Tahap gtj.doc

18
Tahap-tahap Pembuatan Pembuatan gigi tiruan jembatan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut. 5 1. Preparasi Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi untuk tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian pegangan gigi tiruan jembatan. 5 Tujuan preparasi: 5 Menghilangkan daerah gerong Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota Menyesuaikan sumbu mahkota Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi Membangun bentuk retensi Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada a. Persyaratan preparasi 5 1. Kemiringan dinding-dinding aksial Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6

Transcript of Tahap gtj.doc

Page 1: Tahap gtj.doc

Tahap-tahap Pembuatan

Pembuatan gigi tiruan jembatan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai

berikut.5

1. Preparasi

Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi untuk

tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian

pegangan gigi tiruan jembatan.5

Tujuan preparasi:5

Menghilangkan daerah gerong

Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota

Menyesuaikan sumbu mahkota

Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi

Membangun bentuk retensi

Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada

a. Persyaratan preparasi5

1. Kemiringan dinding-dinding aksial

Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk

menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi

retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu,

dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan

bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara

menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding

aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang

kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling

ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan

daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke

permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial

preparasi meningkat.

Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila

kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang

terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga

dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis,

Page 2: Tahap gtj.doc

dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding

aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena

faktor keterbatasan secara intra oral.

2. Ketebalan preparasi

Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi

kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi

berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer

maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan

jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 –

2 mm.

Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat menyebakan

terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis

pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangin retensi

retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.

3. Kesejajaran preparasi

Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara

satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus

dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat

menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya.

4. Preparasi mengikuti anatomi giigi

Preparasi ynag tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas

pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut.

Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila

preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga

menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.

5. Pembulatan sudut-sudut preparasi

Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan

pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut

yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit dalam

pemasangan jembatan.

b. Tahap-tahap preparasi gigi penyangga 5

1. Pembuatan galur

Page 3: Tahap gtj.doc

Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi

bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke

lingual atau labial dan berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah

tersebut. Galur pada gigi anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk silinder.

2. Preparasi bagian proksimal

Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai dengan

arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi kecembungan permukaan

proksimal yang menghalangi pemasangan jembatan. Preparasi bagian proksimal

dilakukan dengan menggunakan bur intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian

proksimal membentuk konus dengan kemiringan 5-100.

3. Preparasi permukaan insisal atau oklusal

Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk tonjolnya.

Preparasi permukaan oklusal unruk memberi tempat logam bagian oklusal pemautnya,

yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan demikian, gigi terlindungi dari

karies, iritasi, serta fraktur.

4. Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual

Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder.

Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup untuk

logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban kunyah dapat

disamaratakan.

5. Pembulatan sudut preparasi bidang aksial

6. Pembentukan tepi servikal.

Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan pembuatan

pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:

a. Tepi demarkasi (feater edge)

b. Tepi pisau (knife edge)

c. Tepi lereng (bevel)

d. Tepi bahu liku (chamfer)

e. Tepi bahu (shoulder)

1. Pencetakan

Page 4: Tahap gtj.doc

Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak sekitarnya perlu

dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan bebas dari radang. Terdapat berbagai

macam bahan cetakan, seperti: hidrokoloid, rubber base, polysulfide rubber base, silicon

rubber base, dan polyeter rubber base.

2. Pembuatan die/model kerja

Die adalah reproduksi positif dari gigi yang telah dipreparasi dan yang dibuat dari

bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan dengan model kerja

die dibagi menjadi solitair die dan removable die.5

a. DIE SOLITER

Die soliter merupakan die yang berdiri sendiri, digunakan untuk pembuatan mahkota

tiruan. “Tinggi hasil pengecoran ± 2½ kali panjang mahkota”.5

Pembuatan solitair die5

- Setelah cetakan untuk die dibuka dengan pisau ukir yang tajam, gelembung yang

terjadi dibuang secara hati-hati.

