Tahapan Perencanaan Pajak
-
Upload
muhammad-syahril -
Category
Documents
-
view
276 -
download
1
Transcript of Tahapan Perencanaan Pajak
Tahapan Perencanaan Pajak
a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one
or more possible tax plans)c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging
the tax plans)e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)
Strategi Umum Perencanaan Pajak
a. Tax Saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.
b. Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.
c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa:
- Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan; - Sanksi pidana: pidana atau kurungan.
d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.
e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas impor, PPh Pasal 23 atas penghasilan jasa atau sewa dll
Strategi dalam Perencanaan Pajak
Ada beberapa cara yang biasanya
dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak
untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar (Sophar Lumbantoruan, 1996),
yaitu:
a. Pergeseran pajak, merupakan
pemindahan atau mentransfer beban
pajak dari subjek pajak kepada pihak
lain, dengan demikian orang atau
badan yang dikenakan pajak
mungkin sekali tidak
menanggungnya.
b. Kapitalisasi, merupakan
pengurangan harga objek pajak sama
dengan jumlah pajak yang akan
dibayarkan kemudian oleh pembeli.
c. Transformasi, merupakan cara
pengelakan pajak yang dilakukan
oleh pabrikan dengan cara
menanggung beban pajak yang
dikenakan terhadapnya.
d. Tax Evasion, merupakan
penghindaran pajak dengan
melanggar ketentuan peraturan
perpajakan.
e. Tax Avoidance, merupakan
penghindaran pajak dengan
mematuhi peraturan yang ada.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa ada
strategi-strategi yang bisa diambil oleh
wajib pajak terutama badan, dalam
usahanya melaksanakan tax planning
dengan tujuan mengatur atau dengan
kata lain meminimalkan jumlah pajak
yang harus dibayar. Diantara strategistrategi tersebut ada yang legal maupun
ilegal. Untuk strategi-strategi atau caracara yang lagal sesuai dengan aturan
undang-undang yang berlaku, biasanya
dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal
yang tidak diatur dalam undang-undang
atau dalam hal ini memanfaatkan celahcelah yang ada dalam undang-undang
peepajakan (loopholes).
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Atas himbauan dan permintaan dari
pihak perusahaan untuk tidak
menggunakan atau mempublikasikan
nama perusahaan yang bersangkutan,
maka objek yang di analisis dalam
penelitian ini adalah PT XYZ. Penulis
memilih perencanaan pajak terhadap
pendapatan dan biaya-biaya pegawai
serta biaya lainnya mengingat
pentingnya tax planning dalam
perencanaan peminimalan pembayaran
pajak badan. Dengan kata lain bahwa
penerapan perencanaan pajak
mempengaruhi beban pajak penghasilan
badan
PERENCANAAN PERPAJAKAN
2012
04.03
Perencanaan Pajak dalam mematuhi peraturan perpajakan untuk menghindari
pemborosan dengan timbulnya kurang bayar pajak dari pemeriksaan pajak.
Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan
melaluiManajemen Pajak. Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen
pajak. Dimulai dengan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan,
dengan maksud dapat diseleksi tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban
pajak.
Fungsi Manajemen Pajak dalam Perencanaan Pajak diantaranya :
1). Perencanaan pajak (tax planning).
2). Pelaksanaan kewajiban pajak dgn benar dan tepat waktu (tax implementation).
3). Pengendalian pajak (tax control).
Aspek umum yang dapat dilihat untuk meyakinkan diantaranya :
Aspek formal : Pemahaman akan peraturan perpajakan untuk menghindari terjadinya
salah penafsiran yang dapat mengakibatkan dikenakannya sanksi administratif maupun
sanksi pidana.
Aspek Administratif : Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan ,
Membayar pajak, Menyampaikan SPT, Memotong atau memungut pajak.
Aspek Material : Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan,
perbuatan, maupun peristiwa. Basis penghitungan adalah Objek Pajak. Maka untuk
mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran
pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, pajak harus dilaporkan secara benar,
lengkap dan jelas.
A. Pengukuran dalam mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak.
1). Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan jalan
menahan diri untuk tidak membeli produk –produk yang ada PPN-nya atau sengaja
mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga
penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak
penghasilan yang besar.
2). Tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang
dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang terhutang.
