t53040

download t53040

of 16

Transcript of t53040

  • 7/26/2019 t53040

    1/16

    INTISARI

    PENGELOLAAN OBATHIGH ALERT MEDICATION PADA TAHAP DISTRIBUSI

    DAN PENYIMPANAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

    Bambang Hermanto, Irma Risdiana, Sabtanti Harimurti

    Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana,

    Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    Latar Belakang: Menurut PERMENKES No 1691 tahun 2011 tentang keselamatan

    pasien rumah sakit, maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong

    perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Salah satunya adalah meningkatkan

    keamanan obat-obat yang perlu di waspadai (high alert medication) berupa sejumlahobat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien

    jika tidak digunakan secara tepat. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II saat ini

    sedang dalam pengembangan menuju Rumah sakit tipe B, salah satu persyaratannya

    adalah dengan wajib mengikuti akreditasi KARS versi 2012. Dalam standar akreditasi

    versi 2012 disebutkan untuk obat-obatan yang perlu di waspadai (high alert

    medication) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi

    kesalahan atau kejadian sentinel. Oleh karena itu rumah sakit khususnya Instalasi

    Farmasi dituntut untuk melakukan pengelolaan dengan baik.

    Metode: Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus.Subyek penelitian adalah kepala Instalasi Farmasi, perawat bangsal, apoteker dan

    tenaga teknis kefarmasian. Lokasi penelitian dilakukan di unit perawatan dan unit

    farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Pengumpulan data

    menggunakan metode wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD),

    Dokumentasi, Pelatihan dan Observasi.

    Hasil: Hasil observasi menggunakan cheklist standar akreditasi sasaran keselamatan

    pasien dan manajemen pengelolaan obat HAM sebelum dilakukan intervensi adalah

    27,5%. Sedangkan hasil persentase observasi setelah dilakukan intervensi meningkat

    menjadi 69%, dengan jumlah persentase peningkatan yaitu sebesar 41,5%. Intervensiberupa sosisalisai dalam bentuk pelatihan, penyusunan daftar obat HAM, pelabelan

    obat HAM serta sistem penyimpanan obat terbukti dapat meningkatkan pengelolaan

    obat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

    Kesimpulan: Setelah dilakukan intervensi dalam pengelolaan obat HAM di Rumah

    Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II terjadi peningkatan yang signifikan

    yaitu sebesar 41,5% .

    Kata Kunci: sistem pengelolaan obat,High alert medication, keselamatan pasien

  • 7/26/2019 t53040

    2/16

    ABSTRACT

    MANAGEMENT OF HIGH ALERT MEDICATION DRUGS AT THE STAGE OF

    DISTRIBUTION AND STORAGE IN PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL

    UNIT II YOGYAKARTA

    Bambang Hermanto, Irma Risdiana, Sabtanti Harimurti

    Hospital Management Study Program Graduate Program University of

    Muhammadiyah Yogyakarta

    Background: According to PERMENKES No 1691 years 2011 on hospital patient

    safety, the Patient Safety Goals aim to encourage specific improvements in patient

    safety. Among these are to improve the safety of the drugs of high-alert medicationswhich have high risks in causing great harms to the patient if are not used

    appropriately. Developing itself to be a type-B hospital, PKU Muhammadiyah Hospital

    Unit II is currently required to meet the accreditation requirements of the Commission

    of Hospital Accreditation version of 2012. In the accreditation standards year 2012

    mentioned that the drugs of high-alert medications are drugs which have high

    percentage rates of possibilities of errors or sentinel events. Therefore, all hospitals or

    particularly pharmaceutical installations are required to do management well.

    Methods: This study is a qualitative research with designed case-study. The subjects of

    this study are the head of pharmaceutical installation, ward nurses, pharmacists andpharmacy technical personnel. The research was conducted in the care unit and

    pharmacy units of PKU Muhammadiyah Hospital Unit II in Yogyakarta. While the data

    collection was done by using in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD),

    Documentation, Training and Observation Checklist.

