Tahapan pilkada serentak tahun 2015

48
1 TAHAPAN PILKADA SERENTAK TAHUN 2015 By: Bagus Setiawan 1.1. Tahapan-Tahapan Pilkada serentak 2015 Tahapan dan jadwal pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015 telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 2 Tahun 2015 Tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota. Berdasarkan peraturan KPU, tahapan dan jadwal pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015 yang perlu diperhatikan oleh para kader PDI Perjuangan di Provinsi Jawa Barat, khususnya tim pemenangan (BP Pemilu) Pilkada adalah tahapan Pilkada yang dimulai dari tahapan pencalonan dan tahapan paska pemungutan-penghitungan suara. Berikut ini jadwal tahapan pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015 berdasarkan PKPU No. 2 Tahun 2015: 1) Pencalonan a. Pendaftaran Pengumuman pendaftaran pasangan calon (14-25 Juli 2015); Pendaftaran pasangan calon selama 3 hari (26-28 Juli 2015); Pemeriksaan kesehatan (26 Juli 2015); Penyampaian hasil pemeriksaan kesehatan (1-2 Agustus 2015). b. Syarat pendaftaran dan verifikasi Penelitian syarat pencalonan dan syarat calon (28 Juli-3Agustus 2015); Pemberitahuan hasil penelitian (3-4Agustus 2015); Perbaikan syarat pencalonan parpol atau gabungan parpol (4-7 Agustus 2015); Perbaikan syarat pasangan calon dari parpol atau gabungan parpol (4-7 Agustus 2015); Penelitian perbaikan syarat pencalonan parpol atau gabungan parpol (8-14 Agustus 2015); Penelitian perbaikan syarat calon (8-4 Agustus 2015); Penetapan pasangan calon (24 Agustus 2015); Pengundian dan pengumuman nomor urut pasangan calon (25-26 Agustus 2015). 2) Sengketa TUN pemilihan Sengketa TUN pemilihan adalah sengketa yang muncul akibat dari ketidakpuasan pasangan calon, parpol, atau gabungan parpol, terkait penetapan KPU terhadap pasangan calon yang

Transcript of Tahapan pilkada serentak tahun 2015

Page 1: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

1

TAHAPAN PILKADA SERENTAK TAHUN 2015

By: Bagus Setiawan

1.1. Tahapan-Tahapan Pilkada serentak 2015

Tahapan dan jadwal pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015 telah ditetapkan oleh Komisi

Pemilihan Umum (KPU) dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 2 Tahun 2015 Tentang

Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Bupati dan

Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota. Berdasarkan peraturan KPU, tahapan dan jadwal

pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015 yang perlu diperhatikan oleh para kader PDI Perjuangan di

Provinsi Jawa Barat, khususnya tim pemenangan (BP Pemilu) Pilkada adalah tahapan Pilkada yang

dimulai dari tahapan pencalonan dan tahapan paska pemungutan-penghitungan suara.

Berikut ini jadwal tahapan pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015 berdasarkan PKPU No. 2

Tahun 2015:

1) Pencalonan

a. Pendaftaran

Pengumuman pendaftaran pasangan calon (14-25 Juli 2015);

Pendaftaran pasangan calon – selama 3 hari (26-28 Juli 2015);

Pemeriksaan kesehatan (26 Juli 2015);

Penyampaian hasil pemeriksaan kesehatan (1-2 Agustus 2015).

b. Syarat pendaftaran dan verifikasi

Penelitian syarat pencalonan dan syarat calon (28 Juli-3Agustus 2015);

Pemberitahuan hasil penelitian (3-4Agustus 2015);

Perbaikan syarat pencalonan parpol atau gabungan parpol (4-7 Agustus 2015);

Perbaikan syarat pasangan calon dari parpol atau gabungan parpol (4-7 Agustus 2015);

Penelitian perbaikan syarat pencalonan parpol atau gabungan parpol (8-14 Agustus

2015);

Penelitian perbaikan syarat calon (8-4 Agustus 2015);

Penetapan pasangan calon (24 Agustus 2015);

Pengundian dan pengumuman nomor urut pasangan calon (25-26 Agustus 2015).

2) Sengketa TUN pemilihan

Sengketa TUN pemilihan adalah sengketa yang muncul akibat dari ketidakpuasan pasangan

calon, parpol, atau gabungan parpol, terkait penetapan KPU terhadap pasangan calon yang

Page 2: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

2

berhak mengikuti Pilkada. Pengajuan gugatan sengketa TUN dilakukan dalam beberapa

tahapan berikut ini:

a. Pengajuan gugatan

Pengajuan permohonan sengketa di Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu

Kabupaten/Kota (24-26 Agustus 2015);

Perbaikan permohonan sengketa (27-29 Agustus 2015);

Penyelesaian sengketa dan putusan (30 Agustus-30 September 2015);

Pengajuan gugatan atas sengketa TUN (11-13 September 2015);

Penggugat dapat memperbaiki dan melengkapi gugatan (14-16 September).

b. Pelaksanaan pengadilan tinggi TUN

Pengadilan tinggi TUN dilaksanakan jika para pihak yang bersengketa, baik salah satu

maupun kedua belah pihak, merasa tidak puas dengan putusan pengadilan TUN pada

tingkat pertama, sehingga dilakukan usaha banding ke pengadilan tinggi TUN. Tahapannya

adalah sebagai berikut:

Pengadilan Tinggi TUN memeriksa dan memutus gugatan (17 September-8 Oktober

2015);

KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti hasil

putusan Pengadilan Tinggi TUN (9-11 Oktober 2015);

Kasasi pada tingkat Mahkamah Agung (MA) (8-15 Oktober 2015);

MA memeriksa dan memutuskan kasasi (16 Oktober-14 November 2015);

KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti putusan

MA (5-17 November 2015).

3) Data pemilih

Berdasarkan PKPU No. 4 Tahun 2015, yang masuk dalam kategori data pemilih adalah sebagai

berikut:

a. Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4)

DP4 adalah data yang disediakan oleh Pemerintah, berisi data penduduk yang memenuhi

persyaratan sebagai pemilih pada saat pemilihan diselenggarakan.

b. Daftar Pemilih Sementara (DPS)

DPS adalah data pemilih hasil pemutakhiran DP4 dan daftar pemilih pada pemilu atau

pemilihan terakhir.

c. Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Page 3: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

3

DPT adalah daftar pemilih hasil pemutakhiran DPS.

d. Daftar Pemilih Tetap Tambahan 1 (DPTb-1)

DPTb-1 adalah daftar pemilih yang tidak terdaftar sebagai pemilih dalam DPT, tetapi

memenuhi syarat sebagai pemilih dan didaftarkan paling lambat 7 hari setelah

pengumuman DPT.

e. Daftar Pemilih Tetap Tambahan 2 (DPTb-2)

DPTb-2 adalah daftar pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPTb-1 tetapi memenuhi

syarat sebagai pemilih dan dilayani penggunaan hak pilihnya pada hari dan tanggal

pemungutan suara dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga

(KK), Paspor, dan/atau identitas lainnya.

f. Daftar Pemilih Pindahan (DPPh)

DPPh adalah daftar yang berisi pemilih yang telah terdaftar dalam DPT atau DPTb-1 yang

menggunakan hak pilihnya di TPS lain.

Jadwal pengolahan DP4 yang telah ditetapkan oleh KPU adalah sebagai berikut:

Penerimaan DP4 oleh KPU (3 Juni 2015);

Analisis DP4 (4-10 Juni 2015);

Sinkronisasi DP4 dengan daftar pemilih pemilu terakhir (11-19 Juni 2015);

Penyampaian hasil analisis DP4 dan hasil sinkronisasi kepada KPU Provinsi/KIP Aceh dan

KPU Kabupaten/Kota (20-23 Juni 2015);

Pengumuman hasil analisis DP4 (24 Juni 2015).

Sedangkan jadwal proses penyusunan daftar pemilih yang akan digunakan pada Pilkada

serentak Tahun 2015 (DPS, DPT, dan DPTb-1) adalah sebagai berikut:

Penyusunan daftar pemilih oleh KPU/KIP Kabupaten/Kota dan penyampaian kepada PPS

(24 Juni-14 Juli 2015);

Pemutakhiran daftar pemilih (15 Juli-26 Agustus 2015);

Pencocokan daftar pemilih (15 Juli-19 Agustus 2015);

Penyusunan daftar pemilih hasil pemutakhiran (20-26 Agustus 2015);

Rekapitulasi daftar pemilih hasil pemutakhiran tingkat desa/kelurahan dan

penyampaiannya beserta daftar pemilih hasil pemutakhiran ke PPK (27-29 Agustus 2015);

Rekapitulasi daftar pemilih hasil pemutakhiran tingkat kecamatan (30-31 Agustus 2015);

Rekapitulasi daftar pemilih hasil pemutakhiran tingkat Kabupaten/Kota untuk ditetapkan

sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS) (1-2 September 2015);

Page 4: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

4

Rekapitulasi daftar pemilih hasil pemutakhiran tingkat provinsi untuk ditetapkan sebagai

Daftar Pemilih Sementara (DPS) (2-3 September 2015);

Penyampaian DPS kepada PPS (3-9 September 2015);

Pengumuman dan tanggapan masyarakat terhadap DPS (10-19 September 2015);

Perbaikan DPS (20-25 September 2015);

Rekapitulasi DPS hasil perbaikan tingkat desa/kelurahan dan penyampaiannya beserta DPS

hasil perbaikan kepada PPK (26-28 September 2015);

Rekapitulasi DPS hasil perbaikan tingkat kecamatan (29-30 September 2015);

Rekapitulasi DPS hasil perbaikan tingkat kabupaten/kota utnuk ditetapkan sebagai DPT (1-2

Oktober 2015);

Penyampaian DPT kepada PPS (3-12 Oktober 2015);

Pengumuman DPT oleh PPS (12 Oktober-9 Desember 2015);

Rekapitulasi DPT tingkat provinsi (3-4 Oktober 2015);

Pendaftaran pemilih yang belum terdaftar dalam DPT serta penyusunan DPTb-1 (13-20

Oktober 2015);

Rekapitulasi DPTb-1 tingkat desa/kelurahan dan penyampaiannya beserta DPTB-1 oleh PPS

kepada PPK (21-23 Oktober 2015);

Rekapitulasi DPTB-1 tingkat kecamatan (24-26 Oktober 2015);

Rekapitulasi dan penetapan DPTB-1 tingkat kabupaten/kota (27-28 Oktober 2015);

Penyampaian DPTB-1 kepada PPS (29 Oktober-27 November 2015);

Rekapitulasi DPTb-1 tingkat provinsi (29-30 Oktober 2015);

Pengumuman DPTb-1 oleh PPS (7-9 Desember 2015).

4) Kampanye

Kegiatan kampanye berdasarkan penyelenggaranya dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Kampanye yang diselenggarakan oleh masing-masing pasangan calon dan/atau tim

kampanye

Jadwal kegiatan kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon dan/atau tim kampanye

adalah sebagai berikut:

Pertemuan terbatas (27 Agustus-5 September 2015);

Pertemuan tatap muka dan dialog (27 Agustus-5 September 2015);

Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan/atau peraturan perundang-

undangan (27 Agustus-5 September 2015).

Page 5: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

5

b. Kampanye yang diselenggarakan/difasilitasi oleh KPU/KIP Provinsi atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota

Jadwal kegiatan kampanye yang dilaksanakan oleh KPU/KIP Provinsi dan/atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

Debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon (27 Agustus-5 Desember 2015);

Penyebaran bahan kampanye kepada umum (27 Agustus-5 September 2015);

Pemasangan alat peraga (27 Agustus-5 September 2015);

Iklan media massa cetak dan elektronik (14 hari sebelum masa tenang).

Terkait dengan kegiatan pelaporan dana kampanye, KPU menetapkan jadwal tahapan

kegiatannya sebagai berikut:

Penyerahan laporan awal dana kampanye (26 Agustus 2015);

Pengumuman penerimaan laporan awal dana kampanye (27 Agustus 2015);

Penyerahan laporan penerimaan sumbangan dana kampanye (16 Oktober 2015);

Pengumuman penerimaan laporan sumbangan dana kampanye (17 Oktober 2015);

Penyerahan laporan penerimaan dan penggunaan dana kampanye (LPPDK) (6 Desember

2015);

Penyerahan LPPDK kepada KAP (7-8 Desember 2015);

Audit LPPDK (7-22 Desember 2015).

5) Perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara

Jadwal kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Proses pengadaan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara (10 September-

November 2015);

Produksi dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara (5

Oktober-8 Desember 2015).

6) Pungut-Hitung

Kegiatan ini dibagi menjadi kedalam 2 kegiatan utama, yaitu:

a. Pemungutan suara

Penyampaian pemberitahuan kepada pemilih (6-8 Desember 2015);

Pungut hitung suara di TPS (9 Desember 2015);

Pengumuman hasil hitung suara di TPS (9-15 Desember 2015);

Penyampaian hasil hitung suara dari KPPS kepada PPS (9 Desember 2015).

Page 6: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

6

b. Penghitungan suara

Penyampaian hasil penghitungan suara kepada PPK (9-10 Desember);

Rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat kecamatan dan penyampaian hasil

rekapitulasi ke KPU Kabupaten/Kota (10-16 Desember 2015);

Pengumuman hasil rekapitulasi tingkat kecamatan (11-17 Desember 2015);

Rekapitulasi hasil penghitungan suara tiangkat kabupaten/kota, penetapan hasil

rekapitulasi dan penyampaian ke KPU Provinsi (16-18 Desember 2015);

Pengumuman hasil rekapitulasi tingkat kabupaten/kota (17-23 Desember 2015);

Rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat provinsi dan penetapannya (18-19

Desember 2015);

Pengumuman hasil rekapitulasi tingkat provinsi (19-27 Desember 2015).

7) Penetapan pasangan calon pemenang

Tahapan kegiatan yang dilakukan KPU dalam menetapkan pasangan calon terpilih adalah

sebagai berikut:

Setelah membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara, KPU

Kabupaten/Kota menetapkan pasangan calon terpilih dalam pleno KPU Kabupaten/Kota

dalam waktu paling lama 1 (satu) hari;

KPU Kabupaten/Kota mengumumkan penetapan rekapitulasi hasil penghitungan suara dan

penetapan pasangan calon terpilih dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari.

