SYARIAH CARD DAN APLIKASINYA PADA PRODUK ......judul skripsi ini dengan nama, “Syariah Card dan...
Transcript of SYARIAH CARD DAN APLIKASINYA PADA PRODUK ......judul skripsi ini dengan nama, “Syariah Card dan...
SYARIAH CARD DAN APLIKASINYA PADA PRODUK DIRHAM CARD
DI BANK DANAMON SYARIAH
Oleh :
EDY SANTOSO NIM : 104046101579
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul SYARIAH CARD DAN APLIKASINYA PADA PRODUK DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 September 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 19 September
2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP.150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (.…………………) NIP. 150 289 264
2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (.…………………) NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA (.…………………) NIP. 150 165 267
4. Pembimbing II : Edit Estetika, M.Si (.…………………) 5. Penguji I : Dr. Euis Amalia, M.Ag
Nip. 150 289 264 (.…………………)
. Penguji II : Drs. H. Hamid Farihi, M.Ag
NIP. 150 228 413 (.…………………)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata – 1 (S-1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta; 7 Juli 2008 M
3 Rajab 1429 H
Penulis
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Segala puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan nikmat sehat, rahmat, dan taufik serta hidayah. Ssungguhnya
karena kemurahan – Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan umat Islam Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang selalu setia berjuang
menegakkan kalimat Tauhid “Lailaha ilallah muhammadurrosulullah”.
Didalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya telah banyak
mengalami kesulitan, hambatan, dan tantangan. Namun berkat bantuan, dorongan,
dan arahan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi persyaratan akademik pada program strata satu (S1), pada Program Studi
muamalat perbankan syariah di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini, penulis memilih judul,
“Syariah Card dan Aplikasinya Pada Produk Dirham Card di Bank Danamon
Syariah.”
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu penulis, baik langsung maupun tidak langsung. Secara khusus
penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membina, membantu, dan membimbing penulis selama
belajar.
2. Euis Amalia, M.Ag. dan Ah. Aharuddin Lathif, M.Ag., selaku Ketua serta
Sekretaris Program Studi Muamalat Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak membina, membantu, dan membimbing penulis selama proses
perkuliahan dan administrasi.
3. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA. dan Edit Estetika, M.Si., selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak membina, membantu, dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
4. Pimpinan serta karyawan Bank Danamon syariah, yang telah banyak membantu
penulis memberikan data yang dibutuhkan dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuannya kepada penulis.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan fasilitas dalam
mengadakan studi kepustakaan.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah banyak membantu penulis, baik berupa moril
maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman – temanku dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
karena terbatasnya halaman dan waktu yang telah ikut berpartisipasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung, membantu memberikan masukan berarti demi
selesainya skripsi ini.
Akhirnya, penulis hanya dapat berdo’a kepada Allah SWT semoga amal baik pihak – pihak tersebut diatas, segala amal baiknya mendapatkan balasan dari – Nya. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khasanah ilmu pengetahuan masyarakat luas pada umumnya.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Jakarta; 7 Juli 2008 M
3 Rajab 1429 H
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………....iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………......1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..….1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………..…….5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..……...5
D. Metodologi Penelitian…………………………………………..…….7
E. Review Studi Terdahulu……………………………………..……... 9
F. Sistematika Penelitian…………………………………………..…...12
BAB II : TINJAUAN UMUM SYARIAH CARD………….………..……...…...14
A. Pengertian Syariah Card…………………………..………………...14
B. Perkembangan Syariah Card………………………..……………….15
C. Pihak – pihak Terkait dalam Syariah Card…………..……………...16
D. Akad Syariah Card……………………………..……………………18
1. Akad Kafalah……………………………..……………………..18
2. Akad Ijarah……………………………..……………………….23
3. Akad Qardh…………………………..………...……………….25
BAB III : PROFIL BANK DANAMON SYARIAH……..…………...…………..28
A. Sejarah Singkat Bank Danamon Syariah…………………………....28 B. Visi, Misi dan Nilai Bank Danamon Syariah......................................30
C. Struktur Organisasi Bank Danamon Syariah......................................31
D. Produk dan Jasa Bank Danamon Syariah............................................40
BAB IV : APLIKASI SYARIAH CARD PADA PRODUK DIRHAM CARD
DI BANK DANAMON SYARIAH.........................................................45
A. Pengertian Dirham Card di Bank Danamon Syariah………………..45
B. Jenis – jenis Dirham Card di Bank Danamon Syariah……………...46
C. Keistimewaan Dirham Card di Bank Danamon Syariah……………47
D. Persyaratan atau Prosedur Memiliki Dirham Card
di Bank Danamon Syariah…………………………………………..49
E. Biaya – biaya (Fee) yang dikenakan Terhadap Pemegang Kartu
(Card Holder) Dirham Card di Bank Danamon Syariah……………51
F. Ta’widh dan Late Charge Dirham Card
di Bank Danamon Syariah…………………………………………..54
G. Akad Produk Dirham Card di Bank Danamon Syariah……………..56
H. Analisis Syariah terhadap Aplikasi Syariah Card
di Bank Danamon Syariah…………………………………………..57
1. Analisis terhadap Aplikasi Akad Dirham Card
di Bank Danamon Syariah………………………………………57
2. Analisis terhadap Aplikasi Biaya Keanggotaan
Dirham Card di Bank Danamon Syariah………………………..61
3. Analisis terhadap Aplikasi Ta’widh (ganti rugi)
dan Late Charge (denda keterlambatan) Dirham Card
di Bank Danamon Syariah………………………………………63
BAB V : PENUTUP………..……………………………………………………..66
A. Kesimpulan………………………………………………………….66
B. Saran………………………………………………………………...67
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….69
LAMPIRAN………………………………………………………………………...74
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad ke – 21 seperti saat ini, transaksi pembayaran dapat
dilakukan dengan berbagai macam model, dari yang paling tradisional sampai
dengan yang paling modern. Tetapi pada zaman dahulu, sebelum dikenalnya
uang sebagai alat pembayaran transaksi dilakukan dengan cara menukarkan
barang dengan barang atau barang dengan jasa atau jasa dengan jasa. Transaksi
ini dikenal dengan system barter. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat
menemukan cara yang lebih efektif dan efisien untuk melakukan transaksi yaitu
dengan menggunakan alat pembayaran yang disebut uang. Saat ini penggunaan
uang sebagai alat pembayaran sudah dikenal luas dan sudah merupakan
kebutuhan pokok hampir disetiap kegiatan masyarakat. Uang itu sendiri
mempunyai fungsi sebagai alat tukat menukar (means of exchange), alat atau
satuan pengukur nilai (measure of value atau unit of account), standar atau
ukuran pembayaran masa depan (standard for deffered payments), alat penimbun
kekayaan atau daya beli (store of wealth or store of value) dan sebagai suatu
komoditi yang diperdagangkan (means of commodity)1. Tetapi penggunaan uang
dalam jumlah besar dapat menghadapi resiko berupa resiko kehilangan,
1 Subagyo, dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (yogyakarta, Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2002) edisi ke – 2, hal. 4
pemalsuan, atau perampokan. Salah satu cara untuk menghindari berbagai resiko
tersebut maka diciptakan alat transaksi pembayaran yang disebut cek. Cek adalah
surat perintah kepada suatu bank dari orang yang menandatanganinya untuk
membayar sejumlah uang yang tertera dicek tersebut kepada orang yang
membawa atau orang yang namanya tercantum di cek tersebut2
Penggunaan alat transaksi pembayaran berupa cek berkembang pesat,
sehingga menimbulkan bermacam – macam manipulasi cek, yang salah satu
diantaranya cek kosong. Guna menghindari hal tersebut maka dunia perbankan
menciptakan alat transaksi pembayaran yang disebut Credit Card atau kartu
kredit. Kartu kredit merupakan kartu plastik yang berukuran 5, 5 x 8, 3 cm
dengan nama, tanda tangan, photo jangka waktu berlakunya dan nomor
pemegang kartu kredit yang tercantum diatasnya tersebut dapat digunakan
sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai.3
Penggunaan kartu kredit dalam lalu lintas pembayaran ini sudah
cukup popular di negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang dan lain – lain.
Selain untuk menghindari adanya pemalsuan, resiko kehilangan, penodongan,
pencurian dan sebagainya. Kartu kredit juga memiliki keistimewaan yaitu lebih
praktis, selektif, luwes, ringkas, dan tak terbatas. Di Indonesia kartu kredit sudah
ada sejak tahun 1964, Hotel Indonesia telah menerima pembayaran dengan
menggunakan kartu kredit sebagai fasilitas yang diberikan kepada turis – turis
2 Amin Widjaja Tunggal, Kamus Manajemen Keuangan dan Akuntansi Perbankan (Jakarta, PT Rineka Cipta. 1997), h. 89
3 Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 39
yang datang ke Indonesia. Tetapi baru pada tahun tujuh puluhan, kartu kredit
kelihatan sangat menonjol berkembang di Indonesia.4
Saat ini perusahaan yang menerbitkan kartu kredit tumbuh dengan
pesat. Berbagai cara ditempuh untuk menarik sebanyak mungkin pemegang kartu
baru. Hal ini karena bisnis kartu kredit merupakan lahan bisnis yang sangat
menggiurkan.
Penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran mendapatkan
dukungan yang positif dari kalangan pedagang, pengusaha, dan juga para
konsumen. Sehingga tidak aneh kalau pada masa sekarang ini orang – orang
lebih banyak menggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhannya dan
memiliki kartu untuk keperluan yang bermacam – macam untuk keperluan yang
berbeda – beda. Sekarang ini tidak hanya dari kalangan tertentu saja yang
memakai kartu kredit, tetapi kalangan menengah kebawah maupun mahasiswa
banyak juga yang memiliki kartu kredit. Banyak keuntungan yang diperoleh
dengan menggunakan kartu kredit, karena kartu kredit merupakan suatu
instrumen yang dapat digunakan ditoko – toko, restoran, tempat hiburan dan lain
– lain. Dengan praktisnya penggunaan kartu kredit tersebut, maka banyak bank –
bank maupun lembaga keuangan lainnya yang kini mengeluarkan kartu kredit
dan juga banyak pedagang atau merchant yang juga menggunakan fasilitas ini.
4 Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso. Surat Berharga : Alat
Pembayaran Dalam Masyarakat Modern. (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1995) cet 3 hal. 354
Kartu kredit adalah alat pembayaran yang biasa digunakan dalam
pembayaran suatu transaksi atau pengganti uang tunai. Sewaktu – waktu kartu
kredit dapat dipergunakan untuk membeli atau membayar apa saja yang kita
inginkan, pada tempat dimana saja yang dapat menerima kartu kredit tersebut
atau dapat juga diuangkan. Dibandingkan dengan jenis kredit yang ditawarkan
dunia perbankan, kartu kredit merupakan kredit yang paling mudah dan instan
untuk disetujui dan syarat bank juga sederhana yaitu photo kopi KTP, slip gaji
atau surat keterangan penghasilan, photo dan keterangan lain yang dianggap
perlu.
Tidak hanya di bank maupun lembaga keuangan konvensional yang
mengeluarkan jenis kartu berupa kartu kredit, Bank Danamon Syariah juga
mengeluarkan jenis kartu kredit yang telah disesuaikan dengan prinsip – prinsip
syariah dinamakan Dirham Card yang diluncurkan pada hari jadinya yang ke 51
tanggal 16 Juli 2007, bekerja sama dengan MasterCard. Padahal, sebelumnya
kontroversi atas penerbitan kartu kredit syariah ini begitu kencang karena konsep
ini dikhawatirkan bertentangan dengan konsep syariah Islam. Bahkan, bank
muamalat secara tegas menolak mentah – mentah adanya kartu kredit syariah5.
Dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui aplikasi dari
Syariah Card – khususnya dari segi akad, membership fee (biaya keanggotaan),
ta’widh (ganti rugi), serta late charge (denda keterlambatan) yang
5 J. Fanwa, Zeiky dan Febrian, Ahmad. “Lepas Dari Si Bunga Ketemu sama
Ta’widh” Artikel diakses pada 15 Maret 2008 dari http//www. Kontan Online. Com
terimplementasi pada produk Dirham Card. Oleh karena itu, penulis memberi
judul skripsi ini dengan nama, “Syariah Card dan Aplikasinya Pada Produk
Dirham Card di Bank Danamon Syariah ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada seputar Syariah
card, aplikasinya di Bank Danamon Syariah, serta pandangan syariah terhadap
penerapan syariah card.
Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan maka permasalahan
dapat dituangkan sebagai berikut :
1. Apa problema akad pada syariah card (kartu kredit syariah)?
2. Adakah kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam penerapan akad syariah
card pada produk Dirham Card di Bank Danamon Syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas,
maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penulisan skripsi
diantaranya :
1. Untuk mengetahui akad, membership fee (biaya keanggotaan), ta’widh (ganti
rugi) dan late charge (denda keterlambatan) pada syariah Card yang
merupakan alat transaksi (pengganti uang tunai) yang dikeluarkan oleh
perbankan syariah.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap penerapan akad,
membership fee (biaya keanggotaan), ta’widh (ganti rugi) dan late charge
(denda keterlambatan) pada produk Dirham Card di Bank Danamon Syariah.
3. Untuk mengetahui karakteristik seputar akad, membership fee (biaya
keanggotaan), ta’widh (ganti rugi) dan late charge (denda keterlambatan)
syariah card.
4. Untuk menelaah lebih lanjut tentang penerapan akad, membership fee (biaya
keanggotaan), ta’widh (ganti rugi) dan late charge (denda keterlambatan)
syariah card pada produk dirham card serta pandangan hukum Islam.
5. Untuk mengetahui system operasional yang diterapkan Bank Danamon
Syariah terutama pada akad, membership fee (biaya keanggotaan), ta’widh
(ganti rugi) dan late charge (denda keterlambatan) pada produk Dirham Card
di Bank Danamon Syariah.
Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang sistem operasional
produk perbankan syariah yang berkaitan dengan akad, membership fee
(biaya keanggotaan, ta’widh (ganti rugi) dan late charge (denda
keterlambatan) pada syariah card bagi penulis khususnya dan bagi
masyarakat pada umumnya.
2. Untuk menjadi salah satu khazanah pengembangan ilmu pengetahuan.
D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini akan digunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu
data dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, gambar, dan tidak dapat
dinyatakan dengan angka – angka.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis lakukan yakni pendekatan
deskriptif – analitis, yaitu suatu pendekatan yang mencoba menggambarkan
keadaan objek yang sedang diteliti serta menganalisisnya.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Penulis didalam menyusun penelitian ini menggunakan jenis data
primer maupun sekunder. Jenis data primer adalah data yang diambil
langsung dari sumbernya seperti wawancara langsung ke narasumber,
merujuk ke buku asli pengarang tertentu. Sedangkan jenis data sekunder
adalah data yang diambil secara tidak langsung dari narasumber.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode studi kepustakaan (Library Research) dan melakukan wawancara
sesuai dengan permasalahan yang penulis bahas. Wawancara atau interview
adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau
yang berwenang dalam suatu masalah6. Pertanyaan – pertanyaan yang
diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan kepada informasi
– informasi untuk topic yang akan digarap7. Dalam hal ini, penulis
melakukan wawancara dengan pihak Bank Danamon Syariah. Sedangkan
kajian kepustakaan, penulis lakukan guna mencapai pemahaman secara
menyeluruh (komprehensif) tentang konsep dari permasalahan yang sedang
dikaji. Bahan yang penulis gunakan sebagai kajian pustaka ialah melalui
buku, majalah , surat kabar, serta artikel yang terkait dengan kajian yang
sedang dilakukan.
5. Teknik Analisa Data
Setelah selesai mengumpulkan data secara lengkap, tahapan
selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan serta
dimanfaatkan sampai dapat berhasil menyimpulkan kebenaran – kebenaran
6 Gorys Keraf, Komposisi, (Semarang, Bina Putera,2001), Cet. Kedua belas,
h. 161 7 Ibid
yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan – persoalan yang diajukan
dalam penelitian.
Dalam informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk deskriptif
eksploratif yang fungsinya untuk membandingkan keadaan atau status
fenomena. Dalam hal ini, penulis hanya menganalisa pada hal – hal yang
berkaitan dengan syariah card, aplikasinya pada produk dirham card di Bank
Danamon Syariah serta pandangan hukum Islam terhadap aplikasi syariah
card pada produk dirham card di Bank Danamon Syariah.
6. Pedoman Penulisan Laporan
Untuk pedoman penulisan laporan, penulis mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2007.
E. Review Studi Terdahulu
Dari hasil kajian kepustakaan, maka penulis menemukan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya yakni:
1. Teguh Santoso. “Pidana Pencurian Kartu Kredit untuk Transaksi Jual Beli
melalui Internet menurut Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia.”
Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007.
Dalam skripsi ini membahas tentang pencurian kartu kredit dalam
transaksi jual beli melalui internet dilihat dari aspek hukum Islam dan hukum
Negara Republik Indonesia.
Hasil kajian penelitian skripsi ini diantaranya yakni: pertama
transaksi jual beli melalui internet pada dasarnya sama dengan transaksi jual
beli biasa, perbedaannya hanya pada cara dan teknik belanjanya; kedua
transaksi jual beli secara online memiliki dampak negatif, berupa timbulnya
jenis – jenis kejahatan baru pada dunia maya yang salah satunya adalah
pencurian dengan kartu kredit; ketiga menurut hukum Islam mengenai
tindakan carding dapat dikategorikan sebagai tindakan pencurian yang berarti
pengambilan harta benda secara sembunyi – sembunyi dari pemiliknya atau
orang yang menggantikan posisi pemiliknya, maka hukuman dari tindakan
pencurian adalah hukum potong tangan; keempat menurut hukum positif
mengenai tindakan carding dapat dikategorikan sebagai tindakan pencurian
sesuai dengan KUHP pasal 362, yang dikenakan hukuman penjara selama –
lamanya 5 tahun atau denda Rp 900,-; kelima analisa dari kedua hukum
tersebut mempunyai persamaan yaitu pada taraf pengertian carding yang
dapat dikategorikan sebagai tindakan pencurian; dan keenam dari beberapa
kesimpulan diatas, pada dasarnya kedua hukum tersebut spakat bahwa
tindakan yang merugikan orang lain akan mendapatkan hukumannya.
2. Nurfaidah. “Analisis Persepsi Bankers (Danamon & DKI Syariah) dan
Masyarakat Terhadap Penerbitan Kartu Kredit Syariah.” Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang persepsi para banker di
Bank Danamon dan DKI Syariah serta masyarakat terhadap penerbitan kartu
kredit syariah ditinjau dari aspek akad, system control, mekanisme
pembayaran, dan batasan minimal kepemilikan kartu kredit syariah.
Hasil kajian penelitian skripsi tersebut, yaitu: Pertama, tidak ada
hubungan atau persamaan antara persepsi responden pria dan wanita bankers
Bank Danamon dengan akad serta mekanisme pembayaran pada kartu kredit
syariah. Sedangkan pada system control dan batasan minimal kepemilikan
kartu kredit syariah terdapat hubungan atau persamaan persepsi antara pria
dan wanita bankers Bank Danamon; Kedua, tidak ada hubungan atau
persamaan antara persepsi responden pria dan wanita bankers Bank DKI
Syariah dengan system control serta mekanisme pembayaran pada kartu
kredit syariah. Sedangkan pada akad dan batasan minimal kepemilikan kartu
kredit syariah terdapat hubungan atau persamaan persepsi antara pria dan
wanita bankers Bank DKI Syariah; Ketiga, ada hubungan atau persamaan
antara persepsi masyarakat responden pria dan wanita dengan akad, system
control, mekanisme pembayaran pada kartu kredit syariah, serta batasan
minimal kepemilikan kartu kredit syariah.
F. Sistematika Penelitian
Merujuk pada semua yang telah diuraikan diatas dan metode yang
digunakan serta dalam rangka memudahkan penulisan skripsi, maka pembahasan
dibagi menjadi lima bab yang disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, serta sistematika penelitian.
BAB II SEPUTAR SYARIAH CARD
Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian syariah card, perkembangan syariah card, pihak – pihak yang
terkait dalam syariah card, serta akad syariah card yang terdiri dari akad kafalah, akad ijarah, dan akad
qard
BAB III GAMBARAN UMUM BANK DANAMON SYARIAH
Bab ini membahas tentang sejarah pendirian, visi dan misi, struktur organisasi, serta produk dan jasa
yang telah di keluarkan.
BAB IV APLIKASI SYARIAH CARD PADA PRODUK DIRHAM CARD
DI BANK DANAMON SYARIAH
Bab ini membahas tentang pengertian dirham card di bank Danamon
Syariah, jenis – jenis dirham card di bank Danamon Syariah,
keistimewaan dirham card di Bank Danamon Syariah, persyaratan
atau prosedur memiliki dirham card di bank Danamon Syariah, biaya
– biaya (fee) yang dikenakan terhadap pemegang kartu (card holder)
dirham card di Bank Danamon Syariah, ta’widh dan late charge
dirham card di bank Danamon Syariah, akad produk dirham card di
bank Danamon Syariah, serta analisis syariah terhadap aplikasi
syariah card di bank Danamon Syariah yang meliputi Analisis
terhadap aplikasi akad dirham card di bank Danamon Syariah, analisis
terhadap aplikasi biaya keanggotaan dirham card di bank Danamon
Syariah, analisis terhadap aplikasi ta’widh (ganti rugi) dan late charge
(denda keterlambatan) dirham card di Bank Danamon Syariah.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis menyimpulkan pembahasan dan memberikan
saran – saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM SYARIAH CARD
A. Pengertian Syariah Card
Syariah berasal dari kata yang berarti syariat, ajaran, undang –
undang, hukum.8 Sedangkan yang dimaksud dengan Syariah Card adalah kartu
yang berfungsi seperti kartu kredit yang hubungan hukum (berdasarkan sistem
yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip Syariah.9
Sedangkan yang dimaksud dengan kartu kredit atau kredit card adalah
uang plastik yang diterbitkan oleh suatu institusi yang memungkinkan pemegang
kartu untuk memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya dan
pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran dengan membayar sejumlah
bunga (finance charge) atau sekaligus pada waktu yang telah ditentukan.10
Walaupun berdasarkan definisi diatas syariah card berfungsi seperti
kartu kredit, tetapi pada syariah card tidak memberlakukan bunga yang identik
dengan riba. Oleh karenanya, pada syariah card menggunakan mekanisme akad
yang berdasarkan prinsip syariah. Akad yang digunakan dalam syariah card
adalah kafalah, qardh dan ijarah. Didalam syariah card juga terdapat ketentuan
8 Munir Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus AlMaurid, (Surabaya: Halim Jaya, 2006), h. 509
9 Fatwa DSN No. 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card, h. 1 10 Ibrahim, Johannes. Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan
(Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h. 11
tentang batasan (dwabith wa hudud), yakni tidak menimbulkan riba; tidak
digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah; tidak mendorong
pengeluaran yang berlebihan (israf), dengan cara antara lain menetapkan pagu
maksimal pembelanjaan; pemegang kartu harus memiliki kemampuan financial
untuk melunasi pada waktunya; dan tidak memberikan fasilitas yang
bertentangan dengan syariah.11
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya fungsi
syariah card sama dengan kartu kredit. Walaupun demikian, antara syariah card
dengan kartu kredit terdapat perbedaan mendasar, yakni pada kartu kredit
menetapkan bunga atas pinjaman yang diberikan beserta transaksi yang terkait
dengan penggunaan kartu kredit tersebut tetapi pada syariah card hubungan
transaksi berdasarkan akad, yaitu akad kafalah, ijarah, serta qardh.
B. Perkembangan Syariah Card
Pada tahun 1996, AmBank Berhard di Malaysia meluncurkan Kartu
Syariah yang menggunakan istilah Al Taslif Credit Card dengan skema Bai
Bitsaman Ajil. Ternyata skema tersebut dianggap kurang sukses lalu diganti
dengan skema Bai Al Inah. AmBank Berhad merupakan pelopor produsen kartu
syariah di Asia bahkan di Dunia. Al Taslif Credit Card yang diluncurkan
AmBank Berhad dengan skema Bai Al Inah dinilai sukses. Dengan melihat
11 Fatwa DSN No 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card, h. 2
kesuksesan AmBank Berhad dengan Al Taslif Credit Cardnya, pada tahun 2002
ABC (Arab Banking Corporation) Islamic Bank Timur Tengah meluncurkan
kartu syariah dengan nama Al Buroq dengan menggunakan skema Bai Bitsaman
Ajil. Selanjutnya pada pertengahan tahun 2002, Bank Islam Malaysia Berhad
(BIMB) meluncurkan kartu syariah dengan nama Bank Islam Card (BIC) dengan
menggunakan skema Qard wal Baiul Al Inah.12
Sedangkan di Indonesia, kartu syariah (Syariah Card) pertama kali
diluncurkan oleh Bank Danamon Syariah pada bulan juli 2007 yang bernama
Dirham Card dengan menggunakan skema akad Kafalah, Ijarah, dan qardh.13
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa syariah card pertama kali
diterbitkan oleh AmBank Berhard di Malaysia pada tahun 1996 dengan nama Al
Taslif Credit Card menggunakan skema Bai Bitsaman Ajil. Sedangkan di
Indonesia Syariah Card pertama kali diterbitkan pada tahun 2007 oleh Bank
Danamon Syariah dengan nama Dirham Card menggunakan skema akad kafalah,
ijarah, dan qardh.