    Results: The results of observations using a checklist accreditation standars of patient

    safety and HAM drugs management before intervention was 27.5%. While the

    percentage of observation after the intervention is increased to 69% with the

    percentage of increase is 41.5%. The interventions performed by disseminations in the

    form of training, preparing the list of drugs, making and pasting stickers and managingthe drug storage system are proven to improve drug management in PKU

    Muhammadiyah Hospital Unit II.

    Conclusion: There is a significant increase of 41.5% after the interventions in the

    management of the HAM drugs in PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta Unit

    II.

    Keywords: drugs management system, high alert medication, patient safety.

  • 7/26/2019 t53040

    3/16

    PENDAHULUAN

    Patient safetyatau keselamatan pasien menjadi salah satu parameter akreditasi rumah

    sakit yang tercantum pada UU No.44 Tahun 2009 yang menyebutkan dalam upaya

    peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib melakukan standar keselamatan pasein.

    Dalam upaya peningkatkan mutu pelayanan pasien maka setiap rumah sakit harus melakukan

    akreditasi dengan tujuannya adalah untuk menentukan apakah rumah sakit tersebut

    memenuhi standar yang direncanakan untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan12.

    Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah

    sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Penyusunan sasaran ini

    mengacu kepada Nine Life-Saving Patient SafetySolutions dari WHO Patient Safety (2007)

    yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI),

    dan dari Joint Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien

    adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-

    bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari

    konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini7.

    Dalam perkembangannya Rumah sakit melakukan suatu pendekatan untuk

    memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Obat-obatan yangperlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel

    event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse

    outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip atau (Look Alike

    Soun Alike)3.

    Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut

    adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk

    memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara

    kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat

    yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Pelayanan Kefarmasian di

    Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

    Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat

    Kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu8.

  • 7/26/2019 t53040

    4/16

    Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,

    mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Pada pelaksanaanya Apoteker

    bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

    habis sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan

    keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

    merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,

    penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan

    administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Pengelolaan Sediaan

    farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin,

    terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali

    biaya9.

    BAHAN DAN CARA

    Jenis dan rancangan penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan penelitian studi

    kasus. penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus berusaha menggambarkan kehidupan dan

    tindakan-tindakan manusia secara khusus pada lokasi tertentu dengan kasus tertentu. Kajian

    mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan

    atau memahami sesuatu hal1.

    Lokasi penelitian dilaksanakan di ruang perawatan dan instalasi farmasi RS PKU

    Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015

    sampai dengan bulan April 2015.

    Subjek yang dipilih adalah yang mengetahui permasalahan dengan jelas, dapat

    dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta mampu mengemukakan pendapat

    secara baik dan benar. Subyek penelitian ini yaitu kepala Instalasi Farmasi, perawat bangsal,

    apoteker dan petugas pelayanan Farmasi.

    Definisi operasinal variabel dalam penelitian ini adalah:

    1.

    High-alert medicationsadalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan

    serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak

    diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya

    mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound

    Alike/LASA).

  • 7/26/2019 t53040

    5/16

    2. Manajemen pengelolaan obat adalah serangkaian kegiatan dalam rangka memenuhi

    kebutuhan obat di instalasi farmasi yang terdiri atas seleksi, perencanaan, pengadaan,

    distribusi dan penyimpanan, pemberian dan penggunaan obat.

    3. Distribusi dan penyimpanan adalah serangkaian kegiatan yang untuk menyalurkan obat

    dari gudang farmasi ke unit-unit pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan

    penerimaan,pengecekan, pelabelan dan penyimpanan.

    Instrumen dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode diantaranya adalah :

    1.

    Pedoman wawancara, karena dalam proses pengumpulan data menekankan pada

    wawancara mendalam terhadap nara sumber atau informan untuk mendapatkan

    pemahaman mengenai pengelolaan Obat yang meliputi tahap distribusi dan

    penyimpanan obat di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II11.

    2.Focus Group discusi merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui

    wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik. Metode

    FGD termasuk metode kualitatif. Seperti metode kualitatif lainnya (direct observation,

    indepth interview, dsb) FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-and why,

    bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-manyyang khas untuk metode kuantitatif

    (survei, dsb)2.

