Survei Bathimetri Dalam Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan

10
Survei bathimetri dalam pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan memiliki peran yang sangat penting. Pada setiap pekerjaan pengerukan biasanya dilakukan lebih dari sekali pelaksaan survei bathimetri. Umumnya pelaksanaan survei bathimetri terdiri dari tiga periode yaitu dalam rangka check (dilakukan sebelum pekerjaan pengerukan dimulai), progress sounding (sebagai kontrol selama pekerjaan pengerukan dilakukan), dan final sounding (sebagai pembuktian bahwa alur pelayaran yang dikeruktelah sesuai dengan ketentuan ba alur pelayaran pelabuhan). Tujuan utama pelaksanaaan survei bathimetri dalam pekerjaan pengerukan alur pelayaran adalah untuk mengetahui bentuk atau prof dasar laut yang dikeruk. ata bathimetri memberikan informasi kedalaman dasar laut atau obyek apapun yang berada di atasnya, terhadap permukaan air laut. Sehingga dari peta bathimetri tersebut dapat dihitung volume material dasar l yang dikeruk. Gambar Peralatan survei batimetri alur pelayaran 1

description

Pekerjaan Survei Bathimetri dalam Pengerukan

Transcript of Survei Bathimetri Dalam Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan

Survei bathimetri dalam pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan memiliki peran yang sangat penting. Pada setiap pekerjaan pengerukan biasanya dilakukan lebih dari sekali pelaksaan survei bathimetri. Umumnya pelaksanaan survei bathimetri terdiri dari tiga periode yaitu dalam rangka check sounding (dilakukan sebelum pekerjaan pengerukan dimulai), progress sounding (sebagai kontrol selama pekerjaan pengerukan dilakukan), dan final sounding (sebagai pembuktian bahwa alur pelayaran yang dikeruktelah sesuai dengan ketentuan bagi alur pelayaran pelabuhan). Tujuan utama pelaksanaaan survei bathimetri dalam pekerjaan pengerukan alur pelayaran adalah untuk mengetahui bentuk atau profil dasar laut yang dikeruk. Data bathimetri memberikan informasi kedalaman dasar laut atau obyek apapun yang berada di atasnya, terhadap permukaan air laut. Sehingga dari peta bathimetri tersebut dapat dihitung volume material dasar laut yang dikeruk.

GambarPeralatansurveibatimetrialurpelayaran

Keterangan:a. Transduserb. Software Navigationc. Global Positioning Systemd. Alat Perum Gema meyajikan data kedalaman pada kertas rekaman perum gemae. Accumulator sebagai sumber energif. Antena GPS yang dipasang di wahana apungg. Pelat baja digunakan untuk koreksi barcheck

Pada pemasangan echosounder hal yang harus diperhatikan antara lain:1. Konstruksi penyangga transduser dibuat sedemikan rupa sehingga transduser benar-benar dapat dipasang tegak lurus bidang permukaan laut.2. Transduser dipasang disamping wahana ampung dan terletak di tengah (antara bagian halaman dan buritan) agar pengaruh gelombang dari arah kapal (pitch) minimum terhadap kedudukan transduser.3. Sarat transduser diatur sedemikan rupa sehingga kapal diayun ombak, transduser tetap berada di bawah permukaan air.

Pengolahan Data Pekerjaan Survei BathimetriAdapun tahapan pengolahan data pekerjaan survei bathimetri sebagai berikut:

Penentuan Posisi Horisontal Fix Perum

Pengolahan Data Pasang Surut

Pengolahan Data Kedalaman

Pengolahan Data Material yang Akan Dikeruk

Hasil Perhitungan (Check Sounding, Progress Sounding, dan Final Sounding)

