Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

26
“TAMBANG RAKYAT, APAKAH SUDAH MERAKYAT?STUDI KASUS PERTAMBANAGAN INTAN TRADISIONAL DI MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN OLEH : RIANDA ABDI 13/356419/PSP/4832 PROGRAM STUDI MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN FALKUTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

description

STUDI KASUS PERTAMBANAGAN INTAN TRADISIONAL DI MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN

Transcript of Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Page 1: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

“TAMBANG RAKYAT, APAKAH SUDAH MERAKYAT?”

STUDI KASUS PERTAMBANAGAN INTAN TRADISIONAL DI MARTAPURA,

KALIMANTAN SELATAN

OLEH :

RIANDA ABDI

13/356419/PSP/4832

PROGRAM STUDI MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

FALKUTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

Page 2: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

BAB 1 PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

II. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

III. Tujuan.......................................................................................................... 4

IV. Kerangka Teori............................................................................................ 4

BAB 2 ANALISIS

I. Selayang Pandang Martapura Kota Berintan ............................................... 12

II. Proses Kegiatan Penambangan .................................................................... 13

III. Fakta Tambang Rakyat .............................................................................. 15

IV. Masalah-Masalah Yang Muncul ................................................................. 17

V. Permata dan Berlian Kalimantan: Terbaik Kok Termurah? ..................... 19

VI. Bagaimana nasib penambangnya? ............................................................. 20

BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan ..................................................................................................... 21

II. Rekomendasi ................................................................................................. 21

Daftar Pustaka

Page 3: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

BAB 1 PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Intan yang melalui tahap penggosokan dan menjadi berlian itu indah di pandang, tapi di

balik itu semua menyisakan permasalahan tersendiri di lahan pertambangan yang jauh dari

mata-mata penikmat gemerlap intan dan berlian. Intan yang memalalui proses ertambangan

tradisional mengalami jalan panjang untuk di temukan, di olah dan sampai kepada di toko-

toko di pajang berkilauan yang menarik minat pembeli, jauh dari sana, dilahan pertambangan

yang panas terik dan gersang, para pendulang berusaha menyambung hidupnya,

mengantungkan dari keringat menapis air keruh untuk menyeleksi batu-batu yang berkilauan

yang bersembunyi di antara batu-batu biasa.

Permasalahan tambang tradisional, terjadi di seluruh dunia, di Afrika misalnya, salah satu

daerah tambang yang terkenal di Kimberly, para

penambang yang miskin tanpa jaminan kesejahteraan

atas usahanya ataupun asuransi atas jiwanya yang

sewaktu-waktu bisa saja melayang karena

pertambangan tradisional dengan alat keselamatan

tidak memadai untuk mendapatkan batu mulia, atas

pekerjaannya dengan menggantungkan hidupnya dari hasil tambang, akan tetapi tidak bisa

menikmatinya secara utuh karena harga yang diberikan para tengkulak yang begitu rendah,

jauh dari harga pasaran yang apabila setelah masuk toko harganya bisa berkali-kali lipatnya.

Di Indonesia, negara yang kaya akan sumberdaya alam, kekayaan alam yang ada di

Indonesia salah satunya adalah tambang. Tambang yang ada di Indonesia banyak dikuasasi

Gambar Tambang Kimberly, Afrika

Page 4: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

korporasi yakni perusahaan-perusahaan asing tapi tidak sedikit juga yang berstatus tambang

rakyat atau tradisional dimana pertambangan tradisional juga banyak masyarakat lokal yang

menggantungkan hidupnya tapi tidak dapat menikmati hasilnya dengan maksimal.

Intan merupakan barang yang paling dicari karena keindahannya yang memukau banyak

orang. Tidak sedikit masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan menambang intan,

khususnya masyarakat di kecamatan Cempaka yang berada di Provinsi kalimantan Selatan. Di

sektor penambangan intan ini melibatkan peran pekerja tambang, pemilik tanah, pemilik

mesin, calo atau tengkulak, pengrajin batu intan, pedagang, dan pembeli. Saat suatu area yang

memungkinkan untuk aktivitas penambangan maka seseorang yang memiliki potensi baik

secara personal atau finansial untuk menambang intan akan bekerja sama dengan pemilik

tanah. Jika ada seseorang atau kelompok memiliki potensi untuk menambang namun tidak

memiliki modal maka pemilik mesin akan mengambil peran, sehingga terjadi kerja sama

antara penambang, pemilik tanah, pekerja tambang.

