SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,...

72
HAMA DAN PENYAKIT JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI DESA BENTENG, CIBANTENG DAN NAGROG, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FIFIT FITRIANI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Transcript of SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,...

Page 1: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

HAMA DAN PENYAKIT JAGUNG MANIS (Zea mays

saccharata Sturt.) DI DESA BENTENG, CIBANTENG DAN

NAGROG, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR,

JAWA BARAT

FIFIT FITRIANI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 2: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

ABSTRAK

FIFIT FITRIANI. Hama dan Penyakit Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ABDUL MUIN ADNAN dan PUDJIANTO.

Penelitian dilaksanakan pada lahan petani di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga Februari 2009 bertujuan untuk mengetahui jenis hama dan penyakit serta intensitas kerusakan yang ditimbulkan dan kaitannya dengan pola tanam jagung manis secara umum yang dilakukan petani. Pada setiap desa diamati lima lahan tanaman dan pada setiap lahan dilakukan tiga kali pengamatan. Selain itu, dilakukan juga pengamatan mingguan pada satu lahan di Desa Benteng. Pada setiap lahan diamati lima petak contoh dengan metode diagonal dan pada masing-masing petak diamati 10 tanaman contoh. Pengamatan dilakukan terhadap jenis hama dan patogen beserta persentase serangan dan intensitas kerusakan yang ditimbulkannya. Perbedaan serangan hama dan intensitas penyakit di setiap desa baik dengan pola monokultur maupun tumpangsari dihitung dengan menggunakan program MINITAB 14 dengan statistik uji-t pada taraf kepercayaan 5%. Hama yang ditemukan pada tanaman jagung manis adalah Ostrinia furnacalis Guenee. (Lepidoptera: Pyralidae), Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera: Noctuidae), Rhopalosiphum maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae) dan Oxya sp. (Orthophtera: Acrididae), sedang penyakit yang ditemukan adalah hawar daun (Helminthosporium turcicum Pass.), penyakit karat (Puccinia sorghi Schwein.), penyakit bulai (Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw.), penyakit hawar Curvularia sp. serta penyakit hawar pelepah Rhizoctonia solani Kuhn. Penyakit yang sangat berpengaruh terhadap produksi jagung manis adalah penyakit bulai yang dapat menurunkan hasil panen hingga 90% lebih. Budidaya jagung manis dengan pola tumpangsari tidak berpengaruh terhadap intensitas penyakit dan serangan hama, tetapi lebih berpengaruh terhadap tingkat keuntungan ekonomi. Pola tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola monokultur. Usahatani jagung manis di Desa Benteng, Desa Cibanteng dan Desa Nagrog termasuk efisien.

Page 3: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

HAMA DAN PENYAKIT JAGUNG MANIS (Zea mays

saccharata Sturt.) DI DESA BENTENG, CIBANTENG DAN

NAGROG, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR,

JAWA BARAT

FIFIT FITRIANI A34052600

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 4: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

Judul skripsi : Hama dan Penyakit Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Nama : Fifit Fitriani

NRP : A34052600

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS Dr. Ir. Pudjianto, MS NIP. 19521111 198003 1006 NIP. 19580825 198503 1002

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Dadang, M.Sc NIP. 196402041990021002

Tanggal lulus :

Page 5: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, tanggal 27 November 1987 sebagai anak

keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Kosim dan Ibu Ratnaningsih.

Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Bina Bangsa

Sejahtera, Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis

diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor melalui jaringan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama di IPB penulis ikut serta dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan

yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA),

magang di Laboratorium Nematologi Departemen Proteksi Tanaman tahun 2007

serta menjadi pengurus HIMASITA periode 2008-2009. Selain itu, penulis

pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Ilmu Penyakit Tanaman Dasar

tahun 2009.

Page 6: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT. atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian dan skripsi yang berjudul Hama dan Penyakit Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di lahan jagung manis milik petani dan Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr Ir Abdul Muin Adnan, MS dan Dr. Ir. Pudjianto, MS atas bimbingan dan nasehatnya dalam menyelesaikan tugas akhir penelitian dan skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo selaku dosen penguji tamu dalam sidang skripsi atas saran dan kritik yang diberikan untuk kesempurnaan laporan akhir ini.

3. Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dan nasehat selama menjadi mahasiswa di Departemen Proteksi Tanaman.

4. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materi.

5. Seluruh Laboran Departemen Proteksi Tanaman, terutama Bapak Gatot sebagai Laboran di Laboratorium Nematologi yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

6. Pak Ajik sebagai petani yang telah membantu di lahan penelitian dan kepada seluruh petani contoh dengan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini hingga selesai.

7. Rd.Rio Prawira Kusuma yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materi.

8. Pegawai perpustakaan Faperta, khususnya Bapak Mulyadi yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Nia Azizah, Siti Fitriani, Putri Syahierah yang selalu memberikan dukungannya selama penulis menimba ilmu di Departemen Proteksi Tanaman, IPB.

10. Apri, Lulu, Yusnita, Rohim, Ibu Meda, Bontor, Amri, yoki, Abizar dan teman-teman angkatan 42 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penelitian ini hingga penelitian ini selesai.

Bogor, Juli 2009

Penulis

Page 7: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

PENDAHULUAN .................................................................................. 1

Latar Belakang ............................................................................... 1

Tujuan Penelitian ........................................................................... 2

Manfaat Penelitian ......................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

Botani Tanaman Jagung Manis ....................................................... 3

Budidaya Jagung Manis .................................................................. 4

Hama Tanaman Jagung Manis ........................................................ 6

Penggerek Batang Jagung, Ostrinia furnacalis Guenee. (Lepidoptera: Pyralidae) ........................................................ 6

Ulat Tongkol, Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera: Noctuidae) ..................................................... 7

Kutu Daun, Rhopalosiphum maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae) ...................................................... 9

Belalang, Oxya spp. (Orthophtera: Acrididae) ..................... 10

Tikus, Rattus argentiventer .................................................. 11

Penyakit Tanaman Jagung Manis ................................................... 12

Bulai (Peronosclespora maydis (Rac.)) Shaw. ...................... 12

Karat (Puccinia sorghi Schwein.) ........................................ 13

Hawar daun (Helminthosporium turcicum Pass.) ................ 14

Hawar Daun (Curvularia sp.) .............................................. 16

Hawar Upih Daun (Rhizoctonia solani Kuhn.) ..................... 16

BAHAN DAN METODE ........................................................................ 18

Tempat dan Waktu ......................................................................... 18

Metode Penelitian ............................................................................ 18

Wawancara dengan Petani .................................................... 18

Penentuan Lahan Pengamatan dan Petak Contoh ............... 18

Page 8: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

Pengamatan Hama dan Penyakit ......................................... 19

Analisis Usahatani ............................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 22

Kondisi Umum Lahan Pertanaman Jagung Manis ........................ 22

Hama .............................................................................................. 23

Penggerek Batang jagung (O. furnacalis) ............................ 24

Ulat Tongkol (H. armigera) ................................................. 27

Belalang (Oxya sp.) ............................................................. 28

Kutu Daun (R. maidis) ........................................................ 29

Tikus (Rattus argentiventer) ............................................... 30

Penyakit ......................................................................................... 30

Penyakit Hawar Daun (H. turcicum) ..................................... 31

Penyakit Karat (P. sorghi) ................................................... 32

Penyakit Bulai (P. maydis) .................................................. 33

Hawar Daun (Curvularia sp.) ............................................. 35

Hawar Daun (R. solani) ....................................................... 35

Analisis Usahatani ............................................................... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 39

Kesimpulan ..................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 40

LAMPIRAN ............................................................................................ 42

Page 9: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Kandungan gizi jagung manis .......................................................... 4

2. Perkembangan serangan O. furnacalis dan H. armigera pada lahan pengamatan mingguan ........................................................................ 23

3. Persentase serangan O. furnacalis dan H. armigera di sembilan lahan pengamatan ............................................................................... 24

4. Perkembangan intensitas penyakit hawar, karat dan bulai pada lahan mingguan ............................................................................................ 31

5. Analisis usahatani dengan pola tumpangsari .................................... 37

6. Analisis usahatani dengan pola monokultur ..................................... 37

Page 10: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar larva O. furnacalis pada batang jagung dan gejala serangan ............................................................................ 25

2. Gambar larva H. armigera dan gejala serangannya ......................... 27

3. Gambar belalang (Oxya sp.) .............................................................. 29

4. Gambar kutu daun (R. maidis) dan gejalanya .................................. 29

5. Gambar gejala serangan tikus ........................................................... 30

6. Gambar H. turcicum dan gejalanya .................................................... 32

7. Gambar P. sorghi dan gejalanya ........................................................ 33

8. Gambar gejala bulai (P. maydis) ....................................................... 33

9. Gambar Curvularia sp. dan gejalanya .............................................. 35

10. Gambar gejala R. solani ................................................................... 36

Page 11: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar pertanyaan praktek budidaya, sikap dan tindakan pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung manis ................. 43

2. Intensitas penyakit hawar, karat, dan bulai pada pertanaman jagung manis di sembilan lahan pengamatan ............................................... 44

3. Uji-t rataan intensitas penyakit karat dan hawar pada tanaman jagung manis di tiga desa pengamatan ............................................. 45

4. Uji-t serangan O. furnacalis dan H. armigera di tiga desa pengamatan ........................................................................................ 46

5. Analisis usahatani jagung manis dengan pola monokultur dan tumpangsari di tiga desa pengamatan ............................................... 47

Page 12: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung manis atau sweet corn (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan

salah satu jenis jagung yang mempunyai kandungan gula tinggi. Biji jagung

manis mengandung pati dan gula bebas sehingga memiliki rasa manis ketika baru

dipanen. Rasa manis ini dapat bertahan selama dua hari dalam suhu ruang karena

gula yang terbentuk belum berubah menjadi pati. Banyak kultivar jagung manis

yang memiliki kandungan provitamin A (kriptosantin) yang tinggi, suatu pigmen

karotenoid (Rubatzky dan Yamaguchi 1995). Beberapa dasawarsa terakhir ini

jagung manis sangat digemari oleh masyarakat luas, baik masyarakat pedesaan

maupun masyarakat perkotaan, sebagai menu tambahan karena mempunyai rasa

manis yang khas.

Jagung manis memiliki daya adaptasi yang baik sehingga dapat ditanam di

berbagai elevasi, dengan syarat kesuburan tanah cukup mendukung (Thompson

dan Kelly 1957). Tanaman ini dapat dipanen ketika berumur 18-24 hari setelah

penyerbukan (Rubatzky dan Yamaguchi 1995), yang memungkinkan frekuensi

penanamannya lebih sering dibandingkan dengan jagung biasa. Keuntungan lain

dari jagung manis adalah sisa brangkasan yang masih hijau dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak.

Jagung manis dapat dibudidayakan baik secara monokultur, tumpangsari,

tumpang gilir maupun campuran. Budidaya tumpangsari dapat meningkatkan

pendapatan persatuan luas lahan karena adanya efisiensi lahan, waktu, dan biaya

terutama biaya pengolahan tanah dan pupuk. Selain itu, pola tumpangsari dapat

menekan populasi hama. Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda pada

pertanaman tumpangsari cenderung lebih tinggi, karena menyediakan relung lebih

banyak dibandingkan pertanaman monokultur (Russell 1989). Keanekaragaman

artropoda yang tinggi mendorong terjadinya kestabilan populasi, sehingga

serangan hama cenderung akan lebih rendah (Price 1984). Peningkatan

pendapatan petani dengan pola tumpangsari dapat diketahui dengan melakukan

analisis usahatani.

Page 13: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

2

Faktor pembatas utama dalam budidaya jagung manis adalah gangguan

organisme pengganggu tanaman (OPT), karena jagung manis merupakan salah

satu jenis tanaman yang rentan terhadap serangan berbagai jenis hama dan

patogen tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa faktor lain yang

mempunyai kontribusi sebagai penyebab rendahnya tingkat produktivitas jagung

manis adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah serta rendahnya kualitas benih.

Informasi mengenai hama dan penyakit perlu diketahui dalam budidaya

tanaman apapun termasuk jagung manis. Dengan demikian pengelolaan hama dan

penyakit tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hama dan penyakit serta

intensitas kerusakan yang ditimbulkan dan kaitannya dengan pola tanam jagung

manis secara umum yang dilakukan petani. Selain itu, dilakukan juga analisis

usahatani jagung manis dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai

berbagai jenis hama dan patogen yang menyerang tanaman jagung manis dan

kaitannya dengan pola tanam yang dilakukan oleh petani serta analisis usahatani

dengan pola monokultur dan tumpangsari.

Page 14: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung Manis

Jagung manis atau sweet corn (Zea mays saccharata Sturt.) termasuk ke

dalam famili Gramineae subfamili Panicoidae (Thompson dan Kelly 1957).

Berdasarkan tipe pembungaannya jagung manis termasuk tanaman monoecius

yaitu memiliki bunga jantan dan betina pada satu tanaman. Bunga jantan tumbuh

di bagian puncak tanaman berupa karangan bunga (inflorescence), sedangkan

bunga betina tersusun dalam tongkol yang terbungkus oleh cangkang yang umum

disebat ”kelobot” dengan rambut jagung yang sebenarnya merupakan tangkai

putik.

Secara fisik maupun morfologi tanaman jagung manis sulit dibedakan

dengan jagung biasa. Perbedaan biasanya terletak pada warna bunga jantan dan

rambut bunga betina. Bunga jantan pada jagung manis berwarna putih sedangkan

pada jagung biasa berwarna kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis

berwarna putih sampai kuning keemasan sedangkan pada jagung biasa berwarna

kemerahan. Selain itu, jagung manis memiliki dua atau tiga daun yang tumbuh di

ujung kelobot terluar dan umurnya lebih genjah dibandingkan dengan jagung

biasa (Anonim 1999).

