TAMAN KOTA SEBAGAI RUANG PEMULIHAN STRES
Transcript of TAMAN KOTA SEBAGAI RUANG PEMULIHAN STRES
TAMAN KOTA SEBAGAI RUANG PEMULIHAN STRES
Ayu Fatmawati dan Rini Suryantini
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Abstrak
Masyarakat yang tinggal di perkotaan setiap harinya dihadapkan oleh berbagai sumber tekanan yang menyebabkan tingkat stres masyarakat DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Skripsi ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau untuk membantu penyembuhan masyarakat kota dari stres. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan dibuktikan kembali dengan metode kuantitatif. Berdasarkan kajian teori, taman kota yang dapat berperan sebagai ruang pemulihan stres terdiri dari tiga aspek, yaitu lokasi dan lingkungan sekitar, elemen-elemen pada taman, serta kondisi taman tersebut. Kemudian setelah menganalisis studi kasus yang dilakukan di Taman Langsat dan Taman Cattleya, dapat disimpulkan bahwa taman kota memiliki peran penting sebagai ruang pemulihan stres. Taman sebagai ruang pemulihan stres adalah taman yang dapat menyeimbangkan antara kuantitas dan juga kualitas dari ketiga komponen taman penyembuhan stres.
Kata kunci : Ruang Kota, Taman Kota, Pemulihan Stres
Abstract
Urban community lived in a stressful environment which makes the people who suffer from stress is increasing. This writing aim is to describe the importance of urban park to support people recover from the stress. This study conducted through qualitative method and supported by quantitative method. Based on the literature study, urban park as a place in the recovery from stress consist of tree aspect, which is the location and surrounding environment, urban park’s features, and condition of urban park. By analyzing Taman Langsat and Taman Cattleya as the case study, this writing able to proof that urban park has significant importance as a stress restorative space. Urban park that can be classified as a stress restorative space is the one that can balance both of quantity anf quality of tree aspects mentioned before.
Key words : City space, Urban park, Stress Restoration
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
PENDAHULUAN
Stres merupakan suatu permasalahan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-
hari manusisa. Stres dapat menyerang seseorang dari berbagai usia, jenis kelamin, maupun status
sosial-ekonomi. Pada tahun 2007 tercatat 14% dari total seluruh warga yang tinggal di Jakarta
menderita stres (Giyanto, 2012). Orang-orang stres yang berada di jalanan pun dari tahun ke
tahun jumlahnya semakin meningkat (Hapsari, 2012). Suku dinas sosial mencatat pada tahun
2010 terdapat 54 orang stres yang ditertibkan, lalu meningkat menjadi 69 orang di tahun 2011,
dan pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 89 orang. WHO telah mengkategorikan stres
sebagai masalah global yang terus meningkat dan dapat menjadi faktor penyebab penyakit kronis
lainnya seperti jantung coroner, diabetes tipe II, dan depresi(Aldwin dalam Stigsdotter et al.,
2010). Fakta ini menunjukan bahwa stres merupakan penyakit yang tidak bisa dipandang sebelah
mata.
Stres merupakan salah satu permasalahan yang harus diselesaikan tidak hanya oleh tenaga
medis, tetapi juga merupakan bagian dari permasalahan kota yang harus dipikirkan oleh
perancang tata kota. Hal ini dikarenakan tingkat kesehatan mental seseorang berhubungan
terhadap pengalaman yang diterimanya dari suatu lingkungan dan juga kemampuan orang
tersebut untuk bersosialisasi. Ketika seseorang kehilangan fokusnya dikarenakan stres dan juga
kelelahan, hal tersebut akan mempengaruhi kemampuannya untuk berpikir, belajar, dan juga
bersosialisasi, sehingga akan terjadi perubahan suasana hati secara negatif (Aldwin dalam
Stigsdotter et al., 2010).
Berbagai penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa lingkungan alami dapat lebih
membantu proses penyembuhan manusia dibandingkan lingkungan buatan (Kaplan & Tablot
1983; Ulrich 1984; Hartig et al. 1991; Purcell et al. 2001). Ulrich (dalam Altimier, 2004)
melakukan penelitian yang menunjukan bahwa pasien pasca operasi yang dirawat di ruang yang
memiliki bukaan menghadap taman kondisinya lebih cepat pulih dan hasil evaluasi medisnya
pun lebih baik dibandingkan pasien yang dirawat pada ruang dengan bukaan menghadap
bangunan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Mitchell dan Popham (2008) di Amerika juga
menunjukan bahwa semakin sering masyarakat terekspos dengan ruang hijau, maka semakin
kecil masalah kesehatan yang dihadapinya dibandingkan dengan masyarakat yang jarang
terekspos ruang hijau. Dengan kata lain, kesehatan masyarakat memiliki hubungan yang sangat
erat dengan keberadaan RTH di suatu lingkungan.