Untuk memudahkan penjualan, peran calo sangat menentukan. Disini calo ‘membantu’

pekerja tambang untuk menjual intan yang sudah ditemukan oleh pekerja tambang. Jenis calo

yang berperan dalam pemasaran tahap awal ada dua macam, ada calo yang membeli langsung

intan yang telah ditemukan, ada pula yang calo yang hanya sebagai perantara antara pekerja

tambang dengan pembeli. Untuk calo yang hanya menjadi perantara umunya meminta bagian

dari hasil penjualan. Selanjutnya para calo kemudian memasarkan intan tersebut ke rumah

kerajinan intan atau langsung ke toko. Namun tidak jarang rumah kerajinan terjun langsung

dalam transaksi dengan pekerja tambang sehingga rumah kerajinan mendapatkan intan tanpa

melalui calo. Akan tetapi semua itu tetap tidak menjawab persoalan harga yang semena-mena

Page 5: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

yang di bawa oleh calo, pembeli atau siapapun yang datang ke areal pertambangan yang

berminat akan kilau intan.

II. Rumusan Masalah

Sebuah ironi, ketika semboyan sebuah kota “Martapura Kota Berintan’ yang menjadi

semboyan kebanggan tapi di lokasi pertambangan, para pekerja tambang tidak memiliki

kesempatan menikmati hasil tambangnya dengan

maksimal, harga yang semena-mena oleh para calo,

tidak ada jaminan keselamatan atauun perhatian

dari pemerintah untuk menjangkau mereka yang

meggantungkan hidupnya di pertambangan,

pemerintah hanya meperdulikan hasil tambangnya

yang berupa pajak dengan dikeluarkannya Sertifikat Hasil Bumi Daerah, dan tidak

memperdulikan apa atau siapa yang berjuang di balik permata itu untuk menemukannya.

Oleh karena itu, permasalahan utama disini adalah berapa banyak orang yang

meggantungkan hidupnya di pertambangan akan tetapi Peran Pemerintah terhadap

Tambang Rakyat yang Tidak Merakyat, hanya meraup hasil keuntungan dari

pertambangan ini tanpa melihat mereka-merek yang berjuang dibaliknya dan ini terjadi

bertahun-tahun sampai sekarang, tanpa ada kejelasan bagi para penambang untuk merubah

nasibnya.

III. Tujuan

Gambar Semboyan Kotta Martapura

Page 6: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah yatu mata kuliah Negara, Pasar dan Kesejahteraan dan sebagai pengganti Ujian Akhir

Semester(UAS), selain itu juga diharapkan mahasiswa mampu menganalisis dan memahami

sektor-sektor pasar serta peran pemerintah, mahsiswa dituntut untuk peka terhadap kondisi

perekonomian dan sosial yang terjadi disekeliling agar tercipta kesadaran dan tanggung jawab

sosial kemasyarakatan.

IV. Kerangka Teori

1. Landasan Undang-Undang

Dasar kebijakan publik di bidang pertambangan adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang

menyatakan bahwa: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam era

desentralisasi saat ini maka kegiatan pertambangan tidak terpisahkan lagi dengan

pengambilan kebijakan di tingkat daerah sehingga:

a. Pemerintah pusat hendaknya memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah

untuk mengelola kegiatan pertambangan yang melibatkan sebanyak mungkin peran

serta masyarakat lokal.

b. Apabila risikonya tidak besar serta teknologinya dikuasai dan permasalahannya hanya

modal, maka dana dapat dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu:

1) Sebagian pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan umum yang sudah

memberikan keuntungan banyak (misal: batu bara). Pendapatan tersebut dapat

digunakan untuk eksplorasi dan investasi pada sektor-sektor pertambangan lainnya.

Page 7: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

2) Membentuk Badan Usaha Milik Daerah yang bertugas mengelola kekayaan mineral

di daerah tersebut seoptimal mungkin dengan memperhatikan prinsip-prinsip

keberlanjutan.

c. Aspek lingkungan baik fisik maupun sosial harus dipertimbangkan dalam setiap kontrak

pertambangan dan pengusaha pertambangan harus menyediakan biaya untuk mengatasi

permasalahan lingkungan tersebut. Menurut ahli ekonomi Kaldor dan Hicks suatu

tindakan dikatakan bermanfaat apabila golongan yang memperoleh manfaat dari

usahanya dapat memberi kompensasi bagi golongan yang menderita kerugian akibat

usaha tersebut sehingga posisi golongan kedua tersebut paling jelek sama seperti

sebelum adanya usaha tersebut dan golongan pertama masih untung. Golongan kedua

tersebut dapat berupa alam maupun masyarakat. Jadi, tidak adil bila ada suatu usaha

yang kemudian menyebabkan lingkungan menjadi lebih rusak atau masyarakat menjadi

lebih menderita dibandingkan keadaan sebelum adanya usaha tersebut. Peran

pemerintah daerah akan menjadi lebih besar dalam penanganan dampak lingkungan

pertambangan ini, sehingga penguatan institusi di tataran lokal akan menjadi semakin

signifikan.

d. Sumber daya alam sebagai sumber untuk kegiatan pertambangan dan energi

dimanfaatkan dari sistem ekologi oleh karena itu syarat mendasar yang harus dipatuhi

adalah tidak melanggar daya dukung ekosistem. Untuk dapat memanfaatkan sebanyak-

banyakinya sumber daya alam yang terkandung di bumi Indonesia, konsep eko-efisiensi

harus menjadi acuan utama yaitu memanfaatkan sebanyak-banyaknya dan membuang

atau memboroskan sesedikit mungkin yang juga berarti meminimumkan limbah. Dapat

disimpulkan bahwa eko-efisiensi sekaligus akan meningkatkan efisiensi ekonomi.