8) Sengketa perselisihan hasil pemilihan

Setelah penetapan calon bupati dan wakil bupati dan/atau walikota dan wakil walikota terpilih

pada tanggal 21-22 Desember 2015, maka pada tanggal 23-29 Desember 2015, ditetapkan

pasangan calon terpilih ditetapkan sebagai bupati dan wakil bupati dan/atau walikota dan wakil

walikota. Akan tetapi, jika ada pihak lain (pasangan calon dan/atau parpol atau gabungan

parpol lain) yang tidak puas, atau merasa telah terjadi kecurangan dalam proses pilkada yang

telah diselenggarakan, maka sebelum penetapan bupati dan wakil bupati dan/atau walikota

dan wakil walikota terpilih, dibuka mekanisme penyelesaian sengketa perselisihan hasil

pemilihan di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan tahapan sebagai berikut:

Pengajuan permohonan/gugatan sengketa perselisihan hasil pemilihan (18-21 Desember

2015);

Perbaikan permohonan/gugatan (21-24 Desember 2015);

Verifikasi berkas permohonan (24-27 Desember 2015);

Page 7: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

7

Penyelesaian sengketa dan putusan (28 Desember 2015-12 Februari 2016).

Paska putusan MK yang menetapkan putusan sengketa perselisihan hasil pemilihan sekaligus

menetapkan pasangan calon bupati dan wakil bupati dan/atau walikota dan wakil walikota

terpilih, maka ditetapkan bupati dan wakil bupati dan/atau walikota dan wakil walikota terpilih

pada tanggal 12 Februari-13 Maret 2016.

1.2. Penjelasan Tahapan Pilkada Serentak 2015

Untuk mensukseskan upaya pemenangan pasangan calon yang akan diusung PDI Perjuangan,

segenap kader partai, khususnya BP Pemilu DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat dan Tim Kampanye

yang berada di Kabupaten/Kota dan para kader yang akan terlibat langsung dalam proses pemenangan

Pilkada di 8 (delapan) Kabupaten/Kota, harus memahami apa saja yang menjadi tahapan dalam

pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015. Dengan memahami tahapan-tahapan tersebut dengan baik,

diharapkan para kader dapat menyusun berbagai langkah taktis sesuai dengan strategi yang telah

ditetapkan dan berdasarkan kepada kondisi kekinian di wilayah masing-masing.

Penjelasan tahapan Pilkada serentak Tahun 2015 di bawah ini, dijelaskan berdasarkan peraturan

terkait (peraturan teknis penyelenggaraan tahapan) dengan pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2015.

Dengan demikian, maka berbagai langkah taktis-strategis yang nantinya ditetapkan dan dilaksanakan

tidak akan menabrak dan melanggar kaidah-kaidah hukum yang ada. Di sisi lain, dengan adanya

penjelasan ini, diharapkan seluruh kader, khususnya tim kampanye dan tim sukses, mampu

mengantisipasi berbagai langkah-langkah yang melanggar kaidah dan aturan hukum yang dilakukan oleh

pihak lawan, sehingga bisa diolah menjadi satu kekuatan pendorong bagi suksesi pasangan calon yang

akan didorong dan diperjuangkan oleh partai. Output terjauh dari hal ini adalah, PDI Perjuangan Jawa

Barat mampu menjadi kekuatan yang ikut menjaga dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan proses

Pilkada yang jujur dan adil.

1.2.1. Syarat Pencalonan

Dasar hukum atau ketentuan utama dalam syarat pencalonan pada Pilkada serentak Tahun 2015

diatur dalam UU No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU No. 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota Menjadi Undang-Undang. Ketentuan utama dalam UU No. 8

Tahun 2015 tersebut adalah sebagai berikut:

Page 8: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

8

1) Perolehan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah atau 25% (dua puluh lima persen) dari akumulasi perolehan suara sah

dalam pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di daerah yang

bersangkutan. (Pasal 40 ayat (1) UU No.8 Tahun 2015).

2) Dalam hal Partai Politik atau gabungan Partai Politik mengusulkan pasangan calon

menggunakan ketentuan memperoleh paling sedikit 25% (dua puluh lima persen)

dari akumulasi perolehan suara sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketentuan

itu hanya berlaku untuk Partai Politik yang memperoleh kursi di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah. (Pasal 40 ayat (3) UU No.8 Tahun 2015).

Ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 2015 tersebut diatur dan dinyatakan kembali dalam Pasal 5 ayat

(2) dan (3) PKPU No. 9 Tahun 2015. Sebagai penjelasan tambahan, terkait dengan rumus penghitungan

syarat pencalonan dan penetapan serta penyampaian hasil penghitungan syarat pencalonan, dalam

Pasal 5 ayat (4), (5), dan (6) PKPU No. 9 Tahun 2015 dinyatakan:

(4) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menghitung syarat pencalonan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan rumus:

a. syarat pencalonan = jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hasil Pemilu

Terakhir x 20/100; dan

b. syarat pencalonan = jumlah seluruh suara sah hasil Pemilu Terakhir x 25/100;

c. dalam hal hasil penghitungan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b

menghasilkan angka pecahan, dilakukan pembulatan ke atas.

(5) Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), didasarkan pada:

a. Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota tentang

penetapan perolehan kursi hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

b. Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota tentang

penetapan perolehan suara sah hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

(6) Salinan Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, Pimpinan Partai Politik tingkat provinsi atau Pimpinan Partai Politik tingkat

kabupaten/kota, dan Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota.

Dalam proses pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil

Walikota, yang dilakukan oleh partai politik tingkat Kabupaten/Kota, haruslah disertai dengan Surat

Keputusan dari Pengurus Pusat Partai Politik tersebut. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam Pasal 42

ayat (5) UU No. 8 Tahun 2015, yaitu:

Pendaftaran pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta pasangan Calon

Walikota dan Calon Wakil Walikota oleh Partai Politik ditandatangani oleh ketua Partai

Politik dan sekretaris Partai Politik tingkat kabupaten/kota disertai Surat Keputusan

Pengurus Partai Politik tingkat Pusat tentang Persetujuan atas calon yang diusulkan oleh

Pengurus Partai Politik tingkat Provinsi.

Page 9: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

9

Sedangkan untuk pendaftaran pasangan calon yang dilakukan gabungan partai politik pada tingkat

Kabupaten/Kota, maka dalam proses pendaftaran haruslah dilengkapi dengan tanda tangan dari masing-

masing Ketua dan Sekretaris Partai pengusung, di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota dan disertai

dengan Surat Keputusan dari masing-masing Pengurus Pusat Parpol pengusung. Hal ini seperti yang

diamanatkan dalam Pasal 42 ayat (6) UU No. 8 Tahun 2015, yaitu:

Pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota oleh

gabungan Partai Politik ditandatangani oleh para ketua Partai Politik dan para sekretaris

Partai Politik di tingkat Provinsi atau para ketua Partai Politik dan para sekretaris Partai

Politik di tingkat kabupaten/kota disertai Surat Keputusan masing-masing Pengurus Partai

Politik tingkat Pusat tentang Persetujuan atas calon yang diusulkan oleh Pengurus Partai

Politik tingkat provinsi dan/atau Pengurus Parpol tingkat kabupaten/kota.

Surat keputusan yang dikeluarkan oleh pengurus partai politik atau gabungan partai politik tentang

pencalonan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota

dan Wakil Walikota, baik di tingkatan Kabupaten/Kota atau Provinsi serta pada tingkatan pusat,

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU Kabupaten/Kota dalam

menerima pendaftaran pasangan calon. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 35 PKPU No. 9

Tahun 2015, yaitu:

Keputusan tentang kepengurusan Partai Politik tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2), ayat (4) atau ayat (6),

menjadi pedoman bagi KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota dalam

penerimaan pendaftaran Pasangan Calon.

Terkait dengan pelampiran surat keputusan pengurus parpol dalam gabungan parpol, jika salah

satu parpol tidak melampirkan surat keputusan pencalonan pasangan calon, maka KPU Provinsi/KIP

Aceh dan/atau KPU Kabupaten/Kota dapat mencoret parpol tersebut dari dokumen persyaratan

pencalonan pasangan calon. Hal ini diatur dalam Pasal 41 ayat (3), (4), dan (5) PKPU No. 9 Tahun 2015,

yaitu sebagai berikut:

(3) Dalam hal terdapat 1 (satu) atau lebih Partai Politik dalam Gabungan Partai Politik

tidak melampirkan Keputusan Pimpinan Partai Politik tingkat pusat tentang

persetujuan Pasangan Calon, KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota

menyatakan Partai Politik tersebut tidak dapat menjadi bagian dari Gabungan Partai

Politik pengusul Pasangan Calon dan mencatatnya dalam berita acara.

(4) KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota mencoret 1 (satu) atau lebih

Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam dokumen persyaratan

Page 10: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

10

pencalonan dan dibubuhi paraf petugas pendaftaran, salah satu Partai Politik

pengusul, dan disaksikan Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota.

(5) Dalam hal terdapat 1 (satu) atau lebih Partai Politik dalam Gabungan Partai Politik

tidak melampirkan Keputusan Pimpinan Partai Politik tingkat pusat tentang

persetujuan Pasangan Calon, yang menyebabkan 1 (satu) atau lebih Partai Politik

tersebut dinyatakan tidak lagi menjadi bagian Gabungan Partai Politik pengusul, tetapi

Partai Politik lain dalam Gabungan Partai Politik tersebut masih memenuhi syarat

pendaftaran calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2), KPU Provinsi/KIP

Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menerima pendaftaran Pasangan Calon dari

Gabungan Partai Politik tersebut dan menuangkan dalam Berita Acara.

Disamping syarat-syarat tersebut, dalam Pasal 44 ayat (1) PKPU No. 9 Tahun 2015 juga diatur

tentang syarat lainnya, yaitu sebagai berikut:

Pada saat pendaftaran Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Partai

Politik atau Gabungan Partai Politik atau Pasangan Calon perseorangan:

a. mendaftarkan Tim Kampanye;

b. menyerahkan rekening khusus dana kampanye yang dibuat pada 1 (satu) bank.

Ketentuan tersebut merujuk kepada bunyi Pasal 39 butir g dan butir h PKPU No. 9 Tahun 2015 yang

menyatakan bahwa dalam proses pendaftaran calon, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU Kabupaten/Kota

menerima:

1) menerima daftar nama Tim Kampanye tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan

kecamatan;

2) menerima rekening khusus dana kampanye yang dibuka oleh Partai Politik atau

Gabungan Partai Politik atas nama calon dan spesimen tanda tangan dilakukan

bersama oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dan calon.

Setelah syarat pencalonan terpenuhi, hal berikutnya yang harus diperharikan dalam proses

pencalonan ini adalah masa penndaftaran calon. Dalam hal ini, partai beserta calon-calon yang akan

diusung oleh partai harus sudah mempersiapkan syarat-syarat pencalonan sebelum diumumkannya

masa pendaftaran calon oleh KPU. Jika merujuk kepada ketentuan Pasal 44 UU No. 8 Tahun 2015, masa

pendaftaran pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota

dan Wakil Wakil Walikota, dilakukan paling lama 3 hari setelah pengumuman pendaftaran pasangan

calon diumumkan oleh KPU setempat. Hal tersebut kemudian diperjelas kembali dalam Pasal 37 ayat (3)

dan (4) PKPU No. 9 Tahun 2015, yaitu:

(3) Masa pendaftaran Pasangan Calon paling lama 3 (tiga) hari terhitung setelah hari

terakhir pengumuman pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Pendaftaran Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling

lambat pukul 16.00 waktu setempat.

Page 11: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

11

Terkait dengan adanya sengketa internal Parpol yang akan ikut serta dalam Pilkada serentak 2015,

maka dalam Pasal 36 PKPU No. 9 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Dalam hal keputusan terakhir dari Menteri tentang kepengurusan Partai Politik tingkat

pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) masih dalam proses

penyelesaian sengketa di pengadilan, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP

Kabupaten/Kota menerima pendaftaran Pasangan Calon berdasarkan keputusan

terakhir dari Menteri tentang penetapan kepengurusan Partai Politik.

(2) Apabila dalam proses penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdapat penetapan pengadilan mengenai penundaan pemberlakuan keputusan

Menteri, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota tidak dapat menerima

pendaftaran Pasangan Calon sampai dengan adanya putusan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dan ditindaklanjuti dengan penerbitan keputusan dari Menteri

tentang penetapan kepengurusan Partai Politik.

(3) Apabila dalam proses penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

belum terdapat putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan

kepengurusan Partai Politik yang bersengketa melakukan kesepakatan perdamaian

untuk membentuk 1 (satu) kepengurusan Partai Politik sesuai peraturan perundang-

undangan, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menerima

pendaftaran Pasangan Calon berdasarkan keputusan terakhir dari Menteri tentang

penetapan kepengurusan Partai Politik hasil kesepakatan perdamaian.

1.2.2. Daftar Pemilih

Daftar pemilih merupakan daftar para pemilih yang disusun dan disediakan oleh KPU. Daftar

pemilih tersebut akan digunakan juga untuk membagi jumlah pemilih untuk setiap TPS. Dalam hal ini

KPU telah menetapkan bahwa jumlah pemilih untuk tiap TPS paling banyak adalah 800 pemilih.

Daftar pemilih yang akan digunakan oleh KPU dalam melaksanakan Pilkada serentak Tahun 2015,

seperti yang dijelaskan pada bagian 2.1 tentang daftar pemilih, terdiri dari Daftar Penduduk Potensial

Pemilih Pemilihan (DP4), Daftar Pemilih Sementara (DPS), Daftar Pemilih Tetap (DPT), Daftar Pemilih

Tetap Tambahan 1 (DPTb-1), Daftar Pemilih Tetap Tambahan 2 (DPTb-2), dan Daftar Pemilih Pindahan

(DPPh). Terkait dengan proses analisa DP4 yang dilakukan oleh KPU, dalam Pasal 87 ayat (1) UU No. 8

Tahun 2015, dinyatakan:

1) KPU menganalisis DP4 paling lama 7 (tujuh) hari setelah DP4 diterima.

