SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa

81
  

Transcript of SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 1/81

 

 

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 2/81

 

 

RAHASIA

TOMBAK DEWAOleh Barata

© Penerbit Wirautama, Jakarta

Cetakan Pertama

Dilarang mengutip, memproduksi

dalam bentuk apapun

tanpa ijin tertulis dari penerbit

Serial Suro Bodongdalam kisah Rahasia Tombak Dewa

Wirautama, 1991

128 Hal.; 12.18 Cm.; SB. 01.0191.50.7

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 3/81

 

 

1

Semua orang melihat kilatan cahaya merah dilangit yang gelap. Banyak yang berkumpul di alun-alun untuk melihat cahaya merah itu melesat dariarah Timur ke Barat. Tetapi setiap cahaya merah pijaritu hendak ke Barat, selalu saja disambut oleh kilatancahaya biru yang datangnya dari Barat. Kilatan cahayabiru itu menghantam cahaya merah. Kemudian timbulsatu ledakan yang membuat orang-orang tercekam ra-sa takut. Ledakan itu mengakibatkan bumi bergun-cang bagai dilanda gempa.

"Pasti itu aji Birawagama yang dihantam ajiPanjardamo," ujar salah seorang penduduk kepadatemannya. Kepala mereka masih mendongak ke langit.Ada lagi yang berkata:

"Kurasa itu benturan aji Sosrogeni dengan pu-kulan Kumbawayan. Sosrogeni milik Ki Destak, danKumbawayan milik Resi Buntoro."

"Memangnya mereka berada di mana?""Kalau menurut kabar yang kudengar, Resi

Buntoro ada di lereng gunung Manduro, sedangkan KiDestak... kalau tidak salah mendiami pesanggrahanWanara Teja, di puncak gunung Buramang. Mereka

memang bermusuhan sejak ratusan tahun yang lalu.Itu menurut cerita para sesepuh kita...."

Banyak yang saling berkisah sendiri-sendiri.Mereka masih sesekali memandang ke atas, karena ki-latan cahaya merah dan biru yang, saling berbenturanitu sudah terjadi selama dua hari. Bahkan pada saatsiang hari pun pernah terjadi hal serupa dan meng-guncangkan tanah Kesultanan Praja.

Para penghuni istana Kesultanan pun banyak

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 4/81

 

 

 yang melihat kejadian yang menegangkan itu. Dari da-lam pagar istana pun dapat kelihatan jelas kilatan ke-dua cahaya yang saling berbenturan dahsyat itu. Ada yang melihat dari dalam komplek istana, ada yang ke-luar, ke alun-alun, menyaksikan peristiwa aneh itubersama-sama rakyat lainnya.

Khususnya pada malam hari, cahaya yang sa-ling bertabrakan di angkasa itu dapat dijadikan tonto-nan menarik, namun juga menggetarkan hati. Malamini sudah terjadi tiga kali benturan dahsyat yang

membuat tanah bagai diguncang gempa. Malam kema-rin sampai tujuh kali, dan siangnya dua kali. Bahkanmalam ini, mereka pun melihat kembali melesatnya si-nar merah dengan ujung bagai bola api. Sinar itu kem-bali dihantam oleh cahaya biru yang mirip tombakpanjang melesat dari Barat.

"Hei, lihat...! Lihat, sinar biru itu tidak tepatpada sasaran...!!" teriak beberapa orang sambil menud-

ing ke langit.Sinar biru meleset, tidak membentur cahaya

merah yang mirip bola api kecil itu. Mereka semakintegang. Apa yang akan terjadi jika begitu?

"Wah, wah... yang biru berbalik arah. Nah, ber-balik arah, kan?!"

"Iya. Benar lho... yang biru sekarang jadi me-ngejar sinar merah."

"Astaga...! Sekarang malah sinar biru itu berge-rak dengan kecepatan luar biasa. Dan... wah, kena...kena…!"

"Blaaar...!!"Beberapa orang terpelanting jatuh karena ta-

nah nyata sekali mengalami guncangan dahsyat. Leda-kan yang terjadi akibat sinar biru menghantam bola

api dari belakang membuat sebuah pohon tumbang.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 5/81

 

 

Hampir saja menimpa seorang anak belasan tahun.Ledakan itu adalah ledakan yang paling besar dari se-tiap ledakan yang sudah-sudah. Guncangan pada ta-nah terlihat dan terasa jelas. Penduduk pun menjadipanik dicekam ketakutan. Bahkan sudah ada yangmengeluarkan beberapa barang rumahnya, siap untukmengungsi jika terjadi gempa bumi yang mengerikan.

Peristiwa itu menjadi peristiwa yang meresah-kan penduduk Kesultanan Praja. Bukan hanya rakyat  yang membicarakan, tetapi para pejabat Kesultanan

pun sibuk membicarakannya."Keadaan kita sungguh kurang baik dalam ma-

salah ini," kata Demang Sabrangdalu. "Kalau memangledakan itu ditimbulkan karena perang jarak jauh, adukesaktian antara penguasa Gunung Manduro denganpenguasa Gunung Buramang, maka jelas keadaan kitasangat tergencet. Kesultanan ini ada di tengah-tengahantara kedua gunung itu. Dan mereka saling baku-

hantam di pertengahan jarak mereka, maka sudah ten-tu Kesultanan kita akan menjadi korban. Hal ini tidakbisa dibiarkan begitu saja, menurut saya, Kanjeng."

"Kita harus bertindak, sebelum rakyat dan ne-geri menjadi korban adikuasa mereka," timpal Ki PatihDanupaksi.

"Apakah baik... kalau kita bertindak di luarurusan kita?""sahut Eyang Panembahan dengan ka-lem. "Itu kan sama saja mencampuri urusan oranglain?"

"Tapi urusan itu mengeluarkan getah, dan kita  yang terkena getahnya, Eyang." Demang Sabrangdalumendebat.

"Jangan sampai kita dijadikan korban nafsumereka, Kanjeng. Kita tidak punya urusan dengan me-

reka, kita tidak mengganggu mereka, jadi kita pun ti-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 6/81

 

 

dak ingin terlibat urusan dengan mereka.""Benar kata Ki Patih Danupaksi," sahut Eyang

Panembahan. "Kita jangan terlibat urusan dengan me-reka, karena itu kita jangan ambil tindakan dan mela-kukan hal-hal yang merugikan mereka. Kan begitu,Kanjeng Sultan?"

Sultan Jurujagad manggut-manggut denganpenuh bijaksana. Sementara itu, putrinya yang ber-nama Nyi Mas Sendang Wangi mulai ikut angkat bica-ra:

"Kalau rakyat menjadi resah dan serba ketaku-tan, itu berarti kita telah terlibat, Eyang."

"Nah, benar itu!" sahut Demang Sabrangdalu."Mau tidak mau, karena keadaan kita di ten-

gah-tengah mereka, maka kita juga yang menjadi kor-ban di luar kesadaran mereka," tambah Nyi Mas Sen-dang Wangi.

Pada saat itu, terdengar lagi ledakan yang

menggema panjang. Tanah bagaikan miring ke kiri danke kanan. Ketegangan terjadi lagi, bukan pada rakyatsaja, tetapi dalam pertemuan itu pun ada ketegangandan kecemasan. Lalu, guncangan tanah menjadi reda.Dan mereka menghela nafas bersama-sama. Ki PatihDanupaksi unjuk bicara:

"Ini sama saja mengganggu ketentraman kita,bukan? Kalau setiap saat terjadi guncangan seperti ini,rakyat mana yang bisa hidup dengan tenang?"

Sultan Jurujagad mulai bicara walau hanya be-berapa kata. Ia tampak hati-hati mengambil keputu-san.

"Aku ingin mendengar pendapat menantuku,Suro Bodong. Di mana dia saat ini? Mengapa tidak ikuthadir dalam pertemuan khusus ini?"

Nyi Mas Sendang Wangi yang menjawab, sebab

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 7/81

 

 

dialah istri syah Suro Bodong."Dia sedang di dapur."Demang Sabrangdalu tertawa pendek. "Bagai-

mana Suro itu? Dia kan sebagai Senopati di Kesul-tanan ini? Masa' seorang Senopati lebih suka non-gkrong di dapur ketimbang berbicara dalam Paseban?"

Eyang Panembahan pun tersenyum geli. "Agak-nya ia lebih tertarik dengan jagung bakar kesukaannyaketimbang melihat pertarungan dua kekuatan di uda-ra."

Ki Patih hanya geleng-geleng kepala. Ia me-nyembunyikan senyum geli juga mengingat jagung ba-kar Suro Bodong. Ia sendiri heran, mengapa Suro Bo-dong masih saja mencintai jagung bakar daripada is-trinya. Padahal dia sudah punya jabatan. Sudah men- jadi pejabat. Seorang Senopati perang! Ah, cukup anehkalau seorang Senopati perang lebih sibuk mengurus jagung bakar daripada senjata atau pusaka.

"Panggil dia ke mari," perintah Sultan kepadaputrinya, yang menjadi istri Suro Bodong. SementaraNyi Mas Sendang Wangi pergi memanggil Suro Bodong,Sultan bicara kepada Eyang Panembahan yang diang-kat menjadi penasehat Kesultanan Praja.

"Menurut Eyang, apakah perlu kita mengirimutusan ke Gunung Manduro?"

"Dalam hal ini yang diperhitungkan adalah,siapa yang harus ditemui? Penguasa gunung Manduro,atau penguasa gunung Buramang? Atau keduanya?"

"Apakah mungkin kita mengirimkan utusankedua gunung sekaligus, Eyang?"

"Kenapa tidak? Itu berarti kita melepas duautusan, satu ke gunung Buramang, satu lagi ke gu-nung Manduro."

Gumam Sultan Jurujagad sangat pelan, dan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 8/81

 

 

kepalanya mengangguk-angguk samar. Sejenak mere-ka dicekam ketegangan lagi karena bunyi dentumandahsyat di udara. Kedua sinar itu saling bertabrakankembali. Langit jadi terang, menerangi seluruh wilayahKesultanan Praja dan sekitarnya. Lalu sinar terang itumenjadi redup kembali, tetapi guncangan tanah masihterasa mendebarkan setiap jantung penghuni Kesulta-nan Praja. Hanya saja, guncangan ini tidak sehebatguncangan tadi.

Suro Bodong muncul dari belakang, dan lang-

sung menuju ke Paseban. Sudah tentu semua matatertuju padanya. Kenapa begitu? Ya, seperti kebiasaan  yang sudah-sudah, Suro Bodong selalu tampil santaidan kalem. Seenaknya sendiri dalam berpenampilan.Baju merah lengan panjang tak pernah dikancingkan, walau pun dia menghadap Sultan. Celananya yang bi-ru tua tidak pernah rapi, sekalipun dari bahan kain yang halus dan mahal. Rambutnya panjang tak pernah

disisir, padahal istrinya sudah sering mengingatkanagar ia selalu menyisir rambut jika istrinya tak sempat.Dan jagung bakar selalu ada di tangannya. Jempoltangan kanan memetik-memetik jagung bakar itu, lalumenyuapkan ke mulutnya dengan santai, kendati iaharus berbicara dengan seorang sultan.

"Suro Bodong...!" sapa Sultan Jurujagad dengartenang. Suro Bodong hanya menggumam, dan tetapberdiri, walau yang lainnya duduk bersila di hadapanSultan.

"Kau sudah mendengar ledakan yang terjadi be-rulangkali pada malam ini?"

"Sudah.""Sudah tahu apa sebabnya terjadi ledakan?""Sudah."

"Juga sudah tahu dari mana asal ledakan itu,

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 9/81

 

 

dan apa akibatnya bagi kita semua yang ada di Kesul-tanan Praja ini?" berondong Sultan Jurujagad. TapiSuro Bodong hanya menjawab seenaknya dengansingkat:

"Sudah..." ia sibuk memetik-metik biji jagung,lalu garuk-garuk kumisnya sejenak.

"Apa pendapatmu sebagai seorang Senopati diKesultanan ini?" tanya Sultan Jurujagad dengan ka-lem. Ia tidak tersinggung dengan sikap Suro, sebab iasudah hapal pribadi menantunya.

"Apa pendapatmu mengenai ledakan itu, Suro?"sambung Sultan sekali lagi.