Page 8: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Untuk itu ekonomi lingkungan perlu diperhitungkan dalam setiap aktifitas

pertambangan.

Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3 jenis, yakni

Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis), Golongan B (bahan vital), dan Golongan

C (bahan tidak strategis dan tidak vital). Bahan Golongan A merupakan barang yang penting

bagi pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian

besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak, uranium dan

plutonium. Sementara, Bahan Golongan B dapat menjamin hayat hidup orang banyak,

contohnya emas, perak, besi dan tembaga. Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak

dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contohnya garam, pasir,

marmer, batu kapur dan asbes. Bagaimana dengan Intan? Pertambangan rakyat atau

tradisional intan termasuk golongan B dimana banyak masyarakat banyak yang

menggantungkan hidupnya di lahan pertambangan.

2. Landasan Permasalahan

Membaca persoalan tambang dalam perspektif Habermas, pembedaannya terhadap logika

perkembangan dan dinamika perkembangan. Logika perkembangan menentukan kemajuan-

kemajuan mana yang mungkin tercapai dalam dimensirasionalitas. Sedangkan dinamika

perkembangan menyangkut pertanyaan: apakah suatu perubahan memang akan terjadi? Atau

dengan kata lain apakah masyarakat mengalami perubahan secara mendalam ke arah yang

lebih baik tidak bisa dipastikan. Kalau terjadi perubahan, maka pertanyaan lanjut adalah pada

level masyarakat macam manakah perubahan ini terjadi? Pada level rakyat besar ataukah level

rakyat kecil?

Page 9: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Penindasan sistem, dimana masyarakat tidak diberikan hak-haknya sebagai seorang

penambang yang menyandang semboyan sebuah daerah, kemudian pada sisi lain, penindasan

itu terjadi lewat pengetahuan. Rakyat kecil dengan pengetahuan yang minim, dapat dengan

mudah diperdayai dengan bahasa yang kelihatannya jelas, benar, jujur dan betul. Pada titik

ini, pemilik modal dengan tindakan strategis melalui instrumental knowledge dapat dengan

mudah memobilisasi masyarakat untuk menambang intan, kemudian para tengkulak dengan

mudah menentukan harga, sedangkan peerintah hanya peduli ketika intan menjadi berlian

setelah melalui proses penggosokkan, memberikan sertifikat bukti hasil bumi dan menerima

pajaknya .Dengan itu para pemilik modal, para calo dapat meraup keuntungan yang sebesar-

besarnya, dan masyarakat penambang tidak menyadari kerugian yang mereka ciptakan bagi

diri mereka. Dengan penindasan yang terjadi seperti ini, dinamika perkembangan masyarakat

yang tergantung secara mutlak dari pengalaman-pengalaman kontingen tidak dapat dipastikan

baik secara apriori maupun secara aposteriori. Sebab semua yang mendukung kemajuan

rakyat kecil tidak terpenuhi di sini, terutama menyangkut rasionalitas komunikatif tidak

berjalansecara efektif.

Salim G. P dalam Sabian Utsman(2007;40), mengungkapkan kaitan masuknya Negara

dalam penguasaan atas sumberdaya alam dapat di benarkan dalam bingkai distribusi keadilan

:

….., cukup pantas kiranya untuk mengatakan bahwa intervensi Negara yang dimaksud

Ibnu Taimiyah tak lain adalah untuk menjaga dan merealisasikan keadilan diantara

anggota-anggota masyarakat dan mencegah semua bentuk kerugian yang mungkin di

derita oleh salah seorang anggota masyarakat dan mendengar semua bentuk kerugian

yang mungkin di derita oleh salah seorang anggota msayarakat akibat tindak

Page 10: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

pelanggaran anggota lainnya didalam masyarakat tersebut. Dengan kata lain, intervensi

Negara menghendaki agar hak-hak setiap orang terjamin secara sempurna.

Bukan hanya itu, intervensi Negara di maksudkan pula agar kepentingan umum di

dahulukan dan di letakkan lebih tinggi ketimbang kepentingan pribadi. Kepentingan

umum disini tidak harus berkaitan dengan kepentingan semua angota masyarakat secara

keseluruhan, melainkan bisa saja hanya menyangkut orang atau kelompok tertentu tetapi

yang mempunyai nuansa bagi keutuhan dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan.