- Batas preparasi servikal dipertegas dengan pinsil merah yang tajam

- Buat garis pedoman vertikal kebawah untuk pemotongan batas proksimal dengan

memperlihatkan sumbu panjang gigi dan diuat knvergen

- Garis dibuat pada permukaan bukal/labial dan palatal/lingual

- Pemotongan dengan gergaji khusus atau dapat dengan gergaji triplek

Gambar 14 (A), (B), (C). Pemotongan dengan Gergaji Khusus.

A

C

B

Page 5: Tahap gtj.doc

- Hasil pemotongan dirapikan

- Daerah servikal dipertegas batas dengan membuat groove memakai round akrilik.

Gambar 15. Cara Mempertegas Daerah Servikal dengan Round Akrilik

Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan “die spacer”. Die spacer berfungsi

sebagai :5

- Menutup pori stone gips, sehingga memudahkan melepas pola malam yang telah

dibuat

- Mempekeras permukaan die

- Melindungi batas servikal

- Sebagai kompensasi kontraksi logam dan ruangan untuk sementasi

b. REMOVABLE DIE

Merupakan die yang terletak pada model kerja dan dapat dilepas dari model kerja.5

Cara membuat removable die :5

Page 6: Tahap gtj.doc

SISTEM DI-LOK TRAY

Suatu bentuk kotak untuk tempat model kerja.5 Dasar model kerja dikecilkan

sampai masuk di-lok tray kemudian dibuat undercut berupa groove memanjang sesuai

lengkung gigi. Model kerja ditanam pada Di-lok tray dengan stone. Kemudian dipisah

dengan gergaji dari gigi tetangga halus sampai 2-3 mm dari dasar stone. Die dapat

dilepas dan disatukan lagi

Gambar 16. SISTEM DI-LOK TRAY

MENGGUNAKAN DOWEL PIN

Gambar 17 (A), (B). Removable Die Menggunakan Dowel Pin.

Persiapan :5

- Dowel pin dengan cakram retensi/paper clips

- Penjepit rambut atau jarum pentul

- Stone gips dua warna

- Sticky wax dan lampu spiritus

A B

Page 7: Tahap gtj.doc

- Vaselin dan kuas

- Gergaji die/triplek

Kepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan negatif tanpa

menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada penjepit rambut). Lakukan

pengecoran I sampai batas garis horizontal (± 3 mm diatas servikal). Buat retensi dengan

bur bulat kedalaman ± 2 mm di sisi bukal dan lingual untuk keperluan stabilisasi.

Kemudian buat bulatan wax dg diameter ± 3 mm dilekatkan diujung pin. Olesi

permukaan gigi yang dipreparasi dengan vaseline.

- Boxing dan pembuatan basis

Dengan menggunakan selembar wax cetakan diboxing hingga setinggi ujung pin yang

telah diberi bulatan wax. Aduk gips putih kemudian tuangkan kedalam cetakan yang telah

diboxing setelah keras kemudian dilepas dari cetakan.

3. Pembuatan Pola Lilin

Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu model dari retainer atau

restorasi yang dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi logam atau akrilik.5

- Tujuan pembuatan pola lilin :5

Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan mempunyai adaptasi yang

sempurna dengan preparasi.

Memperoleh bentuk anatomi.

Menghasilkan suatu coran (casting) yang merupakan reproduksi yang tepat (bentuk

dan ukuran) dari pola lilin itu.

Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan.

- Membuat pola lilin dapat dengan cara :5

Langsung (direct).

Tidak langsung (indirect).

Langsung - tidak langsung (direct – indirect).

- Lilin pola

Page 8: Tahap gtj.doc

Lilin pola sebagai model di kedokteran gigi mempunyai sifat sanggup dibentuk dalam

seadaan plastis pada suhu antara cair dan kaku.5

Ada 2 macam tipe lilin pola yang biasa dipakai :5

- Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangat plastis pada

suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapat memasuki sela-sela

preparasi.

- Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keras pada suhu

kamar.

Lilin pola yang baik harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum

dalam American Dental Association Specification No. 4 for Dental Inlay casting wax,

mengenai pemuaian, penciutan, flow elastisitas, dan plastisitas.5

Selain dari sifat-sifat tersebut di atas, suatu lilin inlay harus :5

Mempunyai warna yang menyolok supaya dapat mudah terlihat di antara jaringan gigi

dan gusi.