"Hebat...."Hanya itu jawaban Suro Bodong. Semua berke-

rut dahi, tak ada yang bicara atau memprotes. Semuabagaikan sedang menunggu kelanjutan ucapan SuroBodong. Tapi, ternyata Suro tidak melanjutkan kata-katanya lagi. Ia diam, juga menunggu komentar dari

 yang lain.Akhirnya Ki Patih Danupaksi yang bicara kepa-

danya:"Hebat bagaimana, maksudmu?""Ya, hebat...!" Suro melirik Ki Patih sambil me-

metik-metik jagung bakar. Ki Patih menghela nafas,dan menghempas, seperti sedang menahan rasa kesal.Barulah Suro Bodong berkata dengan tenang:

"Bagaimana tidak hebat, kalau dalam peristiwa yang menegangkan rakyat kecil itu kita hanya duduk-duduk saja di sini? Aku sendiri sedang menunggu pe-rintah, tapi tak ada perintah sejak kemarin. Kecualihanya perintah agar jangan sering-sering makan ja-gung bakar, nanti merusakkan gigi, itulah perintah da-ri istriku yang barangkali kurang suka kalau gigiku

rusak."

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 10/81

 

 

"Jadi, kau setuju kalau kita harus bergerak kegunung Manduro atau ke gunung Buramang?" kataSultan.

"Untuk apa?" Suro malah menampakkan ke-bingungannya.

"Untuk mencegah kedua orang sakti itu agar  jangan bertarung di atas wilayah kita," Sultan menje-laskan.

"Ah, itu tidak perlu...!" setelah berkata begitu,Suro bergerak pelan, keluar dari Paseban dan menuju

pintu gerbang.  Tentu saja hal itu membuat semua orang ter-

bengong-bengong memperhatikan sikap Suro Bodong.Demang Sabrangdalu hampir saja mengecam sikapSuro Bodong yang cuek itu, tapi Nyi Mas SendangWangi segera berkata:

"Dia punya pikiran yang lebih cepat dari kita,sehingga kadang-kadang kita heran melihat sikapnya."

"Hei, dia malah keluar dan berjalan-jalan santaibegitu," cetus Demang Sabrangdalu. Eyang Pa-nembahan berkata:

"Pasti dia tidak sekedar keluar begitu saja.""Ki Patih, coba ikuti dia...!" perintah Sultan Ju-

rujagad."Sendiko, Kanjeng...!" Ki Patih pun pergi mengi-

kutinya.Suro Bodong sangat santai melangkah menuju

alun-alun sambil menikmati jagung bakarnya. Banyakorang yang menganggukkan kepala kepada Suro,memberi hormat dan tempat. Suro sangat akrab den-gan rakyat jelata, sehingga beberapa orang tak segan-segan memanggilnya,

"Kang Suro... bagaimana kita ini?"

Suro memang lebih senang dipanggil "Kang"

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 11/81

 

 

 walaupun dia seorang Senopati. Tapi ia pernah bilang,bahwa gelarnya sebagai Senopati tidak harus merubahgaya hidupnya yang merakyat. Senopati adalah gelardalam jabatan. Tapi kang Suro adalah nama yangakrab dengan pribadinya.

"Kenapa baru keluar sekarang, Kang? Kita su-dah diguncang gempa lebih dari tiga kali untuk malamini saja. Belum malam kemarin!" kata salah seorangpenduduk yang agaknya sudah sering ngobrol denganSuro Bodong.

"Apa tindakan Kanjeng Sultan untuk mengatasimasalah ini, Kang?"

"Tindakan apa?" Suro Bodong malah bertanyadengan garuk-garuk kumisnya yang tebal itu.

"Kami resah, Kang. Kami semua takut kalaukalau akibat kedua ilmu sakti itu kami menjadi kor-ban. Siapa tahu tanah tempat kami berpijak lama-lama bisa terbelah mendadak?"

'Terbelah? Ah, yang bukan-bukan saja omon-ganmu, Jul!"

"Dentuman itu kan membahayakan keselama-tan kita, Kang," kata yang lain.

Suro menjelaskan dengan tersenyum geli."Kenapa harus membahayakan?" Suro keliha-

tan sabar."Ledakan itu kan akibat ilmu sakti yang hebat

dan saling bertabrakan. Kalau....""Apanya yang hebat...?" potong Suro sebelum

orang itu selesai berbicara. "Ilmu seperti itu kok hebat?Apa kalian pikir, kedua ilmu itu adalah terhebat di se-luruh jagad ini?"

Orang-orang terbengong dan saling kasak ku-suk, ada juga yang saling senggol-senggolan kecil sam-

bil bersungut-sungut saling menyalahkan temannya.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 12/81

 

 

Pada waktu itu, sekilas sinar merah kembali melesatdari arah Timur. Seseorang berteriak sambil menudingangkasa:

"Itu dia...! Itu muncul lagi...!"Semua orang mendongak, begitu juga Suro Bo-

dong. Sinar merah dengan ujung seperti bola api itumelayang cepat ke arah Barat. Pada saat itu juga, dariarah Barat melesat sinar biru berujung seperti seba-tang tombak. Sinar biru itu melayang tertuju pada ge-rakan sinar merah.

"Celaka, mereka hendak bertabrakan lagi...!!"seru beberapa orang.

 Tetapi Suro Bodong segera menggerakkan tan-gannya, meraba tangan kiri dengan cepat dan tahu-tahu ia telah memegangi pedang Urat Petir pusakanya.Pedang itu memancarkan sinar ungu berkilauan. Laludengan gerakan cepat pedang tersebut diputar ke uda-ra, di atas kepala. Kemudian berhenti seketika, ujung-

nya lurus menghadap ke atas. Dari ujung pedang itukeluarlah sinar ungu yang berkelok-kelok seperti arussinar petir. Orang-orang menggumam kagum. Lagi-lagimereka menggumam kagum setelah sinar ungu itu me-lesat terus ke udara, dan menerobos ke tengah-tengahantara pertemuan sinar merah dengan biru. Kalau bi-asanya kedua sinar itu bertabrakan dan menimbulkanledakan, tapi kali ini tidak. Sinar merah dari Timurmenghantam sinar ungu, dan sinar biru lawannya jugamenghantam sinar ungu. Maka kedua sinar itu punpadam seketika tanpa menimbulkan suara ledakan  yang mengguncangkan bumi. Lalu semua jadi sepi.Semua orang terbengong tanpa suara.

Mereka nyaris tidak percaya dengan apa yangdilakukan Suro Bodong. Ki Patih Danupaksi juga ter-

bengong dengan wajah bingung yang menggelikan hati.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 13/81

 

 

Beberapa saat kemudian terdengar kasak kusuk di an-tara mereka. Ki Patih Danupaksi segera menghadapSultan dan melaporkan dengan nada suara tegang:

"Suro Bodong mengeluarkan Pedang Urat Pe-tir...!"

"Untuk apa?!" Nyi Mas Sendang Wangi terpe-ranjat kaget.

"Untuk menghadang kedua sinar itu, dan… danapakah tadi ada yang melihat kedua sinar itu telahbertemu tapi tidak menimbulkan ledakan?!"

"Tidak timbul ledakan?!" Demang Sabrangdalusegera mohon izin untuk menyaksikan hal itu. Maka,semua pun keluar dari ruangan Paseban menuju alun-alun.

Nyi Mas Sendang Wangi mendekati Suro Bo-dong yang sedang menggeragot jagung bakar, sementa-ra tangan kanannya memegangi Pedang Urat Petir  yang dapat disembunyikan di dalam kulit daging len-

gan kirinya. Pedang itu masih memancarkan cahayaungu di sekelilingnya. Suro sendiri masih mendongakke atas, menunggu melesatnya kedua sinar dari duaarah.

"Kang Mas... apa yang kau lakukan?!" Nyi MasSendang Wangi memegang lengan Suro Bodong. Suromasih memperhatikan kearah atas. Ia berkata dengansuara tak begitu jelas, karena mulutnya mengunyah jagung bakar,

"Dua orang sakti yang sombong, mungkin akanterbengong melihat kenyataan kali ini," sahut Suroberhenti memandang ke atas. "Aku akan menangkalilmu mereka dari sini."

"Apakah itu tidak berbahaya, Kang Mas?" Sen-dang Wangi menampakkan kecemasannya.

"Ini hanya sekedar peristiwa pamer kekuatan.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 14/81

 

 

Kedua belah pihak saling unjuk kedigdayaan dengancara bertarung jarak jauh. Dan, aku juga akan ikutpameran ini, supaya mereka tahu bahwa mereka tidakpantas unjuk kekuatan di atas bumi Kesultanan Pra- ja."

Beberapa saat kemudian, muncul lagi kilatansinar merah dari Timur, disusul kemudian sinar birudari Barat. Suro Bodong memutar pedangnya ke udaratujuh kali, lalu menghentakkan lurus ke langit, makakeluarlah sinar ungu berkelok-kelok bagai nyala kila-

tan petir. Sinar ungu itu menjadi penengah dari keduasinar yang hendak bertabrakan di udara. Akhirnya, da-ri Barat dan Timur saling bertabrakan, namun seketi-ka karena ditahan sinar ungu dari Pedang Urat Petir.

Blabb... kedua sinar itu padam tanpa menim-bulkan ledakan. Sinar ungu dari pedang Suro Bodongbagai ditarik mundur dan masuk ke dalam pedang ter-sebut. Rakyat mulai bersorak lega dengan tepuk tan-

gan yang saling bersahutan. Sedangkan para pejabatKesultanan pun menggumam terkagum-kagum melihatkeampuhan pusaka Suro Bodong yang berhasil mena-han kedua benturan sinar tersebut. Nyi Mas SendangWangi tersenyum seraya memegangi lengan suaminyasemakin erat. Dalam hati ia cukup bangga mempunyaiseorang suami yang sederhana, santai, tapi berilmucukup tinggi.

Suro Bodong berjalan ke rombongan Sultan didepan pintu gerbang istana. Ia sempat melihat wajahsultan atau mertuanya itu tersenyum lega. Sementaraitu, Demang Sabrangdalu masih menampakkan keka-gumannya dari tadi.

"Hebat..! Hebat sekali kau, Suro...!" ujar PatihDanupaksi sambil menepuk-nepuk pundak Suro Bo-

dong yang masih memegangi pedangnya.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 15/81

 

 

"Saya rasa kita tidak perlu mengirim utusankedua gunung itu, Kanjeng!" usul Demang Sabrangda-lu. Lalu ia berpaling memandang Suro Bodong, "Bu-kankah itu sudah cukup, Suro?"

Suro menggumam sambil mengangguk. Ia ma-sih menggerogoti jagung bakarnya sedikit demi sedikit.Namun selagi mereka sibuk berkagum diri, tiba-tibasinar merah itu muncul lagi dengan kecepatan melebi-hi semula.

"Sinar merah datang lagi...!!" teriak beberapa

orang.Suro Bodong mendongak ke atas, saat itu tepat

muncul sinar biru dari Barat. Suro sempat mengge-ram, "Kurang ajar! Belum jera juga mereka...!!"

Suro segera menjauh dari kerumunan mereka,lalu memegang pucuk pedangnya, membalikkannya.Posisi kedua kakinya merendah dengan jarak reng-gang. Gagang pedang di arahkan ke atas, sedangkan

pucuk pedang itu ditempelkan ke ulu hatinya. Ia men-gambil nafas, menahannya di dada, kemudian segeramenghentakkan nafasnya dengan kuat: "Heeah...!!"

Sesuatu yang sangat ajaib keluar dari gagangpedang. Semua orang yang ada di dekat Suro kebin-gungan antara memandang ke atas dengan meman-dang keadaan Suro. Sebab, gagang pedang itu menge-luarkan aneka macam sinar berwarna-warna. Ada si-nar yang menyorot lurus, ada yang bergelombang se-perti spiral, ada yang patah-patah dan ada juga yangberkelok-kelok. Sedang warna sinar itu pun macam-macam rupanya. Bisa jadi semua macam warna ada didalam sinar-sinar yang menyerupai rombongan lidimelesat ke langit. Suro bertahan tidak bernafas bebe-rapa lama.

Aneka macam sinar itu menghadang di perten-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 16/81

 

 

gahan kedua sinar dari Barat dan Timur. Ketika sinardari Barat yang menyerupai bola api itu menghantamsinar dari gagang pedang Suro, maka sinar merah itutidak padam, melainkan memantul berbalik arah. De-mikian juga halnya dengan sinar biru dari Barat, keti-ka membentur sinar pedang Suro membalik ke arahsemula ia datang. Lalu Suro menghela nafas, dan ga-gang pedangnya padam, tidak menyemburkan sinaraneka warna lagi.

"Sinar-sinar itu berbalik arah...! Pulang ke tem-

patnya! Gerakannya malah semakin cepat...!!" masing-masing mulut menyerukan ungkapan hati dan penger-tian nya masing-masing. Ricuhnya suara tidak mem-buat Suro Bodong ikut bicara. Ia hanya menggeragot  jagung sambil mendongak ke atas. Kemudian ia me-langkah mendekati rombongan Sultan yang ikut tud-ing-tuding dan mendongak ke atas. Suro menyem-patkan memasukkan pedangnya ke dalam lengannya.