3. Kerangka Teoritis

Untuk dapat menjelaskan peran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam

melakukan pengawasan terhadap usaha pertambangan intan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten/Kota Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dan sebagai alat

untuk memecahkan masalah yang ditemukan perlu dikemukakan kerangka teoritis

yang mendasarinya.

a. Teori Negara Hukum Kesejahteraan

Pada umumnya negara yang menganut paham kesejahteraan modern (modern

welafare) juga merupakan negara hukum modern atau negara hukum kesejahteraan.

Menurut Bagir Manan , konsepsi negara hukum modern merupakan perpaduan

antara konsep negara hukum dengan negara kesejahteraan. Didalam konsep ini

tugas negara atau pemerintah tidak semata-mata sebagai penjaga keamanan

atau ketertiban masyarakat saja, tetapi memikul tanggung jawab

mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum dan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat. Teori negara hukum kesejahteraan lahir sebagai reaksi

terhadap gagalnya konsep negara hukum klasik dan negara hukum sosialis. Untuk

Page 11: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

memahami tentang teori negara hukum kesejahteraan maka perlu diketahui terlebih

dahulu mengenai konsep negara hukum dan negara kesejahteraan.

1) Teori negara hukum

Konsep Rechsstaat diawali oleh pemikiran Immanuel Kant yang mengatakan

bahwa fungsi hukum dalam negara hanya sebagai alat perlindungan hak-hak

asasi individual dan pengaturan kekuasaan negara secara pasif. Dalam

perkembangannya, konsep dari Immanuel Kant dinilai kurang

memuaskan, maka dikembangkanlah konsep kesejahteraan dan

kemakmuran. Rechsstaat yang berwawasan Dalam negara hukum terdapat

beberapa unsur utama secara formal, yaitu:

a) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia;

b) Untuk melindungi hak asasi tersebut maka penyelenggaraan negara harus

berdasarkan pada teori trias politica;

c) Pemerintah menjalankan tugasnya berdasarkan pada Undang- Undang;

d) Apabila pemerintah dalam menjalankan tugasnya berdasarkan Undang-

Undang masih melanggar hak asasi manusia (campur tangan pemerintah

dalam kehidupan pribadi seseorang), maka ada pengadilan administrasi yang

akan menyelesaikannya.

Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang negara hukum, antara lain:

F.R. Bothink mengatakan bahwa negara, dimana kebebasan kehendak

pemegang kekuasaan dibatasi oleh ketentuan hukum.

Page 12: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Burkens mengatakan bahwa negara hukum (rechtsstaat) ialah negara yang

menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaannya dan penyelenggaraan

kekuasaan tersebut bentuknya dilakukan dibawah kekuasaan hukum.

b. Teori Negara Kesejahteraan

Negara kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem kesejahteraan sosial

yang memberi peran besar pada negara atau pemerintah (untuk mengalokasikan

sebagian dana publik demi menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warganya).

Dari pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa negara

kesejahteraan melakukan perlindungan terhadap masyarakat terutama

kelompok lemah, seperti orang miskin, cacat, pengangguran dan

sebagainya.

Ciri-ciri pokok dari suatu negara kesejahteraan (welfare state) adalah:

1) Pemisahan kekuasaan berdasarkan trias politika dipandang tidak prinsipil

lagi. Pertimbangan-pertimbangan effisiensi lebih penting daripada

pertimbangan-pertimbangan dari sudut politis, sehingga peranan organ-organ

eksekutif lebih penting daripada organ-organ legislatif;

2) Peranan negara tidak terbatas pada menjaga keamanan dan ketertiban saja,

akan tetapi negara secara aktif berperan dalam penyelenggaraan kepentingan

rakyat dibidang sosial, ekonomi dan budaya. Sehingga perencanaan

merupakan alat yang penting dalam negara kesejahteraan (welfare state);

3) Negara kesejahteraan (welfare state) merupakan negara hukum

materiil yang mementingkan keadilan sosial bukan persamaan formil; dan

Page 13: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

4) Sebagai konsekuensi hal-hal tersebut diatas, maka dalam negara

kesejahteraan (welfare state), hak milik tidak lagi dianggap sebagai hak

yang mutlak, akan tetapi dipandang mempunyai fungsi sosial, ini berarti

ada batas-batas dalam kebebasan penggunaanya;

5) Adanya kecendrungan bahwa peranan hukum publik semakin penting dan

semakin mendesak, hal ini disebabkan karena semakin luasnya peranan

negara dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.

Dari dua landasan teori diatas, untuk menjelaskan bagaimana pertambangan tradisional

rakyat yang tidak merakyat di kabupaten banjar, kalimantan selatan, bagaimana kebijakan

atau landasan perundanganundnagan dengan jelas mengaturnya secara konstitusional dimana

negara harusnya bertanggung jawab dalam hajat hidup masyarakat kemudian landasan negara

kesejahteraan dimana hak-hak dan keadilan dlam memperoleh kesempatan sama seharunya

dijunjung tinggi.