    3.

    Pelatihan Standar Keselamatan Pasien (SKP) adalah serangkaian aktivitas yang

    dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan

    sikap individu. Tujuan pelatihan ini agar pegawai bisa memahami bagaimana

    pengelolaan obat High Alert Medication di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

    Yogyakarta10.

    4.

    Checklist Observasi disusun berdasarkan standar akreditasi terkait dengan Standar

    Keselamatan Pasien (SKP) dan Manajemen Pengelolaan Obat (MPO) berdasarkan

    instrumen survey dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)4.

    Tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap diagnosing, plaining, action dan

    evaluating. Tahap diagnosing yaitu Pada tahap diagnosing, Peneliti melakukan observasi dan

    wawancara mendalam pada penanggung jawab pelayanan farmasi tentang pengelolaan obat

    HAM di instalasi farmasi dengan menggunakan ceklist yang di turunkan dari Standar

    Akreditasi Rumah Sakit SKP 3. Proses observasi dan wawancara dilakukan secara langsung

  • 7/26/2019 t53040

    6/16

    untuk melihat apa-apa saja hambatan dan kendala yang timbul dalam kesiapan rumah sakit

    menghadapi proses Akreditasi.

    Pada tahap planing ini, peneliti membuat group interview dengan petugas apoteker

    dan perawat bangsal untuk menyusun konsep dan rencana perbaikan dalam pengelolaan obat

    high alert medication sesuai dengan Standar SKP 3.

    Setelah rencana disusun, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan.

    Rencana tindakan pertama yang akan dilakukan peneliti adalah dengan membuat poster

    daftar obat high alert medication dan menempelkan poster tersebut di tempat yang strategis

    sehingga dapat dipahami oleh petugas farmasi. Rencana tindakan yang kedua adalah

    membuat tempat khusus untuk obat-obat high alert medication sehingga tidak tercampur

    dengan obat lainya. Adapun rencana tindakan yang ketiga yaitu memberi label pada obat-

    obat high alert medication untuk membedakan dengan obat lainya. Rencana tindakan yang

    keempat adalah memberikan pelatihan tentang pengetahuan pengelolaan obat high alert

    medication kepada seluruh petugas Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

    Tahap evaluasi dilakukan kurang lebih 1 bulan setelah dilakukan tindakan penelitian.

    Peneliti melakukan evaluasi dengan cara observasi langsung ke instalasi farmasi dengan

    menggunakan ceklist standar akreditasi. Tujuan dilakukanya evaluasi adalah untuk melihatsejauh mana perubahan dan perkembangan pengelolaan obat high alert medication di intalasi

    farmasi pada saat distribusi dan penyimpanan, serta pemberian dan penggunaan obat HAM

    apakah sudah sesui dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit.

    Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:

    1.Informed Consent (Lembar Persetujuan).

    Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

    memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilakukan.

    2.Anonymity (Tanpa Nama).

    Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian

    dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

    dan lainnya.

    3. Confidentiality(Kerahasiaan).

    Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

    kelompok data yang akan dilaporkan pada hasil riset6.

  • 7/26/2019 t53040

    7/16

    HASIL

    Hasil observasi pre intervensi pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah II dapat

    dilihat dari tabel berikut :

    Tabel 1. Persentase Skor Pre Intervensi Pengelolaan Obat HAM

    No PertanyaanUnit Pelayanan

    Jumlah1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Unit pelayanan memiliki kebijakan atau panduan

    Obat High Alert Medication (HAM) ? - 0

    2 Tersedia daftar obat High Alert Medication (HAM)di unit Pelayanan dan informasinya (buku atau

    poster) ? - 0

    3 Daftar obat HAM ditempelkan atau ditempatkan di

    unit pelayanan ? - 0

    4 Obat HAM disimpan dalam tempat tersendiri atau

    tercampur dengan obat lain? 2

    5 RS memiliki prosedur untuk pelabelan, apakah obat

    HAM yang ada di unit pelayanan telah diberi label? _ 3

    6 Obat dengan kategori LASA sudah diberi label? - 0

    7 Ketersediaan dan kualitas obat HAM dimonitoring

    atau dipantau setiap hari oleh kepala ruang? 1

    8 Ketersediaan dan kualitas obat HAM dimonitoring

    atau dipantau setiap bulan oleh Farmasi? - 0

    9 Ada area pembatasan obat HAM di unit pelayanan

    (disimpan dan dikunci dalam satu tempat tertentu)? - 0

    10 Prosedur penanganan elektrolit konsentrat yang

    memuat proses identifikasi, lokasi, pelabelan dan

    penyimpanan ?