C. Pihak – pihak Terkait dalam Syariah Card
Syariah Card dalam transaksinya melibatkan berbagai pihak yang satu
sama lain terikat perjanjian, baik mengenai hak maupun kewajibannya. Adapun
12 Majalah Modal, edisi No. 8/1 juni 2003, h.16-17 13 Majalah Sharing, edisi 10 thn I – agustus 2007, h. 44-45
para pihak yang terkait dalam sistem kerja Syariah Card, yakni penerbit kartu
(mushdir al – bithaqah), Pemegang Kartu (hamil al – bithaqah), dan Penerima
Kartu (Merchant, tajir atau qabil al – bithaqah). 14
Penerbit kartu (mushdir al – bithaqah) atau disebut juga Issuer Bank
memiliki hak untuk menagih pembayaran dari pemegang kartu atau Card holder
serta mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada merchant.15
Pemegang Kartu (hamil al – bithaqah) atau disebut juga Card holder
adalah seseorang yang telah diberi kepercayaan oleh pihak penerbit kartu untuk
menggunakan kartu dalam melakukan transaksi dengan merchant yang telah
ditetapkan oleh pihak penerbit.16
Penerima Kartu (Merchant, tajir atau qabil al – bithaqah) adalah
seseorang atau perusahaan yang melakukan kerjasama dengan Bank penerbit
kartu dalam menerima kartu sebagai pembayaran atas transaksi barang atau jasa
yang dijualnya, sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang telah disepakati dalam
perjanjian kerjasama.17
14 Fatwa DSN No 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card, h. 1 15 Ibrahim, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, h. 22 16 Ibid, hal. 23 17 Ibid, h. 22
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Syariah Card, seperti
Kartu Kredit, terdapat 3 (tiga) pihak terkait dalam sistem kerjanya, yaitu penerbit
kartu (mushdir al – bithaqah), pemegang kartu (hamil al – bithaqah), dan
penerima kartu (merchant, tajir atau qabil al – bithaqah).
D. Akad Syariah Card
1. Akad Kafalah
a. Pengertian kafalah
Kafalah menurut bahasa berarti dhaman (jaminan).18 Sedangkan
secara syara’ kafalah sebagaimana diutarakan ahli fiqh mazhab Hanafi yakni
penggabungan tanggungan seorang kafīl (pihak penjamin) dengan tanggungan
ashīl (orang yang ditanggung) untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau
barang, atau suatu pekerjaan. Menurut kalangan Ulama Fikih lainnya kafalah
adalah penggabungan dua tanggungan dalam pemenuhan tuntutan dan utang. 19
b. Landasan Hukum Kafalah
Landasan syariah mengenai Kafalah antara lain:
1) Firman Allah SWT QS Yunus (10): 72
18 Baalbaki, Kamus AlMaurid, h. 561 19 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Penapundi Aksara, 2006), h.303
Artinya: “Penyeru-penyeru itu berkata: ‘Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan Aku menjamin terhadapnya’”.
2) Al – Hadis dari Abu ‘Āshim dari Yazid ibn ‘Ubaid dari Salmah Ibn
Akwa’
Artinya: “Telah dihadapkan kepada Rasulullah saw. (mayat seorang laki-laki
untuk dishalatkan)…. Rasulullah saw. Bertanya ‘Apakah dia mempunyai warisan?’ Para sahabat menjawab,’Tidak.’ Rasulullah bertanya lagi,’Apakah dia mempunyai utang?’ Sahabat menjawab ‘ya, sejumlah tiga dinar.’ Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, ‘Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.’ Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut.’” (H.R. al Bukhari)
c. Rukun dan Syarat Kafalah
1) Kafīl, yaitu orang yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan makfūl
bihi (orang yang ditanggung). Seorang kafīl diharuskan memenuhi
kriteria balig, berakal, berwenang penuh atas urusan hartanya, dan rela
dengan adanya kafalah. Kafīl disebut juga dengan dhāmin (orang yang
menjamin), za’īm (penanggung jawab), hāmil (orang yang menanggung
beban), dan qābil (orang yang menerima tanggungan).
2) Ashīl atau makfūl anhu adalah orang yang berutang yang akan
ditanggung. Seorang ashīl tidak disyaratkan balig, hadir, dan rela dengan
adanya kafalah. Bahkan ashīl berlaku pada anak kecil, orang gila, dan
yang tidak hadir.
3) Makfūl lahu adalah orang yang memberikan utang. Pihak penjamin
disyaratkan untuk mengenalnya, hal itu dimaksudkan agar jaminan tidak
menjadi kemudharatan. Juga tidak disyaratkan mengetahui sesuatu yang
menjadi tanggungan.
4) Makfūl bihi adalah orang, barang, atau pekerjaan yang wajib dilaksanakan
oleh makfūl anhu (orang yang ditanggung). 20
d. Macam - macam Kafalah
1) Kafalah dengan jiwa
Kafalah dengan jiwa dikenal juga dengan sebutan jaminan muka,
yaitu komitmen kafīl untuk menghadirkan orang yang ditanggung kepada makfūl
lahu. Sah apabila seseorang mengatakan, “Aku sebagai kafīl untuk
(menghadirkan) badan atau wajahnya,” atau “Aku sebagai penjamin,” atau “Aku
menjadi penanggung” dan semisalnya. Hal itu dibolehkan bila mengenai perkara
yang berhubungan dengan hak manusia. Dalam hal ini, orang yang dijamin tidak
20 Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah,h.303
diharuskan mengetahui perkara tersebut, karena kafalah menyangkut badan,
bukan harta.
Kalangan pengikut mazhab Hanafi menyatakan bahwa kafīl
(penjamin) harus ditahan hingga ia dapat menghadirkan orang itu atau hingga ia
mengetahui bahwa orang itu telah mati. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak
berkewajiban untuk membayar dengan harta, kecuali jika ia mensyaratkan untuk
dirinya. Mereka mengtakan bahwa jika ashīl telah meninggal dunia, maka kafīl
tidak mesti membayar kewajibannya, karena ia tidak menjamin harta, melainkan
hanya orangnya. Oleh karena itu, tidak ada keharusan untuk menunaikan apa
yang tidak dijaminnya. Beginilah pendapat yang masyhur menurut Imam Syafi’i.
Kafīl dinyatakan lepas tanggung jawabnya apabila orang yang ia
tanggung meninggal dunia. Akan tetapi, kedudukan itu digantikan oleh ahli
warisnya dalam hal tuntutan mengenai menghadirkan orang yang ia jamin
tersebut.
2) Kafalah dengan harta
Kafalah dengan harta adalah komitmen kafīl atas kewajibannya untuk
menjaminnya berupa harta. Jenis ini ada tiga macam, yaitu:
a) Kafalah bid-dain, yaitu komitmen kewajiban pembayaran utang yang
menjadi tanggungan orang lain. Dalam perkara utang, disyaratkan bahwa
pertama, utang tersebut dinyatakan benar adanya pada saat terjadinya
transaksi jaminan. Seperti, utang qiradh, upah, dan mahar. Jika tidak, maka
tidak sah. Hal ini menurut mazhab Syafi’I, Muhammad bin Hasan, serta az-
Zahiriah. Sedangkan Abu Hanifah, Malik, dan Abu Yusuf berpendapat
bahwa dibolehkan hal seperti itu. Mereka mengatakan bahwa menjamin
sesuatu yang tidak wajib ditanggung, maka hukumnya adalah sah. Kedua,
status barang diketahui. Karena itu tidak sah menjamin barang yang tidak
diketahui karena hal itu merupakan gharar. Apabila seseorang mengatakan,
“aku jamin untukmu apapun yang ada pada tanggungan si Fulan, “ sedangkan
mereka sama-sama tidak mengetahui jumlah barangnya, maka hal seperti itu
tidak sah. Ini menurut kalangan mazhab Syafi’I dan Ibnu Hazm. Sedangkan
Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad mengatakan, “jaminan seseorang yang tidak
diketahui adalah sah,”
b) Kafalah dengan barang atau kafalah dengan penyerahan, yaitu komitmen
untuk menyerahkan barang tertentu yang ada ditangan orang lain, misalnya
mengembalikan barang yang dirampas oleh pelaku ghasab dan menyerahkan
barang jualan kepada si pembeli. Juga disyaratkan bahwa barang yang
dijaminuntuk pihak ashiil seperti dalam asus ghasab. Apabila berbentuk
bukan jamina – seperti ‘ariyah (pinjaman) dan wadi’ah (titipan) – maka
kafalah tidak sah (berlaku).
c) Kafalah bid-darak (penyusulan), maksud ad-darak adalah barang jualan yang
diketahui adnya bahaya karena telah adanya transaksi penjualan barang.
Berarti ia sebagai jaminan untuk hak si pembeli kepada si penjual, apabila
barang yang dijual terdapat orang yang lebih berhak. Misalnya, jika terbukti
bahwa barang yang dijual adalah milik orang lain yang bukan milik penjual
awal atau barang itu adalah barang gadaian.21
e. Akibat Hukum Kafalah
1) Apabila orang yang dijamin tidak ada atau hilang (ghaib), maka kafīl
bertanggung jawab dan tidak bisa terlepas dari kafalah, kecuali dengan
pemenuhan utangnya atau ashīl. Atau orang yang mengutangkan
menyatakan bebas untuk kafīl dari utang atau ia mengundurkan diri dari
kafalah. Ia berhak mengundurkan diri karena itu persoalan haknya.
2) Merupakan hak bagi makfūl lahu orang yang mengutangkan) untuk
membatalkan akad kafalah dari pihaknya, sekalipun orang yang makfūl
anhu dan kafīl tidak merelakannya, karena hak pembatalan bukan hak
bagi makfūl anhu dan kafīl.22
2. Akad Ijarah
a. Pengertian Ijarah
21 ibid, h. 305-307
22 ibid, h. 308
Secara bahasa, kata ijarah berasal dari kata ajru yang berarti gaji,
ongkos kerja, upah, uang jasa.23 Dalam syariat Islam ijarah adalah jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan kompensasi.24
b. Landasan Hukum Ijarah
1) Firman Allah SWT QS Al Baqarah (2): 233
Artinya: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
2) Al Hadis
Artinya; “Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, ‘berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.’” (HR Ibnu Majah)
23 Baalbaki, Kamus AlMaurid, h. 21 24 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 203
c. Rukun dan Syarat Ijarah
Pihak pemilik yang menyewakan manfaat sesuatu disebut mu’ajjir.
Adapun pihak yang menyewa disebut musta’jir. Dan sesuatu yang diambil
manfaatnya disebut ma’jur. Sedangkan jasa yang diberikan sebagai imbalan atas
manfaat tersebut disebut ajrah atau ujrah.25
Akad ijarah dianggap sah setelah ijab kabul dilakukan dengan lafadz
sewa atau lafadz lain yang menunjukkan makna sama.
Kedua pihak yang melakukan akad disyaratkan memiliki kemampuan,
yaitu berakal dan dapat membedakan (baik dan buruk). Jika salah satu pihak
adalah orang gila atau anak kecil, akadnya dianggap tidak sah.
Para penganut mazhab Syafi’I dan Hanbali menambahkan syarat lain
yaitu balig. Jadi, menurut mereka, akad anak kecil meski sudah tamyiz ,
dinyatakan tidak sah jika belum balig.
3. Akad Qardh
a. Pengertian Qardh
25
Menurut bahasa, kata qardh berarti pinjaman, bantuan. 26 Qardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.27
b. Landasan Hukum Qardh
1) Firman Allah SWT QS Al Hadīd (57): 11
Artinya: “ Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”.
