

61

2010, jelas bahwasanya acara Persidangan adalah Replik dari si pihak Tenant

terhadap Jawaban Gugatan pihak Landlord. Seharusnya, menurut si Tenant,

Majelis Hakim Pengadilan Klas 1A Khusus Jakarta Selatan

mempertimbangkan Replik itu, akan tetapi di dalam Putusan No:

557/Pdt/G/2010/PN.JKT.Sel tertanggal 17 Maret 2011, Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Klas 1A sama sekali tidak mempertimbangkannya. Itulah

sebabnya, menurut si Tenant, mengakibatkan Putusan tidak cukup

pertimbangan hukumnya (onvoldoende gemotiveerd) dan Putusan tersebut

harus dibatalkan. Bahwa berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas sangat

jelas, terang dan tidak terbantahkan, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas

1A Khusus Jakarta Selatan telah tidak seksama dan rinci menilai segala fakta,

sehingga bertentangan dengan Pasal 178 Ayat (1) HIR j.o. Pasal 53 UU No 48

tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan telah ditegaskan pula dalam:

Putusan MA No. 2461 K/Pdt/1984, bahwa: ―putusan yang dijatuhkan tidak

cukup pertimbangan karena hakim tidak seksama dan rinci menilai segala

fakta yang ditemukan dalam persidangan‖.

2.5. Penolakan Formulir Layanan Pelanggan sebagai bentuk Perjanjian

Hal menarik yang perlu Penulis kemukakan di sini adalah bahwa

apabila hubungan hukum Landlord dan Tenant itu adalah suatu Perjanjian,

maka dalam proses beracara kasus Putusan MARI 2995 itu, si pihak Tenant

mendalilkan bahwa pihak Pengadilan tidak mengakui adanya hubungan hukum

yang tercipta, khususnya yang ditandai oleh Formulir Layanan, yang telah

Penulis singgung di atas.

Page 62: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

62

Si pihak Tenant mendalilkan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan-pertimbangan

hukumnya telah mengandung kelalaian-kelalaian, karena telah tidak

mempertimbangkan dalil-dalil Gugatan, Replik, bukti-bukti dan fakta-fakta,

sehingga menghasilkan keputusan yang keliru dan tidak benar dalam

memberikan putusannya, yaitu memberikan Putusan menolak formulir layanan

pelanggan sebagai bentuk Perjanjian yang sah dan mengikat secara hukum.

Beberapa argumen yang dibangun oleh si Tenant perlu untuk dipertimbangkan.

Menurut si pihak Tenant, adalah tidak beralasan jika pertimbangan

Judex Facti tingkat pertama pada paragraf 6 halaman 63, paragraf 1 dan 2

halaman 64 menolak dalil si Tenant jika Majelis telah mempertimbangkan

sebelumnya jika awal perjanjian antara si Tenant adalah sebagaimana

bukti58

yang diakui si Landlordtelah dibuat dan dilaksanakan oleh si Tenant dan

si Landlordsepuluh tahun yang lalu59

. Kaitan dengan itu, menurut si Tenant,

dengan mempertimbangkan bahwa bentuk perjanjian haruslah memenuhi

ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: sepakat mereka yang mengikatkan

dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu

sebab yang halal dan juga mempertimbangkan bahwa dengan memperhatikan

bukti P-6 tesebut, ternyata dibuat/ditandatangani oleh si Tenant dan petugas si

pihak Lamdlordyang adalah tidak mempunyai kewenangan untuk

58

Bukti P-1.

59

Bukti P-6/ T-1 judulnya adalah Formulir Layanan Pelanggan, bukti P-6/ T-1 tersebut adalah

merupakan bentuk layanan administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 5 tentang hak dan

kewajiban.

Page 63: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

63

menandatangani suatu perjanjian akan tetapi yang bersangkutan hanya sebagai

pencatat atas suatu keluhan dari pelanggan/si Tenant, tidak ada kata-kata yang

menunjukan adanya kesepakatan diantara si Tenant dan petugas pencatat dari

si Landlord, materi yang dituliskan pun bukan sesuatu yang pasti akan tetapi

berupa permintaan yang masih digantungkan pada suatu keputusan dari

otoritas yang berwenang, oleh karena itu bukti P-6/T-1 tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai bentuk perjanjian karena tidak memenuhi syarat sahnya

perjanjian sebagaimana Pasal 1320 KUH Perdata, oleh karena itu petitum

angka 3 haruslah ditolak.

