SURVEILANS.docx

12
“SURVEILANS” 1. Pengertian Menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan (Timmreck, 2005).

description

nice

Transcript of SURVEILANS.docx

Page 1: SURVEILANS.docx

“SURVEILANS”

1. Pengertian

Menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan

interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang

membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui

bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus

menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat

mengambil tindakan efektif.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup

tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi,

penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta

analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan

populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program

kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan.

Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam

bentuk yang dapat digunakan (Timmreck, 2005).

2. Tujuan Surveilans

Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam

masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa

(KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan,

penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi (Depkes RI,

2004a).

Page 2: SURVEILANS.docx

3. Komponen Surveilans

Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004b) seperti dibawah ini:

1) Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat dan

ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari pengumpulan data

epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi yang mempunyai resiko terbesar

terhadap serangan penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis

dari penyebab penyakit dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat

menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan;

untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh

penyebarannya.

2) Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya dikompilasi,

dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat berupa teks tabel, grafik dan spot

map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan

interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi

masalah yang baru.

3) Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi data

digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan

ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau kepada lintas sektor yang terkait

sebagai informasi lebih lanjut.

Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas informasi yang

diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan harus

jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk

dapat menjalankan surveilans yang baik pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan

terus-menerus.

Page 3: SURVEILANS.docx

Tujuan pengumpulan data:

1). Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar terkena

penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan lain-lain.

2). Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.

3). Menentukan reservoir infeksinya

4). Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.

5). Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.

Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit. Sumber data sistem

surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:

1). Pencatatan kematian

2). Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data yang

diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan tanggal mulai sakit.

3). Laporan kejadian luar biasa atau wabah.

4). Hasil pemeriksaan laboratorium.

5). Penyelidikan peristiwa penyakit menular.

6). Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.

7). Survey : memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.

8). Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.

9). Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.

10). Data kependudukan dan lingkungan.

b. Pengolahan, analisa dan interpretasi data

Page 4: SURVEILANS.docx

Data yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan berdasarkan waktu,

tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel,ot map dan lain-lain agar bisa

menjawab masalah-masalah yang ada, sehingga segera dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-saran dalam

menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.

c. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik.

Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit kesehatan setempat

untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarkluaskan dengan jalan dilaporkan

kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai umpan balik (feed back) kepada

unit kesehatan pemberi laporan. Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada

sumber-sumber data (pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah

diolah, merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.

4. Aktifitas Inti Surveilans

Aktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas inti (McNabb. et al., 2002),

yaitu:

1) Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan

kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan

surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit penelitian, unit

program-sektor dan unit statistik lainnya.

2) Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi peristiwa atau

keadaan kesehatan.

3) Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai pada hasil

percobaan laboratorium.

4) Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans

epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan

penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat penelitian dan pusat kajian serta

pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi. Pengumpulan data kasus pasien dari

Page 5: SURVEILANS.docx

tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup

daerah atau nasional.

5) Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka dan menentukan

indikator terhadap tindakan.

6) Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan dalam

menghadapi wabah/kejadian luar biasa.

7) Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan masyarakat hanya

dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam peringatan dini dan munculnya

masalah dalam kesehatan masyarakat.

8) Umpan balik (feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan, alur pesan dan

informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.

5. Kegunaan Surveilans Epidemiologi.

Surveilans epidemiologi mempunyai beberapa kegunaan (Depkes RI, 1997) yaitu:

a. Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa, epidemi dan untuk memastikan tindakan

pengendalian secara berhasil guna yang dapat dilaksanakan.

b. Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan

memperbandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.

c. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada tahap

perencanaan program.

d. Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana

masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah

pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir binatang dan cara serta dinamika penularan

penyakit menular.

Page 6: SURVEILANS.docx

6. Syarat-syarat sistem surveilans yang baik.

Syarat-syarat sistem surveilans yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai berikut

(Romaguera, 2000) :

a. Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem. Besar dan

jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman

data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan staf, pengolahan dan analisa data

perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar dan prosedur yang

terlalu rumit.

b. Fleksibilitas (Flexibility).

Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi perubahan-perubahan

informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa memerlukan peningkatan yang berarti

akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.

c. Dapat diterima (Acceptability).

Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu, organisasi dan

lembaga kesehatan. lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat, temasuk pasien atau kasus

yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans

adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan ketepatan

waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya

kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem,

tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya

peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.

d. Sensitivitas (Sensitivity).

Page 7: SURVEILANS.docx

Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian kasus-kasus

penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan mengidentifikasi adanya KLB.

Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :

1). Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan

2). Kemampuan mendiagmosa secara benar dan kemungkinan kasus yang terdiagnosa akan

dilaporkan

3). Keakuratan data yang dilaporkan

e. Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)

Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi sebagai kasus, yang kenyataannya

memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans. Nilai Prediktif Positif

menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas serta prevalensi/ insidensi penyakit atau masalah

kesehatan di masyarakat.

f. Representatif (Representative).

Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara akurat distribusi kejadian

penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan tempat. Kualitas data merupakan karakteristik

sistem surveilans yang representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi

juga diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko yang penting.

g. Tepat Waktu.

Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dan kecepatan mulai dari

proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan

informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu

dilakukan dengan tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas

sehingga membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam sistem surveilans dapat dinilai

berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian penyakit baik yang sifatnya segera

maupun untuk perencanaan program dalam jangka panjang. Tekhnologi komputer dapat sebagai

faktor pendukung sistem surveilans dalam ketepatan waktu penyediaan informasi.

Page 8: SURVEILANS.docx

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I., 1997 “Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar Surveilans”,

Pusdiklat : Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004b) Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak

Menular Terpadu

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004a) Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit.

McNabb, S.J., Chungong, S., Ryan, M., Wuhib, T., Nsubuga, P., Alemu, W., Kulis, V.C. &

Rodier G. (2002) Conceptual Framework of Public Health Survellance and Action and Its

Application in Health Sector Reform. BMC Public Health, Januari 29 2002, 2:2 Available from:

http://www.biomedcentral.com/1471-2458/2/2, [Diakses tanggal 23 Juli 2009].

Romaguera, A. Raul., German, R.Robert & Klaucke N. Douglas, 2000 Evaluating Public Health

Surveillance in : Teutsch, M. Steven and Churchill, E. R. ed. Principles and Practice of Public

Health Surveillance: New york : Oxford university press pp. 176 – 193.

Timmreck, C.T. (2005) Epidemiologi: Suatu Pengantar, Edisi 2, terjemahan oleh Munaya

Fauziah, dkk. Jakarta: EGC.

WHO, 1999, WHO Recommended Surveillance Standards, The united Kingdom of Great

Britain.

WHO. (2004) WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in Indonesia.

Washington DC