Pedang itu bagai menyelusup di antara kulit dan dag-ing lengan tanpa menimbulkan luka dan bekasnya se-dikit pun. Itulah kehebatan Pedang Urat Petir, yangmampu disimpan di dalam bagian tubuhnya, sehinggake mana pun Suro pergi, seakan ia tidak membawasenjata apa-apa.

Kericuhan mereka menjadi hening sejenak sete-lah terdengar ledakan samar-samar dari arah Timur.Mereka saling bertanya dalam hati, meledak di manasinar merah itu? Sedangkan tak berapa lama kemu-dian, mereka juga mendengar ledakan yang samar-samar, jauh sekali letaknya, tetapi yang jelas ledakandi arah Barat sana. Lalu, gumam dan kasak kusukmereka kembali terdengar bagai bisikan ular sejuta.Masing-masing saling memperkirakan ke mana kedua

sinar sakti itu meledak.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 17/81

 

 

Sultan Praja menatap Suro Bodong yang tetaptenang, tanpa perubahan ekspresi wajah sedikit pun,kecuali kesibukannya dalam memetik biji jagung ba-karnya.

"Di mana ledakan itu terjadi, Suro? Kira-kirameledak di mana kedua sinar itu?"

Suro menjawab dengan santai, "Di kepala pemi-liknya!"

"Hah...?!" semua mata melebar dan mulut punterperangah tanpa ragu lagi. Demang Sabrangdalu

mendekati Suro."Maksudmu sinar itu kau kembalikan kepada

pemiliknya?"Suro menjelaskan, "Sinar itu tidak hanya seke-

dar kembali kepada pemiliknya, tapi ia juga menyerangpemiliknya. Biarlah senjata makan tuan, dari padatuan makan senjata. Keras!" Suro Bodong tidak terse-nyum sedikit pun. Kemudian ia merangkul Nyi Mas

Sendang Wangi. Katanya kepada Nyi Mas,"Kau tak perlu gelisah lagi. Kedua orang sakti

itu hancur oleh ilmunya sendiri. Mereka tidak akansaling pamer kedigdayaan lagi. Mudah-mudahan ada yang tahu, bahwa ilmu-ilmu mereka tidak ada bandin-ganya dengan ilmu yang ada di Kesultanan kita."

"Ternyata kau lebih unggul dari mereka, KangMas."

"O, jelas! Karena ada kamu, jadi aku lebih un-ggul."

"Maksudmu?""Yah... sekedar pamer kepada istriku bahwa

aku punya kekuatan yang maha hebat. Dan dan.." Su-ro melirik ke kanan kiri sebentar, masih banyak yangmemperhatikan dia. Tapi, ah... masa bodoh...! Ia pun

berkata, "Dan aku pun masih mempunyai kekuatan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 18/81

 

 

lain yang kemarin malam kau kejar-kejar...! Kau inginlihat? Mari ke kamar?" bisiknya.

"Iiih...! Jorok, ah!" Sendang Wangi tersenyummalu, karena Sultan dan beberapa orang menertawa-kan cekikikan.

2

Kira-kira dua minggu setelah itu, satu dari limaprajurit yang bertugas di perbatasan wilayah Kesulta-nan bagian Timur datang menghadap Sultan.

"Kanjeng, ada tiga orang yang mengaku dari Pe-sanggrahan Wanara Teja di Gunung Buramang, mere-ka mengamuk di sana dan merusak perkampunganpenduduk. Bahkan banyak rakyat yang mati karena

ulah mereka.""Celaka...!" desah Sultan dengan tegang."Ketiga orang itu mengaku berjuluk pendekar-

pendekar Wanara, dan... ilmu mereka cukup tinggi,Kanjeng. Ia dapat membakar rumah dengan hanya se-kali semburan nafas dari mulut mereka. Keadaannya...sungguh mengerikan, Kanjeng."

Kemudian Sultan mengadakan sidang kilat un-

tuk membahas masalah tersebut. Di depan pegawai is-tana, di depan punggawa negeri, Sultan berkata den-gan tegas:

"Rupanya peristiwa perang udara antara pe-nguasa gunung Buramang dan penguasa gunungManduro berbuntut panjang. Tiga orang mengamuk diperbatasan wilayah kita bagian Timur. Jelas, pasti me-reka mempunyai maksud bermusuhan dengan alasan-nya sendiri. Hentikan mereka! Lindungi rakyat dengan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 19/81

 

 

segala kekuatan kita!"Patih Danupaksi mengajukan usul, "Suro Bo-

dong yang harus menindaknya, Kanjeng!""Apakah kau takut, Ki Patih?!" tuduh Sultan

dengan gemas. Patih Danupaksi kebingungan."Tetapi memang ini tugas Suro, supaya tidak

banyak korban dipihak kita, Kanjeng! Saya yakin, me-nantu Kanjeng mampu menyelesaikan urusan ini se-cepatnya."

Eyang Panembahan angkat bicara, "Kirimkan

pasukan berkuda di bawah perintah Ki Patih Da-nupaksi. Dan kita akan tahu, sampai di mana ke-kuatan mereka."

Sultan mengangguk-angguk. Lalu, bicara ke-pada Patih Danupaksi, "Berangkatlah Ki Patih. Tidaksemua urusan harus mengandalkan Suro Bodong. Diaadalah senjata pamungkas bagi kita."

Waktu itu, seperti biasanya, Suro Bodong ja-

rang mau ikut bersidang seperti saat itu. Ia hanya dikamar, atau di taman belakang bersama istrinya, ataudi dapur membakar jagung bakar. Maka, tak ada pili-han lain bagi Ki Patih Danupaksi kecuali berangkatdengan membawa sepuluh pasukan berkuda pilihan-nya.

Perbatasan wilayah Timur menjadi lautan api.Rumah-rumah penduduk dibakar habis. Patih Da-nupaksi sempat naik pitam sewaktu melihat banyakpenduduk yang menjadi korban keganasan tiga pende-kar Wanara itu. Segera ia memacu kudanya ke arahkobaran api, sementara kesepuluh anak buahnyamengikuti dari belakang.

"Blaar...!" sebuah ledakan berbunyi. Penduduklari pontang-panting. Tiga orang pendekar Wanara

mengamuk dengan membabi-buta. Tiga orang itu ada-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 20/81

 

 

lah, dua lelaki dan satu perempuan berpakaian serbamerah. Perempuan itu mengenakan pinjung merah se-batas dada dan celana merah di bawah lutut. Ia me-nyarungkan pedang di punggungnya dengan rambutpanjang yang ditekuk sebagian ke atas, sedangkanrambut sisanya terjuntai jatuh di pundaknya. Dua le-laki temannya, masing-masing mengenakan pakaianhijau muda dengan celana merah dan berbadan kekarsemua. Agaknya ia adalah anak buah perempuan ber-pakaian serba merah itu.

Salah seorang prajurit bawaan Patih Danupaksimenyuruh temannya melepaskan panah ke lawan yangsedang menyeret seorang penduduk. Temannya mausaja disuruh demikian. Ia menarik busur dan mele-paskan anak panahnya. Tetapi dua lelaki berpakaianhijau itu menangkap anak panah yang ditujukan padaperempuan berpakaian merah. Anak panah segera di-lemparkan. Gerakannya cepat. Anak panah itu melesat

dan menancap di dada pemanahnya. Maka, jatuhlahpemanah itu dengan dada berdarah dihunjam panah-nya sendiri.

Prajurit yang lain hendak menyerang, namun KiPatih Danupaksi merentangkan tangan, menahan ge-rakan mereka. Ki Patih masih bertengger di punggungkuda dengan kesembilan prajurit lainnya. Merekamembentuk satu barisan pengepungan terhadap ketigapendekar Wanara.

"Siapa kalian, ada apa kalian mengamuk di wi-layah kami, hah?!" Ki Patih memberanikan diri meng-hardik mereka.

Perempuan berparas mungil dan berhidungmancung itu berjalan mendekati Ki Patih dengan bera-ni, lalu ia berhenti di depan kuda Ki Patih dengan ber-

tolak pinggang.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 21/81

 

 

"Di mana orang yang memiliki Pedang Urat Pe-tir?"

"Kau siapa?" Ki Patih ganti bertanya."Aku Puspasari, murid Ki Destak yang meng-

gantikan kedudukan Ki Destak sebagai penguasa gu-nung Buramang! Dan... itu kedua muridku, pendekarWanara yang juga hendak menuntut atas kematianEyang gurunya: Ki Destak."

'Kami tidak punya hubungan dengan Ki Des-tak," kata Patih Danupaksi.

"Jangan membuang tanggung jawab! Ki Destaktewas akibat kekuatan Pedang Urat Petir! Mana pemi-liknya sekarang? Kami akan menuntut balas atas ke-matian guru kami."

"Carilah di tempat lain. Mungkin bukan di sini.""Bohong! Ki Destak dapat merasakan kekuatan

Pedang Urat Petir yang menjalar ketubuhnya danmembuatnya mati. Ki Destak tahu, kekuatan yang licik

itu ada di Kesultanan ini. Dan aku datang untuk me-nuntut balas kepada pemilik Pedang Urat Petir...! Kaukah pemiliknya?!"

"Bukan.""Jadi siapa?! Kalian tak ada yang memberitahu

kami, maka Kesultanan ini akan kujadikan karang ab-ang! Kubakar habis sampai ke istana Kesultanan!"Puspasari bicara dengan lantang dan berani. Wajahmungilnya yang ayu itu kelihatan judes dalam keadaanseperti ini.

"Kau tidak akan mampu berbuat begitu, pe-rempuan konyol!" gertak Ki Patih.

"Kalau begitu, kau perlu bukti, orang tolol.Hiaat...!"

Puspasari menjejakkan kakinya ke tanah dalam

satu hentakan, dan tubuh ramping itu melayang bagai

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 22/81

 

 

burung terbang. Loncatannya begitu tinggi sehingga iaberada di atas kepala Ki Patih yang masih duduk dipunggung kuda. Tangannya yang kanan meraih ga-gang pedang di punggung lalu menebas kedepan dalamsekali cabut.

"Weess...!!"Hampir saja kepala Ki Patih terbelah menjadi

dua bagian. Untung Ki Patih segera menjatuhkan diridari punggung kuda sehingga ia pun lolos dari sabetanpedang lawan.

Sementara itu, dua pemuda berbadan kekar  yang konon menjadi murid Puspasari, dikepung olehsembilan prajurit. Mereka berdua mencabut senjatamereka berupa kampak bermata tiga. Selain di kanankiri gagang panjangnya terdapat mata kampak yang ta- jam, juga di bagian ujung gagang itu pun terdapat ma-ta kampak yang sama tajam dengan yang lain. Merekamengibaskan senjata mereka dalam gerak jurus yang

sama. Bersalto dan menebas lawan, kemudian bersaltolagi dan menebas lagi. Sementara itu para prajurit Ke-sultanan segera menghindar dan menunggu kesempa-tan baik untuk mengadakan serangan balasan.

"Modar kau...!!" seru Puspasari dengan berang-nya ketika Ki Patih berhasil menendang punggungnya,lalu Puspasari berbalik arah dan pedangnya berkelebatmenebas kaki Patih Danupaksi.

Untung patih Danupaksi segera bersalto ke be-lakang, sehingga tebasan pedang itu tidak mengenaisasaran. Namun agaknya Puspasari sendiri segera me-luncurkan pukulan tenaga dalam melalui jari telunjuktangan kirinya. Ia menudingkan jari telunjuk ke arahPatih Danupaksi. Maka, dari telunjuk yang berbentukindah itu keluarlah semacam kilatan cahaya petir ber-

 warna hijau muda. Patih Danupaksi menghindar den-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 23/81

 

 

gan berguling ke tanah bagian kirinya. Sinar hijau itumelesat mengenai sebuah pohon. Dan pohon itu punmengeluarkan dentuman seketika. Puspasari kecewa,pukulan jari saktinya tidak mengenai sasaran, sebabitu ia segera melancarkan tendangan kaki kanan danmengibaskan pedangnya ke samping. Ki Patih segeraberguling lagi.

Keris pusaka dicabut, dan Ki Patih siap berdiridengan tubuh merunduk, menunggu serangan Puspa-sari. Tetapi agaknya Puspasari tidak mau bermain ter-

lalu lama, ia melancarkan jurus Jemari Saktinya. Te-lunjuk yang indah itu menuding, dan berkas sinar hi-  jau muda melesat dari ujung jemari indah itu. PatihDanupaksi mencoba menahannya memakai keris pu-saka. Sinar hijau muda yang terpancar seperti lidi itumenghantam ujung keris. Ia bagai mendesak kuat agarkeris yang membentangi jalannya menjadi hancur. Te-tapi patih Danupaksi bertahan dengan memegangi ga-

gang keris yang berdiri memakai kedua tangan. Tangan Ki Patih gemetar karena desakan sinar

itu begitu kuatnya. Kedua kaki Patih Danupaksi sema-kin merendah agar tidak terdorong oleh kekuatan sinarhijau muda. Keris yang dipeganginya sempat meleng-kung sedikit, dan hal itu sangat menegangkan. PatihDanupaksi menahan nafas dari tadi dengan peluhmembanjir di sekujur tubuh.