Si pihak Tenant juga mendalilkan bahwa adalah pertimbangan yang

tidak beralasan hukum dan tidak berdasarkan fakta jika bukti P-6: Formulir

Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh

Petugas dari pihak Landlord dan si Tenantadalah bukan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Bukti P-1: Perjanjian Baku tentang Layanan Jasa

Telekomunikasi Selular GSM Telkomsel, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal

6.4 Bukti P-1 yang berbunyi :―Kewajiban Pelanggan untuk membayar biaya-

biaya yang terhutang olehnya akan jatuh tempo pada tanggal sebagaimana

disebutkan dalam surat tagihan atau pemberitahuan yang disampaikan oleh

bagian Costumer Service Telkomsel atau pemberitahuan tertulis yang

disampaikan Telkomsel, mana yang lebih cepat‖. Menurut si Tenant, bukti P-6:

Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang

ditandatangani itu adalah bukan sekedar catatan permintaan atau permohonan

dari dirinya, lebih dari pada itu, juga merupakan suatu bentuk

Page 64: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

64

informasi/pemberitahuan tertulis yang sebagaimana juga telah ditegaskan dan

dibenarkan oleh si Landlord dalam Jawaban Gugatan pada halaman 7 angka 4

yang mendalilkan bahwa dalam perkara a quo, Formulir Layanan Pelanggan

atas nama Tenant yang diterima pada tanggal 20 November 2009, adalah

sebagai bentuk Perjanjian yang sah dan mengikat secara hukum bagi Tenant

dan Landlord. Pihak tenan juga tidak dapat menerima pertimbangan Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam

pertimbangan hukumnya yang berkenaan dengan dalil-dalil si Tenant yang

menyatakan si Landlordtelah cedera janji/Wanprestasi atas Formulir Layanan

Pelanggan tertanggal 20 November 2009 karena dia telah melakukan

pemblokiran secara sepihak terhadap kartu Halo Tenant pada tanggal 14

Desember 2009, telah menghasilkan keputusan yang keliru dan tidak benar

dalam memberikan Putusannya yang menolak si Landlord telah wanprestasi

tersebut.

Si pihak Tenant menguraikan bahwa pertimbangan Judex Facti tingkat

pertama pada paragraf 3 halaman 64 yang menyatakan: ―Menimbang, bahwa

oleh karena petitum angka 3 ditolak, maka si Tenanttidak dapat mendasarkan

dalilnya (wanprestasi yang dilakukan Tergugat) tersebut pada Formulir

Layanan Pelanggan sebagaimana bukti P-6/T-1‖, Adalah Pertimbangan yang

tidak beralasan hukum dan tidak berdasarkan fakta. Dalam pandangan si

Tenantsebagaimana telah diuraikan pada Keberatan Kedua si Tenant di atas,

Bukti P-6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang

ditandatangani oleh Petugas si Landlord dan si Tenant adalah suatu bentuk

Page 65: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

65

Pemberitahuan tertulis yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Bukti P-1: Perjanjian Baku tentang Layanan Jasa Telekomunikasi Selular GSM

Telkomsel, sehingga Bukti P-6 adalah suatu bentuk perjanjian yang telah

memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320

KUHPerdata. Dan oleh karenanya, Tenant dapat mendasarkan dalilnya

(wanprestasi yang dilakukan Landlord).

Menurut si Tenant adalah salah jika hal itu tidak dipertimbangkan oleh

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan.Mengapa?

Menurut Si Tenant bahwa si Landlord dan dirinya telah sepakat bahwa tagihan

kartu Halo Pemohon Kasasi/Penggugat bulan September 2009 sebesar tujuh

juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah, dilakukan

secara dicicil sebanyak tiga kali pembayaran dan dalam waktu tigabulan,

sebagaimana dinyatakan dalam Bukti P–6: Formulir Layanan Pelanggan

tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani itu dan yang menyebutkan

bahwa :..ybs. (in casusi Tenant) meminta keringanan Pembayaran sebanyak

tiga kali dalam tiga bulan yang total tagihannya adalah sebesar Rp

7.750.764,00,. Menurut dalil si pihak Tenant, dia sudah melakukan

Pembayaran pertama Rp 5.000.000,00 tanggal 20/11/2009 akan melakukan

pembayaran lagi sebesar Rp 1.500.000,00 dan sisanya akan dibayarkan pada

bulan berikutnya.

Si Tenant juga mendalilkan bahwa terhadap kesepakatan yang

tercantum dalam Bukti P–6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20

Page 66: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

66

November 2009 itu, dia sebagai Tenant, dengan kesadaran, iktikad baik dan

bertanggung jawab tetap berupaya untuk memenuhi kewajibannya dengan

melakukan pembayaran pada tanggal 21 Oktober 2009 sebesar lima juta

rupiah, kemudian pada tanggal 20 November 2009 sebagai pembayaran cicilan

kedua sebesar satu juta lima ratus ribu rupiah. Si Tenant juga mendalilkan

bahwadisamping itu, berdasarkan Bukti P-7: Informasi Biaya Penggunaan

Kartu Halo, No. Invoice Number 0080509458 No. Kartu Halo 62811969697

Bulan Tagihan Desember, si Landlord justru telah membuktikan dan

membenarkan dalil-dalil yang dikemukakan si Tenant. Yaitu sisa tagihan bulan

November 2009 yang menjadi kewajibannya sebesar Rp 1.250.764,00 dari

nilai total tagihan sebelumnya sebesar Rp 7.750 764,00;Tagihan bulan berjalan

sebesar Rp 1.306.857,00; si Landlord mengakui dan telah menerima

pembayaran sebesar Rp 3.006.225,00, yaitu pembayaran sisa tagihan sebesar

Rp 1.500.000,00 sebagaimana kesepakatan dalam Bukti P–6: Formulir

Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh

Petugas si Landlord dan si Tenant, pembayaran untuk pemakaian bulan

berjalan sebesar Rp 1.506.225,00. Pihak Tenant mendalilkan jatuh tempo (due

date) adalah setiap tanggal 20 pada setiap bulannya (tanggal 20 Desember

2009); Isi kesepakatan Bukti P-6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20