2) KPU melakukan sinkronisasi DP4 hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dengan data Pemilih pada Pemilu atau Pemilihan Terakhir.

3) KPU menvampaikan hasil analisis DP4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan hasil

sinkronisasi DP4 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh

dan KPU/KIP Kabupaten/Kota sebagai bahan pemutakhiran.

4) KPU Kabupaten/Kota menyusun data Pemilih menggunakan formulir Model A-KWK

berdasarkan DP4 dan daftar Pemilih Pemilu atau Pemilihan Terakhir, paling lama 21

(dua puluh satu) hari sejak menerima hasil sinkronisasi dari KPU sebagairnana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3).

Page 12: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

12

5) Penyusunan data Pemilih sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan membagi

Pemilih untuk tiap TPS paling banyak 800 (delapan ratus} orang, dengan

memperhatikan:

tidak menggabungkan desa/kelurahan atau sebutan lain;

memudahkan Pemilih;

hal-hal berkenaan dengan aspek geografis;

Jarak dan waktu tempuh menuju TPS dengan memperhatikan tenggang waktu

pemungutan suara.

Data pemilih yang disusun berdasarkan DPS tersebut diserahkan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh

dan/atau KPU Kabupaten/Kota kepada PPDP melalui PPK dan PPS dalam bentuk softcopy dan hardcopy

(Pasal 9 PKPU No. 4 Tahun 2015).

Terkait dengan telah ditetapkannya DPT dan DPTb-1, maka DPT dan DPTb-1 tersebut tidak dapat

diubah dalam jangka waktu 6 hari sebelum hari pemungutan suara, kecuali terdapat pemilih yang tidak

memenuhi syarat (Pasal 26 ayat (1) PKPU No. 4 Tahun 2015). Sedangkan yang dimaksud dengan pemilih

yang tidak memenuhi syarat, dalam Pasal 26 ayat (2) PKPU No. 4 Tahun 2015 dinyatakan:

a. meninggal dunia;

b. pindah domisili;

c. alih status menjadi Tentara Nasional Indonesia, atau Kepolisian Negara Republik

Indonesia;

d. terdaftar lebih dari 1 (satu) kali;

e. terganggu jiwa/ingatannya berdasarkan surat keterangan dokter;

f. dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum

tetap.

Dengan adanya pemilih yang tidak memenuhi syarat tersebut, maka PPS harus mencoret dan

member keterangan pada DPT dan DPTB-1 (Pasal 26 ayat (3) PKPU No. 4 Tahun 2015).

Ketentuan terkait dengan DPTb-2 dinyatakan dalam Pasal 27 PKPU No. 4 Tahun 2015, yaitu sebagai

berikut:

(1) Pemilih yang memberikan hak suaranya pada hari pemungutan suara dengan

membawa identitas kependudukan berupa Kartu Tanda Penduduk, Kartu

Keluarga dan/atau Identitas Lain yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, karena belum terdaftar dalam DPT dan DPTb-1, dimasukkan dalam

DPTb-2 di TPS yang sesuai dengan alamat pada identitas kependudukannya

menggunakan formulir Model A.Tb2- KWK.

(2) Data Pemilih yang terdaftar dalam DPTb-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digunakan untuk memutakhirkan daftar Pemilih dalam Pemutakhiran Daftar

Pemilih pada Pemilihan atau Pemilu berikutnya.

(3) PPK mengeluarkan formulir Model A.Tb2-KWK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dari kotak suara di setiap TPS, untuk dikumpulkan dan dihimpun berdasarkan

Page 13: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

13

desa/kelurahan atau sebutan lainnya untuk kebutuhan pemeliharaan data

Pemilih.

Sedangkan ketentuan tentang DPPh dinyatakan pada Pasal 28 PKPU No. 4 Tahun 2015 yaitu

sebagai berikut:

(1) Salinan DPT dan DPTb-1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 22

dapat dilengkapi dengan DPPh.

(2) DPPh sebagairnana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas data Pernilih yang telah

terdaftar dalam DPT atau DPTb-1 di suatu TPS, yang karena keadaan tertentu

tidak dapat menggunakan haknya untuk rnemilih di TPS tempat yang

bersangkutan terdaftar dan memberikan suara di TPS lain di provinsi dan/atau

kabupaten/kota yang sedang menyelenggarakan Pemilihan dalam satu wilayah.

(3) Keadaan tertentu sebagairnana dirnaksud pada ayat (2) meliputi:

(4) DPPh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun menggunakan forrnulir Model

A.4-KWK paling lambat 3 (tiga) hari sebelurn hari pemungutan suara.

Pemilih yang dapat dimasukan ke dalam DPPh haruslah memenuhi beberapa ketentuan,

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 29 PKPU No. 4 Tahun 2015, yaitu sebagai berikut:

(1) Untuk dapat diasukkan ke dalarn DPPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

ayat (2), Pemilih harus menunjukkan bukti identitas yang sah dan bukti telah

terdaftar sebagai Pemilih dalam DPT di TPS asal.

(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melaporkan kepada PPS asal

untuk mendapatkan surat pemberitahuan DPPh dalarn forrnulir Model A.5-KWK

yang akan digunakan untuk memilih di TPS lain paling lambat 3 (tiga) hari

sebelum hari pemungutan suara.

(3) Dalarn hal Pemilih tidak dapat menempuh prosedur sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2), Pemilih dapat melapor kepada KPU/KIP

Kabupaten/Kota untuk mendapatkan formulir Model A,5-KWK paling lambat 10

(sepuluh} hari sebelum hari pemungutan suara.

Page 14: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

14

Dalam penyusunan data dan daftar pemilih, KPU menggunakan beberapa jenis atau model formulir

dengan kode-kode tertentu. Model formulir-formulir tersebut ditunjukan dalam table di bawah ini:

Tabel 1.1 Jenis Formulir dalam Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih dalam pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota

No Kode Nama

1 A-KWK Data Pemilih

2 AA-KWK Data Pemilih Baru

3 AA.1-KWK Tanda Bukti Pendaftaran Pemilih

4 AA.2-KWK Stiker Tanda Bukti Pencocokan dan Penelitian

5 A1-KWK Daftar Pemilih Sementara

6 A1.1-1KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Desa/Kelurahan

7 A1.2-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Kecamatan

8 A1.3-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Kabupaten/Kota

9 A1.4-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Provinsi

10 A1.A-KWK Formulir Tanggapan dan Masukan Masyarakat Terhadap DPS

11 A2-KWK Daftar Tanggapan Masyarakat

12 A3-KWK Daftar Pemilih Tetap

13 A3.1-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Desa/Kelurahan

14 A3.2-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Kecamatan

15 A3.3-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Kabupaten/Kota

16 A3.4-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Provinsi

17 ATb.1-KWK Daftar Pemilih Tetap Tambahan

18 ATb 1.1-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Tambahan (DPTb-1) Desa/Kelurahan

19 ATb 1.2-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Tambahan (DPTb-1) Kecamatan

20 ATb 1.3-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Tambahan (DPTb-1) Kabupaten/Kota

21 ATb 1.4-KWK Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Tambahan (DPTb-1) Provinsi

22 A.4-KWK Daftar Pemilih Tambahan

23 A.5-KWK Surat Pemberitahuan (Daftar Pemilih Pindahan)

24 A.Tb 2-KWK Daftar Pemilih Tambahan 2 (DPTb-2)

Page 15: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

15

1.2.3. Kampanye

Kampenye dalam Pilkada serentak 2015 akan berbeda dengan kampanye pada Pemilu sebelumnya,

khususnya dalam mekanisme pelaksanaannya. Menurut Pasal 65 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2015, bentuk-

bentuk kampanye yang akan dilaksanakan pada pemilu-pemilu berikutnya, termasuk Pilkada serentak

Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

a. pertemuan terbatas;

b. pertemuan tatap muka dan dialog;

c. debat publik/debat terbuka antar pasangan calon;

d. penyebaran bahan Kampanye kepada umum;

e. pemasangan alat peraga;

f. iklan media massa cetak dan media massa elektronik; dan/atau

g. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam pelaksanaannya, mengacu kepada pengaturan pada UU No. 8 Tahun 2015, ada beberapa

catatan penting, yaitu sebagai berikut:

1) Kampenye seperti yang dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2015 dilaksanakan 3

hari setelah penetapan pasangan calon. (Pasal 67 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2015);

2) Debat publik/debat terbuka antar calon dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali oleh KPU

Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. (Pasal 68 ayat (1) UU No. 8/2015 dan Pasal 21 ayat (4) PKPU

No. 7/2015);

3) Kampanye debat publik/debat terbuka antar pasangan calon, penyebaran bahan Kampanye

kepada umum, pemasangan alat peraga, dan iklan media massa cetak dan media massa

elektronik difasilitasi oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang didanai APBD. (Pasal 65

ayat (2) UU No. 8/2015);

4) Lokasi Pemasangan alat peraga Kampanye dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota. (Pasal 66 ayat (5) UU No. 8/2015).

Kampanye dilaksanakan dengan menjalankan prinsip-prinsip sebagai berikut (Pasal 4 PKPU No. 7

Tahun 2015):

1) jujur;

2) terbuka; dan

3) dialogis.

Page 16: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

16

Secara spesifik, pelaksanaan kampanye pada Pilkada serentak Tahun 2015 dinyatakan dalam Pasal

5 PKPU No. 7 Tahun 2015 yaitu:

(1) Kampanye dilaksanakan oleh:

a. KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota; dan

b. Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye.

(2) Kampanye yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan

dengan metode:

a. debat publik atau debat terbuka antar Pasangan Calon;

b. penyebaran Bahan Kampanye kepada umum;

c. pemasangan Alat Peraga Kampanye; dan/atau

d. iklan di media massa cetak dan/atau media massa elektronik.

(3) Kampanye yang dilaksanakan Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilaksanakan dengan metode:

a. pertemuan terbatas;

b. pertemuan tatap muka dan dialog; dan/atau

c. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye dan ketentuan

peraturan perundangundangan.

(4) Pendanaan Kampanye oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), difasilitasi oleh Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.

(5) Pendanaan Kampanye oleh Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menjadi tanggung jawab Pasangan Calon.

Dalam kegiatan kampanye pada pilkada serentak 2015, diatur juga tentang Tim Kampanye dan Tim

Penghubung. Tentang Tim Kampanye dan Tim Pengubung tersebut, pada Pasal 7 PKPU No. 7 Tahun

2015 dinyatakan bahwa:

(1) Dalam melaksanakan Kampanye, Pasangan Calon bersama dengan Partai Politik

atau Gabungan Partai Politik atau Pasangan Calon perseorangan membentuk Tim

Kampanye dan menunjuk Penghubung Pasangan Calon.

(2) Tim Kampanye dan Penghubung Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) didaftarkan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten Kota

pada saat pendaftaran Pasangan Calon.

(3) Pendaftaran Tim Kampanye dan Penghubung Pasangan Calon sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menggunakan formulir Model BC1-KWK untuk

disampaikan kepada:

a. KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;

b. Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota;

c. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai tingkatannya; dan

d. sebagai arsip Pasangan Calon.

(4) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota mengumumkan daftar nama

Tim Kampanye yang telah didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada

papan pengumuman dan/atau laman KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

Page 17: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

17

Tugas dari Tim Kampanye dan Tim Pengubung tersebut dinyatakan dalam Pasal 8 PKPU No. 7

Tahun 2015, yaitu:

1) Tim Kampanye bertugas menyusun seluruh kegiatan tahapan Kampanye dan bertanggung

jawab atas teknis pelaksanaan penyelenggaraan Kampanye.

2) Tim Pengubung bertugas:

a. menjadi penghubung antara Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye dengan KPU

Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;

b. menerima Bahan Kampanye yang difasilitasi oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

Tim Kampanye tersebut dapat dibentuk hingga tingkat kecamatan, hal ini sesuai dengan

kete tua Pasal ayat PKPU No. Tahu ya g e yataka : Dalam pelaksanaan Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota, Pasangan Calon dan/atau Tim

Kampanye dapat membentuk Tim Kampanye tingkat kecamatan atau nama lain.

Dalam rangka menunjang kinerja dan tugas dari Tim Kampanye, maka Tim Kampanye dapat

menunjuk para Petugas Kampanye. Hal yang terkait dengan Petugas Kampanye ini diatur dalam

ketentuan Pasal 10 PKPU No. 7 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Untuk mendukung penyelenggaraan Kampanye, Tim Kampanye dapat menunjuk

Petugas Kampanye.

(2) Petugas Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari seluruh

petugas yang memfasilitasi penyelenggaraan Kampanye.

(3) Petugas Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas:

a. menyelenggarakan kegiatan Kampanye;

b. menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada aparat Kepolisian Negara

Republik Indonesia setempat tentang penyelenggaraan Kampanye; dan/atau

c. menyebarkan Bahan Kampanye.

(4) Petugas Kampanye bertanggung jawab terhadap kelancaran, keamanan dan

ketertiban penyelenggaraan Kampanye.

(5) Tim Kampanye mendaftarkan Petugas Kampanye sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota 1 (satu) hari

setelah penetapan Pasangan Calon sampai dengan paling lambat 1 (satu) hari

sebelum penyelenggaraan Kampanye.

(6) Pendaftaran Petugas Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

menggunakan formulir Model BC2-KWK untuk disampaikan kepada:

a. KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;

b. Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota;

c. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai tingkatannya; dan

d. sebagai arsip Pasangan Calon.

Page 18: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

18

Pelaksanaan kegiatan teknis kampanye tidak harus dilaksanakan langsung oleh Tim Kampanye.

Dalam rangka efektifitas dan efisiensi kerja, Tim Kampanye dapat menunjuk organisasi tertentu

sebagai pelaksana kegiatan kampanye. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 11 PKPU No. 7 Tahun 2015

yang menyatakan:

(1) Dalam melaksanakan Kampanye, Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye dapat

menunjuk organisasi penyelenggara kegiatan.