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
TINJAUAN TEORITIS
Ruang terbuka hijau yang berperan terhadap pemulihan sering juga disebut dengan
therapeutic garden dan healing garden. Therapeutic garden merupakan area publik hijau yang
memiliki manfaat bagi kesehatan fisik, sosial, dan juga mental masyarakat, dengan menyediakan
ruang untuk aktivitas terapi dan meditasi, sehingga dapat melepaskan tekanan dan mendorong
komunikasi sosial antar manusia (Jiang, 2012). Sedangkan healing garden merupakan taman
yang disediakan oleh fasilitas kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas dari lingkungan
rumah sakit untuk mengurangi stres yang timbul dari lingkungan rumah sakit yang penuh
tekanan (Jiang, 2012).
Grahn dan Stigsdotter (2003) mendefinisikan ruang terbuka hijau yang dapat memberikan
efek positif terhadap kesehatan masyarakat kota merupakan lingkungan yang menjadi bagian
penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat. RTH ini juga merupakan lingkungan yang
terbebas dari tuntutan dan tekanan. Penelitian yang dilakukan oleh Grahn dan Stigsdotter (2003)
telah membuktikan bahwa dengan membuat ruang terbuka hijau di dekat area pemukiman warga,
membuat masyarakat akan semakin sering mengunjungi ruang terbuka hijau. Semakin sering
masyarakat mengunjungi ruang terbuka hijau, tingkat kesehatan masyarakat kota akan semakin
meningkat.
Menurut Yusuf (dalam Rahmat, 2013), stres merupakan fenomena psikofisik yang bersifat
manusiawi. Dengan kata lain stres bersifat inhern, yaitu berada di dalam diri setiap orang dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Stres dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada kerja
tubuh manusia seperti denyut nadi dan tekanan darah yang meningkat, gangguan saluran
pencernaan, serta ketegangan pada otot.
Perubahan pada tubuh manusia saat stres terjadi karena diproduksinya hormon stres saat
manusia dalam kondisi mental tertekan. Hormon ini dapat dikurangi dengan lebih banyak
berjalan kaki (Ulvnas-Moberg dalam Grahn & Stigsdotter, 2003). Aktivitas fisik di lingkungan
alam menjadi nilai positif dalam proses pemulihan stres. Selain itu, aktivitas pasif pun dapat
membantu mengurangi stres. Kaplan (dalam Adevi & Martensson, 2013) menjelaskan bahwa
alam dapat membantu seseorang untuk berkonsentrasi dengan lebih baik dan memulihkan
dirinya dari stres dikarenakan alam memiliki kualitas yang dapat menenangkan seseorang dan
menghilangkan rasa lelah.
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
Penyembuhan pada ruang terbuka hijau merupakan hasil dari hubungan antara manusia
dengan lingkungan alam baik secara fisik, sosial, maupun simbolik (Gesler et al., 2004).
Hubungan antara manusia dan lingkungan alam ini dapat didukung melalui elemen-elemen yang
terdapat pada ruang terbuka hijau di mana interaksi tersebut berlangsung. Berbagai penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui elemen apa saja yang memberikan efek paling besar terhadap
proses penyembuhan pasien (Marcus dan Barnes, 1999; Whittehouse, 2001; Sherman, 2005;
Barnes, 2004). Penelitian ini dilakukan di taman yang berbeda sehingga elemen yang diteliti pun
berbeda-beda. Namun terdapat beberapa elemen yang selalu disebutkan di setiap penelitian yaitu,
tanaman, elemen air, dan objek seni. Lalu tiga dari empat penelitian menyebutkan elemen yang
melibatkan berbagai indra seperti udara segar, sinar matahari, serta pengalaman keterbukaan
dengan berada di ruang luar, dan tempat berlindung.