November 2009 yang ditandatangani itu, masih tetap direalisasikan oleh si

Tenant dengan konsisten melakukan pembayaran baik untuk sisa tunggakan

maupun untuk tagihan bulan berjalan. Namun, menurut si Tenant,dengan

Page 67: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

67

secara melawan hak dan secara sewenang-wenang pada tanggal 14 Desember

2009 pihak Landlord melakukan pemblokiran.

Pihak Tenant terus bersikeras bahwa berdasarkan pertimbangan Judex

Facti Tingkat Pertama pada paragraf 7 halaman 60 yang menyatakan:

―Menimbang, bahwa untuk menentukan ada tidaknya wanprestasi, maka perlu

dibuktikan hal-hal sebagai berikut, yaitu: Apakah Tergugat telah lalai

memenuhi perjanjian;Apakah Tergugat tidak memenuhi perjanjian;Apakah

Tergugat terlambat memenuhi perjanjian,‖dari fakta-fakta dan uraian tersebut

di atas, secara logika yuridis dapat disimpulkan bahwa Pemblokiran kartu Halo

milik si Tenant secara sepihak dan melawan hak oleh si Landlord pada tanggal

14 Desember 2009 sebelum batas waktu (jatuh tempo pembayaran) tanggal 20

Desember 2009, telah memenuhi salah satu unsur pembuktian yang

menentukan adanya suatu wanprestasi. Dengan demikian jelas, didalilkan si

Tenant, bahwa dengan diblokirnya kartu Halo Tenantsebelum batas waktu

tanggal 20 Desember 2009, sangat jelas dan nyata bahwa Landlord telah

melakukan Wanprestasi.

Oleh karena itu, menurut si Tenant, Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Kelas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan-pertimbangan

hukumnya yang berkenaan dengan Pemblokiran Kartu Halo Tenant telah

mengandung kesalahan-kesalahan, kekeliruan dan tidak benar dalam

memberikan Pertimbangan-pertimbangan yang telah Memberi Hak Kepada

Landlord untuk melakukan pemblokiran dan pertimbangan pemblokiran

Page 68: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

68

tersebut adalah bukan perbuatan wanprestasi. Hal itu dapat dijelaskan sebagai

berikut, menurut si Tenant, Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama

pada paragraf 5 halaman 64 dan paragraf 5 halaman 65 yang menyatakan

―Menimbang, bahwa dalam bukti P-1/ T-6 kewajiban si Tenant sebagai

pelanggan kartu Halo adalah membayar biaya penggunaan layanan

dasar,layanan tambahan dan layanan administratif kepada si Landlord atau PT.

Telkomselpada waktu dan cara sebagaimana dimaksud Pasal 7, yaitu yang

akan jatuh tempo pada tanggal sebagaimana disebutkan dalam surat tagihan

dan selanjutnya dalam Pasal 8 memberi hak kepada Landlord untuk melakukan

pemblokiran apabila Tenant tidak memenuhi kewajiban pembayaran biaya

yang terhutang.

Oleh karena hal pemblokiran, menurut si Tenant merupakan sesuatu

yang diperjanjikan dan disepakati oleh kedua belah pihak manakala salah satu

pihak lalai dalam melaksanakan kewajibannya, maka perbuatan Tenant yang

telah lalai membayar tagihan pembayaran kartu Halo, telah memberi hak

kepada si Landlord untuk melakukan pemblokiran, oleh karena mana

perbuatan Landlord melakukan pemblokiran bukanlah merupakan perbuatan

wanprestasi dan tidak ada kaitannya dengan formulir layanan Pelanggan

tanggal 20 November 2009, karena mana petitum 4 patut untuk ditolak, adalah

Pertimbangan tidak beralasan hukum, saling bertentangan dan tidak

berdasarkan fakta, demikian dalil si Tenant. Menurut pihak Tenant, hal itu

terjadi karena: Bahwa berdasarkan Bukti P-7: Informasi Biaya Penggunaan

Kartu Halo, No. Invoice Number 0080509458 No. Kartu Halo 62811969697

Page 69: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

69

Bulan Tagihan Desember, tanggal jatuh tempo pembayaran adalah pada

tanggal 20 Desember 2009 serta Pemblokiran kartu Halo secara sepihak dan

melawan hak oleh Landlord tersebut, telah memenuhi salah satu unsur

pembuktian yang menentukan adanya suatu wanprestasi, sebagaimana telah

uraikan pada Keberatan Tenant di atas.