3). Tax evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak terhutang
secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
Jika tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan benar,maka akan
memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan diantaranya :
1) Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat
diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan.
2) Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,
perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi
kebutuhan kas terhadap pajak dan menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak
terlalu awal atau terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi.
B. Tahapan Membuat Perencanaan Pajak ( Tax Planning)
a. Analysis of the existing data base (Analysis informasi yang ada)
Bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak baik
secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai
perencanaan pajak yang paling efesien. Juga memperhitungkan kemungkinan besarnya
penghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang
mungkin terjadi.
b. Design of one more possible tax plans (Buat satu model atau lebih rencana
kemungkinan besarnya pajak)
- Memilih bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
- Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi
residen dari negara tersebut.
- Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.
c. Evaluating a tax plan (Evaluasi pelaksanaan rencana pajak)
Melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan
pajak terhadap beban pajak. Perbedaan laba kotor dan pengeluaran selain pajak atas
berbagai alternatif perencanaan.
d. Debugging the tax plan (Mencari kelemahan kemudian memperbaiki
kembali rencana pajak)
Keputusan terbaik perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan
operasi. Dan terkadang rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan
perpajakan. Tindakan perubahan harus dijalankan, walaupun diperlukan penambahan
biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar
penghematan pajak (tax saving) yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap di
jalankan. Karena kerugian yang ditanggung merupakan kerugian minimal.
e . Updating the tax plan (Mutakhirkan rencana pajak)
Perlunya memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari undang-undang
maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas dilakukan yang mungkin
mempunyai dampak terhadap komponen suatu perjanjian, berkenan dengan perubahan
yang terjadi diluar negeri atas berbagai macam pajak maupun aktivitas informasi bisnis
yang tersedia sangat terbatas.
C. Pemeriksaan Pajak
1. Agar pajak tidak diperiksa
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) korporasi (WP Badan) melampirkan
yang wajib disertakan. Misalnya menyiapkan laporan keuangan untuk kepentingan SPT
PPh Badan (1771) harus sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh UU No. 28/2007 Pasal
28 (7) sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal
[neraca], penghasilan dan biaya [laporan laba-rugi], serta penjualan dan pembelian,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
Hal ini dilakukan agar tidak terdapat kejanggalan-kejanggalan kasat mata pada saat
Direktorat Jenderal Pajak (DJP)/ KPP (Fiskus ) dalam mengolah data dari SPT yang telah
masuk dengan melakukan penelitian SPT. Sinkronisasi SPT hanya penelitian, dengan
tujuan apabila dalam tindakan pendahuluan ini ditemukan perbedaan, biasanya Fiskus
membuat surat himbauan untuk pembetulan SPT.Tindakan Fiskus meminta penjelasan
(mensinkronkan antar SPT) atau bahkan meminta WP untuk membetulkan SPTnya, tidak
harus ditanggapi dengan kecemasan. WP hanya dihimbau untuk membetulkan, dan
apabila WP punya cukup alasan mengapa terjadi perbedaan, WP juga tidak harus selalu
melakukan pembetulan.
Perbedaan antara SPT PPh Badan dengan SPT Masa PPN merupakan hal yang wajar
terjadi, karena adanya perbadaan saat pengakuan penjualan dan saat diterbitkan faktur
pajak. Biasanya dihimbau untuk melakukan pembetulan.
Yang TIDAK BOLEH terjadi adalah adanya perbedaan antara SPT PPh Badan
dengan SPT PPh Pasal 21. Himbauan pembetulan biasanya hanya akan jadi langkah
awal dari Fiskus untuk melakukan tindakan lanjutan, karena tindakan lanjutan yang
ditakuti oleh sebagian besar WP adalah pemeriksaan, yang biasanya
mengakibatkan terbitnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang
jumlahnya material (mengganggu cashflow perusahaan).
a). Sinkronisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21
Sinkronisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21 adalah prosedur
pengecekan yang sebaiknya dilakukan oleh WP terhadap jumlah beban gaji dan
tunjangan serta biaya lainnya yang dibayarkan kepada pihak perorangan lainnya, yang
tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 21 dan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21.