Berdasarkan keempat penelitian tersebut, elemen-elemen taman pemulihan tersebut dapat
dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan rangsangan terhadap panca indra, yaitu elemen
visual, elemen multi-sensory, elemen psikologis, dan elemen fungsional. Kelompok elemen
visual menentukan daya tarik taman tersebut agar masyarakat dapat tertarik untuk mengunjungi
taman. Desain taman yang baik adalah desain yang dapat menghadirkan kesan luas sehingga
masyarakat kota dapat terbebas dari kepenatan. Sedangkan kelompok elemen multi-sensory
berisikan elemen-elemen alam yang dapat menciptakan rasa keterikatan dengan alam. Selain itu,
elemen-elemen ini juga menjadi elemen yang menjadi nilai unggul suatu taman karena elemen
pada kelompok ini tidak bisa didapatkan saat sedang berada di dalam ruangan.
Elemen psikologis mempengaruhi kenyamanan seseorang yang bersifat subjektif karena
elemen ini sangat bergantung terhadap persepsi masing-masing pengguna taman. Namun tetap
saja elemen psikologis ini dapat diwujudkan melalui elemen fisik yang dapat mengarahkan
persepsi pengguna taman, sehingga elemen psikologis memiliki kualitas yang penting
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Sementara itu, elemen fungsional berkaitan erat
dengan bagaimana taman tersebut dapat digunakan oleh pengunjungnya. Elemen fungsional
yang baik dapat mendukung berbagai aktivitas pengunjung yang bervariasi dan dapat menjaga
keamanan serta kenyamanan pengunjung.
Dalam mendesain sebuah taman yang ditujukan sebagai sarana pemulihan, beberapa
kualitas lingkungan pendukung pemulihan perlu dihadirkan agar hasil yang didapatkan dapat
lebih efektif. Beberapa peneliti telah menyebutkan kualitas-kualitas dari lingkungan pemulihan
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
yang dianggap memberikan peran penting dalam proses penyembuhan itu sendiri. Teori
Supportive Garden Design yang disampaikan oleh Ulrich (dalam Marcus, 2007) menyebutkan
empat kualitas taman yang dapat membantu menghilangkan stres, yaitu RTH yang mendukung
interaksi sosial, RTH yang menyediakan fasilitas untuk beraktivitas fisik, RTH yang
memberikan pilihan privasi dan juga rasa kontrol, dan RTH yang memberi kesempatan
keterlibatan dengan alam.
Cooper Marcus (2007) menambahkan enam aspek lainnya, diantaranya adalah visibilitas,
akses, familiarity, ketenangan, kenyamanan, dan seni positif. Menurut Kaplan, lingkungan
penyembuhan ini memiliki 4 karakteristik, yaitu being away, kesan luas, daya tarik, dan
kesesuaian. Setelah mempelajari berbagai kualitas di atas, dapat dilihat bahwa kualitas
lingkungan pendukung pemulihan ini saling mempengaruhi (lihat Gambar 1). Kualitas
pemulihan yang utama adalah rasa nyaman dan juga kesempatan beraktivitas fisik. Rasa nyaman
pun akan hadir serta kesempatan untuk melakukan kegiatan fisikpun dapat terlaksana. Saat
seseorang telah merasa nyaman, maka otak pun akan menjadi lebih santai sehingga otak dapat
beristirahat. Sedangkan aktivitas fisik telah terbukti dapat mengurangi hormon stres seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Aspek pembentuk
Gambar 1. Hubungan Antar Kualitas Lingkungan Pemulihan
(Sumber: Data Pribadi)
Kualitas yang dihasilkan
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PMRT/M/2008, ruang
terbuka hijau dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu taman RT, taman RW, taman
kelurahan, taman kecamatan, pekaman, taman kota, dan hutan kota. Taman kota merupakan
lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan kreatif, edukasi, atau
kegiatan lain pada tingkat kota. Lokasi dari taman kota berada di pusat wilayah kota. Taman
kota dilengkapi fasilitas rekreasi dan olahraga, dengan minimal RTH 80%-90%. Semua
fasilitas ini bersifat terbuka untuk umum. Apabila dilihat dari fungsi pada setiap kategori
taman dan berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, jenis taman yang sesuai untuk
dijadikan taman pemulihan stres adalah taman kota.