Jagung manis pada awalnya berkembang dari jagung tipe dent dan flint.

Jagung tipe dent (Zea mays identata) mempunyai lekukan di puncak bijinya

karena adanya zat pati keras pada bagian pinggir dan pati lembek pada bagian

puncak biji. Jagung tipe flint (Zea mays indurata) berbentuk agak bulat, bagian

luarnya keras dan licin. Dari kedua tipe jagung inilah jagung manis berkembang

kemudian terjadi mutasi menjadi tipe gula yang resesif (Subandi et al. 1988).

Jagung manis merupakan salah satu jenis jagung yang digolongkan

berdasarkan sifat endospermanya. Endospermanya mempunyai kadar gula yang

lebih tinggi dibandingkan kadar pati, tampak transparan dan keriput pada saat

kering. Kadar gula dan pati pada endosperma selain dipengaruhi oleh faktor

genetik juga dipengaruhi oleh tingkat kemasakan. Kandungan sukrosa pada

endosperma jagung manis terus meningkat dari hari ke-5 sampai hari ke-15

setelah munculnya rambut tongkol dan kemudian menurun.

Page 15: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

4

Jagung manis memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap, yaitu terdiri

dari kalori, protein, berbagai macam mineral, vitamin dan lainnya yang diperlukan

oleh tubuh manusia (Tabel 1).

Tabel 1 Kandungan gizi jagung manis *)

Komposisi gizi Kandungan dalam 100 g

Kalori 355 Kkal

Protein 9,20 g

Lemak 4,60 g

Karbohidrat 69,3 g

Gentian 2,00 g

Abu 1,40 g

Kalsium 45,0 mg

Fosfor 224 mg

Kalium 75 mg

Besi 2,90 mg

Natrium 11 mg

Karotin 256 μg

Vitamin B1 0,22 mg

Vitamin B2 0,12 mg

Niacin 1,70 mg

Vitamin C 8,80 mg

*) Departemenf of Agricultural Malaysia

Budidaya Jagung Manis

Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik sawah

tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan

pada ketinggian 1000-1800 m di atas permukaan laut (dpl). Kondisi tanah yang

gembur dan subur paling sesuai, karena tanaman jagung memerlukan aerasi yang

baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung

berdebu adalah yang paling baik. Jagung manis masih dapat ditanam di tanah-

tanah berat, tentunya dengan penggemburan tanah harus dilakukan lebih sering

selama pertumbuhan tanaman, sehingga aerasi tanah dalam kondisi baik (Subandi

Page 16: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

5

et al. 1988). Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar

5,5-7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami

jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap kemiringan tanah, dengan

maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu hujan lebat.

Jagung manis mempunyai daerah adaptasi terhadap iklim yang luas

(Thompson dan Kelly 1957). Namun, menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995)

jagung manis tidak beradaptasi dengan baik pada kondisi tropika basah. Faktor-

faktor iklim yang sangat penting bagi pertumbuhan jagung manis adalah jumlah

dan pembagian sinar matahari, curah hujan, suhu, kelembaban dan angin. Tempat

penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan

terlindung oleh pepohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran yang

cukup, hasil produksi tanaman akan berkurang. Jagung manis mempunyai

keragaman daya adaptasi terhadap perbedaan iklim bergantung pada varietasnya.

Menurut Thompson dan Kelly (1957) suhu yang hangat merupakan kondisi yang

baik untuk perkembangan jagung manis, namun cukup banyak jagung manis yang

ditanam pada daerah yang dingin. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung

adalah antara 23-27o C.

Tanaman jagung manis tidak akan memberikan hasil maksimal jika unsur

hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan

kuantitas maupun kualitas hasil panen. Pemupukan yang perlu diperhatikan

adalah takaran (dosis) dan waktu yang tepat selama pertumbuhan jagung dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk (Subandi et al. 1988). Dosis pupuk

yang diperlukan berbeda-beda, tergantung dari pada tingkat kesuburan dan jenis

tanah. Hara yang ditambahkan ini harus dalam jumlah yang tepat karena

kelebihan dan kekurangan dapat mengurangi efisiensi lainnya. Jumlah pupuk

yang diberikan untuk mendapatkan hasil jagung yang tinggi tergantung pada

besarnya kandungan hara N, P, dan K di dalam tanah. Nitrogen adalah unsur hara

esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar dan pada tanah

pertanian yang tidak dipupuk, tanaman sering menimbulkan gejala defisiensi, oleh

karena itu pemupukan N sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi tanaman

yang optimal (Wawan et al. 2007). Pemupukan N meningkatkan populasi

Nitrosomonas dan respirasi tanah, sedangkan terhadap populasi total

Page 17: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

6

mikroorganisme termasuk total fungi, pengaruh pemupukan N kurang jelas

(Tampubolon 2004).

Keseimbangan pemberian N, P, K nampaknya lebih penting dibandingkan

penambahan N dan K tanpa P. Penambahan dosis pupuk N, P, dan K secara nyata

mempengaruhi hasil tongkol berkelobot per plot (Sanjaya 1995). Hasil tongkol

lebih dipengaruhi oleh unsur N dibanding unsur P dan K (Sanjaya 1995).

Sedangkan penambahan P pada keadaan N dan K berlebih mampu memperbaiki

tinggi tanaman. Sementara secara umum dapat dianjurkan, pemakaian pupuk urea

400 kg/ha, TSP 300 kg/ha, dan KCL 250 kg/ha (Bilman 2001).

Hama Tanaman Jagung Manis

Penggerek Batang Jagung, O. furnacalis (Lepidoptera:Pyralidae)

O. furnacalis termasuk ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae.

Hama ini tersebar luas di Asia dan Australia dan dapat menyerang tanaman

jagung baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Kerusakan tanaman terjadi

karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan.

Beberapa peneliti mengemukakaan bahwa gerekan O. furnacalis pada batang

tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil tanaman jagung (Nafus dan

Schreiner 1991).

Imago O. furnacalis dapat meletakkan telur 300-500 butir dan umumnya

meletakkan telur secara berkelompok di permukaan bawah daun pada tanaman

yang berumur 2 minggu terutama pada daun muda yaitu tiga daun teratas

(Kalshoven 1981). Jumlah telur tiap kelompok sangat beragam antara 30-50 butir

atau bahkan dapat lebih dari 90 butir. Puncak peletakan telur terjadi pada stadia

pembentukan malai sampai keluarnya bunga jantan. Kelompok telur yang

diletakkan selama fase pembentukan bunga jantan sampai rambut tongkol

berwarna coklat, larvanya memberi kontribusi terbesar terhadap kerusakan

tanaman (Subandi et al. 1988).

Larva instar pertama langsung berpencar segera sesudah menetas ke bagian

tanaman yang lain. Pada stadia pembentukan malai larva instar I hingga instar III

akan makan daun muda yang masih menggulung dan pada permukaan daun yang

terlindung dari daun yang telah membuka. Sekitar 67-100% dari larva instar I dan

Page 18: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

7

II berada pada bunga jantan. Larva instar III masih sebagian besar berada pada

bunga jantan meskipun sudah ada pada bagian tanaman yang lain. Instar IV

hingga VI mulai menggerek pada bagian buku dan masuk ke dalam batang. Larva

masuk ke dalam batang dan menggerek ke bagian atas. Dalam satu lubang dapat

ditemukan lebih dari satu larva. Gejala visual serangan O. furnacalis pada batang

adalah adanya lubang gerek pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat

lubang tersebut. Apabila batang dibelah akan tampak liang gerek larva di dalam

batang (Malijan dan Sanchez, 1986 dalam Subandi et al. 1988). Menurut Culy

(2001), gerekan larva pada batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh

sehingga menggangu proses transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan

pertumbuhan terhambat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil tanaman.

Selain itu, sering ditemukan juga larva instar I-III makan pada pucuk tongkol dan

rambut tongkol. Instar berikutnya makan pada tongkol dan biji.

Larva yang akan membentuk pupa membuat lubang keluar yang ditutup

dengan lapisan epidermis. Sebagian stadia larva ditemukan makan pada sorgum,

Panicum viride, Amaranthus dan berbagai jenis tumbuhan lain apabila tanaman

jagung sudah dipanen.

Pengendalian O. furnacalis dapat dilakukan secara kultur teknis, hayati

maupun kimiawi. Kultur teknis yaitu dengan tumpangsari jagung dengan kedelai

atan kacang tanah, pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman),

dan waktu tanam yang tepat. Pengendalian hayati yaitu dengan pemanfaatan

musuh alami seperti parasitoid Trichogramma spp., predator Euborellia annulata

memangsa larva dan pupa O. furnacalis, bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki

mengendalikan larva O. furnacalis, cendawan sebagai entomopatogenik adalah

Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O.

furnacalis. Pengendalian kimiawi yaitu penggunaan insektisida yang berbahan

aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan

serangan penggerek batang jagung.

Ulat tongkol, Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera: Noctuidae)

Salah satu hama utama yang menyerang jagung di setiap daerah sentra

maupun pengembangan adalah ulat penggerek tongkol Helicoverpa armigera

Hubner. (Lepidoptera: Noctuidae) (Baco dan Tandiabang 1988 dalam Anonim

Page 19: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

8

2000). Beberapa inang yang diserang ulat penggerek tongkol jagung antara lain

tomat, kedelai, kapas, tembakau, dan sorgum (Kalshoven 1981). Di Indonesia

serangga ini dijumpai pada ketinggian 2000 m dpl. Serangga ini merupakan hama

penting pada kapas di Indonesia dan Filipina. Imago meletakkan telur pada

malam hari dan sering dijumpai pada rambut tongkol jagung. Telur diletakkan

satu per satu di atas rambut jagung. Setelah menetas larva berpindah ke bagian

tongkol jagung yang masih muda dan memakan langsung biji-biji jagung. Seekor

betina dapat meletakkan telur hingga 1000 butir. Stadium telur 2-5 hari. Larva

yang baru menetas akan makan pada rambut tongkol dan kemudian membuat

lubang masuk ke tongkol. Ketika larva makan akan meninggalkan kotoran dan

tercipta iklim mikro yang cocok untuk pertumbuhan cendawan yang

menghasilkan mikotoksin sehingga tongkol rusak.

Larva H. armigera memiliki kebiasaan makan secara berpindah dari satu

buah ke buah lainnya, sehingga jumlah buah yang dirusak selalu lebih banyak

daripada jumlah larva yang ada pada tanaman (Daha et al. 1998). Penggerek ini

juga dapat menyerang tanaman muda terutama pada pucuk atau malai yang dapat

mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan, berkurangnya hasil dan bahkan

tanaman dapat mati (Subandi et al. 1988).

Larva muda berwarna putih kekuning-kuningan dengan toraks berwarna

hitam. Stadium larva terdiri dari 6 instar dan berjumlah antara 17-24 dalam satu

tongkol. Larva instar terakhir akan meninggalkan tongkol dan membentuk pupa

dalam tanah. Stadium pupa berkisar antara 12-14 hari. Dari telur hingga stadia

dewasa berupa kupu-kupu kecil berkisar 35 hari dan terbang mengisap madu dari

bunga (Kalshoven 1981).

Gejala serangan ulat penggerek tongkol dimulai pada saat pembentukan

kuncup bunga dan buah muda. Menurut Daha et al. (1998), tanaman tomat

atraktif terhadap peneluran H. armigera selama berlangsung fase pembungaan.

Larva H. armigera masuk ke dalam buah muda, memakan biji-biji jagung karena

larva hidup di dalam buah, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit

dikendalikan dengan insektisida (Sarwono 2003). Aplikasi insektisida tidak

berpengaruh terhadap peletakan telur (Daha et al. 1998). Pengendalian ketika

larva berukuran besar dapat berakibat kurang menguntungkan karena kerusakan

Page 20: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

9

buah mungkin sudah terjadi. Antara tingkat serangan ulat penggerek tongkol

dengan produksi didapatkan hubungan yang mempunyai korelasi positif nyata r =

0,80 dengan persamaan penduga Y = 2,88 – 0,058 x. Dari persamaan ini dapat

diduga bahwa dalam setiap peningkatan 1% serangan ulat penggerek

mengakibatkan penurunan produksi jagung sebesar 0,058% (Sarwono 2003).

Oleh karena itu, upaya pengendalian sebaliknya dilaksanakan pada saat larva

masih kecil sebelum menimbulkan banyak kerusakan pada tongkol (Daha et al.

1998).

Pengendalian H. armigera dapat dilakukan dengan cara hayati, kultur teknis,

dan kimiawi. Pengendalian hayati yaitu menggunakan parasitoid Trichogramma

spp. yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae)

parasit pada larva muda, cendawan Metarhizium anisopliae menginfeksi larva,

bakteri Bacillus thuringensis dan virus Helicoverpa armigera Nuclear

Polyhedrosis Virus (HaNPV) menginfeksi larva. Pengendalian kultur teknis yaitu

pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan

dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya. Pengendalian kimiawi yaitu

dengan penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut

jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna

coklat.