Sinkronisasi dimaksud meliputi: dasar pengenaan pajak yang terdiri dari gaji dan
tunjangan serta biaya lainnya yang menjadi obyek PPh Pasal 21, apakah jumlahnya
telah sama antara yang ada dalam SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21? [lihat
Business News 7457 hal.11] Apabila masih tidak sama, tidak ada tawaran lain kecuali
dibetulkan dan harus sama antara beban gaji yang dicantumkan dalam laporan laba-
rugi lampiran SPT PPh Badan dengan gaji yang dilaporkan dalam SPT PPh Pasal 21.
b). Sinkronisasi SPT PPh Badan dengan SPT Masa PPN
Perbedaan peradaran bruto (omzet) sebagai dasar pengenaan pajak (DPP)
antara SPT PPh Badan dengan SPT Masa PPN adalah hal yang wajar terjadi. Oleh karena
itu, WP sebaliknya tidak perlu terlalu khawatir, hanya akan lebih baik apabila antara SPT
PPh Badan dengan SPT Masa PPN jumlah peredaran bruto atau dasar pengenaan pajak
(DPP PPN) nya dapat disinkronkan sehingga menunjukkan angka yang sama. Bila WP
tetap mempertahankan angka yang berbeda antara SPT PPh Badan dengan SPT Masa
PPN perlu mempersiapkan penjelasan yang memadai, apabila sewaktu-waktu diminta
oleh fiskus, karena fiskus akan melakukan equalisasi SPT PPh Badan dengan SPT Masa
PPN berkaitan dengan perbedaan tersebut.
Dalam hal ada perbedaan antara omzet penjualan yag tercantum pada SPT PPh Badan
dengan DPP dalam SPT Masa PPN, WP dapat berargumentasi dengan dasari
ketentuan yang mengaturnya. Karena perbedaan tersebut dapat terjadi disebabkan,
karena:
1. Omzet penjualan yang tercantum dalam SPT PPh Badan lebih besar dari
omzet penjualan SPT Masa PPN. Pengakuan penjualan untuk SPT PPh Badan
menggunakan basis akrual sehingga atas penjualan kredit sudah harus
diakuai pada saat terjadi transaksi, sementara pada SPT Masa PPN, penjualan
kredit baru dibuat faktur pajaknya pada akhir bulan berikutnya setelah
penyerahan barang. Hal ini sesuai dengan pasal 2 (1) huruf a peraturan Dirjen Pajak
No. PER-159/PJ./2006 tentang saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara
penyampaian, dan tata cara pembetulan faktur pajak standar.
2. Omzet penjualan yang tercantum dalam SPT PPh Badan bisa lebih kecil dari
omzet penjualan di SPT Masa PPN, karena uang muka atas penjualan yang
barangnya belum diserahkan, sudah harus dibuat faktur pajaknya, sementara
penjualan tersebut baru dicatat sebagai penjualan pada laporan laba rugi
(income statement) setelah adanya penyerahan barang.Hal ini sesuai Pasal 2 (1)
huruf c peraturan Dirjen Pajak No. PER-159/PJ./2006
Upaya Menghindari SPT Diperiksa
Beberapa langkah awal yang dapat dilakukan oleh WP agar SPT yang disampaikan ke
KPP tidak berbuntut pada pemeriksaan adalah sebagai berikut:
(1) Pastikan angka-angka yang disajikan dalam SPT PPh Badan sinkron dengan angka-
angka yang dalam SPT Masa PPN dan beban gaji dalam laporan keuangan sinkron
dengan yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21 dan SPT PPh Pasal 21.
(2) Pastikan SPT tidak dalam kondisi lebih bayar atau laporan keuangan (laporan laba-
rugi) dalam kondisi rugi.
(3) Pastikan tidak terjadi kesalahan dalam penghitungan dan kesalahan dalam
pengisian.
(4) Pastikan penyajian laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 46 tentang
Akuntansi PPh dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik, atau sesuai
dengan Pasal 28 UU No. 28/2007 tentang KUP.
(5) Buatkan koreksi fiskal sesuai dengan ketentuan Akuntansi Pajak dan UU No.
36/2008 tentang PPh.
(6) Bila terjadi kurang bayar, pastikan setoran dilakukan tepat waktu dan jumlah yang
disetor sesuai dengan kurang bayarnya.
(7) Pastikan tidak ada lampiran-lampiran yang tertinggal atau kurang didukung
dengan data yang memadai.