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebuah
taman kota dapat dikategorikan sebagai ruang yang dapat mendukung pemulihan stres
apabila taman tersebut memiliki kualitas penyembuhan yang dihadirkan melalui keempat
kelompok elemen di atas, yaitu elemen visual, multi-sensory, psikologis, dan visual. Taman
ini juga harus berada di lokasi yang strategis untuk dijangkau masyarakat. Lingkungan
sekitar taman inilah yang merupakan salah satu faktor penentu intensitas kunjungan
masyarakat terhadap taman tersebut. Penggunaan elemen-elemen pada taman pemulihan juga
perlu didukung dengan kondisi dari taman tersebut. Kondisi elemen taman mempengaruhi
penggunaan elemen tersebut oleh pengguna taman sehingga perawatan lingkungan taman
juga menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan peran taman sebagai ruang
pemulihan stres (lihat Gambar 2).
Taman kota sebagai sarana pemulihan stres
Lokasi & Lingkungan taman
4 kelompok elemen yang mewakili kualitas
lingkungan penyembuhan
• Lokasi Taman
• Lingkungan sekitar
• Elemen visual • Elemen multi-
sensory • Elemen psikologis
Gambar 2. Aspek Pembentuk Taman sebagai Ruang Pemulihan Stres (Sumber: Data pribadi berdasarkan tinjauan teori)
k elemen yang Kondisi taman
• Perawatan taman
• Penggunaan elemen
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Studi
literatur dilakukan melalui buku, jurnal, artikel, dan lain-lain digunakan untuk mempelajari teori-
teori yang dianggap mampu mewakili dan mendukung ruang lingkup penulisan. Teori-teori
tersebut kemudian akan dijadikan dasar dalam pembahasan studi kasus ruang terbuka hijau yang
dapat mendukung proses pemulihan stres. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif akan digunakan
untuk menganalisis studi kasus ini sehingga diharapkan analisis ini mampu mencapai sebuah
kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang sudah dijabarkan sebelumnya.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Taman Langsat dan Taman Cattleya. Indikator penelitian yang
dianalisis berdasarkan studi literatur adalah lokasi dan lingkungan sekitar taman, elemen pada
taman, serta kondisi taman. Kedua taman ini dipilih dengan mempertimbangkan lokasi taman
dan juga luasan taman. Lokasi kedua taman ini terletak diantara area perkantoran dan juga area
pemukiman warga. Lokasinya yang strategis menjadi hal yang menguntungkan bagi sebuah
taman untuk dijadikan taman pemulihan karena taman ini sangat mudah dikunjungi baik oleh
para pekerja kantoran sekitar dan juga oleh masyarakat yang tinggal disekitarnya. Kemudian
dilihat dari luasannya, kedua taman ini memiliki luas yang hampir sama, yaitu Taman Cattleya
dengan luas 3,2 hektar dan Taman Langsat dengan luas 3,5 hektar. Pemilihan taman dengan
luasan yang hampir sama bertujuan juga untuk melihat elemen yang ada pada kedua taman
tersebut serta perbandingannya.
Taman Langsat dan Taman Cattleya sama-sama berada di lokasi yang strategis dan
lingkungan sekitar taman pun dapat mendorong masyarakat untuk berkunjung ke taman tersebut.
Taman Langsat memiliki dua akses masuk. Namun akses masuk utama Taman Langsat tidak
mudah dilihat dari jalan raya utama. Meskipun hanya memiliki satu akses menuju Taman
Cattleya, akses tersebut mudah dilihat dari jalan raya utama.
Persebaran elemen pada Taman Langsat merata pada seluruh bagian taman. Dari bagian
depan hingga belakang taman terdapat elemen-elemen yang dapat memfasilitasi aktivitas
pengunjung baik secara aktif maupun pasif. Kelengkapan elemen yang ada di taman ini
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
tergolong sangat lengkap. Sedangkan elemen pada Taman Cattleya berjumlah lebih sedikit
dibandingkan Taman Langsat sehingga kelengkapannya tergolong lengkap. Persebaran
elemennya pun tidak merata. Pada bagian belakang taman tidak terdapat elemen yang dapat
digunakan oleh pengunjung taman sehingga aktivitas pengunjung pun hanya terpusat di bagian
depan dan tengah taman. Namun Taman Cattleya kondisinya lebih terawat dibandingkan Taman
Langsat sehingga seluruh elemennya dapat digunakan dengan maksimal.