(2) Organisasi penyelenggara kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

organisasi yang ditunjuk Pasangan Calon, mencakup organisasi sayap Partai Politik

atau Gabungan Partai Politik.

(3) Organisasi penyelenggara kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah

badan hukum yang didirikan dan dikelola oleh Warga Negara Indonesia dan

tunduk kepada hukum Negara Republik Indonesia.

Selain dilaksanakan oleh organisasi yang ditunjuk oleh Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye,

kegiatan kampanye juga dapat dilaksanakan secara mandiri oleh perorangan atau oleh para relawan.

Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 12 ayat (1), (2), dan (3) PKPU No. 7 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Selain KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota dan Pasangan Calon

dan/atau Tim Kampanye, Kampanye dapat dilaksanakan oleh:

a. orang-seorang;

b. relawan.

(2) Orang-seorang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah Warga Negara

Indonesia yang mempunyai hak memilih.

(3) Relawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah pendukung

Pasangan Calon yang menjalankan program-program Kampanye secara sukarela.

Para relawan kampanye ini haruslah didaftarkan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU

Kabupaten/Kota. Hal tersebut diatur dalam Pasal 12 ayat (4) dan (5) PKPU No. 7 Tahun 2015 yang

menyatakan:

(4) Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye mendaftarkan orang-seorang dan

relawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau

KPU/KIP Kabupaten/Kota 1 (satu) hari setelah penetapan Pasangan Calon sampai

dengan paling lambat 1 (satu) hari sebelum penyelenggaraan Kampanye.

(5) Pendaftaran orang-seorang dan relawan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

menggunakan formulir Model BC3-KWK untuk disampaikan kepada:

a. KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;

b. Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota;

c. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai tingkatannya; dan

d. sebagai arsip Pasangan Calon.

Kegiatan kampanye tidak terlepas dari berbagai atribut dan bahan penunjangnya. Jika pada Pemilu

sebelumnya, baik Pileg maupun Pilpres 2014, seluruh hal yang menyangkut bahan kampanye, termasuk

Page 19: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

19

pendistribusiannya, dilakukan oleh masing-masing Pasangan Calon/Caleg, akan tetapi dalam Pilkada

serentak Tahun 2015, distribusi/penyebaran bahan kampanye akan melibatkan pihak KPU

Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU Kabupaten/Kota. Hal tersebut seperti yang diatur dalam Pasal 23

PKPU No. 7 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota memfasilitasi pelaksanaan

metode penyebaran Bahan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(2) huruf b.

(2) Bahan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. selebaran (flyer) paling besar ukuran 8,25 cm x 21 cm;

b. brosur (leaflet) paling besar ukuran posisi terbuka 21 cm x 29,7 cm, posisi

terlipat 21 cm x 10 cm;

c. pamflet paling besar ukuran 21 cm x 29,7 cm; dan/atau

d. poster paling besar ukuran 40 cm x 60 cm.

Terkait dengan pembiayaan desain dan materi bahan kampanye, maka biaya desain dan materi

bahan kampanye menjadi tanggung jawab pihak Pasangan Calon, sedangkan biaya pencetakan bahan

kampanye akan dibebankan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU Kabupaten Kota. Hal

tersebut seperti yang dinyatakan dalam Pasal 24 PKPU No. 7 Tahun 2015 yaitu:

(1) Desain dan materi Bahan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat

(2) dibuat dan dibiayai oleh Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

(2) Desain dan materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memuat visi, misi,

program, foto Pasangan Calon, tanda gambar Partai Politik atau Gabungan Partai

Poitik dan/atau foto pengurus Partai Politik atau Gabungan Partai Politik.

(3) Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye menyampaikan desain dan materi

Bahan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPU Provinsi/KIP

Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota.

(4) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota mencetak Bahan Kampanye

sesuai dengan desain dan materi yang disampaikan oleh Pasangan Calon

dan/atau Tim Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Pencetakan Bahan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diutamakan

menggunakan bahan yang dapat didaur ulang.

Ketentuan terkait banyaknya jumlah bahan kampanye yang dicetak oleh KPU Provinsi/KIP Aceh

dan/atau KPU Kabupaten/Kota dinyatakan dalam Pasal 25 PKPU No. 7 Tahun 2015, yaitu:

(1) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota mencetak Bahan Kampanye

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4) paling banyak sejumlah kepala

keluarga pada daerah Pemilihan untuk setiap Pasangan Calon.

(2) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan

Pemerintah Daerah dalam mendapatkan data dan informasi jumlah kepala

Page 20: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

20

keluarga pada daerah Pemilihan untuk menentukan jumlah Bahan Kampanye

yang dicetak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menyerahkan Bahan

Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Penghubung Pasangan

Calon untuk disebarkan oleh Petugas Kampanye.

Selain bahan kampanye yang akan dicetak oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU

Kabupaten/Kota, dimungkinkan juga dicetak bahan kampanye lainnya oleh masing-masing Pasangan

Calon sesuai kebutuhan. Dalam Pasal 26 ayat (1) PKPU No. 7 Tahun 2015 dinyatakan jenis-jenis bahan

kampanye yang dapat dicetak oleh masing-masing Pasangan Calon adalah:

a. kaos;

b. topi;

c. mug;

d. kalender;

e. kartu nama;

f. pin;

g. ballpoint;

h. payung; dan/atau

i. stiker paling besar ukuran 10 cm x 5 cm.

Terkait dengan pendistribusian bahan kampanye lainnya, dalam Pasal 26 ayat (2) dinyatakan bahwa

Stiker tidak boleh ditempel di tempat umum, yang meliputi:

a. tempat ibadah termasuk halaman;

b. rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan;

c. gedung atau fasilitas milik pemerintah;

d. lembaga pendidikan (gedung dan sekolah);

e. jalan-jalan protokol;

f. jalan bebas hambatan;

g. sarana dan prasarana publik; dan/atau

h. taman dan pepohonan.

Seluruh bahan kampanye lainnya yang dicetak sendiri oleh para Pasangan Calon memiliki

ketentuan batas maksimal nilai jika dikonversikan dalam bentuk uang. Dalam ketentuan Pasal 26 ayat (3)

PKPU No. Tahu di yataka : Setiap Bahan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

apabila dikonversikan dalam bentuk uang nilainya paling tinggi Rp 25.000,00 (dua puluh lima ribu

rupiah).

Page 21: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

21

Selain bahan kampanye, terdapat juga Alat Peraga Kampanye (APK). Pembuatan dan pemasangan

APK untuk setiap Pasangan Calon akan difasilitasi oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU

Kabupaten/Kota seperti yang dinyatakan dalam Pasal 28 PKPU No. 7 Tahun 2015 yaitu:

(1) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota memfasilitasi pembuatan

dan pemasangan Alat Peraga Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (2) huruf c.

(2) Alat Peraga Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. baliho/billboard/videotron paling besar ukuran 4 m x 7 m, paling banyak 5

(lima) buah setiap Pasangan Calon untuk setiap kabupaten/kota;

b. umbul-umbul paling besar ukuran 5 m x 1,15 m, paling banyak 20 (dua puluh)

buah setiap Pasangan Calon untuk setiap kecamatan; dan/atau

c. spanduk paling besar ukuran 1,5 m x 7 m, paling banyak 2 (dua) buah setiap

Pasangan Calon untuk setiap desa atau sebutan lain/kelurahan.

Terkait dengan desain dan pembiayaan, maka desain dan pembiayaan pembuatan APK menjadi

tanggung jawab masing-masing Pasangan Calon. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 29 PKPU No. 7

Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Desain dan materi Alat Peraga Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

ayat (2) dibuat dan dibiayai oleh Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

(2) Desain dan materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memuat visi, misi,

program, foto Pasangan Calon, tanda gambar Partai Politik atau Gabungan Partai

Poitik dan/atau foto pengurus Partai Politik atau Gabungan Partai Politik.

(3) Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye menyampaikan desain dan materi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

(4) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota membuat Alat Peraga

Kampanye sesuai dengan desain dan materi yang disampaikan oleh Pasangan

Calon dan/atau Tim Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Pembuatan Alat Peraga Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

diutamakan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang.

APK yang telah didistribusikan dan dipasang akan dijaga keamanannya oleh KPU Provinsi/KIP Aceh

dan/atau KPU Kabupaten/Kota bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,

dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. (Pasal 30 ayat (6) PKPU No. 7 Tahun 2015).

Sedangkan untuk pembersihan APK menjelang masa tenang, dalam ketentuan Pasal 31 PKPU No. 7

Tahu di yataka : KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan

Pemerintah Daerah dan Bawaslu Provinsi dan/atau Panwas Kabupaten/Kota membersihkan Alat Peraga

Kampanye paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara .

Page 22: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

22

Kegiatan kampanye tidak hanya sebatas menggunakan bahan kampanye dan APK saja tetapi juga

bisa menggunakan media lainnya. Salah satu media kampanye lainnya yang diperbolehkan dalam

Pilkada serentak Tahun 2015 adalah penayangan iklan kampanye di media massa yang difasilitasi oleh

KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU Kabupaten/Kota. Terkait dengan penayangan iklan kampanye

tersebut, dalam Pasal 32 PKPU No. 7 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota memfasilitasi penayangan

Iklan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d pada:

a. media massa cetak;

b. media massa elektronik, yaitu televisi, radio dan/atau media dalam jaringan

(online); dan/atau

c. lembaga penyiaran;dalam bentuk iklan komersial dan/atau iklan layanan

masyarakat.

(2) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menentukan dan

menetapkan jumlah penayangan dan ukuran atau durasi Iklan Kampanye

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap Pasangan Calon.

Terkait dengan pembuatan dan pembiayaan materi iklan kampanye, maka pembuatan dan

pembiayaannya menjadi tanggung jawab masing-masing Pasangan Calon. Hal tersebut diatur dalam

Pasal 33 PKPU No. 7 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Materi Iklan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dibuat dan

dibiayai oleh Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye sesuai dengan ukuran atau

durasi yang telah ditentukan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

(2) Materi Iklan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memuat

informasi mengenai visi, misi, program, foto Pasangan Calon, tanda gambar Partai

Politik atau Gabungan Partai Politik dan/atau foto pengurus Partai Politik atau

Gabungan Partai Politik.

(3) Materi Iklan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:

a. tulisan;

b. suara;

c. gambar;

d. tulisan dan gambar; dan/atau

e. suara dan gambar; yang bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak

interaktif, serta yang dapat diterima melalui perangkat penerima pesan.

(4) Materi Iklan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan dengan

peraturan perundang-undangan dan etika periklanan.

(5) Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye menyampaikan Materi Iklan Kampanye

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

(6) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menayangkan Iklan

Kampanye sesuai dengan materi yang disampaikan oleh Pasangan Calon dan/atau

Tim Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

Page 23: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

23

Terkait dengan waktu dan jumlah penayangan iklan kampanye di media massa, maka dalam Pasal

34 PKPU No. 7 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Penayangan Iklan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)

dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari sebelum dimulainya masa tenang.

(2) Jumlah penayangan Iklan Kampanye di televisi untuk setiap Pasangan Calon,

paling banyak kumulatif 10 (sepuluh) spot, berdurasi paling lama 30 (tiga puluh)

detik, untuk setiap stasiun televisi, setiap hari selama masa penayangan Iklan

Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Jumlah penayangan Iklan Kampanye di radio untuk setiap Pasangan Calon, paling

banyak 10 (sepuluh) spot, berdurasi paling lama 60 (enam puluh) detik, untuk

setiap stasiun radio, setiap hari selama masa penayangan Iklan Kampanye

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Batas jumlah penayangan Iklan Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dan ayat (3) berlaku untuk semua jenis Iklan Kampanye.

Dalam melaksanakan kegiatan kampanye yang dilaksanakan masing-masing oleh Pasangan Calon

bersama dengan Tim Kampanyenya, para Pasangan Calon dan Tim Kampanye masing-masing, harus

memperhatikan secara seksama syarat-syarat pelaksanaan kegiatan kampanye yang ditetapkan oleh

KPU. Ada 2 bentuk kampanye yang dapat dilaksanakan secara masing-masing oleh Pasangan Calon

bersama dengan Tim Kampanyenya, yaitu Kampanye dalam bentuk pertemuan terbatas dan Kampanye

dalam bentuk pertemuan tatap muka dan dialog. Dalam Pasal 37 PKPU No. 7 Tahun 2015, dinyatakan

syarat-syarat Kampanye dalam bentuk pertemuan terbatas, yaitu:

(1) Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye melaksanakan pertemuan terbatas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a, di dalam ruangan atau

gedung tertutup.

(2) Peserta yang diundang disesuaikan dengan kapasitas ruangan yang ditentukan

oleh pengelola ruang gedung dengan jumlah peserta paling banyak:

a. 2.000 (dua ribu) orang untuk tingkat provinsi; dan

b. 1.000 (seribu) orang untuk tingkat kabupaten/kota.

(3) Undangan kepada peserta harus memuat informasi mengenai hari, tanggal, jam,

tempat kegiatan, nama pembicara, dan penanggung jawab.

Sedangkan dalam Pasal 39 PKPU No. 7 Tahun 2015 dinyatakan syarat-syarat Kampanye dalam

bentuk tatap muka dan dialog, yaitu:

(1) Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye melaksanakan pertemuan tatap muka

dan dialog sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b secara interaktif.

(2) Pertemuan tatap muka dan dialog sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan di:

a. dalam ruangan atau gedung tertutup atau terbuka; dan/atau

b. luar ruangan.

Page 24: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

24

(3) Pertemuan tatap muka dan dialog yang dilaksanakan di dalam ruangan atau

gedung tertutup atau terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

dilaksanakan dengan ketentuan:

a. jumlah peserta tidak melampaui kapasitas tempat duduk; dan

b. peserta dapat terdiri atas peserta pendukung dan tamu undangan.

(4) Pertemuan tatap muka dan dialog yang dilaksanakan diluar ruangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan

kunjungan ke pasar, tempat tinggal warga, komunitas warga atau tempat umum

lainnya.