Gambar Diagram Alir Pengolahan Data Pekerjaan Survei Bathimetri

1.Penentuan Posisi Horisontal Fix PerumSurvei bathimetri adalah pekerjaan penentuan kedalaman dasar laut atau objek apapun yang berada diatasnya, terhadap permukaan laut. Untuk dapat mengetahui posisi untuk titik-titik sounding tersebut.Pada pelaksanaan survei bathimetri untuk pekerjaan posisi horisontal, dapat digunakan metode satelit (absolute positioning). Penentuan posisi absolute ini umumnya menggunakan data pseudorange sert dimaksudkan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian yang tinggi sehingga metode ini sering diaplikasikan untuk keperluan navigasi. Pengukuran kedalaman dilakukan dengan alat echosounder yang merekam secara terus menerus atau continue, sehingga penentuan posisi pun dilakukan secara periodik sepanjang lajur pemeruman. Titik-titik yang ditentukan posisinya (secara periodik) disebut dengan titik Fix Perum. Sedangkan titik-titik lainnya yang berada di antara titik Fix Perum dapat ditentukan posisinya bila perlu dengan cara interpolasi dari titik-titik Fix Perum tersebut.Pengukuran kedalaman laut lebih rumit dibandingkan dengan pengukuran topografi di darat. Hal ini disebabkan karena pengukuran kedalaman laut dilakukan di atas wahana apung seperti perahu yang bergerak. Pergerakan yang terjadi dapat dikarenakan oleh wahana air itu sendiri maupun permukaan laut itu sendiri yang selalu bergerak vertikal dan horisontal. Kondisi seperti itu menyebabkan setiap pengukuran kedalaman diperlukan pula penentuan posisinya pada saat bersamaan. Penentuan posisi metode absolute memiliki prinsip reseksi dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus dan hanya membutuhkan satu receiver GPS. Dalam menentukan posisi horisontal fix perum, maka pengolahan datanya dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software), misalnya Software HYDROpro.

Gambar Metode Absolute Positioning untuk penentuan posisi horisontal titik Fix Perum2.Pengolahan Data Pasang SurutKegiatan pengamatan pasang surut dilakukan dengan mendapatkan data tinggi muka air laut di suatu lokasi. Dengan adanya data tinggi muka air laut tersebut, maka dapat ditentukan datum vertikal yang akan digunakan sebagai referensi tinggi nol pemeruman. Karena posisi dari muka air laut yang selalu berubah-ubah, maka penentuan titik nol atau datum vertikal harus dilakukan dalam waktu tertentu dan dalam interval tertentu. Pengamatan pasang surut untuk keperluan praktis biasanya dilakukan minimal 15 piantan atau 29 piantan. Satu piantan diakuisisikan selama 25 jam. Pengamatan pasang surut dapat dilakukan dengan menggunakan rambu pengamat pasang surut atau tide gauge. Untuk penggunaan rambu pengamat paang surut, rambu tersebut harus dipantau oleh operator pada setiap interval waktu yang telah ditentukan, dan untuk tide gauge tidak diperlukan operator karena alat tersebut akan secara otomatis mencatat perubahan pasang surut melalui pergerakan pada pelampung yang disambungkan pada gulungan kertas perekam data. Sebelum pengamatan dimulai, harus dilakukan pengikatan rambu dengan benchmark menggunakan waterpass, agar diketahui beda tinggi nol palem relative terhadap titik pengikat bencmark.

Gambar Pengamatan Pasang Surut

3.Pengolahan Data KedalamanPengolahan data kedalaman bertujuan untuk mendapatkan data kedalaman sebenarnya. Proses yang dilakukan yaitu memberikan koreksi terhadap data-data ukuran kedalaman. Ada beberapa metode pemrolehan data pengolahan data kedalaman yaitu metode DGPS dan penentuan posisi kedlaaman dengan sensor offset statis.a. Penentuan Posisi Sensor Kedalaman di Kapal Menggunakan DGPSMetode yang saat ini umum digunakan dalam penentuan posisi survei bathimetri adalah metode DGPS. DGPS adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatan akurasi dari GPS. Metode ini menggunakan referensi di darat (ditempatkan di titik yang sudah diketahui nilai koordinatnya secara pasti seperti benchmark) untuk menghitung kesalahan akurasi dari sinyal satelit GPS, dan kemudian mentransfer data dan kesalahan akurasi tersebut ke receiver DGPS yang dipasang secara real-time.