2) Al Hadis
Artinya: “Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. Berkata, ‘Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah senilai sedekah.’” (HR Ibnu Majah)
c. Rukun dan Syarat Qardh
Adapun yang menjadi rukun qardh adalah :
26 Baalbaki, Kamus Al Maurid, h. 714 27 Muhammad Syafi’I Syafii Antonio. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik.
(Jakarta : Gema Insani, 2001) h. 131
1) Muqridh (pemilik barang/yang memberikan pinjaman)
2) Muqtaridh (peminjam)
3) Qardh (objek / barang yang dipinjamkan)
4) Ijab qabul
Sedangkan syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam akad qardh adalah
sebagai berikut :
1) Orang yang melakukan akad (muqridh dan muqtaridh) harus baligh dan
berakal. Akad qardh ini menjadi tidak sah apabila yang berakad itu anak
kecil, orang gila dan dipaksa oleh seseorang.
2) Qardh (objek/barang yang dipinjamkan) harus berupa maal mutaqawwim
(harta yang menurut syara’ boleh digunakan/dikonsumsi). Mengenai jenis
harta benda yang dapat menjadi objek utang piutang terdapat perbedaan
pendapat dikalangan fuqaha. Menurut Hanafiah, akad utang piutang hanya
berlaku pada harta benda mistlayat, yaitu harta benda yang banyak
padanannya, yang lazim dihitung melalui timbangan, takaran, dan satuan.
Sedangkan harta benda qimiyat tidak sah dijadikan objek utang piutang
seperti hasil seni, rumah, tanah, hewan, dan lain-lain. Namun menurut
Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah setiap harta yang dapat diberlakukan
atasnya akad salam dapat biberlakukan atasnya akad utang piutang, baik
berupa harta benda mistliyat maupun qimiyat.
3) Ijab qabul harus dilakukan dengan jelas, sebagaimana jual beli dengan
menggunakan lafal qardh atau yang sepadan dengannya. Menurut Maliki,
pemilikan terjadi dengan akad saja sekalipun serah terima belum terjadi.28
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kafalah adalah
penggabungan tanggungan seorang kafīl (pihak penjamin) dengan tanggungan
ashīl (orang yang ditanggung) untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau
barang, atau suatu pekerjaan. Sedangkan ijarah adalah jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan kompensasi. Sementara yang dimaksud dengan
qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
28 Azharudin Lathif, Fikih Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 151-152
BAB III
PROFIL BANK DANAMON SYARIAH
A. Sejarah Singkat Bank Danamon Syariah
1. Bank Danamon
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) didirikan pada tahun 1956
dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya menjadi Bank Danamon
Indonesia hingga kini. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di Indonesia tahun
1976 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989. 29
Pada tahun 1997, sebagai akibat krisis moneter Asia, Bank Danamon mengalami
kesulitan likuiditas dan diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai
bank BTO. Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN merekapitalisasi Bank Danamon
dengan obligasi pemerintah senilai Rp 32 triliun. Saat itu juga, sebuah bank BTO dilebur ke
Perseroan sebagai bagian dari program pembenahan BPPN. Pada tahun 2000, delapan bank BTO lainnya dilebur ke dalam Bank Danamon.
Namun sebagai surviving entity, Bank Danamon bangkit menjadi salah satu pilar perbankan
nasional. Dalam kurun waktu tiga tahun berikutnya, Bank Danamon melakukan restrukturisasi
luas mencakup manajemen, manusia, organisasi, sistem, nilai prilaku serta identitas perusahaan.
Upaya ini berhasil meletakkan fondasi maupun prasarana baru bagi Perseroan guna meraih
pertumbuhan berdasarkan transparasi, responsibilitas, integritas dan profesionalisme (TRIP). Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih oleh Konsorsium Asia Finance
Indonesia sebagai pemegang saham pengendali. Dengan kendali manajemen baru, serta modal
180-hari pemetaan modal bisnis dan strategi baru, Bank Danamon terus menjalani perubahan
transformasional yang dirancang untuk dijadikannya sebagai bank nasional terkemuka dan pelaku
regional unggulan.30
29 http//www.danamon.co.id 30 ibid
kota – kota besar seperti Jakarta, Bukit Tinggi, Banda Aceh,
Surabaya, Martapura, Solo, dan Makassar serta 3 Unit Kantor Cabang
Pembantu Syariah (KCPS) di Jakarta dan 7 Cabang Office Channeling di
Jakarta serta 5 cabang Office Channeling di wilayah Jawa Timur. Per 30 juni
2007 dana pihak ketiga Bank Danamon Syariah telah mencapai Rp 455
miliar, sementara total pembiayaan dalam berbagai bentuk skema syariah
sebesar Rp 309 miliar, dan total aset mencapai Rp 549 miliar.31
Berdasarkan aspek sejarah berdirinya Bank Danamon Syariah
diatas, maka penulis berpendapat bahwa bahwa Bank Danamon Syariah
merupakan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Danamon dan bukan Bank
Umum Syariah (BUS). Jadi, secara struktural Bank Danamon Syariah masih
dibawah Bank Danamon.
B. Visi, Misi dan Nilai Bank Danamon Syariah
1. Visi
Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan.
2. Misi
Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia
yang keberadaannya diperhitungkan.
Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen
dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan
penjualan dan pelayanan, dan di dukung oleh teknologi kelas dunia.
31 Siaran Press/press release, No. 21/VIII/Humas-BDI/2007, Jakarta, 15
Agustus 2007, h. 3-4
Aspirasi kami adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati
oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana kami berada.
3. Nilai
Peduli, Jujur, Mengupayakan yang Terbaik, Kerjasama, Profesionalisme yang Disiplin. 32
Penulis berpendapat bahwa visi, misi, serta nilai yang ingin dicapai
oleh Bank Danamon merupakan suatu upaya yang ingin dicapai oleh instansi yang
bersangkutan.
C. Struktur Organisasink Danamon Syariah
1. Dewan Komisaris
a. Komisaris Utama : NG KEE CHOE
Menjabat sebagai komisaris Bank Danamon sesuai keputusan
RUPST pada bulan Maret 2004, dan selanjutnya diangkat sebagai Komisaris
Utama pada RUPST bulan Mei 2006. Menyelesaikan pendidikan di
Singapore University dan telah mempunyai berbagai pengalaman antara lain
di DBS Bank, Wing Lung Bank Ltd dan Singapore International Foundation.
Saat ini menduduki jabatan di beberapa perusahaan terkemuka seperti;
Singapore Power Limited, Singapore Airport Terminal Services, Ltd dan
Singapore Exchange Limited (SGX).
b. Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen : JB. KRISTIADI
32 http//danamon.co.id
Menjabat sebagai Komisaris Bank Danamon sesuai keputusan
RUPST Mei 2005, memperoleh gelar PhD dari Sorbonne University,
Perancis tahun 1979. Pernah menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kekayaan
Negara Departemen Keuangan, Direktur Pembinaan Anggaran Lain-lain dan
Kekayaan Negara Departemen Keuangan, dan Ketua Lembaga Administrasi
Negara RI sampai tahun 1998. Selanjutnya menjabat sebagai Asisten V
Menteri Koordinator Bidang Pengawasan, Pembangunan, dan
Pendayagunaan Aparatur Negara sampai tahun 1999, Deputi IV Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara sampai tahun 2001 dan Sekretaris
Menteri Negara Komunikasi dan Informasi. Pada saat ini menjabat sebagai
Sekretaris Jendral Departemen Keuangan RI dan Komisaris PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk.
c. Komisaris/Komisaris Independen : MILAN ROBERT SHUSTER
Menjabat sebagai Komisaris Bank Danamon sejak tahun 2000.
Memperoleh gelar Doctor of Philosophy, program International Economics
and Law dari University of Oxford. Beliau bergabung dengan Asian
Development Bank tahun 1970-1974, kemudian bergabung dengan Inter
Alpha Asia – Hong Kong (ING Bank). Beliau kemudian bergabung dengan
National Bank of Canada pada tahun 1979-1991. Beliau menjabat sebagai
Komisaris pada PT Bank Private Development Finance Company di
Indonesia Tbk (PDFCI) sebelum bergabung dengan Bank Danamon pada
tahun 1999 sebagai Direktur Utama.
d. Komisaris : GAN CHEE YEN
Menjabat sebagai Komisaris Bank Danamon sejak 2003. Meraih
gelar sarjana jurusan Akuntansi dari National University of Singapore.
Memulai karir sebagai Auditor PricewaterhouseCoopers pada Mei 1984.
Kemudian bergabung dengan Showa Leasing (S) Pte Ltd pada September
1986. Menduduki posisi sebagai Manajer Senior Keuangan di Singapore
Technologies Marine Ltd selama 8 tahun dimulai pada pertengahan tahun
1988, sebelum akhirnya menjadi Direktur Keuangan Singapore Technologies
Pte Ltd. Pada saat menjabat sebagai Senior Managing Director, Strategic
Development Temasek Holdings (Pte) Ltd, selain menjabat di beberapa
perusahaan yang terkait dengan Temasek lainnya.
e. Komisaris/Komisaris Independen : HARRY ARIEF SOEPARDI SUKADIS
Menjabat sebagai Komisaris Bank Danamon sejak 2003. Meraih
gelar sarjana jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Padjadjaran
tahun 1982. Selama 7 tahun menjabat sebagai General Manager Divisi
Akunting di PT Indosat Tbk, perusahaan penyedia jasa telepon dan
multimedia Indonesia. Pada tahun 1993, menduduki posisi Manajer Akunting
dan Divisi Kontrol PT Semen Cibinong Tbk selama 7 tahun. Kemudian
bergabung dengan BPPN pada tahun 2000 dengan posisi terakhir sebagai
Direktur Keuangan BPPN.
f. Komisaris : LIEW CHENG SAN VICTOR
Diangkat menjadi komisaris Bank Danamon sesuai keputusan
RUPST pada bulan Maret 2004. Menyelesaikan pendidikan di University of
Singapura pada tahun 1973 pada bidang Ilmu Sosial dan memulai karir
sebagai Head of Treasury di First National Bank of Chicago Singapore
Branch pada tahun 1973. Setelah itu memiliki berbagai pengalaman dan
jabatan yang strategis di Singapore Commodity Exchange Ltd, CapitaLand
Financial Ltd, Fullerton Fund Management Company Ltd dan ST Treasury
Services Ltd.
g. Komisaris/Komisaris Independen : MANGGI T. HABIR
Menjabat sebagai Komisaris Bank Danamon sesuai keputusan
RUPST Mei 2005, memperoleh gelar Master in Business Administration dari
University of Michigan, dan Master in Public Administration dari Harvard
University. Selama tahun 1981-1982 dan 1985-1990, beliau pernah bekerja
untuk Citibank N.A. Jakarta dalam bidang Corporate Banking. Capital
Market dan Financial Institution, dengan jabatan terakhir sebagai Vice
President. Pada tahun 2000 sampai dengan 2001 menjabat sebagai Advisor
Badan Penyehatan Perbankan Nasional, kemudian selama tiga tahun
menjabat sebagai Direktur Riset PT. Bahana Securities, selanjutnya sebagai
Presiden Direktur PT Pefindo dari tahun 1998 sampai 2001. Jabatan terakhir
beliau adalah Director & Team Leader pada Financial Services Group di
Standard &. Poor's, Singapore. 33
2. Dewan Direksi
a. Direktur Utama : SEBASTIAN PAREDES
Diangkat sebagai anggota Direksi Bank Danamon melalui RUPST
Mei 2005. Sebelum menjalani masa tugasnya pada saat ini, beliau adalah
Managing Director dan Chief Country Officer Citigroup di Afrika Selatan,
yang mencakup bisnis Citigroup di Afrika Selatan dan wilayah Sub-Sahara
Afrika yang terdiri dari 11 negara. Sebastian memulai karirnya sebagai CFO
Confiteca di industri makanan, kemudian bergabung ke Citibank Ekuador
sebagai Credit and Risk Analyst pada 1985 dan ditunjuk sebagai Country
Head di Ekuador dalam kurun waktu 3 tahun. Selama 18 tahun berkarir di
Citigroup, beliau telah menduduki posisi sebagai Country Head dan Business
Heads di berbagai negara, termasuk Ekuador, Turki dan Afrika Selatan.
Sebastian memperoleh gelar MBA dari Instituo de Empresa - Madrid,
Spanyol dan gelar Bachelor of Science dari California University - Fresno,
California.
33 ibid
b. Direktur : MULIADI RAHARDJA
Menjabat sebagai Direktur Bank Danamon sejak 1999.
