tajdid
-
Upload
ridwan-batutah -
Category
Documents
-
view
111 -
download
3
Transcript of tajdid
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis
merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam
dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana
dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan
berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam
usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam
kehidupan kemasyarakatan yang sedang dihadapi.
Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-
sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan
yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan
pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi
atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30
tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang
politik, sosial dan pemdidikan.
Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan
kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai
hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika
dilihat dari amal usaha dan dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial
kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di
Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan sebagai terbesar di seluruh
dunia.
Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut amal usaha
dan konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual. Dengan usaha
Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat dirasakan
oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan
kehidupan manusia sehari-hari.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian pembaharuan dalam dunia Islam?
2. Bagaimanakah latar belakang pembaharuan dalam Islam?
3. Apa sajakah landasan bagi pembaharuan dalam Islam?
4. Apakah tujuan pembaharuan dalam Islam?
5. Bagaimanakah ruang lingkup pembaharuan dalam dunia Islam?
6. Siapa sajakah tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide pembaharuannya?
7. Bagaimanakah gerakan pembaharuan Islam di Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian pembaharuan dalam dunia Islam.
2. Untuk mengetahui latar belakang pembaharuan dalam Islam.
3. Untuk mengetahui landasan bagi pembaharuan dalam Islam.
4. Untuk mengetahui tujuan pembaharuan dalam Islam.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup pembaharuan dalam dunia Islam.
6. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide pembaharuannya.
7. Untuk mengetahui gerakan pembaharuan Islam di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHARUAN DI DUNIA ISLAM
A. Pengertian Pembaharuan dalam Dunia Islam
Banyak sekali peristilahan yang digunakan para pe-nulis yang
dalam bahasa Indonesia berkonotasi pemba-haruan, umpamanya tajdid,
ishlah, reformasi, ‘ashriyah, modernisasi, revivalisasi, resurgensi
(resurgence), reassersi (reassertion), renaisans, dan fundamentalis.
Peristilahan seperti ini timbul, bukan sekedar perbedaan semantik belaka,
akan tetapi dilihat dari isi pembaharuan itu sendiri.
1. Tajdid, Ishlah, dan Reformasi
Tajdid sering diartikan sebagai ishlah dan reformasi ; karena itu,
gerakannya disebut gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan
reformasi. Tajdid menurut bahasa al-i’adah wa al-ihya’, mengembalikan
dan menghidupkan. Tajdid al-din, berarti mengembalikannya kepada apa
yang pernah ada pada masa salaf, generasi muslim awal. Tajdid al-Din
menurut istilah ialah menghidupkan dan membangkitkan ilmu dan amal
yang telah diterangkan oleh al-Quran dan al-Sunnah.
Ulama salaf memberikan ta’rif tajdid sebagai berikut :
Menerangkan / membersihkan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu
dan memuliakannya, membenci bid’ah dan menghilangkannya.
Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran ilmu, meletakkan
pemecahan secara Islami terhadap setiap problem yang muncul dalam
kehidupan manusia, dan menentang segala yang bid’ah. Tajdid tersebut
di atas dapat pula diartikan sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf
menghidupkan kembali ajaran salaf al-shaleh, memelihara nash-nash,
dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun untuknya serta meletakkan
metode yang benar untuk memahami nash tersebut dalam mengambil
makna yang benar yang sudah diberikan oleh ulama.
3
Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong
umat Islam agar kembali kepada Al-Quran dan sunnah serta
mengembangkan ijtihad. Inilah makna tajdid yang dianut oleh kaum
puritan yang selama ini suaranya masih bergema. Tajdid seperti ini pula
yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi dalam Islam. Reformasi
itu sendiri, berdasarkan sejarahnya, muncul akibat modernisasi dan
puritan muncul sebagai reaksi atas re-formasi. Reformasi adalah vis a vis
modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan agama dan
teologi yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern (reformation
as a religious and theological and the cauce of modern secularism).
2. ‘Ashriyah dan Modernisasi
Istilah modernisasi atau ashriyah (Arab) diberikan oleh kaum
Orientalis terhadap gerakan Islam tersebut di atas tanpa membedakan isi
gerakan itu sendiri. Modernisasi, dalam masyarakat Barat, mengandung
arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk merubah faham-
faham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditim-bulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Tatkala umat Islam kontak dengan
Barat, maka modernisasi dari Barat membawa kepada ide-ide baru ke
dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan lain
sebagainya.
