Berita T. FIKRI A... · Web viewLewat kata, frasa, kalimat, metafora seperti apa suatu berita...
Click here to load reader
Transcript of Berita T. FIKRI A... · Web viewLewat kata, frasa, kalimat, metafora seperti apa suatu berita...
JURNAL
“KONSTRUKSI MEDIA CETAK KOMPAS DALAM BERITA AKTIVITAS
PARIWISATA INDONESIA”
(STUDI ANALISIS WACANA TERHADAP TEKS BERITA PARIWISATA
INDONESIA DI HARIAN UMUM KOMPAS PERIODE JANUARI 2016)
MUHARRIK THARIQUDDIEN FIKRI AMALI
D1214057
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
i
KONSTRUKSI MEDIA CETAK KOMPAS DALAM BERITA AKTIVITAS
PARIWISATA INDONESIA
(Studi Analisis Wacana Terhadap Teks Berita Pariwisata Indonesia di Harian
Umum Kompas Periode Januari 2016)
Muharrik Thariquddien Fikri Amali
Drs. Mursito BM., S.U
Abstrack
News of tourism has now affected much in the news in various mass media in Indonesia. Almost all media in Indonesia are reporting about Indonesian tourism activity in which each region has a tourism sector that is different is always growing and developing. Tourism itself has become a mainstay conducted with the aim of improving the quality of an area for the better. Kompas as one of the print media in Indonesia also proclaim tourism activities in Indonesia. Kompas load with neutral News about Tourism Activities. The news that will be analyzed using discourse analysis. This research on the study of the structure of language message in the text of the news in the mass media. The research method used is descriptive qualitative, This research aims to determine how the media construct the news about Indonesia Tourism Activities are presented in the Kompas daily during the period January 2016. This study uses discourse analysis Teun A. van Dijk with elements that are owned as thematic, schematic, semantic, syntactic, stylistic and rhetorical to find out how the discourse of tourism activity packed for presentation to the audience, and meaning in it. Results from this study is that the eight-text news about Indonesia Tourism Activity shows, Compass presents a discourse constructs reality in a positive way. Compass presents news overall it into several parts, namely: the steps taken by the government in developing tourism infrastructure, simplify licensing for entry into Indonesia, and the government's strategy in promoting Indonesian tourism abroad.
Keywords: Tourism News, Construction Reality Media, Discourse Analysis
Pendahuluan
Berita tentang pariwisata saat ini telah banyak mewarnai pemberitaan di
berbagai media massa Indonesia baik itu cetak maupun elektronik. Hampir semua
media yang ada di Indonesia terdapat pemberitaan tentang aktivitas pariwisata
Indonesia yang mana setiap daerah memiliki sector pariwisata yang berbeda-beda
1
yang selalu tumbuh dan berkembang. Pemberitaan terkait tentang periwisata ini
seolah-olah menggambarkan bahwa pariwisata kini bukan hanya dipandang sebagai
aktivitas berkunjung dan bertamasya saja. Pariwisata saat ini dipandang lebih luas
sebagai sumber pendapatan daerah bahkan Negara yang besar, sekaligus menciptakan
suatu identitas yang mencerminkan daerah itu sendiri berdasarkan tujuan pariwisata
yang mereka miliki dan mereka kembangkan.
Setiap peristiwa dapat tampil di media selama peristiwa tersebut memiliki
nilai berita yang menjadikannya patut untuk dipublikasi. Dan berita mengenai
aktivitas pariwisata ini adalah suatu yang sangat menarik perhatian media, apalagi
sekarang pariwisata merupakan asset penting yang harus terus dikembangkan.
Apabila kita mencermati bentuk pemberitaan aktivitas pariwisata yang dipublikasi
oleh berbagai media di Indonesia, tentu akan terlihat perbedaaan yang signifikan
antara berita aktivitas pariwisata dalam membangun suatu identitas dan
meningkatkan kesejahteraan bangsa dengan berita pariwisata yang hanya mengulas
tentang tempat-tempat untuk sekedar berlibur keluarga. Pokok permasalahan yang
ditimbulkan oleh berita ativitas pariwisata terkait kesejahteraan bangsa akan lebih
kompleks karena menyangkut lebih banyak aspek dan kepentingan.
Cara media dalam menyajikan berita untuk kedua jenis bidang pariwisata
tersebut tentu akan berbeda. Dalam surat kabar misalnya, ketika berita pariwisata
yang diterbitkan hanya mengulas tempat-tempat rekreasi untuk tujuan berlibur, maka
bahasa dan pemilihan katanya lebih santai dan menghibur serta tidak mengarah pada
wacana-wacana baru.