Bersifat kohesif jika dilunakan.

Dapat dipotong atau di ukir tanpa patah atau rempil.

Menguap habis jika dibakar/dipanasi suhu tertentu.

Distorsi pola lilin disebabkan oleh:5

Perubahan-perubahan ukuran karena naik turunnya suhu.

Perbesaran tegangan (stress release atau relaxation) yang secara kodrat ada di dalam

pola lilin, seperti :

Pengisutan pada waktu pembekuan atau penurunan suhu.

Adanya hawa, gas atau air di dalam massa lilin yang mengisut/memuai,

menarik atau mendorong lilin yang masih lunak akibat dari pengukiran,

penambahan lilin cair, atau pengambilan kelebihan lilin dengan alat yang

panas.

Flow atau “mengalirnya” lilin sebagai bahan amorph pada suhu kamar, lebih tinggi

suhunya, lebih besar flownya, jadi juga lebih besar distorsinya.

Page 9: Tahap gtj.doc

Sebagian dari distorsi dapat dicegah atau dikurangi dengan cara:5

Menggunakan lilin inlay yang memenuhi syarat A.D.A Specification No. 4 dan sesuai

dengan teknik yang dipakai. (type I atau type II).

Sedapat mungkin mencegah penambalan lilin cair pada pola atau mencairkan

permukaan lilin setempat.

Melunakkan lilin dengan seksama sampai seluruh massa lilin menjadi lunak dengan

cara memutar-mutar sebatang lilin di atas nyala api.

Menyimpan pola di tempat yang dingin, jika tidak mungkin dilakukan pemendaman

dengan segera.

Memendam pola selekas mungkin setelah dikeluarkan radi mulut atau setelah jadi

dibentuk pada die.

a. Pembentukan mahkota lilin untuk mahkota penuh menurut cara tidak

langsung (indirect)

Sebagai pedoman dapat dipakai model penelitian (study model) yang menunjukkan

dentuk gigi sebelum direparasi. Yang perlu diperhatikan ialah kecembungan permukaan

bukal dan lingual, bentuk dan ukuran bonjolan-bonjolan (cusp) dan letaknya daerah kontak

diproksimal.

Pembentukan pola lilin pada die dapat dilakukan sebagai berikut :5 (Gambar 18 a, b, c,

d, e)

Gambar aPembuatan dinding dari pita matriks:

1. Model kerja pada artikulator2. Pita matriks3. Sambungan lipatan4. Model / die yang telah diulas dengan bahan separasi

Page 10: Tahap gtj.doc

Gambar 19. Pembentukan Pola Mahkota ¾.

Gambar dLilin diberi bentuk dan ukuran sesuai denganbentuk anatomi sebelum dipreperasi

Gambar ePola lilin yang telah selesai dibentukpermukaan lilin dengan dipoles dengankain kasar atau kapas basah.

Gambar bPita dilepaskan dari dei

1. Lipatan yang dibuka2. Jika terdapat kekurangan dapat

Gambar cBuntuk oklusal disesuaikan dengan gigilawan pada artikulator

Gambar aMencelupkan die yang telah diulasdengan bahan pemisah ke dalamlilin cair.

Gambar bPembubuhan lilin cair pada lapisanlilin yang telah diperoleh dengancara celupan, sampai mencapaiukuran anatomisin.

Gambar c1. Lilin cair terpegang diantara kedua ujung pincetyang panas oleh daya

Gambar dPengukiran pola sampaimencapai bentuk dan ukuranAnatimis.

Gambar ePola mahkota ¾ untuk incisifyang telah selesai dibentuk.

Page 11: Tahap gtj.doc

Gambar 20. Pembuatan Pola Malam dengan Pembentukan Lapis Demi Lapis.

Gambar aCara pembuatan pola dengan pembentukanlapis demi lapis

Gambar b1. Permukaan lilin oklusal dilunakkan kemudian artikulator ditutup sehingga gigi lawan yangtelahterseparasi membentuk permukaan oklusal pola.2. Pola lilin yang oklusalnya telah dibentuk dandipoles.