(8) Pastikan SPT yang disampaikan telah benar, lengkap, dan jelas, serta
ditandatangani oleh pihak yang berhak menandatangani.
(9) Lebih sempurna, apabila laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik dan
mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
a. Menganalisis informasi yang ada
Mencari informasi yang terkait dengan perkiraan pendapatan dan biaya2 yang terjadi selama tahun tax plan
b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak
Melakukan perencaan tax plan minim 3 tahun pajak dan atas perencaan tersebut dibuatlah beberapa model supaya bisa tahu cara penghematan pajak yang memungkinkan dan legal.
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajakSelama tahun berjalan harus evaluasi juga penyampaian tax plan dengan keadaan sebenarnya.
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajakKalo seandainya memang kurang bagus ditahun berjalan, maka otomatis ada revisi dari tax plan atau perencanaan ulang ditahun berikutnya
e. Memutakhirkan rencana pajakYa finally deh. Just Do it.
Semoga bisa membantu rekan.
saya cb membantu ya: 1. Menganalisis Informasi yang ada (Analysis of the existing data base).Tahapan pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung.Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien. Adalah juga penting untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik dari segi internal maupun eksternal yaitu:a. Fakta yang relevanDalam arus globalisasi serta tingkat persaingan yang semakin kompetitif maka seorang manajer perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak untuk perusahaannya dituntut harus benar-benar menguasai situasi yang dihadapi, baik dari segi internal maupun eksternal dan selalu dimutakhirkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi agar perencanaan pajak dapat dilakukan secara tepat dan menyeluruh terhadap situasi maupun transaksi-transaksi yang mempunyai dampak dalam perpajakan.b. Faktor PajakDalam menganalis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan perencanaan pajak adalah tidak terlepas dari dua hal yang berkaitan dengan faktor-faktor pajak yaitu menyangkut setiap tipe perpajakan nasional yang dianut oleh suatu negara dan sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan perpajakan baik Undang-undang domestik maupun mancanegara.
c. Faktor non Pajak lainnyaBeberapa faktor bukan pajak yang relevan untuk diperhatikan dalam penyusunan suatu perencanaan pajak antara lain:i. Masalah badan hukumSistem hukum yang berbeda terdiri dari berbagai tipe dari pada perusahaan. Pemilihan bentuk badan usaha yang diusulkan sering dibuat sebagai fungsi daripada seluruh peraturannya (baik untuk pajak maupun bukan pajak) dalam rangka administrasi pembentukan dan pembubarannya.ii. Masalah mata uang dan nilai tukarDalam ruang lingkup perencanaan pajak yang bersifat internasional masalah nilai tukar mata uang mempunyai dampak yang besar terhadap finansial suatu perusahaan. Nilai tukar mata uang yang berfluktuasi atau tidak stabil memberikan resiko usaha yang cukup tinggi. Apalagi jika ada masalah devaluasi maupun revaluasi. Dari dampak finansial tentunya berakibat pada posisi laba-rugi, apalagi bila terdapat banyak transaksi baik ekspor atau impor maupun pinjaman dalam bentuk mata uang asing.iii. Masalah pengendalian devisaSistem pengendalian devisa yang dimuat suatu negara menjadi bahan pertimbangan penting terutama jika suatu negara menganut pembahasan atau larangan untuk mengadakan pertukaran atau transfer dana dari transaksi internasional ataupun adanya larangan untuk menjamin uang atau menarik uang dari luar tanpa adanya izin Bank Sentral atau Menteri Keuangan. Berbagai macam aturan yang dibuat tentunya menjadi bahan pertimbanagan bagi pengusaha untuk menanamkan modalnya atau tidak, karena perhitungan laba-rugi akhirnya selalu menjadi patokan dasar dalam mengambil keputusan.iv. Masalah Program intensif investasiMasalah program insentif yang ditawarkan negara tertentu memberikan pilihan bagi wajib pajak untuk melakukan investasi atau pemekaran usaha pada suatu lokasi negara tertentu. Insentif inventasi yang merangsang bisa berupa pemberian pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas bunga ataupun adanya pemberian bantuan dari pemerintah.