Kompas merupakan salah satu dari sekian banyak surat kabar yang mengikuti
perkembangan kabar berita tersebut. Dengan penyampaian berita yang lebih bersifat
Straight News, Kompas seakan ingin menggambarkan kondisi di balik pariwisata
yang ada di Indonesia.
Mungkin banyak aktivitas pariwisata daerah yang terjadi di Indonesia, tetapi
tidak semuanya diliput oleh media. Hanya peristiwa yang memiliki nilai berita yang
2
menjadikannya layak untuk dipublikasikan menjadi sebuah berita. Aktivitas
pariwisata dengan skala nasional yang melibatkan dari berbagai pihak itulah yang
lebih memiliki nilai berita yang tinggi untuk diberitakan karena merupakan peristiwa
besar dan memiliki arti penting.
Oleh karena itu peneliti tergerak untuk mengangkat tema ini sebagai topik
penelitian. Media yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah harian umum
Kompas Periode Januari 2016. Sebagai pilar keempat demokrasi, pers jelas
mempunyai potensi untuk membentuk persepsi publik. Hal inilah yang membuat
pemerintah berusaha untuk menggandeng pihak pers dalam bekerjasama untuk
membangun pariwisata Indonesia. Karenanya khalayak harus lebih peka dalam
menerima terpaan media untuk memahami pemberitaan dari hasil konstruksi yang
dilakukan media dengan segala ideologi dan kepentingan yang dimiliki.
Peneliti mengambil media cetak Kompas sebagai media yang digunakan
untuk melakukan penelitian karena Kompas merupakan salah satu Koran nasional
yang professional dalam memberitakan hal ini. Pemberitaan yang disajikan Kompas
juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan
pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media lainnya yang lebih sedikit
menampilkan berita terkait Aktivitas Pemerintah dalam mengelola Pariwisata.
Kompas dalam pemberitaan ini juga terlihat lebih bersifat netral dalam
mengkritisi langkah kerja pemerintah terkait hal ini, sehingga tidak terlihat Kompas
sebagai media yang memihak salah satu pihak atau mempunyai kepentingan-
kepentingan tertentu terhadap suatu instansi terkait.
Melalui pemberitaan aktivitas pariwisata yang diterbitkan Harian Umum
Kompas, peneliti akan melakukan analisis teks dengan menggunakan analisis wacana
yang merupakan studi tentang struktur pesan pada dalam komunikasi. Yaitu telaah
mengenai aneka fungsi (prakmatik) bahasa. Dalam teks berita, fungsi bahasa adalah
sebagai penyampai peristiwa yang dirangkai secara tekstual.
3
Bahasa digunakan untuk membawa gambaran realitas yang ada di sekitar
manusia. Kajian tentang pembahasaan realitas dalam sebuah pesan tidak hanya apa
yang tampak dalam teks atau tulisan, situasi dan kondisi (konteks) tetapi juga pesan
yang dapat membuat persepsi berbeda.
Peneliti memilih periode Januari 2016 sebagai objek penelitian karena pada
bulan Januari Kompas lebih banyak mengangkat berita tentang aktivitas pariwisata
Indonesia dibandingkan periode bulan lainnya yang rata-rata hanya menampilkan 15
berita dalam satu bulan. Sedangkan pada bulan Januari 2016 terdapat 32 berita
tentang pariwisata yang terdiri dari 12 straight news, 6 feature, dan 14 opini.
Rumusan Masalah
Atas dasar uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan
pokok dapat dirumuskan “Bagaimana Harian Umum Kompas mengkonstruksi
Aktivitas Pariwisata Indonesia pada Periode Januari 2016”?
Tinjauan Pustaka
a. Berita
Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas social yang
terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa
penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksikan realitas sosial
ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.
Menurut Shoemaker dan Reese, nilai berita adalah elemen yang di tujukan
kepada khalayak. Memproduksi berita tidak ada bedanya dengan memproduksi
barang. Keduanya ditujukan kepada khalayak. Tetapi keduanya berbeda dalam hal
apa yang mereka jual. Nilai berita adalah produk dari konstruksi wartawan. Secara
umum, nilai berita tersebut dapat digambarkan sebagai berikut1 :
1 Eriyanto. Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta. LKIS. 2002. Hal 102
4
1. Prominance : Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang di pandang penting.
2. Human Interest : Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu banyak mengandung unsure haru, sedih, dan menguras emosi khalayak.