Page 14: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

BAB 2 ANALISIS

Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat?

I. Selayang Pandang Martapura Kota Berintan

Martapura merupakan sebuah kecamatan yang terdapat di Kabupaten Banjar, Kalimantan

Selatan. Martapura juga menjadi ibu kota dari Kabupaten Banjar ini. Martapura sudah

terkenal sejak zaman dahulu. Bahkan, Martapura pernah menjadi ibu kota terakhir dari

Kesultanan Banjar, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Adam yang memerintah antara

tahun 1825 & 1857.

Nama Martapura diberikan oleh Raja Banjar ke-4, yaitu Sultan Mustain Billah sekitar

tahun 1630. Di Martapura, terdapat sebuah sungai yang dinamai sama dengan kota ini, yaitu

Sungai Martapura. Sungai ini dikenal juga sebagai Sungai Banjar Kecil. Sungai ini

merupakan anak Sungai Barito yang hulunya terdapat di Martapura dan bermuara ke Sungai

Barito. Sungai Martapura biasa digunakan pula sebagai pelabuhan.

Tanah Martapura kaya akan mineral batu dan bahan tambang. Salah satu mineral batu

yang dapat ditemukan di Martapura adalah intan. Intan termasuk salah satu batu mulia yang

jika dijual memiliki harga yang sangat mahal. Intan merupakan bentuk yang lebih sederhana

Page 15: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

dari berlian. Jika intan digosok dengan lebih baik akan menjadi berlian. Dengan banyaknya

intan yang ditemukan di daerah ini, maka Martapura memiliki sebutan sebagai Kota Intan.

Daerah di Martapura yang banyak menghasilkan intan adalah daerah Cempaka dan

Pengaron. Para pendulang di kedua daerah ini hampir setiap hari mendapatkan intan,

meskipun intan-intan yang didapatkan hanyalah intan-intan kecil. Intan-intan dengan ukuran

besar hanya sesekali saja ditemukan.

Salah satu intan dengan ukuran besar yang ditemukan di Martapura diberi nama Putri

Malu. Berat intan ini sekitar 200 karat. Karat merupakan ukuran yang digunakan untuk

menghitung berat batu mulia. Satu karat beratnya sama dengan 0,2 gram. Saat dibeli, intan

tersebut dihargai dua milyar. Namun, setelah dijual kembali, intan itu dihargai delapan

milyar.Meskipun harganya sudah begitu mahal, intan tersebut masih mentah. Jika intan

tersebut telah digosok, harganya tentu akan semakin berlipat.

II. Proses Kegiatan Penambangan

Dulang (berbentuk semacam caping) yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi) atau kayu

jingga. Sedangkan proses untuk mendapatkan intan sendiri dinamakan dengan mendulang.

Caranya: material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah

bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dibuat dengan kedalaman

tertentu dimuat ke dalam dulang sesuai dengan kapasitas dari setiap dulang yang digunakan,

selanjutnya dulang yang telah terisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air

sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam dulang terbuang keluar dari dulang terbawa

oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan sambil sekali-kali pendulang

mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan atau tidak. Hal

tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang terbuang

Page 16: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

habis dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang

tradisional intan, dan belum tentu kegiatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang bisa

dibawa pulang sebagai pendapatan hari itu.

Kegiatan mendulang biasanya dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok biasanya

terdiri dari 3-5 orang ataupun lebih. Kenapa hal tersebut dilakukan secara berkelompok?

Karena setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas

membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi

pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut

tadi. Biasanya di tempat pendulangan dipasang semacam tenda untuk menghindari panasnya

terik matahari.

Dalam system mencari intan secara berkelompok ini biasanya hasil yang didapat dibagi

secara merata kepada setiap orangnya dalam kelompok tersebut. Hal tersebut juga tidak

mutlak begitu aturannya namun kebanyakkan begitu yang dilakukan, atau juga tergantung

dari kesepakatan awalnya bagaimana? Perlu diketahui juga bahwa para penambang tradisional

tersebut lahan yang digunakan juga kadang-kadang tidak milik sendiri tetapi milik orang lain.

Jadi hasil yang didapat semakin kecil apabila semakin banyak orang terlibat dalam sebuah

kelompok penambang intan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema berikut:

Page 17: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Pemilik lahan yang memiliki kandungan intan menyewakan tanahnya untuk ditambang dengan

ketentuan bagi hasil atas penjualan intan yang diperoleh, kemudian para penambang yang terdiri

dari 4-5 orang akan melakukan penambangan, hasilnya adalah intan mentah yang kemudiann akan di

beli oleh para tengkulak, tengkulak kemudian menuju toko penggosokan dan jadilah sebuah berlian

dan dari situ muncul peran dinas terkait untuk mengeluarkan setifikat hasil tambang dan mengambil

pajak, baru kemudian dijual ke toko dan toko menjual ke konsumen.