Kualitas pada kedua taman ini yang yang dihadirkan oleh elemen-elemen pada taman juga
menentukan bagaimana pengunjung akan beraktivitas untuk mengurangi stresnya. Pada Taman
Langsat, elemen yang ada menciptakan kualitas kompatibilitas sehingga aktivitas pengunjung
pun didominasi oleh aktivitas fisik. Sedangkan elemen pada Taman Cattleya menciptakan
kualitas kenyamanan dan ketenangan sehingga aktivitas yang dominan merupakan aktivitas
pasif. Secara keseluruhan, kedua taman ini sama-sama dapat memiliki potensi sebagai taman
pemulihan stres.
PEMBAHASAN
Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat tiga komponen pembentuk taman pemulihan
stres, yaitu lingkungan sekitar, elemen pada taman, dan juga kondisi taman. Taman Langsat
memiliki nilai yang positif pada bagian lokasi dan lingkungan sekitar dan elemen taman, namun
kurang baik pada kondisi tamannya. Sedangkan Taman Cattleya memiliki keunggulan pada
lokasi taman dan kondisi taman, namun elemen tamannya tidak selengkap Taman Langsat.
Analisis kualitatif dari Taman Langsat dan Taman Cattleya menunjukan bahwa kedua taman ini
memiliki potensi untuk mengurangi tingkat stres masyarakat. Kemudian hal ini didukung oleh
hasil dari analisis kuantitatif yang menunjukan bahwa tingkat stres pengunjung taman sebelum
beraktivitas di taman lebih besar dibandingkan tingkat stres pengunjung setelah beraktivitas di
taman. Dengan demikian, pengunjung taman dapat mengurangi tingkat stresnya dengan
berkunjung dan beraktivitas di taman.
Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung terdiri dari dua kelompok aktivitas, yaitu
aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas secara aktif terdiri dari berolahraga, bermain bersama
anak, memancing, dan jalan santai. Sedangkan aktivitas pasif terdiri dari duduk-duduk,
mengobrol bersama teman, dan menikmati pemandangan.
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
Gambar 3. Aktivitas Pengunjung Taman Langsat
(Sumber: Data pribadi)
Taman Langsat didominasi oleh aktivitas aktif yang dilakukan oleh
pengunjungnya (lihat Gambar 3). Hal ini dikarenakan kualitas yang paling menonjol
pada Taman Langsat adalah kesesuaian. Kualitas ini timbul karena Taman Langsat
memiliki berbagai elemen yang dapat mendukung beragam kegiatan yang ingin
dilakukan oleh pengunjung di taman. Kualitas ini juga yang membuat pengunjung
dapat merasakan keterikatan dengan alam karena beragam aktivitas yang ada
merupakan aktivitas yang berhubungan dengan alam. Dengan kualitas kompatibilitas,
pengunjung taman dapat terpancing untuk beraktivitas aktif sehingga aktivitas fisik
inilah yang membuat tingkat stres pengunjung taman berkurang.
Gambar 4. Aktivitas Pengunjung Taman Cattleya
(Sumber: Data pribadi)
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
Aktivitas yang dominan dilakukan oleh pengunjung Taman Cattleya adalah aktivitas
pasifnya (lihat Gambar 4). Hal ini disebabkan minimnya elemen-elemen yang dapat
memfasilitasi aktivitas aktif di taman ini. Selain itu, kualitas taman yang paling dirasakan oleh
pengunjung taman adalah kenyamanan dan ketenangan. Taman ini dapat memberikan
ketenangan meskipun lokasinya yang berada di tengah keramaian kota. Pengunjung pun merasa
nyaman saat beraktivitas di taman ini sehingga pikiran dapat terbebas dari kepenatan. Hal inilah
yang dapat mengurangi tingkat stres pengunjung.
Berdasarkan hasil t-test yang dilakukan untuk membandingkan Taman Langsat dan Taman
Cattleya, didapatkan hasil bahwa Taman Cattleya lah yang lebih efektif dalam mengurangi
tingkat stres pengunjung. Meskipun Taman Cattleya memiliki elemen Taman yang lebih sedikit
dan persebarannya tidak merata dibandingkan Taman Langsat, namun Taman Cattleya berperan
lebih baik dalam menghadirkan ketenangan dan mengurangi stres pengunjung taman. Apabila
dilihat dari nilai kepentingan elemen taman pada kedua taman ini (lihat gambar 5), dapat
disimpulkan bahwa elemen yang paling berpengaruh terhadap pemulihan stres adalah
pepohonan, udara sejuk, dan juga jogging track.