Dalam pandangan pihak Tenant, dengan demikian jelas bahwa

Pertimbangan Judex Facti Tingkat Pertama yang telah memberikan hak kepada

Lanlord untuk melakukan pemblokiran pada tanggal 14 Desember 2009 dan

pemblokiran tersebut bukanlah merupakan suatu wanprestasi, adalah

Pertimbangan yang tidak beralasan hukum, oleh karena itu Putusan Tingkat

Tinggi tesebut haruslah dibatalkan. Pihak Tenant juga mendalilkan bahwa

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam

pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang berkenaan dengan Perbuatan

Landlordselaku pelaku usaha telah melakukan perbuatan yang bertentangan

dan melanggar UU Perlindungan Konsumen, telah mengandung kesalahan-

kesalahan, kekeliruan dan tidak benar dalam memberikan Pertimbangan-

Pertimbangan bahwa tidak ada perbuatan Landlord yang melanggar UU

Perlindungan Konsumen, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut:

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama pada

paragraf 5 halaman 65 yang menyatakan:―Menimbang, bahwa oleh karena

pemblokiran yang dilakukan oleh Landlord atas kartu Halo milik Penggugat

No. 0811969697 adalah merupakan konsekuensi dari pelaksanaan/isi

perjanjinan yang disepakati oleh Tenant dan Landlord, maka artinya

Page 70: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

70

Landlordtelah melaksanakan perjanjian dengan benar sesuai yang sudah

disepakati bersama, maka oleh karena itu tidak ada perbuatan yang dilanggar

dari UU Perlindungan Konsumen, karena itu petitum ke 5 patut untuk ditolak‖,

menurut si Tenant, adalah suatu Pertimbangan Hakim yang tidak beralasan

hukum dan tidak berdasarkan fakta. Hal seperti itu terjadi, karea menurut si

Tenant, sebagaimana uraian Keberatan Ketiga dan Keberatan Keempat si

Tenant di atas, bahwa dengan diblokirnya kartu Halo oleh Landlord sebelum

batas waktu tanggal 20 Desember 2009, sangat jelas dan nyata bahwa

Landlord telah melakukan Wanprestasi. Namun demikian, Tenant masih

beritikad baik untuk melunasi seluruh sisa tagihan terakhir sebesar tiga juta

tiga ratus empat belas ribu empat ratus enam puluh dua rupiah sebagaimana

Bukti P-9: Bukti Pembayaran yang dilakukan oleh Tenant sebesar Rp

3.314.462,00 tertanggal 14 Mei 2010 dengan Nomor Bukti Bayar:

30600140520100118981974. Sehingga menyebabkan Tenant selaku konsumen

telah kehilangan hak atas kenyamanan dalam memanfaatkan produk jasa kartu

Halo dan Hak Tenant tersebut adalah hak yang dijamin oleh hukum yang

ditulis dalam UU Perlindungan Konsumen.Pasal 7 huruf (a) UU Perlindungan

Konsumen: ―beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya‖;Pasal 7

huruf (b) UU Perlindungan Konsumen: ―memberikan informasi yang benar,

jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa serta

memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”. Pasal 7 huruf

(c) UU Perlindungan Konsumen: ―memperlakukan atau melayani konsumen

secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.‖Pasal 26 UU yang sama juga

Page 71: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

71

di dalamnya dinyaakan:―pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib

memenuhi jaminan dan/ atau garansi yang disepakati dan/ atau yang

diperjanjikan.‖ Sementara itu, berkaitan dengan hal tersebut si Tenant juga

membangun argumen bahwa Pasal 17 huruf (a) UU Telekomunikasi:

―penyelenggaraan telekomunikasi dan/ atau penyelenggaraan jasa

telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi berdasarkan

prinsip perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-baiknya baik bagi

semua pengguna.‖

Si pihak Tenant juga mendalilkan bahwa Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan-pertimbangan

hukumnya yang berkenaan dengan Pengembalian atas uang yang dikeluarkan

oleh si Tenant, telah mengandung kesalahan-kesalahan, kekeliruan dan tidak

benar dalam memberikan Pertimbangan-Pertimbangan. Dalam pandangan si

Tenant, kekeliruan seperti itu terjadi karena uang yang sudah dikeluarkan si

Tenant tersebut, sudah menjadi kewajiban hukum dari si Tenant sendiri yang

tidak dapat dibebankan kepada orang lain, sebagaimana dikemukakan sebagai

berikut: bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama pada

paragraf 1 halaman 66 yang menyatakan: ―Menimbang, bahwa terhadap

tuntutan si Tenant agar Landlord mengembalikan biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh si Tenantsehubungan pengurusan perkara dimaksud