Akhirnya, karena merasa akan gagal memben-dung kekuatan dorong dari sinar hijau muda itu, makaKi Patih segera melesat ke samping dan membiarkansinar itu melesat ke arah belakangnya. Sinar hijaumuda menghantam sebuah rumah penduduk yang te-lah ditinggal kabur oleh penghuninya. Dan sudah da-pat dibayangkan, bahwa rumah tersebut pun meledak,

lalu kobaran api membakar rumah tersebut dengan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 24/81

 

 

kobaran api yang cukup besar."Uuaaahhh...!!"Seorang prajurit berteriak dan berguling-guling.

Karena ketika ia melawan pemuda berbaju hijau, tiba-tiba pemuda itu menghembuskan nafas dari mulutnyake arah prajurit tersebut. Dari mulut itu keluar asapberwarna biru kehitam-hitaman, begitu asap menyen-tuh tubuh, langsung berubah menjadi api yang mem-bakarnya. Kontan saja prajurit itu berguling-gulingsambil berteriak kepanasan. Namun setiap ada yang

hendak menolongnya memadamkan api, pemuda ber-baju hijau selalu berhasil menggagalkan dengan jurustendangan yang membuat lawannya terpental. Sampaiakhirnya prajurit yang terbakar itu tak tertolong lagi. Tubuhnya menjadi hitam. Api tak bisa padam, sampaiprajurit itu menghembuskan nafas terakhir, api masihmembungkusnya dengan keji.

Ki Patih menyesal tak dapat menolong prajurit

itu. Ia telah kehilangan dua anak buahnya. Tetapi iasendiri memaklumi, karena serangan dari Puspasaribegitu gencar, sampai-sampai ia terdesak ke suaturimbunan bambu. Puspasari memainkan jurus pe-dangnya dengan kecepatan yang luar biasa. Gerakankakinya tak terlihat kalau sebenarnya ia melangkahmaju setapak demi setapak.

Patih Danupaksi mulai merasa kewalahan. Iasempat merendahkan kepala ketika pedang Puspasarimembabat lehernya. Begitu kepala merendah, Ki Patihlangsung berguling ke arah yang aman. Pedang Puspa-sari menebas empat batang bambu sekaligus.Kraaak....'!

Keempat batang pohon bambu itu tidak tum-bang, sehingga patih Danupaksi sedikit lega, karena

ternyata pedang Puspasari tidak begitu tajam. Patih

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 25/81

 

 

segera bergegas bangkit dan menyerang punggungPuspasari. Dengan sigap Puspasari mengibaskan pe-dangnya ke belakang dalam satu gerakan putar. Ham-pir saja tangan Ki Patih menjadi sasaran pedang itu.Untung kaki Patih Danupaksi menjejak punggungPuspasari dalam satu lompatan bersalto. Puspasariterpental akibat tendangan itu. Ia berguling-guling ditanah, sehingga jarak mereka menjadi cukup jauh.

 Tetapi, tiba-tiba Patih Danupaksi harus melom-pat ke tempat lain, karena keempat pohon bambu yang

tadi ditebas oleh pedang Puspasari, baru sekarang ke-lihatan akan rubuh. Dan, memang benar. Keempat po-hon bambu yang tampaknya tadi masih tegar berdiri,ternyata sekarang rubuh bersamaan dengan hasil po-tong yang sungguh rapi. Itulah hasil tebasan pedangPuspasari.

Mata Patih Danupaksi menjadi membelalak me-lihat hal itu. Kini ia tahu, bahwa pedang Puspasari bu-

kan pedang yang tumpul, melainkan mempunyai keta-  jaman yang sangat mengagumkan. Ini pertanda PatihDanupaksi harus lebih hati-hati lagi dengan kibasanpedang lawannya.

Karena itu, ketika Puspasari menyerangnya lagidengan cara mengayunkan pedang ke arah pundak kiriKi Patih, ayunan itu lebih baik dihindari dengan caramelompat rendah ke samping kanan Puspasari. Lalu,ada kesempatan yang kelihatannya cukup baik, dankeris Ki Patih dicoba bergerak ke samping dalam satukelebatan jurus merobek lambung.

"Aauh...!!" terpekik Puspasari ketika itu, karenakeris Ki Patih berhasil mengenai lambungnya. "Uuh...!"Puspasari meringis kesakitan sambil menekap perut-nya yang terluka dengan tangan kiri. Sementara itu,

tangan kanannya masih memegangi pedang yang siap

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 26/81

 

 

diayunkan ke dada Ki Patih Danupaksi. Melihat gera-kan pedang sedemikian cepat, Ki Patih melompat danbersalto ke bagian atas Puspasari. Puspasari sendirisempat terkecoh. Ia mendongak karena hendak meng-gerakkan pedangnya ke atas. Namun belum sempatPuspasari melancarkan tebasan pedang itu, tiba-tiba iaterpekik tertahan karena keris Ki Patih berhasil me-nembus lehernya bagian tepi, kemudian keris itu dita-rik dalam satu hentakan, dan leher itu pun putus ka-renanya.

Puspasari mendelik, meraba lehernya yang ro-bek dalam keadaan mengerikan. Ia ingin berteriak,namun tak kuasa. Akhirnya ia jatuh terlutut denganmata masih mendelik. Pedang dilepaskan. Tangan yangmemegangi pedang itu menuding Ki Patih. Kontan KiPatih mengerti apa yang akan terjadi. Ia segera melom-pat ke arah lain dengan cepat dan sengaja membin-gungkan, sebab ia mengira telunjuk Puspasari itu

akan melancarkan serangan sinar biru muda yangbening. Ternyata tidak demikian keadaannya, karenaPuspasari sudah terlanjur roboh ke depan dengan na-fas tinggal beberapa detik saja. Tubuh itu roboh sepertikarung basah, untuk kemudian tidak bergerak lagi.

 Tubuh yang berkulit kuning langsat itu menjadipucat pasi dan kian membiru. Racun di keris Patihmulai bekerja membekukan darah dan menyumbatpernafasannya. Kemudian, Puspasari pun mengejangkaku tanpa nafas. Patih sempat memeriksanya seje-nak. Oh, dia memang sudah mati tanpa malu-malu la-gi.

Pada waktu itu, dua prajurit terlempar dalamketinggian yang membahayakan karena tendanganmurid Puspasari. Kedua kaki pemuda berbaju hijau

 yang mengenakan akar bahar di lengan kanannya itu

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 27/81

 

 

menendang dengan satu lompatan. Kedua kakinyamenghentak ke samping dengan keras, mengenai dagudan ketiak dua prajurit. Pada saat itulah, kedua praju-rit itu melayang ke atas dan jatuh dalam keadaan ke-pala membentur tonggak potongan bambu. Satu praju-rit mati seketika tapi, yang satunya hanya terluka pa-rah.

"Cepat tinggalkan tempat ini! Puspasari telahmati!" teriak Ki Patih yang sempat di dengar oleh ke-dua lelaki berbaju hijau.

"Guru...?!" teriak salah seorang murid Puspa-sari. Ia segera menghambur ke mayat gurunya. Lalu,lelaki berpakaian hijau yang satu juga berlari dengantegang menemui mayat gurunya. Semua prajurit dipe-rintahkan berhenti menyerang. Lalu, dengan gerakanisyarat Patih Danupaksi menyuruh anak buahnya  yang tinggal tujuh orang itu untuk kembali naik kepunggung kuda.

Dari atas punggung kuda, Ki Patih bicara de-ngan sikap tegas dan berani. Ia sempat menuding keti-ka berkata:

"Ingat... kalau kalian masih sayang nyawa, ja-ngan membikin onar di Kesultanan kami! Kuhabisinyawa kalian berdua, tahu?!"

"Akan kubalas kematian ini di kemudian hari,Bangsat!" geram salah satu murid Puspasari Seorangprajurit hendak turun dari kuda untuk menghajarorang tersebut. Tapi tangan Ki Patih direntangkan, per-tanda ucapan murid Puspasari tidak perlu dilayani.Lalu, tangan Ki Patih melambai ke depan pertanda se-mua pasukan harus maju, pergi meninggalkan lawan-lawan mereka. Prajurit yang mati pun diangkut di ataspunggung kuda mereka.

Hati Patih Danupaksi menjadi lega. Dadanya

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 28/81

 

 

membusung. Duduknya tegak. Laju kaki kuda begitutenang, melambangkan suatu langkah kaki kuda da-lam kemenangan di medan laga. Demikian juga ketikamenghadap Sultan, dada Ki Patih belum bisa mengem-pis. Ia masih diliputi kebanggaan, karena mampumembunuh orang kuat dari gunung Buramang.

"Sebenarnya, mereka itu tidak ada apa-apa-nya," ujar Ki Patih Danupaksi kepada Kanjeng dalampertemuan itu. "Memang benar apa kata Kanjeng,bahwa untuk menangani mereka, tidak perlu harus

mengajukan Suro Bodong. Dia adalah senjata pa-mungkas kita. Terbukti, bahwa Puspasari yang, yangmenjabat sebagai wakil Ki Destak dalam PesanggrahanWanara Teja, dengan sekali gebrak sudah berhasil me-ninggalkan dunia ini tanpa pamit kepada siapa pun."Ki Patih tertawa pelan melihat Sultan Jurujagad terse-nyum girang.

Kebetulan di situ hadir Suro Bodong yang se-

mula bermaksud mau bicara soal lain dengan Sultan Jurujagad. Tapi demi mendengar ucapan Patih Danu-paksi, Suro Bodong pun segera mengulurkan tangan-nya untuk bersalaman.

"Selamat, Ki Patih,' kata Suro Bodong dengansenyum tipisnya. "Mudah-mudahan Ki Patih, dan kitabersama, ada di pihak yang menang...!"

"Apa kau belum yakin kalau kita berada di pi-hak yang menang?" ujar Ki Patih dengan dahi berke-rut, sekalipun ia masih berjabat tangan dengan SuroBodong. "Puspasari sudah berhasil kubunuh. Lawansudah mati, dan...."

Suro segera menyahut dengan senyum tipisnya,"Kematian seorang lawan bukan berarti kemenanganbagi kita."

"Maksudmu?!"

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 29/81

 

 

Bukan hanya Ki Patih saja yang berkerut dahi,melainkan para pejabat istana lainnya, para prajuritpilihan, Eyang Panembahan, Demang Sabrangdalu danSultan sendiri juga merasa heran mendengar ucapanitu. Suro Bodong segera berpaling memandang merekasatu persatu.

"Kematian Puspasari bisa merupakan bencana  yang lebih besar bagi kita! Dan mungkin itulah awalkekalahan kita."

"Berarti Suro Bodong menghendaki kita kalah?"

tukas Demang Sabrangdalu."Itu pengertian dangkal, Ki Demang." Suro

mendekati Demang Sabrangdalu. "Kalau Puspasarimati, mereka akan bersemangat membalas kematianitu. Kita belum tahu, seberapa kekuatan lawan, tetapi yang jelas, pasti akan ada balasan yang menggunakankekuatan lebih dari yang sudah. Tetapi kalau Puspasa-ri bertekuk lutut, hidup dalam kekalahan yang di-

akuinya, maka ia akan menjadi abdi kita yang takakan berani berkutik lagi. Satu perintah dari dia untuktunduk kepada kita, maka yang lainnya pun akan ikuttunduk kepada kita. Tetapi, kalau Puspasari mati, ituadalah perintah untuk menyerbu kita! Paham?!"

Demang Sabrangdalu manggut-manggut, yanglainnya termenung meresapi kata-kata Suro Bodong.Patih Danupaksi kelihatan gelisah. Menahan sesuatu  yang meresahkan jiwanya. Suro menangkap gelagattersebut, lalu berkata kepada Patih Danupaksi yangkebetulan memiliki nama mirip dengan orang Kepati-han Benteng Cadas:

"Aku tidak mengecilkan perjuanganmu, Ki Pa-tih. Aku hanya menggugah kewaspadaanmu, juga ke- waspadaan kita bersama."