3. Conflict/Controversy : Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja.
4. Unusual : Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjadi.
5. Proximity : Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan dengan peristiwa yang jauh, baik dari fisik maupun emosional khalayak
Nilai berita adalah prosedur standar peristiwa bagi wartawan maupun sebuah
media tentang apa yang bisa diberitakan kepada khalayak. Selain memiliki ukuran
standar dalam menentukan berita, nilai berita juga bisa dijadikan sebagai ideologi
bagi kerja wartawan. Wartawan /pers menentukan bagaimana peristiwa itu
diklarifikasikan dan juga bagaimana peristiwa tersebut didefinisikan dan
dikonstruksi, serta dengan cara apa dan bagaimana peristiwa seharusnya diinputkan.2
Artinya dengan nilai berita tersebut sebuah berita yang ada di Harian Kompas
khususnya terkait pemberitaan Aktivitas Pariwisata harus memliki berita yang
berkualitas dan baik supaya masyarakat bisa membaca perkembangan berita yang
lebih aktual.
Teori jurnalistik mengajarkan, karena fakta dalam bentuk berbagai peristiwa
yang terjadi di dunia begitu banyak, sedangkan waktu yang dimiliki jurnalis sangat
terbatas, maka cara melaporkan dan menulis fakta yang paling mudah adalah dengan
pola piramida terbalik.3
Dengan piramida terbalik berarti pesan berita disusun secara deduktif.
Kesimpulannya diletakkan terlebih dahulu pada paragraph pertama, kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan yang lebih rinci pada paragraph berikutnya. Dengan
demikian, paragraph pertama berisi informasi yang sangat penting, dan kemudian
2 Ibid. Hal 1113 Ibid. Hal 117
5
dilanjutkan dengan paragraph atau alinea selanjutnya yang masuk dalam kategori
penting, cukup penting, dan kurang penting.
b. Proses Produksi Berita
Kita ketahui bahwa proses produksi berita bukan merupakan ruang netral
yang hanya digunakan sebagai penyampai pesan atau informasi, tetapi proses
pembentukan berita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Proses produksi berita
melalui berbagai tahap, setiap tahap memiliki aktivitas yang berbeda. Tahap paling
awal dari produksi sebuah berita adalah begaimana wartawan mempersepsi
peristiwa/fakta yang akan diliput.
Proses pembentukan berita merupakan proses yang rumit dan banyak faktor
yang berpotensi mempengaruhi. Oleh sebab itu niscaya akan terjadi pertarungan
dalam memaknai realitas dan presentasi media. Apa yang akan disajika media, pada
dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan
Stephen D. Resse, meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputussan dalam ruang pemberitaan.4
Berita yang disajikan selain menggambarkan realitas dari media itu sendiri.
Media memilih realitas mana yang diambil dan realitas mana yang tidak diambil.
Selain itu secara sadar atau tidak sadar, media juga memilih aktor yang dijadikan
sumber berita, sehingga hanya sebagian saja dari sumber berita yang tampil dalam
pemberitaan. Media massa juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa
lewat bahasa yang digunakan dalam pemberitaan. Media massa membingkai suatu
peristiwa dengan bingkai tertentu yang pada akhinya menentukan bagaimana cara
khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kaca mata tertentu.5
c. Pandangan Konstruksionis Atas Realitas Sosial
Sebuah penelitian memerlukan acuan berupa paradigma dalam prosesnya agar
jelas arahan mana yang akan dituju dan dengan cara atau alur bagaimanakah tujuan
4 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Resse, Mediating the Message; Theories of Influenceson Mass Media Content, Second Edition, New York, Longman. 1996 dikutip oleh Agus Sudyibyo. Politik Media dan Pertarungan Wacana. LkiS. Yogyakarta. 2001. hal. 75 Eriyanto. 2002. Op.Cit. Hal 22-24
6
itu diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis
yang merupakan salah satu pandangan dalam analisis wacana.
Perspektif Konstruktivisme memberikan penjelasan bahwa individu
mengintepretasikan dan mengaktualisasikan konsep dalam tindakan tidak begitu saja
terjadi. Berangkat dari pemikiran ini kita bisa melihat bahwa tugas seorang
konstruktivis tidaklah mudah. Mengingat dunia arti di balik sebuah peristiwa perlu
dipahami dengan seksama, menyeluruh, diintrepretasikan sampai akhirnya lahir
sebuah makna.6
Seperti semua gerakan, konstruksi sosial tidak sepenuhnya konsisten dan
mempunyai beragam versi, Meskipun demikian, sebagian besar mempunyai
serangkaian asumsi yang sama. Robyn Penman seperti yang ditulis oleh Littlejohn
merangkum asumsi-asumsi Konstruksi Realitas Sosial sebagai berikut :7
1. Tindakan komunikatif bersifat sukarela. Seperti halnya perspektif interaksionisme simbolik, kebanyakan konstruksionis social memandang komunikator sebagai makhluk pembuat pilihan. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa setiap orang memiliki pilihan bebas. Lingkungan sosial memang membatasi apa yang dapat dan sudah dilakukan, tetapi dalam kebanyakan situasi, ada elemen pilihan tertentu.