Penyesuaian ajaran seperti di atas disebut modern karena dalam
sejarahnya agama Katholik dan Protestan dahulu diajak menyesuaikan
diri dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern. Sayangnya,
modernisaai di Barat ini akhirnya membawa kepada sekularisasi. Jika
seandainya demikian ternyata perkataan modern tidak sedikit
dampaknya dan bahayanya dalam pemahaman agama, seandainya tidak
ada filter-filter tertentu untuk menyaringnya sebagaimana terjadi di
dunia Barat tadi. Itulah sebabnya barangkali Harun Nasution tidak begitu
sreg menggunakan kata modern sebagai gantinya dipilih kata
pembaharuan.
4
3. Revivalisasi, Resurgensi, Renaisans, Reasersi
Ke semua peristilahan di atas mengandung arti tegak kembali atau
bangkit kembali. Peristilahan revivalisasi, pada dasarnya, banyak sekali
digunakan oleh para penulis. Fazlurrahman, misalnya, menggunakan
istilah ini, bahkan ia membaginya kepada dua bagian yaitu revivalis pra-
modernis dan revivalis neo modernis.
Penulis lain mengungkapkan kebangkitan kembali dengan kata
resurgence. Chandra Muzaffar yang menge-mukakan istilah ini dalam
tulisannya Resurgence A. Global Vew menyatakan bahwa adanya
perbedaan antara istilah revivalis dengan resurgence.
Resurgence, adalah tindakan bangkit kembali yang di dalamnya
mengandung unsur :
a. Kebangkitan yang datang dari dalam Islam sendiri dan Islam
dianggap penting karena dianggap mendapatkan kembali prestisenya;
b. Ia kembali kepada masa jayanya yang lalu yang pernah terjadi
sebelumnya;
c. Bangkit kembali untuk menghadapi tantangan, bahkan ancaman dari
mereka yang berpengalam-an lain.
Revivalisme juga berati bangkit kembali, tetapi kembali ke masa
lampau, bahkan berkeinginan untuk menghidupkan kembali yang sudah
usang. Renaisans, jika hanya diartikan secara umum nampaknya
membangkitkan kembali ke masa-masa yang sudah ketinggalan zaman,
bahkan ada konotasi menghidupkan kembali masa jahiliyah,
sebagaimana renaisans di Eropa yang berarti meng-hidupkan kembali
peradaban Yunani. Jika istilah ini terpaksa digunakan, maka Renaisans
Islam harus berarti tajdid .
Karena itu, barangkali mengapa banyak para penu-lis
menggunakan Renaisans dalam menerangkan tajdid atau Pembaharuan
dalam Islam. Fazlurrahman, misalnya dalam bukunya Islam : Challenges
and Opportunities, menulis tentang Renaisans Islam : Neo Modernis.
5
Istilah ini pun digunakan pula oleh editor buku A History of Islamic
Phllisophy, M.M. Sharif, tatkala rnenerangkan tokoh-tokoh
pembaharuan dunia Islam, seperti Muhammad ibn Abd al-Wahab,
Muhammad Abduh dan lainnya di ba-wah judul Modern Renaissans.
Sementara itu reassertion berarti tegak kembali tetapi tidak mengandung
tantangan terhadap masalah sosial yang ada.
Demikianlah istilah tajdid, pembaharuan, yaitu dike-mukakan oleh
para ahli, mereka bukan hanya sekedar berbeda pendapat dalam hal
istilah yang digunakan, akan tetapi dalam makna dan isi pembaharuan
itu sen-diri. Itulah sebabnya orang sering mengatakan bahwa istilah
Pembahruan dalam Islam masih merupakan kontroversi yang
mengandung kebenaran. Dan itu pula se-babnya mengapa Harun
Nasution tidak banyak menggunakan peristilahan yang banyak itu,
kecuali menggu-nakan istilah pembaharuan, modern dan tajdid sewaktu-
waktu. Karena, yang penting adalah isi dan tujuan dari pembaharuan itu
sendiri kembali kepada ajaran-ajaran dasar dan memelihara ijtihad.
