Tamponade jantung

16
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Tamponade jantung merupakan kompresi akut pada jantung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium dari rupture jantung, trauma tembus atau efusi yang progresif (Dorland, 2002 : 2174). Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi penngumpulan cairan di pericardium dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001: 458). B. Etiologi Etiologinya bermacam-macam yang paling banyak maligna, perikarditis, uremia dan trauma (ENA, 2000: 128). Tamponade jantung bisa disebabkan karena neoplasma, perikarditis, uremia dan perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau infeksi (Mansjoer, dkk. 2001 : 458). Penyebab tersering adalah neoplasma, idiopatik dan uremia. Perdarahan intraperikardium juga dapat terjadi akibat katerisasi jantung intervensi koroner, pemasangan pacu jantung, tuberculosis, dan penggunaan antikoagulan (Panggabean, 2006 : 1604).

Transcript of Tamponade jantung

Page 1: Tamponade jantung

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Tamponade jantung merupakan kompresi akut pada jantung yang disebabkan

oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan

dalam pericardium dari rupture jantung, trauma tembus atau efusi yang progresif

(Dorland, 2002 : 2174).

Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan

memerlukan tindakan darurat. Terjadi penngumpulan cairan di pericardium dalam

jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel. (Mansjoer, dkk.

2001: 458).

B. Etiologi

Etiologinya bermacam-macam yang paling banyak maligna, perikarditis,

uremia dan trauma (ENA, 2000: 128).

Tamponade jantung bisa disebabkan karena neoplasma, perikarditis, uremia

dan perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau infeksi

(Mansjoer, dkk. 2001 : 458).

Penyebab tersering adalah neoplasma, idiopatik dan uremia. Perdarahan

intraperikardium juga dapat terjadi akibat katerisasi jantung intervensi koroner,

pemasangan pacu jantung, tuberculosis, dan penggunaan antikoagulan

(Panggabean, 2006 : 1604).

C. Tanda dan gejala

Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan perikardium.

Bila terjadi secara lambat dapat memberi kesempatan mekanisme kompensasi

seperti takikardi, peningkatan resistensi vascular perifer dan peningkatan volume

intravaskular. Bila cepat, maka dalam beberapa menit bisa fatal. 

Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan tekanan vena

jugularis, pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik

Page 2: Tamponade jantung

<100mmHg, dan bunyi jantung yang melemah. Sedangkan pada yang kronis

ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus. 

Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam dan

tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah, pucat,

keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak jantung melebar, suara jantung

redup dan pulsus paradoksus. Trias classic beck berupa distensis vena leher, bunyi

jantung melemah dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan

tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000: 298).

Menurut ENA (2000 : 129) tanda dan gejala yang muncul dapat berupa

takipnea, tanda kusmaul (peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas

spontan), Beck’s triad, distensi vena jugularis dari elevasi tekanan vena, pulsus

paradoksus : sistolik menurun saat inspirasi 10 mm Hg atau lebih), tekanan nadi

terbatas, takikardi, kulit dingin, kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis,

dan penurunan tingkat kesadaran.

D. Patofisiologi

Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi pericardium menyebabkan

hambatan serius aliran darah ke jantung ( gangguan diastolik ventrikel ). Penyebab

tersering adalah neoplasma, dan uremi. (Penggabean, 2006 : 364 ).

Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara abnorma pada

otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak terkontrol, yang

menyebabakan pembentukan massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatnya

ruang pada kantong jantung (perikardium) terdesak sehingga terjadi pergesekan

antara kantong jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung

(epikardium).

Pergesekan ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada perikarditis

sehingga terjadi penumpukan cairan pada pericardium yang dapat menyebakan

tamponade jantung. Uremia juga dapat menyebabkan tamponade jantung (Price,

2005 : 954). Dimana orang yang mengalami uremia, di dalam darahnya terdapat

toksik metabolik yang dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi

terjadi pada perikardium).

Selain itu , tamponade jantung juga dapat disebabkan akibat trauma tumpul/

tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan

sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan

jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut.

Page 3: Tamponade jantung

E. Komplikasi

1.         Gagal jantung

2.         Syok kardiogenik    

3.         Henti jantung

F. Pemeriksaan penunjang

1. Rontgen standar : foto servikal, thorakal, dan pelvis

2. Laboratorium

a. Creatini kinase dan isoenzin : Meningkat pada MI dan trauma jantung

b. Profil renal dan CBC : uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan dengan

perikarditis

c. Protrombin time (PT) dan aPTT (activated partial thromboplastin time) :

menilai risiko pendarahan selama intervensi misalnya drainase pericardial

3. EKG

a. Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity), sebelumnya dikenal sebagai

Electromechanical Dissociaation, merupakan dimana EKG didapatkan

irama sedangkan pada perabaan nadi tidak ditemukan pulsasi.

b. PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension pneumothoraks,

hipovolemia, atau rupture jantung.

