Tak Sanggup Pasar Luar Jawa Banyak Pelaku...

1
Bisnis Indonesia, Investor Daily, 28 Februari 2017

Transcript of Tak Sanggup Pasar Luar Jawa Banyak Pelaku...

Page 1: Tak Sanggup Pasar Luar Jawa Banyak Pelaku IKNBbigcms.bisnis.com/file-data/1/1936/3d3430fa_Des16... · II OJK Dumoly F. Pardede menilai ... baru di Kota Bandung, Pekanbaru, Banjarmasin,

21Selasa, 28 Februari 2017

Karyawati berkomunikasi menggunakan ponsel dengan latar belakang logo perusahaan asuransi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengusulkan porsi kepemilikan asing dalam perusahaanperasuransian di Indonesia ditetapkan maksimal 80%, tidak berubah dari aturansebelumnya.

PORSI KEPEMILIKAN ASING

Bisnis/Dedi Gunawan

PEMBIAYAAN MODAL VENTURA

Pasar Luar JawaPotensial

JAKARTA — Penyaluran pembia-yaan di sektor modal ventura berpotensi tumbuh signifikan sepanjang tahun ini sejalan dengan upaya Otoritas Jasa Keuangan mendorong perluasan layanan ke berbagai daerah khususnya di luar Jawa.

Ketua Asosiasi Modal Venturadan Starup Indonesia (Amvesindo)Jefri R. Sirait menjelaskan hingga saat ini Jawa masih menjadi pusat penyaluran dana dari sektor jasakeuangan. Menurutnya, sekitar 60%pembiayaan, termasuk modal ventura, menyasar wilayah tersebut.

Dia meyakini potensi penyalurandana dari modal ventura ke berbagai daerah masih cukup besar sejalandengan upaya OJK untuk mendoronglayanan jasa keuangan ke berbagaiwilayah di luar Pulau Jawa.

“Ini diperkuat dengan tujuh inisiatif besar OJK, antara lain dengan hadirnya TPAKD [tim percepatan akses keuangan daerah], KUR [Kredit UsahaRakyat], dan fi nancial technology,”ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.

Jefri menjelaskan potensi penya-luran pembiayaan di berbagai daerahmesti diarahkan kepada sektor-sektor produktif. Salah satu sektoryang potensial digarap oleh pelaku pembiayaan adalah sektor pertanian dan perkebunan.

Menurutnya, kehadiran TPAKDakan membuka celah penyaluranpembiayaan kepada sektor-sektor tersebut. “Sehingga di pasar-pasarpasokan bukan lagi produk dari luarnegeri. Program OJK dan pemerintah sudah sangat kuat, tinggal dieksekusi.”

Jefri memperkirakan potensi pasar yang dapat digarap oleh industri modal ventura mencapai Rp600 triliun. Dia

mengatakan untuk mengejar pasar ini pihaknya mendorong pemanfaatanteknologi.

Apalagi saat ini, terdapat 340 jutatelepon pintar yang beredar untuk 250 juta penduduk. Namun, Jefri juga mengimbau agar pelaku industri modal ventura juga mengedepankan kehati-hatian dalam penyaluran kredit.

PEMBINAAN USAHAMenurutnya, modal ventura juga

perlu mengedepankan pembinaan agar mitra usaha tumbuh sejalandengan pertumbuhan industri. “Bukan semata berapa dana yang dikucurkan atau bagaimana performa NPI (non performing investment) semata,” katanya.

Data OJK tentang Statistik Pembia-yaan per Desember 2016 menunjukkan nilai total pembiayaan sektor modal ventura mencapai Rp8,14 triliun.Realisasi itu bertumbuh 18,22% (year on year/yoy). Pada akhir tahunsebelumnya total pembiayaan sektor tersebut mencapai Rp6,82 triliun.

Penyaluran dana masih dominanterjadi dalam bentuk pembiayaan bagi hasil, yakni mencapai Rp5,63triliun atau tumbuh 10,05% (yoy).

Adapun jenis pembiayaanobligasi konversi juga mencatatkanpertumbuhan, yakni sebesar 32,59%(yoy) atau menjadi Rp576 miliar, setelah turun sejak akhir 2015.Sementara itu, penyertaan sahamtumbuh hingga 44,75% (yoy) menjadi Rp1,94 triliun.

Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB)II OJK Dumoly F. Pardede menilairealisasi pertumbuhan pembiayaantersebut terbilang cukup signifi kan. (Oktaviano D.B. Hana)

EKSPANSI PEMBIAYAAN

BNI Multifi nanceTambah Kantor

JAKARTA — PT BNI Multifi nanceakan menambah kantor cabang baru untuk memperluas jaringan operasional sekaligus memacupembiayaan yang ditargetkan mencapai Rp1,2 triliun pada 2017.