Selain 2 bentuk kampanye tersebut, Pasangan Calon bersama dengan Tim Kampanyenya juga bisa

melaksanakan kegiatan kampanye dalam bentuk lainnya. Kampanye dalam bentuk lain tersebut, sesuai

dengan ketentuan Pasal 41 PKPU No. 7 Tahun 2015 adalah:

a. rapat umum, dengan jumlah terbatas;

b. kegiatan kebudayaan (pentas seni, panen raya, konser musik);

c. kegiatan olahraga (gerak jalan santai, sepeda santai);

d. kegiatan sosial (bazar, donor darah, perlombaan, hari ulang tahun); dan/atau

e. kampanye melalui media sosial.

Ketentuan terkait dengan pelaksanaan Kampanye dalam bentuk rapat umum terdapat dalam Pasal

42 PKPU No. 7 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Rapat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a dimulai pukul 09.00

waktu setempat dan berakhir paling lambat pukul 18.00 waktu setempat dengan

menghormati hari dan waktu ibadah di Indonesia.

(2) Rapat umum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di

lapangan, stadion, alun-alun atau tempat terbuka lainnya.

(3) Petugas Kampanye wajib memerhatikan daya tampung tempat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(4) Petugas dan peserta Kampanye dilarang membawa atau menggunakan tanda

gambar, simbol-simbol, panji, pataka, dan/atau bendera yang bukan tanda

gambar atau atribut lain dari Pasangan Calon yang bersangkutan.Rapat umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku ketentuan paling banyak:

a. 2 (dua) kali untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur; dan

b. 1 (satu) kali untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil

Walikota.

Dalam pelaksanaan rapat umum, petugas kampanye wajib menunjuk satu orang atau lebih dari

anggotanya untuk menjadi Koordinator lapangan (Korlap). Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal

44 PKPU No. 7 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Petugas Kampanye rapat umum dari setiap Pasangan Calon wajib menunjuk 1

(satu) orang atau lebih dari anggotanya sebagai koordinator lapangan.

Page 25: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

25

(2) Petugas Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas

kelancaran, keamanan dan ketertiban peserta Kampanye pada saat

keberangkatan dan/atau kepulangan dari tempat Kampanye.

Dalam menentukan waktu pelaksanaan rapat umum, KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU

Kabupaten/Kota harus menyusun jadwal pelaksanaan rapat umum bagi masing-masing Pasangan Calon

dengan terlebih dahulu dengan masing-masing Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye sebelum jadwal

tersebut ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 50 PKPU No. 7 Tahun 2015 yang

menyatakan:

(1) KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menyusun jadwal Kampanye

rapat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a untuk setiap

Pasangan Calon.

(2) Jadwal Kampanye rapat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku

sesuai tingkatan, provinsi, kabupaten/kota.

(3) Penyusunan jadwal Kampanye rapat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota setelah berkoordinasi dengan Pasangan Calon dan/atau Tim

Kampanye.

(4) KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menyampaikan keputusan

tentang jadwal Kampanye rapat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

kepada Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye paling lambat 1 (satu) hari

sebelum pelaksanaan Kampanye, dengan tembusan kepada pemerintah provinsi

dan/atau pemerintah kabupaten/kota, Bawaslu Provinsi, dan/atau Panwas

Kabupaten/Kota dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai tingkatannya.

Untuk menjamin kelancaran dan keamanan pelaksanaan rapat umum, maka Partai Politik atau

Gabungan Partai Politik yang mengusulkan calon dapat melibatkan satuan tugas (Satgas) atau sebutan

lainnya. Keterlibatan Satgas dalam pelaksanaan Kampanye dalam bentuk rapat umum diatur dalam

Pasal 45 PKPU No. 7 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon

dapat mengikutsertakan personil satuan tugas atau sebutan lainnya.

(2) Personil satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengikuti

ketentuan:

a. dilarang menggunakan seragam mirip Tentara Nasional Indonesia atau

Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. dilarang menyimpan dan/atau membawa senjata api dan senjata tajam; dan

c. wajib membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menjaga

ketertiban dan keamanan Kampanye.

(3) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik wajib mendaftarkan satuan tugas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya paling lambat 1 (satu) hari sebelum

pelaksanaan Kampanye.

Page 26: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

26

Dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan kampanye tidak hanya dijalankan dalam dunia nyata saja,

tetapi juga dijalankan dalam dunia maya/virtual dengan menggunakan media internet. Dengan

menggunakan fungsi pertukaran data dan informasi yang tidak terbatas dimensi ruang dan waktu,

kegiatan kampanye dapat dijalankan secara efektif dan efisien. Salah satu kegiatan kampanye paling

populer dengan menggunakan media internet adalah kampanye melalui media sosial (medsos). Media

sosial seperti Facebook dan Twitter sebagai aplikasi yang memungkinkan para penggunanya berinteraksi

secara langsung dengan pengguna lainnya sehingga membentuk sebuah ruang sosial virtual, telah

menjadi media kampanye yang cukup efektif, khususnya dalam menciptakan opini publik dan pencitraan

pasangan calon.

Melihat kepada fakta tersebut, maka dalam Pilkada serentak Tahun 2015 ini, KPU juga mengatur

tentang Kampanye pada media sosial. Ketentuan mengenai hal ini terdapat pada Pasal 46 PKPU No. 7

Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Kampanye pada media sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf e

dilakukan oleh Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye.

(2) Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye dapat membuat akun resmi di media

sosial untuk keperluan Kampanye selama masa Kampanye.

(3) Pasangan Calon wajib mendaftarkan akun resmi di media sosial sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya paling lambat 1 (satu) hari sebelum

pelaksanaan Kampanye.

(4) Pendaftaran akun media sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

menggunakan formulir Model BC4-KWK untuk disampaikan kepada:

a. KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;

b. Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota;

c. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai tingkatannya; dan

d. sebagai arsip Pasangan Calon.

Selanjutnya, terkait dengan materi kampanye dalam media sosial, pada Pasal 47 PKPU No. 7 Tahun

2015 dinyatakan:

(1) Materi Kampanye dalam media sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46

dapat berupa:

a. tulisan;

b. suara;

c. gambar;

d. tulisan dan gambar; dan/atau

e. suara dan gambar; yang bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak

interaktif, serta yang dapat diterima melalui perangkat penerima pesan.

(2) Materi Kampanye di media sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai

dengan undang-undang tentang Pemilihan.

Page 27: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

27

Pelaksanaan kegiatan kampanye melalui media sosial ini dibatasi dalam jangka waktu tertentu.

Batas waktu Kampanye melalui media sosial diatur dalam ketentuan Pasal 48 PKPU No.7 Tahun 2015

yang menyataka : Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye wajib menutup akun resmi di media sosial

paling lambat 1 (satu) hari setelah masa Kampanye berakhir.

Dalam melaksanakan rangkaian kegiatan kampanye, masing-masing Pasangan Calon haruslah

ditunjang dengan kemampuan financial untuk mendanai seluruh rangkaian kegiatan kampanyenya. Arus

perputaran uang dengan label dana kampanye seringkali tidak terawasi dan tidak dapat diperhitungkan

se ara rill pe ggu aa ya, sehi gga da a ka pa ye seri gkali e jadi da a silu a ya g eruju g

pada tindakan pencucian uang dan praktek money politic. Dalam Pasal 74 ayat (5) dan (6) UU No. 8

Tahun 2015 diatur ketentuan mengenai dana kampanye yaitu sebagai berikut:

(5) Sumbangan dana Kampanye dari perseorangan paling banyak Rp.50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) dan dari badan hukum swasta paling banyak

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(6) Partai Politik dan/atau gabungan Partai Politik yang mengusulkan pasangan calon

dan pasangan calon perseorangan dapat menerima dan/atau menyetujui

pembiayaan bukan dalam bentuk uang secara langsung untuk kegiatan Kampanye

yang jika dikonversi berdasar harga pasar nilainya tidak melebihi sumbangan dana

Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

Untuk mengantisipasi tidak terjadinya tindakan pencucian uang dan politik uang dengan

memanfaatkan dana kampanye, maka diatur ketentuan terkait dengan pembatasan dana kampanye.

Hal tersebut diatur dalam Pasal 12 PKPU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkan pembatasan

pengeluaran Dana Kampanye dengan memperhitungkan metode Kampanye,

jumlah kegiatan Kampanye, perkiraan jumlah peserta Kampanye, standar biaya

daerah, bahan Kampanye yang diperlukan, cakupan wilayah dan kondisi geografis,

logistik, dan manajemen Kampanye/konsultan.

(2) Pembatasan pengeluaran Dana Kampanye dilakukan dengan cara menghitung

total dari biaya kegiatan dengan rumus sebagai berikut:

a. rapat umum = jumlah peserta x frekuensi kegiatan x standar biaya daerah;

b. pertemuan terbatas = jumlah peserta x frekuensi kegiatan x standar biaya

daerah;

c. pertemuan tatap muka = jumlah peserta x frekuensi x standar biaya daerah;

d. pembuatan bahan kampanye = persentase jumlah kegiatan (n %) x pemilih x Rp

25.000,00;

e. jasa manajemen/konsultan.

(3) Dalam menetapkan pembatasan pengeluaran Dana Kampanye, KPU Provinsi/KIP

Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Partai Politik atau

Page 28: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

28

Gabungan Partai Politik atau petugas yang ditunjuk Pasangan Calon untuk

mendapatkan masukan.

(4) Pembatasan pengeluaran Dana Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur dan Keputusan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota dengan

memerhatikan rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Dana yang akan digunakan oleh masing-masing Pasangan Calon untuk membiayai kegiatan

kampanyenya, haruslah disimpan dalam satu rekening khusus dana kampanye. Hal tersebut diatur

dalam Pasal 14 PKPU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon dan

Pasangan Calon perseorangan melaporkan hanya 1 (satu) nomor Rekening Khusus

Dana Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) kepada KPU

Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan KPU/KIP

Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan

Wakil Walikota.

(2) Rekening Khusus Dana Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah

disampaikan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota tidak

dapat ditarik dan/atau dilakukan penggantian.

(3) Salinan Rekening Khusus Dana Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi dokumen persyaratan pencalonan yang disampaikan pada saat

pendaftaran dan menjadi lampiran pada LADK dan LPPDK.

Seluruh arus keluar-masuknya dana kampenye masing-masing Pasangan Calon harus dilaporkan

kepada KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU Kabupaten/Kota. Pelaporan dana kampanye tersebut

diatur dalam ketentuan Pasal 19 PKPU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Pasangan Calon wajib menyusun dan menyampaikan laporan Dana Kampanye

kepada KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan

KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota

dan Wakil Walikota.

(2) Pasangan Calon dapat dibantu staf khusus yang mempunyai latar belakang

akuntansi dalam menyusun laporan Dana Kampanye sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

Selanjutnya, terkait dengan proses penyusunan dan penyampaian laporan dana kampanye diatur

dalam Pasal 20 PKPU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

Pasangan Calon wajib menyusun dan menyampaikan laporan Dana Kampanye yang

terdiri atas:

a. LADK (Laporan Awal Dana Kampanye);

b. LPSDK (Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye); dan

c. LPPDK (Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye).

Page 29: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

29

Ketentuan terkait dengan Laporan Awal Dana Kampanye (LADK) diatur dalam Pasal 21 PKPU No. 8

Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) LADK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a adalah pembukuan yang

memuat informasi:

a. Rekening Khusus Dana Kampanye;

b. sumber perolehan saldo awal atau saldo pembukaan;

c. rincian perhitungan penerimaan dan pengeluaran yang diperoleh sebelum

pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye; dan

d. penerimaan sumbangan yang bersumber dari Pasangan Calon atau Partai

Politik atau Gabungan Partai Politik dan pihak lain.

(2) Pembukuan LADK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup pada saat

penetapan Pasangan Calon.

LADK yang telah disusun oleh masing-masing Pasangan Calon selanjutnya akan diserahkan kepada

KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU Kabupaten/Kota dalam batas waktu yang telah ditetapkan.

Ketentuan mengenai hal tersebut terdapat pada Pasal 22 PKPU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Pasangan Calon menyampaikan LADK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat

(1) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

dan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau

Walikota dan Wakil Walikota 1 (satu) hari sebelum masa Kampanye.

(2) LADK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada KPU Provinsi/KIP

Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota paling lambat pukul 18.00 waktu setempat.

Lalu pada Pasal 23 PKPU No. 8 Tahun 2015 dinyatakan kembali terkait proses pelaporan LADK yaitu

sebagai berikut:

(1) Penyampaian LADK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dapat

disampaikan oleh Pasangan Calon atau petugas yang ditunjuk.

(2) Petugas yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyerahkan

surat tugas.

Dana kampanye yang digunakan oleh masing-masing Pasangan Calon dalam kegiatan kampanyenya

dapat bersumber dari berbagai sumber, salah satunya adalah dari sumbangan dana kampanye.

Masuknya sumbangan dana kampanye ini juga harus dilaporkan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau

KPU Kabupaten/Kota. Ketentuan mengenai Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK)

tersebut diatur dalam Pasal 28 PKPU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Pasangan Calon menyampaikan LPSDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

ayat (1) kepada KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur dan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

atau Walikota dan Wakil Walikota sesuai dengan jadwal dalam Peraturan Komisi

Page 30: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

30

Pemilihan Umum tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau

Walikota dan Wakil Walikota.

(2) LPSDK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada KPU Provinsi/KIP

Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota paling lambat pukul 18.00 waktu setempat.

Selanjutnya pada Pasal 29 PKPU No. 8 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) LPSDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dapat disampaikan oleh

Pasangan Calon atau petugas yang ditunjuk.

(2) Petugas yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyerahkan

surat tugas.

Dalam penggunaan dana kampanye, masing-masing Pasangan Calon juga diwajibkan untuk

menyampaikan Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Kampanye (LPPDK). Ketentuan mengenai

hal tersebut dinyatakan dalam Pasal 34 PKPU No. 8 Tahun 2015 yaitu:

(1) Pasangan Calon menyampaikan LPPDK kepada KPU Provinsi/KIP Aceh untuk

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota paling

lambat 1 (satu) hari setelah masa Kampanye berakhir.