    - - - 0

    11 Unit pelayanan menyimpan elektrolit konsentrat ? - 3

    12 Elektrolit konsentrat hanya disimpan di unit IGD,

    ICU, dan OK ? 8

    13 Tersedia SPO pemberian obat dengan benar ( benar

    orang, dosis, cara, waktu, dan benar obat) ? 8

    14 Prosedur pemberian obat dengan benar sudah

    diterapkan di unit pelayanan ? 8

    15 RS memiliki program atau kebijakan dalam

    melakukan inspeksi secara berkala terhadap tempat

    penyimpanan obat di unit pelayanan ? - 0

    Jumlah 33

    Jumlah Total : 33x100:120 = 27,5%27,5%

  • 7/26/2019 t53040

    8/16

    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat HAM di Rumah Sakit PKU

    Muhammadiyah II masih jauh dari kata standar, ini sesui dari total hasil persentase sebesar

    27,5 %. Jumlah ini tentu sangat kecil mengingat pentingnya pengelolaan obat HAM di rumah

    sakit. Berikut penjelasan dari tabel observasi di atas :

    1.

    Rumah sakit saat ini belum mempunyai kebijakan ataupun panduan yang mengatur khusus

    tentang pengelolaan obat HAM,

    2.

    setiap unit yang ada di Rumah Sakit saat ini belum ada satupun yang memiliki Daftar obat

    HAM, Baik berupa poster maupun buku panduan obat HAM.

    3.belum ada area khusus penyimpanan obat HAM baik itu elektrolit konsentrat maupun obat

    HAM lain. Sistem pelabelan obat HAM baru sebatas di unit pelayanan Farmasi.

    4. Belum ada sistem pelabelan pada obat kategori LASA.

    5. Belum ada monitoring khusus baik dari pihak farmasi maupun dari kepala ruang terkait

    tentang ketersediaan dan kualitas obat HAM yang ada di unit perawatan.

    6. Tidak ada areap khusus obat HAM seperti elektrolit konsentrat, obat HAM dapat di akses

    dengan mudah dan tidak terkunci.

    7. Belum ada SPO yang mengatur penanganan obat HAM di rumah sakit.

    8. Elektrolit konsentrat hanya boleh di simpah di unit emergency seperti : IGD, IBS dan ICU.

    9.

    Unit pelayanan telah memiliki SPO pemberian obat dengan benar dan telah diterapkan.

    10. Rumah sakit belum memiliki program khusus dalam melakukan inspeksi secara berkala

    terhadap tempat penyimpanan obat di unit pelayanan.

  • 7/26/2019 t53040

    9/16

    Hasil observasi post intervensi pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah II dapat

    dilihat dari tabel berikut :

    Tabel 2. Persentase Skor Post Intervensi Pengelolaan Obat HAM

    No Pertanyaan Unit Pelayanan Jumlah1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Unit pelayanan memiliki kebijakan atau

    panduan Obat High Alert Medication (HAM)?

    8

    2 Tersedia daftar obat High Alert Medication

    (HAM) di unit Pelayanan dan informasinya

    (buku atau poster) ?

    8

    3 Daftar obat HAM ditempelkan atau

    ditempatkan di unit pelayanan ? 8

    4 Obat HAM disimpan dalam tempat tersendiri

    atau tercampur dengan obat lain? 3

    5 RS memiliki prosedur untuk pelabelan,

    apakah obat HAM yang ada di unit pelayanan

    telah diberi label?

    8

    6 Obat dengan kategori LASA sudah diberi

    label? - 0

    7 Ketersediaan dan kualitas obat HAM

    dimonitoring atau dipantau setiap hari olehkepala ruang?