Kutu Daun, Rhopalosiphum maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae)

Kutu daun termasuk ke dalam ordo Homoptera dan famili Aphididae. Kutu

daun biasanya membentuk koloni yang besar pada daun. Betina bereproduksi

secara partenogenesis (tanpa kawin). Umumnya, stadia nimfa terdiri atas empat

instar (Kalshoven 1981). Stadium nimfa terjadi selama 16 hari pada suhu 150 C,

sembilan hari pada suhu 200 C, dan lima hari pada suhu 300 C. Seekor betina yang

tidak bersayap mampu melahirkan rata-rata 68,2 ekor nimfa, sementara betina

bersayap melahirkan 49 nimfa. Lama hidup imago adalah 4-12 hari. Ketiadaan

fase telur di luar tubuh R. maidis betina karena proses inkubasi dan penetasan

terjadi dalam alat reproduksi betina dan diduga telur tidak mampu bertahan pada

semua kondisi lingkungan. Serangga ini lebih menyukai suhu yang hangat.

Imago lebih aktif di lapangan pada suhu 170 C dan 270 C. Gejala Serangan R.

maidis dalam kelompok yang besar mengisap cairan daun dan batang, akibatnya

Page 21: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

10

warna dan bentuk daun tidak normal yang pada akhirnya tanaman mengering

Kutu daun R. maidis menghasilkan embun madu yang dikeluarkan melalui

sersinya, sehingga membentuk embun jelaga berwarna hitam yang menutupi daun

sehingga menghalangi proses fotosintesis. Pengendalian hama ini dapat

menggunakan musuh alami yaitu dengan parasitoid Lysiphlebus mirzai (Famili:

Braconidae). Coccinella sp. dan Micraspis sp. juga dapat dimanfaatkan sebagai

predator. Selain itu, pengendalian dengan kultur teknis juga dapat dilakukan yaitu

dengan penanaman jagung secara polikultur karena akan meningkatkan predasi

dari predator kutu daun dibandingkan dengan penanaman secara monokultur.

Belalang, Oxya spp. (Orthophtera: Acrididae)

Genus Oxya spp. (Orthophtera: Acrididae) pada umumnya terdapat di

dataran rendah pada pertanaman padi dan padang rumput tetapi dapat pula

dijumpai di dataran tinggi. Spesies Oxya sp. merupakan hama yang cukup

penting pada beberapa tanaman pangan. Oxya sp. memiliki kisaran inang yang

cukup luas, diantaranya jagung, kacang-kacangan, padi, kapas dan gandum

(Kalshoven 1981). Oxya sp. tergolong dalam famili Acrididae, ordo Orthoptera.

Species Oxya sp. yang telah diketahui di dunia berjumlah 18 species yang tersebar

diberbagai tempat. Di Cina dilaporkan bahwa belalang ini merupakan hama

penting yang menyerang tanaman padi dan rumput-rumputan (CPC 2000).

Imago betina Oxya sp. meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi

dengan zat yang menyerupai busa. Telur-telur tersebut diletakkan di dalam tanah

atau jaringan tanaman padi. Telur Oxya sp. berwarna coklat kekuningan

berbentuk silinder menyerupai butiran gabah. Satu kelompok telur rata-rata berisi

sembilan butir dan umumnya kelompok telur tersebut akan menetas pada pagi hari

empat minggu setelah peletakkan (Kalshoven 1981).

Nimfa terdiri dari lima instar yang masing-masing dapat dibedakan dari

ukuran dan warna. Nimfa instar I berukuran 7 mm, berwarna hitam mengkilap

kehijauan dengan mata majemuk abu-abu keperakan. Nimfa instar 2 berukuran 6-

11 mm, dengan warna hitam memudar. Nimfa instar 3 berukuran 9-14 mm,

berwarna coklat kehijauan dan sudah terbentuk bakal sayap. Nimfa instar 4

berukuran 12-17 mm, berwarna hijau kecoklatan dengan bakal sayap mencapai

Page 22: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

11

mesotoraks dan metatoraks. Nimfa instar 5 berukuran 16-22 mm, bakal sayap

mencapai abdomen ruas ketiga. Lama stadium nimfa berkisar antara 51- 73 hari.

Imago jantan umumnya berukuran 18-27 mm, sedangkan imago betina

antara 24-43,5 mm. Imago berwarna hijau kekuningan atau kuning kecoklatan

dan tampak mengkilat. Imago jantan mempunyai sepasang garis terang dikepala

dan bagian dorsal sedangkan pada imago betina terdapat garis gelap dibagian mata

hingga pangkal sayap (CPC 2000).

Beberapa musuh alami berupa parasitoid dan predator telah dilaporkan

dapat mengendalikan populasi Oxya sp. musuh alami tersebut diantaranya adalah

larva Systoechus sp. (Diptera: Bombyliidae). Selain itu, burung dan laba-laba

dapat menurunkan populasi Oxya sp. (CPC 2000). Musuh alami Oxya sp. dari

golongan patogen serangga adalah Metarhizium anisopliae. Dalam penelitian

yang telah dilakukan, patogen ini digunakan sebagai biopestisida yang mampu

mengendalikan 70-90% belalang selama kurun waktu 14-20 hari (Pabbage et al.

2007).

Tikus, Rattus argentiventer

Tanaman jagung manis yang diserang tikus biasanya adalah jagung manis

yang ditanam pada lahan sawah setelah padi. Tikus tersebut adalah dari spesies

Rattus argentiventer. Tikus memiliki kemampuan indera yang sangat menunjang

setiap aktivitas kehidupannya. Di antara kelima organ inderanya, hanya

penglihatan yang kurang baik, namun kekurangan ini ditutupi oleh indera lainnya

yang berfungsi dengan baik.

Tikus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap cahaya. Meski indera

penglihatannya kurang berfungsi dengan baik. Indera penciuman tikus berfungsi

dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas tikus menggerak-gerakkan kepala

dan mengendus pada saat mencium bau pakan, tikus lain, dan musuhnya. Indera

pendengarannya juga berfungsi dengan sempurna karena mampu mendengar suara

pada frekwensi audibel (40 kHz), dan frekwensi ultrasonik (100 kHz). Dengan

indera perasa, tikus mampu mendeteksi zat yang pahit, beracun, atau tidak enak.

Tikus termasuk pemakan menyukai hampir semua makanan yang dimakan

manusia. Dalam kondisi cukup makanan, tikus beraktivitas sejauh rata-rata 30 m

dan tidak pernah lebih dari 200 m. Jika kondisi tidak menguntungkan, jarak

Page 23: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

12

tempuh tikus dapat mencapai 700 m atau lebih. Populasi tikus dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor abiotik yang sangat

berpengaruh terhadap dinamika populasi tikus adalah air dan sarang, sementara

faktor biotik adalah tanaman dan hewan kecil sebagai sumber pakan, patogen,

predator, tikus lain sebagai pesaing, dan manusia.

Tikus biasanya menyerang tanaman jagung pada fase generatif atau fase

pengisian tongkol. Tongkol yang sedang matang susu dimakan oleh tikus

sehingga tongkol menjadi rusak. Umumnya tikus makan biji pada tongkol mulai

dari ujung tongkol sampai pertengahan tongkol.

Penyakit Tanaman Jagung Manis

Bulai (Peronosclespora maydis (Rac.)) Shaw.

Penyakit yang sering terjadi pada tanaman jagung adalah penyakit bulai atau

downy mildew yang disebabkan oleh Peronosclespora maydis (Rac.) Shaw. yang

sejak lama telah menimbulkan kerugian yang cukup besar, sehingga penyakit ini

banyak dikenal petani. Penyakit bulai merupakan penyakit epidemik yang

menyerang hampir disetiap musim terutama pada tanaman jagung yang ditanam di

luar musim tanam atau terlambat tanam (Sudana et al. 2002). P. maydis

merupakan patogen yang cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kehilangan

hasil hingga 100% atau puso seperti yang pernah terjadi di Lampung pada tahun

1996 (Subandi et al.1996).

Gejala akibat patogen ini pada permukaan daun terdapat garis-garis

berwarna putih sampai kuning diikuti dengan garis-garis klorotik sampai coklat

Tanaman yang terinfeksi pada waktu masih sangat muda biasanya tidak

membentuk buah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah tua, tanaman

dapat tumbuh terus dan membentuk buah (Semangun 2004). Buah sering

mempunyai tangkai yang panjang dengan kelobot yang tidak menutup pada

ujungnya dan hanya membentuk sedikit biji (tongkol tidak sempurna). Patogen

berkembang secara sistemik sehingga bila patogen mencapai titik tumbuh, maka

seluruh daun muda yang muncul kemudian mengalami klorotik, sedang daun

pertama sampai keempat masih terlihat sebagian hijau. Ini merupaka ciri-ciri dari

infeksi patogen melalui udara tetapi bila biji jagung sudah terinfeksi maka bibit

Page 24: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

13

muda yang tumbuh meperlihatkan gejala klorotik pada seluruh daun dan tanaman

cepat mati (Subandi et al. 1988). Bila patogen dalam daun yang terinfeksi

pertama kali tidak dapat mencapai titik tumbuh, gejala hanya terdapat pada daun-

daun yang bersangkutan sebagai garis-garis klorotik, yang disebut juga sebagai

gejala lokal (Semangun 1968). Di permukaan bawah daun yang terinfeksi,

banyak terbentuk tepung putih yang merupakan spora patogen tersebut.

Patogen membentuk dua tipe hifa di dalam jaringan daun yaitu hifa kurang

bercabang dan hifa banyak bercabang, dan berkelompok. Patogen membentuk

haustoria dalam sel-sel inang untuk menyerap makanan.

Patogen dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam embrio biji yang

terinfeksi. Bila biji ini ditanam, patogen ikut berkembang dan menginfeksi bibit.

Selanjutnya, dapat menjadi sumber inokulum (penyakit). Infeksi terjadi melalui

stomata daun jagung muda (di bawah umur satu bulan). Jamur berkembang

secara lokal atau sistemik. Sporangia dan sporangiospora dihasilkan pada

permukaan daun yang basah dalam gelap. Sporangia berperan sebagai inokulum

sekunder.

Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan penggunaan varietas

tahan, pemusnahan tanaman terinfeksi, pencegahan dengan fungisida berbahan

aktif metalaksil, pengaturan waktu tanam agar serempak, dan pergiliran tanaman.

Karat (Puccinia sorghi Schwein.)

Penyakit karat pada jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada tahun

1950-an. Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia sorghi Schwein. P. sorghi

lebih banyak terdapat di pegunungan beriklim tropik dan di daerah beriklim

sedang. Gejala yang tampak pada tanaman adalah pada permukaan daun atas dan

bawah terdapat bercak-bercak kecil bulat sampai oval, berwarna coklat sampai

merah orange karena cendawan ini membentuk urediosorus panjang atau bulat

panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan

menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang

masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk (Semangun 2004).

P. sorghi mempunyai uredospora berwarna coklat, berbentuk bulat sampai

elip, dengan ukuran 21-30 x 24-33 μm. Tebal dinding spora 1,5-2 μm. Tiap sel

mempunyai dua inti. Teliospora yang menggantikan uredospora di dalam pustul

Page 25: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

14

berwarna coklat keemasan, halus, berbentuk bulat sampai elip, dua sel, ukuran 14-

25 x 28-46 μm (White 1999).

Pada P. sorghi, teliospora berkecambah membentuk basidia yang

memproduksi basiodiospora kecil, berdinding tipis, hialin, haploid. Basidiospora

berkecambah dan mengadakan penetrasi pada daun Oxalis spp. membentuk

spermagonia dengan spermatia kecil pada permukaan atas daun. Spermatia

mengadakan fusi dengan hipa lentur untuk memasuki stadia aecia di permukaan

bawah daun Oxalis spp., selanjutnya terbentuk aeciospora. Aeciospora berinti dua

dan mudah diterbangkan oleh angin sampai jatuh pada daun jagung dan

menginfeksinya. Pada daun jagung uredospora terbentuk (Subandi et al. 1988).

P. sorghi berkembang baik pada suhu 16-230 C dan kelembaban udara

tinggi. Patogen ini dapat mempertahankan diri pada tanaman jagung yang hidup

dan dapat disebarkan melalui penyebaran angin dan menginfeksi tanaman jagung

lainnya (Semangun 2004). Selain pada jagung, cendawan ini telah diketahui

membentuk uredium dan telium pada Euclaena mexicana, Tripsacum sp., dan

Erianthus sp (Subandi et al. 1988).

Cendawan ini tidak dapat hidup sebagai saprofit, sehingga tidak dapat

mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung. Tidak terdapat bukti-bukti

bahwa cendawan ini mempertahankan diri dalam biji yang dihasilkan oleh

tanaman sakit (Holliday 1980 dalam Semangun 2004).

Pengendalian penyakit karat dapat dilakukan dengan cara menanam varietas

tahan, menjaga sanitasi lingkungan di pertanaman tanaman jagung manis, aplikasi

pestisida pada saat mulai tampak bisul karat pada daun.

Hawar daun (Helminthosporium turcicum Pass.)

Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum Pass.

Patogen ini menyerang bagian daun tanaman dengan gejala mula-mula terlihat

bercak kecil berbentuk oval kemudian bercak berkembang menjadi hawar

berwarna hijau keabu-abuan atau coklat, dengan panjang hawar 2,5-15 cm.

Bercak-bercak ini pertama kali terdapat pada daun-daun bawah (tua) kemudian

berkembang menuju daun-daun atas (muda). Bila infeksi cukup berat, tanaman

cepat mati, dengan hawar berwarna abu-abu seperti terbakar atau mengering.