B. Latar Belakang Pembaharuan dalam Islam
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat
Islam. Abad inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara
sampai Spanyol, di Timur Melalui Persia sampai India. Daerah-daerah ini
kepada kekuasaan kholifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah,
kemudian di Damaskus, dan terakhir di Bagdad. Di abad ini lahir para
pemikir dan ulama besar seperti ; Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hambali.
Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu
pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik
dalam bidang agama, non agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya.
Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang
menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang
barat (Eropa) pada abad selanjutnya. Di pandang dari segi sejarah
kebudayaan, maka maka tugas memelihara dan menyebarkan ilmu
6
pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya dibanding dengan mencipta ilmu
pengetahuan.
Di antara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam
adalah:
» Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur
dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat,
pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa
kepada kekufuran.
» Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha,
umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu
pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan
tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan,
untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas
kejumudan.
» Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan
mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan
kesatuan, karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam.
Maka untuk mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan
pembaharuan.
» Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat.
Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami
kemunduran dibandingkan dengan Barat.
C. Landasan Bagi Pembaharuan Islam
Di antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya
pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan
historis.
• Landasan Teologis
Menurut Achmad Jainuri dikatakan bahwa ide tajdid berakar pada
warisan pengalaman sejarah kaum muslimin. Warisan tersebut adalah
7
landasan teologis yang mendorong munculnya berbagai gerakan tajdid
(pembaruan Islam).
• Landasan Normatif
Landasan normatif yang dimaksud dalam kajian ini adalah landasan
yang diperoleh dari teks-teks nash, baik Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar
Rad : 11)
• Landasan Historis
Sebagai pijakan bagi kontinuitas gerakan pembaruan Islam kini dan yang
akan datang.
D. Tujuan Pembaharuan dalam Islam
Tujuan pokok dari pembaharuan Islam adalah :
• Pertama, purifikasi ajaran Islam,
• Kedua, menjawab tantangan zaman.
Untuk mewujudkan kedua tujuan di atas, maka ijtihad dapat dipandang
sebagai metode pokok untuk berjalannya gerakan pembaruan Islam (tajdid).
E. Ruang Lingkup Pembaharuan dalam Dunia Islam
Secara inplisit ruang lingkup pembaharuan, pada dasarnya sudah
disinggung pada halaman-halarnan se-belumnya, namun kiranya akan lebih
baik jika diterang-kan secara eksplisit.
1. Pra Modernis
Kelompok pembaharu pra modernis dan yang seide dengannya
lebih menekankan pada aspek pemurnian ajaran Islam dalam bidang
aqidah, syariah, dan akhlaq dari subversi ajaran yang bukan Islam dan
ti-dak dapat di-Islamkan. Meskipun demikian mereka tidak melupakan
aspek politik dan sosial ekonomi.
8
2. Modernis Klasik
Kelompok modernis klasik sudah lebih jauh melangkah dari apa
yang diperjuangkan oleh kelompok pra-modernis. Mereka bukan hanya
sekedar merekontruksi bidang teologi, akidah, dan ibadah, akan teta-pi
sudah sampai pada tahap membicarakan mana yang disebut ajaran
dasar dan pokok dan mana pula yang tidak dasar atau hanya furu’.
Mereka melakukan reaktuali-sasi penafsiran dan pemahaman
Kitab suci dan juga melakukan kritik tentang keotentikan suatu hadis
secara tajam. Di antara mereka ada yang bersikap hati-hati terhadap
penerimaan hadis sebagai hujjah, seperti Muhammad Abduh misalnya,
dan ada yang menolak sama sekali hadis untuk dijadikan hujjah. Dari
kalangan mereka muncullah yang disebut golongan Quraniyah, seperti
Sayyid Ahmad Khan. Kelompok modernis ini berbicara banyak tentang
masalah eko-nomi, kenegaraan, penafsiran kontekstual dan mengambil
metode modern dalam kalian-kajiannya.
3. Pasca Modernis
Pasca modernis dapat pula kita katakan sebagai neo revivalisme
yang menekankan pembaharuan pada bidang politik dan pendidikan.
Mereka, para pembaharu ini ingin agar adanya identitas khusus yang
Islami; mereka berbeda dengan kaum modern klasik dan pra modernis.
