Take Home Examination

7
Nama : Putri Indriyana Nim : 1409200180005 NASKAH SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL T.A 2014/2015 MAHAISWA/I MAGISTER ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS SYIAH KUALA Mata Ajar : Etik dan Hukum Kesehatan Sifat Ujian : Take home examination Kasus Nn. W berusia 16 tahun tinggal di desa S dan berasal dari keluarga miskin. Nn. W memiliki keterbelakangan mental ringan. Nn. W mampu untuk makan, minum, mandi, berpakaian, mencuci baju sendiri. Nn. W memiliki masalah dalam hubungan sosial, tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak pernah mengecap pendidikan di sekolah. Tn. F berusia 28 tahun, tinggal di desa S, sudah beristri dan memiliki anak 1. Pada suatu hari, Tn. F berhasil mengajak Nn. W untuk melakukan hubungan seksual dan kejadian tersebut terjadi berkali- kali, sehingga Nn.W hamil. Pada kehamilan bulan ke empat baru diketahui oleh keluarga Nn.W. Pada saat dilakukan eksplorasi, Nn. W mengakui bahwa yang melakukan hal tersebut adalah Tn. F. Keluarga Nn.W mengamuk dan menikam Tn.F sehingga Tn.F meninggal. Polisi mengetahui kejadian tersebut sehingga ayah Nn.W di penjara. Setelah kejadian tersebut, Nn.W mengetahui bahwa dia akan memiliki anak sekitar 5 bulan berikutnya. Seiring dengan banyaknya informasi yang diterima Nn W, dia mulai berubah dan mengatakan keinginannya tidak mau melahirkan dan anaknya digugurkan saja. Nn. W mulai depresi. Beberapa kali terlihat Nn.W memukul-mukul perutnya. Keluarga semakin bingung, karena sebagian setuju digugurkan dan sebagian tidak setuju. Anda adalah seorang tenaga kesehatan di desa tersebut dan anda diminta oleh kepala desa untuk memberiakan solusi pada masalah tersebut. Pertanyaan; 1. Apa model penyelesaikan dilema etik yang anda gunakan untuk masalah tersebut? 2. Apa alasan penggunaan model tersebut? 3. Jelaskan metode penyelesaian dilema etik yang tepat untuk masalah tersebut Jawaban :

Transcript of Take Home Examination

Nama : Putri Indriyana

Nim : 1409200180005NASKAH SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL T.A 2014/2015MAHAISWA/I MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

UNVERSITAS SYIAH KUALA

Mata Ajar

: Etik dan Hukum Kesehatan

Sifat Ujian

: Take home examination

Kasus

Nn. W berusia 16 tahun tinggal di desa S dan berasal dari keluarga miskin. Nn. W memiliki keterbelakangan mental ringan. Nn. W mampu untuk makan, minum, mandi, berpakaian, mencuci baju sendiri. Nn. W memiliki masalah dalam hubungan sosial, tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak pernah mengecap pendidikan di sekolah. Tn. F berusia 28 tahun, tinggal di desa S, sudah beristri dan memiliki anak 1. Pada suatu hari, Tn. F berhasil mengajak Nn. W untuk melakukan hubungan seksual dan kejadian tersebut terjadi berkali-kali, sehingga Nn.W hamil. Pada kehamilan bulan ke empat baru diketahui oleh keluarga Nn.W. Pada saat dilakukan eksplorasi, Nn. W mengakui bahwa yang melakukan hal tersebut adalah Tn. F. Keluarga Nn.W mengamuk dan menikam Tn.F sehingga Tn.F meninggal. Polisi mengetahui kejadian tersebut sehingga ayah Nn.W di penjara. Setelah kejadian tersebut, Nn.W mengetahui bahwa dia akan memiliki anak sekitar 5 bulan berikutnya. Seiring dengan banyaknya informasi yang diterima Nn W, dia mulai berubah dan mengatakan keinginannya tidak mau melahirkan dan anaknya digugurkan saja. Nn. W mulai depresi. Beberapa kali terlihat Nn.W memukul-mukul perutnya. Keluarga semakin bingung, karena sebagian setuju digugurkan dan sebagian tidak setuju. Anda adalah seorang tenaga kesehatan di desa tersebut dan anda diminta oleh kepala desa untuk memberiakan solusi pada masalah tersebut.Pertanyaan;

1. Apa model penyelesaikan dilema etik yang anda gunakan untuk masalah tersebut?

2. Apa alasan penggunaan model tersebut?

3. Jelaskan metode penyelesaian dilema etik yang tepat untuk masalah tersebut

Jawaban :