c. EKG juga digunakan untuk memonitor jantaung ketika melakukan aspirasi

perikardium

d. CVP (central venous pressure), normalnya 10-12

e. Pulse-oximetry

f. Echocardiografi : menilai pericardium

g. USG abdomen (FAST) : mendeteksi cairan rongga perikardium

G. Asuhan Keperawatan

1. Kasus

Tn: R usia 35 tahun datang ke Rs dengan keadaan lemas,terdapat bekas luka

operasi pada dada,keluarga mengatakan pasien pernah kecelakan 2 tahun yang

lalu dimana pada waktu itu terjadi patahan tulang rusuk yang menembus jan

tingpasien,pada 2 blan lalu klien mengeluh nyeri dada dan didapatkan TD:

90/30mmhg,nadi >100x/menit dan di dapatkan bunyi jantung yang lemah,

distensi vena jugularis.

2. Format pengkajian ruang ICU/ICCU

Page 4: Tamponade jantung

Nama pasien :Tn.R

Umur : 35 tahun

Tanggal : 13/10/2014

Ruangan : II A

Diagnosa Medis :     Tamponade jantung

Pengkajian Primer

A : Tidak tampak tanda gejala

B :Takipnea 

Tanda Kusmaul : peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas

spontan

C :takikardi, 

peningkatan volume vena intravaskular.

pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik

<100mmHg, 

pericardial friction rub,

pekak jantung melebar, 

D : Penurunan tingakat kesadaran

E : Adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada

Data Demografi

Nama lengkap : Riski

Status Perkawinan : Menikah

Agama :Islam

Pendidikan : Smp

Alamat : Baso

Tgl Masuk RS :13/10/2014

TTL : Malalak 17/03.1979

Suku : chaniago

Pekerjaan : pedagang

Status Kesehatan Saat Ini

Alasan keluhan/keluhan utama: Tidak sadarkan diri dan mengeluh sakit pada dada

Faktor pencetus: Tidak sadarkan diri

Page 5: Tamponade jantung

Lamanya keluhan: Sejak 2 bulan lalu mendadak/bertahap

Faktor yang memperberat : aktifitas sehari hari

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : minum obat anti nyeri

Diagnosa Medik: amponade jantung

Riwayat Kesehatan yang Lalu

Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama, dan upaya mengatasi)

Operasi jantung karna perlukaan

Alergi : Clear

Kebiasaan : merokok/kopi/alkohol/lain-lain

Obat – obatan yang sering digunakan (nama dan frekuensi)

Pola nutrisi :

BB : 59kg TB :170 cm

Frekuensi makan : 3x sehari

Jenis makanan : Nasi,sayuran

Makanan yang disukai : pical lele

Makanan yang tidak disukai : yang manis-manis

Nafsu makan dalam 6 bulan terakhir : baik/sedang/kurang :

Perubahan berat badan 6 bulan terakhir : 3kg kg Bertambah/berkurang

Jenis diet :

Nafsu makan : turun

Pengeluaran NGT : -

Keluhan makan :-

Pola eliminasi

BAB

Frekuensi : 1x Waktu : pagi

Warna : kuning Konsistensi : padat

Kesulitan : -

BAK

Frekuensi : 5x Warna : pucat

Kesulitan :-

Pola Tidur dan Istirahat

Lama tidur : 8 jam Waktu : malam

Kesulitan dalam hal tidur : nyeri dada

Pola aktivitas dan Latihan

Page 6: Tamponade jantung

Kegiatan dalam pekerjaan : -

Olah rutin (jenis dan frekuensi) :-

Kegiatan diwaktu luang :-

Keluhan dalam beraktivitas : nyeri dada

Pola bekerja : -

Jenis pekerjaan : berdagang

Jadwal kerja :pagi hingga sore

Riwayat Keluarga

Genogram beserta penyakit yang dialami oleh anggota keluarga lain :

klien dm

Pengkajian Sekunder

Kepala

Inspeksi : tak adalesi simetris

Palpasi : taka ada nyeri

Keluhan : pusing

Mata

Fungsi Penglihatan : normal Palpebra : terbuka/tertutup

Ukuran pupil : kecil isokor/unisokor

Akomodasi : isokor/unisokor

Konjungtiva : pucat sklera : -

Edema palpebra :-

Keluhan :-

Telinga

Fungsi pendengaran : baik

Fungsi keseimbangan :baik

Keluhan :-

Hidung dan Sinus

Page 7: Tamponade jantung

Inspeksi : simetris

Pembengkakan : tak ada Perdarahan : -

Keluhan :-

Mulut dan Tenggorokan

Inspeksi : pucat,kering

Keadaan gigi : kuning

Keadaan membran mukosa : kering

Kesulitan menelan : ada

Leher

Inspeksi/palpasi :-

Auskultasi :-

Thorak

Inspeksi : bekas luka operasi

Palpasi : nyeri tekan

Perkusi paru :ada cairan

Perkusi jantung :adacairan di jantung

Auskultasi paru : kasmaul

Pola ventilator :-

Deskripsi ventilator :

