Survey Hidrografi Untuk Monitoring Alur Pelayaran

6
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan pemantauan dan pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan kelancaran kapal yang melakukan pelayaran tersebut. Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal pengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mengalami musibah tenggelam dan terbawa arus laut, sehingga pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian. Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey hydrografi secara berkala, Dengan alat GPS serta menggunakan metode differensial real time kinematik dapat membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat di bandingkan dengan memakai peralatan yang konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya. Penggunaan metode differensial real time kinematik dapat menentukan posisi kapal secara teliti dalam waktu yang sangat singkat, sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal untuk melakukan survey. Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan data dengan tingkat akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan saja dapat diselesaikan dengan waktu kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan syarat tidak terjadi gangguan koneksi alat. Karena metode ini sudah memakai peralatan yang komputerise, sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang lebih singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan perbandingan 70:30 (70% untuk pelaksanaan survey dan 30% untuk pemrosesan data). Seiring perkembangan jaman, metode differensial real time kinematik cukup cepat dan tepat dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk

description

Hidrographic survey

Transcript of Survey Hidrografi Untuk Monitoring Alur Pelayaran

Page 1: Survey Hidrografi Untuk Monitoring Alur Pelayaran

SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan pemantauan dan

pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan kelancaran kapal yang melakukan

pelayaran tersebut. Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat

luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal pengangkut

bahan-bahan cair lainnya yang mengalami musibah tenggelam dan terbawa arus laut, sehingga

pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian.

Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey hydrografi secara

berkala, Dengan alat GPS serta menggunakan metode differensial real time kinematik dapat

membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat di bandingkan dengan memakai peralatan yang

konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya. Penggunaan metode

differensial real time kinematik dapat menentukan posisi kapal secara teliti dalam waktu yang sangat

singkat, sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal untuk melakukan survey.

Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan data dengan tingkat

akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan saja dapat diselesaikan dengan waktu

kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan syarat tidak terjadi gangguan koneksi alat. Karena metode

ini sudah memakai peralatan yang komputerise, sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang

lebih singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan perbandingan 70:30 (70% untuk pelaksanaan

survey dan 30% untuk pemrosesan data). Seiring perkembangan jaman, metode differensial real

time kinematik cukup cepat dan tepat dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian

dapat di tingkatkan dengan menggunakan metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil yang di

dapat untuk penggunaan metode ini memiliki ketelitian 3 – 50cm tergantung dari pemrosesan data

akhirnya.

Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk memasuki wilayah

pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam pelabuhan. Fungsi lain dari alur

pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan yang akan timbul karena gerakan kapal kearah atas

(minimum ships maneuver activity) dan gangguan alam, maka perlu bagi perencanaan untuk

memperhatikan keadaan alur pelayaran (ship channel) dan mulut pelabuhan (port entrance). Alur

pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, berat, dan

kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang berkaitan dengan besar jari –

jari alur tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi sering terjadi, maka penyediaan

Page 2: Survey Hidrografi Untuk Monitoring Alur Pelayaran

alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang

karakteristik alur perlu di evaluasi terhadap pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari

kapal nelayan, dan karakteristik alur tersebut. Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia

maka penggunaan transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan

kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti pelabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas

pelayaran yang dapat menimbulkan resiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa

tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di

kedalaman yang dangkal.

Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara berkala, perencanaan

pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan permukaan dasar laut untuk dapat diketahui

berapa volume rencana pengerukan. Survey hydrografi sangat penting peranannya untuk

perencanaan pengerukan tersebut, karena hasil survey tersebut berupa data-data keadaan

permukaan dasar laut yang disajikan berupa peta.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan survey hydrografi ini adalah

a. Survey pendahuluan

Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di lokasi survey yang telah

direncanakan serta mengadakan pengamatan terhadap aspek-aspek penting yang berhubungan

dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam survey pendahuluan yang akan dilakukan sesuai

dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi tugu/BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan dalam pekerjaan adalah tugu

orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal dan BPN.

2. Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat ke lokasi survey.

3. Identifikasi dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu (BM) dan stasiun pasut disekitar

lokasi survey.

4. Penentuan lokasi awal dimana pengukuran sounding akan dimulai.

Page 3: Survey Hidrografi Untuk Monitoring Alur Pelayaran

5. Mengisi formulir survey serta membuat deskripsi informasi pencapaian lokasi titik BM dan stasiun

pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-informasi lainnya yang dianggap penting.

b. Penyediaan titik kontrol horizontal

Penentuan jaring kontrol horizontal bertujuan untuk menyediakan titik referensi bagi kegiatan

pekerjaan selajutnya sehingga berada dalam satu sistem koordinat. Agar sistem koordinat ini terikat

pada sistem kerangka dasar nasional maka perlu diikatkan pada titik tetap Bakosurtanal yang telah

menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang ditetapkan tahun 1996 dan merupakan

datum yang mengacu pada datum Internasional WGS-84.

c. Pengamatan pasang surut

Fonomena pasang surut laut didefinisikan sebagai gerakan vertikal dari permukaan laut yang terjadi

secara periodik. Adanya fonomena pasut berakibat kedalaman suatu titik berubah-ubah setiap

waktu. Untuk itu dalam setiap pekerjaan survey hydrografi perlu ditetapkan suatu bidang acuan

kedalaman laut yang disebut Muka Surutan/Chart Datum.

Tujuan dari pengamatan pasut ini selain untuk menentukan muka surutan juga untuk menentukan

koreksi hasil ukuran kedalaman.

Survey Hidrografi

Page 4: Survey Hidrografi Untuk Monitoring Alur Pelayaran

Dari gambar di atas diperoleh hubungan sebagai berikut :

rt= (Tt-Ho+Zo)

Dengan :

rt = besarnya reduksi pasut yang diberikan kepada hasil pengukuran kedalaman pada –t

Tt = kedudukan pengukuran laut sebenarnya pada waktu –t

Ho = keadaan permukaan laut rata-rata

Zo = kedalaman muka surutan di bawah MSL

d. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode differensial real time

kinematik

Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan ketelitian tinggi

yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi sebagai Referensi_Station

sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan berfungsi sebagai Rover_Station.

Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi Station akan menghasilkan koordinat baru yang

berbeda dengan koordinat fix nya. Besarnya perbedaan nilai ini dinamakan sebagai koreksi

differensial dan dihitung untuk tiap signal satelit. Melalui gelombang UHF data link dalam format

standar RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat dari Referensi Station ke Rover Station melalui

antena defferensial untuk kemudian di aplikasikan pada tiap signal satelit yang diterima oleh Rover

Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai koordinat Rover akan dapat ditentukan dengan

ketelitian yang optimal (cm sd. submeter ) untuk penentuan posisi pada pekerjaan-pekerjaan

hydrografi.