III. Fakta Tambang Rakyat

Tambang rakyat adalah tambang yang secara turun temurun dikerjakan oleh masyrakat

atau penduduk setempat baik secara perorangan maupun kelompok dengan manajemen secara

tradisional. Selama ini telah banyak dilakukan penelitian berkenaan dengan tambang besar

atau secara tegasnya pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan. Secara gasis besarnya,

pertambangan rakyat/tradisional adalah merupakan tambang yang memiliki ciri dengan luas

lokasi relatif kecil, teknologi yang minim, dan yang paling menyedihkan adalah rehabilitasi

pasca pertambangannya yang tidak ada.

Page 18: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Salah satu tambang rakyat yang cukup mendapat nama di provinsi kalimanatan selatan

adalah tambang intan yang berlokasi di cempaka. Pertambangan ini dimulai secara tradisional

dengan sejarah yang tidak terlalu pasti awalnya tapi diperkirakan dimulai sejak puluhan tahun

yang lalu sebelum Indonesia merdeka. Pertambangan tradisional intan di cempaka menjadi

gantungan hidup masyarakat sekitar akan tetapi wlaau menjadi tempat orang banyak

menggantungkan hidup yang diuntungan hanya kaum tuan tanah yakni mereka yang memiliki

kuasa atas tanah dan mendapatkan hasil secara penuh dari hasil pertambangan intan tersebut.

Penambang tradisional seolah termarginal karena kesepakatan penambangan adalah antara

buruh tambang, pemilik lahan dan tengkular ataupun pengepul hasil tambang, secara garis

besar kronologis pertambangan di lahan tambang bermula dengan pemilik tanah yang

merelakan lahanya dijadkan area tambang dengan kesepakatan tertentu mengenai bagi hasil,

akan tetapi bagi hasil itu tergantung dari pengepul yang membeli intan “mentah” yang di

hasilkan dimana kadang-kadang bisa terjadi pengepul menaruh harga semena-mena terahdap

hasil tambang yang dihasilkan, tapi itulah faktanya.

Kesejahteran penambang tradisional memang dapat dikatakan miris untuk daerah

pengahasil intan/berlian yang bermutu internasional, hal ini tidak terlepas dari peran

pemerintah, peran negara, sedikit contoh mengenai pertambangan itu sendiri tidak memiliki

ijin maumpn dasar-dasar pertambangan secara umum, yang mengherankan ketika pengepul

membawa intan mentan untuk diolah maka dinas terkait, dengan mudah mengeluarkan

sertifikat asal permata yang seharusnya memiliki step-step pemeriksaan yang lumayan ketat

dan menajdi sumber pajak jelas untuk daerah tapi sekali lagi itulah kenyataan dilapangan.

Kabupaten banjar, dengan ibukota martapura, memiliki pasar khusus yang menjual hasil

pertambangan permata terutama intan, jual beli intan batu mulia hilir mudik di pasar ini,

Page 19: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

meskipun adnaya isu batu mulia ilegal yang di legalkan akan tetapi pasar ini tetap ramai dan

kegatan ekonomi tersu berdenyut. Menuju kearah pedalam dimana batu mulia itu dihasilkan

maka akan jauh berbeda keika dipandang.

Peran pemerintah terikait dengan pemanfaatan potensi batu mulia yang tersebar di

seluruh kawasan Nusantara masih belum terlihat walaupun telah keluar Keputusan Menteri

Industri & Perdagangan Kepmen No.385 /MPP/Kep/06/2004 mengenai pemberdayaan potensi

alam berupa kandungan batu mulia. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk

mengungkap potensi terpendam bumi Indonesia mengenai batu mulia beberapa diantaranya

yang dilakukan oleh Kementrian Ristek, Kementerian Budaya & Pariwisata, Institusi ITB dan

UGM. Tetapi rupanya ini semua masih sekedar wacana, dan seremonial kunjungan-kunjungan

pejabat ke pengrajin-pengrajin batu serta membawa oleh-oleh pulang ke rumah pribadi berupa

bongkahan maupun bahan jadi batu mulia.

IV. Masalah-Masalah yang Muncul

Seperti dibahas didalam bagian sebelumnya, pulau kalimantan, khususnya provinsi

kalimantan selatan memiliki banyak sumber daya alam dan potensi yang baiik untuk

pembangunan daerah, akan tetapi secara nyata hal ini belum dirasakan sepenuhnya oleh salah

satu jenis potensi yang bisa penulis amati, dilingkungan yang tidak terlalu jauh dari rumah

penulis, terdapat pertambangan intan, intan yang nantinya akan di proses lagi menjadi sebuah

berlian, salah satu permata termahal selain emas hitam(batubara) yang bisa di temukan di

bumi borneo ini.