Demikianlah pembaharuan dalam Islam, dengan berbagai
variasinya dapat membangkitkan umat Islam dari kevacuman Intelektual
dan kerusakan aqidah. Pembaharuan yang dimulai di dunia Arab
menghembuskan angin segar ke dunia Islam, sehingga kaum muslimin
menemukan kembali identitas dirinya dan mampu pula membe-baskan
dirinya dari penjajahan dan kolonialisme Barat.
9
F. Tokoh-Tokoh Pembaharu dan Ide-Ide Pembaharuannya
1. Ibnu Taimiyah (1263-1328)
Nama lengkapnya Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, lahir di Harran,
Turki pada 22 Januari 1263, dan meninggal pada 27 September 1328.
Adapun beberapa upaya pembaharuannya antara lain sebagai berikut :
• Pertama, sebagian besar aktivitasnya diarahkan untuk memurnikan
paham tauhid. Ia menentang segala bentuk bid’ah, takhyul dan
khurafat. Menurutnya, aqidah tauhid yang benar adalah aqidah salaf
aqidah yang bersumber dari teks al-Qur’an dan Al-Hadits, bukan
diambil dari dalil-dalil rasional dan filosofis.
• Kedua, ia menyampaikan seruan agar umat islam menghidupkan ruh
kembali menggali ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits.
• Ketiga, menentang taklid. Taklid adalah sikap yang membuat umat
islam mundur, sebab taklid berarti menutup pintu ijtihad, membuat
otak menjadi beku.
• Keempat, di dalam berijtihad tidak terikat mazhab atau imam.
• Kelima, dalam bidang hukum Islam Ibnu Taimiyah menawarkan suatu
metode baru yaitu mempertimbangkan aspek-aspek hikmah dalam
keputusan / penerapan hukum Islam.
2. Muhammad bin Abdul Wahhab (1730-1791)
Muhammad bin Abdul Wahhaba lahir di Uyaynah pada 1730
M/1115 H. Inti gerakan pembaharuannya sebagai berikut :
• Pertama, pembaharuan Islam yang paling utama disandarkan pada
persoalan tauhid.
• Kedua, Wahhab sangat tidak setuju dengan pendukung tawassul.
• Ketiga, sumber-sumber syari’ah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
• Keempat, pentingnya negara dalam memberlakukan secara paksa
syari’ah dalam masyarakat.
10
3. Jamaluddin al-Afghani (1838/1839-1897)
Gagasan pembaharuannya meliputi :
• Pertama, dari sudut pandangan islam tradisional Jamaluddin
mengemukakan pentingnya kepercayaan pada akal dan hukum alam,
yang tidak bertentangan dengan kepercayaan pada Tuhan.
• Kedua, ia berhasil mendukung kebangkitan nasionalisme di Mesir dan
India.
• Ketiga, Jamaluddin menyatakan ide tentang persamaan antara pria dan
wanita dalam beberapa hal.
4. Muhammad Abduh (1848-1905)
Muhammad Abduh lahir pada 1848-1905 M di sebuah desa
provinsi Gharbiyyah, Mesir. Ada tiga pranata yang menjadi sasaran
pembaharuannya, yaitu pendidikan, hukum, dan wakaf.
• Pertama, pembaharuan di bidang pendidikan dipusatkan di Al-Azhar.
• Kedua, pembaharuan di bidang hukum. Usahanya adalah memperbaiki
kesalahan pandangan masyarakat. Bahkan pandangan para mufti
sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim.
• Ketiga, ia membentuk majelis administrasi wakaf dan ia duduk sebagai
anggota. Ia berhasil memasukkan perbaikan masjid sebagai salah satu
sasaran rutin penggunaan dana wakaf.
5. Rasyid Ridha (1865-1935)
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin
Al Qalmuni Al-Husaini (dikenal sebagai Rasyid Ridha; 1865-1935)
adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang mengembangkan
gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-
Afghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-
kelemahan masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat
kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara
lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara buta (taqlid),
11
minat yang berlebihan terhadap dunia sufi dan kemandegan pemikiran
ulama yang mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam mencapai
kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ia berpendapat bahwa
kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar
Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern.
Diantara ide-ide pembaharuannya adalah :
• Menumbuhkan sikap aktif dan dinamis dikalangan umat.
• Umat Islam harus meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah).
• Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat maupun hadits
dengan tidak meninggalkan prinsip umum.
• Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
• Kemunduran umat islam disebabkan karena banyaknya unsur bid’ah
dan khurafat yang masuk kedalam ajaran islam.
• Kebahagiaan di dunia dan di akhirat diperoleh melalui hukum alam
yang diciptakan Allah.
• Perlunya menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
• Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi
bidang agama dan politik.
• Khalifah haruslah seorang mujtahid besar yang dengan bantuan para
ulama dalam menerapkan prinsip-prinsip hukum Islam sesuai dengan
tuntutan zaman.
6. Syekh Waliyullah
Imam Al-Kabir Sheikh Ahmad Abdur Rahim Ibn As-Shahid
Wajihuddin Ibn Mu’azzam Ibn Mansur Ibn Ahmad Ibn Mahmud
Dahlawi adalah nama sebenarnya tetapi beliau lebih dikenali dengan
gelaran Syekh Waliyullah. Shah Waliyullah adalah tokoh ulama’ yang
mahir dalam ilmu failosof, pujangga, seorang sufi, Muhaddis dan juga
Guru Tariqat.
12
Digelar juga sebagai seorang mujaddid (reformis atau pembawa
pembaharuan) oleh Syeikh Rashid Ridha. Lahirnya pada 21 Februari di
sebuah kampong kecil bernama Pulth, daerah Muzaffaragh, dekat Delhi,
India bersamaan, 4hb. Syawal 1114 H / 1702 Masihi 4 tahun sebelum
kematian Sultan Aurangzeb.
Beliau memperjuangkan pemikiran pembaharuan dalam beberapa aspek
yaitu :
• Akidah
Beliau menjelaskan betapa pentingnya akidah untuk membetulkan cara
berfikir, beramal dan bertindak.Banyak kesilapan berlaku di kalangan
umat Islam kerana salah faham dalam akidah.
• Berpegang kepada Al-Quran dan Sunah
Beliau menganjurkan supaya ilmu Al-Quran dan Sunah
dipelajari secara mendalam supaya umat Islam dapat memahami
rahsia-rahsia dan hikmah-hikmah dalam syariat Allah Ta’ala ,seperti
yang difahami oleh umat Islam terdahulu.Orang Islam hendaklah
mengutamakan Al-Quran dan Sunah sebagai panduan hidup, serta
meninggalkan taklid lepada pendapat-pendapat fuqaha melainkan
setelah dibahas,dihalusi dan difahami hujah-hujah mereka.
• Siasah dan pemerintahan
Beliau mengajak umat Islam mencontohi khulafa Ar-Rasyidin dalam
menegakkan syariat Allah melalui pemerintahan Negara Islam. Kitab
beliau, “Khilafatul khafa-i-an tarikhil khulafa-i” antaranya
menjelaskan tentang cirri-ciri Negara Islam, kewajiban dan
tanggungjawab menegakkan dan memeliharanya.
• Bahasa Arab
Kebanyakan orang Islam tidak memahami Bahasa Arab, ini
menyebabkan mereka tidak memahami Al-Quran dan Sunah secara
langsung. Setiap orang Islam sepatutnya tahu Bahasa Arab dan dapat
13
memahami makna Al-Quran sekurang-kurangnya secara umum apabila
membacanya.
• Masa depan Dunia Islam
Dalam perjuangan gerakan Islam, Syekh Waliyullah melihat umat
Islam perlu bersedia dengan kemampuan akal yang tinggi bagi
menghadapi kemajuan dunia. Mereka perlu dibekalkan dengan ilmu
dan kefahaman tentang hikmah-hikmah ajaran Islam dan syariat Allah.
Beliau menganjurkan, sekiranya sesebuah negara itu tidak dapat
dibaiki lagi kerana terlalu rusak, satu angkatan jihad bagi
menumbangkan pemerintahan itu hendaklah diujudkan supaya dapat
dibentuk sebuah Negara Islam baru yang dapat melaksanakan syariat
Allah.
7. Ahmad Khan
Sir Syed Ahmad Khan, KCSI (juga disebut Sayyid Ahmad Khan,
lahir 17 Oktober 1817 dan meninggal 27 Maret 1898 pada umur 80
tahun) adalah pendidik dan politikus India, serta reformer dan modernis
Islam. Sir Syed mempelopori pendidikan modern bagi komunitas
Muslim di India dengan mendirikan Muhammedan Anglo-Oriental
College, yang nantinya berkembang menjadi Aligarh Muslim University.