Gambar 5. Grafik Nilai Kepentingan Elemen Taman Langsat dan
Taman Cattleya
Pepohonan menjadi elemen yang paling banyak disebut oleh responden karena elemen
ini dapat dinikmati secara visual dan elemen ini juga menjadi daya tarik seseorang untuk
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
beraktivitas di taman dibandingkan di dalam ruangan. Kemudian udara segar juga merupakan
elemen yang hanya bisa didapatkan di luar ruangan. Sedangkan jogging track merupakan
elemen yang dapat memfasilitasi beragam kegiatan pengunjung baik ativitas aktif, maupun
pasif. Ketiga elemen ini merupakan elemen utama dalam taman pemulihan stres.
Taman Cattleya memiliki kualitas elemen-elemen utama yang lebih baik dibandingkan
Taman Langsat. Hal ini menyebabkan efektifitas Taman Cattleya dalam mengurangi stres
pengunjung taman lebih baik dibandingkan Taman Langsat meskipun Taman Langsat
memiliki kuantitas elemen yang lebih banyak. Kualitas elemen taman akan mempengaruhi
kepuasan pengunjung dalam menggunakan elemen-elemen tersebut. Semakin baik kualitas
elemen sebuah taman, pengunjung akan semakin merasa nyaman, sehingga elemen taman
pun dapat digunakan dengan maksimal. Penggunaan elemen taman secara maksimal dapat
membantu mengurangi stres pengunjung taman dengan lebih baik lagi. Jadi, perawatan
taman yang baik merupakan hal penting untuk mendukung proses pemulihan stres pada
pengguna taman.
KESIMPULAN
RTH dapat mendukung pemulihan stres karena RTH menyediakan ruang bagi masyarakat
untuk beraktivitas baik secara aktif maupun pasif. Aktivitas fisik akan membuat tubuh
mengurangi produksi hormon stres sehingga stres pun dapat berkurang. Sedangkan aktivitas
pasif dapat memberikan ketenangan kepada pikiran sehingga seseorang dapat mengurangi stres
dengan mengistirahatkan pikirannya.
Peran sebuah RTH dalam menyembuhkan stres bergantung terhadap elemen RTH yang
mewujudkan kualitas pemulihan. Terdapat empat kelompok elemen RTH dengan kualitas taman
pemulihan, yaitu elemen visual, elemen multi-sensory, elemen psikologis, dan elemen
fungsional. Selain empat kelompok elemen di atas, lingkungan sekitar taman dan kondisi taman
juga memiliki peran penting dalam membentuk taman sebagai ruang pemulihan stres. Lokasi dan
lingkungan sekitar taman akan menentukan intensitas kunjungan masyarakat ke suatu taman.
Sedangkan kondisi dari taman tersebut akan menentukan penggunaan elemen-elemen pada
taman.
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
Kombinasi yang baik dari aspek lingkungan sekitar, elemen pada taman, dan kondisi taman
dapat menghadirkan kualitas kenyamanan dan juga memicu pengunjung untuk beraktivitas di
taman sehingga tingkat stres pengunjung pun dapat berkurang. Setelah menganalisis Taman
Langsat dan Taman Cattleya, didapatkan kesimpulan bahwa kualitas taman yang dapat
mendukung pemulihan stres adalah kualitas kesesuaian, ketenangan, serta kenyamanan. Dengan
demikian, taman kota yang sesuai sebagai ruang pemulihan stres bagi masyarakat adalah taman
yang memiliki tiga aspek pembentuk taman pemulihan stres yang baik, yaitu lokasi dan
lingkungan sekitar, elemen taman, serta kondisi taman. Efektifitas sebuah taman dalam
mengurangi tingkat stres masyarakat kota dapat dimaksimalkan dengan menyeimbangkan antara
kuantitas dan juga kualitas dari ketiga aspek pembentuk taman pemulihan.
DAFTAR REFERENSI
Adevi, A.A. & Martensson, F., 2013. Stress rehabilitation through garden therapy: The garden as a place in the recovery from stress. Urban Forestry and Urban Greening, 12(2), pp.230–237. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.ufug.2013.01.007.
Altimier, L.B., 2004. Healing environments: For patients and providers. Newborn and Infant Nursing Reviews, 4(2), pp.89–92.
Barnes, D., 2004. Healing Garden inHealthcare Facilities: Linking Restorative Value and Design Features, Vancouver: University of British Columbia.