Kata-kata Suro Bodong sempat menjadi bahan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 30/81

 

 

renungan mereka. Sultan Jurujagad mengadakan bin-cang-bincang dengan Eyang Panembahan sehubungandengan kematian Puspasari. Eyang Panembahan ber-kata lirih, "Suro tahu apa yang harus dilakukannya.Suro bukan manusia biasa. Ia anak penguasa gunungKrakatau. Ia tahu bagaimana sifat orang-orang gu-nung. Ia mempunyai naluri yang sama dengan murid-murid Ki Destak. Karena itu, sebenarnya ia menyim-pan kekhawatiran demi mendengar terbunuhnya Pus-pasari. Sebab ia sudah membuktikan bahwa nalurinya

benar, yaitu tentang kematian Ki Destak. Ia sudahmemperhitungkan, bahwa akan ada utusan yang da-tang ke mari untuk menuntut balas atas kematian KiDestak. Ia sendiri sebenarnya sudah siap, tapi selagikita bisa mengatasinya sendiri, memang kita tak perlumenggunakan dia. Anggap saja sebagai langkah irit te-naga tempur."

"Kalau begitu ia tahu bahwa penguasa gunung

Manduro, yaitu Resi Buntoro, juga akan datang ke ma-ri. Sebab ia tentunya juga sadar, bahwa Resi Buntoropun mati akibat pukulan saktinya dikembalikan olehkekuatan Pedang Urat Petir, dan mati karenanya."

"Benar. Tetapi, agaknya Suro tahu, bahwa ResiBuntoro hidup sendirian di sana, sehingga tak ada pi-hak lain yang merasa dirugikan atau merasa kehilan-gan Resi Buntoro. Karenanya, Suro tidak begitu meng-hiraukan hal itu."

Sultan mulai menanggapi perkataan Suro Bo-dong dengan sungguh-sungguh. Sesekali ia bicara ke-pada Patih maupun kepala keprajuritan, tentang ba-gaimana mengatasi pertahanan supaya tidak terjadikelemahan. Sementara itu, Nyi Mas Sendang Wangisendiri juga sering mengingatkan kepada suaminya

tentang ucapan-ucapan Suro itu yang membuat sua-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 31/81

 

 

sana Kesultanan menjadi mulling."Seharusnya kau tidak bicara begitu, Kang

Mas. Kau tahu sendiri, bukan... bahwa ayahku gam-pang resah bila mendengar rakyatnya dalam ancamanbahaya. Seharusnya kau bicara begitu hanya kepadaKi Patih atau Ki Demang Sabrangdalu. Bukan di depanpertemuan para punggawa negeri."

"Lebih baik bicara di depan umum daripada bi-cara dengan sembunyi-sembunyi," kata Suro serayamerebahkan badan.

Suro Bodong sudah tidak sempat banyak bicaralagi, karena Nyi Mas Sendang Wangi telah sibuk mem-belit-belit bagai ular piton melahap mangsanya. Danhal inilah salah satu keistimewaan yang ada pada NyiMas Sendang Wangi. Selain cantik, mulus, juga mem-punyai ketrampilan khusus di atas ranjang. Sebab,adakalanya Nyi Mas sendiri yang membersihkan ran-  jang, mengganti seprei kasur atau melolosi sarung

bantal untuk ditukar dengan sarung bantal yang baru.Itulah ketrampilan Nyi Mas Sendang Wangi, di sam-ping ketrampilan itu juga ada lagi ketrampilan yangsukar diceritakan oleh siapapun dan kepada siapapun. Hanya Suro Bodong yang bisa mengerti, ketram-pilan macam apa yang menjadi kebanggaan Suro da-lam menjadi suami Nyi Mas Sendang Wangi.

Sekali pun Nyi Mas menjabat sebagai istri, teta-pi ia mempunyai naluri yang cukup kuat. SeringkaliSuro harus mengakui kepekaan naluri istrinya dalambeberapa hal. Misalnya pada malam itu, Nyi Mas Sen-dang Wangi sempat berbisik kepada suaminya:

"Perasaanku jadi tak enak. Sepertinya akan adamasalah besar yang harus kau tangani, Kang Mas."

"Ah, kau sendiri barusan selesai menangani

masalah besar. Kau baru saja selesai menundukkan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 32/81

 

 

masalah besar yang kini menjadi lemas.""Kang Mas... aku tidak bercanda. Aku bersung-

guh-sungguh. Rasa-rasanya akan ada suatu perkara yang melibatkan kamu sepenuhnya."

Kata-kata seperti itu pernah juga dilontarkanNyi Mas Sendang Wangi ketika Suro akhirnya berha-dapan dengan Dewi Gading dan Raden Puger (dalamkisah: RACUN MADU MAYAT). Sekarang, Nyi Mas Sen-dang Wangi berkata seperti itu lagi, sampai-sampai ha-ti Suro pun bertanya-tanya: "Perkara apa lagi yang ha-

rus ditangani ya? Mungkinkah buntut dari kematianPuspasari, murid unggulan Ki Destak yang telah matidiserang oleh kekuatannya sendiri itu?"

Benar. Masalah kematian Puspasari berbuntutpanjang. Benar-benar berbuntut panjang, sebab se-buah desa yang masih masuk dalam wilayah Kesulta-nan Praja, sedang diserbu oleh monyet-monyet ganas.  Jumlahnya lebih dari 25 ekor monyet, yang masing-

masing mempunyai sorot mata haus darah."Mereka datang pada malam hari. Siang hari

mereka meninggalkan mayat penduduk dalam keadaandicabik-cabik, Kanjeng." Tutur salah seorang pendu-duk yang tengah memberikan laporan kepada SultanPraja.

"Hanya malam harikah mereka muncul?""Benar, Kanjeng Sultan junjungan hamba. Me-

reka menggigit dan mencabik-cabik mangsanya secarabersamaan, sehingga kadang-kadang kami kebingun-gan mengenali siapa korban tersebut."

Nyi Mas Sendang Wangi bergidik mendengarpenuturan tersebut. Sultan Jurujagad sendiri sempattertegun dalam membayangkan kengerian tersebut. Te-tapi beberapa saat kemudian, Sultan bicara kepada

Demang Sabrangdalu:

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 33/81

 

 

"Ki Demang, atasi soal itu!"Demang Sabrangdalu mengajukan usul, "Ini

soal monyet, Kanjeng. Masa' soal monyet diserahkankepada saya?"

"Bukankah itu lebih mudah daripada harusmelawan Puspasari, seperti Ki Patih Danupaksi?" ja- wab Sultan.

"Saya merasa tidak berarti," gumam Demangdalam gerutu. "Saya jarang bertempur, tetapi sekarangsaya harus bertempur melawan monyet. Apa itu tidak

sama saja menggolongkan saya dengan monyet?"Sultan Jurujagad tersenyum dingin. "Jadi seka-

rang ada bawahanku yang berani mengecam tugas yang kuberikan kepadanya. Oh, bagus sekali itu!"

Demang Sabrangdalu mulai kebingungan. Iaburu-buru berkata sambil memberi sembah, "Maaf,Kanjeng... saya tidak bermaksud mengecam perintah,tetapi hanya sekedar menyatakan diri sebagai orang

rendahan yang agak sungkan jika disuruh mengusirmonyet-monyet. Saya lebih senang jika harus berpe-rang melawan prajurit pilihan mana saja daripada ber-perang melawan monyet-monyet...."

Suro Bodong muncul dari ruang tengah, lang-sung angkat bicara bagai tidak mengenal tata krama.

"Itu pun Ki Demang belum tentu sanggup.Mengusir monyet tidak sama dengan mengusir prajuritsatu pasukan. Salah-salah Ki Demang sendiri yangakan menjadi mangsa para monyet."

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 34/81

 

 

3

Keadaan korban serangan monyet-monyet itusangat menyedihkan. Wajah dan tubuh korban menja-di tercabik-cabik tanpa bentuk. Dalam satu malam, bi-sa terjadi 5 sampai 10 korban. Pada umumnya, mo-nyet-monyet itu menyerang orang dewasa, khususnyalelaki yang bertubuh sehat, kekar dan berpotongan se-

perti seorang pendekar. Kerusakan lainnya, tidak begi-tu mengerikan; hanya perusakan rumah-rumah danhewan ternak para penduduk. Sedangkan korbananak-anak, sama sekali tidak ada. Tetapi korban pe-rempuan, memang ada, hanya saja tidak begitu ba-nyak. Sepanjang awal serbuan monyet-monyet selamadua hari ini, hanya ada dua korban perempuan yangrusak berat pada anggota tubuhnya di bagian kaki

sampai ke pangkal paha.Demang Sabrangdalu merinding ketika me-

nyaksikan keadaan para korban yang belum sempatdimakamkan. Ia diizinkan membawa 25 prajurit dalamusaha mengusir monyet-monyet tersebut. Tetapi De-mang Sabrangdalu hanya membawa lima anak buah.Baginya itu sudah terlalu banyak, karena tugasnyahanya mengusir monyet-monyet.

"Siapkan beberapa obor. Boleh lebih dari 10 ob-or besar, sebab biasanya monyet-monyet takut denganapi," ujar Demang Sabrangdalu kepada kelima prajuritpilihannya. Ia juga memberikan perintah yang samakepada penduduk desa yang sudah dua malam menja-di korban serangan para monyet.

"Siapkan obor, dan segera nyalakan sewaktu

monyet-monyet itu datang. Setiap satu orang bisa me-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 35/81

 

 

megangi dua obor. Desak para monyet itu ke arah yangsudah kutunjukkan, yaitu ke tepian hutan, dan mere-ka akan lari masuk hutan kembali."

Demang Sabrangdalu bertubuh pendek. Ba-dannya tidak begitu gemuk, tapi karena tubuhnya  yang pendek itulah membuat ia kelihatan gemuk. Dipinggangnya selalu menyelipkan keris tanpa luk. Ujudkerisnya tidak berkelok-kelok seperti milik Ki PatihDanupaksi. Tetapi, keampuhannya, konon bisa mem-buat batu kali terbelah menjadi dua bagian dalam kea-

daan rapi, seperti agar-agar terpotong silet. Keris itubernama Pusaka Sanca Welang, yang dibawanya apa-bila Demang sedang mengemban tugas penting baginegara. Jika tidak sedang bertugas, keris itu jarangdiselipkan di pinggang kirinya.

Malam menjadi gulita, dan beberapa orang siapmenunggu kedatangan rombongan monyet. Bukanhanya Demang dan kelima anak buahnya saja, me-

lainkan beberapa penduduk desa pun ikut serta dalamgerakan mengusir monyet-monyet ganas.

Angin malam bertiup sedang-sedang saja. Derik  jangkrik memecah kesunyian malam Demang Sa-brangdalu masih duduk di serambi rumah Lurah desatersebut bersama beberapa orang tua yang menjadi se-sepuh desa itu. Sementara beberapa prajuritnya, danpara penduduk sebagian, mengelilingi desa sambilmengadakan patroli dengan teliti. Sampai tengah ma-lam, keadaannya tenang-tenang saja. Tetapi pada saatselesai terdengar bunyi kentongan tanda lewat tengahmalam, ketegangan mulai terjadi di sekitar desa terse-but.

Ketegangan itu diawali oleh suara teriakan seo-rang lelaki dari sebelah Barat. Jerit-jerit bersuara se-

rak terdengar pula di sana. Maka, Demang pun meme-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 36/81

 

 

rintahkan anak buahnya segera menyerbu ke bagianBarat desa. Obor-obor menyala. Penduduk dan prajuritKesultanan bekerjasama mengepung sebuah rumah.Di rumah itulah mula pertama terdengar suara jeritanseorang lelaki. Tetapi, rumah itu kelihatannya aman-aman saja. Tidak ada jeritan lagi dari dalam rumah.

"Jangan-jangan hanya orang mengigau kitasangka yang bukan-bukan," bisik salah seorang pen-duduk kepada temannya. Waktu itu, Demang sendiridatang bersama Ki Lurah. Mereka juga siap membawa

obor di tangan. Tetapi beberapa anak buah Demangmemberitahu, bahwa asal teriakan dari rumah terse-but. Namun kenyataannya rumah itu dalam keadaanaman-aman saja.

"Geledah rumah itu…!" perintah Demang. Salahseorang prajurit dengan seorang penduduk terdekatdengan rumah itu segera mengetuk pintu. Berkali-kaliketukan tidak juga terdengar jawaban dari dalam. Pra-

 jurit itu berbisik,"Berapa orang yang tinggal di dalam rumah ini?

Masa; satu pun tidak ada yang bangun mendengar ke-tukan kita?"

"Hanya Rusmin dengan istrinya. Mereka pen-gantin baru. Kurasa mereka lelap dalam pelukan ke-mesraan, sampai-sampai kuping mereka budeg, tidakmendengar ketukan sekeras ini."

"Ssst...! Aku mencium bau amis..." prajurit itumengendus-enduskan hidung. Penduduk yang menjaditetangga Rusmin juga ikut mendengus-dengus.

"Kalau aku kok mencium bau langu... ah, se-perti bau keringat kuda..." bisiknya.

"Jangan-jangan ada yang tak beres di dalamrumah ini," kata prajurit itu. "Kita dobrak saja pin-

tunya...!"