Memperoleh gelar MBA dari Sloan School of Management, Massachusetts
Institute of Technology, USA pada tahun 1998. Memulai karir sebagai
Konsultan pada sebuah Management Consultant di Jakarta pada tahun 1983
dan bergabung dengan PT Sepatu Bata Indonesia Tbk pada tahun 1984.
Bergabung dengan Lippo Group pada tahun 1985 di bagian Asuransi,
Garmen dan Perbankan. Setelah menjabat sebagai Deputi Group Head di
bidang MIS dan account, Budget Planning dan Control di Lippo, pada tahun
1989, beliau bergabung dengan Bank Danamon dan menjabat sebagai
Pemimpin Cabang Tangerang. Menduduki posisi akhir sebagai Kepala Divisi
Perencanaan, Strategi dan Anggaran sebelum diangkat sebagai Direksi Bank
Danamon.
c. Direktur/Direktur Kepatuhan : ANIKA FAISAL
Menjabat sebagai Direktur Bank Danamon sejak 2002.
Memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia. Memulai karir
di Bank Niaga pada tahun 1990 dan terakhir menjabat sebagai Legal Division
Head. Bergabung dengan salah satu Law Firm di Jakarta sebelum pindah ke
BPPN sebagai Staff Ahli Ketua dan Wakil Ketua BPPN pada tahun 1999-
2002. Sejak tahun 2002, bergabung di Bank Danamon sebagai Kepala Divisi
Hukum dan pada bulan Mei 2002 menjabat sebagai Direktur Bank Danamon.
Beliau juga mengikuti berbagai program pelatihan perbankan dan manajemen
baik di Indonesia maupun di manca negara.
d. Direkur : HENDARIN SUKARMADJI
Diangkat sebagai Direktur Bank Danamon melalui RUPST Mei
2005. Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas
Padjadjaran, Bandung, Indonesia dan telah mengikuti berbagai pelatihan
profesional baik di dalam maupun di luar negeri. Selama lebih dari 25 tahun,
beliau bekerja di Bank Expor Impor - Persero dan terakhir menjabat sebagai
Kepala Biro Perbankan Internasional pada tahun 1999. Selanjutnya beliau
bergabung dengan BPPN sebagai Koordinator Tim Pengelola Sementara
bank-bank yang dibekukan, dan menjadi Komisaris Utama PT Dinners Jaya
Indonesia Internasional sampai tahun 2001. Jabatan terakhir beliau adalah
sebagai Direktur PT Bank Agroniaga.
e. Direktur : ALI RUKMIJAH
Diangkat sebagai Direktur Bank Danamon melalui RUPST Mei
2006. Bekerja di Bank Danamon sejak 1999 dengan jabatan terakhir sebagai
Head of Transaction and Services. Lulus dari Fakultas Teknik Mesin Institut
Teknologi Bandung tahun 1994 dan mengikuti program pengembangan
eksekutif di Harvard Business School tahun 2003. Memulai karir sebagai
Management Associate di Citibank Indonesia dan bergabung dengan Bank
Papan dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Operasional. Sebagai Tim
Pengelola Bank Pos sebelum bergabung dengan Bank Danamon.
f. Direktur : SANJIV MALHOTRA
Merupakan anggota Institute of Chartered Accountants of England
and Wales dan juga anggota Institute of Chartered Accountants of Ontario,
Kanada, Filipina, India, Thailand dan Uni Emirat Arab. Bergabung dengan
Citigroup di berbagai negara dan berbagai sektor bisnis serta menduduki
posisi antara lain sebagai Risk Head di Citigroup India, Srilanka, Bangladesh
dan Nepal, Chief Risk Officer di Citigroup Thailand dan Regional Risk
Manager pada Commercial Credit di Afrika Selatan, India dan Saudi Arabia.
Sejak tanggal 1 Pebruari 2006 Beliau bergabung dengan Bank Danamon
sebagai Head of Integrated Risk Management.
g. Direktur : VERA EVE LIM
Diangkat sebagai Direktur Bank Danamon melalui RUPST Mei
2006. Menjadi anggota Board of Management dan menjabat sebagai Chief
Financial Officer sejak Oktober 2003. Lulus dari Fakultas Ekonomi
Universitas Tarumanegara. Sebelum bergabung dengan Bank, bekerja di
Sinar Mas Dipta Insurance pada tahun 1988. Memulai karir di Bank pada
tahun 1990 dan menjabat sebagai Senior Vice President Financial Planning &
Control sebelum diangkat menjadi Chief Financial Officer. 34
3
.
P
e
m
e
g
a
n
g
S
aham
Pemegang S
SSSaham Terhitung dari tanggal 31 Maret 2007*35
34 ibid
35 ibid
Kepemilikan Saham Pemegang Saham
Jumlah Saham Persentase (%)
Masyarakat 1.298.785.780 26,12
Asia Financial (Indonesia) Pte.Ltd.** 3.424.842.220 68,87
Morgan Stanley Securities Ltd. 248.949.500 5,01
Jumlah 4.972.577.500 100
** Pemegang Saham akhir AFI adalah Temasek Holdings Pte Ltd.
* Berdasarkan data yang tercatat oleh Biro Administrasi Saham, PT Raya
Saham Registra
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa Bank Danamon
memiliki struktur organisasi berupa Dewan Komisaris serta Dewan Direksi seperti
umumnya bank umum lainnya.
D. Produk dan Jasa Bank Danamon Syariah
1. Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)
Tabungan bagi hasil adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah, yaitu bank akan mengelola dana yang diinvestasikan oleh
nasabah secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah
Islam dan hasil keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai
nisbah yang disepakati bersama sebelumnya.
Manfaat:
a. Aman dan nyaman bertransaksi
b. Fleksibilitas yang tinggi dalam bertransaksi
c. Nisbah bagi hasil yang kompetitif
d. Dana akan diinvestasikan kepada sektor riil yang menguntungkan
e. Kartu ATM gratis
Fasilitas:
a. Layanan transaksi ATM 24 jam untuk penarikan tunai maksimal Rp 5 juta
per hari, informasi saldo, pindah buku antar rekening Bank Danamon Syariah
maksimal Rp 50 juta per hari dan ganti PIN melalui seluruh jaringan ATM
Bank Danamon.
b. Layanan Transaksi penyetoran & penarikan tunai serta cetak mutasi buku
tabungan secara on line melalui cabang-cabang Bank Danamon konvensional
tertentu.
c. Layanan Informasi produk 24 jam melalui Danamon Acces Center.
d. Bagi Hasil dibayarkan setiap awal bulan.
Persyaratan:
a. Menunjukan identitas asli yang masih berlaku
b. Mengisi formulir pembukaan rekening
c. Setoran awal Rp 50.000
d. Setoran berikutnya bebas
e. Biaya administrasi bulanan Rp 5.000
Contoh Perhitungan Bagi Hasil
Saldo rata-rata Bp Halim bulan Juni 2002 sebesar Rp 2.000.000 sedangkan saldo rata-
rata tabungan seluruh nasabah Bank Danamon Syariah pada bulan tersebut sebesar Rp 500.000.000.
Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank sebesar 50:50 dan pendapatan bank yang
dibagihasilkan untuk tabungan sebesar Rp 5.000.000, maka bagi hasil yang didapatkan oleh Bp Halim
adalah sebesar:
(Rp 2.000.000 ÷ Rp 500.000.000) × Rp 5.000.000 × 50% = Rp 10.00036
2. Beli Bayar Tangguh (BBT) Usaha
36 ibid
Memajukan suatu usaha tidaklah sesulit yang Anda bayangkan. Kini
hanya perlu memilih barang-barang modal kerja dan investasi yang diinginkan
dan dibutuhkan, kami akan memberikan solusi untuk mewujudkannya. Inilah
cara tercepat dan mudah untuk segera memajukan usaha Anda.
Fleksibilitas:
a. Jumlah pembiayaan sampai dengan Rp 5 milyar
b. Uang muka sangat ringan hanya 25% dari total pembiayaan
c. Pembayaran angsuran dapat disesuaikan dengan kemampuan, jangka waktu
pembiayaan sampai dengan 1 tahun
d. Bebas memilih barang-barang modal kerja dan investasi sesuai keinginan dan
kebutuhan nasabah
e. Marjin yang kompetitif
Kemudahan:
a. Proses pembiayaan relatif mudah dan cepat
b. Kemudahan cara pembayaran angsuran
c. Perlindungan asuransi syariah
Bebas dinikmati siapa saja :
a. Warga Negara Indonesia
b. Berusia 21 s.d 55 tahun
c. Telah menjalankan usaha minimal 2 tahun dalam kondisi baik
Dokumen yang Diperlukan:
DOKUMEN
Fotokopi KTP anda (suami/istri)
Fotokopi kartu keluarga
Fotokopi NPWP pribadi atau perusahaan dengan surat pernyataan/SPT PPH
21*
Fotokopi rekening koran/tabungan (3 bulan terakhir)
Dokumen Pembelian Barang
Slip gaji & Surat Keterangan Lama Bekerja
Fotokopi SIUP/TDP/SIP
Fotokopi Neraca Perusahaan dan Rugi /Laba (2 bln terakhir)
Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan berikut perubahannya
* NPWP diperlukan untuk permohonan pembiayaan diatas Rp. 50.000.000,- 37
3. Wakalah
Wakalah atau wikalah berarti menyerahkan, pendelegasian atau
pemberian mandat atau Secara teknis berarti pelimpahan kekuasaan oleh
seseorang sebagai pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam
hal-hal yang diwakilkan
Bank Danamon Syariah menyediakan jasa-jasa layanan wakalah berupa :
37 ibid
a. Transfer Bank Lain Rupiah Domestik
b. RTGS
c. Penarikan warkat bank lain
d. Inkaso38
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa selain Dirham
Card, Bank Danamon Syariah juga memiliki 3 (tiga) produk lain, yakni
Tabungan bagi hasil (mudharabah) adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah, Beli Bayar Tangguh (BBT) Usaha, dan Wakalah berupa
jasa layanan Transfer Bank Lain Rupiah Domestik, RTGS, Penarikan warkat
bank lain, Inkaso.
38 ibid
BAB IV
APLIKASI SYARIAH CARD PADA PRODUK DIRHAM CARD
DI BANK DANAMON SYARIAH
I. Pengertian Dirham Card di Bank Danamon Syariah
Kata dirham berasal dari bahasa Yunani, Drachma, yaitu untuk perak
cetakan.39 Sedangkan Dirham Card adalah kartu bayar (payment card) yang
dapat digunakan untuk pembayaran atas pembelian dengan pihak ketiga
(merchant) baik barang atau jasa yang halal dan tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Dirham Card merupakan syariah card pertama di Indonesia yang
dikeluarkan pada tanggal 18 juli 2007 yang berdasarkan atas fatwa DSN No.
54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card yang dikeluarkan pada tanggal 18
Ramadhan 1427 H / 11 Oktober 2006 M dan surat Bank Indonesia No.
9/183/DPbS/2007 tentang Persetujuan Danamon Syariah Card. Dirham Card
merupakan hasil kolaborasi antara Bank Danamon dan MasterCard dengan
seluruh jaringan atau merchant-nya diseluruh dunia untuk menyediakan jasa
system pembayaran dan layanan kepada pemegang kartu. 40
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
Dirham Card merupakan sebuah kartu yang dapat digunakan sebagai alat
39 Ahmad al-Fayūmi, al-Mishbāh al-Munīr fi Garīb al-Syarh al-Kabīr li al-Rafi’I, (Cairo, Al-Amiriah, 1926), cet. Keenam, h. 1
40 Siaran Press/press release, No. 21/VIII/Humas-BDI/2007, Jakarta, 15 Agustus 2007, h. 2
pembayaran dan pembelian barang maupun jasa, diterbitkan berdasarkan atas
fatwa MUI tentang Syariah Card dan Surat Bank Indonesia.
J. Jenis – jenis Dirham Card di Bank Danamon Syariah
Terdapat 3 (tiga) jenis kartu Dirham Card, yaitu:
1. Kartu hijau (green card) dengan pagu limit sebesar Rp 5.000.000,-
2. Kartu emas (gold card) yang terdiri dari :
a. Gold card 1 dengan pagu limit sebesar Rp 10.000.000,-
b. Gold card 2 dengan pagu limit sebesar Rp 20.000.000,-
c. Gold card 3 dengan pagu limit sebesar Rp 30.000.000,-
3. Kartu platinum (platinum card) dengan pagu limit sebesar Rp 40.000.000,-41
Sasaran utama penggunanya adalah nasabah Muslim, dan juga Non
Muslim, yang sudah memiliki kartu kredit konvensional agar dapat dilihat track
record history pembayarannya.42
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat 3
(tiga) jenis Dirham Card, yaitu Kartu hijau, Kartu emas (1, 2, dan 3) serta Kartu
platinum.