Jasanya telah melahirkan generasi kaum intelektual dan politikus
Muslim baru.
G. Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia
Gerakan pembaharuan di Indonesia mulai tumbuh pada awal abad
ke-20. Organisasi pembaharuan pertama yang didirikkan adalah Jamiatul
Khair pada 15 Juli 1905. Kegiatan yang menjadi perhatian organisasi ini
meliputi dua bidang yaitu pendirian dan pembinaan sekolah pada tingkat
dasar dan pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan study.
14
Selanjutnya yaitu organisasi islam al-irsyad yang berjasa dalam
mendirikkan banyak lembaga sekolah dari tinggkat dasar hingga sekolah
guru. Ia juga menerbitkan buku-buku dan pamflet-pamflet. Organisasi sosial
Islam yang terpenting dan terbesar awal abad 20 hingga sekarang adalah
Muhammadiyah yang didirikkan oleh K.H. Ahmad Dahlan tanggal 18
Nopember 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330.
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah islam yang dari semula
gigih menentang praktek-praktek keagamaan muslim yang menyimpang dari
ajaran Islam yang murni dan utuh, sesuai dengan Firman Allah dalam Surah
Ali Imran ayat 105, yang artinya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”.
Oleh karena itu seluruh bentuk bid’ah takhayul dan khurafat, baik
dalam bidang aqidah maupun ibadah di berantas oleh Muhammadiyah.
Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan
muhammadiyah di tekankan pada usaha untuk memurnikan Islam dari
pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran
Islam.
Upaya pembaharuan yang dilakukan antara lain Muhammadiyah
gigih mempertahankan pendapat bahwa pintu ijtihad masih tetap terbuka, di
bidang sosial muhammadiyah mempelopori pendayagunaan modal yang ada
yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah kedalam bentuk amal usaha
seperti rumah sakit, panti asuhan, dan beberapa lembaga sosial yang lain.
Di bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikkan sekolah-
sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak atau Aisyiyah Bustanul
Athfal, SD atau Madrasah, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sistem
pendidikan yang diperkenalkan oleh Muhammadiyah adalah suatu bentuk
pembaharuan yang memadukan antara unsur lama yaitu Islam sebagai dasar
pembaharuan dengan unsur baru yaitu metodologi yang diambil dari sistem
pendidikan modern. Pada intinya gerakan pembaharuan yang dilakukan
15
Muhammadiyah yakni memperbaharui cara pandang atau paham tentang
Islam guna menjawab persoalan-persoalan yang bersifat kekinian.
H. Pendapat Kelompok
Menurut pendapat kelompok kami, pembaharuan di dunia Islam
adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan
perkembangan zaman yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam
bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran
maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya.
Pembaharuan dalam dunia Islam semata-mata bertujuanuntuk
purifikasi (pemurnian) ajaran Islam dari dari unsur-unsur asing (bid’ah,
takhyul dan khurafat) dan kembali kepada ajaran yang murni dan utuh,
sehingga iman menjadi suci karena terus diperbaharui serta untuk
melakukan pengembangan dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan,
budaya dan lain-lain selama itu semua tidak bertentangan dengan dan di
bawah panduan Al-Qur’an dan Hadits.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham
keagamaan Islam dengan perkembangan zaman yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern. Dengan demikian
pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau
menambahi teks Al-Quran maupun Al-Hadits, melainkan hanya
menyesuaikan paham atas keduanya.
Adapun yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan
Islam adalah : Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah
bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-
tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang
membawa kepada kekufuran. Kedua, sifat jumud membuat umat Islam
berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena
mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam
masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin
mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha
memberantas kejumudan. Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka
umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Keempat, hasil dari kontak
yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat.
Tujuan dari pembaharuan dalam dunia Islam yaitu :
mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan
Al-Qur’an dan Hadits, dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan
mistik serta menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.
17
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan kita semua
dapat mengerti, memahami, dan mengetahui pengertian, latar belakang,
landasan, tujuan, ruang lingkup, tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide
pembaharuannya, serta gerakan pembaharuan Islam di Indonesia sehingga
dapat memaknainya dengan benar.
18