2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatuyang ditemukan secara objektif, melainkan diturunkan dari interaksi didalam kelompok-kelompok sosial. Selanjutnya, bahasa membentuk realitas dan makna menentukan mengenai apa yang kita ketahui.
3. Pengetahuan bersifat kontekstual. Pengertian kita terhadap peristiwa selalu merupakan produk interaksi di tempat dan waktu tertentu serta pada lingkungan sosial tertentu. Oleh karena itu, pemahaman kita atas suatu halakan terus berubah sesuai dengan berjalannya waktu.
4. Teori-teori menciptakan dunia-dunia. Teori-teori dan aktivitas ilmiah serta penelitian pada umumnya bukanlah alat-alat yang objektif untuk suatu penemuan, melainkan ia lebih berperan dalam menciptakan pengetahuan. Dengan demikian, pengetahuan sosial selalu menyela dalam proses-prosesyang tengah dikaji. Pengetahuan itu sendiri membawa pengaruh pada apayang sedang diamati dan diteliti.
6 Littlejohn. Stephen W. Theories of Human Communication 8th edition. Belmont :Thompson Wadsworth, 2005. Hal 112-1137 Ibid. Hal 176
7
5. Pengetahuan sarat dengan nilai. Apa yang kita amati dalam suatu penelitian atau apa yang kita jelaskan dalam suatu teori senantiasadipengaruhi oleh nilai-niai yang tertanam di dalam pendekatan yangdipakai.Berangkat dari apa yang dikemukakan pemikir komunikasi di atas, dapatdianalisis lebih dalam bahwa pemikiran konstruksionis bahwa dalam konteksmedia massa sebagai sumber informasi juga tidak bebas nilai. Artinya, menurut paradigm konstruksionis, berita – berita yang disajikan kepada khalayak adalah berita yang sarat dengan muatan nilai – nilai dari pengelola medianya.
Realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Hasil
pemberitaan media pada satu sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang yg
berkaitan dengan realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja). Semua elemen
tersebut tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana
peristiwa dimaknai dan ditampilkan.8 Dengan pemahaman ini realitas berwajah
ganda/ prural. Setiap orang mempunyai kontruksi yang berbeda-beda atas sesuatu
realitas.
d. Konstruksi Realitas Sosial oleh Media
Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa
terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann. Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas sosial
terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui
bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The
Sociological of Knowledge tahun 1966. Menurut mereka, realitas sosial dikonstruksi
melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak
berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.9
Bagi kaum konstruktivisme, realitas (berita) itu hadir dalam keadaan subjektif.
Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan. Secara
singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Sebuah teks dalam sebuah berita
8 Eriyanto. 2002.Op.Cit. Hal 39 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat . Jakarta. Kencana. 2007. hal. 192
8
tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas, tetapi ia harus dipandang
sebagai konstruksi atas realitas.
Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu
baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas social memiliki makna,
manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain
sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkostruksi realitas
sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu
berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya. Melalui konstruksi
sosial media, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang
realitas.
Asumsi bahwa konstruksi sosial tidak dapat dilepaskan dari fungsi simbol,
terutama penggunaan bahasa, tidak jauh berbeda dengan asumsi para penganut
pascastrukturalis yang mengatakan bahwa bahasa diakui sebagai model umum
penjelasan sosial, atau pendirian bahwa masyarakat dan budaya tersusun dalam suatu
discourse (wacana). Dengan perkataan lain, bahasa sangat dominan dan menjadi
media utama dalam mengencode realitas sosial, dan bisa dimengerti bila mereka lebih
menyukai diterminisme linguistik ketimbang, misalnya, determinsime psikologi atau
determinisme teknologi.10 Di sini fungsi bahasa tidak hanya sebagai ekspresi diri,
tetapi juga sebagai media perantara fakta. Fakta-fakta di semesta sosial hanya dapat
diketahui oleh khalayak bila dikomunikasikan dengan bahasa melalui media massa.
e. Analisis Wacana
Analisis wacana adalah salah satu altenatif dari analisis isi selain analisis isi
kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Kalau analisis isi kuantitatif lebih
menekankan pada pertanyaan ‘apa’ (what), analisis wacana lebih melihat pada
‘bagaimana’ (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita
bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan.