Tongkol tidak terinfeksi walaupun hawar dapat terjadi pada kelobot. Biasanya

Page 26: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

15

gejala ini akan cepat menyebar dengan cepat pada cuaca yang lembab. Penyakit

ini dapat berkembang dengan bantuan curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif

rendah dan intensitas penyinaran matahari yang kurang (Sudjono 1989 dalam

Subandi et al. 1988). Produktivitas tanaman jagung manis secara signifikan

dipengaruhi tingkat kerusakan tanaman oleh penyakit hawar. Pada musim hujan

umumnya serangan terjadi sangat berat, bisa mencapai 50-70% atau lebih

terutama ditempat dengan elevasi yang tinggi lebih dari 500 m dpl (Adnan 2008)

H. turcicum bertahan hidup sampai satu tahun berupa miselium dorman pada

tanaman jagung hidup yang selalu terdapat di daerah tropik, pada rumput-

rumputan termasuk sorgum, pada sisa-sisa tanaman sakit, dan pada biji jagung

(Semangun 2004). Diantara konidia yang tua dapat berubah menjadi

klamidiospora yang berdinding tebal sehingga dapat bertahan lama. Cendawan

tersebut dapat dipencarkan oleh angin. Di udara konidium terbanyak terdapat

pada saat menjelang tengah hari. Konidium menginfeksi tanaman melalui stomata

atau dengan mengadakan penetrasi secara langsung yang didahului dengan

pembentukkan apresorium. Cendawan ini dapat menginfeksi tanaman dengan dua

cara, infeksi pertama konidia dapat disebarkan jauh oleh angin atau percikan air

hujan sampai pada tanaman jagung. Infeksi kedua terjadi diantara tanaman

jagung disekitarnya karena adanya bercak-bercak yang terbentuk pada daun. Pada

keadaan yang baik siklus lengkap penyakit berlangsung selama 3-4 hari. Biji

jagung yang terinfeksi berperan sebagai sumber inokulum pertama dalam

penyebaran penyakit ini. Biji yang terinfeksi tidak meracuni hewan ternak yang

memakannya. Penyakit ini sudah tersebar di seluruh dunia (bersifat kosmopolitan)

dan sangat penting di daerah yang bersuhu hangat antara 20-32o C dan lembab

(White 1999).

Hingga saat ini telah diketahui beberapa cara pengendalian penyakit hawar

daun yang efektif yaitu dengan penggunaan varietas tahan,sanitasi lingkungan,

pengelolaan tanah yang baik dan penyiangan yang sempurna dapat menekan atau

mengurangi sumber inokulum awal, pengaturan jarak tanam, dan fungisida jika

diperlukan (Pabbage et al. 2007).

Page 27: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

16

Hawar Daun (Curvularia sp.)

Penyakit hawar daun disebabkan oleh Curvularia sp. Patogen ini

menyerang bagian daun tanaman dengan gejala mula-mula terlihat bercak daun

yang tidak teratur pada ujung daun, pusat bercak berwarna coklat keputih-putihan

dan tepinya berwarna coklat tua, kemudian akan meluas ke arah pangkal daun

sehingga seluruh daun mengering.

Biasanya gejala ini akan cepat menyebar dengan cepat pada cuaca yang

lembab dan curah hujan yang tinggi. Penyakit ini dapat berkembang dengan

bantuan curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif rendah dan intensitas

penyinaran matahari yang kurang (Sudjono 1989 dalam Subandi et al. 1988).

Cendawan ini dapat menginfeksi tanaman dengan dua cara, infeksi pertama

konidia dapat disebarkan jauh oleh angin atau percikan air hujan sampai pada

tanaman jagung. Infeksi kedua terjadi diantara tanaman jagung disekitarnya

karena adanya bercak-bercak yang terbentuk pada daun.

Hingga saat ini telah diketahui beberapa cara pengendalian penyakit hawar

daun yang disebabkan oleh Curvularia sp. yaitu dengan penggunaan varietas

tahan, perbaikan drainase tanah, sanitasi kebun dan memusnahkan tanaman atau

bagian tanaman yang terserang berat, dan fungisida jika diperlukan (Pabbage et al.

2007).

Hawar Upih (Rhizoctonia solani Kuhn.)

Penyebaran penyakit ini meliputi daerah tropika dan subtropika. Gejala

penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah

daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu,

bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang

tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.

Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan

tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat

mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan

sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan

tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang

pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum

utama (Wakman dan Burhanuddin 2007). Penyebab penyakit hawar upih adalah

Page 28: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

17

cendawan R. solani. Cendawan R. solani membentuk struktur bertahan yang

dapat bertahan hidup lama dalam keadaan kering. Sklerotia mudah lepas dari

permukaan tanaman inang dan hanyut terbawa air bila terjadi hujan atau

pengairan. Apabila menempel pada tanaman inangnya, maka cendawan akan

tumbuh dan menginfeksi ke jaringan tanaman. Selain bertahan hidup dalam

bentuk sklerotia, cendawan ini juga dapat bertahan dalam biji terinfeksi atau sisa-

sisa tanaman di lapang (Subandi et al. 1988). R. solani mempunyai banyak

tanaman inang, selain dari famili rumput-rumputan juga dari famili kacang-

kacangan.

Penyakit hawar upih dapat dikendalikan dengan penanaman varietas tahan

pada musim hujan, penanaman jagung sebaiknya pada musim kemarau,

penanaman varietas yang letak tongkolnya tinggi, membuang (merompes) daun

yang berada di bawah tongkol yang pelepahnya telah tertular hawar upih, sanitasi

kebun dengan membersihkan dari gulma dan memotong bagian tanaman yang

terserang dan dimusnahkan, drainase yang baik, dan pergiliran tanaman (Subandi

et al. 1988).

Page 29: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan petani di Desa Benteng, Desa Cibanteng

dan Desa Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Identifikasi serangga dan identifikasi patogen dilakukan di Laboratorium

Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2008

sampai Februari 2009.

Metode Penelitian

Wawancara dengan Petani

Wawancara dilakukan terhadap petani responden bertujuan untuk

mengetahui berbagai informasi penting tentang tanaman jagung manis, antara lain

yaitu cara budidaya secara umum, organisme pengganggu tanaman (OPT) pada

berbagai umur tanaman berserta cara pengendaliannya, dan biaya produksi.

Wawancara dilakukan di rumah atau di lahan petani contoh dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya (Lampiran 1).

Penentuan Lahan Pengamatan dan Petak Contoh

Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pada lahan petani di

Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat. Pada setiap desa diamati 4-5 lahan tanaman jagung manis, untuk

Desa Benteng 4 lahan, yaitu Benteng 1, Benteng 2, Benteng 3 dan Benteng 4;

untuk Desa Cibanteng 5 lahan, yaitu Cibanteng 1, Cibanteng 2, Cibanteng 3,

Cibanteng 4 dan Cibanteng 5; dan untuk Desa Nagrog 5 lahan, yaitu Nagrog 1,

Nagrog 2, Nagrog 3, Nagrog 4 dan Nagrog 5. Setiap lahan diamati tiga kali.

Selain itu, untuk mengetahui perkembangan hama dan penyakit dilakukan juga

pengamatan mingguan pada satu lahan di Desa Benteng (Benteng 5). Pada setiap

lahan diamati lima petak contoh, satu terletak di perpotongan garis diagonal

petakan dan empat lainnya terletak pada garis-garis diagonal sekitar satu meter

dari sudut petakan. Masing-masing petakan terdiri dari 10 tanaman contoh.

Dengan demikian pada setiap lahan diamati 50 tanaman contoh.

Page 30: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

19

Pengamatan Hama dan Penyakit

Pengamatan hama dan penyakit dilakukan secara langsung pada setiap

tanaman contoh dengan mengidentifikasi jenis hama dan penyebab penyakit.

Hama yang tidak dapat diidentifikasi di lapangan dimasukkan ke dalam alkohol

70% dan untuk tanaman yang bergejala penyakit dibawa ke laboratorium untuk

diidentifikasi.

Pengamatan dilakukan terhadap tanaman contoh yang dihitung berdasarkan

persentase tanaman terserang hama dan intensitas penyakit. Persentase tanaman

yang terserang hama dihitung menggunakan rumus:

n Persentase serangan = ⎯ X 100%

N

n = jumlah tanaman yang terserang

N = jumlah tanaman contoh yang diamati

Penyakit bulai umumnya terjadi pada tanaman stadium muda dan

menyebabkan kematian, oleh karena itu intensitas penyakit ini dihitung

berdasarkan proporsi tanaman yang terserang terhadap jumlah tanaman yang

diamati yang dinyatakan dalam persen.

Intensitas penyakit hawar daun dan karat masing-masing dihitung

berdasarkan proporsi luasan daun yang menunjukkan gejala (hawar/karat)

terhadap seluruh luasan daun yang diamati.

Perbedaan serangan hama dan intensitas penyakit di setiap desa dianalisis

dengan statistik uji-t pada taraf kepercayaan 5% dengan menggunakan program

MINITAB 14.

Analisis Usahatani

Analisis usahatani menggunakan metode Soekartawi (1995).

1. Analisis Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus:

Penerimaan = jumlah produksi X harga jual persatuan

Analisis penerimaan usahatani merupakan analisis penerimaan yang

Page 31: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

20

diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya. Jangka waktu penerimaan

usaha tani jagung dinyatakan dalam kurun waktu satu musim tanam.

2. Analisis Biaya Usahatani

Biaya merupakan komponen penting dalam melakukan kegiatan usahatani.

Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya

tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, komponen biaya tunai seperti

biaya benih (kg), pupuk (karung/kg), pestisida (kaleng/ml), dan tenaga kerja.

Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya

pendapatan kerja petani dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti

sewa lahan dan penyusutan peralatan.

3. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan

yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Untuk menghitung pendapatan

usahatani digunakan rumus:

Pendapatan = TR – TC

Pendapatan = (PxQ) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

4. Analisis Efisiensi Usahatani

Return Cost Ratio (R/C) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara

penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio bertujuan untuk menguji sejauh

mana hasil yang diperoleh dari usahatani tertentu. R/C meliputi R/C tunai dan

R/C total, R/C tunai merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya tunai

sedangkan R/C total merupakan perbandingan penerimaan dengan total biaya

yang dikeluarkan. Apabila nilai R/C ratio > 1, berarti penerimaan yang

diperoleh lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh penerimaan tersebut, apabila nilai R/C ratio < 1 maka tiap unit

yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh,

sedangkan untuk kegiatan usaha yang memiliki R/C ratio = 1, berarti kegiatan

usaha berada pada keuntungan normal (normal profit).

Page 32: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

21

Rumus yang digunakan :

Penerimaan Total Q x P R/C ratio = = Biaya Total BT + BD

Q = Total Produksi (Kg)

P = Harga Jual Produk (Rp)

B = Biaya Tunai (Rp)

BD = Biaya Diperhitungkan (Rp)

Page 33: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lahan Pertanaman Jagung Manis

Tiga desa pengamatan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor. Desa Benteng dan Desa Cibanteng terletak pada ketinggian

250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 1000-1500 mm/tahun dan

suhu udara rata-rata 260 C, sedangkan Desa Nagrog terletak pada ketinggian 500

m dpl dengan curah hujan sekitar 4000 mm/tahun dan suhu rata-rata 230 C. Pada

umumnya lahan pertanian di Desa Benteng dan Desa Cibanteng ditanami jagung

manis, ubi jalar, ubi kayu dan padi sawah, sedangkan di Desa Nagrog ditanami

jagung manis dan sayuran seperti caisin, terong, bawang daun dan padi sawah.

Mata pencaharian penduduk di tiga desa tersebut umumnya sebagai petani,

buruh/jasa, dan pegawai/karyawan. Umur petani responden berkisar antara 22-45

tahun, pendidikan minimal sampai tingkat dasar (SD) dan maksimal sampai

SLTP, pengalaman berusahatani jagung manis berkisar 5-15 tahun.

Jagung manis yang umum ditanam oleh petani adalah varietas hawai

(varietas hibrida), yang benihnya diperoleh dari kios pertanian atau penakar benih.

Luas lahan yang ditanami jagung manis berkisar antara 200-4000 m2. Umumnya

petani memiliki lahan sendiri, sebagai pemilik dan penggarap. Petani

menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing atau kotoran

ayam serta pupuk buatan seperti urea, TSP, dan KCL sebagai pupuk dasar.

Seluruh petani contoh tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit

secara kimiawi dengan pestisida, karena dianggap biaya pengendalian ini cukup

mahal. Selain itu, hama dan penyakit dianggap tidak merugikan dan tidak perlu

dikendalikan dengan pestisida. Satu petani contoh, yaitu di lahan Benteng 4 tidak

melakukan pengendalian gulma.

Petani biasanya melakukan rotasi tanaman jagung manis dengan tanaman

lain seperti padi, ubi jalar dan ubi kayu. Pola tanam yang dilakukan petani yang

lahannya diamati adalah monokultur dan tumpangsari dengan ubi jalar. Jagung

manis umumnya dipanen muda, yaitu pada umur 60-75 hari. Hasil panen dapat

langsung dijual di kebun, di pasar atau dijual kepada pedagang pengumpul.

Page 34: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

23

Sistem pola tumpangsari yang dilakukan sebagian petani bertujuan untuk

meminimalisir resiko jika terjadi penurunan harga jagung manis dan untuk

kesinambungan pendapatan dari tanaman yang ditumpangsarikan dengan jagung.

Hama

Hama yang ditemukan di lahan pengamatan adalah penggerek batang

(Ostrinia furnacalis Guenee.), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera

Hubner.), belalang (Oxya spp.), kutu daun (Rhopalosiphum maidis Fitch.), dan

ditemukan juga gejala serangan tikus.

