Surveilans Ep

14

Click here to load reader

description

surveilans

Transcript of Surveilans Ep

PENDAHULUAN

Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA

Surveilans GonorePasien Gonore yang dilaporkan dalam pelaporan kasus Gonore ialah mereka yang berdasarkan pemeriksaan laboratorium positif terinfeksi Gonore. Penyakit ini biasanya simptomatik pada pria dan kurang simptomatik pada wanita. Sebagian besar kasus terdeteksi ketika pasien mencari pengobatan. Sebagian kasus Gonore lainnya melalui kegiatan screening, namun jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan kasus Chlamydia. Gonore dapat menyebabkan komplikasi serius bagi wanita, dan oleh sebab itu, program program screening diprioritaskan pada populasi tersebut. Sedikitnya screening pada pria oleh karena Gonore pada pria seringkali bersifat simptomatik, yang menyebabkan pasien untuk mengunjungi klinik IMS, oleh sebab itu, bias jenis kelamin tidak terlalu besar. Insiden dan prevalensi IMS lebih tinggi di Negara Negara berkembang dan merupakan salah satu dari 5 alasan untuk konsultasi di layanan kesehatan umum di banyak Negara Negara Afrika. Data surveilans yang rutin dan akurat seringkali kurang dan evaluasi beban IMS cenderung diperoleh dari perkiraan WHO, khususnya pada kelompok risiko tinggi.Jumlah IMS yang tinggi khususnya terdapat pada kelompok wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya, seperti supir truk. Prostitusi tetap menjadi faktor pernting dalam penularan IMS di Negara berkembang. Sebagai contoh, di Klinik Perkotaan Kenya, 60% pria dengan diagnosis Gonore atau Chancroid dilaporkan tertular akibat praktik seks komersial. Pada kelompok PSK, prevalensi Gonore mencapai sekitar 50%. Insiden komplikasi IMS dan sequel-nya lebih tinggi di Negara Negara berkembang kurangnya sumber daya dan kurangnya diagnosis serta penanganan yang adekuat. Komplikasi yang sering terjadi yaitu kehamilan yang buruk, baik bagi ibu maupun bayi, infeksi neonatal dan bayi, infertilitas, kehamilan ektopik, striktur uretra pada pria, kebutaan pada bayi yang disebabkan Ophtalmia Neonatorum Gonokokal atau Chlamydial, dan pada pria disebabkan oleh Keratonjungtivitis Gonokokal, serta kanker alat genital, khususnya kanker cervix dan penis. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan insiden IMS,termasuk Gonore antara lain : 1. Perubahan demografik secara luar biasa Peledakan jumlah penduduk Pergerakan masyarakat yang bertambah dengan berbagai alasan, seperti pekerjaan, liburan, pariwisata, rapat/kongres/seminar, dan kemajuan social ekonomi, terutama di bidang industry menyebabkan lebih banyak kebebasan social dan lebih banyak waktu yang terluang2. Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan demografik, terutama di bidang agama dan moral3. Kelalaian beberapa Negara dalam pemberian pendidikan kesehatan dan pendidikan seks khususnya4. Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotic dan kontrasepsi5. Akibat pemakaian obat antibiotic tanpa petunjuk sebenarnya, maka timbul resistensi kuman terhadap antibiotic tersebut6. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai terutama fasilitas laboratorium dan klinik pengobatan7. Banyaknya kasus asimptomatik, merasa tidak sakit tetapi dapat menulari orang lain

Surveilans Gonore pada Populasi LSLSurveilans dan survei khusus di berbagai negara menunjukkan prevalensi HIV dan IMS lain yang tinggi pada populasi laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) atau transgender (waria) dibandingkan laki-laki di populasi umum. Berbagai IMS dapat ditularkan kepada pasangan seksualnya, baik itu sesama laki-laki atau perempuan. Prevalensi HIV yang tinggi di kalangan LSL dan waria telah dilaporkan dari Negara - negara yang menyangkal atau mengabaikan keberadaan LSL dalam populasi.Surveilans Resistensi Antimikroba terhadap N. gonorrhoeae N. gonorrhoeae secara progresif menjadi resisten terhadap antibiotic yang digunakan untuk penatalaksanaan Gonore. Dalam decade terakhir, perkembangan resistensi fluroquinolon menyebabkan hanya terdapat satu jenis antibiotic yang memenuhi standar CDC, yaitu Sefalosporin. Saat ini, penurunan kerentanan terhadap cefixime menyebabkan perubahan pedoman terapi Gonore CDC, dimana terapi dengan dua obat yaitu ceftriaxone dengan salah satu dari azithromycin atau doksisiklin merupakan satu satunye resimen terapi Gonore yang direkomendasikan. Dengan adanya ancaman resistensi Sefalosporin, maka diperlukan surveilans kerentanan N. gonorrhoeae terhadap antibiotic yang berkelanjutan.