Lewat kata, frasa, kalimat, metafora seperti apa suatu berita disampaikan. Dengan 10 Mursito BM., Konstruksi Realitas dalam (Bahasa) Media, Jurnal Komunikasi Massa, Vol. 1, No. 1, Juli 2008, hal.29
9
melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa
melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks.11
Analisis wacana melihat pada ‘bagaimana’dari suatu pesan atau teks
komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks
berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Selain itu, analisis wacana lebih
bisa melihat makna yang tersembunyi dari sebuah teks melalui struktur
kebahasaanny12. Dengan menggunakan metode analisis wacana, peneliti menganalisis
bagaimana media khususnya media cetak Kompas dalam mengkonstruksi sebuah
berita.
Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif kompleks lengkap. Satuan
pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat,
paragraf, hingga karangan utuh. Analisis wacana merupakan jenis analisis teks yang
memfokuskan pada pesan tersembunyi. Analisis wacana digunakan untuk
menyingkap makna tersembunyi yang disampaikan secara implisit dalam suatu teks.
Menurut Alex Sobur, pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara
teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheran, dibentuk oleh unsur segmental
maupun non segmental bahasa.
Dari penjelasan diatas, wacana tidak hanya mencakup sesuatu yang tertulis,
tetapi juga bahasa lisan. Namun yang menjadi faktor penting adalah bentuk
komunikasi tersebut harus berupa sistem representasi yang dibangun secara sosial
untuk mengedarkan suatu makna koheren tentang suatu topik. Karena itu, sebuah
wacana harus punya dua unsur penting, yakni kesatuan (unity) dan kepaduan
(coherence)13.
Sedangkan analisis wacana dirumuskan sebagai studi tentang sturktur pesan
dalam komunikasi14. Pendekatan terhadap analisis wacana hampir serupa dengan 11 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Isi Media. Yogyakarta, LKIS, 2009. hal xv12 Ibid. Hal 513 Alex Sobur. 2009. Op.Cit. hal.1014 Ibid. hal.15
10
pendekatan dalam analisis isi. Sebelum muncul metode analisis wacana (discourse
analysis), penelitian mengenai isi media banyak dilakukan dengan metode analisis isi
(content analysis).
Dalam analisis wacana, terdapat beberapa model yang digunakan untuk
mengkaji suatu penelitian, model analisis wacana tersebut antara lain diperkenalkan
oleh Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew; Theo van
Leeuwen; Sara Mills; Teun A. Van Dijk; dan Norman Fairclough.15
Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kelima
model, perbedaan tersebut terutama terletak pada bagaimana hubungan antara teks
dan konteks sosial masyarakat itu hendak di jelaskan. Berikut tabel yang
menggambarkan perbedaan dari kelima model analisis wacana:16
Tabel Perbedaan Model Analisis Wacana
Model Tingkat Analisis
Mikro (teks) Meso Makro (Sosial)
Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther
Kress, and Tony Trew
Theo van Leeuwen
Sara Mills
Teun A. Van Dijk
Norman Fairclough
Secara umum, ada tiga tingkatan dalam analisis wacana. Pertama, analisis
mikro, yakni analisis pada teks semata, yang dipelajari terutama unsur bahasa yang
dipakai. Kedua, analisis makro, yakni analisis struktur sosial, ekonomi, politik, dan
budaya masyarakat. Ketiga, analisis meso, yakni analisis pada diri individu sebagai
penghasil atau pemroduksi teks, termasuk juga analisis pada sisi khalayak sebagai
konsumen teks.
15 Eriyanto. 2009.Op.Cit. hal 34216 Ibid. hal 344
11
Metodologi
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Peneliti kualitatif
menekankan sifat realita yang dibangun secara sosial, hubungan yang intim antara
peneliti dengan yang dipelajari dan kendala situasional yang membentuk
penyelidikan. Peneliti kualitatif menekankan bahwa sifat penelitian itu penuh dengan
nilai (value laden). Mereka mencoba menjawab pertanyaan yang menekankan
bagaimana pengalaman social diciptakan dan diberi arti.17
Objek dalam penelitian ini yaitu teks berita tentang Aktivitas Pariwisata
Indonesia di Harian Umum KOMPAS dengan rentang waktu yang digunakan adalah
sepanjang bulan Januari 2016. Berita pada periode tersebut kemudian dianalisis
dengan menginterpretasi kata, penggunaan bahasa, maupun gambar yang ikut
mendukung penyampaian isi pesan dalam berita. Penafsiran inilah yang kemudian
peneliti gunakan untuk melihat bagaimana cara Kompas melakukan konstruksi berita,
serta makna apa yang ingin disampaikan Kompas kepada khalayaknya melalui
pemberitaan tersebut.