Gambar aPreparasi mahkota ¾ untuk dibuat pola

lilin langsung.

Gambar bKedudukan pita matriks sebelum

diisi-lilin.

Gambar cDengan jari tangan lain segumpal lilin

lunak ditekan ke dalam ruangandi antara pita dan preparasi.

Page 12: Tahap gtj.doc

Gambar aTabung cetak yang dibuat daripita matriks.1. Lipatan sambungan2. Pinggiran servikal disesuaikan

dengan bentuk gusi.3. Pinggiran oklusal yang

dikurangi sampai tidaktergigit oleh gigi lawan.

Gambar bBentuk oklusal setelah kelebihan

lilin dibuang.

Gambar cLipatan (tinner’s joint) dibuka

untuk melepaskan tabungcetakan.

Gambar dPola lilin siap untuk dibentuk.

Gambar eKelebihan lilin dibuang denganalat yang sedikit panas atau

dengan cara mengeruk.1. Jurusan gerak alat.

Page 13: Tahap gtj.doc

Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue dapat dilakukan di luar

atau di dalam mulut. Sedikit lilin ditambahkan kepada pola di tempat di mana sprue akan

dilekatkan, dengan demikian pada waktu sprue pin yang panas di tempatkan, lilin tambahan

ini akan mengalir menghubungkan pola dengan sprue pin dan pola tidak terganggu.

b. Pembuatan pola lilin secara langsung-tidak langsung (direct-indirect)

Dalam cara kerja ketiga yang merupakan paduan dari methoda langsung dan tidak

langsung, dilakukan percobaan/checking di mulut dari pola lilin yang telah dibentuk pada

model kerja (die).

4. Pontik

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang dan

berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, estetis comfort (rasa nyaman),

serta mempertahankan hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi / hubungan dengan

gigi lawan à ektrusi

5. Penyemenan jembatan

Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada gigi

penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan perlu dilakukan

Gambar fPinggiran yang berlebihan

dipotong dengan pisau yangtajam (pisau bedah)

Gambar gPinggiran yang terbuka dapatdisentuh dengan alat yangpanas untuk menutupinya.

Gambar hPengrataan permukaan dilakukandengan menggosok alat yang licin

pada llilin.

Gambar ISpue pin yang dilekatkan pada

pola lilin.

Page 14: Tahap gtj.doc

dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, yang

mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal tersebut harus

dihindari oleh operator.

Semen yang digunakan untuk melekatkan jembatan ialah zinc phosphate semen,

semen silikofosfat, semen alumina EBA, semen polikarboksilat, serta semen resin komposit.

Pemilihan dilakukan berdasarkan sifat biologic, biofisik serta pengaruh pada estetiknya.

Tata cara penyemenan dengan menggunakan zinc phosphate cement :

1. Bubuk semen serta cairan diletakkan diatas glass pad

2. Campurkan bubuk pada cairan sedikit demi sedikit, di aduk merata sampai 90

detik.

3. Adukan diratakan melebar pada kaca seluas mungkin

4. Adonan kemudian diisikan kedalam pemaut meliputi dinding dalamnya tpis-

tipis dan merata, sedang lekuk pada preparasi (bila ada) diisi juga dengan adonan

semen.

5. Jembatan kemudian ditempatkan pada penyangganya didalam mulut dan

ditekan dengan jari secara kuat ; dapat juga dipakai pemakai kayu untuk lebih

menekan jembatan pada tempatnya.

6. Pasien diminta menggigit keras pada jembatannya, untuk mengecek apakah

oklusi sudah baik.

7. Pasien diminta membuka mulut sebentar dan diminta menggigit gulungan

kapas, yang diletakkan pada oklusal gigi geligi.

8. Setelah semen keras, kelebihan semen dihilangkan dengan scaller.

9. Sekali lagi, oklusi diperiksa dan sebelum pasien pulang, operator perlu

memberitahu cara membersihkan jembatan tersebut.