Direktur BNI Multifi nance Rana Ranadi mengatakan sepanjang tahun ini perusahaan menargetkan bisamengoperasikan empat kantor cabangbaru di Kota Bandung, Pekanbaru, Banjarmasin, dan Denpasar. Pada tahun lalu perusahaan telah memiliki tujuh kantor di Kota Medan, Bogor, Solo, Surabaya, Yogya, Semarang, dan Lampung.

“Rencana penambahan kantorcabang ini merupakan salah satu strategi pengembangan bisnis kamiuntuk mencapai target pertumbuhanpembiayaan tahun ini,” kata Rana, belum lama ini.

Guna memacu pembiayaan, pihaknya juga akan meningkatkan porsi pembiayaan konsumen yangsebelumnya baru berkontribusi25% dari total pembiayaan yangdisalurkan. Kontribusi pembiayaanterbesar berasal dari segmen komersialdengan tujuan pembiayaan produktifyang mencapai 75%.

“Tahun lalu kami banyak salurkanpembiayaan untuk penunjang kegiatan perkebunan, pembangunan infrastruktur, dan kegiatan-kegiatan produktif lainnya. Tahun ini, consumerfi nancing diharapkan bisa meningkatmenjadi sekitar 45%,” ujarnya.

Menurut Rana, perseroan juga akan berkoordinasi dengan induk usahanya yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNIuntuk mengggaet nasabah-nasabah bank tersebut.

Sepanjang 2017, BNI Multifi nance

menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan Rp1,2 triliun, atau tumbuh sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan pembiayaan pada tahun lalu yang tercatat Rp389 miliar.

LABA NAIKDirektur Utama BNI Multifi nance

Suwaluyo mengatakan pada tahun ini perusahaan menargetkan bisa meraup laba Rp26 miliar. Target itu meningkatsignifi kan jika dibandingkan dengan perolehan laba tahun sebelumnya Rp8,1 miliar.

“Pada tahun lalu perusahaan dapatmembukukan laba, setelah tahun sebelumnya mengalami kerugian,karena adanya upaya pembenahan manajemen, dan peningkatan kualitas kredit.”

Dia mengungkapkan saat itu rasiokredit bermasalah atau non performingfi nancing (NPF) perusahaan juga sempat menyentuh angka 10%. Akantetapi, dengan adanya perubahan direksi dan manajemen, rasio NPF hingga akhir 2016 berhasil ditekanmenjadi kisaran 0,26%.

Dia menuturkan pada tahun lalu total aset perusahaan mencapai Rp517 miliar. Pada tahun ini, total aset ditargetkan bisa meningkat menjadiRp1,3 triliun. Suwaluyo mengatakan perusahaan akan mencari pendanaan sekitar Rp1 triliun untuk menopang penyaluran pembiayaan di tahun ini.

Dana sebesar Rp850 miliar diha-rapkan bisa diperoleh dengan bentuk pinjaman atau subordinate loan dariinduk usaha. Selain itu, perseroan juga berencana menerbitkan medium term notes (MTN) sebesar Rp200miliar untuk memenuhi kebutuhanpendanaan di tahun ini. (Fitri Sartina Dewi)

WAJIB INVESTASI SBN

Banyak Pelaku IKNB Tak Sanggup

JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan mencatat hinggaakhir tahun lalu baru 151 lembaga jasa keuangan nonbank yang memenuhi Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No.1/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank.

Oktaviano D.B. [email protected]

Jika dibandingkan dengan jumlah total lembaga jasa keuangan non-bank (LJKNB)yang mencapai 440 unit, maka hanyasekitar 34% lembaga jasa yang memenuhiketentuan tersebut.

Hingga akhir tahun lalu terdapat 74perusahaan asuransi, baik asuransi jiwa,asuransi umum dan reasuransi yang memenuhi aturan itu. Sebanyak 18perusahaan asuransi di antaranya merupakan asuransi syariah.

Selain itu, sebanyak 72 dana pensiun pemberi kerja (DPPK), empat lembagapenjaminan konvensional dan Dana JaminanSosial yang dikelola BPJS Ketenagakerjaansudah memenuhi kewajiban POJK No.1/2016.

Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Firdaus Djaelani mengatakan hingga akhirtahun lalu masih banyak asuransi dandana pensiun (dapen) dengan kapasitas aset kecil kesulitan untuk memenuhi ketentuan tersebut.

“Persoalan terjadi pada perusahaan asuransikecil dan dana pensiun kecil. Mereka kesulitan mendapat SBN di secondary market,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (27/2).