41 Keterangan Bank Danamon Syariah, 9 April 2008 42 Amir Karimuddin, “Kartu Kredit Syariah vs Konvensional”, artikel diakses pada
20 Januari 2008 dari http//amir.karimuddin.com/kartu-kredit-syariah-vs konvensional.html
K. Keistimewaan Dirham Card di Bank Danamon Syariah
Keistimewaan Dirham Card bila dibandingkan dengan jenis kartu
kredit konvensional adalah Dirham Card tidak mengenal prinsip bunga apalagi
bunga berbunga. Kartu kredit konvensional mengutamakan adanya bunga sebesar
2 – 4 % per bulan sebagai bentuk pengambilan keuntungan terhadap pelunasan
tagihan yang dicicil. Nilai ini berbentuk bunga berbunga, sehingga dalam 1 tahun
dari bunganya saja bisa mendekati nilai transaksi awal.
Dirham Card di lain pihak, menggunakan skema unik berdasarkan
system syariah yaitu akad ijarah, kafalah, dan qardh. Akad ijarah adalah biaya
keanggotaan (monthly membership fee), kafalah adalah penjaminan transaksi,
sedangkan qardh adalah pemberian pinjaman untuk pengambilan tunai.
Walaupun demikian, Dirham Card maupun Kartu Kredit
Konvensional juga memiliki persamaan dalam hal:
1. Iuran Tahunan (annual fee)
2. Pagu Limit
3. Menggunakan jasa layanan penyedia kartu global (MasterCard).
4. Dapat digunakan untuk kegiatan dasar, yaitu pembayaran secara kredit di
merchant penyedia kartu global tersebut dan pembayaran tagihan bulanan,
seperti listrik, air, dan telepon.43
43 Ibid
Adapun keuntungan yang ditawarkan oleh Dirham Card dapat
meliputi beberapa hal berikut:
1. Tidak menerapkan sistem bunga, melainkan menggunakan sistem biaya sewa
berdasarkan prinsip ijarah.
2. Penetapan harga (pricing) yang kompetitif dan lebih adil karena menerapkan
perhitungan fee yang menghargai pembayaran parsial.
3. Pengelolaan dana kebajikan (Qardul Hasan) yang diperoleh dari
penyelenggaraan produk kartu syariah; misalnya dari late payment fee, yang
disalurkan untuk kegiatan kedermawanan.
4. Benefit atau manfaat dasar, termasuk untuk membayar tagihan listrik,
telepon, air dan TV kabel; mendapatkan diskon disejumlah merchant; dan
membeli voucher telepon genggam.
5. Memungkinkan penggunaan kartu untuk keperluan – keperluan yang bersifat
spiritual, seperti umrah atau wisata spiritual.
6. Diterima di semua jaringan MasterCard di seluruh dunia. 44
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa Dirham Card
mempunyai perbedaan mendasar dengan kartu kredit konvensional, yaitu pada
Dirham Card tidak memberlakukan bunga. Walaupun demikian, Dirham Card
dengan kartu kredit konvensional juga memiliki persamaan seperti penerapan
44 Siaran Pers/Press Release, No. 13/VII/Humas-BDI/2007. Jakarta, 18 Juli 2007
Iuran Tahunan, penetapan pagu limit, menggunakan penyedia layanan kartu
global.
L. Persyaratan atau Prosedur Memiliki Dirham Card di Bank Danamon
Syariah
Persyaratan atau prosedur mendapatkan Dirham Card yaitu :
1. Persyaratan Umum
a. Umur (pemegang kartu utama) : 21 – 65 tahun saat permohonan
b. Umur (pemegang kartu tambahan) : 21 – 70 tahun saat permohonan
c. Kewarganegaraan : Indonesia dan asing dengan KITAS
d. Penghasilan Minimum per bulan :
1) Green Card sebesar Rp 2.500.000,-
2) Gold Card 1 sebesar Rp 5.000.000,-
3) Gold Card 2 sebesar Rp 10.000.000,-
4) Gold Card 3 sebesar Rp 15.000.000,-
5) Platinum Card sebesar Rp 20.000.000,-
e. Harus melakukan investasi berupa :
1) Goodwill Investment sebesar 10 % dari limit kredit.
2) Kewajiban memiliki rekening di Bank Danamon Syariah minimal
sebesar Rp 500.000,-
2. Proses Pengajuan
a. Nasabah (card holder) mengajukan permohonan dengan mengisi aplikasi
yang sudah disiapkan oleh Bank Danamon Syariah.
b. Menyerahkan fotocopy bukti diri (KTP, KITAS, atau Passport).
c. Menyerahkan slip gaji atau surat keterangan penghasilan.
d. Menyerhakan fotokopi kartu kredir yang telah dimiliki beserta billing
statement bulan terakhir.
3. Proses Persetujuan
a. Aplikasi Dirham Card yang diajukan calon Card Holder dapat ditolak jika
ternyata memiliki catatan sejarah kredit yang unvorable tercermin dari
daftar black-list baik yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia maupun
AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia).
b. Bank Danamon Syariah akan menyetujui penerbitan Dirham Card jika
calon nasabah (card holder) memberikan data dan mengisi aktivasi form
beserta fotokopi KTP dan tidak termasuk dalam daftar blacklist. Berikut
ini, meskipun tidak akan menambah bobot proses persetujuan tetapi akan
membantu proses verifikasi aplikasi berjalan lancar antara lain :
1) Dokumen pelengkap yang dilampirkan harus jelas.
2) Nomor telepon rumah fixed bukan portable.
3) Nama Ibu kandung.
4) Data Penghasilan.
5) Tidak melebihi batasan umur (> 65 tahun).
Jika kartunya sudah disetujui, maka akan dikirimkan sesuai
dengan alamat nasabah yang bersangkutan.
4. Cara Aktivasi
Setelah menerima Dirham Card, Card Holder tidak bisa
langsung mempergunakan kartu tersebut. Card holder diharuskan terlebih
dahulu mengisi acceptance form dengan lengkap dan ditandatangani beserta
fotokopi ID Card. Kemudian mengirimkannya ke Dirham staff sesuai alamat
yang ada di welcome letter. Kemudian Dirham card akan aktif maksimal 2
hari kerja setelah pengiriman acceptance form.45
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa persyaratan
diatas merupakan syarat yang diberlakukan oleh Bank Danamon Syariah selaku
penerbit kartu bagi para calon pemegang kartu (card holder) guna memperoleh
Dirham Card.
M. Biaya – biaya (Fee) yang dikenakan Terhadap Pemegang Kartu (Card
Holder) Dirham Card di Bank Danamon Syariah
1. Biaya Iuran Tahunan (Annual Fee) yang dibebaskan (free) pada tahun
pertama dengan perincian sebagai berikut:
a. Kartu Utama
45 Keterangan Bank Danamon Syariah, 9 April 2008
1) kartu hijau (green card) sebesar Rp 150.000,- per tahun.
2) kartu emas (gold card) sebesar Rp 300.000,- per tahun.
3) Kartu platinum (platinum card) sebesar Rp 500.000,- per tahun.
b. Kartu Tambahan
1) Kartu hijau (green card) sebesar Rp 75.000,- per tahun.
2) kartu emas (gold card) sebesar Rp 150.000,- per tahun.
3) Kartu platinum (platinum card) sebesar Rp 250.000,- per tahun.
2. Biaya Keanggotaan Bulanan (Monthly membership fee) khusus untuk
pemegang kartu utama yang perinciannya sebagai berikut:
a. kartu hijau (green card) sebesar Rp 175.000,-
b. kartu emas (gold card) 1 sebesar Rp 325.000,-
c. kartu emas (gold card) 2 sebesar Rp 650.000,-
d. kartu emas (gold card) 3 sebesar Rp 975.000,-
e. kartu platinum (platinum card) sebesar Rp 1.200.000,-
Biaya (fee) ini akan dikembalikan melalui mekanisme Cash
Reward dan Cash Rebate dengan jumlah yang disesuaikan dengan pola
transaksi dan pola pembayarannya. Cash Reward dan cash rebate adalah
bentuk apresiasi dari bank yang akan mengurangi jumlah monthly
membership fee.
Cash reward diberikan atas setiap transaksi yang dilakukan,
dimana setiap kelipatan transaksi Rp 3000,- akan mendapat Rp 1,- dan bisa
digunakan di setiap merchant berlogo MasterCard, sedangkan cash rebate
diberikan atas setiap pembayaran tagihan yang besarnya proporsional dari
jumlah pembayaran atas tagihan dan memperhitungkan jumlah tertunggak
dari pemegang kartu.
3. Biaya Pengambilan Tunai (Cash Advance Fee)
Merupakan biaya yang dikenakan ketika pemegang kartu (Card
Holder) mengambil uang tunai. Biaya yang dikenakan yaitu Rp 45.000,- per
penarikan, dengan frekuensi penarikan satu kali dalam satu hari maksimum
Rp 500.000,-. Pengambilan tunai (Cash Advance) mamsimum 60% dari limit
Dirham Card.
4. Biaya Melebihi Limit (Over limit fee)
Merupakan biaya yang dikenakan ketika pemegang kartu (Card
Holder) melakukan transaksi pembelian barang di merchant melebihi limit
kartu yang ditetapkan. Biaya yang dikenakan yaitu Rp 50.000,- .
5. Biaya - biaya lain
Biaya – biaya lain yang dikenakan pada produk Dirham Card
yaitu :
a. Biaya Penggantian Kartu sebesar Rp 50.000,-
b. Biaya copy Billing statement sebesar Rp 10.000,-
c. Biaya copy sales draft sebesar Rp 50.000,-46
46 Bank Danamon Syariah, “Aplikasi Dirham Card”, lembar pertama
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat 4
(empat) jenis biaya yang dikenakan pada produk Dirham Card, yaitu Biaya Iuran
Tahunan (Annual Fee), Biaya Keanggotaan Bulanan (Monthly membership fee),
Biaya Pengambilan Tunai (Cash Advance Fee), serta Biaya Melebihi Limit (Over
limit fee). Disamping itu, Bank Danamon Syariah juga mengenakan biaya
tambahan berupa Biaya Penggantian Kartu, Biaya copy Billing statement, dan
Biaya copy sales draft sebesar.
N. Ta’widh dan Late Charge Dirham Card di Bank Danamon Syariah
Ada dua jenis denda yang akan dikenakan bila pengguna Dirham
Card terlambat melunasi hutangnya:
1. Ta’widh (ganti rugi)
Merupakan ganti rugi terhadap biaya – biaya yang dikeluarkan oleh bank akibat keterlambatan
pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Berlaku sesuai fatwa Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor 43/DSN - MUI/VIII/2004 tanggal 11 agustus 2004 yaitu
memperhitungkan kerugian riil yang secara nyata dialami bank dan besarnya akan diberitahukan kemudian secara
tertulis oleh bank kepada nasabah. Jumlah biaya ganti rugi telah diterangkan oleh bank dan dipahami oleh nasabah.
Di dalam aplikasinya, ta’widh telah ditentukan besarannya berdasarkan lamanya biaya penagihan
terhadap keterlambatan pembayaran, yaitu :
a.. sampai dengan 30 hari sebesar Rp 25.000,-
b. 31 sampai dengan 60 hari sebesar Rp 75.000,-
c. 61 sampai dengan 90 hari sebesar Rp 170.000,-
d. 91 sampai dengan 120 hari sebesar Rp 350.000,-
e. 121 sampai dengan 150 hari sebesar Rp 765.000,-
f. 151 sampai dengan 180 hari sebesar Rp 2.100.000,-
2. Late Charge
Denda kedua ini ini merupakan denda keterlambatan pembayaran yang dikenakan sebesar 3% dari
jumlah pembayaran minimum yang tertunggak. Berlaku sesuai fatwa DSN – MUI Nomor 17/DSN – MUI/IX/2000
tanggal 16 September 2000 yaitu sanksi berupa denda yang diakui seluruhnya sebagai dana sosial dan besarannya
ditentukan atas dasar kesepakatan antara bank dan nasabah.47
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat 2 (dua) jenis denda yang dikenakan
kepada pemegang kartu Dirham Card apabila terlambat melunasi pembayaran, yaitu berupa biaya ganti rugi (ta’widh)
serta Late Charge.