1. Model penyelesaian dilema etik yang digunakan untuk kasus diatas adalah model penyelesaian menurut kozier et.al2. Alasan digunakan model penyelesaian dilema etik menurut kozier et.al karena lebih mudah dipahami, dan singkat didukung dengan situasi perawat yang hampir setiap saat yang mengharuskan untuk membuat keputusan-keputusan profesional dan bertindak sesuai keputusan tersebut. Keputusan biasanya dibuat dalam hubungannya dengan orang lain (klien, keluarga, dan profesi kesehatan lain). Dalam membuat keputusan, bukan keputusan yang paling benar yang akan diambil tapi keputusan mana yang paling baik karena dalam dilema etik tidak ada benar maupun yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional.3. Metode penyelesaian dilema etik untuk kasus Nn.W dengan kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier dengan langkah-langkah sebagai berikut :1. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifikasi dilema etik, mencari informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:

1) Orang yang terlibat, yaitu: Nn W, Keluarga Nn.W, Kepala desa dan Perawat. 2) Tindakan yang diusulkan, yaitu:a. Sebagian keluarga setuju dengan keputusan Nn.W untuk menggugurkan kandungannya (diinisialkan dengan keputusan keluarga A)b. Sebagian keluarga tidak setuju jika Nn.W menggugurkan kandungannya (diinisialkan dengan keputusan keluarga B)3) Maksud dari tindakan, yaitu:

a. Keluarga A setuju dengan Nn.W untuk aborsiAgar mengurangi beban psikologis Nn.W yang kini mulai megalami depresi dan memberikan kebebasan hak Nn.W b. Keluarga B tidak setuju jika Nn.W aborsi Dikarenakan bertentangan dengan agama dan hukum serta beresiko bagi Nn.W yang masih remaja jika dilakukan aborsi.2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebutKonflik yang terjadi , yaitu:

Penderitaan Nn.W yang masih remaja, memiliki masalah dalam hubungan sosial, tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak pernah mengecap pendidikan di sekolah (keterbelakangan mental ringan), hamil diluar nikah dan mengalami depresi menyebabkan sebagian keluarga menyetujui keinginan Nn.W untuk dilakukan tindakan aborsi dan sebagian keluarga tidak menyetujui karena bertentangan dengan agama. Maka dilema etik yang timbul : Otonomi vs otonomiJika mempertahankan hak/ menghormati keputusan Nn.W untuk aborsi (otonomi) maka akan melanggar hak hidup janin (otonomi). Otonomi vs non-maleficienceJika mempertahankan hak/menghormati keputusan Nn.W untuk aborsi (otonomi) maka akan melanggar keberlangsungan hidup janin dan juga menciderai Nn.W karena aborsi pada usia remaja sangat beresiko (non-maleficience. Otonomi vs beneficienceJika mempertahankan hak/menghormati keputusan Nn.W untuk aborsi (otonomi) maka akan melanggar norma agama dan hukum sehingga dapat merugikan klien dan keluarga (beneficience).3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi tindakan adalah : 1. Setuju dengan keluarga A untuk mendukung hak otonomi Nn.W tetapi hal ini pun harus dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab usia Nn.W yang masih remaja beresiko tinggi untuk dilakukan aborsi, dan aborsi yang dilakukan dengan usia janin lebih dari 40 hari terhitung sejak hari pertama dari haid terakhir haram hukumnya dalam agama Islam dan hukum Indonesia juga melarang tindakan aborsi sesuai undang-undang no.36 tahun 2009 pasal 346 karena kasus Nn.W bukan pemerkosaan dan juga bukan indikasi kedaruratan medis karena Nn.W dalam kondisi labil sehingga menimbulkan depresi didukung dengan kurangnya pengetahuan Nn.W tentang konsep diri. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien dan sebagian keluarga terpenuhi, Namun bertentangan dengan agama,hukum,norma di masyarakat dan kesehatan.2. Setuju dengan keluarga B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding killing. Konsekuensi dari tindakan ini: klien dan sebagian keluarga kecewa, tetapi tidak bertentangan dengan agama dan tidak melanggar hukum.4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat.

Perawat tidak membuat keputusan untuk klien, tetapi perawat membantu dalam membuat keputusan bagi klien, janin dan keluarganya, tetapi dalam hal ini perlu dipikirkan, beberapa hal:

1) Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk.

2) Untuk siapa saja keputusan itu dibuat

3) Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (agama,social, ekonomi, fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum).

4) Sejauh mana persetujuan klien dibutuhkan.

5) Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan.

Pada kasus Nn.W, yang dapat membuat keputusan adalah klien dan keluarga. Tugas perawat adalah sebagai konselor dalam memberikan informasi dan menjelaskan alternatif, konsekuensi yang jelas, lengkap dan terkini.5. Mendefinisikan kewajiban perawat

Dalam membantu Nn.W dan keluarga dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:

1) Memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini

2) Meningkatkan kesejahteran klien3) Membuat keseimbangan antara kebutuhan klien baik otonomi, hak dan tanggung jawab keluarga tentang kesehatan klien dan janin.4) Membantu keluarga dan klien tentang pentingnya sistem pendukung

5) Melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang disesuikan dengan kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku pada klien dengan kondisi keterbelakangan mental.