sebagaimana bukti P-10, P-11, P-12, P-14a, P-14b, P-14c dan bukti pendukung

pengeluaran uang Penggugat berupa P-13a, P-13b, P-13c dan P-13d sebesar Rp

5.500.000,00, oleh karena biaya-biaya tersebut dikeluarkan adalah untuk

Page 72: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

72

mewakili kepentingan si Tenant secara pribadi dalam memperlancar

pekerjaannya, maka adalah menjadi kewajiban hukum dari si Tenant sendiri

yang tidak dapat dibebankan kepada orang lain, karena itu Petitum ke 6 patut

untuk ditolak‖, adalah Pertimbangan tidak beralasan hukum dan tidak

berdasarkan fakta, setidak-tidaknya menurut si Tenant karena: dengan

diblokirnya kartu Halo oleh Landlord sebelum batas waktu tanggal 20

Desember 2009, sangat jelas dan nyata bahwa Landlord telah melakukan

wanprestasi yang mengakibatkan Kerugian Materil yang dialami oleh Tenant

sebagaimana Bukti P-10, P-11, P-12, P-14a, P-14b, P-14c dan Bukti

Pendukung pengeluaran uang Tenant berupa Bukti P-13a, P-13b, P-13c dan P-

13d sebesar lima juta lima ratus ribu rupiah. Bahwa selain kerugian-kerugian

diatas, si Tenant juga telah kehilangan opportunity/peluang/kesempatan untuk

menjaga citra dan kredibilitasnya. Perbuatan Landlord, menurut Tenant, juga

telah menimbulkan citra negatif terhadap Tenantyang sedang menjaga dan

membangun citra serta reputasinya. Dan oleh karenanya, menimbulkan

kerugian Immateril termasuk namun tidak terbatas, terhadap perasaan yang

tidak nyaman dalam diri Tenant, maka si Tenant menuntut ganti rugi terhadap

Landlord atas kerugian immaterial tersebut sebesar satu miliar rupiah.

2.6. Pertimbangan Mahkamah Agung Mengenai Hubungan Landlord-

Tenant

Terhadap alasan-alasan tersebut di atas Mahkamah Agung berpendapat

bahwa alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh pihak Tenant tidak dapat

dibenarkan.Tidak dibenarkannya alasan-alasan yang dikemukakan oleh si

Page 73: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

73

pihak Tenant sebagaimana telah dikemukakan secara terperinci di atas

menyebabkan Mahkamah Agung berkesimpulan bahwa Judex Facti tidak salah

menerapkan hukum. Menurut Mahkamah Agung, pertimbangan Judex Facti

sudah tepat dan benar.

Mahkamah agung yang sidangnya untuk kasus tersebut waktu itu

dipimpin oleh Dr. H. Ahamad Kamil, SH., M.Humpada tanggal 29 Maret

2013 mempertimbangkan pula alasan yang menyebabkan kesipulan bahwa apa

yang dikemukakan oleh pihak Tenant tidak dapat membuktikan dalil

gugatannya. Alasan yuridis yang dikemukakan Mahkamah Agung adalah

bahwa gugatan Penggugat tidak memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata.

Pihak Tenant, menurut Mahkamah Agung, tidak dapat mendasarkan dalilnya

bahwa menurut pendapa si Tenant, si pihak Landlord tersebut telah

wanprestasi.

Dalam pandangan Mahkamah Agung, dalil wanprestasi yang dilakukan

oleh si pihak Landlord itu bahwa ada formulir layanan Pelanggan sebagaimana

bukti P6/T1 tidaklah cukup. Menurut Mahkamah Agung, dalil si pihak Tenant

yang mengatakan bahwa adanya wanprestasi: (1) karena bukti P6/T1 tersebut

adalah merupakan perjanjian yang sudah disepakati oleh dirinya dengan si

pihak Landlord; (2) dengan adanya kelalaian si pihak Landlord; dan (3)

kenyataan bahwa lalainya si pihak Tenant membayar tagihan telah memberi

Hak kepada pihak Landlord untuk memblokir Kartu Halo milik Penggugat

tidak benar. Menurut Mahkamah Agung alasan si pihak Tenant seharusnya

Page 74: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

74

adalah alasan mengenai adanya kesalahan penerapan hukum, adanya

pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi

syaratsyarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang

mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila

Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 30 UU No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 tahun 2004 dan perubahan

kedua dengan UU No. 3 tahun 2009. Itulah sebabnya Mahkamah Agung

berpendapat bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata bahwa

putusan Judex Facti dalam perkara itu tidak bertentangan dengan hukum

dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh si pihak

Tenant, yaitu Prof. Dr. Farouk Muhammad harus ditolak.

2.7. Analisis Bagaimana Penyelenggara60

Telekomunikasi sebagai

Landlord

Setelah pemaparan tentang temuan Penelitian atas Putusan MARI 2995

sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas, maka berikut di bawah ini

analisis terhadap isi Putusan MARI 2995 itu dalam rangka melihat dan

menjustidikasi adanya pola hubungan hukum Landlord and Tenant di dalam

Putusan sebagai satuan amatan tersebut. Lebih khusus lagi, analisis yang

dikemukakan berikut di bawah ini berkisar kepada menjawab permasalahan

60

UU Telekomunikasi, Pasal 1 Ayat (7) mendefinisikan penyelenggara telekomunikasi sebagai

perseorangan, koperasi, Badan Usaha Milik Daerah BUMD), Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara.