    2

    8 Ketersediaan dan kualitas obat HAM

    dimonitoring atau dipantau setiap bulan oleh

    Farmasi?

    - 0

    9 Ada area pembatasan obat HAM di unitpelayanan (disimpan dan dikunci dalam satu

    tempat tertentu)? 8

    10 Prosedur penanganan elektrolit konsentrat

    yang memuat proses identifikasi, lokasi,

    pelabelan dan penyimpanan ?

    3

    11 Unit pelayanan menyimpan elektrolit

    konsentrat ? - 3

    12 Elektrolit konsentrat hanya disimpan di unit

    IGD, ICU, dan OK ? 8

    13 Tersedia SPO pemberian obat dengan benar (

    benar orang, dosis, cara, waktu, dan benarobat)

    8

    14 Prosedur pemberian obat dengan benar sudah

    diterapkan di unit pelayanan ? 8

    15 RS memiliki program atau kebijakan dalam

    melakukan inspeksi secara berkala terhadap

    tempat penyimpanan obat di unit pelayanan ?

    8

    Jumlah 83

    Jumlah Total Persentase ( 83 x 100 : 120 = 69 % ) 69%

  • 7/26/2019 t53040

    10/16

    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat HAM di Rumah Sakit

    PKU Muhammadiyah II mengalami peningkatan setelah dilakukan perbaikan yaitu sebesar

    69%. Jumlah ini meningkat dari hasil sebelumnya yaitu sebesar 27,5% dengan peningkatan

    persentase sebesar 41,5 %. Berikut penjelasan dari peningkatan tabel observasi di atas :

    1.

    Rumah sakit PKU Muhammadiyah saat ini telah memiliki kebijakan dan panduan obat

    HAM dan telah disosialisasikan dalam bentuk pelatihan kepada seluruh kariawan RS.

    2. Rumah sakit PKU Muhammadiyah saat ini telah memiliki daftar obat High Alert

    Medication (HAM) dan telah di sosialisasikan kepada petugas RS melalui pelatihan.

    3.

    Daftar obat HAM dalam bentuk poster telah ditempelkan di ruang persiapan obat seluruh

    unit pelayanan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II.

    4. Sistem penyimpanan obat HAM di unit pelayanan telah dilakukan, obat dengan kategori

    HAM di simpan tersendiri dan telah diberi label High Alert.

    5. Sistem pelabelan di Rumah Sakit PKU II sedang dalam proses perbaikan, untuk unit

    farmasi sistem pelabelan obat HAM telah dilakukan baik itu elektrolit konsentrat maupun

    obat HAM lainya. Sedangkan untuk Sistem pelabelan di unit pelayanan lain baru

    dilakukan pada kotak Emergency Kit masing-masing bangsal.

    6. Sistem pelabelan pada obat kategori LASA baru berjalan di unit Farmasi.

    7. Sistem monitoring ketersediaan dan kualitas obat HAM di unit perawatan mulai berjalan,

    sedangkan monitoring dari unit Farmasi belum ada.

    8. Sistem penyimpanan obat HAM di unit-unit perawatn mulai berjalan.

    9. Sudah ada SPO tentang pengelolaan dan penanganan elektrolit konsentrat dan telah di

    sosialisasikan kepada petugas.

    10. Elektrolit konsentrat hanya di simpan di unit emergency seperti IGD, IBS dan ICU.

    11.

    Unit pelayanan telah memiliki SPO pemberian obat dengan benar dan telah diterapkan.

    12. Rumah sakit belum memiliki program khusus dalam melakukan inspeksi secara berkala

    terhadap tempat penyimpanan obat di unit pelayanan.

  • 7/26/2019 t53040

    11/16

    PEMBAHASAN

    Identifikasi masalah dalam pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah Unit II

    harus dilakukan secara komprehensip, adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam

    mengidentifikasi masalah yaitu dengan menggunakan metode wawancara mendalam (indeph

    interview) pada kepala Instalasi Farmasi, metode focus group discusion (FGD) dengan

    petugas Farmasi dan perawat bangsal serta melakukan observasi di unit pelayanan

    menggunkan ceklist yang diturunkan dari standar akreditasi Rumah Sakit.