O. Akad Produk Dirham Card di Bank Danamon Syariah
Keunikan Dirham Card terletak pada “akad”, istilah untuk kontrak atau
skema transaksi yang digunakannya; yang dapat berupa Ijarah, Kafalah, atau
Qardh. Ketiga jenis akad tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Akad Kafalah
Pada skema Kafalah, Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu
bertindak sebagai penjamin (kafil) bagi pemegang kartu terhadap merchant
atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara
pemegang kartu dengan merchant, dan atau penarikan tunai dari selain bank
atau ATM bank penerbit kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit kartu dapat
menerima imbal jasa, atau fee (ujrah kafalah).
2. Akad Ijarah
47 Keterangan Bank Danamon Syariah, 9 April 2008
Pada akad atau skema transaksi Ijarah, Bank Danamon Syariah selaku
penerbit kartu menjadi penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan
terhadap pemegang kartu. Atas penyediaan jasa atau atau Ijarah ini,
pemegang kartu dikenakan biaya keanggotaan, atau membership fee.
3. Akad Qard
Pada akad Qardh, Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu berperan
sebagai pemberi pinjaman (muqridh) kepada pemegang kartu (muqtaridh)
melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu. Pemegang
kartu dengan demikian berkewajiban untuk mengembalikan sebesar jumlah
dana yang ditarik pada waktunya.48
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat 3
(tiga) jenis akad yang diterapkan pada produk Dirham Card yaitu akad
Kafalah (Bank Danamon Syariah sebagai penjamin bagi card holder terhadap
merchant), Akad Ijarah (Bank Danamon Syariah menjadi penyedia jasa
system pembayaran dan pelayanan terhadap card holder), dan akad Qard
(Bank Danamon Syariah sebagai pemberi pinjaman kepada pemegang kartu).
P. Analisis Syariah terhadap Aplikasi Syariah Card di Bank Danamon Syariah
1. Analisis terhadap akad Dirham Card di Bank Danamon Syariah
48 Ibid
Akad (shafqah) menurut para ulama’ yaitu merupakan hubungan
antara ijab dan qabul dalam bentuk yang disyariatkan, dengan dampak yang
ditetapkan pada tempatnya. Maka, suatu tasharruf qawli (tindakan lisan)
dikatakan sebagai akad, jika ada ijab (penawaran) dari pihak pertama, dan
qabul (penerimaan) dari pihak kedua. Ijab dan qabul ini juga harus dilakukan
secara syar’I, sehingga dampaknya juga halal bagi masing – masing pihak.
Misalnya, seorang penjual barang menyatakan : “saya jual rumah
ini kepada anda dengan harga Rp 50.000.000,-”, adalah bentuk penawaran
(ijab), maka ketika si pembeli menyatakan : “saya beli rumah anda dengan
harga 50 juta”, adalah penerimaan (qabul). Dampak ijab-qabul ini adalah
masing-masing pihak mendapatkan hasil dari akadnya; si penjual berhak
mendapatkan uang si pembeli sebesar Rp 50.000.000,-, sedangkan si pembeli
berhak mendapatkan rumah si penjual tadi. Inilah bentuk akad yang
diperbolehkan oleh syara’. 49
Disamping itu, Islam telah menetapkan bahwa akad harus
dilakukan terhadap salah satu dari dua perkara; zat (barang atau benda) atau
jasa (manfaat). Misalnya, akad syirkah dan jual beli adalah yang dilakukan
terhadap zat (barang atau benda), sedangkan akad ijarah adalah akad yang
dilakukan terhadap jasa (manfaat). Selain terhadap dua hal ini, maka akad
tersebut statusnya batil.
49 Hafidzh Abdurrahman, “Hukum Syara’ Multilevel Marketing (MLM)”
artikel dikirim [email protected], h. 2-3
Selain itu, melarang adanya dua akad dalam satu transaksi
(shafqatain fi shafqah atau bay’atayn fi bay’ah). Seperti telah banyak
dinyatakan dalam banyak hadis Nabi saw., antara lain sebagai berikut :
Artinya : “’ Dari Abu Hurairah, berkata : ‘Nabi SAW. telah melarang dua
pembelian dalam satu pembelian.’” (HR. Abu Dawud)
Dalam hal ini, as Syafi’I memberikan keterangan terhadap
maksud bay’atayn fi bay’ah (dua pembelian dalam satu transaksi), dengan
menyatakan bahwa jika seseorang mengatakan, “saya jual budak ini kepada
anda dengan harga Rp 1000,-, dengan catatan anda menjual rumah anda
kepada saya dengan harga segini.” Artinya jika anda menetapkan milik anda
menjadi milik saya, maka sayapun menetapkan milik saya menjadi milik
anda. Dalam konteks ini, maksud dari bay’atayn fi bay’ah adalah melakukan
dua akad dalam satu transaksi, akad yang pertama adalah akad jual beli
budak, sedangkan yang kedua adalah akad jual beli rumah. Namun, masing –
masing dinyatakan sebagai ketentuan yang mengikat satu sama lain, sehingga
terjadilah dua transaksi tersebut include dalam satu akad.
Hadis senada diriwayatkan oleh al-Bazzar dan Ahmad, dari Ibnu
Mas’ud yang menyatakan:
Artinya: “Rasulullah telah melarang dua kesepakatan (akad) dalam satu
kesepakatan (akad).”
Selanjutnya, pada hadits yang diriwayatkan oleh at Thabrani
dalam kitabnya, al-awsath,
Artinya: ”’Rasulullah SAW. Bersabda,’Tidaklah dihalalkan dua kesepakatan
(akad) dalam satu kesepakatan (akad).’”
Dari dalâlah (dalil) yang ada, baik yang menggunakan lafadz
“naha (melarang)” maupun “lā tahillu (tidak dihalalkan) menunjukkan
bahwa hukum muamalah yang disebutkan dalam hadis tersebut jelas haram.
Sebab, ada lafadz dengan jelas menunjukkan keharamannya, seperti lā
tahillu. Ini mengenai dalil dan hukum yang berkaitan dengan dua transaksi
dalam satu akad.50
Seperti telah dijelaskan di awal, bahwa dirham card menggunakan
3 (tiga) jenis akad, yakni akad kafalah (penjaminan), akad ijarah (persewaan),
dan akad qardh (peminjaman). Dimana pada akad kafalah, Bank Danamon
Syariah selaku penerbit kartu bertindak sebagai penjamin (kafil) bagi
50 Hafidzh Abdurrahman, Hukum Syara’ Multilevel Marketing, h. 3
pemegang kartu terhadap merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang
timbul dari transaksi antara pemegang kartu dengan merchant, dan atau
penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank penerbit kartu. Atas
pemberian Kafalah, penerbit kartu dapat menerima imbal jasa, atau fee (ujrah
kafalah).
Kemudian pada akad Ijarah, Bank Danamon Syariah selaku
penerbit kartu menjadi penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan
terhadap pemegang kartu. Atas penyediaan jasa atau atau Ijarah ini,
pemegang kartu dikenakan biaya keanggotaan, atau membership fee.
Sedangkan pada akad Qardh, Bank Danamon Syariah selaku
penerbit kartu berperan sebagai pemberi pinjaman (muqridh) kepeda
pemegang kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank atau ATM
bank penerbit kartu. Pemegang kartu dengan demikian berkewajiban untuk
mengembalikan sebesar jumlah dana yang ditarik pada waktunya.
Selanjutnya, setelah melihat aspek hukum syara’ terkait akad
serta melakukan penelaahan terhadap aplikasi akad yang digunakan pada
produk dirham card. Maka penulis dapat nyatakan sudah sesuai dengan
hukum Syariah. Hal ini dikarenakan ketiga akad digunakan secara jelas
sehingga tidak terjadi gharar (ketidakjelasan) akad yang digunakan.
2. Analisis terhadap Iuran Keanggotaan Dirham Card di Bank Danamon
Syariah
Iuran keanggotaan membawa kesan bahwa bisa diterimanya kartu kredit. Secara umum terhadap 2
(dua) pandangan terhadap iuran keanggotaan ini, yaitu :
a. Golongan yang membolehkan
- Ia dianggap sebagai biaya administrasi, harga kartu, dan sebagainya.
Kasus ini dianggap sudah lumrah karena berlaku dimana – mana.
- Ia bisa dianggap sebagai uang sewa kartu kredit. Pemegang kartu
dianggap sebagai sebagai penyewa dalam jangka waktu tertentu untuk
melakukan kredit. Karena biaya sewa dibolehkan, maka iuran
keanggotaan kartu kredit juga dibolehkan.
b. Golongan yang mengharamkan
- iuran keanggotaan dikatakan mempunyai subhat riba, karena bisa
dianggap sebagai kelebihan faedah yang diperoleh pihak bank atas
usaha dan jasanya memberi hutang kepada pemegang kartu. Faedah
yang seperti ini hukumnya haram.
- Iuran keanggotaan ini dianggap mempunyai unsur gharar, penipuan.51
Qadi Muhammad Taqyuddin al-Utsmani berpandangan bahwa
card holder diberikan sejumlah fasilitas dan kemudahan, di dalam kartu
kredit tidak hanya fasilitas kredit saja yang diberikan, tetapi juga diberikan
beberapa fasilitas lain. Biaya keanggotaan merupakan biaya untuk
memperoleh fasilitas tersebut dan tidak tergantung pada jumlah yang
51 Sanep dan Hasan, Surahman Kastin, Kad Kredit : Suatu Ulasan dari Perspektif Syariah dalam Nurfaidah, “Analisis Persepsi Bankers (Danamon & DKI Syariah) dan Masyarakat Terhadap Penerbitan Kartu Kredit Syariah,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.
dibayarkan oleh bank yang bertindak sebagai wakil dari card holder. Biaya
itu berlaku secara tahunan sehingga tidak ada keterkaitannya fasilitas yang
diberikan oleh issuer card, makanya biaya tersebut tidak bisa dikatakan
sebagai riba. 52
Sedangkan pada produk dirham card terdapat 2 (dua) biaya
keanggotaan yang ditetapkan oleh issuer bank yakni, biaya keanggotaan
tahunan (annual membership fee) dan biaya keanggotaan bulanan (Monthly
membership fee). Dimana biaya keanggotaan yang dikenakan merupakan
biaya sewa terhadap fasilitas yang menyertai penerbitan kartu.
Bila melihat aplikasi biaya keanggotaan yang dikenakan serta
beberapa pendapat diatas, penulis berpandangan biaya keanggotaan yang
dikenakan pada produk dirham card sudah sesuai dengan hukum Syariah.
3. Analisis terhadap Aplikasi Ta’widh (ganti rugi) dan Late Charge (denda
keterlambatan) Dirham Card di Bank Danamon Syariah
Terkait dengan ta’widh (ganti rugi) terdapat pada fatwa DSN – MUI nomor 54/DSN – MUI/X/2006
tentang Syariah Card menyatakan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya
yang telah jatuh tempo. Serta fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor 43/DSN -
MUI/VIII/2004 tanggal 11 agustus 2004 yaitu memperhitungkan kerugian riil yang secara nyata dialami bank dan
besarnya akan diberitahukan kemudian secara tertulis oleh bank kepada nasabah.
Sedangkan dasar hukum ta’widh, merujuk pada QS Al Baqarah
(2) : 194
52 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Cards Syariah:Kartu
Kreditdan Debit dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h. 183
Artinya :”…maka, barangsiapa melakukan aniaya (kerugian) kepadamu,
balaslah ia, seimbang dengan kerugian yang telah ia timpakan kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang – orang yang bertakwa.”
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berpandangan bahwa
pihak Bank Danamon Syariah boleh mengenakan ta’widh berdasarkan fatwa
DSN – MUI nomor 54/DSN – MUI/X/2006 tentang Syariah Card serta fatwa
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor 43/DSN -
MUI/VIII/2004 tanggal 11 agustus 2004 tentang ta’widh yang diberitahukan
secara transparan kepada card holder.
Mengenai late charge (biaya keterlambatan), Qadi Muhammad
Taqyuddin al-Utsmani berpendapat bahwa issuer card hanya membebankan
biaya keterlambatan hanya ketika card holder terlambat membayar setelah
memberikan tenggang waktu satu atau dua bulan. Menurut beliau biaya yang
dikenakan dapat diposisikan sebagai riba, dan apabila seorang muslim masuk
dalam area ini dengan niat dan keyakinan ia tidak akan terlambat dalam
pembayarannya, menurut beliau, tidak ada penghalang syariah orang tersebut
melakukan transaksi dengan mempergunakan kartu yang dimilikinya.53
53 ibid, h. 184
Sedangkan pada fatwa DSN – MUI nomor 54/DSN – MUI/X/2006 tentang Syariah Card
menyatakan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang akan diakui seluruhnya
sebagai dana sosial. Selanjutnya, fatwa DSN – MUI Nomor 17/DSN – MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000
menyatakan yaitu sanksi berupa denda yang diakui seluruhnya sebagai dana sosial dan besarannya ditentukan atas
dasar kesepakatan antara bank dan nasabah.