Auskultasi jantung : bunyi jantung redup

Gambaran EKG : buruk

Sirkulasi

Frekuensi nadi : >100x/menit SAO2 : -

Tekanan darah : MAP : CVP :-

PA Sistolik : 90mmhg PA Diastolik : 30mmhg PAP : -

Suhu tubuh : 38°C Suhu Ekstremitas : 37,5°C

Sianosis : bibir/kuku Pucat :

Turgor : kering

Abdomen

Inspeksi :buncit

Palpasi :nyeri tekan

Perkusi : redup

Auskultasi : bising usus

Ekstremitas

Page 8: Tamponade jantung

Inspeksi : bekasn luka

Massa otot : - Tonus otot : -

Kekakuan : - Kejang : -

Data Laboratorium

Laboratorium

-       Creatini kinase dan isoenzin : Meningkat pada MI dan trauma jantung

-       Profil renal dan CBC : uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan dengan

perikarditis

Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung

- EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang P dan QRS yang

berkurang pada setiap gelombang berikutnya

- Echocardiografi adanya efusi pleura.

Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung menunjukkan :

o Kolaps diastole pada atrium kanan 

o Kolaps diastole pada ventrikel kanan

o Kolaps pada atrium kiri

o Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup trikuspidalis dan terjadi

penurunan pemasukan dari aliran katup mitral > 15 %

o Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan penurunan

pemasukan dari ventrikel kiri

o Penurunan pemasukan dari katup mitral .

o Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri 

- Pemeriksaan Doppler. 

Analisis Doppler terhadap tanda morfologi jantung dapat membantu dalam

menegakkan keakuratan diagnosa klinis dan mendukung pemerikasaan

laboraturium dari pola hemodinamik pada tamponade.

Pengobatan

Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah jarum

berongga ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah prosesus xifoideus dan

diarahkan ke apeks jantung. Jarum tersebut kemudian dihubungkan dengan alat

EKG 12 sadapan melalui klem aligator untuk membantu menentukan apakah

Page 9: Tamponade jantung

jarumnya mengenai jantung. Defleksi yang tajam akan terlihat pada pola EKG.

Perikardiosintesis dapat disertai dengan denyut jantung false-positive yang

signifikan karena klinisi bisa saja mengaspirasi darah yang berasal dari ventrikel

kanan sendiri. Petunjuk yang akan mengarahkan pengambilan keputusan adalah

bahwa darah yang bersal dari kantong perikardium biasanya tidak akan membeku.

Yang paling baik, perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara untuk

memperbaiki fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Di beberapa rumah

sakit, lubang atau jendela pada selaput perikardium dibuat secara darurat di UGD

oleh dokter bedah atau dokter spesialis kardiotoraks (Oman, 2008 : 269).

Kesimpulan (Analisa data, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi

dan Evaluasi)

A. Diagnosa

a.Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan

distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari

tangan dan kaki sianosis, 

b. Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak

efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal,

penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.

B.Intervensi

Diagnosa 1:

Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 10 menit diharapkan

curah jantung ke seluruh tubuh adekuat.

Kriteria hasil :

TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg).

 Nadi perifer teraba kuat

Suara jantung normal.

Sianosis dan pucat tidak ada.

Kulit teraba hangat

EKG normal

Distensi vena jugularis tidak ada

Intervensi:

1. Monitor TTV berkelanjutan.

Page 10: Tamponade jantung

2.  Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung.

3.  Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer.

4. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat.

5. Kaji adanya distensi vena jugularis.

6. Berikan oksigen sesuai indikasi

7. Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency.

8.      Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai indikasi.

9.      Lakukan tindakan perikardiosintesis.

Diagnosa 2:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan perfusi

jaringan adekuat

Kriteria hasil :

•      Nadi teraba kuat

•      TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg)

•      Tingkat kesadaran composmentis

•      Sianosis atau pucat tidak ada

•      Nadi teraba lemah, terdapat sianosis,

•       Akral teraba hangat

Intervensi:

1.  Awasi tanda-tanda vital secara intensif.

2.      Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis)

3.      Pantau GCS

4.      Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: Tamponade jantung

Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.

Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart Diseases. 2nd Ed. Philadelphia :

Current Medicine.

Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta : EGC. 

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.

ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th Ed. USA : WB. Saunders Company.

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jilid pertama. Edisi ketiga. Jakarta :

Media Aesculapius.

Mansjoer, A., dkk. 2000 . Kapita Selekta Kedokteran.Jilid kedua. Edisi ketiga. Jakarta :

Media Aesculapius.

Moore, Keith. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.

Jakarta : Salemba Medika.

Nichols, David G. dkk. 2006. Critical Heart Disease in Infant and Children. Second

Edition. USA : Elsevier.

Oman, K. S. 2000. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Terjemahan Andry hartono.

2008. Jakarta : EGC.

Panggabean M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu

Penyakit Dalam.

Price, S. A. 2000. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol. 2. Edisi 6.

Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 : Definisi &

Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Smeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi

8. Jakarta: EGC