Peneliti mengambil media cetak Kompas sebagai media yang digunakan
untuk melakukan penelitian karena Kompas merupakan salah satu Koran nasional
yang professional dalam memberitakan hal ini. Pemberitaan yang disajikan Kompas
juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan
pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media lainnya yang lebih sedikit
menampilkan berita terkait Aktivitas Pemerintah dalam mengelola Pariwisata.
Kompas dalam hal ini juga terlihat lebih bersifat netral dalam mengkritisi
langkah kerja pemerintah terkait hal ini, sehingga tidak terlihat Kompas sebagai
media yang memihak salah satu pihak atau mempunyai kepentingan-kepentingan
tertentu terhadap suatu instansi terkait. Peneliti mengerti bahwa setiap pemberitaan di
media massa pasti tidak lepas dari kepentingan-kepentingan dan ideologis tiap media,
tetapi melihat dan membandingkan pemberitaan yang dilakukan Kompas dengan 17 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 2001, hal 11.
12
pemberitaan di media cetak lain, peneliti menilai profesionalitas Kompas masih
terjaga.
Peneliti memilih periode Januari 2016 sebagai objek penelitian karena pada
bulan Januari Kompas lebih banyak mengangkat berita tentang aktivitas pariwisata
Indonesia dibandingkan periode bulan lainnya yang rata-rata hanya menampilkan 15
berita dalam satu bulan. Sedangkan pada bulan Januari 2016 terdapat 32 berita
tentang pariwisata yang terdiri dari 12 straight news, 6 feature, dan 14 opini. Dari situ
peneliti merasa cukup menjadikannya objek penelitian untuk melihat bagaimana cara
Kompas mengkonstruksi berita Pariwisata Indonesia
Peneliti melakukan penelitian pada delapan unit teks berita pada harian terbit
Kompas sepanjang periode januari 2016. Pemilihan teks tersebut didasarkan pada
teks berita yang termasuk pada jenis berita straight news dan berhubungan dengan
aktivitas pemerintah dalam mengembangkan pariwisata Indonesia untuk
meningkatkan jumlah pendapatan Negara.
Sajian dan Analisis Data
Dalam melakukan analisis terhadap kedelapan teks berita peneliti
menggunakan model analisis wacana Teun A. Van Dijk karena memiliki struktur yang
jelas dan lengkap untuk memahami konstruksi realitas oleh media.
Peneliti melakukan telaah teks berita dengan memahami setiap kata dan
bahasa yang digunakan oleh Kompas dalam menyampaikan realitas. Apa yang
mendasari Kompas mengkonstruksi pemberitaan dengan bentuk seperti itu, dan
makna apa yang ingin disampaikan Kompas pada khalayak melalui penulisan
beritanya.
Dengan analisis wacana Teun A. Van Dijk, model ini mempunyai pendangan bahwa
bagian yang terpenting adalah analisis terhadap struktur wacana. Struktur wacana
terdiri dari tematik, skematik, semantik, sintaksik, dan retoris. Analisis ini akan
13
dideskripsikan secara kualitatif, secara berurutan berdasarkan level struktur
wacananya.
Dari hasil analisis teks yang dilakukan, peneliti mengelompokkan wacana berita
Aktivitas Pariwisata Indonesia yang disampaikan penulis melalui teks-teks dalam
berita Kompas periode Jnuari 2016. Penulis mengelompokkan berdasarkan struktur
wacana yaitu struktur wacana makro, superstruktur, dan struktur mikro dalam table
berikut:
Hasil Temuan Analisis Struktur Makro
No JudulStruktur Makro (Elemen Tematik)
Topik Subtopik
1 Raja Ampat untuk Wisata Eksklusif
Proyeksi pemerintah yang akan menjadikan kawasan wisata Raja Ampat, Papua
Barat, sebagai tempat wisata eksklusif.