Pada kasus ini kewajiban perawat seperti yang dialami oleh Nn.W adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memberikan pendidikan kesehatan dan konseling informasi untuk mengatasi depresi yang dialami Nn.W dan keluarga dalam merawat Nn.W selama kehamilan, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga.

6. Membuat KeputusanDalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi dilema etik, perawat perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk klien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut. Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya memberikan informasi yang valid dan terkini serta konsekuensi yang bisa timbul jika aborsi dilakukan atau tidak dilakukan dan hak klien/keluarga untuk memilih tindakan yang akan dilakukan dan kemudian dievaluasi. Maka keputusan yang sudah ditetapkan antara perawat dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan. Dalam membuat keputusan terbaik dipilih satu keputusan yaitu tidak dilakukan aborsi (tetap mempertahankan kandungan) dikarenakan pilihan yang paling tepat dengan resiko dan konsekuensi yang bisa diatasi yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan dan konseling informasi untuk mengatasi depresi yang dialami Nn.W yang sedang labil dan keluarga dalam merawat Nn.W selama kehamilan.Evaluasi Proses Pembelajaran1. Bagaimana menurut anda proses pembelajaran pada mata ajar etik dan hukum kesehatan?

a. Materi yang diajarkan

Materi dalam mata ajar etik dan hukum kesehatan yang diajarkan selama satu semester, menurut saya sesuai dengan aplikasi dalam praktek keperawatan saat ini, misalnya masalah aspek etik dan hukum terkait dengan manajeman pelayanan dan asuhan keperawatan yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan termasuk tentang undang-undang keperawatan dan malpraktek, kode etik keperawatan, model penyelesaian dilema etik beserta kasus yang dibahas, dan lain sebagainya. materi yang diajarkan juga sesuai dengan materi yang ada di silabus.b. Dosen/pemateri

Dosen yang mengajar mata ajar etik dan hukum kesehatan merupakan dosen-dosen yang profesional di bidangnya, dan mempunyai pengalaman yang luar biasa serta pengetahuan yang lebih tentang etik dan hukum, sehingga menguasai materi. c. Penjadwalan

Penjadwalan untuk mata ajar etik dan hukum kesehatan kurang sesuai dengan rencana (silabus), tidak hanya jadwal kuliah tetapi jadwal pengajar juga berubah mungkin karena kesibukan masing-masing, tetapi hal ini sudah diatasi dengan adanya dosen yang menggantikan sehingga materi /bahan kajian tidak ada yang kosong (tidak masuk). d. Sumber belajar

Sumber belajar mudah untuk diakses dari buku, jurnal dan materi perkuliahan dari dosen.e. Metode yang digunakanMetode yang digunakan setiap dosen berbeda, tetapi mahasiswa khususnya saya bisa mendapatkan ilmu baru dalam pembelajaran etik dan hukum kesehatan, dari pengalaman dan pengetahuan dosen yang mengajar. Intinya metode pembelajaran santai tetapi ada kalanya serius dan menarik.f. Metode evaluasi

Metode evaluasi yang digunakan diskusi, seminar dan take home sesuai dengan proses pembelajaran adult learning.2. Apa saran anda terhadap proses pembelajaran pada mata ajar etik dan hukum kesehatan?

a. Materi yang diajarkan

Mempertahankan agar materi yang diajarkan sesuai dengan materi yang direncanakan di silabus, mempertahankan supaya materi yang diajarkan serta kasus yang dibahas sesuai perkembangan dan isu yang aplikatif dalam praktek keperawatan.

b. Dosen/pemateri

Seharusnya dosen luar seperti profesor di datangkan tidak hanya sekali dalam satu semester, mungkin akan lebih baik jika sekali dalam sebulan agar mahasiswa mendapat wawasan yang lebih luas dan aplikatif.

c. Penjadwalan

Untuk penjadwalan sebaiknya jika memungkinkan masuk sesuai jadwal dan mahasiswa juga lebih aktif untuk konsul jika ada seminar, supaya tidak keteteran waktu. Jadi solusinya mahasiswa dan dosen sama-sama intropeksi untuk penjadwalan.

d. Sumber belajar

Sejauh ini tidak ada masalah untuk sumber belajar karena buku dan jurnal mudah di akses, mungkin akan lebih maksimal lagi jika wifi magister keperawatan diaktifkan jadi mahasiswa lebih mudah untuk mengakses jurnal dan buku untuk semua mata ajar kuliah.

e. Metode yang digunakan

Untuk metode yang digunakan sudah cukup bagus karena bervariasi, seperti ceramah, diskusi, dan seminar. Jika memungkinkan sebaiknya setiap dosen yang masuk didahului dengan materi dulu jadi tidak langsung dengan seminar.f. Metode evaluasi

Untuk metode evaluasi sudah cukup bagus karena ada penugasan yang bisa meningkatkan kemampuan mahasiswa supaya mahasiswa lebih aktif. Dan yang lebih penting evaluasi pembelajaran harus tetap dipertahankan karena untuk menilai hasil pembelajaran yang diterapkan selama satu semester.