Pasal tersebut juga tidak secara eksplisit menyatakan bahwa penyelenggara telekomunikasi itu

merupakan Landlord atau pemberi sewa telekomunikasi kepada pihak pelanggan (tenant).

Page 75: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

75

yang sudah dirumuskan di dalam Bab I Skripsi ini, yaitu: Bagaimana

tanggungjawab hukum operator sellular sebagai Landlord, pihak

penyelenggara61

telekomunikasi dalam hubungan hukum dengan pelanggan

sebagai penyewa (tenant)?

Pada dasarnya setiap kegiatan atau aktivitas manusia dapat diatur oleh

hukum. Hukum dipersempit pengertiannya menjadi peraturan perundang-

undangan yang dibuat oleh negara. Dalam kaitannya dengan teknologi

komunikasi, peran hukum adalah untuk melindungi pihak-pihak yang lemah

terhadap eksploitasi dari pihak yang kuat, disamping itu hukum dapat pula

mencegah dampak negatif dari ditemukannya suatu teknologi baru. Pada

dasarnya setiap kegiatan atau aktivitas manusia dapat diatur oleh hukum.

Hukum dipersempit pengertiannya menjadi peraturan perundang-undangan

yang dibuat oleh negara. Dalam kaitannya dengan teknologi komunikasi, peran

hukum adalah untuk melindungi pihak-pihak yang lemah terhadap eksploitasi

dari pihak yang kuat, disamping itu hukum dapat pula mencegah dampak

negatif dari ditemukannya suatu teknologi baru.

Prinsip ini secara eksplisit telah di atur dalam UU Telekomunikasi, UU

ITE maupun UU Perlindungan Konsumen seperti yang telah penulis jelaskan

pada BAB terdahulu. Prinsip ini mengatakan bahwa pelaku usaha selalu

dianggap bertanggungjawab terhadap kerugian yang timbul kecuali pelaku

61

UU Telekomunikasi, Pasal 1 Ayat (7) mendefinisikan penyelenggara telekomunikasi sebagai

perseorangan, koperasi, Badan Usaha Milik Daerah BUMD), Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara.

Pasal tersebut juga tidak secara eksplisit menyatakan bahwa penyelenggara telekomunikasi itu

merupakan Landlord atau pemberi sewa telekomunikasi kepada pihak pelanggan (tenant).

Page 76: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

76

usaha dapat membuktikan bahwa kerugian yang terjadi bukan disebabkan oleh

kelalaiannya dan merupakan kelalaian/kesalahan dari konsumennya.

Pengaturan menyangkut tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen

tertuang dalam Pasal 19 ayat 1 UU Perlindungan Konsumen mengamanatkan

bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang

dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Pasal tersebut merupakan

landasan hukum terkait tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen yang

telah dirugikan.

Berdasarkan Pasal tersebut maka pelanggan seluler berhak untuk

mendapatkan ganti rugi dari operator seluler atas kerugian yang dialaminya.

Selanjutnya Pasal 15 Ayat (1) UU Telekomunikasi mengamanatkan bahwa atas

kesalahan dan atau kelalaian penyelenggara komunikasi yang menimbulkan

kerugian, maka pihak-pihak yang dirugikan berhak mengajukan tuntutan ganti

rugi kepada penyelenggara komunikasi.62

Berdasarkan pasal tersebut,

konsumen yang dalam hal ini pelanggan seluler berhak untuk mengajukan

ganti rugi karena kerugian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian yang

dilakukan oleh operator seluler sehingga mengakibatkan bocornya data

pelanggan. Adanya unsur kesalahan atau kelalaian dan kerugian yang diderita

oleh pelanggan seluler yang dilakukan oleh operator seluler, maka dapat

dianggap perbuatan yang dilakukan oleh operator seluler adalah perbuatan

melawan hukum sebagaimana diatur di dalam Pasal 1365 BW.

62

Pasal 15 Ayat (1) UU Telekomunikasi.

Page 77: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

77

Selanjutnya dalam UU Telekomunikasi mengamanatkan bahwa

penyelenggara telekomunikasi wajib memberikan ganti rugi kecuali

penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut

bukan diakibatkan oleh kesalahan dan atau kelalaiannya.63 Berdasarkan Pasal

tersebut, operator seluler wajib memberikan ganti rugi kepada pelanggan

seluler yang menuntut ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang telah

mengakibatkan kerugian.

Ada beberapa kemungkinan penuntutan yang didasarkan pada Pasal 1365

BW, yaitu:64

ganti rugi atas kerugian dalam bentuk uang; ganti rugi atas

kerugian dalam bentuk natura atau dikembalikan dalam keadaan semula;

pernyataan bahwa perbuatan adalah melawan hukum;Larangan dilakukannya

perbuatan tertentu; Meniadakan suatu yang diadakan secara melawan hukum;

pengumuman keputusan dari sistem yang telah diperbaiki.