Usaha pengembangan wisata Raja Ampat
2ASEAN Siap Promosi Satu
Destinasi Bersama
Kesepakatan negara ASEAN yang untuk menggarap pasar
pariwisata bersama
Wujud optimisme negara ASEAN merebut pangsa
pasar dunia
3 Bali Masih Unggulan, Pulau Kasa Disiapkan
Pulau Bali tetap menjadi daya tarik konsumen Eropa dan
ASEAN di sector pariwisata Indonesia
Upaya memperkenalkan potensi wisata lain selain
Pulau Bali
4Infrastruktur
Dukung Pariwisata
Upaya pengembangkan destinasi wisata prioritas
melalui dukungan infrastruktur dasar yang
memadai
Dukungan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR)
5
Gerhana Matahari Akan Dongkrak
Kunjungan Wisatawan
Upaya Pemerintah dalam menyambut Gerhana Matahari
Total yang akan melintasi Indonesia
Keyakinan Menteri Pariwisata atas GMT akan
mengundang banyak wisatawan mancanegara
6 Indonesia Belum Bisa Mengejar
Pesaing
Indonesia yang belum dapat bersaing dengan Negara
pesaing di ASEAN dalam dunia industry pariwisata.
Penyebab tingkat kunjungan wisatawan asing ke Indonesia yang rendah
14
7 Kemudahan untuk Kapal Wisata
Pemerintah memberikan kemudahan kapal wisata
pribadi untuk masuk perairan Indonesia
Langkah pemerintah dalam menerapkan kemudahan
masuk perairan Indonesia
8Rp 20 Triliun untuk Candi Borobudur
Upaya pengembangan kawasan Candi Borobudur
dengan menyiapkan anggaran sebesar Rp 20 triliun
Pengalokasian dana anggaran Rp 20 triliun.
Hasil Temuan Analisis Superstruktur
No Judul Superstruktur (Elemen Skematik)Judul Lead Tubuh
1Raja Ampat untuk Wisata
Eksklusif
Menonjolkan peran pemerintah Ringkasan
Langkah pemerintah dan dukungan pemerintah setempat
terhadap upaya mengembangkan kawasan wisata Raja Ampat
2
ASEAN Siap Promosi Satu
Destinasi Bersama
Upaya ASEAN menguasai pasar
duniaRingkasan
Strategi negara ASEAN dalam menggarap pasar pariwisata,
Langkah pemerintah Indonesia dalam keikutsertaannya.
3Bali Masih
Unggulan, Pulau Kasa Disiapkan
Menonjolkan peran pemerintah Ringkasan
Upaya pemerintah menjual produk pariwisata,
Langkah pemerintah Kabupaten Seram mengembangkan destinasi
pariwisata baru
4Infrastruktur
Dukung Pariwisata
Dukungan Infrastruktur Ringkasan
Langkah Menteri PUPR mengembangkan infrastruktur
pendukung destinasi wisata prioritas
5
Gerhana Matahari Akan Dongkrak
Kunjungan Wisatawan
Dampak positif pariwisata
Indonesia akan terjadinya GMT
Ringkasan
Daya tarik GMT terhadap wisatawan mancanegara,
Persiapan pemerintah daerah dalam menyambut GMT
6Indonesia Belum Bisa Mengejar
Pesaing
Memperlihatkan kelemahan pemerintah
Ringkasan
Faktor penyebab rendahnya tingkat kunjungan wisatawan, Lemahnya pemerintah daerah
dalam mengelola kawasan pariwisata
7 Kemudahan untuk Kapal
Wisata
Menonjolkan peran pemerintah Ringkasan
Uji coba aplikasi Yacht,Pendapat Kepala Dinas Pariwisata
Kepri
15
8Rp 20 Triliun untuk Candi Borobudur
Menonjolkan peran pemerintah Ringkasan
Langkah pemerintah mengembangkan kawasan wisata
Candi Borobudur, Upaya pihak berwenang dalam
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
Hasil Temuan Analisis Struktur Mikro
No Judul Struktur MikroSemantik Sintaksis Stilistik Retoris
1 Raja Ampat untuk Wisata Eksklusif
Penulis menggambarkan fakta mengenai
Aktivitas Pemerintah dalam
menangani Pariwisata di Indonesia ini
dengan menunjukkan
arah yang ingin dicapai penulis melalui latar,
kemudian menjelaskannya
dalam bagian detail
Terdapat banyak konjungsi kalimat
seperti: -Koherensi Kondisional
-Koherensi Sebab Akibat
- Pengingkaran - Dan Pembeda
Pada tiap teks terdapat
penggunaan diksi yang
digunakan untuk mengarahkan pemahaman
pembaca sesuai keinginan
penulis
Penulis banyak menggunakan kiasan dalam bentuk Majas
(metafora, personifikasi,
hiperbola, simbol) untuk
lebih menjelaskan maksud yang
ingin disampaikan.