Berdasarkan hasil pengamatan mingguan yang dilakukan sejak 2 MST di

lahan Benteng 5, serangan O. furnacalis ditemukan pada pengamatan kelima saat

tanaman berumur 6 MST sedangkan serangan H. armigera ditemukan pada

tongkol jagung pada pengamatan keenam (7 MST) (Tabel 2). Serangan O.

furnacalis mulai ditemukan dengan persentase serangan sebesar 8% dan terus

meningkat hingga mencapai 14.0% pada 9 dan 10 MST. Serangan H. armigera

mulai ditemukan dengan persentase serangan sebesar 2.0% dan terus meningkat

pada pengamatan selanjutnya hingga 6.0%. Tingkat serangan kedua hama ini

sangat rendah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain yaitu

tingginya curah hujan sehingga kelembaban lingkungan menjadi tinggi. Kondisi

seperti ini tidak sesuai bagi perkembangan kedua hama ini. Menurut Kalshoven

(1981) kelembaban lingkungan yang rendah dan suhu yang hangat merupakan

kondisi yang ideal bagi perkembangan kedua hama ini.

Tabel 2 Perkembangan serangan O. furnacalis dan H. armigera pada lahan pengamatan mingguan

Umur tanaman *) O. furnacalis (%) H. armigera (%) 2 MST 0.0 0.0 3 MST 0.0 0.0 4 MST 0.0 0.0 5 MST 0.0 0.0 6 MST 8.0 0.0 7 MST 10.0 2.0 8 MST 10.0 6.0 9 MST 14.0 6.0

10 MST 14.0 6.0 *) minggu setelah tanam

Page 35: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

24

Hasil pengamatan pada 9 lahan dengan dua macam pola tanam, yaitu

monokultur dan tumpang sari yang dilakukan ketika tanaman berumur 7, 8 dan 9

MST, menunjukkan bahwa serangan O. furnacalis dan H. armigera sangat

beragam menurut lahan dan waktu pengamatan (Tabel 3).

Tabel 3 Persentase serangan O. furnacalis dan H. armigera di sembilan lahan pengamatan

Lahan pengamatan

Pola Tanam

O. furnacalis (%) H. armigera (%) 7

MST *) 8

MST 9

MST7

MST 8

MST 9

MSTBenteng 1 Monokultur 6.0 14.0 18.0 8.0 8.0 8.0

Benteng 2 Monokultur 2.0 6.0 8.0 4.0 4.0 8.0

Benteng 3 Monokultur 0.0 0.0 0.0 2.0 2.0 4.0

Benteng 4 Monokultur 2.0 2.0 4.0 6.0 10.0 12.0

Benteng 5 Monokultur 10.0 10.0 14.0 2.0 6.0 6.0

rata-rata 4.0 6.4 8.8 4.4 6.0 7.6

Cibanteng 1 Tumpangsari 10.0 18.0 24.0 6.0 6.0 10.0

Cibanteng 2 Tumpangsari 10.0 14.0 16.0 4.0 4.0 6.0

Cibanteng 3 Tumpangsari 6.0 10.0 14.0 4.0 6.0 8.0

Cibanteng 4 Tumpangsari 4.0 6.0 8.0 6.0 6.0 8.0

Cibanteng 5 Tumpangsari 6.0 8.0 8.0 6.0 8.0 8.0

rata-rata 7.2 11.2 14.0 5.2 6.0 8.0

Nagrog 1 Tumpangsari 14.0 18.0 20.0 12.0 14.0 14.0

Nagrog 2 Tumpangsari 2.0 8.0 12.0 8.0 8.0 10.0

Nagrog 3 Tumpangsari 10.0 16.0 22.0 10.0 12.0 14.0

Nagrog 4 Tumpangsari 4.0 8.0 12.0 6.0 8.0 8.0

Nagrog 5 Tumpangsari 6.0 10.0 12.0 4.0 6.0 6.0

rata-rata 7.2 12.0 15.6 8.0 9.6 10.4

*) minggu setelah tanam

Penggerek Batang Jagung (O. furnacalis)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata serangan O. furnacalis

cukup beragam menurut tempat dan waktu pengamatan. Gejala serangan hama ini

ditemukan pada daun-daun teratas sehingga daun menjadi berlubang (Gambar 1d).

Page 36: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

25

Selanjutnya gejala serangan hama ini ditemukan pada bagian batang tanaman

berupa lubang gerek yang disertai kotoran di sekitar lubang (Gambar 1b). Hasil

identifikasi, larva yang ditemukan pada batang jagung manis berwarna kuning

kecoklatan dengan kepala berwarna hitam (Gambar 1a dan 1c).

a b

c d

Gambar 1 (a) larva pada batang jagung (b) gejala gerekan pada batang (c) larva O. furnacalis (d) gejala pada daun

Menurut Subandi et al. (1988) pada stadia pertumbuhan malai larva instar I

dan III akan makan daun muda yang masih menggulung dan pada permukaan

daun yang terlindung dari daun yang telah membuka sedangkan larva instar IV

dan VI mulai menggerek pada bagian buku dan masuk ke dalam lubang.

Serangan O. furnacalis di tiga desa baik monokultur maupun tumpangsari

sudah ditemukan pada pengamatan pertama (7 MST). Serangan O. furnacalis

berkisar antara 0 hingga 24.0% (Tabel 3). Di setiap desa pengamatan serangan

hama ini makin meningkat dengan makin bertambahnya umur tanaman. Di Desa

Benteng (monokultur) rata-rata serangan hama ini pada setiap pengamatan (7, 8, 9

MST) berturut-turut sekitar 4.0%, 6.4% dan 8.8%. Di Desa Cibanteng

Page 37: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

26

(tumpangsari) rata-rata serangan berturut-turut sekitar 7.2%, 11.2% dan 14.0%.

Di Desa Nagrog (tumpangsari) berturut-turut sekitar 7.2%, 12.0% dan 15.6%.

Rata-rata serangan hama tertinggi terdapat di Desa Nagrog (tumpangsari)

sedangkan terendah terdapat di Desa Benteng (monokultur). Pada lahan

pengamatan Benteng 3 serangan hama ini tidak ditemukan pada tanaman contoh

karena 52.0% tanaman jagung manis terkena penyakit bulai saat tanaman masih

muda sehingga imago penggerek batang ini tidak dapat meletakkan telur pada

tanaman jagung manis. Menurut Kalshoven (1981) puncak peletakan telur

penggerek batang terjadi pada stadia pembentukan malai sampai keluarnya bunga

jantan.

Di Desa Nagrog (tumpangsari) rata-rata serangan O. furnacalis tinggi

karena curah hujan lebih rendah dibandingkan saat pengamatan di Desa Benteng

(curah hujan tinggi), tanaman jagung memperoleh lebih banyak cahaya matahari

sehingga suhu menjadi hangat dan kelembaban lingkungan pertanaman lebih

rendah. Tanaman jagung manis tumbuh dengan baik sehingga penggerek batang

ini dapat meletakkan telur pada malai atau bunga jantan. Menurut Subandi et al.

(1988) kelompok telur yang diletakkan selama fase pembentukan bunga jantan

sampai rambut tongkol berwarna coklat, larvanya memberi kontribusi terbesar

terhadap kerusakan tanaman.

Penggerek batang ini sulit dikendalikan karena larvanya berada di dalam

batang. Petani beraggapan bahwa pengendalian tidak perlu dilakukan karena

populasi hama ini dianggap rendah dan tidak terlalu berpengaruh terhadap

produksi tongkol. Selain itu, biaya penggunaan pestisida dianggap terlalu mahal,

tidak sepadan dengan peningkatan hasil yang didapatkan. Menurut Pabbage et al.

(2007) aplikasi insektisida dianjurkan apabila telah ditemukan satu kelompok telur

per 30 tanaman. Menurut Kalshoven (1981) ambang batas pengendalian O.

furnacalis adalah jika pada satu tanaman terdapat 5-6 larva. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa jumlah larva yang ditemukan dalam satu tanaman terserang

tidak lebih dari satu larva (satu liang gerek). Kehilangan hasil jagung selain

dipengaruhi oleh padatnya populasi larva O. furnacalis juga ditentukan oleh umur

tanaman saat terserang. Kehilangan hasil terbesar dapat terjadi ketika serangan

tinggi pada fase reproduktif. Keberadaan hama pada lahan pengamatan tidak

Page 38: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

27

berpengaruh terhadap hasil produksi tongkol jagung manis karena jagung manis

ditanam pada musim hujan. Menurut Pabbage et al. (2007) waktu tanam yang

baik untuk menghindari serangan penggerek batang adalah pada awal musim

hujan dan paling lambat empat minggu sejak mulai musim hujan. Penggerek

batang jagung ini mempunyai lebih dari satu generasi dalam setahun karena

didukung oleh curah hujan yang memberikan pengaruh penting pada aktivitas

ngengat dan oviposisinya.

Serangan hama ini di setiap desa pada umur 7, 8, dan 9 MST baik pada

monokultur maupun tumpangsari tidak berbeda nyata (Lampiran 2). Hal ini

sesuai dengan yang di kemukakan oleh Nafus dan Schreiner (1991) bahwa

gerekan O. furnacalis pada batang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan

hasil tanaman jagung.

Ulat Tongkol (H. armigera)

Hasil pengamatan pada tanaman jagung manis di tiga desa baik monokultur

maupun tumpangsari larva H. armigera ditemukan pada pengamatan pertama (7

MST). Larva H. armigera ditemukan pada rambut tongkol. Kerusakan yang

ditimbulkan akibat keberadaan hama ini yaitu tongkol jagung manis menjadi

rusak. Menurut Kalshoven (1981), larva instar 1 akan makan rambut tongkol dan

kemudian membuat lubang masuk ke tongkol (Gambar 2a). Menurut La Daha et

al. (1993) larva H. armigera memiliki kebiasaan makan secara berpindah dari satu

buah ke buah lainnya, sehingga jumlah buah yang dirusak selalu lebih banyak

daripada jumlah larva yang ada pada tanaman. Hasil identifikasi larva H.

armigera berwarna hijau dengan garis pada bagian dorsal berwarna hitam

(Gambar 2b).

a b

Gambar 2 (a) gejala penggerek tongkol (b) larva H. armigera

Page 39: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

28

Tingkat serangan hama H. armigera pada tiga desa pengamatan cukup

beragam menurut tempat dan waktu pengamatan. Tingkat serangan H. armigera

di tiga desa pengamatan makin tinggi dengan makin bertambahnya umur tanaman.

Desa Benteng (monokultur) merupakan desa yang paling rendah tingkat serangan

H. armigera nya yaitu berkisar antara 2.0-12.0% (Tabel 3). Tingkat serangan

tertinggi terdapat di Desa Nagrog (tumpangsari) berkisar antara 4.0-14.0%.

Tingginya serangan hama ini di Desa Nagrog (tumpangsari) dibandingkan dengan

di Desa Benteng (monokultur) disebabkan karena pada saat pengamatan (7, 8, 9

MST) curah hujan di Desa Nagrog lebih rendah, tanaman jagung mendapatkan

cahaya matahari dibandingkan dengan di Desa Benteng (curah hujan tinggi)

sehingga suhunya lebih hangat dan kelembabannya lebih rendah. Menurut

Kalshoven (1981) kelembaban lingkungan yang rendah dan suhu yang hangat

merupakan kondisi yang ideal bagi perkembangan larva H. armigera dan Sarwono

(2003) juga mengatakan periode perkembangan larva H. armigera sangat

bergantung pada suhu dan makannya.

Keberadaan hama ini di pertanaman jagung manis tidak dikendalikan oleh

petani karena tidak mempengaruhi produksi jagung manis. Menurut La Daha et

al. (1993) ambang tindakan pengendalian hama H. armigera adalah 0,1 ekor per

tanaman. Tindakan petani dengan tidak melakukan pengendalian dengan pestisida

merupakan keputusan yang benar, karena pada lahan pengamatan hama yang

ditemukan kurang dari 0,1 ekor per tanaman.

Berdasarkan uji-t (Lampiran 2) serangan H. armigera tidak menunjukan

adanya perbedaan nyata pada taraf kepercayaan 5% di semua desa baik yang

dibudidayakan secara monokultur maupun tumpangsari.

Belalang (Oxya sp.)

Belalang ini hanya ditemukan di lahan Benteng 1, tubuhnya berwarna hijau,

antenanya pendek, ujung abdomennya tumpul, mempunyai timpanum pada ruas

abdomen pertama, dan bagian dorsal tubuh belalang berwarna hitam (Gambar 3).

Berdasarkan ciri-ciri tersebut belalang ini diidentifikasi sebagai Oxya sp.

(Orthophtera : Acrididae). Belalang ini baik nimfa maupun imagonya memakan

daun jagung manis. Gejala yang ditimbulkan yaitu gerigitan pada bagian tepi

daun.

Page 40: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

29

Gambar 3 Belalang Oxya sp.

Kutu daun (R. maidis)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada umumnya koloni kutu daun

terdapat pada kelobot jagung (Gambar 4a). Hama ini ditemukan pada lahan

Benteng 4 dan bukan pada tanaman contoh. Berdasarkan warna dan

morfologinya, kutu daun yang ditemukan adalah R. maidis (Gambar 4b). Menurut

Kalshoven (1981) R. maidis muncul setelah 4-5 minggu setelah musim hujan dan

membentuk koloni yang besar pada daun namun setelah 2 bulan populasi kutu

daun ini menurun. Serangga ini lebih cocok pada kondisi suhu yang hangat dan

kelembaban yang rendah.