Firdaus menjelaskan saat ini OJK sedangmengupayakan agar LJKNB mendapatkan jatah untuk membeli SBN di primary market. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi mengakui sejumlah dapen, terutama dengan nilai aset relatif kecil, yakni danakelolaan kurang dari Rp200 miliar, kesulitan memenuhi ketentuan tersebut pada tahun lalu. POJK tersebut menyatakan DPPK

wajib mengalokasikan 20% investasinya pada SBN.

Alokasi investasi itu mesti ditingkatkanmenjadi 30% pada akhir 2017. “Sebetulnyasemua dapen taat atas aturan OJK tentanginvestasi SBN. Hanya saja ada beberapadapen kecil agak kesulitan untuk menenuhi target 20%,” katanya kepada Bisnis.

Bambang menjelaskan DPPK dengan aset relatif mini tersebut sudah mengalokasikan aset kepada sejumlah instrumen lain untukmengejar target investasi yang telah tertuangdalam rencana kerja DPPK. Dia mengatakansejumlah instrumen dengan imbal hasil (yield) atau return lebih tinggi dibandingkan dengan SBN lebih menjadi pilihan.

Konversi sejumlah instrumen ke SBNjuga sulit untuk direalisasikan karena menyebabkan selisih yield yang signifi kan. “Rencana investasi inline dengan target yang ditetapkan pendirinya dan tidak mudah bagi dapen tersebut mengkonversi ke SBN,” katanya.

LEBIH MUDAHPada tahun ini, Bambang memperkirakan

upaya DPPK akan untuk memenuhi ketentuan OJK, pemenuhan investasi 30% pada SBN, akan lebih mudah direalisasikan.Alasannya, saat ini para pendiri dapensemakin memahami bahwa SBN untukjangka panjang lebih sesuai baik dari sisi yield maupun tingkat risiko investasi.

Dia mengatakan terbitnya POJK No. 36/2016 tentang perubahan atas POJK No. 1/2016 akan memberikan opsi yang

lebih luas kepada DPPK untuk memenuhikewajiban.

Peraturan anyar tersebut menambahkansatu pasal sisipan, yakni Pasal 4A yang padadasarnya memberikan opsi instrume n lain,yakni obligasi atau sukuk bagi pembiayaaninfrastruktur yang diterbitkan BUMN dan BUMD, untuk memenuhi ketentuan tersebut.

Kepemilikan instrumen dari BUMN danBUMD itu dibatasi maksimal 40% dari kewajiban minimal pada akhir tahun ini.Setelahnya, porsinya meningkat paling tinggi 50% dari total kewajiban pada tahunberikutnya.

Bambang menambahkan rata-rata targetinvestasi DPPK pada 2017 telah disesuaikan untuk memenuhi ketentuan tersebut. “Dan dewan pengawas tentu akan memonitor pencapaiannya. [Kewajiban] Investasi SBN pada tahun 2017 bisa tercapai sesuai target,”ujarnya.

Sementara itu, PT Asuransi Purna Artanugraha (Aspan) berencana mening-katkan investasi pada obligasi BUMNinfrastruktur untuk memenuhi ketentuan batas minimum investasi pada surat berharganegara.

Direktur Utama Aspan Budi Herawan mengatakan untuk meningkatkan porsiinvestasi pada obligasi BUMN di bidanginfratruktur, pihaknya akan mengalihkan investasi dari instrumen deposito yang tahun lalu porsinya masih sebesar 70%.

“Dari sisi return, investasi pada obligasiBUMN infrastruktur cukup menarik,sekaligus memenuhi ketentuan investasi SBN,” kata Budi.

Pada 2016, Aspan belum berhasil mencapai batas minimum investasi SBNsebesar 10%. Namun, Budi mengungkapkan pihaknya telah melaporkan faktor yangmenyebabkan perusahaan belum memenuhi batas minimum investasi SBN kepada OJK.

Bagi pelaku asuransi umum, POJKNo.1/2016 mewajibkan pemenuhan batasminimum investasi SBN sebesar 10% hingga akhir 2016 dan menjadi 20% hingga akhir2017. “Kami sudah laporkan, kenapa belum tercapai, karena kami masih butuh instrumen investasi yang likuid untuk biaya operasionaldan pembayaran klaim. Namun, kami akanberupa memenuhi ketentuan itu di tahunini,” jelasnya.

Perusahaan asuransi kecil dan dana pensiun kecil kesulitan mendapat SBN di secondary market.

A S U R A N S I & P E M B I AYA A N

Bisnis Indonesia, Investor Daily, 28 Februari 2017