2ASEAN Siap Promosi Satu
Destinasi Bersama
3Bali Masih
Unggulan, Pulau Kasa Disiapkan
4 Infrastruktur Dukung Pariwisata
Melalui koherensi, penulis
memberikan penjelasan lebih
terhadap fakta yang ada. Selain itu, banyak kutipan pendapat dari
narasumber yang digunakan untuk mendukung isi
berita
5
Gerhana Matahari Akan Dongkrak
Kunjungan Wisatawan
6Indonesia Belum Bisa Mengejar
Pesaing
7 Kemudahan untuk Kapal Wisata
8 Rp 20 Triliun untuk Candi Borobudur
Kesimpulan
Dari analisis yang peneliti lakukan terhadap pemberitaan tentang aktivitas
pariwisata Indonesia pada harian umum Kompas, diperoleh temuan yang berkaitan
16
dengan wacana berita pariwisata. Konstruksi kedelapan teks berita Kompas dalam
pemberitaan tentang Aktivitas Pariwisata Indonesia bersifat “proporsional”, dalam
arti terdapat berita yang dikonstruksikan secara positif dan ada yang negatif.
Pada struktur makro, Kompas berkali-kali menjabarkan tentang berbagai
upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia. Hal ini
disampaikan Kompas melalui pemilihan narasumber dan kutipan-kutipan dari
pemerintah daerah dan menteri bersangkutan tentang apa yang telah dan seharusnya
dilakukan pemerintah. Kompas dalam teks beritanya seringkali menunjukkan kepada
khalayak bahwa pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan yang tepat untuk
mengembangkan sektor pariwisata Indonesia kearah yang lebih baik lagi yang
berfungsi sebagai sumber devisa negara yang tinggi.
Disisi lain, Kompas juga menunjukkan ketertinggalan Indonesia dengan
negara pesaing lainnya dalam pengelolaan industri pariwisata. Hal inilah yang
menyebabkan sektor pariwisata perlu adanya perbaikan dan pengelolaan yang tepat.
Sedangkan pada analisis superstruktur, berita yang disajikan Kompas dalam
menjelaskan skema teks menggunakan bentuk naratif dengan bantuan kutipan-
kutipan langsung maupun tidak langsung. Kompas dalam hal ini terlihat sering
menonjolkan peran pemerintah dalam mengembangkan pariwisata Indonesia.
Semua teks berita pada harian Kompas mengenai Pariwisata Indonesia juga
ditulis dengan pola antiklimaks yang artinya gagasan utama dari teks tersebut
dikembangkan di awal paragraf ke gagasan yang lebih rendah, dan ditulis secara
deduktif.
Melalui pemilihan bahasa dan kutipan-kutipan tersebut, Kompas seakan
membentuk persepsi khalayak melalui pemberitaannya bahwa pengembangan
pariwisata bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat semata, tetapi perlu adanya
dukungan dari pemerintah daerah setempat dan badan-badan pengembangan
pariwisata terkait.
17
Saran
Melalui penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu pertama,
tidak semua bagian dalam teks dapat dianalisis dan dimasukkan ke dalam elemen–
elemen yang ada. Terdapat bagian dari teks yang tidak masuk ke dalam elemen
manapun dari model analisis ini seperti tematis, skematik, semantik, sintaksis,
stilistik, dan retoris, maka peneliti sebaiknya tidak memaksakan.
Kedua, perlunya pematangan konsep dalam memilih tema penelitian analisis
wacana yang akan diteliti agar memudahkan peneliti untuk mengetahui wacana yang
terdapat pada suatu berita.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. (2007). “Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”. Jakarta: Kencana.
Eriyanto. (2002). “Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi dan Politik Media”. Yogyakarta: LKIS.
Eriyanto. (2009). “Analisis Wacana, Pengantar Analisis Isi Media”. Yogyakarta: LKIS.
Littlejohn. Stephen W. (2005). “Theories of Human Communication 8th edition”. Belmont :Thompson Wadsworth.
Mursito BM. (2008). “Konstruksi Realitas dalam (Bahasa) Media, Jurnal Komunikasi Massa, Vol. 1, No. 1, Juli 2008”.
Salim, Agus. (2001). “Teori dan Paradigma Penelitian Sosial”. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Sobur, Alex. (2009). “Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing”. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudyibyo, Agus. (2001). “Politik Media dan Pertarungan Wacana”. Yogyakarta: LkiS.
18