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 37/81

 

 

Mereka sengaja mendobrak pintu dengan ten-dangan keras yang mengagetkan. Begitu pintu dido-brak, terlepaslah daun pintu itu dari engselnya.

Maka, kedua mata orang itu terbelalak bersa-maan. Obor yang dipegang di tangan terjatuh seketika.Ia tak sempat berteriak satu kali pun.

  Ternyata di balik pintu itu, sudah menunggupuluhan monyet berbulu kelabu dengan mulut ter-bungkam semua. Begitu pintu didobrak, mereka segeramenjerit serak dan menerjang kedua orang tersebut.

Lompatan mereka tepat mengenai dada, menggoreskankuku di dada itu, kemudian gigi para monyet itu mero-bek leher mereka yang disusul dengan gigitan dari mo-nyet-monyet lainnya di beberapa tempat, di bagian tu-buh kedua orang itu.

"Monyet-monyet itu ada di dalam...!!" teriakDemang Sabrangdalu kepada orang-orang yang men-gepung di bagian samping dan belakang rumah. Na-

mun, sebelum mereka sempat bergerak, monyet-monyet sebesar bocah usia 7 tahun itu telah melesat,melompat ke luar dari pintu atau-pun jendela rumah  yang dirusakkan oleh kekuatan tangan mereka. Bah-kan ada beberapa ekor monyet yang keluar lewat atap yang telah dijebolkan. Lalu mereka pun segera melon-cat, melayang dan menerkam beberapa orang tanpaperduli orang itu membawa obor atau tidak.

"Selamatkan pemilik rumah itu! Selamatkandia...!" teriak Ki Lurah kepada para penduduk. Ki Lu-rah belum tahu kalau Rusmin dan istrinya telah tewasdalam keadaan tubuh mereka habis digerogoti monyet-monyet haus darah itu. Keadaan yang jelas menjadipanik, terutama setelah mereka tahu bahwa monyet-monyet itu tidak takut dengan nyala api obor. Bahkan

Demang Sabrangdalu sendiri telah menggunakan ke-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 38/81

 

 

risnya untuk membunuh beberapa monyet. Namun ke-tika ia mengacung-acungkan obornya ke wajah seekormonyet, binatang itu tidak punya rasa takut terbakarsama sekali. Bahkan obor tersebut sempat disampokcepat oleh tangan monyet. Untung Demang Sabrangda-lu memegangi obor dengan kuat sehingga obor itu taksempat jatuh.

"Bakar mereka...! Bakar dan bunuh semua...!"teriak Demang sambil menghindari loncatan seekormonyet yang hendak menerkamnya. Kaki kanan De-

mang Sabrangdalu berhasil dikibaskan ke belakangdan mengenai kepala monyet itu. Kemudian, monyettersebut berteriak kesakitan dengan suaranya yang se-rak dan brisik itu. Keris Demang Sabrangdalu diayun-kan untuk menghabisi nyawa monyet itu. Sayangnya,monyet itu dapat berkelit menghindari keris, lalu me-lompat ke salah satu dahan pohon yang rendah, ka-kinya segera menendang kening kepala Demang Sa-

brangdalu. Oh... kukunya sempat merobek keningDemang sampai berdarah. Berulangkali Demang men-gayunkan keris, sama dengan berulangkali merekamengayunkan senjata yang mereka pegang, tapi taksatu pun dari monyet itu yang terkena senjata manu-sia. Umumnya mereka pandai berkelit, lincah berge-rak, gesit mengelak setiap serangan. Jumlahnya yangcukup banyak itu sempat membuat Ki Lurah sendirikebingungan, dan di luar dugaan punggungnya men-  jadi berat dan perih, karena seekor monyet berhasilmelompat ke punggung, lalu menggigit tengkuk kepalaKi Lurah. Rupanya monyet-monyet itu tidak memper-dulikan kedudukan mangsanya yang sebagai Lurah, yang jelas begitu ia berhasil nomplok di punggung, iasegera menggigit dengan sadis, merobek bagian tubuh

Ki Lurah lainnya sekali pun Ki Lurah sudah berguling-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 39/81

 

 

guling sambil menjerit. Terkaman para monyet itu cu-kup kuat, sehingga dalam beberapa waktu saja sudahada tujuh orang yang mati dirobek-robek oleh monyet-monyet tersebut.

"Lari...! Ayo, lekas lariii...!!" teriak beberapaorang penduduk yang menjadi sangat ketakutan meli-hat Lurah mereka menjadi santapan yang amat men-gerikan. Sementara para penduduk lari semua tanpamemperdulikan obor mereka, Demang Sabrangdalumasih sibuk menghadapi beberapa monyet yang hen-

dak menerkamnya berulangkali. Demang mencoba ber-tahan dengan mengibaskan keris ke kanan, ke kiri, kedepan dan ke mana saja asal monyet-monyet itu men- jauh.

"Gawat...! Anak buahku tidak ada yang hidupsatu pun?!" geram Demang Sabrangdalu di dalam hati.Ia semakin panik dan kebingungan. Tangan kirinyamasih memegangi obor dengan nyala api yang besar,

sedangkan tangan kanannya masih memegangi kerisSanca Welang yang bagai tidak mempunyai kesaktianapa-apa.

"Mampus kau! Mati kau...! Hiaaat...!! DemangSabrangdalu terpaksa melompat sana-sini denganmenggunakan jurus tendangannya. Banyak monyet yang tertendang dan mental di beberapa jauh.

  Tetapi, kali ini betis dan kakinya sempat ber-lumuran darah karena cakar monyet merobeknya den-gan gerakan cepat. Ketika ada salah seekor monyet yang melompat hendak menerkamnya, Demang segeramerendah. Ia menghunjamkan kerisnya ke atas, tetapiperut monyet itu tak terjangkau oleh ujung keris. Mo-nyet itu melompat dalam posisi kepala di bawah kakidi atas, dan tangan menampar wajah Demang hingga

Demang sendiri menjerit kesakitan. Pipinya berdarah

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 40/81

 

 

karena luka dalam akibat goresan kuku monyet. KakiDemang segera melompat-lompat menghindari raihantangan monyet lainnya. Sesekali kaki itu menendangdan membuat monyet yang terpental menjerit-jerit ba-gai mengeluarkan sumpah serapah tak karuan.

 Tetapi beberapa saat kemudian, monyet-monyetitu mundur beberapa langkah dengan gerakan siapmenyerbu dalam satu lingkaran. Demang berdiri ditengah lingkaran barisan monyet berbulu coklat kea-bu-abuan. Monyet-monyet itu sudah memasang per-

siapan untuk melompat dalam satu kali sergapan ber-sama. Wajah-wajah monyet itu menampakkan keben-gisannya dengan sesekali menyeringai ganas danmenggeram-geram. Sementara itu, Demang Sabrang-dalu sudah berlumuran darah dan banyak luka di tu-buhnya yang cukup perih dan mengerikan.

Keris dan obor masih di tangan. Sekali pun se-kujur tubuh Demang malah terasa sakit jika berhenti

bergerak, tapi dia mencoba bertahan dan berpikir he-ran: mengapa monyet-monyet itu berhenti dan mem-bentuk lingkaran mengurungnya. Demang Sabrangda-lu bergerak terus, tubuhnya memutar sendiri sebabtakut diterkam dari belakang. Nafasnya sudah tidakseperti nafas manusia, melainkan seperti nafas anjing yang habis lari jauh. Ngos-ngosan dengan tangan dankaki terasa jelas gemetarnya.

"Ayo, maju...!" geram Demang. "Lekas maju sa-tu persatu kalau kalian berani. Kurobek tubuh kaliandengan keris ini. Kupecahkan kepala kalian dengankeris pusakaku ini! Lekas, siapa yang mau maju...?!Ayo, majuuu...?!!" Demang Sabrangdalu jengkel sendi-ri. Tetapi, monyet-monyet itu hanya berdiri dalam po-sisi siap menerkam bersama. Jumlahnya lebih dari 25

ekor kera, terhitung dengan beberapa ekor kera yang

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 41/81

 

 

nangkring di pohon-pohon dan atas atap rumah."Kalau mereka semua maju, apa kau sanggup

menghadapinya?" tiba-tiba ada suara yang datang dariarah rumpun bambu.

Demang Sabrangdalu mengangkat obornyaagak tinggi untuk mempertegas penglihatannya. Ia ter-peranjat ketika matanya menangkap sosok wajah pe-rempuan berpakaian pinjung merah, lengkap dengancelana merah dan pedang di punggung. Perempuan itucukup langsing, namun bukan kurus. Sikapnya dalam

berdiri cukup tegas dan mantap. Ia pantas menjadiseorang prajurit perempuan yang gagah berani.

"Siapa kau? Apakah kau pimpinan monyet-monyet ini?" sapa Demang Sabrangdalu yang tinggalsendirian itu.

"Ya," jawab perempuan itu. "Namaku... Puspa-sari...!"

Semakin terbelalak mata Demang. Sementara

gemetar lututnya. Bukankah Puspasri adalah orang yang dibunuh Ki Patih Danupaksi beberapa hari yanglalu? Dan... dan ciri-ciri yang disebutkan patih adasemua pada diri perempuan yang mengaku sebagaipimpinan monyet itu.

"Kau setan...!" geram Demang dalam ketaku-tannya, tapi ia tetap berada di tempat kendati keliha-tan sekali gemetarnya kaki dan tangannya. Puspasarihanya tersenyum sinis dan semakin mendekat, masukdalam lingkaran barisan monyet.

"Aku hanya ingin mencari pembunuh guruku;Ki Destak. Menurut kabar dan ucapan guru sebelum  wafat, hanya orang yang punya pusaka Pedang UratPetir yang bisa mengembalikan aji Sosrogeni milikguru. Dan... orang yang memiliki pedang Pusaka Urat

Petir itu ada di daerah ini. Siapa dia dan di mana dia?

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 42/81

 

 

Katakan, lalu serahkan dia kepadaku! Jika tidak, akuakan membuat kacau penduduk di wilayah sini!"

"Kau pengecut...! Kau hanya berani melukaipenduduk yang tak bersalah...!" geram Demang masihdengan gemetar dan nafas tersendat-sendat.

"Aku ingin memancing kemarahan siapa sajauntuk memuaskan hati. Aku ingin melihat keberanianpemilik Pedang Urat Petir, yang kabarnya ia adalahorang Kesultanan."

"Kenapa kau tidak datang ke istana Kesultanan

saja kalau memang kau tahu dia orang Kesultanan?""Aku tidak mau terjebak mati, sebelum aku

membunuh orang itu! Nah, kalau dia temanmu, sam-paikan salam dari Puspasari. Tapi kalau dia bukan te-manmu, carikan dia dan serahkan kepadaku, makaaku akan melindungi keluargamu sampai tujuh ketu-runan!"

Demang Sabrangdalu sebenarnya ingin berkata

lagi, tapi ia sudah terlanjur terpukau oleh gerakanPuspasari. Perempuan itu memejamkan mata danmengangkat tangan kanannya, seperti meremat sesua-tu di depan wajahnya. Hal itu terjadi hanya beberapadetik saja, lalu monyet-monyet itu bergerak tanpa sua-ra, pergi meninggalkan tempat yang dihuni banyakmayat bergelimpangan dalam keadaan mengerikan.Puspasari pun segera pergi searah dengan kepergianmonyet-monyet tersebut.

Demang sempat berteriak dalam kedongkolan-nya, "Puspasari, kau telah mati di tangan Patih Danu-paksi...!"

"Jangan kira aku setan sebenarnya." Puspasarimenyempatkan berpaling dengan senyum sinisnya,kemudian berkata lagi:

"Aku tidak akan mati semudah itu, tahu?! Dan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 43/81

 

 

kau harus mengerti, bahwa aku tidak mungkin mati! Tak ada orang yang mampu membunuhku! Nah, sam-paikan berita ini kepada Sultanmu!"

"Tapi kau nyatanya takut mati! Kau tak beranidatang!"

Puspasari jadi berhenti lagi, dan berkata: "Adasaat yang baik untuk datang ke istana dan membantaikalian!"

Puspasari segera melesat bagai kelelawar me-layang, masuk dikegelapan dan tak terdengar lagi ge-

rakannya. Sementara itu, Demang Sabrangdalu meng-geram, menggerutu sendiri dengan kegemasan yangsangat menjengkelkan hati. Ia tak dapat berbuat ba-nyak, karena sekarang ia baru sadar kalau lutut ki-rinya terluka parah bekas gigitan monyet. Banyak lukaakibat cabikan kuku monyet, dan semuanya kini tera-sa perih sekali.

Lebih perih sekali adalah saat ia pulang ke is-

tana Kesultanan seorang diri. Ia naik di punggung ku-da yang berjalan dengan loyo. Angin pagi membuat lu-ka di sekujur tubuhnya menjadi terasa sangat perih.Ketika ia muncul dipintu gerbang, ia pun rubuh ter-sandar di punggung kuda. Pingsan!