Menurut pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, setiap

perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain

selaku konsumen, mewajibkan orang yang karena salah menerbitkan kerugian

itu, mengganti kerugian tersebut. Perbuatan melanggar hukum dalam tanggung

jawab pelaku usaha yang merugikan konsumen dapat diartikan juga sebagai

perbuatan yang melanggar hak orang lain dan bertentangan dengan kewajiban

pelaku usaha, bertentangan dengan kesusilaan dan tidak sesuai dengan

kepantasaan dalam masyarakat perihal memperhatikan kepentingan orang lain

63

Lihat Pasal 15 Ayat (2) UU Telekomunikasi.

64

M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cet.2, Pradnya Pramitha, Jakarta,

1982, hal.,102.

Page 78: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

78

(konsumen). Untuk dapat menuntut ganti kerugian atas produk yang

merugikan konsumen dalam dasar perbuatan melanggar hukum maka harus

dipenuhi beberapa syarat, seperti adanya suatu perbuatan melawan hukum,

adanya kesalahan, adanya kerugian, dan adanya hubungan kausal antara

kerugian dan kesalahan. Dari ajaran di atas, perbuatan melanggar hukum

mempunyai pengertian yaitu berbuat (aktif) atau tidak berbuat (pasif) sehingga

bertentangan dengan hukum dalam arti luas. Menurut teori kesalahan,

kewajiban timbul dikarenakan adanya kesalahan. Kesalahan selalu ada

meskipun dalam ketentuan unsur tidak ada, namun harus dipersangkakan ada.

Untuk dapat ganti kerugian berdasarkan perbuatan melanggar hukum, maka

unsur kesalahan ini harus dapat dibuktikan. Kesalahan di sini umumnya

diartikan secara luas, yang meliputi kesengajaan (opzet) dan kekuranghati-

hatian atau kelalaian (negligence).

Ukuran yang dipergunakan dalam hal ini adalah perbuatan dari seseorang

yang dalam keadaan normal. Kesalahan yang dimaksud dalam kaitan dengan

perbuatan melanggar hukum ini adalah kesalahan, baik berupa kesengajaan

maupun kekuranghati-hatian (kelalaian). Kesengajaan ini menunjukkan adanya

maksud dari pelaku usaha untuk menimbulkan akibat tertentu. 65

Kelalaian

(negligence) oleh pelaku usaha merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai

dengan standar kelakuan yang ditetapkan dalam undang-undang demi

perlindungan anggota masyarakat terhadap resiko yang tidak rasional. Yang

dimaksudkan disini adalah adanya perbuatan kurang cermat dan kurang hati-

65

Janus Sidabalok ,Op., Cit, hal., 105.

Page 79: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

79

hati yang semestinya seorang penjual atau pelaku usaha mempunyai kewajiban

memelihara kepentingan orang lain (duty of care). Unsur utama dalam

neglience ini adalah adanya kewajiban memelihara kepentingan orang yang

dilanggar pelaku usaha atas produknya. Kewajiban ini mensyaratkan bahwa

pelaku usaha harus hati-hati dalam menjaga kepentingan orang lain sebagai

konsumen.

2.7.1. Soal Keterbukaan Informasi (Representation) Landlord

Berbicara mengenai keterbukaan informasi, hal tersebut merupakan

kewajiban yang harus dilakukan oleh oleh pelaku usaha dan sebaliknya

merupakan hak yang diterima oleh konsumen. Mengenai hal tersebut, sudah

diatur secara jelas dalam UU Perlindungan Konsumen. Kewajiban pelaku usaha

salah satunya adalah memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.66

Sedangkan salah satu hak dari

konsumen adalah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.67

Hal tersebut terlihat dalam rumusan

dalam putusan ‖bahwa kemudian Penggugat dikejutkan dengan tagihan bulan

September 2009 sebesar Rp 7.750.764,00 (tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu

tujuh ratus enam puluh empat rupiah), sedangkan biasanya hanya sebesar Rp

1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah), pembengkakan biaya tersebut

66

Lihat Pasal 7 huruf (b) UU No. 8 tahun 1999 tntang Perlindungan Konsumen.

67Lihat Pasal 4 huruf (c) UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Page 80: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

80

ternyata kemudian diketahui oleh Penggugat dikarenakan biaya roaming

internasional di luar negeri, yaitu selama seminggu ketika Penggugat

menjalankan ibadah umrah di Mekkah; Bahwa terhadap tagihan tersebut,

Penggugat telah menugaskan 2 (dua) orang staf dari kantor Penggugat untuk

menyampaikan keberatan Penggugat dan meminta keringanan pembayaran

kepada Tergugat di Kantor Grapari Telkomsel, Jalan Gatot Subroto. Dalam hal

ini, Penggugat tidak memperoleh informasi atau tidak mendapatkan informasi

yang cukup tentang besarnya biaya roaming internasional di luar negeri, tetapi

Tergugat melalui petugasnya hanya menyatakan bahwa pencarian informasi

dimaksud menjadi kewajiban pelanggan (dalam hal ini menjadi kewajiban

Penggugat)‖68

Tentu saja hal tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundangan yang berlaku yang sudah secara jelas mengatakan bahwa