Keberadaan hama ini mungkin berhubungan dengan banyaknya gulma yang

tidak dikendalikan. Gejala akibat serangan kutu daun ini berupa bercak-bercak

kecil pada kelobot. Kutu daun menghasilkan embun madu yang dikeluarkan

melalui sersinya yang merupakan nutrisi bagi cendawan penyebab penyakit

embun jelaga. Gejala yang ditimbulkan tidak berpengaruh terhadap produksi

tongkol walaupun hampir menutupi sebagian kelobot jagung karena hanya

menyerang beberapa lapis kelobot saja.

a b

Gambar 4 Gejala pada kelobot jagung (a) R. maidis (b)

Page 41: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

30

Tikus (Rattus argentiventer)

Gejala serangan tikus ditemukan di lahan Benteng 4. Tikus menyerang

tanaman jagung manis pada fase generatif atau fase pengisian tongkol, sehingga

tongkol mengalami kerusakan (Gambar 5). Tikus memakan biji jagung mulai dari

ujung sampai bagian tengah tongkol. Gejala serangan tikus ini ditemukan hanya

pada satu tanaman dan bukan pada tanaman contoh. Keberadaan hama tikus di

lahan ini disebabkan banyaknya gulma yang tidak dikendalikan.

Gambar 5 Gejala serangan tikus pada tongkol jagung

Penyakit

Penyakit yang ditemukan selama penelitian didominasi oleh penyakit hawar

daun (Helminthosporium turcicum Pass.), penyakit karat (Puccinia sorghi

Schwein.) dan penyakit bulai (Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw.). Selain

itu, ditemukan juga penyakit lain seperti hawar yang disebabkan Curvularia sp.

dan Rhizoctonia solani Kuhn. pada satu lahan pengamatan di Desa Benteng.

Berdasarkan hasil pengamatan mingguan yang dilakukan sejak 2 MST di

lahan Benteng 5, awal kemunculan penyakit bulai, hawar daun dan karat tidak

menunjukkan adanya perbedaan, semuanya mulai muncul pada 3 MST, kemudian

terus meningkat dengan laju yang relatif berbeda antar jenis penyakit (Tabel 4).

Penyakit bulai mulai tampak dengan intensitas 10.0% dan tidak mengalami

peningkatan lagi. Penyakit karat mulai muncul dengan intesitas yang sangat

rendah (1.0%) kemudian meningkat terus hingga 9 MST yang mencapai intensitas

10.4%. Sementara itu penyakit hawar daun mulai muncul dengan intensitas yang

Page 42: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

31

juga sangat rendah (0.6%) kemudian meningkat hingga pada 9 MST dengan

intesitas mencapai 7.5%.

Tabel 4 Perkembangan intensitas penyakit hawar, karat dan bulai pada lahan mingguan

Umur Tanaman *)

Hawar Karat Bulai Intensitas (%) Intensitas (%) Iintensitas (%)

2 MST 0.0 0.0 0.0 3 MST 0.6 1.0 10.0 4 MST 1.1 1.9 10.0 5 MST 1.7 3.0 10.0 6 MST 2.1 3.1 10.0 7 MST 3.1 6.2 10.0 8 MST 4.9 9.0 10.0 9 MST 7.5 10.4 10.0 10 MST 7.5 10.4 10.0

*) minggu setelah tanam

Hasil pengamatan pada 9 lahan dengan dua macam pola tanam yaitu

monokultur dan tumpangsari yang dilakukan ketika tanaman berumur 7, 8 dan 9

MST, menunjukkan bahwa baik intensitas penyakit hawar daun, penyakit karat

maupun penyakit bulai dapat dikatakan sangat beragam menurut lahan dan waktu

pengamatan (Lampiran 3). Namun, berdasarkan hasil uji–t, antar desa atau antar

pola tanam yang berbeda tidak menunjukkan adanya perbedaan kecuali pada Desa

Cibanteng dan Nagrog pada umur tanaman 7 MST intensitas penyakit karat

berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5% (Lampiran 4). Intensitas kumulatif tiga

jenis penyakit ini cukup tinggi karena jagung manis ditanam ketika musim hujan.

Sangat diyakini peran ketiga jenis penyakit ini dalam penurunan produksi tongkol

cukup signifikan.

Penyakit hawar daun (H. turcicum)

Penyakit hawar daun ditemukan di semua lahan pengamatan berupa bercak

nekrotik kering yang meluas (hawar) berwarna coklat (Gambar 6a). Penyakit

hawar daun ini disebabkan oleh H. turcicum yang mempunyai konidium lurus

atau agak melengkung, jorong atau berbentuk gada terbalik, pucat atau berwarna

coklat jerami, dan mempunyai 4-9 sekat (Gambar 6b).

Penyakit hawar terlihat sejak tanaman berumur 7 MST. Intensitas penyakit

hawar daun berkisar antara 5.2 hingga 42.8%. Intensitas penyakit hawar yang

Page 43: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

32

ekstrim tinggi (42.8%) yang terjadi pada lahan Benteng 4 diduga berkaitan erat

dengan kondisi sanitasi gulma yang tidak dilakukan sehingga mengakibatkan

kelembaban mikro menjadi sangat tinggi dan cocok bagi perkembangan penyakit

hawar daun ini. Intensitas penyakit setinggi ini memiliki kontribusi yang sangat

tinggi dalam penurunan produksi tongkol. Bersama-sama dua jenis penyakit

lainnya yaitu penyakit bulai dan karat di lahan Benteng 4 serta sanitasi dan

kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan ketiga penyakit tersebut

kehilangan hasil panen mencapai 40.0%. Walaupun tidak setinggi pada lahan

Benteng 4, pada lahan-lahan lainnya intensitas penyakit ini relatif tinggi yaitu

berkisar antara 8.0 hingga 19.6%, dan diduga mempunyai kontribusi dalam

rendahnya tingkat produksi tongkol jagung manis. Relatif tingginya intensitas

penyakit hawar daun ini berkaitan dengan musim tanam yang jatuh pada musim

hujan. Penyakit hawar daun pada jagung berkembang baik dalam kondisi curah

hujan yang tinggi, suhu yang relatif rendah dan intensitas penyinaran matahari

yang kurang (Sudjono 1989 dalam Subandi et al. 1988). Produktivitas tanaman

jagung manis secara signifikan dipengaruhi tingkat kerusakan tanaman oleh

penyakit hawar. Pada musim hujan umumnya serangan terjadi sangat berat, bisa

mencapai 50-70% atau lebih terutama ditempat dengan elevasi yang tinggi lebih

dari 500 m dpl (Adnan 2008).

a b Gambar 6 Gejala hawar daun (a) H. turcicum (b)

Penyakit Karat (P. sorghi)

Gejala penyakit karat ditemukan pada semua lahan yang diamati, yaitu

berupa bintik-bintik karat kecil berwarna merah kecoklatan yang tampak jelas

baik dari permukaan atas maupun permukaan bawah daun (Gambar 7a). Penyakit

Page 44: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

33

karat yang ditemukan disebabkan oleh P. sorghi yang mempunyai urediospora

berbentuk bulat atau agak lonjong berwarna coklat (Gambar 7b).

Gejala penyakit ini mulai terlihat pada 7 MST dengan intensitas berkisar

antara 9.2 hingga 22.0% kemudian terus meningkat pada 9 MST dengan intensitas

berkisar antara 12.3 hingga 29.6%. Seperti halnya pada penyakit hawar daun,

penyakit karat tertinggi pada lahan Benteng 4, disebabkan oleh kurangnya sanitasi

gulma di lahan tersebut yang mengakibatkan kondisi lingkungan terutama

kelembaban mikro sangat cocok bagi perkembangan penyakit karat, sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Subandi et al. (1988) bahwa penyakit karat berkembang

baik jika suhu udara rendah dan kelembaban lingkungan tinggi. Walaupun

menurut Semangun (2004) penyakit karat pada tanaman jagung dirasa kurang

merugikan dan sampai sekarang belum ada usaha yang khusus untuk

pengendaliannya. Namun bersama-sama dengan penyakit lainnya, diduga

memiliki kontribusi dalam penurunan produktivitas tanaman jagung.

a b

Gambar 7 Gejala pada permukaan daun (a) P. sorghi (b)

Penyakit Bulai (P. maydis)

Penyakit bulai ditemukan di semua lahan pengamatan dengan gejala khas

pada daun tanaman jagung manis yang masih muda, yaitu daun berwarna kuning

keputih-putihan disebut bulai (Gambar 8a). Selain itu, pada daun yang agak tua

terdapat bercak klorotik membentuk jalur yang sejajar dengan tulang daun

(Gambar 8b) .

Page 45: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

34

a b

Gambar 8 Gejala bulai pada tanaman muda (a) gejala pada daun tua (b)

Penyakit ini ditemukan sejak pengamatan pertama (7 MST) namun tidak

mengalami peningkatan hingga pengamatan terakhir (9 MST). Intensitas penyakit

ini cukup bervariasi antar lahan yang diamati, yaitu berkisar antara 8.0 hingga

52.0% (Lampiran 3). Ekstrim tertinggi (52.0%) terjadi hanya di lahan Benteng 3

diduga berkaitan erat dengan varietas yang ditanam di lahan itu, yaitu varietas

hawai kulit lunak yang menurut kebanyakan petani varietas tersebut tergolong

sangat rentan terhadap penyakit bulai. Penyakit bulai yang terdapat pada lahan

pengamatan di Desa Benteng sebagian besar terjadi pada tanaman stadium muda,

yang mengakibatkan tanaman tidak berkembang dan tidak menghasilkan tongkol.

Menurut Semangun (2004), tanaman yang terinfeksi pada waktu masih muda

biasanya tidak membentuk buah. Gejala penyakit bulai pada tanaman muda dapat

terjadi secara sistemik pada seluruh bagian tanaman dan pada tanaman yang agak

tua dapat berupa bercak-bercak klorotik lokal (White 1999).

Pengendalian yang dilakukan oleh petani hanya sebatas pencabutan tanaman

yang terserang. Menurut petani, kehilangan hasil akibat penyakit bulai dapat

mencapai 90% lebih bila terjadi sejak tanaman masih muda. Tanpa adanya

penyakit bulai hasil panen jagung manis, biasanya mencapai 10 ton/ha tetapi

dengan intensitas penyakit bulai yang tinggi, petani hanya memperoleh hasil

panen sebesar 400 kg/ha, 4% dari produksi optimal atau menurun 96%. Menurut

Semangun (2004) kerugian akibat penyakit bulai dapat mencapai 100%.

Pada umumnya petani menanam jagung pada bulan September dan Oktober

bertepatan dengan musim penghujan. Menurut Van Hail (1919 dalam Subandi et

al. 1988) penyakit lebih banyak terdapat pada tanaman jagung ketika musim

hujan. Menurut White (1999) air gutasi sangat membantu perkecambahan spora

Page 46: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

35

dan infeksi hanya terjadi jika ada air bebas, baik air embun, air hujan maupun air

gutasi. Selain itu, penyakit bulai lebih banyak terdapat pada tanaman jagung

manis yang tumbuh di tanah berat. Jagung manis yang tumbuh di tanah banyak

mengandung bahan organik akan tumbuh dengan baik dan kurang mendapat

gangguan penyakit bulai.

Penyakit Hawar (Curvularia sp.)

Gejala serangan cendawan ini ditemukan pada lahan pengamatan Benteng 4,

yaitu adanya hawar daun berwarna coklat tidak beraturan yang menyebabkan

seluruh helai daun terserang menjadi kering. Gejala serangan cendawan ini mula-

mula berupa bercak tidak beraturan pada tepi daun yang lama-kelamaan akan

meluas kebagian pangkal daun dengan pusat bercak berwarna keputih-keputihan

dan bagian tepinya berwarna coklat tua (Gambar 10a), hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh White (1999) .

a b

Gambar 10 Gejala hawar pada daun (a) Curvularia sp. (b)

Penyakit ini disebabkan oleh Curvularia sp. Cendawan ini membentuk

konidia berwarna coklat jerami fusiform atau agak melengkung dan memiliki tiga

sampai lima septa, dengan salah satu pusat sel yang lebih besar dan gelap

(Gambar 10b). Hawar yang disebabkan oleh Curvularia sp. dengan hawar yang

disebabkan H. turcicum sulit dibedakan karena gejala keduanya seringkali

menyatu. Gejala ini ditemukan bukan pada tanaman contoh yang diamati.

Penyakit Hawar (R. solani)

Berdasarkan hasil pengamatan penyakit hawar yang disebabkan R. solani

hanya ditemukan di lahan pengamatan Benteng 4. Cendawan ini ditemukan

menyerang pelepah daun (Gambar 11a), dan kelobot (Gambar 11c). Patogen ini

Page 47: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

36

memiliki miselium hialin tidak membentuk spora aseksual atau konidia (Bernett

1999). Ciri khusus cendawan ini adalah membentuk miselium dengan

percabangan yang tegak lurus (Gambar 1b). Gejala lebih lanjut pada kelobot

dapat menyebabkan tongkol busuk sehingga jika serangan patogen ini tinggi dapat

mempengaruhi kualitas tongkol (Gambar 11d).

a b

c d

Gambar 11 Gejala hawar pada pelepah daun (a) miselium R. solani (b) gejala pada tongkol jagung (c dan d)

Analisis Usaha Tani

Sistem pola tanam yang dilakukan petani di tiga desa tersebut adalah

monokultur dan tumpangsari. Jagung manis ditumpangsarikan dengan ubi jalar.

Hal itu dilakukan karena tanaman tumpangsari seperti ubi jalar memiliki nilai jual

yang cukup tinggi berkisar Rp 1.500,00 sampai Rp 2.000,00 per kg. Harga jual

jagung manis ditingkat petani responden di sawah berkisar Rp 1.000,00 sampai

Rp 2.000,00 per kg jauh berbeda dengan harga jual pedagang pengecer di pasar

tradisional sebesar Rp 4.000,00 sampai Rp 4.500,00 per kg. Meskipun demikian

para petani tetap mendapatkan keuntungan walaupun sedikit. Masalah petani di

ketiga desa tersebut pada umumnya mengenai fluktuasi harga jual petani yang

Page 48: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

37

sangat jauh. Fluktuasi harga jual jagung manis ditingkat petani menyebabkan

pendapatan yang diterima para petani menjadi rendah dan tidak stabil.