Sudah tentu keadaan Demang membuat sua-sana di dalam Kesultanan menjadi heboh. Semua mu-lut bicara soal Demang dan luka-luka pertarungannyadengan monyet-monyet dari gunung Buramang. Yanglebih mengejutkan mereka lagi adalah berita tentangkemunculan perempuan yang bernama Puspasari.

"Tidak mungkin...!" bantah Ki Patih Danupaksi."Aku melihat sendiri saat Puspasari meregang nyawa.Aku juga yang memeriksa bahwa perempuan itu matidengan keadaan pucat pasi. Dan selama ini, memang

tak pernah ada orang yang bisa selamat jika sudah

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 44/81

 

 

tergores keris Pulung Kobraku itu!"Semua jadi terbengong diliputi kebimbangan

 yang membingungkan. Puspasari jelas sudah mati ter-kena senjata Ki Patih. Beberapa prajurit yang waktuitu menyaksikan sendiri kematian Puspasari segeramenyatakan pendapat seperti yang diutarakan PatihDanupaksi. Tetapi sekarang Demang Sabrangdalu ber-sumpah, bahwa monyet-monyet itu menurut kepadaperintah Puspasari. Bahkan Demang Sabrangdalumeyakinkan tentang pertemuannya dengan Puspasari.

Segala apa yang dibicarakan oleh Puspasari, di-ucapkan ulang oleh Demang Sabrangdalu yang sedangmenunggu kesembuhan lukanya. Laporan yang meya-kinkan itulah menjadi kebimbangan pikiran mereka.Hanya Suro Bodong yang kelihatan tenang-tenang sa-  ja, mendengarkan kisah itu sambil makan jagung ba-kar.

"Bagaimana menurutmu, Suro Bodong?!" tanya

Eyang ketika itu dengan disaksikan banyak punggawanegeri.

"Bagus...!" jawab Suro Bodong sepertinya tidaksambung dengan pertanyaan dan pembicaraan mere-ka.

"Bagus bagaimana?""Bagus kalau memang Puspasari itu bisa hidup

lagi. Ini berarti teguran bagi kita agar kita tidak gega-bah merasa sebagai pemenang. Kalau memang benarPuspasari hidup lagi, tentu itu hal yang menarik untukdiselidiki kebenarannya."

''Aku akan menyelidikinya," tukas Danupaksidengan semangat. "Nanti malam aku akan datang kedesa yang diserang para monyet, dan akan kutantangPuspasari kalau benar dia masih hidup."

Sultan diam. Eyang Panembahan diam. Nyi Mas

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 45/81

 

 

Sendang Wangi yang selalu mendampingi ayahnya jugadiam. Tetapi diam mereka adalah diam berfikir men-gambil langkah baik. Sultan sempat meminta pendapatSuro Bodong, sebagai menantunya. Tetapi, Suro Bo-dong yang waktu itu disuruh hadir oleh istrinya hanyamanggut-manggut seraya mengunyah jagung bakar.Ketika barang yang dikunyahnya itu ditelan, ia men-dengar Sultan bertanya:

"Bagaimana, Suro? Patih Danupaksi inginmembuktikan sendiri, dan ingin menantang Puspasa-

ri?""Bagus," jawab Suro sepertinya seenaknya saja

menjawab. "Itu berarti Ki Patih masih punya nyali. Ka-lau menurutku, biarkan saja Ki Patih menuruti nya-linya, kita lihat saja, apakah dia bisa pulang denganselamat atau dengan... mayat!"

"Jangan bicara pahit begitu, Suro," ujar Ki Pa-tih yang kurang suka dengan perkataan Suro Bodong

tadi. "Sebenarnya kaulah yang dicari Puspasari, danaku sudah berusaha melindungimu dengan tidak men-gatakan di mana kamu berada."

"Kalau begitu, katakan saja kalau aku ada disini!" sahut Suro Bodong dengan senyum ringan yangmenampakkan kesan sombongnya.

"Seharusnya kau yang pergi menemui Puspa-sari, sebab kau yang ditantangnya. Tapi jangan izinkanPuspasari membuat keonaran di dalam benteng ini. Tantanglah dia di lain tempat. Jika sampai Puspasarike mari, bukan hanya kau yang diincar, melainkan ke-selamatan Nyi Mas dan Kanjeng Sultan sendiri akan jadi terancam."

"Kalau Ki Patih masih berani melawannya daningin membuktikan kebenarannya, silahkan berangkat

lebih dulu!" kata Suro

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 46/81

 

 

Patih Danupaksi merasa semakin penasaran. Iaingin membuktikan kepada siapa saja, bahwa diamampu mengalahkan Puspasari dengan menggunakankeris Pulung Kobranya. Maka, pada malam berikutnya,berangkatlah dia dengan 25 prajurit, sesuai denganamanat Sultan ketika Patih Danupaksi mohon pamituntuk menunaikan tugas:

"Semangatnya, cukup bagus, Ki Patih itu. Ha-nya sayang ia masih bisa dikuasai oleh nafas dan naf-sunya sendiri."

Sementara itu, Nyi Mas Send an g Wangi keluar dari kamar dan melihat Suro Bodong ada di ta-man samping bangsal keprajuritan. Di sana sepi, kare-na para prajurit sedang mengadakan pertemuan den-gan Sultan dan Eyang Panembahan. Mereka sedangdiberi beberapa pengarahan untuk menanggulangi ka-lau-kalau terjadi penyerbuan dari pihak lawan.

"Tidak ikut pengarahan prajurit, Kang Mas?"

tegur Sendang Wangi kepada Suro Bodong yang tengahduduk melamun.

"Apakah aku seorang prajurit?" tanya Surodengan tenang.

Sendang Wangi menyunggingkan senyum ma-nis. "Tapi kau seorang Senopati. Wajar rasanya kalauseorang Senopati ikut memberikan pengarahan kepadapara prajurit."

"Aku tidak punya pengarahan, kecuali satuarah!"

"Satu arah?""Satu rencana yang sekarang juga harus segera

kulaksanakan, Nyi Mas. Ah... seharusnya kau sudahpantas dipanggil: Nyai. Bukan Nyi Mas lagi."

Sendang Wangi menyandarkan kepalanya di

pundak Suro Bodong. Suro mengusap-usap pipi is-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 47/81

 

 

trinya."Aku belum mempersoalkan panggilan itu. Aku

sedang memikirkan firasatku, Kang Mas Suro.""Hem... firasat apa lagi itu?""Sepertinya... kau memang harus segera ber-

tindak demi ketentraman rakyat Kesultanan Praja,Kang Mas."

Suro tertawa pendek penuh arti. Lalu katanya,"Kalau begitu, kau setuju jika aku bergerak mulai se-karang?"

Sendang Wangi mengangguk. "Kalau rakyat te-nang, tentram, maka ayah juga tenang dan damai," bi-sik Sendang Wangi.

"Kalau begitu, menjauhlah sebentar," kata Su-ro.

"Apa yang akan kau lakukan, Kakang?""Aku harus menggunakan jurus Luing Ayan

Empat...."

"Luing Ayam Empat...?" Sendang Wangi tertawapelan dan pendek. "Setiap aku mendengar jurus- jurusmu selalu saja aku ingin tertawa."

"Jurus-jurusku memang pantas ditertawakan,selagi bisa tertawa orang itu kuizinkan tertawa, tapikalau ia sudah terkena jurusku dan mati... beranisumpah: dia tidak akan kuizinkan untuk tertawa!"

Semakin mengikik tawa Sendang Wangi men-dengar banyolan Suro Bodong yang sederhana, tapimenyenangkan hati Sendang Wangi. Saat itu, Surohendak menjauh dari istrinya.

"Kau akan merubah diri lagi, Kang Mas? Mau jadi apa?"

"Coba terka...!" jawab Suro Bodong seraya me-langkah. Sendang Wangi menggumam. Ia berpikir:

"Kalau jurus Luing Ayan Dua, aku belum tahu.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 48/81

 

 

  Juga jurus Luing Ayan Empat dan Enam. Tapi kalau jurus Luing Ayan Tujuh, Kang Mas berubah ujud men-  jadi pendekar tampan yang bernama Panji Bagus.Luing Ayan Tiga, menjadi bocah kecil, Luing Ayan satu,menjadi ujud Suro Bodong, sedangkan Luing Ayan Li-ma, menjadi kakek tua bergelar Rekso Upo. Kalau...kalau jurus Luing Ayan Empat? Jadi apa, ya?" Sen-dang Wangi berpikir-pikir.

 Jurus Luing Ayan, adalah jurus kesaktian SuroBodong yang paling sering digunakan. Jurus itu mem-

punyai tujuh tingkatan, yang mampu merubah ujudSuro Bodong menjadi tujuh rupa. Sadar tidak sadar,sengaja atau pun tidak sengaja, setiap Suro Bodongbersalto di udara, maka ia akan mendarat ke tanahdengan ujud berubah. Perubahan ujudnya tergantungdari berapa kali putaran ia bersalto di udara selamakakinya belum menyentuh tanah. Tetapi kalau diahanya bersalto satu kali, yang dinamakan Luing Ayan-

1, maka ia akan menjadi sosok Suro Bodong yang se-karang: berbaju merah, bercelana biru, perut sedikitmembuncit dan pusernya kelihatan melotot.

 Tetapi, malam itu, sebelum Sendang Wangi, is-trinya, sempat menerka perubahan ujud yang akan di-lakukan Suro Bodong, tahu-tahu Suro Bodong telahmelesat ke atas. Sebelum menyentuh tanah, ia bersaltoempat kali di udara. Itulah jurus Luing Ayan-4.

Dan ketika kakinya kembali menjejak tanah,ternyata sendang Wangi membelalakkan mata denganpekik yang tertahan. Suro Bodong telah berujud beda,ia menjadi seekor monyet berbulu ungu. Ungu kehi-tam-hitaman. Ujud itu membuat Sendang Wangi keta-kutan dan menjadi berdebar-debar. Suaminya berujudmonyet ungu, berekor panjang dengan ukuran tinggi

badan seperti bocah umur 7 tahunan. Gerakannya,

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 49/81

 

 

sudah tentu gerakan seekor monyet yang suka garuk-garuk ketiak atau tempat lainnya. Wajah dan senyum-nya, jelas seperti monyet biasa yang tak kenal manu-sia. Hanya saja, monyet ungu itu mempunyai banyakperbedaan dengan monyet-monyet lainnya. Ia mempu-nyai otak, yang dapat berpikir dengan cerdas. Dan bu-kan hanya mempunyai otak, melainkan akal sehat punia miliki. Bahkan ketika monyet ungu itu mendekatiSendang Wangi, lalu Sendang Wangi mundur, ternyatamonyet itu bisa berbicara dengan bahasa manusia.

"Jangan takut... aku bukan monyet nakal, NyaiSendang Wangi. Aku Suro Bodong yang dalam kekua-saan jurus Luing Ayan Empat itu."

Sendang Wangi mulanya tak berani tertawa,namun setelah ia mendengar monyet ungu itu berbica-ra dengan suara persis Suro Bodong, maka lama-lamaSendang Wangi pun tersenyum geli melihat kenyataanini. Apalagi setelah Suro Bodong berkata:

"Kalau aku sedang jadi monyet begini, jangancoba- coba memancing semangatku untuk naik ke ran- jang, Nyai. Nanti kamu tidak bisa tidur...."

  Jelas ini kelakar khas Suro Bodong. SendangWangi mulai berani memegang dan mengusap-usapnya. Lalu ia tertawa geli sendiri. Suro Bodong yang berubah menjadi monyet ungu itu berkata, "Akuakan menyatu dengan monyet-monyet ganas itu. Akuakan ikut sampai ke sarang mereka, sehingga aku ta-hu keadaan mereka sebenarnya. Tapi, lebih dulu akuharus mendampingi Ki Patih secara diam-diam."

"Hati-hati, Kang Mas... jangan tergoda oleh mo-nyet betina di hutan sana! Nanti kamu segan berubah jadi manusia!"

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 50/81

 

 

4

Kalau ingat pesan Sendang Wangi, Suro Bo-dong ingin tertawa saja rasanya. Tetapi, rasa geli ituhilang seketika setelah sampai di suatu tempat, Suromelihat banyak mayat prajurit kesultanan yang berge-limpangan di beberapa tempat. Keadaan mayat terca-bik-cabik dan bekas gigitan yang terkuak itu sangat

mengerikan. Sinar bulan purnama yang menyorot kebumi memperjelas bentuk mayat dan keadaan korbantersebut. Suro Bodong meski dalam keadaan ujud see-kor monyet, tapi otaknya masih otak manusia. Rasangeri dan sedihnya masih ada.

"Pasti mereka korban keganasan monyet-mo-nyet gunung Buramang...' kata Suro Bodong dalam ha-ti.