Gambar Penentuan Posisi Kedalaman di Kapal Menggunakan DGPS

b. Penentuan Posisi Sensor Kedalaman dengan offset statisOffset Statis adalah suatu kegiatan penentuan letak dari masing-masing alat atau sensor yang terpasang di wahana survei. Titik referensi di wahana survei haruslah titik yang mudah diakses oleh sensor-sensor tersebut agar pengukurannya baik. Hasil yang didapat dari offset statis adalah suatu denah dengan koordinat x, y, dan z dari DGPS, gyrocompass, MBES (Multi Bean Echo Sounder), MRU (Motion Reference Unite). Dapat dikatakan bahwa offset statis menyatukan semua sensor dalam kapal menjadi satu kesatuan sehingga untuk pengolahan data masing-masing sensor tersebut dapat saling digunakan satu sama lain.

4.Perhitungan Volume Material yang akan DikerukFundamental perhitungan volume yang dikeruk tentu saja tidak terlepas dari komponen-komponen pembentuknya yaitu luas dan jarak terhadap bidang luas. Sehingga diperlukan perhitungan komponen-komponen tersebut untuk dapat menentukan volume material di dasar laut yang harus dikeruk. Perhitungan Luas Penampang MelintangDasatr perhitungan luas oenampang melintang yang dilakukan yaitu menggunakan hitungan luas metode angka kedalaman. Dari data bathimetri setelah koreksi,selanjutnya dibentuk penampang melintang dasar laut.

ProfildasarlautMateriyangharusdikerukDesainkedalaman

Gambar Contoh Bentuk Geometri Luas Penampang Melintang

Nilai Xi didapat dari posisi titik Fix Perum dan Zi merupakan selisih angka desain kedalaman dengan angka kedalaman dari hasil pengolahan data bathimetri.

Gambar Contoh Bentuk Penampang Melintang dari Salah Satu Lajur Perum Utama

Keterangan::Garis profil dasar laut dari angka kedalaman pada Peta Bathimketri.:Garis desain kedalaman alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok.- 8.50:Angka kedalaman pada Peta Bathimetri.- 14.00:Angka Desain Kedalaman alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Periok.

Dari gambar tersebut dapat diartikan bahwa garis profil dasar laut yang berada diatas garis batas desain kedalaman merupakan profil dasar laut yang belum aman dan harus diokeruk. Dengan demikian luas penampang melintangnya dapat dihitung.

5. Hasil Perhitungana.Tahap Check SoundingPeta bathimetri yang dihasilkan pada tahap ini selanjutnya dijadikan acuan dalam menghitung volume material yang akan dikeruk.

Gambar Perum Volume tahap Check Sounding

Dari gambar tampak pada spot 12 terdapat anomali, hal itu menunjukkan bahwa spot 12 memiliki volume pengerukan terbesar dibanding spot lainnya.

b.Tahap Progress Sounding Jika dibandingkan dengan tahap check sounding, maka setiap spot (area pengerukan) mengalami penurunan volume material. Hal ini dikarenakan dilakukannya pengerukan di setiap spot.

Gambar Contoh Hasil Perhitungan Volume Tahap Progress Sounding

c. Tahap Final SoundingSetelah seluruh pekerjaan pengerukan selesai, maka dilakukan pemeruman setelah-pengerukan (final sounding). Tujuan pelaksanaan final sounding adalah mengevaluasi topografi dasar alur pelayaran yang telah dikeruk seluruhnya. Sama seperti survey bathimetri pada tahap check sounding dan progress sounding, data-data yang diperoleh pada tahap final sounding disajikan dalam bentuk peta bathimetri atau peta kedalaman.

Gambar Contoh Hasil Perhitungan Volume Tahapan Sounding Selama Pengerukan

Gambar Contoh Hasil Perhitungan Volume Tahapan Sounding di Setiap Spot Pengerukan

10