Kondisi Lingkungan penambangan intan tradisional Kecamatan Cempaka Kecamatan

Cempaka, didominasi oleh karakteristik geografis dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian

topografi antara 50 sampai 150 meter di atas permukaan laut (Pusat Statistik Provinsi

Page 20: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Kalimatan Selatan: 1993 ). Sehingga praktis, kawasan pendulangan intan, di Pumpung atau

Ujung Murung misalnya, juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyembul.

Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar

di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2 dengan jumlah kepadatan 306 jiwa

per Km2, ini memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata

dunia, yaitu Desa Pumpung. Desa Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam

dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.

Di Kecamatan ini, area tanahnya merupakan tanah pendulangan. Sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai pendulangan intan (M. Syafruddin Saleh, 1983).

Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan tradisional ini, banyak akses transportasi

darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan

Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota

Provinsi Kalsel. Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dituju menggunakan

kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam.

Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15 menit,

langsung menuju kawasan wisata tersebut.

Di sektor penambangan intan ini melibatkan peran pekerja tambang, pemilik tanah,

pemilik mesin, calo atau tengkulak, pengrajin batu intan, pedagang, dan pembeli. Saat suatu

area yang memungkinkan untuk aktivitas penambangan maka seseorang yang memiliki

potensi baik secara personal atau finansial untuk menambang intan akan bekerja sama dengan

pemilik tanah. Jika ada seseorang atau kelompok memiliki potensi untuk menambang namun

tidak memiliki modal maka pemilik mesin akan mengambil peran, sehingga terjadi kerja sama

antara penambang, pemilik tanah, pekerja tambang.

Page 21: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Untuk memudahkan penjualan, peran calo sangat menentukan. Disini calo membantu

pekerja tambang untuk menjual intan yang sudah ditemukan oleh pekerja tambang. Jenis calo

yang berperan dalam pemasaran tahap awal ada dua macam, ada calo yang membeli langsung

intan yang telah ditemukan, ada pula yang calo yang hanya sebagai perantara antara pekerja

tambang dengan pembeli. Untuk calo yang hanya menjadi perantara umunya meminta bagian

dari hasil penjualan. Selanjutnya para calo kemudian memasarkan intan tersebut ke rumah

kerajinan intan atau langsung ke toko. Namun tidak jarang rumah kerajinan terjun langsung

dalam transaksi dengan pekerja tambang sehingga rumah kerajinan mendapatkan intan tanpa

melalui calo.

Yang penulis soroti disini adalah K3 yang sering digalakkan oleh pemerintah tapi

pemerintah sendiri yang mengabaikannya. K3 adalah “Kesehatan dan Keselamatan Kerja”,

K3 adalah suatu upaya guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan

partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat - tempat kerja

untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan

keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi hal yang bisa dikatakan tidak

terlihat dalam proses pertambangan Intan di Cempaka ini. meskipun tidak dapat disalahkan,

karena proses pertambangan yang masih tradisional.

Penambangan yang masih menganut sistem tradisional atau bahasa akademisinya

pertambangan quarry, tengkulak yang seenaknya memberikan harga, lemahnya SDM atas

pengolahan intan yang didapat dan manajemen pekerja tambang serta pemasaran produknya,

itulah masalah dan isu penting yang harus di perhatikan dan ditindaklanjuti oleh pemerintah

dalam penambangan batu mulia yang berkilauan dan menjadi ikon kota Martapura “kota

berintan” ini.

Page 22: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

V. Permata dan Berlian Kalimantan: Terbaik Kok Termurah?

PT Borneo Berlian Cemerlang adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

ekspor impor batu permata, berlian, emas, dan batu mulia lain. Ketertarikan anak perusahaan

PT Turonggo Kalimantan ini menjalankan bisnis tersebut karena keterkenalan permata dan

berlian Martapura di mata dunia. Pertambangan permata dan berlian yang marak dilakukan di

Martapura, secara tradisional maupun ultra modern, juga merupakan bukti betapa tanah

Martapura mengandung berlian bermutu tinggi.

Harga berlian dari Martapura ini cukup rendah dibandingkan dengan harga berlian dari

Afrika. Hal itu disebabkan teknologi dan teknik olahan (cutting) para penambang Martapura

masih sangat dibawah standar. Pemerintah berusaha membantu dengan melatih para SDM

yang bergerak di bidang pertambangan dan penjualan permata dan berlian. Cukup kasihan

melihat penghidupan para penambang tradisional ini. Berpanas, berendam dalam air demi

sejumput berlian.

VI. Bagaimana nasib penambangnya?

Para penambang itu tetaplah penambang yang nasibnya sama dengan para petani

penggarap lahan yang miskin dan tak mampu berbuat banyak untuk meningkatkan

kesejahteraannya. Mereka hanya mempunyai tenaga fisik yang kuat tapi tak mempunyai

pengetahuan untuk bekerja lebih cerdas. Inilah fakta nyata tentang berlian dan penambangnya

Sebagian masyarakat Martapura banyak yang masih mengandalkan teknik-teknik

tradisional dalam melakukan proses pendulangan. Ditambah lagi dengan peralatan pengrajin

tradisional yang seadanya dan tiadanya penguasaan terhadap metode pemotongan intan,

membuat harga jual intan di para pengrajin tradisional sangat rendah.