(2) LPPDK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada KPU Provinsi/KIP

Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota paling lambat pukul 18.00 waktu setempat.

Masing-masing Pasangan Calon yang tidak memenuhi ketentuan dan kewajibannya terkait dengan

dana kampanye seperti yang telah diatur dan ditetapkan dalam UU No. 8 Tahun 2015 dan PKPU No. 8

Tahun 2015, akan mendapatkan sanksi. Bentuk-bentuk sanksi terkait dana kampanye tersebut adalah:

1) Pasal 53 PKPU No. 8/2015 menyataka ahwa: Pasangan Calon yang melanggar ketentuan

pembatasan pengeluaran Dana Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4),

dikenai sanksi berupa pembatalan sebagai Pasangan Calon.

2) Pasal 54 PKPU No. / e yataka ahwa: Pasangan Calon yang terlambat

menyampaikan LPPDK kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota sampai

batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2),

dikenai sanksi berupa pembatalan sebagai Pasangan Calon.

3) Pasal 56 PKPU No. 8/2015 menyatakan bahwa: Partai Politik atau Gabungan Partai Politik

yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, dikenai sanksi berupa

pembatalan Pasangan Calon yang diusulkan.

4) Pasal 63 PKPU No. / e yataka ahwa: Dana Kampanye dilarang digunakan untuk

membiayai saksi Pasangan Calon dalam pemungutan dan penghitungan suara.

Page 31: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

31

1.2.4. Logistik Pemilihan

Logistik pemilihan merupakan segala perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan penyelenggara

(KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU Kabupaten/Kota) dalam proses pemilihan, mulai dari proses

sosialisasi, pungut-hitung, hingga pengumuman dan penetapan calon terpilih. Dalam Pasal 2 ayat (2)

PKPU No. 6 Tahun 2015 dinyatakan bahwa perlengkapan penyelenggaraan pemilihan terdiri atas:

a. perlengkapan pemungutan suara;

b. dukungan perlengkapan lainnya; dan

c. bahan sosialisasi dan kampanye.

Perlengkapan pemungutan suara terdiri atas:

1) Surat suara

Dala Pasal ayat PKPU No. Tahu di yataka ahwa: Surat suara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) memuat nomor urut, foto, dan nama Pasangan Calon .

Selanjutnya pada Pasal 13 PKPU No. 6 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Surat suara diberi pengaman dengan tanda khusus untuk menjamin keasliannya

yang dapat berupa mikroteks, hidden image atau tanda khusus lainnya.

(2) Ketentuan mengenai jumlah dan jenis pengaman surat suara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh

untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan Keputusan KPU/KIP

Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan

Wakil Walikota.

Terkait dengan pengadaan surat suara, maka pada Pasal 30 PKPU No. 6 Tahun 2015 dinyatakan

bahwa:

(1) Pengadaan Surat Suara dicetak sama dengan jumlah Pemilih yang tercantum di

dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) ditambah cadangan sebanyak 2,5% (dua koma

lima persen) dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di setiap TPS.

(2) Pengadaan Surat Suara untuk pemungutan suara ulang dalam Pemilihan sebanyak

2.000 (dua ribu) surat suara yang diberi tanda khusus.

2) Alat untuk memberi tanda pilihan (Alat coblos)

Dalam Pasal 18 PKPU No. 6 Tahun 2015 dinyatakan:

Alat untuk memberi tanda pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f dapat

disesuaikan dengan cara pemberian suara meliputi:

a. alat coblos untuk memberi tanda satu kali pada surat suara dengan mencoblos;

atau

b. alat elektronik untuk memberi suara melalui peralatan pemilihan suara secara

elektronik.

Page 32: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

32

“ela jut ya pada Pasal ayat PKPU No. Tahu di yataka juga ahwa: TPS

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan kemudahan akses bagi penyandang

disabilitas .

3) Alat Bantu Tunanetra

Pada Pasal 25 PKPU No. 6 Tahun 2015 dinyatakan bahwa:

(1) Alat bantu tunanetra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf l disediakan

untuk membantu Pemilih tunanetra pada saat pemungutan suara.

(2) Alat bantu tunanetra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bertuliskan

huruf braille atau bentuk lain.

(3) Alat bantu tunanetra sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. menggunakan bahan art carton;

b. berbentuk empat persegi panjang;

c. sebanyak 1 (satu) lembar untuk setiap TPS.

4) Kotak Suara

Hal paling penting yang harus diperhatikan terkait dengan kotak suara adalah bagaimana

pergerakan kotak suara berlangsung. Pada Pasal 103 UU No. 8 Tahun 2015 dinyatakan bahwa:

Dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah pemungutan suara, PPS wajib

menyerahkan kepada PPK:

a. surat suara pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon

Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota

dari TPS dalam kotak suara tersegel; dan

b. berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS di wilayahnya.

5) Jenis formulir pada saat proses pungut-hitung

Jenis-jenis formulir yang digunakan pada proses pungut-hitung dapat dilihat pada ketentuan

Pasal 5 PKPU No. 10 Tahun 2015 berikut ini:

(1) Formulir yang digunakan dalam pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan

Suara di TPS, terdiri dari formulir:

a. Model C-KWK sebagai Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara di

TPS;

b. Model C1-KWK berhologram sebagai Sertifikat Hasil dan Rincian Penghitungan

Perolehan Suara di TPS;

c. lampiran Model C1-KWK berhologram merupakan Catatan Hasil Penghitungan

Perolehan Suara Sah;

d. Model C1-KWK Plano berhologram merupakan Catatan Hasil Penghitungan

Perolehan Suara di TPS;

Page 33: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

33

e. Model C2-KWK merupakan Catatan Kejadian Khusus dan/atau Keberatan Saksi

dalam Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS;

f. Model C3-KWK merupakan Surat Pernyataan Pendamping Pemilih;

g. Model C4-KWK merupakan surat Pengantar Penyampaian Berita Acara

Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara di TPS dari KPPS kepada PPS;

h. Model C5-KWK merupakan Tanda Terima Penyampaian Berita Acara

Pemungutan dan Sertifikat Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara di

TPS kepada Saksi dan PPL;

i. Model C6-KWK merupakan Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara kepada

Pemilih;

j. Model C7-KWK merupakan Daftar Hadir Pemilih di TPS;

k. Model A.3-KWK merupakan Daftar Pemilih Tetap;

l. Model A.4-KWK merupakan Daftar Pemilih Pindahan;

m. Model A.5-KWK merupakan Surat Keterangan Pindah Memilih di TPS lain;

n. Model A.Tb1-KWK untuk mencatat nama-nama Pemilih yang terdaftar dalam

Daftar Pemilih Tetap Tambahan;

o. Model A.Tb2-KWK untuk mencatat nama-nama pemilih yang menggunakan hak

pilihnya dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Paspor,

dan/atau Identitas Lain.

Selanjutnya ada perlengkapan dalam proses sosialisasi dan kampanye. Pada Pasal 6 PKPU No. 6

Tahun 2015 dinyatakan bahwa:

(1) Bahan sosialisasi dan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

huruf c, terdiri atas:

a. selebaran (flyer);

b. brosur (leaflet);

c. pamflet;

d. poster;

e. baliho;

f. spanduk;

g. umbul-umbul; dan/atau

h. bahan lainnya.

(2) Ketentuan mengenai bahan sosialisasi dan kampanye sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum yang mengatur

tentang sosialisasi dan kampanye Pemilihan.

1.2.5. Pungut-Hitung Suara

Pemungutan suara dilaksanakan pada waktu yang telah ditetapkan oleh KPU sesuai dengan jadwal

tahapan Pilkada serentak Tahun 2015 yang telah disampaikan sebelumnya. Proses pemungutan suara

dilakukan secara tertutup melalui pencoblosan pada surat suara oleh para pemilih yang dilakukan pada

bilik-bilik suara yang telah disediakan oleh KPPS. Setelah proses pemungutan suara selesai, proses

penting yang harus diperhatikan, khususnya oleh para saksi di tiap-tiap TPS adalah proses penghitungan

Page 34: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

34

suara. Ketentuan tentang pemungutan suara tersebut diatur dalam Pasal 55 ayat (4), (5), (6), dan (7)

PKPU No. 10 Tahun 2015, yang menyatakan:

(4) KPPS menyampaikan 1 (satu) rangkap salinan formulir Model C-KWK, Model C1-

KWK dan lampirannya kepada Saksi, dan PPL/Pengawas TPS pada hari

Pemungutan Suara.

(5) Dalam hal Saksi tidak hadir dalam Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS,

salinan formulir Model CKWK, Model C1-KWK dan lampirannya diserahkan kepada

PPS untuk disampaikan kepada Saksi paling lambat 1 (satu) hari sebelum

rekapitulasi Penghitungan Suara di PPK untuk desa atau sebutan lain/kelurahan

dari yang bersangkutan.

(6) Saksi dan PPL/Pengawas TPS wajib memeriksa kebenaran angka yang tertera pada

formulir Model C1- KWK dan lampirannya dengan mencocokkan pada formulir

Model C1-KWK Plano berhologram.

(7) Dalam hal KPPS tidak menyampaikan 1 (satu) rangkap salinan formulir Model C-

KWK, Model C1-KWK dan lampirannya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

sampai batas waktu yang ditetapkan, akan dikenakan sanksi sebagaimana diatur

dalam peraturan perundangundangan.

Suara yang berada pada kotak suara setelah proses pemungutan suara selesai diserahkan kepada

PP“. Dala hal i i pada Pasal ayat PKPU No. Tahu di yataka : Penyerahan kotak suara

kepada PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diawasi oleh Saksi, dan PPL/Pengawas TPS.

Dalam hal terjadi gangguan atau tidak dapat dilaksanakannya penghitungan suara atau tidak dapat

digunakannya hasil pemungutan suara, maka dapat dilakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU). Terkait

dengan hal ini, dalam Pasal 115 UU No. 1 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Pemungutan suara di TPS dapat diulang jika terjadi gangguan keamanan yang

mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan atau penghitungan

suara tidak dapat dilakukan.

(2) Pemungutan suara di TPS dapat diulang jika dari hasil penelitian dan pemeriksaan

Panwas Kecamatan terbukti terdapat 1 (satu) atau lebih keadaan sebagai berikut:

a. pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan suara

tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam peraturan

perundangundangan;

b. petugas KPPS meminta Pemilih memberi tanda khusus, menandatangani, atau

menulis nama atau alamatnya pada surat suara yang sudah digunakan;

c. petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh

Pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah;

d. lebih dari seorang Pemilih menggunakan hak pilih lebih dari satu kali, pada TPS

yang sama atau TPS yang berbeda; dan/atau

e. lebih dari seorang Pemilih yang tidak terdaftar sebagai Pemilih, mendapat

kesempatan memberikan suara pada TPS.

Page 35: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

35

Setelah dilakukan pemungutan suara ulang, maka selanjutnya dilakukan proses penghitungan

suara ulang. Hal tersebut diatur dalam Pasal 113 UU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Penghitungan suara ulang meliputi:

a. penghitungan ulang surat suara di TPS; atau

b. penghitungan ulang surat suara di PPS.

(2) Penghitungan ulang suara di TPS dilakukan seketika itu juga jika:

a. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;

b. penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau yang kurang

mendapat penerangan cahaya;

c. penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;

d. penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;

e. Saksi calon, PPL, dan masyarakat tidak dapat menyaksikan proses

penghitungan suara secara jelas;

f. penghitungan suara dilakukan di tempat lain atau waktu lain dari yang telah

ditentukan; dan/atau

g. terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan surat suara yang sah dan surat

suara yang tidak sah.

(3) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), saksi calon atau

PPL dapat mengusulkan penghitungan ulang surat suara di TPS yang

bersangkutan.

(4) Dalam hal TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat melakukan

penghitungan suara ulang, saksi calon atau PPL dapat mengusulkan penghitungan

ulang surat suara di PPS.

(5) Penghitungan ulang surat suara di TPS atau PPS harus dilaksanakan dan selesai

pada hari yang sama dengan hari pemungutan suara.

Selain penghitungan dan pemungutan suara, terdapat proses lain dalam tahapan pungut-hitung

suara yang dapat dilaksanakan ulang jika terjadi keadaan-keadaan tertentu. Dalam hal ini, proses

rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di tingkat PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU

Provinsi dapat diulang jika terjadi keadaan-keadaan tertentu. Dalam Pasal 115 UU No. 8 Tahun 2015

yang dimaksud dengan keadaan-keadaan tertentu itu adalah sebagai berikut:

a. kerusuhan yang mengakibatkan rekapitulasi hasil penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan;

b. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan secara tertutup;

c. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau kurang

mendapatkan penerangan cahaya;

d. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;

e. rekapitulasi hasil penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;

f. saksi pasangan calon, pengawas penyelenggara Pemilihan, pemantau, dan masyarakat tidak

dapat menyaksikan proses rekapitulasi hasil penghitungan suara secara jelas; dan/ata

Page 36: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

36

g. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan waktu yang

telah ditentukan.

Terkait dengan pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara, dalam Pasal 2 PKPU No. 11

Tahun 2015 menyatakan:

(1) Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau

Walikota dan Wakil Walikota dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:

a. kecamatan; dan

b. kabupaten/kota.

(3) Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dilakukan sebagai berikut:

a. PPK melakukan rekapitulasi pada tingkat kecamatan;

b. KPU/KIP Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi pada tingkat kabupaten/kota;

dan

c. KPU Provinsi/KIP Aceh melakukan rekapitulasi pada tingkat provinsi.