Pada tabel 5 dan 6 dapat dilihat R/C rasio pada pola tumpangsari lebih besar

dibandingkan dengan pola monokultur. R/C rasio pada pola tumpangsari antara

3,15-6,47. R/C rasio tertinggi terdapat pada lahan pengamatan Cibanteng 5

sebesar 6,47 yang artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan maka

petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 6,47. R/C rasio pada

pola monokultur antara 0,13-3,52. R/C rasio tertinggi terdapat pada lahan

pengamatan Benteng 5 sebesar 3,52 yang artinya untuk setiap rupiah biaya total

yang dikeluarkan maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp

3,52.

Tabel 5 Analisis usahatani dengan pola tumpangsari

Lahan pengamatan

Cara budidaya

Penerimaan (Rp)

Biaya total (Rp)

Pendapatan (Rp)

R/C ratio

Cibanteng 1 Tumpangsari 720.000 230.500 489.500 3.12

Cibanteng 2 Tumpangsari 1.170.000 241.500 928.500 4.84

Cibanteng 3 Tumpangsari 2.350.000 651.000 1.699.000 3.60

Cibanteng 4 Tumpangsari 1.700.000 338.000 1.362.000 5.02

Cibanteng 5 Tumpangsari 1.500.000 231.500 1.268.500 6.47

Nagrog 1 Tumpangsari 4.100.000 796.000 3.304.000 5.15

Nagrog 2 Tumpangsari 835.000 241.500 593.500 3.45

Nagrog 3 Tumpangsari 1.735.000 462.000 1.273.000 3.75

Nagrog 4 Tumpangsari 5.545.000 1.299.000 4.246.000 4.26

Nagrog 5 Tumpangsari 1.075.000 244.000 831.000 4.40

Tabel 6 Analisis usahatani dengan pola monokultur

Lahan pengamatan

Cara budidaya

Penerimaan (Rp)

Biaya total (Rp)

Pendapatan (Rp)

R/C ratio

Benteng 1 Monokultur 1.220.000 750.000 470.000 1.62

Benteng 2 Monokultur 1.815.000 1.320.000 495.000 1.38

Benteng 3 Monokultur 225.000 1.657.000 -1.432.000 0.13

Benteng 4 Monokultur 1.200.000 670.000 530.000 1.79

Benteng 5 *) Monokultur 5.200.000 1.475.000 3.725.000 3.52

*) lahan pengamatan mingguan

Page 49: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

38

Besarnya nilai R/C rasio pada pola tumpangsari disebabkan oleh

banyaknya jumlah produksi dan tingginya harga jual tanaman tumpangsari (ubi

jalar) yang dihasilkan petani. Selain itu, penggunaan biaya produksi yang tidak

terlalu besar menyebabkan nilai R/C rasio yang diterima petani cukup besar.

petani tidak membeli bibit ubi jalar karena biasanya petani mendapatkan bibit ubi

jalar dari petani lain atau biasanya mendapatkan dari pedagang pengumpul dengan

syarat petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul tersebut.

Petani tidak mengeluarkan biaya pemupukan. pengolahan tanah dan biaya

pestisida pada saat menanam ubi jalar. Menurut Gomez (1983 dalam Nugroho

1986) sistem pola tanam tumpangsari merupakan salah satu budidaya yang tidak

hanya menguntungkan petani dari segi pendapatan total tetapi dapat pula

memberikan jaminan produksi terhadap pengaruh iklim yang kurang

menguntungkan.

Page 50: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

KESIMPULAN

Kesimpulan

Pada tanaman jagung manis di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog yang

diteliti terdapat beberapa jenis hama dan penyakit yang beberapa di antaranya

berpotensi menurunkan produktivitas tanaman. Hama didominasi oleh O.

furnacalis dan H. armigera sedangkan penyakit didominasi oleh penyakit bulai

(Peronosclerospora maydis), karat (Puccinia sorghi), dan hawar daun

(Helminthosporium turcicum). Keberadaan hama pada lahan penelitian oleh

petani dianggap tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman. Sementara itu,

penyakit yang berperan dalam penurunan produksi adalah penyakit bulai yang

dapat menurunkan hasil panen hingga 90% lebih. Budidaya jagung manis

dengan pola tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola

monokultur.

Page 51: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

DAFTAR PUSTAKA

Adnan AM. 2008. Pengaruh penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum Pass.) terhadap kehilangan hasil tanaman jagung manis. Tidak dipublikasikan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, IPB.

Agrios GN. 1997. Plant pathology. Edisi ke-4. New York: Academic Press.

Anonim. 1999. Sweet Corn-baby Corn. Bogor: Penebar Swadaya.

Bernett HL, Hunter BB. 1999. Ilustrated Genera of Imperfect Fungi. 4th edition. Minesota: APS Press.

Bilman WS. 2001. Analisis pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays saccarata Sturt.), pergeseran komposisi gulma pada beberapa jarak tanam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 3(1): 25-30.

[CPC] Crop Protection Compendium. 2000. 2nd edition. Commenwealth Agricultural Bureaux [CAB].

Daha L, Rauf A, Sosromarsono S, Kartosuwondo U, Manuwoto S. 1998. Ekologi Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman tomat. Buletin Hama dan penyakit Tumbuhan 10(2): 10-16.

Direktorat Gizi, Depkes RI. 1979. Komposisi Buah Jagung Manis. Jakarta: Indonesia.

Hill D. 1983. Agricultural Insect Pests of the Tropics and Their Control. 2nd edition. Cambridge: Cambridge University Press.

http://en.forkus.com/d/gejala hama dan penyakit tanaman jagung.balitsereal.litbag.go.id.hta [20 Juni 2009].

http://en.forkus.com/d/gejala hama dan penyakit tanaman jagung.balitsereal.litbag.go.id.htm [20 Juni 2009].

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

M.S. Pabbage, A.M. Adnan, N. Nonci. 2007. Pengelolaan hama prapanen jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Jagung Maros.

Nafus DM dan Schreiner IH. 1991. Review of biology and control of the Asian Corn Borer, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera:Pyralidae). Trop Pest Manag 37: 41-56.

Nugroho HW. 1986. Stabilitas Produksi di dalam Budidaya Ubi Jalar dan Jagung Secara Tumpangsari. Laporan Proyek, Fakultas Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya.

Price PW. 1984. Insect Ecology. New York: J Wiley.

Rubatzky WK dan Yamaguchi M. 1995. Sayuran Dunia. Bandung: ITB.

Russell EP. 1989. Enemies hyphotesis. A review of the effect of vegetational diversity on predatory insect and parasitoids. Environ Entomol 18: 590-599.

Page 52: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

41

Sanjaya L. 1995. Kombinasi pemupukan urea, TSP, dan KCL, terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis SD II. Horticultura 5(2): 74-78.

Sarwono B, Pikukuh R, E Korlina dan Jumadi. 2003. Serangan ulat penggerek tongkol Helicoverpa armigera pada beberapa galur jagung. Agrosian 5(2).

Semangun H. 1968. Penyakit Bulai (Sclerospora maydis) pada Jagung, Khususnya Mengenai Cara Bertahannya Cendawan. Yogyakarta: UGM Press.

Semangun H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press.

Subandi, Syam M, Widjono A. 1988. Jagung. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Sudana W, Swastika DKS, Soerachman. 2002. Profitabilitas dan peluang pengembangan jagung di Provinsi Lampung. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 5: 40-53.

Suwarto, Setiawan A, Septariasari D. 2006. Pertumbuhan dan hasil dua klon ubijalar dalam tumpangsari dengan jagung. Buletin Agronomi 34(2): 87-92.

Tampubolon BH. 2004. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan Calopogonium caeruleum Hemsl. disertai pemupukan nitrogen. Buletin Agronomi 32(1): 13-19.

Thompson HC dan Kelly WC. 1957. Vegetable Crops. 5th edition. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Wawan, Sabiham S, Idris K, Djajakirana G, Anwar S. 2007. Keselarasan penyediaan nitrogen dari pupuk hijau dan urea dengan pertumbuhan jagung pada inceptisol Darmaga. Buletin Agronomi 35(3): 161-167.

White DG. 1999. Compendium of Corn Diseases. 3th ed. USA: APS Press.

W. Wakman dan Burhanuddin. 2005. Pengelolaan penyakit prapanen jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Page 53: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

Lampiran

Page 54: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

43

Lampiran 1 Daftar pertanyaan praktek budidaya. sikap dan tindakan pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung manis

No. Daftar pertanyaan

1 Karakteristik petani

Nama

Umur

Pendidikan tertinggi

Pekerjaan utama

Pengalaman berusahatani jagung manis

Luas lahan jagung manis yang diusahakan

Status kepemilikan lahan

2 Budidaya jagung manis

Varietas jagung manis yang ditanam

Asal bibit

Jarak tanam jagung manis

Pola tanam

Rotasi tanaman

Penggunaan pupuk kandang. dosis/ha

Penggunaan pupuk anorganik. dosisi/ha

Pengendalian OPT

Hama dan penyakit yang biasa ditemukan

3 Pemanenan

Umur panen

Hasil panen

Pemasaran hasil panen

Kesulitan pemasaran

Biaya produksi

Penerimaan petani

Pendapatan petani

Page 55: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

44

Lampiran 2 Uji-t serangan O. furnacalis dan H. armigera di tiga desa pengamatan

Umur tanaman*) Lahan pengamatan Pola tanam O. furnacalis H. armigera Rataan ± Stdev P-value Rataan ± Stdev P-value

7 MST

Desa Benteng

Desa Cibanteng

Monolultur

Tumpangsari

4,00 ± 4,00

7,20 ± 2,68 0,18

4,40 ± 2,61

5,00 ± 1,10 0,55

Desa Benteng

Desa nagrog

Monokultur

Tumpangsari

4,00 ± 4,00

7,20 ± 4,82 0,29

4,40 ± 2,61

8,00 ± 2,83 0,09

Desa Cibanteng

Desa Nagrog

Tumpangsari

Tumpangsari

7,20 ± 2,68

7,20 ± 4,82 1,00

5,20 ± 1,10

8,00 ± 2,83 0,06

8 MST

Desa Benteng

Desa Cibanteng

Monolultur

Tumpngsari

6,40 ± 5,73

11,20 ± 4,82 0,19

6,00 ± 3,16

6,00 ± 1,41 1,00

Desa Benteng

Desa nagrog

Monokultur

Tumpangsari

6,40 ± 5,73

12,00 ± 4,69 0,13

6,00 ± 3,16

9,60 ± 3,29 0,12

Desa Cibanteng

Desa Nagrog

Tumpangsari

Tumpangsari

11,20 ± 4,82

12,00 ± 4,69 0,79

6,00 ± 1,41

9,60 ± 3,29 0,07

9 MST

Desa Benteng

Desa Cibanteng

Monolultur

Tumpngsari

8,80 ± 7,29

14,00 ± 6,63 0,27

7,60 ± 2,97

8,00 ± 3,58 0,79

Desa Benteng

Desa nagrog

Monokultur

Tumpangsari

8,80 ± 7,29

15,60 ± 4,98 0,12

7,60 ± 2,97

10,40 ± 3,58 0,22

Desa Cibanteng

Desa Nagrog

Tumpangsari

Tumpangsari

14,00 ± 6,,63

15,00 ± 4,98 0,67

8,00 ± 1,41

10,40 ± 3,58 0,22

*) minggu setelah tanam

Page 56: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

45

Lampiran 3 Intensitas penyakit hawar, karat, dan bulai pada pertanaman jagung manis di tiga desa pengamatan Lahan pengamatan

Pola Tanam

Intensitas penyakit hawar (%)

Intensitas penyakit karat (%)

Intensitas Penyakit bulai (%)

7 MST 8 MST 9 MST 7 MST 8 MST 9 MST 7 MST *) 8 MST 9 MST Benteng 1 Monokultur 5.2 6 8 9.2 11.2 13.2 14 14 14

Benteng 2 Monokultur 7.6 10.4 10.8 11.2 12 14.4 8 8 8

Benteng 3 Monokultur 5.2 6 8.8 9.2 11.6 15.2 52 52 52

Benteng 4 Monokultur 28 27.6 42.8 22 27 29.6 12 12 12

Benteng 5 Monokultur 3.1 4.95 7.5 6.2 9.0 10.4 10 10 10

rata-rata 11.5 12.5 17.6 12.9 15.45 18.1 21.5 21.5 21.5

Cibanteng 1 Tumpangsari 10.8 12.8 15.2 16.8 17.6 21.6 14 14 14

Cibanteng 2 Tumpangsari 14 16.8 19.6 14.8 16.4 18.4 10 10 10

Cibanteng 3 Tumpangsari 10.8 12.4 13.6 12.8 14.8 16.4 16 16 16

Cibanteng 4 Tumpangsari 9.6 11.2 12.8 14 15.6 16.4 8 8 8

Cibanteng 5 Tumpangsari 12.4 15.6 18 11.2 12.4 14.4 14 14 14

rata-rata 11.52 13.76 15.84 13.92 15.36 17.44 12.4 12.4 12.4

Nagrog 1 Tumpangsari 13.2 15.5 16.4 10.8 11.6 13.2 18 18 18

Nagrog 2 Tumpangsari 13.2 14.8 16 10.4 12 12.8 10 10 10

Nagrog 3 Tumpangsari 10.4 12.4 12.8 9.2 10.8 11.6 12 12 12

Nagrog 4 Tumpangsari 13.6 16.8 17.2 11.6 14 14.4 16 16 16

Nagrog 5 Tumpangsari 15.2 15.6 16.8 10.8 12.8 13.2 12 12 12

rata-rata 13.12 15.02 15.84 10.56 12.24 13.04 13.6 13.6 13.6

*) minggu setelah ditanam

Page 57: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

46

Lampiran 4 Uji-t rataan intensitas penyakit karat dan hawar pada tanaman jagung manis di tiga desa pengamatan