Upaya Penanganan dan Pencegahan IMSSampai saat ini IMS tetap merupakan penyakit yang sukar ditanggulangi karena dalam hal ini terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek medis, aspek epidemiologis, dan aspek social ekonomi.Program pencegahan dan pengendalian IMS bertujuan untuk1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan IMSInfeksi menular seksual, termasuk Gonore ( selain infeksi HIV) menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas terutama di negara sedang berkembang dengan sumber daya yang terbatas, baik secara langsung yang berdampak pada kualitas hidup, kesehatan reproduksi dan anak-anak, serta secara tidak langsung melalui perannya dalam mempermudah transmisi seksual infeksi HIV dan dampaknya terhadap perekonomian perorangan maupun nasional.Spektrum gangguan kesehatan yang ditimbulkan IMS mulai dari penyakit akut yang ringan sampai lesi yang terasa nyeri serta gangguan psikologis. Misalnya, infeksi oleh N.gonorrhoeae menimbulkan nyeri saat berkemih (disuria) pada laki-laki, dan nyeri perut bagian bawah akut ataupun kronis pada perempuan. Biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya langsung baik medis dan non medis, serta biaya tidak langsung akibat waktu yang hilang untuk melakukan aktivitas produktif (waktu untuk pergi berobat, waktu tunggu di sarana pelayanan kesehatan, serta waktu untuk pemeriksaan tenaga kesehatan).2. Mencegah infeksi HIVMencegah dan mengobati IMS seperti Gonore dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seks, terutama pada populasi yang paling memungkinkan untuk memiliki banyak pasangan seksual, misalnya penjaja seks dan pelanggannya. Keberadaan IMS dengan bentuk inflamasi atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seks tanpa pelindung antara seorang yang telah terinfeksi IMS dengan pasangannya yang belum tertular. Program pencegahan HIV akan mempercepat pencapaian Millennium Development Goal (MDG) tujuan 6 di tahun 2015.3. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuanInfeksi menular seksual merupakan penyebab kemandulan yang paling dapat dicegah, terutama pada perempuan. Terlebih lagi, perempuan dengan PRP berkemungkinan 6-10 kali mengalami kehamilan ektopik dibandingkan dengan yang tidak menderita PRP, dan 40%-50% kehamilan ektopik disebabkan oleh PRP yang diderita sebelumnya. MDG 5, bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015. Pencegahan PRP berperan dalam pencapaian tujuan ini melalui pencegahan kematian ibu akibat kehamilan ektopik. 4. Mencegah efek kehamilan yang burukInfeksi menular seksual seperti Gonore yang tidak diobati seringkali dihubungkan dengan infeksi kongenital atau perinatal pada neonatus, terutama di daerah dengan angka infeksi yang tinggi. Kehamilan pada perempuan dengan infeksi gonokokus yang tidak diobati, sebesar 35% akan menimbulkan abortus spontan dan kelahiran prematur, dan sampai 10% akan menyebabkan kematian perinatal. Dalam ketiadaan upaya pencegahan, 30% sampai 50% bayi yang lahir dari ibu dengan gonore tanpa pengobatan dan sampai 30% bayi yang lahir dari ibu dengan klamidiosis tanpa diobati, akan mengalami oftalmia neonatorum yang dapat mengakibatkan kebutaan.