    Metode yang pertama adalah wawancara, metode ini dilakukan oleh peneliti untuk

    mengidentifikasi masalah pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah II, salah

    satunya yaitu dengan metode wawancara. Wawancara ini sendiri dilakukan dengan tujuan

    untuk menggali dan memperoleh informasi yang aktual dan mendalam terkait dengan

    pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah II. Pelaksanaan wawancara dilakukan

    kepada kepala penanggung jawab pelayanan farmasi.

    Hasil dari wawancara dengan kepala Instalasi Farmasi selaku penanggung jawab pengelolaan

    obat HAM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dapat disimpulkan sebagai

    berikut :

    1. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II telah memiliki kebijakan dan prosedur

    penanganan obat HAM, akan tetapi belum disosialisasikan.2. Pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II baru sebatas

    pelabelan dan penyimpanan. Sistem ini baru berjalan internal di faramasi, sedangkan di

    unit perawatan lain belum berjalan.

    3. Rumah sakit telah memiliki daftar obat HAM tapi masih berbentuk buku panduan dan

    belum di buat dalam bentuk poster dan ditempelkan di setiap unit perawatan rumah

    sakit.

    4.

    Sistem distribusi obat yang digunakan yaitu individual prescribing (sistem distribusi

    berdasarakan resep dokter).

    5. Sistem stock obat yang digunakan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

    adalah floor stock (persediaan obat yang siap dipakai di bangsal).

    6. Rumah sakit belum memilki SOP tentang penggunaan obat injeksi atau elektrolit

    konsentrat.

    7.

    Sistem pelabelan dan penyimpanan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

    yang berjalan baru obat HAM sedangkan obat LASA belum.

  • 7/26/2019 t53040

    12/16

    Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Metodefocus

    Group Discusion(FGD), dimana tujuan dari discusi ini adalah untuk membahas permasalan

    seputar obat HAM dan juga mencari solusi dari pemecahan masalah tersebut. Setiap anggota

    diberikan kebebasan untuk mengeluarkan argumen dan pendapatnya sesui dengan fenomena

    yang terjadi di sekitar mereka.

    Hasil FGD dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Rumah sakit diharapkan segera mengadakan pelatihan atau seminar tentang obat HAM.

    2.

    Membuat (Standar Prosedur Oprasional) peresepan obat, penggunaan elektrolit

    konsentrat dan serah terima dari farmasi ke bangsal perawatan.

    3. Memperbaiki sistem pengelolaan obat HAM dan LASA mulai dari pelabelan,

    penyimpanan sampai dengan pemberianya.

    Metode yang ketiga dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan ceklist observasi.

    Ceklist observasi digunakan untuk melihat dan menilai sejauh mana kesiapan rumah sakit

    dalam pengelolaan obat High Alert Medication. Pembuatan ceklist observasi ini mengacu

    pada standar akreditasi Rumah sakit yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan obat

    (MPO) dan SKP III tentang peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai. Kegiatan

    Observasi dilakukan oleh peneliti di seluruh unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit mulai

    dari Unit Farmasi, IGD, ICU, OK dan bangsal rawat inap.

    Berikut adalah tabel identifikasi masalah pngelolaan obat HAM dengan menggunakan

    metode Wawancara dan FGD.