v. Masalah faktor bukan pajak lainnyaFaktor bukan pajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang berlaku, kestabilan ekonomi dan politik, tenaga kerja, pasar, ada/tidaknya tenaga profesional, fasilitas perbankan, iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi, kesemuanya harus dipertimbangkan dalm penyusunan tax planning terutama berkaitan dengan pemilihan lokasi investasi apakah berupa cabang, subsidiari atau untuk keperluan lainnya.2. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak (Design of one or more possible tax plans).Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut ini:a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.Hampir semua perpajakan internasional paling tidak ada dua negara yang ditentukan lebih dahulu. Dari sudut pandang perpajakan dalam hal ini proses perencanaan tidak bisa berada di luar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi dan hubungan yang paling menguntungkan. Metode yang harus diterapkan dalam menganalisis dan membandingkan beban pajak maupun pengeluaran lainnya dari suatu proyek adalah apabila tidak ada rencana pembatasan minimum pajak yang diterapkan dan apabila ada rencana pembatasan minimum diterapkan, berhasil atau pun gagal.b. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen dari negara tersebut. Dalam rencana perpajakan internasional mungkin diberi perlakuan khusus dengan memilih antara dua atau lebih kemungkinan investasi di negara-negara berbeda.c. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan. Dalam banyak kasus, pertimbangan penghemaan pajak tidak hanya di pengaruhi oleh pemilihan yang hati-hati dari bentuk transaksi, operasi maupun hubungan internasional, tetapi juga oleh penggunaan satu atau lebih negara sebagai tambahan dari negara yang
bersangkutan yang sudah ada dalam data base. Perencanaan pajak internasional sebetulnya merupakan perluasan yang sederhana dari perencanaan pajak nasional. Dalam membuat model pengaturan yang paling tepat, penting sekali untuk mempertimbangkan.d. Apakah kepemilikan dari hak, surat berharga, dan lain-lain harus dikuasakan kepada satu atau lebih perusahaan, individu, atau kombinasi dari semuanya itu.e. Adakah hubungan antara berbagai individu dan entitas.
3. Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak (Evaluating a tax plan).Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak. Evaluasi tersebut meliputi : a) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan, b) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik, c) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak (Debugging the tax plan).Hasil suatu perencanaan pajak bisa dikatakan baik atau tidak tentunya harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai bentu perencanaan pajak yang diinginan. Kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan perundang-undangan. Walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap dijalankan. Karena begaimanapun juga kerugian yan ditanggung merupakan kerugian minimal.5. Memutakhirkan rencana pajak (Updating the tax plan).Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, namun juga masih perlu mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi baik undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan yang mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari suatu perjanjian, yang berkenaan dengan perubahan yang terjadi di luar negeri atas berbagai macam pajak maupun aktifitas informasi bisnis yang tersedia sangat terbatas. Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial
merupakan suatu kegiatan yang sistematis.. Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, dalam ringkasan ini ada 5 tahapan dalam perencanaan, yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Persoalan
Dalam tahapan ini, kita mulai mengidentifikasi apa saja persoalan yang akan dihadapi sehingga kita akan merencanakan seperti apa langkah yang harus dilakukan selanjutnya.
2. Merumuskan tujuan dan sasaran
Dalam tahapan ini, kita harus menyusun apa tujuan yang hendak di capai dan apa atau siapa sasarannya, sehingga perencanaan yang dilakukan dapat lebih tepat sasaran.
3. Memproyeksikan masa depan
Dalam tahap ini, kita sudah memiliki gambaran apa yang akan terjadi di masa depan, dan bagaimana proses menuju ke arah itu. Tahap ini biasanya dilalui melalui berbagai macam teknik analisa.
4. Mencari dan menilai alternatif yang lain
Hal ini dilakukan agar terdapat rencana utama serta rencana cadangan yang bisa dilaksanakan, apabila langkah-langkah yang sudah di rencanakan agak melenceng dari rencana, kita memiliki rencana lainnya atau biasa disebut dengan Plan B. Antisipasi kepada keadaan yang tidak diperhitungkan sebelumnya juga sangat penting, agar tidak terlalu jauh dari tujuan perencanaan sebelumnya.
5. Penyusunan Rencana yang terpilih
Diantara berbagai alternatif rencana, dipilih rencana terbaik yang harus dilaksanakan, juga mempersiapkan berbagai macam rencana cadangan. Setelah memastikan rencana seperti apa yang harus dilaksanakan, segeralah memulai aksi untuk mewujudkan tujuan rencana tersebut.