Umur Tanaman *)

Lahan pengamatan Pola tanam

Intensitas Penyakit hawar

Intensitas penyakit karat

Intensitas penyakit bulai (%)

Rataan ± Stdev P-value Rataan ± Stdev P-value Rataan ± Stdev P-value

7 MST

Desa Benteng

Desa Cibanteng

Monolultur

Tumpngsari

9.80±10.30

11.52±1.71 0.73

11.56 ± 6.10

13.92 ± 2.11 0.46

19.20 ± 18.50

12.40 ± 3.29 0.46

Desa Benteng

Desa nagrog

Monokultur

Tumpangsari

9.80±10.30

13.12 ± 1.73 0.51

11.56 ± 6.10

10.56 ± 0.87 0.73

19.20 ± 18.50

13.60 ± 3.29 0.51

Desa Cibanteng

Desa Nagrog

Tumpangsari

Tumpangsari

11.52±1.71

13.12 ± 1.73 0.10

13.92 ± 2.11

10.56 ± 0.87 0.02

12.40± 3.29

13.60 ± 3.29 0.58

8 MST

Desa Benteng

Desa Cibanteng

Monolultur

Tumpngsari

10.99±9.52

13.76±2.34 0.56

14.16 ± 7.27

15.36 ± 1.95 0.74

19.20 ± 18.50

12.40 ± 3.29 0.46

Desa Benteng

Desa Nagrog

Monokultur

Tumpangsari

10.99±9.52

15.02 ± 4.24 0.40

14.16 ± 7.27

12.24 ± 1.22 0.66

19.20 ± 18.50

13.60 ± 3.29 0.51

Desa Cibanteng

Desa Nagrog

Tumpangsari

Tumpangsari

13.76±2.34

16.02±1.63 0.39

15.36 ± 1.95

12.24 ± 1.22 0.59

12.40± 3.29

13.60 ± 3.29 0.58

9 MST

Desa Benteng

Desa Cibanteng

Monolultur

Tumpngsari

15.60±15.30

15.84±2.89 0.97

16.56 ± 7.51

17.44 ± 2.72 0.81

19.20 ± 18.50

12.40 ± 3.29 0.46

Desa Benteng

Desa nagrog

Monokultur

Tumpangsari

15.60±15.30

15.84±1.76 0.97

16.56 ± 7.51

13.04 ± 1.00 0.35

19.20 ± 18.50

13.60 ± 3.29 0.51

Desa Cibanteng

Desa Nagrog

Tumpangsari

Tumpangsari

15.84±11.10

15.84±4.24 0.62

17.44 ± 2.72

13.04 ± 1.00 0.19

12.40± 3.29

13.60 ± 3.29 0.58

*) minggu setelah ditanam

Page 58: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

47 Lampiran 5 Analisis usahatani jagung manis dengan pola monokultur dan

tumpangsari di tiga desa pengamatan

Lahan pengamatan C1 (300 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

295 kg 425 kg

1.0001.000

295.000850.000

Total 1.145.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

0.25 kg

- 7 karung

3 kg 1.5 kg 6 kg

-

2 orang 2 orang 1 orang 2 orang

50.0000

5.000 2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.000

12.5000

35.0006.0003.000

12.0000

50.00050.00012.00050.000

Total biaya tunai 230.5003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 230.5005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

914.500

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

914.500

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

4.96

8. R/C atas biaya total (1: 4)

4.96

Page 59: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

48

Lahan pengamatan C2 (300 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

320 kg 425 kg

1.0002000

320.000850.000

Total 1.170.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

0.25 kg

- 6 karung

3 kg 1.5 kg 6 kg 0.25

2 orang 2 orang 2 orang 1 orang 2 orang

50.0000

5.000 2.000 2.000 2.00020.000

25.00025.00012.00025.00012.000

12.5000

30.0006.0003.000

12.0005.000

50.00050.00024.00025.00024.000

Total biaya tunai 241.5003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 241.5005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

928.500

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

928.500

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

4.84

8. R/C atas biaya total (1: 4)

4.84

Page 60: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

49

Lahan pengamatan C3 (1000 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

1.050 kg 1.300 kg

1.0001.000

1.050.0001.300.000

Total 2.350.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

1 kg

- 20 karung

15 kg 7.5 kg 30 kg

-

3 orang x 2 hari 3 orang 4 orang 3 orang 4 orang

50.0000

5.000 2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.00012.000

50.0000

100.00030.00015.00060.000

0

150.00075.00048.00075.00048.000

Total biaya tunai 651.000 3. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 651.000 5. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

1.699.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

1.699.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

3.60

8. R/C atas biaya total (1: 4)

3.60

Page 61: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

50

Lahan pengamatan C4 (500 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

500 kg 600 kg

1.0002.000

500.0001.200.000

Total 1.700.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih Ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

0.5 kg

- 10 karung

5 kg 2.5 kg 10 kg

0.25 kg

2 orang x 2 hari 2 orang 2 orang 1 orang 2 orang

50.0000

5.000 2.000 2.000 2.0005.000

25.00025.00012.00025.00012.000

25.0000

50.00010.0005.000

20.0005.000

100.00050.00024.00025.00024.000

Total biaya tunai 338.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 338.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

1.362.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

1.362.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

5.02

8. R/C atas biaya total (1: 4)

5.02

Page 62: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

51

Lahan pengamatan C5 (400 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

400 kg 550 kg

1.0002.000

400.0001.100.000

Total 1.500.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

0.5 kg

- 10 karung

5 kg 2.5 kg 10 kg

0.25 kg

1 orang x 2 hari 1 orang 1 orang

1 orang x ½ hari 1 orang

50.0000

5.000 2.000 2.000 2.0005.000

25.00025.00012.00017.50012.000

25.0000

50.00010.0005.000

20.0005.000

50.00025.00012.00017.50012.000

Total biaya tunai 231.5003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 231.5005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

1.268.500

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

1.268.500

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

6.47

8. R/C atas biaya total (1: 4)

6.47

Page 63: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

52

Lahan pengamatan B1 (1800 m2) Uraian Jumlah

(satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis

1.160 kg

(Tengkulak) 40 kg (eceran)

1.0001.500

1.160.00060.000

Total 1.220.0002. Biaya tunai Benih jagung Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan Penanaman Pemupukan

1 kg

30 karung 20 kg 10 kg 40 kg

-

3 orang x 2 hari 2 orang 5 orang 2 orang

50.000 5.000 2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.000

50.000150.00040.00020.00080.000

0

150.00050.00060.00050.000

Total biaya tunai 650.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

0.18 ha - 100.000

Total 100.0004. Total biaya (2+3) 750.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

570.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

470.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

1.87

8. R/C atas biaya total (1: 4)

1.62

Page 64: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

53

Lahan pengamatan B2 (2500 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah (Rp)

1. Penerimaan Jagung manis

1.770 kg

(tengkulak) 30 kg (eceran)

1.0001.500

1.770.00045.000

Total 1.815.0002. Biaya tunai Benih Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan Penanaman Pemupukan

1.5 kg

50 karung 30 kg 15 kg 60 kg

-

4 orang x 5 hari 2 orang 5 orang 2 orang

50.000 5.000 2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.000

75.000250.00060.00030.000

120.0000

500.00050.00060.00050.000

Total biaya tunai 1.195.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

0.25 ha - 125.000

Total 125.0004. Total biaya (2+3) 1.320.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

620.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

495.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

1.52

8. R/C atas biaya total (1: 4)

1.38

Page 65: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

54

Lahan pengamatan B3 (4000 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah (Rp)

1. Penerimaan Jagung manis

160 kg (tengkulak)

- 225.000

Total 225.0002. Biaya tunai Benih Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan Penanaman Pemupukan

4 kg

- 90 kg 45 kg 120 kg

-

3 orang x 10 hari 2 orang 6 orang 3 orang

50.000 -

2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.000

200.0000

180.00090.000

240.0000

750.00050.00072.00075.000

Total biaya tunai 1.657.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 1.657.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

-1.432.00

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

-1.432.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

0.13

8. R/C atas biaya total (1: 4)

0.13

Page 66: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

55

Lahan pengamatan B4 (2500 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah (Rp)

1. Penerimaan Jagung manis

1.200 kg 1.000 1.200.000

Total 1.200.0002. Biaya tunai Benih Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan Penanaman Pemupukan

2 kg

50 karung 30 kg 15 kg 60 kg

- - -

5 orang 2 orang

50.000 5.000 2.000 2.000 2.000

-

--

12.00025.000

100.000250.00060.00030.000

120.0000

00

60.00050.000

Total biaya tunai 670.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 670.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

530.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

530.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

1.79

8. R/C atas biaya total (1: 4)

1.79

Page 67: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

56

Lahan pengamatan B5 (2675 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah (Rp)

1. Penerimaan Jagung manis

2.600 kg 2.000 5.200.000

Total 5.200.0002. Biaya tunai Benih Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan Penanaman Pemupukan

2.5 kg

50 karung 50 kg 25 kg 100 kg

-

5 orang x 4 hari 3 orang 5 orang 2 orang

50.000 5.000 2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025000

125.000250.000100.00050.000

200.0000

500.00075.000

125.00050.000

Total biaya tunai 1.475.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 1.475.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

3.725.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

3.725.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

3.52

8. R/C atas biaya total (1: 4)

3.52

Page 68: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

57

Lahan pengamatan N1 (1000 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

1.100 kg 1.500 kg

1.0002.000

1.100.0003.000.000

Total 4.100.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

1 kg

9 pikul 20 karung

15 kg 8 kg 30 kg

-

4 orang x 2 hari 4 orang 5 orang 3 orang 5 orang

50.0005.000 5.000 2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.00012.000

50.00045.000

100.00030.00016.00060.000

0

200.000100.00060.00075.00060.000

Total biaya tunai 796.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 796.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

3.304.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

3.304.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

5.15

8. R/C atas biaya total (1: 4)

5.15

Page 69: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

58

Lahan pengamatan N2 (200 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

190 kg (tengkulak)

30 kg (eceran) 300 kg

1.0001.5002.000

190.00045.000

600.000 Total 835.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

0.25 kg 2 pikul

5 karung 3 kg

1.5 kg 6 kg

-

2 orang 2 orang 2 orang 1 orang 2 orang

50.0005.0005.000

2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.00012.000

12.50010.00025.0006.0003.000

12.0000

50.00050.00024.00025.00024.000

Total biaya tunai 241.5003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 241.5005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

593.500

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

593.500

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

3.45

8. R/C atas biaya total (1: 4)

3.45

Page 70: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

59

Lahan pengamatan N3 (500 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

450 kg (tengkulak)

30 kg (eceran) 620 kg

1.0001.5002.000

450.00045.000

1.240.000 Total 1.735.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

0.5 kg 5 pikul

10 karung 5 kg

2.5 kg 10 kg

0.25 kg

3 orang x 2 hari 2 orang 3 orang 2 orang 3 orang

50.0005.000

5.000 2.000 2.000 2.0005.000

25.00025.00012.00025.00012.000

25.00025.00050.00010.0005.000

20.0005.000

150.00050.00036.00050.00036.000

Total biaya tunai 462.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 462.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

1.273.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

1.273.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

3.75

8. R/C atas biaya total (1: 4)

3.75

Page 71: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

60

Lahan pengamatan N4 (1500 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

1.500 kg

(tengkulak) 30 kg (eceran)

2000 kg

1.0001.5002.000

1.500.00045.000

4.000.000

Total 5.545.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

1.5 kg

13 pikul 30 karung

20 kg 10 kg 40 kg

-

5 orang x 3 hari 5 orang 6 orang 4 orang 6 orang

50.0005.000

5.000 2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.00012.000

75.00065.000

150.00040.00020.00080.000

0

375.000125.00072.000

100.00072.000

Total biaya tunai 1.174.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

0.15 - 125.000

Total 125.0004. Total biaya (2+3) 1.299.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

4.371.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

4.246.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

4.72

8. R/C atas biaya total (1: 4)

4.26

Page 72: SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN … · dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Februari 2009, di

61

Lahan pengamatan N5 (250 m2) Uraian Jumlah (satuan) Harga

(Rp/satuan) Jumlah

(Rp) 1. Penerimaan Jagung manis Ubi jalar

200 kg (tengkulak)

50 kg (eceran) 400 kg

1.0001.5002.000

200.00075.000

800.000 Total 1.075.0002. Biaya tunai Benih jagung Benih ubi jalar Pupuk kandang Pupuk TSP Pupuk KCL Pupuk Urea Pestisida Upah tenaga kerja Pengolahan tanah Penyiangan ubi Tanam jagung Pemupukan Tanam ubi jalar

0.25 kg

2.5 pikul 5 karung

3 kg 1.5 kg 6 kg

-

2 orang 2 orang 2orang 1 orang 2 orang

50.0005.0005.000

2.000 2.000 2.000

-

25.00025.00012.00025.00012.000

12.50012.50025.0006.0003.000

12.0000

50.00050.00024.00025.00024.000

Total biaya tunai 244.0003. Biaya tidak tunai Sewa lahan

- - 0

Total 04. Total biaya (2+3) 244.0005. Pendapatan atas biaya tunai (1-2)

831.000

6. Pendapatan atas biaya total (1-4)

831.000

7. R/C atas biaya tunai (1: 2)

4.40

8. R/C atas biaya total (1: 4)

4.40