    Tabel 4.1 Identifikasi Masalah Pengelolaan Obat HAM

    Pertanyaan Wawancara FGD koding

    Apakah RS PKU II saat

    ini telah memilikikebijakan dan

    mensosisalisasikan

    tentang pengelolaan 0bat

    HAM

    Sudah ada kebijakan,

    belum ada sosialisasi

    Belum ada

    sosialisasi maupunpelatihan tentang

    obat HAM

    Sosialisasi dan

    pelatihan obatHAM

    Bagaimana pengelolaan

    obat HAM di RS PKU II

    saat ini

    sistem yang berjalan

    baru pelabelan dan

    penyimpanan di unit

    faramasi

    Sistem

    penyimpanan dan

    pelabelan obat

    HAM baru di unit

    farmasi, unit

    perawatan lain

    belum

    Sistem yang

    berjalan baru

    pelabelan dan

    penyimpanan di

    unit farmasi

  • 7/26/2019 t53040

    13/16

    Apakah RS PKU II saat

    ini telah memiliki daftar

    obat HAM

    Belum berupa poster

    masih dalam bentuk

    buku panduan

    Belum ada

    sosialisasi daftar

    obat HAM RS PKU

    II

    Sosialisasi

    daftar obat

    HAM

    Bagaimana sistem

    distribusi obat HAM diRS PKU II saat ini

    Sistem ditribusi

    individualprescribing

    Sistem distribusi

    obat berdasarakanresep dokter

    Sistem ODD

    lebih aman

    Apakah saat ini sudah

    sudah ditetapkan metode

    khusus untuk distribusi

    obat HAM di RS.

    Pemberian obat

    HAM sesui dengan

    resep dokter

    Obat yang diberikan

    ke pasien sesuai

    dengaan resep

    dokter

    Obat diberikan

    sesui dengan

    resep

    Bagaimana sistem

    penyimpanan obat HAM

    di RS PKU II

    obat HAM di simpan

    dalam tempat

    tersendiri dan tidak

    tercampur dengan

    obat lain

    Di bangsal obat

    HAM disimpan

    tercampur dengan

    obat lain

    Sistem

    penyimpanan

    belum berjalan

    menyeluruh

    Bagaimana sistem

    pelabelan obat HAM di

    RS PKU II

    Sistem pelabelan

    baru diterapkan di

    unit farmasi

    Masih ditemukan

    obat kategori HAM

    tidak diberi label

    Sistem

    pelabelan

    belum

    menyeluruh

    Bagaimana pengetahuan

    petugas kesehatan

    tentang obat HAM

    Belum ada

    sosialisasi dan

    pelatihan khusus

    tentang obat HAM

    Masih ada petugas

    kesehatan yang

    tidak menegrti apa

    itu obat HAM

    Pengetahuan

    petugas tentang

    obat HAM

    kurang

    Dari hasil identifikasi masalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa problem dalam

    pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah :

    1. Pengetahuan dan pemahaman petugas kesehatan tentang pengeloaan obat HAM

    belum standar atau belum baik. Hal ini karena masih ditemukan petugas yang

    tidak memahami dan mengerti apa itu obat high alert medicationdan bagaimana

    cara pengelolaanya.

    2.

    Kebijakan dan prosedur penanganan obat HAM sudah disusun, akan tetapi belum

    adanya upaya sosialisasi tentang kebijakan dan prosedur pengelolaan obat HAM

    pada petugas kesehatan yang ada di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

    Yogyakarta Unit II.

    3. Pembuatan stiker obat HAM, LASA dan Poster obat HAM serta

    mensosialisasikanya di setiap unit perawatan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

    Yogyakarta Unit II.

  • 7/26/2019 t53040

    14/16

    Rencana tindakan merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan

    dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk merumuskan rencana

    tindakan dilakukan group interview dengan melakukan rapat koordinasi antara Tim patient

    safety (KPRS) dengan penanggung jawab farmasi. Berdasarkan group interview disepakati

    rencana tindakan dalam pengelolaan obat High Alert Medication di RS PKU Muhammadiyah

    Unit II ini meliputi :

    a. Memasang poster dan edukasi kepada petugas unit pelayanan tentang daftar obat High

    Alert Medication (HAM). Pemasangan daftar obat HAM dilakukan di seluruh unit

    pelayanan Rumah Sakit PKU II. Selain pemasangan poster peneliti juga memberikan

    sosisalisai dalam bentuk informasi kepada petugas unit pelayanan tentang daftar obat

    HAM yang terbaru saat ini. Dari hasil kegiatan ini diharapkan ketika petugas menemui

    obat-obat kategori HAM agar lebih teliti ketika memberikanya.

    b. Memasang stiker dan mengedukasi petugas farmasi tentang stiker HAM dan LASA.

    Pemasangan dan penempelan stiker obat HAM dan LASA dilakukan dalam dua tahap.