merupakan kewajiban bagi penyelenggara telekomunikasi dalam memberikan

informasi yang jelas dan benar kepada pelanggannya. Dalam hal ini, penulis

melihat bahwa dalam putusan tersebut, belum memperhatikan secara benar

aturan hukum yang ada dalam hal mempertimbangkan hak-hak dari pelanggan

yang mana ketika hak tersebut tidak dipenuhi sehingga pelanggan mengalami

kerugian. Prinsip prinsip hukum yang seharusnya diperhatikan oleh hakim dalam

mengambil keputusan merupakan hal yang

Menurut Penulis, Pertanggungjawaban landlord maupun tenant

merupakan pertanggungjawaban berdasarkan pada prinsip praduga untuk selalu

bertanggungjawab (Presumtion Of Liability Principle) hal tersebut dikarenakan

68

Putusan Mahkamah Agung

Page 81: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

81

aturan hukum yang berlaku dalam UU Telekomunikasi, UU ITE maupun UU

perlindungan konsumen mamberikan posisi pelaku usaha sebagai pihak yang

memiliki beban pembuktian jika terdapat kerugian sehingga pelaku usaha yang

selalu dianggap bertanggungjawab, kecuali pelaku usaha dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaiannya.

Dalam Putusan MARI 2995 terdapat pertanggungjawaban landlord

merupakan pertanggungjawaban berdasarkan pada prinsip praduga untuk selalu

bertanggungjawab.Hal tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku. Yang terlihat dalam bunyi rumusan: Bahwa pertimbangan Judex Facti

tingkat pertama pada paragraf 6 halaman 63, paragraf 1 dan 2 halaman 64 yang

menyatakan:―Menimbang, bahwa Majelis telah mempertimbangkan sebelumnya

jika awal perjanjian antara Penggugat adalah sebagaimana bukti P-1 yang diakui

Penggugat telah dibuat dan dilaksanakan oleh Penggugat dan Tergugat sepuluh

tahun yang lalu, bukti P-6/ T-1 judulnya adalah Formulir Layanan Pelanggan,

bukti P-6/ T-1 tersebut adalah merupakan bentuk layanan administratif

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 tentang hak dan kewajiban‖; ―Menimbang,

bahwa bentuk perjanjian haruslah memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH

Perdata, yaitu: sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk

membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal‖;

―Menimbang, bahwa dengan memperhatikan bukti P-6 tesebut, ternyata dibuat/

ditandatangani oleh Pengugat dan petugas Tergugat yang adalah tidak

mempunyai kewenangan untuk menandatangani suatu perjanjian akan tetapi

yang bersangkutan hanya sebagai pencatat atas suatu keluhan dari

Page 82: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

82

pelanggan/Pengugat, tidak ada kata-kata yang menunjukan adanya kesepakatan

diantara Penggugat dan petugas pencatat dari Tergugat, materi yang dituliskan

pun bukan sesuatu yang pasti akan tetapi berupa permintaan yang masih

digantungkan pada suatu keputusan dari otoritas yang berwenang, oleh karena

itu bukti P-6/T-1 tersebut tidak dapat dikatakan sebagai bentuk perjanjian karena

tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320

KUH Perdata, oleh karena itu petitum angka 3 haruslah ditolak‖.69

Dalam

pertimbangan ini, Penulis melihat ada permasalahan hukum berkaitan dengan

perjanjian sewa menyewa yang dilakukan oleh kedua pihak yang kemudian

tidak diakui oleh tergugat bahwa terdapat hubungan hukum sewa menyewa

padahal seharusnya secara hukum perjanjian tersebut tentu harus ada. Seperti

yang telah penulis kemukakan diatas bahwa hubungan hukum antara kedua

pihak adalah hubungan hukum sewa menyewa.Dalam UU Telekomunikasi

sudah mengatur mengenai hal tersebut yang mengatakan bahwa penyelengara

jasa telekomunikasi menyelenggarakan jasa telekomunikasi, menggunakan dan

atau menyewa jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan

telekomunikasi.70

Dalam rumusan pasal tersebut sudah jelas bahwa hubungan

sewa menyewa itu ada dan tidak dapat disimpangi bahkan haruslah menjadi

pertimbangan hakim dalam memberikan putusannya agar sesuai dengan prinsip-

prinsip hukum yang ada.

69

Putusan Mahkamah Agung.

70

Lihat Pasal 9 Ayat (2) UU Telekomunikasi

Page 83: Tanggung Jawab Operator Seluler Landlord Terhadap Kerugian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8347/2/T1_312010022_BAB II.pdf · catatan kaki No. 44 dalam Bab terdahuli Skripsi

83

Sehingga setelah melihat pada ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, Penulis menyimpulkan bahwa dalam putusan tersebut hakim telah

berusaha untuk mendekatkan putusannya pada prinsip hukum, baik yang dituntut

oleh KUHPerdata, UU Telekomunikasi, UU ITE maupun UU Perlindungan

Konsumen.