Sedangkan jenis formulir yang digunakan dalam proses rekapitulasi hasil penghitungan suara,

dalam Pasal 2 ayat (4) PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

1) Formulir yang digunakan dalam pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dalam

Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), terdiri atas formulir:

2) Model D-KWK merupakan Surat Pengantar Salinan Berita Acara dan Kotak Suara hasil

Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS kepada PPK;

3) Model DAA-KWK merupakan Sertifikat Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara di

setiap TPS dalam satu wilayah desa atau sebutan lain/kelurahan;

4) Model DAA-KWK Plano/DA1-KWK Plano merupakan Catatan Hasil Penghitungan Perolehan

Suara di setiap tingkatan yang berukuran plano;

5) Model DA/DB/DC-KWK merupakan Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan

Suara di setiap tingkatan;

6) Model DA1/DB1/DC1-KWK merupakan Sertifikat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan

Suara di setiap tingkatan;

7) Model DA2/DB2/DC2-KWK merupakan Catatan Kejadian Khusus dan/atau Keberatan Saksi

dalam pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di setiap tingkatan;

8) Model DA3/DB3/DC3-KWK merupakan Berita Acara Penerimaan Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Perolehan Suara dari tingkat di bawahnya;

9) Model DA4/DB4-KWK merupakan Surat Pengantar Penyampaian Berita Acara Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Perolehan Suara kepada tingkat di atasnya;

Page 37: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

37

10) Model DA5/DB5/DC5-KWK merupakan Tanda Terima Penyampaian Berita Acara Rekapitulasi

Hasil Penghitungan Perolehan Suara kepada Saksi dan Pengawas Pemilihan di setiap tingkatan;

11) Model DA6/DB6/DC6-KWK merupakan Undangan Rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan

Perolehan Suara di setiap tingkatan; dan

12) Model DA7/DB7/DC4-KWK merupakan Daftar Hadir Peserta Rapat Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Perolehan Suara di setiap tingkatan.

Hasil penghitungan suara yang ada di KPPS selanjutnya disampaikan kepada PPK melalui PPS.

Terkait de ga hal i i, pada Pasal PKPU No. Tahu di yataka : KPPS menyampaikan kotak

suara yang disegel dan salinan formulir Model C-KWK, Model C1-KWK dan lampirannya kepada PPK

melalui PPS pada hari yang sama dengan pelaksanaan Penghitungan Suara di TPS.

Proses selanjutnya dari penyampaian hasil penghitungan suara dinyatakan pada Pasal 4 PKPU No.

11 Tahun 2015 yaitu:

(1) Setelah menerima kotak suara yang tersegel dan salinan formulir Model C-KWK,

Model C1-KWK dan lampirannya dari KPPS di wilayah kerjanya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, PPS:

a. mengumumkan hasil Penghitungan Suara dari seluruh TPS di wilayah kerjanya

menggunakan lampiran Model C1-KWK, dengan cara menempelkannya pada

sarana pengumuman di desa atau sebutan lain/kelurahan;

b. menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara dan tidak membuka, tidak

mengubah, tidak mengganti, tidak merusak, tidak menghitung Surat Suara,

atau tidak menghilangkan kotak suara; dan

c. meneruskan kotak suara yang masih tersegel dari seluruh TPS di wilayah

kerjanya kepada PPK pada hari yang sama dengan hari Pemungutan Suara

dengan pengawalan dari kepolisian setempat.

(2) Dalam meneruskan kotak suara dari seluruh TPS kepada PPK sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c, PPS membuat surat pengantar penyampaian

kotak suara tersegel yang berisi berita acara Pemungutan Suara dan Penghitungan

Suara di TPS, dengan menggunakan formulir Model D-KWK.

(3) Dalam hal keadaan geografis, jarak tempuh, cuaca, atau ketersediaan transportasi

pada wilayah kerja PPS kurang memadai sehingga tidak dapat memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, PPS menyampaikan kotak

suara kepada PPK paling lama 3 (tiga) hari setelah Pemungutan Suara.

Pada tingkat PPK untuk menetapkan hasil penghitungan suara tingkat kecamatan maka diadakan

rapat rekapitulasi hasil penghitungan suara oleh PPK. Terkait dengan hal tersebut, pada Pasal 8 PKPU

No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Ketua PPK wajib menyampaikan surat undangan kepada peserta rapat

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(1) paling lambat 1 (satu) hari sebelumnya.

Page 38: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

38

(2) Peserta rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. Saksi;

b. Panwas Kecamatan; dan

c. PPS dan Sekretariat PPS.

(3) Dalam surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dicantumkan

ketentuan mengenai:

d. masing-masing Pasangan Calon dapat mengajukan Saksi paling banyak 4

(empat) orang;

e. setiap Saksi hanya dapat menjadi Saksi untuk 1 (satu) Pasangan Calon;

f. Saksi wajib membawa dan menyerahkan surat mandat yang ditandatangani

oleh Pasangan Calon atau tim kampanye Pasangan Calon tingkat

kabupaten/kota; dan

g. peserta rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara harus hadir tepat waktu

dan menyerahkan surat undangan rapat.

Terkait dengan rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dilaksanakan oleh PPK tersebut, dalam

Pasal 15 PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) PPK melaksanakan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dalam:

a. 1 (satu) wilayah desa atau sebutan lain/kelurahan;

b. 1 (satu) wilayah kecamatan.

(2) Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilaksanakan secara bersamaan, paling banyak 4 (empat) kelompok

dengan mempertimbangkan jumlah TPS dan waktu yang tersedia.

Formulir rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat PPK harus ditandatangani oleh Ketua,

Anggota PPK, dan para saksi yang hadir. Hal tersebut seperti yang diatur dalam Pasal 16 PKPU No. 11

Tahun 2015 yaitu:

(1) Formulir Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (5) dan ayat (6) ditandatangani oleh Ketua, Anggota PPK, dan Saksi

yang hadir.

(3) PPK menyerahkan salinan formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

menggunakan tanda terima formulir Model DA5-KWK kepada:

a. Saksi; dan

b. Panwas Kecamatan.

Page 39: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

39

Dalam proses rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dilaksanakan oleh PPK tersebut, para saksi

dan/atau Panwas Kecamatan dapat mengajukan keberatan terhadap prosedur dan/atau selisih

rekapitulasi hasil penghitungan suara kepada PPK. Prosedur pengajuan keberatan dalam proses

rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat kecamatan diatur dalam Pasal 20 PKPU No. 11 Tahun

2015 yaitu:

(1) Saksi atau Panwas Kecamatan dapat mengajukan keberatan terhadap prosedur

dan/atau selisih Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara kepada PPK, apabila

terdapat hal yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal terdapat keberatan Saksi atau Panwas Kecamatan, PPK wajib

menjelaskan prosedur dan/atau mencocokkan selisih Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Suara dengan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dalam formulir

Model DAA-KWK Plano dan/atau Model DA1-KWK Plano.

(3) Dalam hal keberatan yang diajukan Saksi atau Panwas Kecamatan sebagaimana

pada ayat (1) dapat diterima, PPK seketika melakukan pembetulan.

(4) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan koreksi dengan cara

mencoret angka yang salah dan menuliskan angka yang benar.

(5) Ketua PPK dan Saksi yang hadir membubuhkan paraf pada angka hasil pembetulan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Dalam hal Saksi masih keberatan terhadap hasil pembetulan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) PPK meminta pendapat dan rekomendasi Panwas

Kecamatan yang hadir.

(7) PPK wajib menindaklanjuti rekomendasi Panwas Kecamatan di wilayah kerjanya

sebagaimana dimaksudpada ayat (6) sesuai jadwal rekapitulasi yang telah

ditetapkan.

(8) Dalam hal rekomendasi Panwas Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

disampaikan pada akhir jadwal rekapitulasi, PPK mencatat sebagai kejadian

khusus pada formulir Model DC2-KWK untuk ditindaklanjuti dalam Rekapitulasi

Hasil Penghitungan Suara di kabupaten/kota.

(9) PPK wajib mencatat seluruh kejadian dalam rapat rekapitulasi pada formulir

Model DA2-KWK.

(10) PPK memberi kesempatan kepada Saksi, Panwas Kecamatan, dan Pemantau

Pemilihan Dalam Negeri dan Pemantau Pemilihan Asing untuk

mendokumentasikan hasil rekapitulasi.

(11) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dapat berupa foto atau video.

Setelah proses rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat kecamatan selesai dilaksanakan,

proses selanjutnya adalah pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat Kabupaten/Kota.

Terkait dengan hal tersebut, pada Pasal 22 PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Ketua KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib menyampaikan surat undangan kepada

peserta rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) paling lambat 1 (satu) hari sebelumnya.

(2) Peserta rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

Page 40: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

40

a. Saksi;

b. Panwas Kabupaten/Kota; dan

c. PPK.

(3) Dalam surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dicantumkan

ketentuan mengenai:

a. hari, tanggal, dan waktu rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara;

b. tempat rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara;

c. jadwal acara rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di KPU/KIP

Kabupaten/Kota;

d. masing-masing Pasangan Calon dapat mengajukan Saksi paling banyak 2 (dua)

orang;

e. setiap Saksi hanya dapat menjadi Saksi untuk 1 (satu) Pasangan Calon;

f. Saksi wajib membawa dan menyerahkan surat mandat yang ditandatangani

oleh Pasangan Calon atau tim kampanye Pasangan Calon tingkat

kabupaten/kota; dan

g. peserta rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara harus hadir tepat waktu

dan menyerahkan surat undangan rapat.

(4) Rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dapat dihadiri oleh Pemantau

Pemilihan Dalam Negeri, Pemantau Pemilihan Asing, masyarakat dan instansi

terkait.

Dalam Rapat Rekapitulasi Penghitungan Suara, sesuai dengan ketentuan Pasal 26 PKPU No. 11

Tahun 2015, dinyatakan bahwa formulir berita acara sebagai bagian perlengkapan Rekapitulasi

Penghitungan Suara tingkat Kabupaten/Kota, terdiri dari:

1) Model DB-KWK;

2) Model DB1-KWK;

3) Model DB2-KWK;

4) Model DB3-KWK;

5) Model DB4-KWK;

6) Model DB5-KWK;

7) Model DB6-KWK; dan

8) Model DB7-KWK.

Dalam Pasal 30 ayat (3) PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan bahwa KPU/KIP Kabupaten/Kota

menyerahkan formulir-formulir berita acara rekapitulasi penghitungan suara dengan menggunakan

tanda terima formulir Model DB5-KWK kepada:

1) Saksi; dan

2) Panwas Kabupaten/Kota.

Dalam proses rekapitulasi penghitungan suara tingkat Kabupaten/Kota, jika para saksi dan/atau

Panwas Kabupaten/Kota merasa keberatan terhadap prosedur dan/atau selisih rekapitulasi hasil

Page 41: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

41

penghitungan suara, maka dapat mengajukan keberatan kepada KPU Kabupaten/Kota. Prosedur

pengajuan keberatan rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat Kabupaten/Kota tersebut diatur

pada Pasal 35 PKPU No. 11 Tahun 2015, yaitu:

(1) Saksi atau Panwas Kabupaten/Kota dapat mengajukan keberatan terhadap

prosedur dan/atau selisih Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara kepada KPU/KIP

Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang tidak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal terdapat keberatan Saksi atau Panwas Kabupaten/Kota, KPU/KIP

Kabupaten/Kota wajib menjelaskan prosedur dan/atau mencocokkan selisih

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dengan formulir Model DAA-KWK Plano

dan/atau Model DA1-KWK Plano.

(3) Dalam hal keberatan yang diajukan Saksi atau Panwas Kabupaten/Kota

sebagaimana pada ayat (1) dapat diterima, KPU/KIP Kabupaten/Kota seketika

melakukan pembetulan.

(4) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara

mencoret angka yang salah dan menuliskan angka yang benar.

(5) Ketua KPU/KIP Kabupaten/Kota dan Saksi yang hadir membubuhkan paraf pada

angka hasil pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Dalam hal Saksi masih keberatan terhadap pembetulan sebagaimana dimaksud

pada ayat (5), KPU/KIP Kabupaten/Kota meminta pendapat dan rekomendasi

Panwas Kabupaten/Kota yang hadir.

(7) KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti rekomendasi Panwas

Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai

jadwal rekapitulasi yang telah ditetapkan.

(8) Dalam hal rekomendasi Panwas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) disampaikan pada akhir jadwal rekapitulasi, KPU/KIP Kabupaten/Kota

mencatat sebagai kejadian khusus pada formulir Model DB2-KWK untuk

ditindaklanjuti dalam Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di tingkat provinsi.

(9) KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib mencatat seluruh kejadian dalam rapat

rekapitulasi pada formulir Model DB2-KWK.

(10) KPU/KIP Kabupaten/Kota memberi kesempatan kepada Saksi, Panwas

Kabupaten/Kota, Pemantau Pemilihan Dalam Negeri dan Pemantau Pemilihan

Asing untuk mendokumentasikan hasil rekapitulasi.

(11) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dapat berupa foto atau

video.

Page 42: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

42

Dalam Rapat Rekapitulasi Penghitungan Suara, sesuai dengan ketentuan Pasal 41 PKPU No. 11

Tahun 2015, dinyatakan bahwa formulir berita acara sebagai bagian perlengkapan Rekapitulasi

Penghitungan Suara yang dipersiapkan oleh KIP Provinsi Aceh, terdiri dari:

1) Model DC-KWK;

2) Model DC1-KWK;

3) Model DC2-KWK;

4) Model DC3-KWK;

5) Model DC4-KWK;

6) Model DC5-KWK; dan

7) Model DC6-KWK.

Terkait dengan penyelesaian keberatan dalam wilayah kerja KIP Provinsi Aceh, pada Pasal 48

PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Saksi atau Bawaslu Provinsi dapat mengajukan keberatan terhadap prosedur

dan/atau selisih Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara kepada KPU Provinsi/KIP

Aceh apabila terdapat hal yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Dalam hal terdapat keberatan Saksi atau Bawaslu Provinsi, KPU Provinsi/KIP Aceh

wajib menjelaskan prosedur dan/atau mencocokkan selisih Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Suara dengan formulir Model DB1- KWK dan lampirannya.

(3) Dalam hal keberatan yang diajukan Saksi atau Bawaslu Provinsi sebagaimana

pada ayat (1) dapat diterima, KPU Provinsi/KIP Aceh seketika melakukan

pembetulan.

(4) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara

mencoret angka yang salah dan menuliskan angka yang benar.