Tetapi, pada aplikasinya, denda keterlambatan yang dikenakan
walaupun sudah ditetapkan oleh bank, tetapi pihak Bank Danamon Syariah
selaku penerbit kartu telah memberitahukan secara terbuka diawal terhadap
calon card holder. Selain itu, denda keterlambatan yang dikenakan bukan
merupakan pendapatan bank (sebagai dana kebajikan) yang sejalan dengan
fatwa DSN – MUI nomor 17 di atas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan kajian disertai data-data yang telah berhasil
penulis himpun, maka didapatlah beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Tentang ada tidaknya problem akad pada syariah card. Syariah card
menggunakan mekanisme akad yang berdasarkan prinsip syariah. Akad yang
digunakan dalam syariah card adalah kafalah, qardh dan ijarah. Kafalah
sebagaimana diutarakan ahli fiqh mazhab Hanafi yakni penggabungan
tanggungan seorang kafiil (pihak penjamin) dengan tanggungan ashiil (orang
yang ditanggung) untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau barang,
atau suatu pekerjaan. Ijarah adalah jenis akad untuk mengambil manfaat
dengan kompensasi. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Sedangkan Biaya keanggotaan merupakan biaya
sewa untuk memperoleh fasilitas pada syariah card. Selanjutnya, fatwa DSN
– MUI nomor 54/DSN – MUI/X/2006 tentang Syariah Card menyatakan
bahwa penerbit kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan
pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Juga
disebutkan dalam fatwa DSN – MUI nomor 54/DSN – MUI/X/2006 tentang
Syariah Card menyatakan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan denda
keterlambatan pembayaran yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial.
Berdasarkan hal tersebut diatas , maka penulis tidak menemukan adanya
problem akad pada syariah card (kartu kredit syariah).
2. Tentang ada tidaknya kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penerapan
syariah card pada produk dirham card. Penulis melihat ada beberapa kesulitan
yang dihadapi pihak Bank Danamon Syariah selaku penerbit Dirham card
yakni, pertama, penentuan persyaratan calon pemegang Dirham Card harus
memiliki kartu kredit konvensional sebelumnya. Hal ini membuat Dirham
Card sulit diakses oleh kalangan Islamis yang tidak mau bersentuhan dengan
kartu kredit konvensional yang berbau riba. Kedua, penetapan besaran
ta’widh yang menyamakan semua jenis kartu, menurut penulis tidak
mencerminkan aspek keadilan, seharusnya besaran ta’widh dipisahkan
menurut limit kartu.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan
beberapa saran, yakni :
1. Pihak penerbit kartu (issuer card) Bank Danamon Syariah harus lebih giat
menyosialisasikan Dirham Card, khususnya kepada orang Islam yang telah
menjadi nasabah Kartu Kredit konvensional agar terlepas dari transaksi
ribawi yang diterapkan oleh penerbit kartu kredit konvensional.
2. Bank Danamon Syariah seyogyanya mengedukasi para card Holder Dirham
Card secara intensif agar senantiasa dapat mengontrol diri dari tindakan
konsumerisme.
3. Bank Danamon Syariah selaku penerbit Dirham Card tidak harus
menyaratkan calon card holder mempunyai kartu kredit konvensional terlebih
dahulu, sebagai solusinya Bank Danamon Syariah dapat menyaratkan calon
card holder Dorham Card memiliki tabungan dengan nominal tertentu,
berdasarkan jenis kartu yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abu Sulaiman, Abdul Wahab Ibrahim. BANKING CARDS SYARIAH Kartu Kredit dan Debit dalam Perspektif Fiqih. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Antonio, Muhammad Syafi’I. BANK SYARIAH Dari Teori ke Praktik. Jakarta :
Gema Insani, 2001 Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Manam., Beirut: Dar Ihya, 773 H Baalbaki, Munir dan Rohi Baalbaki, Kamus AlMaurid, Surabaya: Halim Jaya,
2006 Bukhari Al Ja’fi, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. Shahih Bukhari,Juz 11.
Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1987 DSN – MUI dan Bank Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional –
edisi ketiga. Ciputat : CV. Gaung Persada , 2006 Fayūmi, Ahmad. al-Mishbāh al-Munīr fi Garīb al-Syarh al-Kabīr li al-Rafi’I,
cet. Keenam, Cairo: Al-Amiriah, 1926 Haytsami. Majma’az-Zawaid wa Manba’ al-Fawaid, Juz IV. Dar al –Kitab al-
Arabi: Beirut, 1973 Ibrahim, Johannes. Kartu Kredit:Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan.
Bandung: Refika Aditama, 2004 Karim, Adiwarman Azwar. BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan –Edisi
Ketiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persadam, 2006 Keraf, Gorys, Komposisi, cet. XII. Semarang: Bina Putera, 2001 Lathif, Ah. Azharudin, Fiqh Muamalat . Jakarta: UIN Jakarta Press,2005 Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP
YKPN, 2005
Muhammad, Imam Hafiz Abi Abdillah. Sunan Ibnu Majah. Juz 2, Beirut: Dar Al
Fiqr, 1995 Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah Jilid 4. Jakarta: Penapundi Aksara, 2006. Subagyo, dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - edisi kedua. Yogyakarta
: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2002 Suryohadibroto, Imam Prayogo dan Djoko Prakoso. Surat Berharga : Alat
Pembayaran Dalam Masyarakat Modern. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995
Syawkani. Nayl al-Awthar, Juz V. Dar al-Jil: Beirut, 1973 Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan Skripsi.
Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007 Tunggal, Amin Widjaja. Kamus Manajemen Keuangan dan Akuntansi
Perbankan. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997 B. Majalah
Kontan. No. 43, Tahun XI, Minggu IV Juli 2007
Majalah Modal, No. 8/1 juni 2003
Sharing – Majalah Ekonomi Plus. Edisi 10 thn I – Agustus 2007
C. Artikel/berita
Dinisari, Mia Chitra.”Kartu Muslim Loyalis dan Rasional”. Artikel diakses pada 15 Maret 2008 dari http://www.bisnis.co.id
“Dirham Card – Kartu Syariah Pertama di Indonesia”. Artikel diakses pada 19
Juli 2007 dari http://www.vibiznews.com. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 54 / DSN – MUI / X / 2006 tentang Syariah
Card.
Febrian, Ahmad dan Zeiky J. Fanwa. “Lepas Dari Si Bunga, Ketemu Sama
Ta’widh : Menelisik Kelayakan Kartu Kredit Dirham Card Terbitan Bank Danamon Syariah.” Kontan, No. 43, Tahun XI (Minggu IV JUli 2007).
Indrajaya, Bagus.”Re: (ekonomi-syariah) KONTROVERSI KARTU KREDIT
SYARIAH: Kok …aneh…?” Artikel diakses pada 20 Februari 2008 dari http:wordpress.com
Karimuddin, Amir. “Kartu Kredit Syariah vs Konvensional”. Artikel diakses
pada 20 Januari 2008 dari http://amir.karimuddin.com/kartu-kredit-syariah-vs konvensional.html
Siaran Pers/Press Release, No. 13/VII/Humas-BDI/2007. Jakarta, 18 Juli 2007.
Siaran Press/press release, No. 21/VIII/Humas-BDI/2007, Jakarta, 15 Agustus 2007.
D. Sumber Internet
http://amir.karimuddin.com/kartu-kredit-syariah-vs konvensional.html http://www.bisnis.co.id
http://www.danamon.co.id
http://Kapanlagi.com
http://Kontan Online.com
http://www.vibiznews.com
http://www. wordpress.com
E. Skripsi
Nurfaidah. “Analisis Persepsi Bankers (Danamon & DKI Syariah) dan
Masyarakat Terhadap Penerbitan Kartu Kredit Syariah.” Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
HASIL WAWANCARA DI BANK DANAMON SYARIAH
Tanggal 9 April 2008
1. Apakah yang dimaksud dengan Dirham Card?
• Dirham Card adalah kartu bayar (payment card) yang dapat digunakan untuk
pembayaran atas pembelian dengan merchant (pihak ketiga) baik barang atau
jasa yang halal dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Apakah Dirham Card sama dengan kartu kredit?
• Benar, secara fungsinya, Dirham Card adalah kartu yang sama dengan kartu
kredit yang telah anda kenal selama ini – namun yang pasti, Dirham Card
berfungsimsesuai dengan syariah compliance, halal.
3. Ada berapa jenis Dirham Card?
• Ada 3 (tiga) jenis kartu yaitu:
1. Green (klasik) – limit Rp 5.000.000,-
2. Gold (emas) yang terdiri dari :
a. Gold 1 – limit Rp 10.000.000,-
b. Gold 2 – limit Rp 20.000.000,-
c. Gold 3 – limit Rp 30.000.000,-
3. Platinum dengan limit Rp 40.000.000,-
4. Apakah akad yang digunakan oleh Dirham Card dengan para pihak terkait?
• Akad Pertama : Ijarah
Dalam akad ini penerbit kartu adalah penyedia jasa system pembayaran dan
pelayanan terhadap pemegang kartu. Atas ijarah ini, pemegang kartu
dikenakan membership fee.
• Akad kedua : Kafalah
Dalam hal ini penerbit kartu adalah penjamin (kafiil) bagi pemegang kartu
terhadap merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari
transaksi antara pemegang kartu dengan merchant, dan atau penarikan tunai
dari selain bank atau ATM bank penerbit. Atas pemberian kafalah, penerbit
kartu dapat menerima fee (ujrah kafalah).
• Akad ketiga : Qardh
Dalam hal ini penerbit kartu adalah pemberi pinjaman (muqridh) kepada
pemegang kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank atau ATM
bank penerbit kartu.
5. Apakah landasan hukum beroperasinya Dirham Card di Indonesia?
• Dasar hukum beroperasinya dirham card antara lain fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card dan Surat Bank
Indonesia No. 9/183/DPbS tentang persetujuan Danamon Syariah Card.
6. Apakah syarat untuk dapat mengajukan aplikasi kartu Dirham Card?
• Persyaratan Umum
1. Usia pemegang kartu utama 21 s/d 65 tahun, sedangkan pemegang kartu
tambahan : 21 s/d 70 tahun.
2. Penghasilan minimum/bulan
a. Green : Rp 2.500.000,-
b. Gold 1 : Rp 5.000.000,-
c. Gold 2 : Rp 10.000.000,-
d. Gold 3 : Rp 15.000.000,-
e. Platinum : Rp 20.000.000,-
7. Apakah memang benar Dirham Card tidak mengenakan bunga?
• Tidak ada konsep bunga (interest rate) yang diterapkan dalam operasional
dirham card, kami mengenakan biaya keanggotaan bulanan (monthly
membership fee) khusus untuk pemegang kartu utama.
8. Apakah ada biaya yang dikenakan jika terlambat membayar?
• Biaya keterlambatan akan dikenakan jika card holder terlambat membayar
tagihan Dirham Card, dengan perincian sebagai berikut :
a. Ganti rugi (ta’widh) upaya penagihan berlaku sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia Nomor 43/DSN - MUI/VIII/2004 tanggal 11 agustus 2004 yaitu memperhitungkan kerugian riil
yang secara nyata dialami bank dan besarnya akan diberitahukan kemudian secara tertulis oleh bank kepada
nasabah. Jumlah biaya ganti rugi telah diterangkan oleh bank dan dipahami oleh nasabah.
b. Denda dana kebajikan sebesar 3% dari jumlah pembayaran minimum yang tertunggak. Berlaku sesuai fatwa
DSN – MUI Nomor 17/DSN – MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 yaitu sanksi berupa denda yang
diakui seluruhnya sebagai dana sosial dan besarannya ditentukan atas dasar kesepakatan antara bank dan
nasabah.
9. Apakah yang dapat membuat Dirham Card ditolak?
• Aplikasi dirham card dari calon card holder dapat ditolak jika ternyata memiliki catatan sejarah kredit yang
unfavorable tercermin dari daftar black-list baik yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia maupun AKKI (Asosiasi
Kartu Kredit Indonesia).