Page 23: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Beberapa pendulang intan bahkan lebih memilih untuk mengekspor intan mentah tanpa

melalui proses pengrajinan terlebih dahulu. Hal inilah yang membuat keuntungan yang diraih

oleh pertambangan intan di Martapura menjadi kurang optimal.

BAB 3 PENTUP

Kesimpulan dan Rekomendasi

I. Kesimpulan

Yang menjadi masalah dalam penambangan intan di martapura adalah kurangnya SDM,

regulasi pekerja tambang yang tidak jelas baik itu pendidikan, jaminan pekerja, serta keahlian,

kemudian selai itu yang menyedihkan intan hasil jerih payah biasanya diekspor ke

mancanegara. Di Eropa, batu mulia tersebut akan dipotong menjadi berlian dan dijual kembali

dengan harga puluhan kali lipat. Sederhana saja kasusnya, negara kita tidak punya

kemampuan pemotongan intan sebaik di Eropa. Kalaupun ada berlian yang dijual di pasar

Page 24: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

intan lokal Martapura, harganya biasanya tidak sementereng polesan luar negeri. Meski

mengecewakan, sebenarnya ini bukan hal yang tidak dapat diperbaiki.

II. Rekomendasi

Untuk Pemerintah:

Adanya regulasi yang mengatur sistem bagi pekerja, pemilik lahan dan sistem

penjualan yang minimal tidak memberatkan pihak terkait. Membentuk lembaga yang

membawahi pekerja, lembaga yang mendidik SDM yang mampu meningkatkan hasil

tambang yang tadinya intan mentah menajdi berlian, lembaga yang melakukan pembelian

kepada penamba dan pemasaran hasil agar lebih teroganisir.

Apabila memang belum menguasai teknologinya, minimal ada inisiatif dari kita

sebagai produsen untuk bekerja sama dengan pihak pemotong intan kelas dunia, misalnya

Antwerp, Belgia. Ini bermanfaat untuk mengurangi keterlibatan pihak ketiga (perantara)

yang hanya mencari profit. Dengan demikian, bisnis intan ini bisa lebih menguntungkan

bagi masyarakat Kalimantan Selatan.

Di sini pemerintah juga bisa jadi ‘penadah sementara’. Intan yang digali penambang

‘dipinjam’ dahulu, poleskan di Eropa, setelah terjual dengan harga lebih tinggi baru

kemudian pemerintah dan penambang bagi hasil. Selama ini para penambang tidak punya

channel untuk memotongkan intan mereka dengan kualitas tinggi sehingga suka tidak suka

mereka melepasnya ke penadah dalam kondisi mentah atau nekat memotong di industri

pemotongan lokal yang kualitas pemotongannya rendah.

Bagi masyarakat:

Page 25: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Langkah awal bagi masyarakat ketika pemerintah berpangku tangan adalah dengan

membuat koperasi bagi para penambang, ini langkah awal agar kemudian intan untuk

standarisasi dan mencegah mereka diperas oleh para penadah.

Daftar Pustaka

Arief Budimanan. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Adi Fahrudin. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung:Aditama.

Anonim. Pola Pembangunan Kesejahteran Sosial. Jakarta: Departemen Sosial RI.

A Prasetyantoko, dkkk. 2012. Pembangunan Inklusif, Prosfek dan tantangan Indonesia.

Jakarta: LP3ES.

Abrar Saleng.___. Hukum Pertambangan. Jakarta: Loc. Cit

Budi Winarno. 2013. Etika Pembangunan. Yogyakarta:CAPS.

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat. Bandung: Refika

Aditama

Eko Prasojo, dkk. 2012. Dampak dan Masalah-Masalah Dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Otonomi Baru. Depok: Universitas Indonesia.

Page 26: Tambang Rakyat Apakah Sudah Merakyat

Ginandjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan. Jakarta: Cides.

Jamil Gunawan, dkk. 2004. Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta: LP3ES.

Mansour Fakih. 2013. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Padmo Wahyono. 1989. Pembangunan Hukum di Indonesia. Jakarta: Hill Co.

Ridwan HR.2007. Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ridwan HR.___. Hukum Administrasi.. Jakarta: op cit.

Internet:

http://herius.wordpress.com/tambang-rakyat-dan-hak-hak-masyarakat-lokal-kondisi-terkini-

dan-rancangan-solusi/

http://opac.geotek.lipi.go.id/index.php?p=show_detail&id=478

http://sophianirmalida.blogspot.com/2012/02/aktivitas-transaksi-jual-beli-intan-di.html

http://muhammadmarcohidayat.wordpress.com/2009/04/23/penambangan-intan-di-

kalimantan-selatan/