(5) Ketua KPU Provinsi/KIP Aceh dan Saksi yang hadir membubuhkan paraf pada

angka hasil pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Dalam hal Saksi masih keberatan terhadap pembetulan sebagaimana dimaksud

pada ayat (5), KPU Provinsi/KIP Aceh meminta pendapat dan rekomendasi

Bawaslu Provinsi yang hadir.

(7) KPU Provinsi/KIP Aceh wajib menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi di

wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai jadwal rekapitulasi

yang telah ditetapkan.

(8) Dalam hal rekomendasi Bawaslu Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

disampaikan pada akhir jadwal rekapitulasi, KPU Provinsi/KIP Aceh mencatat

sebagai kejadian khusus pada formulir model DC2-KWK.

(9) KPU Provinsi/KIP Aceh wajib mencatat seluruh kejadian dalam rapat rekapitulasi

pada formulir Model DC2-KWK.

(10) KPU Provinsi/KIP Aceh memberi kesempatan kepada Saksi, Bawaslu Provinsi dan

Pemantau Pemilihan Dalam Negeri dan Pemantau Pemilihan Asing untuk

mendokumentasikan hasil rekapitulasi.

(11) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dapat berupa foto atau

video.

Page 43: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

43

1.2.6. Penetapan Pasangan Calon Terpilih dan Mekanisme Pembatalan Keputusan Penetapan

Tahapan selanjutnya setelah tahapan pungut-hitung suara adalah menetapkan Pasangan Calon

terpilih. Tentang Pasangan Calon terpilih tersebut, dalam Pasal 49 PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Pasangan Calon terpilih adalah Pasangan Calon yang memperoleh suara

terbanyak.

(2) Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh

lebih dari 1 (satu) Pasangan Calon, Pasangan Calon terpilih dilakukan berdasarkan

persebaran wilayah perolehan suara yang lebih luas secara berjenjang.

Selanjutnya, terkait dengan penentuan Pasangan Calon terpilih, pada Pasal 51 PKPU No. 11 Tahun

2015 dinyatakan:

(1) Dalam hal lebih dari 1 (satu) Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atau

Walikota dan Wakil Walikota memperoleh suara terbanyak dengan jumlah yang

sama, Pasangan Calon terpilih ditentukan berdasarkan persebaran perolehan

suara yang lebih luas di tingkat kecamatan.

(2) Dalam hal persebaran perolehan suara di tingkat kecamatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) masih sama, Pasangan Calon terpilih ditentukan

berdasarkan persebaran perolehan suara yang lebih luas di tingkat desa atau

sebutan lain/kelurahan.

(3) Dalam hal persebaran perolehan suara di tingkat desa atau sebutan

lain/kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih sama, Pasangan Calon

terpilih ditentukan berdasarkan persebaran perolehan suara yang lebih luas di

tingkat TPS.

Setelah diketahui dan ditentukan Pasangan Calon terpilih, maka KPU Kabupaten/Kota melakukan

penetapan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota terpilih. Terkait dengan hal

tersebut, pada Pasal 54 ayat (1) dinyatakan:

KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atau

Walikota dan Wakil Walikota terpilih dalam rapat pleno terbuka yang dihadiri oleh:

a. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota;

b. Partai Politik atau Gabungan Partai Politik;

c. Panwas Kabupaten/Kota.

Selanjutnya, dalam Pasal 54 ayat (2), (3), (4), dan (5) PKPU No. 11 Tahun 2015, terkait dengan rapat

pleno KPU/KIP Kabupaten/Kota penetapan pasangan calon terpilih, dinyatakan bahwa:

(2) Hasil rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita

Acara Penetapan Pasangan Calon terpilih.

(3) KPU/KIP Kabupaten/Kota menyampaikan Berita Acara sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) pada hari yang sama kepada:

Page 44: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

44

a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota atau Dewan Perwakilan

Rakyat Kabupaten/Kota;

b. Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon;

c. Pasangan Calon terpilih;

d. KPU; dan

e. Panwas Kabupaten/Kota.

(4) Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil

Walikota terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam

Keputusan KPU/KIP Kabupaten/Kota.

(5) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan paling lama 3 (tiga)

hari setelah batas waktu pengajuan permohonan perselisihan hasil Pemilihan

kepada Mahkamah Konstitusi berakhir.

Jika dalam penentuan dan penetapan Pasangan Calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil

penghitungan suara akhir masih menyisakan keberatan dari pihak lain (Pasangan Calon lain), maka

dibuka ruang untuk menyelesaikan perselisihan hasil pemilihan dan dimungkinkan untuk dilakukan

pemungutan suara ulang. Tentang perselisihan hasil pemilihan dan pemungutan suara ulang tersebut,

dalam Pasal 54 ayat (6) dan (7) PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

(6) Dalam hal terdapat pengajuan permohonan perselisihan hasil Pemilihan kepada

Mahkamah Konstitusi, penetapan Pasangan Calon terpilih sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) dilakukan paling lama 1 (satu) hari setelah ditetapkannya putusan

Mahkamah Konstitusi.

(7) Dalam hal dilakukan Pemungutan atau Penghitungan Suara ulang berdasarkan

putusan Mahkamah Konstitusi, penetapan Pasangan Calon terpilih sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilakukan setelah hasil Pemungutan atau Penghitungan

Suara ulang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi.

Selanjutnya, jika dilakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang, maka dalam Pasal 56 ayat

(1) PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan:

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di tingkat PPK, KPU/KIP

Kabupaten/Kota, KPU Provinsi/KIP Aceh dapat diulang, dalam hal terjadi keadaan

tertentu sebagai berikut:

a. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dilakukan secara tertutup;

b. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dilakukan di tempat yang kurang terang

atau yang kurang mendapat penerangan cahaya;

c. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;

d. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;

e. Saksi, Pengawas Pemilihan dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan proses

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara secara jelas;

f. kerusuhan yang mengakibatkan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara tidak dapat

dilanjutkan;

g. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dilakukan di luar tempat atau waktu yang

telah ditentukan.

Page 45: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

45

Selain keadaan-keadaan tersebut di atas, rekapitulasi penghitungan suara ulang juga dapat terjadi

karena kondisi-kondisi lainnya. Terkait dengan hal tersebut, pada Pasal 56 ayat (2) dan (3) PKPU No. 11

Tahun 2015 dinyatakan:

(2) Selain keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Suara diulang berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi.

(3) Ketentuan mengenai Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara berlaku mutatis

mutandis untuk Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara ulang pasca putusan

Mahkamah Konstitusi.

Terkait dengan keadaan tertentu yang menyebabkan dilaksanakannya penghitungan suara ulang,

maka pada Pasal 57 ayat (1) dan (2) PKPU Nomor 11 Tahun 2015 dinyatakan:

(1) Dalam hal terjadi keadaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat

(1), Saksi atau Panwas Kecamatan, Panwas Kabupaten/Kota, atau Bawaslu

Provinsi dapat mengusulkan untuk dilaksanakan Rekapitulasi Hasil Penghitungan

Suara ulang di PPK, KPU/KIP Kabupaten/Kota, atau KPU Provinsi/KIP Aceh yang

bersangkutan.

(2) Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus dilaksanakan dan selesai pada tanggal pelaksanaan rekapitulasi.

Terkait dengan kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya penghitungan suara ulang, dalam

Pasal 58 PKPU No. 11 Tahun 2015 dinyatakan: Dalam hal terjadi Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara

ulang yang disebabkan oleh kerusuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) huruf f,

rekapitulasi dilaksanakan paling lama 5 (lima) hari setelah hari Pemungutan Suara berdasarkan

Keputusan PPK atau KPU/KIP Kabupaten/Kota atau KPU Provinsi/KIP Aceh.

Jika dalam proses rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang masih muncul keberatan dari salah

satu atau beberapa saksi Pasangan Calon serta dari pihak Panwas Kecamatan, maka masih

dimungkinkan untuk disampaikan kepada PPK. Keberatan terhadap rekapitulasi penghitungan suara

ulang tingkat kecamatan tersebut diatur dalam Pasal 59 PKPU No. 11 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Apabila dalam pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara ulang

tingkat kecamatan, Saksi dan/atau Panwas Kecamatan menyampaikan

keberatan atas perbedaan jumlah suara pada formulir Model C1- KWK

dan lampirannya dengan formulir Model C1-KWK dan lampirannya yang

diterima PPK, PPK melakukan pengecekan formulir Model C1-KWK Plano

dan/atau Model C1-KWK dan lampirannya.

(2) Apabila berdasarkan hasil pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terbukti terdapat kekeliruan, PPK melakukan pembetulan data pada

dokumen rekapitulasi tingkat kecamatan dan mencatat pada formulir

Model DA2-KWK.

Page 46: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

46

Sedangkan untuk keberatan terhadap rekapitulasi penghitungan suara ulang tingkat

Kabupaten/Kota diatur dalam Pasal 60 ayat (1) dan (2) PKPU No. 11 Tahun 2015 yang menyatakan:

(1) Apabila dalam pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara ulang

tingkat kabupaten/kota, Saksi dan/atau Panwas

Kabupaten/Kota menyampaikan keberatan atas perbedaan jumlah suara

pada formulir Model DA1-KWK yang diterima KPU/KIP Kabupaten/Kota,

KPU/KIP Kabupaten/Kota melakukan pengecekan formulir Model DA1-

KWK Plano dan/atau Model DA1-KWK.

(2) Apabila berdasarkan hasil pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terbukti terdapat kekeliruan, KPU/KIP Kabupaten/Kota melakukan

pembetulan data pada dokumen rekapitulasi tingkat kecamatan dan

mencatat pada formulir Model DB2-KWK.

Pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara ulang baik di tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota,

dan/atau Provinsi, memiliki batas waktu tertentu. Hal tersebut seperti yang dinyatakan dalam Pasal 116

ayat UU No. Tahu , yaitu: Rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang di PPK, KPU

Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi harus dilaksanakan dan selesai pada hari yang sama dengan

pelaksanaan rekapitulasi.

Penghitungan suara ulang juga bisa dilaksanakan jika ternyata ditemukan perbedaan jumlah suara

dari TPS dengan sertifikat hasil penghitungan suara yang diterima PPK dari TPS. Hal tersebut seperti yang

diatur dalam Pasal 117 UU No. 8 Tahun 2015 yang menyatakan:

1) Dalam hal terdapat perbedaan jumlah suara pada sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS

dengan sertifikat hasil penghitungan suara yang diterima PPK dari TPS, saksi pasangan calon

tingkat Kecamatan dan saksi calon di TPS, Panwas Kecamatan, atau PPL maka PPK melakukan

penghitungan suara ulang untuk TPS yang bersangkutan.

2) Penghitungan dan rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang di PPK dilaksanakan paling lama 5

(lima) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara.

Selanjutnya, pada Pasal 118 UU No. 8 Tahun 2015 dinyatakan: Penghitungan suara ulang untuk

TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (1) dilakukan dengan cara membuka kotak suara yang

ha ya dilakuka di PPK.

Jika sudah tidak ada masalah maupun keberatan terhadap rekapitulasi hasil penghitungan suara

dan/atau rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang, maka KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU

Kabupaten/Kota melakukan pengesahan pengangkatan Pasangan Calon terpilih. Pengusulan

Page 47: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

47

pengesahan pengangkatan Pasangan Calon terpilih tersebut diatur dalam Pasal 62 ayat (3) dan (4)

PKPU No. 11 Tahun 2015 yang menyatakan:

(3) KPU/KIP Kabupaten/Kota menyampaikan berita acara dan Keputusan

tentang penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atau

Walikota dan Wakil Walikota terpilih kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota atau Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota.

(4) Penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 1 (satu) hari

setelah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil

Walikota terpilih ditetapkan.

Pengesahan pengangkatan Pasangan Calon terpilih dapat dibatalkan jika terdapat kondisi-kondisi

tertentu. Hal i i seperti ya g di yataka pada Pasal PKPU No. Tahu yaitu: Dalam hal

terdapat Calon Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota atau Wakil Walikota terpilih

yang ditetapkan sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi, dalam pengusulan pengesahan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota

menyampaikan pemberitahuan kepada Menteri atau Gubernur.

Jika ternyata masih terdapat keberatan terhadap hasil pemilihan, maka pihak-pihak yang keberatan

dapat melakukan upaya akhir dengan mengajukan perselisihan hasil pemilihan ke Mahkamah Konstitusi

(MK). Mengenai hal tersebut, pada Pasal 157 UU No. 8 Tahun 2015 menyatakan:

1) Peserta Pemilihan mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak diumumkan

penetapan perolehan suara hasil Pemilihan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.

2) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilengkapi alat bukti dan

Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tentang hasil rekapitulasi penghitungan

suara.

3) Dalam hal pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kurang lengkap,

pemohon dapat memperbaiki dan melengkapi permohonan paling lama 3 x 24 (tiga kali dua

puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh Mahkamah Konstitusi.

4) Mahkamah Konstitusi memutuskan perkara perselisihan sengketa hasil Pemilihan paling lama

45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya permohonan.

5) Putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) bersifat final dan

mengikat.

Selain itu, pihak-pihak yang keberatan terhadap rekapitulasi hasil penghitungan suara dan/atau

rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang, dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan

Page 48: Tahapan pilkada serentak tahun 2015

48

hasil penghitungan suara. Ketentuan terkait dengan hal tersebut diatur dalam Pasal 158 ayat (2) UU No.

8 Tahun 2015 yaitu:

1) Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu)

jiwa, pengajuan perselisihan perolehan suara dilakukan jika terdapat perbedaan paling banyak

sebesar 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU

Kabupaten/Kota;

2) Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu)

jiwa sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa, pengajuan perselisihan perolehan suara

dilakukan apabila terdapat perbedaan paling banyak sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari

penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU Kabupaten/Kota;

3) Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa

sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa, pengajuan perselisihan perolehan suara dilakukan

jika terdapat perbedaan paling banyak sebesar 1% (satu persen) dari penetapan hasil

penghitungan perolehan suara oleh KPU Kabupaten/Kota; dan

4) Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa, pengajuan

perselisihan perolehan suara dilakukan jika terdapat perbedaan paling banyak sebesar 0,5%

(nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU

Kabupaten/Kota.