Bedimo-Rung, A.L., 2005. The Significance of Parks to Physical Activity and. American Journal of Preventive Medicine, 28(2S2), pp.159–168. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0749379704003046.
Chiesura, A., 2004. The role of urban parks for the sustainable city. Landscape and Urban Planning, 68(1), pp.129–138.
Febriane, S., 2010. Taman Hijau (Bukan) untuk Kami. Available at: http://megapolitan.kompas.com/read/2010/08/08/0750512/Taman.Hijau.Bukan.untuk.Kami.
Gesler, W. et al., 2004. Therapy by design: Evaluating the UK hospital building program. Health and Place, 10(2), pp.117–128.
Giyanto, 2012. Warga Kota Yang Stres. Available at: http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Warga_kota_yang_stress.
Grahn, P. & Stigsdotter, U.A., 2003. Landscape planning and stress. Urban Forestry & Urban
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
Greening, 2(1), pp.1–18. Available at: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1618866704700199.
Hakim, R., 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap 2nd ed., Jakarta: Bumi Aksara.
Hansmann, R., Hug, S.M. & Seeland, K., 2007. Restoration and stress relief through physical activities in forests and parks. Urban Forestry and Urban Greening, 6(4), pp.213–225.
Hapsari, E., 2012. Makin Banyak Orang Stres di DKI JAkarta, Mengapa? Available at: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/08/31/m9la6w-waduh-makin-banyak-orang-stres-di-jakarta-mengapa.
Hastari, R., 2014. Taman Kota Langsat. Available at: http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Taman_Kota_Langsat.
Jiang, S., 2012. Therapeutic vs healing garden.pdf. Frontiers of Architectural Research, 3, pp.141–153.
Lau, S.S.Y. & Yang, F., 2009. Introducing Healing Gardens into a Compact University Campus: Design Natural Space to Create Healthy and Sustainable Campuses. Landscape Research, 34(1), pp.55–81. Available at: http://www.informaworld.com/10.1080/01426390801981720.
Marcus, C.C., 1995. Gardens and health. , pp.61–71.
Marcus, C.C., 2007. Healing gardens in hospitals. Interdisciplinary Design and Research e-Journal, 1(1), pp.1–27. Available at: http://www.intogreen.nl/en/topics/care/research/if-nature-has-healing-properties-why-is-there-so-little-green-in-hospitals/cooper_marcus.pdf.
Marcus, Calre Cooper, Barnes, M., 1999. Healing Garden: Therapeutic Benefits and Design Reccommendations, Canada: John Wiley & Sons.
Mitchell, R. & Popham, F., 2008. Effect of exposure to natural environment on health inequalities: an observational population study. The Lancet, 372(9650), pp.1655–1660. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(08)61689-X.
Rahmat, H., 2013. Kecenderungan Kepribadian Berdasarkan Tingkat Gejala Stres,
Sherman, S.A. et al., 2005. Post-occupancy evaluation of healing gardens in a pediatric cancer center. Landscape and Urban Planning, 73(2-3), pp.167–183.
Stigsdotter, U. a & Grahn, P., 2003. Experiencing a Garden : A Healing Garden for People Suffering from Burnout Diseases. Journal of Therapeutic Horticulture, 14(JANUARY 2003), pp.39–48.
Stigsdotter, U.K. et al., 2010. Health promoting outdoor environments - Associations between green space, and health, health-related quality of life and stress based on a Danish national
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016
representative survey. Scandinavian Journal of Public Health, 38(4), pp.411–417. Available at: http://sjp.sagepub.com/cgi/doi/10.1177/1403494810367468.
Syatiri, A.S., 2014. Taman Cattleya, Favorit Tempat Mesum. Available at: http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/02/09401351/Taman.Cattleya.Favorit.Tempat.Mesum.
Velarde, M.D., Fry, G. & Tveit, M., 2007. Health effects of viewing landscapes - Landscape types in environmental psychology. Urban Forestry and Urban Greening, 6(4), pp.199–212.
WHITEHOUSE, S. et al., 2001. Evaluating a Children’S Hospital Garden Environment: Utilization and Consumer Satisfaction. Journal of Environmental Psychology, 21(3), pp.301–314. Available at: http://dx.doi.org/10.1006/jevp.2001.0224.
Taman kota ..., Ayu Fatmawati, FT UI, 2016