    Tahap pertama pemasangan dilakukan di ruang Farmasi yang didampingi oleh petugas

    dari manajemen pengelolaan obat. Pada tahap ini Peneliti menempel dan

    mensosialisasikan kepada petugas apotik dalam pemasangan stiker obat HAM dan LASAdimana wadah obat yang telah di tempel stiker HAM atau LASA maka diharapkan obat

    yang ada didalam wadah tersebut agar ditempelakan stiker juga.

    Tahap kedua pemasangan stiker obat HAM dilakukan di unit atau bangsal perawatan,

    pemasangan stiker dilakukan pada kotak emergency yang ada di setiap bangsal perawatan

    Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Obat-obat yang masuk dalam kategori

    obat HAM yang ada didalam kotak emergency kit di tempelkan stiker high alert dengan

    harapan petugas agar lebih berhati-hati dan teliti dalam menggunkan obat tersebut.

    c. Pelaksanaan Pelatihan Standar Keselamtan Pasien di Rumah Sakit PKU.

    Pelatihan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

    Yogyakarata dilakukan dalam upaya meningkatkan keamanan obat-obat dengan

    kewaspadaan tinggi atau obat High Alert Medication. Pelatiahan ini diukuti oleh seluruh

    kariawan Rumah Sakit PKU baik itu perawat, bidan, apoteker maupun petugas medis

    lainya.

  • 7/26/2019 t53040

    15/16

    KESIMPULAN

    1.

    Pengelolaan obat HAM di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

    sebelum dilakukan intervensi baru mencapai skor 27,5% dari Standar Akreditasi

    KARS versi 2012 dengan identifikasi masalah pengelolaan obat HAM adalah sebagai

    berikut :

    a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman petugas kesehatan tentang pengelolaan

    obat HAM

    b. Minimnya sosialisasi atau pelatihan terkait dengan pengelolaan obat HAM

    c.

    Sarana dan prasarana yang kurang dalam pengelolaan obat HAM

    2.

    Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan group interview antara tim keselamatan

    pasien rumah sakit dengan Kepala Instalasi Farmasi disepakati intervensi untuk

    perbaikan pengelolaaan obat HAM meliputi:

    a. Memasang poster sekaligus mengedukasi kepada petugas baik apoteker maupun

    perawat tentang daftar obat HAM.

    b. Mensosialisasikan dengan memberian label pada obat HAM dan LASA baik di

    Instalasi Farmasi maupun di unit perawatan rumah sakit.

    c. Memberikan pelatihan tentang standar keselamatan pasien kepada seluruh petugas

    Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

    3.

    Pengelolaan obat HAM di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

    setelah dilakukan intervensi mencapai skor 69% dari Standar Akreditasi KARS versi

    2012. Dengan demikian terdapat peningkatan skor dalam pengelolaan obat HAM

    yaitu sebesar 41,5% terhadap mutu pengelolaan obat HAM sesuai Standar Akreditasi

    KARS versi 2012.

  • 7/26/2019 t53040

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Bungin, B, 2007, Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group : Jakarta.

    2. Irwanto, 1998. Focus Group Discussion (FGD). Pusat Kajian Pembangunan

    Masyarakat, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta.

    3. KARS 2012, Tentang Akreditasi Rumah Sakit.

    4. Margono, S, 2007, Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT. Rineka

    Cipta : Jakarta.

    5.

    Meleong, 2010,Metedeologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja.

    6.

    Nursalam, 2008,Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta.

    7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011, Tentang

    Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 8 Agustus 2011, Jakarta.

    8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014, Tentang

    Standar Kefarmasian di Rumag Sakit, 18 Agustus 2014, Berita Negara Republik

    Indonesia Nomor 1223, Jakarta.

    9.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009, Tentang Pekerjaan

    Kefarmasian, 1 September 2009, Lembar Negara Republik Indinesia Nomor 5044,

    Jakarta.

    10.Simamora, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. STIE YKPN :

    Yogyakarta.

    11.Sugiono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf dan Kualitatif.

    Alfabeta : Bandung.

    12.Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit, 28 Oktober 2009,

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072, Jakarta.