Secara medis, penanganan IMS secara komprehensif harus mencakup :1. Diagnosis yang tepat dan Pengobatan yang efektifKomponen penanganan kasus IMS harus dilakukan secara paripurna meliputi: anamnesis, pemeriksaan klinis, diagnosis yang tepat, pengobatan dini dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan anjuran untuk menggunaan kondom, notifikasi dan penanganan pasangan seksnya. Dengan demikian, penanganan kasus yang efektif, tidak hanya terdiri dari terapi antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan mengurangi penularan, namun secara menyeluruh dan meliputi layanan terhadap kesehatan reproduksi pasien.2. Konseling pada pasien dalam rangka memberikan KIE (Komunikasi, informasi, dan edukasi) Upaya KIE tentang IMS seperti Gonore penting dilakukan, mengingat salah satu tujuan program penanggulangan HIV/AIDS ialah perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan penyebaran IMS. Untuk melakukan kegiatan ini perlu disediakan satu ruangan khusus yang dapat merahasiakan pembicaraan antara pasien dan penyuluh atau konselor. Tujuan konseling adalah untuk membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi pasien sehubungan dengan IMS yang dideritanya, sedangkan KIE bertujuan agar pasien mau mengubah perilaku seksual berisiko menjadi perilaku seksual aman. Kedua pengertian ini perlu dipahami dengan benar. Konseling bagi pasien IMS merupakan peluang penting untuk dapat sekaligus memberikan KIE tentang pencegahan infeksi HIV pada seseorang yang berisiko terhadap penyakit tersebut. Kelompok remaja merupakan kelompok sasaran khusus dan penting dalam upaya pencegahan primer sebab seringkali kehidupan seksual dan reproduktif mereka berisiko. Umumnya mereka tidak menyadari risiko yang mereka hadapi untuk tertular IMS. Penilaian perilaku merupakan bagian integral dari riwayat IMS dan pasien sebaiknya diberikan penyuluhan untuk mengurangi risikonya terhadap penularan HIV dan IMS, termasuk abstinensia hubungan seksual, berhati-hati memilih pasangan seksual, serta penggunaan kondom. Kondom sudah tersedia di setiap fasilitas kesehatan yang melaksanakan pelayanan IMS, dan petunjuk penggunaannya juga perlu disiapkan. Sekalipun kondom tidak memberikan perlindungan 100% untuk setiap infeksi, namun bila digunakan dengan tepat akan sangat mengurangi risiko infeksi. Pencegahan kehamilan juga merupakan salah satu tujuan penggunaan kondom, sehingga dua jenis pencegahan ini perlu diberitahukan kepada pasien. Kepada kelompok dewasa muda juga perlu diinformasikan di mana mereka bisa mendapatkan alat kontrasepsi dan kondom.3. Penanganan pasangan seksualnyaSelalu katakan kepada pasien tentang perlunya mengobati pasangan seksualnya, sebab bila tidak diobati akan terinfeksi ulang dari pasangan seksualnya. Yakinkan pasien bahwa kerahasiaannya akan tetap terjaga. Sekaligus bicarakan cara-cara pasien membujuk pasangan seksualnya untuk mau datang berobat.Aspek aspek dalam penanggulangan IMS saling berkaitan, sehingga harus dilakukan dengan kerja sama secara lintas sektoral. Seluruh proses penatalaksanaan IMS,termasuk Gonore, dimulai dengan anamnesis, diikuti dengan pemeriksaan fisik, diagnosis yang tepat, pemberian obat yang efektif, komunikasi informasi-edukasi, promosi dan penyediaan kondom, penatalaksanaan mitra seksual akan diakhiri dengan proses pencatatan dan pelaporan.

Pencatatan dan Pelaporan Kasus GonoreMeskipun pelaporan kasus Gonore sangat berguna untuk mengawasi pola penyakit, namun jumlah kasus Gonore yang di laporkan ke CDC tetap dipengaruhi beberapa faktor. Perubahan beban penyakit Gonore kemungkinan disebabkan oleh perubahan cara screening ( sebagai contoh screening penyakit Chlamydia ternyata ikut mendeteksi adanya infeksi N.gonorrhoeae), penggunaan alat tes diagnostic yang berbeda beda, dan perubahan dalam system pelaporan. Seperti jenis penyakit IMS lainnya, pelaporan kasus Gonore tidak lengkap. Data lengkap mengenai prevalensi Gonore yang berhasil discreening berguna untuk menilai beban penyakit pada populasi tertentu.

Seperti penyakit medikososial lainnya, penyebab peningkatan jumlah kasus Gonore bersifat multifaktorial. Sikap terhadap seks dan perilaku seksual telah berubah. Berdasarkan Survei mengenai sikap dan gaya hidup seksual di Inggris menunjukan perubahan dalam kurun waktu 1990-2000.Usia pada saat berhubungan seksual pertama kali semakin muda, dan setengah dari remaja tersebut telah berhubungan seks sebelum berusia 17 tahunDurasi hubungan pria dan wanita heteroseksual meningkat sejak 1990, dengan peningkatan tertinggi pada kelompok usia mudaProporsi pria dan wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu meningkatPeningkatan penggunaan kondom di Inggris diimbangi dengan peningkatan jumlah pasangan seksual. Sebagai contoh, proporsi populasi dengan riwayat memiliki dua atau lebih pasangan dan tidak menggunakan kondom terus meningkat sejak 1990, dari 13,6% menjadi 15,4% kasus pada pria dan dari 7,1% menjadi 10% pada wanita. Jumlah pria di Inggris yang pernah memiliki pasangan homoseksual dalam 5 tahun terakhir telah meningkat di antara tahun 1990 dan 2000. Praktik seks yang tidak sehat pada pria homoseksual telah meningkat, khususnya di London. Populasi yang lebih mobile, baik secara nasional maupun internasional. Beberapa kelompok (turis, pelancong, tentara, dan imigran) sangat berisiko. Kelompok tersebut terpisah dari keluarga dan ikatan social, sehingga kemungkinan melakukan kontak seksual di luar hubungan yang stabil. Selain itu, kemiskinan, urbanisasi, perang dan migrasi social menyebabkan peningkatan praktik prostitusi.