  Tengah malam yang sunyi itu, ia meneliti de-ngan cermat, menghitung berapa mayat prajurit yangada di situ, dan berapa mayat penduduk yang menjadikorban. Lalu, ke mana Patih Danupaksi? Mayatnya takada. Kalau begitu Ki Patih masih hidup.

Kemudian monyet ungu itu bergerak ke arahSelatan, karena di sana terlihat ada nyala api yangmembara dan berkobar. Pasti amukan monyet-monyet

itu sampai ke desa di sebelah selatan sana. Monyetungu bergerak dengan lincah dan cepat. Ia tak maumelangkah seperti jalannya manusia. Ia memang bi-asanya merangkak atau berjalan dengan badan ter-bungkuk-bungkuk. Hanya saja, kali ini ia membutuh-kan waktu yang singkat. Ia harus meloncat, dari dahanpohon yang satu ke pohon yang lain. Siapa tahu ia be-

lum terlambat mencegah amukan para monyet di desa

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 51/81

 

 

Selatan itu. Ternyata dugaan Suro Bodong dalam ujud mo-

nyet ungu itu mendekati kebenaran. Ada desa baru  yang penduduknya panik karena serbuan monyet-monyet berbulu abu-abu. Mereka mengejar penduduk,khususnya setiap lelaki. Mereka seperti monyet-monyet kesurupan, yang menerkam mangsanya ke-mudian mengeroyoknya dengan gigitan dan cakar yangmematikan.

Suro Bodong tak mau bergerak untuk beberapa

saat. Ia mempelajari suasana di situ. Ia juga melihat KiPatih Danupaksi sedang kewalahan melawan tiga ekormonyet ganas. Kerisnya bagai tak mempan untukmembunuh monyet-monyet yang mengeroyoknya. Se-mentara itu, ada lima prajurit yang masih hidup danbertahan bertarung melawan binatang-binatang lincahitu. Hampir-hampir setiap satu prajurit menghadapiempat ekor monyet yang bernaluri membunuh semua.

Diperkirakan, ada 25 ekor monyet lebih yang sedangmenggila di desa tersebut.

"Satu-satunya jalan harus menguasai monyet-monyet itu," pikir Suro Bodong dalam ujud monyet un-gu.

Patih Danupaksi telah banyak lukanya. Pa-kaiannya sendiri menjadi compang-camping, tak bedadengan seorang pengemis. Ia berulangkali mengi-baskan keris pusakanya ke arah binatang-binatangtersebut. Namun, monyet-monyet itu bagai mempunyaiilmu silat yang amat lincah. Mereka mampu mengelakdan menyerang dengan cakarnya. Danupaksi menjaditerengah-engah.

Namun tiba-tiba gerakan monyet itu terhentidan menjauhi Patih Danupaksi. Juga monyet-monyet

  yang menyerang kelima prajurit juga berhenti dan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 52/81

 

 

menjauhi kelima prajurit Kesultanan itu. Mereka tidakmenyerang, namun selalu menghindar dan menjauh jika hendak di serang oleh manusia.

"Aneh..." gumam Danupaksi sendirian. "Menga-pa monyet-monyet itu berhenti menyerangku? Menga-pa mereka seakan justru menonton semua kebingun-ganku ini? Ah, gila...!"

Rupanya bukan hanya Ki Patih dan kelima pra-  jurit yang merasa heran, namun ada satu orang lagi  yang benar-benar merasa heran dan gemas melihat

monyet-monyet itu tidak mau menyerang lawannya la-gi. Orang itu bersembunyi di atas pohon yang gelapdan rimbun. Melihat monyet-monyet itu tak mau me-nyerang, maka orang itu segera meluncur turun dariatas pohon. Ternyata dialah Puspasari yang tersenyumpenuh tantangan kepada Patih Danupaksi.

"Bagus sekali kau bisa mengendalikan monyet-monyet itu," kata Puspasari yang mengira Danupaksi

  yang berhasil menguasai monyet-monyet itu hinggamereka tak mau menyerang.

Sedangkan, Patih Danupaksi sendiri sebenar-nya merasa heran, pertama melihat monyet-monyet itubagai takut bergerak apa pun, kedua Patih heran ataskemunculan Puspasari. Padahal beberapa hari yang la-lu, Ki Patih yakin betul bahwa Puspasari telah berhasildibunuh dengan keris pusakanya. Ia sendiri yang me-robek lambung dan leher perempuan berwajah mungildengan bola mata bundar indah itu. Tapi, mengapa se-karang Puspasari sudah bisa berdiri di depannya? Ini  yang sangat mengherankan Danupaksi. Ia sempatmemperhatikan telapak kaki Puspasari, ternyata me-nempel pada tanah. Ini menandakan bahwa Puspasaribukan hantu. Bukan roh halus, melainkan manusia

biasa yang siap bertarung melawan Danupaksi. Kelima

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 53/81

 

 

prajurit yang sebenarnya bisa menyerangnya dari be-lakang itu tidak dihiraukan. Karena bagi Puspasari,menundukkan kelima prajurit itu lebih cepat dan lebihmudah ketimbang menundukkan Danupaksi.

Danupaksi sendiri tidak tahu, apa sebab mo-nyet-monyet itu berhenti menyerang, bahkan kinimengelompok menjadi satu, sepertinya sedang mera-patkan rencana kerja mereka. Memang, semua tidaktahu kalau di antara monyet-monyet yang kini meng-gerombol itu terdapat pula monyet berbulu ungu kehi-

tam-hitaman. Itulah Suro Bodong. Dalam ujud sepertimonyet itu, Suro Bodong dapat berbicara dengan ba-hasa monyet dan menguasai alam pikiran monyet-monyet itu. Maka, dengan mudah Suro Bodong sebagaimonyet ungu bisa memerintahkan kepada 'konco-konconya' untuk diam, jangan menyerang siapa pun.

"Kau boleh berhasil menguasai jiwa monyet-monyet itu, tapi ingat, aku bukan monyet," kata Pus-

pasari. "Aku manusia yang masih ingin menebus keka-lahanku tempo hari."

"Kau memang harus dihancurkan menjadi dag-ing cincang. Lalu direbus dan ditanam di dasar lau-tan!" Patih Danupaksi benar-benar gemas melihatPuspasari masih hidup. Ia merasa terkecoh karenanya.

"Lakukanlah sebelum hal itu kulakukan terha-dap dirimu, Jahanam...!!" Puspasari melompat dalam jurus tendangan lurus ke depan. "Hiaaat...!!"

Patih Danupaksi menangkis dengan gerakanlengan kirinya yang mengibas ke kanan, dan ia segeraberputar kekiri dengan kaki menendang balik pung-gung Puspasari. Tubuh perempuan itu terjengkang kedepan, dan dua orang prajurit segera menyerangnyadari depan Puspasari. Pedang mereka berkelebat di-

hantamkan ke arah tubuh Puspasari. Tetapi pada saat

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 54/81

 

 

itu, jari telunjuk Puspasari ditudingkan ke arah keduaprajurit tersebut. Jari telunjuk itu bergetar kaku, lalumemancarkan sinar hijau muda sebesar lidi. Sinar itumenghantam cepat tubuh prajurit secara satu persatu.Maka, kedua tubuh itu pun terbakar hangus, terbung-kus api yang sukar dipadamkan. Keduanya berteriakdan berguling-guling di tempat basah, namun tidakmenolong memadamkan api yang membungkus tubuhmereka. Ketika itu, Puspasari segera bersalto ke udaradengan tangan kanan bertumpukan sehelai daun dari

tanaman liar. Tubuh itu melejit dan bersalto dua kali.Ki Patih Danupaksi segera menggunakan aji

Candramawa, yaitu sebuah sinar biru tua, mendekati warna ungu, meluncur dari sepasang mata Patih Da-nupaksi. Ia berdiri dengan kedua kaki merenggang danmerendah, kemudian kedua tangannya terlipat digeng-gamkan kuat-kuat, merapat dengan tulang rusuk, dankeluarlah sinar aneh darimata Danupaksi. Sinar itu

menyorot ke tubuh Puspasari yang segera dihindaridengan gerakan bergulir di udara sampai beberapakali. Ketika sinar aneh dari mata Danupaksi menghan-tam pohon dan hancur se ketika pohon itu, Puspasarisempat melancarkan pukulannya, berupa sinar hijau  yang keluar dari dua ujung jarinya, yaitu jari tengahdan jari telunjuk.

Patih Danupaksi segera mengibaskan keris pu-sakanya, dimiringkan ke arah depan mata, lalu keduasinar hijau itu tertahan oleh keris Ki Patih. Begitu kuatdaya dorong sinar hijau itu, sehingga tangan Ki Patihsampai bergetaran. Hampir saja Ki Patih tidak tahanmenerima desakan sinar hijau itu. Untung ada duaprajurit yang sama-sama melakukan tendangan seren-tak ke punggung Puspasari.

  Tubuh Puspasari terlempar ke depan, dengan

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 55/81

 

 

sigap Patih Danupaksi menyambutnya dengan kibasankerisnya.

Breeet...!"Aaauhh...!!"Puspasari menjerit, dadanya terluka panjang

dan dalam. Ia meringis kesakitan dalam keadaan jatuhberlutut. Patih Danupaksi segera menghunjamkan ke-risnya ke punggung Puspasari, tetapi Puspasari segerabergulir sambil menggerakkan kaki kanannya menen-dang perut Patih Danupaksi. Tendangannya cukup ke-

ras diiringi teriakan antara rasa sakit dengan pemusa-tan tenaga, "Huaaah...!!"

"Uugh...!" Patih Danupaksi terpental. Dadanyaterasa mau jebol. Ia sukar bernafas beberapa saat.

Kesempatan itu digunakan oleh Puspasari un-tuk bangkit. Menendang satu prajurit yang hendakmenyerangnya dengan sebuah pedang, lalu ia segeralari dengan melompat ke tempat gelap. Dua orang pra-

  jurit menolong Patih Danupaksi yang sukar bernafasakibat tendangan Puspasari, sedangkan satu prajuritlainnya sedang merangkak sambil menyeringai kesaki-tan karena tendangan Puspasari juga pada perutnya.

Sementara itu, monyet-monyet pun berlarianmengikuti kepergian Puspasari, tak ketinggalan mo-nyet ungu pun ikut dalam rombongan monyet-monyettersebut. Puspasari agaknya mulai kewalahan mena-han rasa sakit dan amukan racun yang ada di kerisDanupaksi. Racun itu telah meresap dalam darahnyaakibat goresan keris di bagian dada kirinya. Untung ti-dak tepat di bagian yang menonjol, lebih ke atas sedi-kit, dekat dengan leher.

Sambil berlari dan melompat-lompat, monyetungu itu memperhatikan Puspasari yang mulai sem-

poyongan. Perempuan itu cukup tangguh, menurut

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 56/81

 

 

Suro Bodong. Ia masih berlari terus, kendati keadaantubuhnya mulai keracunan. Pernafasannya begitu be-rat dihela. Tapi ia tetap terus berlari, seakan harus se-gera sampai ke Pesanggrahan Wanara Teja.

Ada apa di sana? Mungkinkah mereka mem-punyai obat yang mujarab untuk mengembalikan ke-kuatan dan kesehatan Puspasari? Dan bagaimanadengan monyet-monyet sebanyak ini? Kenapa tidakada seekor pun yang berbelok ke arah lain? Padahalmereka sudah masuk hutan, tapi mereka masih tetap

bergerak mengikuti arah pelarian Puspasari.Monyet berbulu ungu, yang tak lain dari pen-

 jelmaan Suro Bodong itu mengikuti rombongan monyetlainnya dari belakang. Mereka mendaki gunung dalamsatu gerakan yang lincah. Mereka melompat dari po-hon ke pohon, dari akar yang menggantung ke akar  yang satunya, sebab kelihatannya Puspasari jugamengambil cara begitu dalam mencapai ketinggian Bu-

ramang, gunung tempat pesanggrahan Ki Destak bera-da.

Beberapa saat kemudian, terlihat pula rumahmemanjang dalam pagar rapat yang menjadi sasaranutama Puspasari. Letaknya mendekati puncak gunung,namun ada bagian tanah datar yang luas dan sebagiandipakai untuk membangun rumah panjang berpagarrapat dan batang-batang pohon terbelah.

Puspasari masih buru-buru bergerak, seperti-nya harus cepat sampai ke rumah tersebut yang men-  jadi Pesanggrahan Wanara Teja. Namun tiba-tiba iaterjatuh. Ia berusaha sekuat tenaga untuk berteriak:

"Socaaa...?! Paksiii...!!"Puspasari jatuh tersungkur dengan nafas ter-

sendat-sendat. Monyet-monyet mengerumuni tubuh

Puspasari yang kejang-kejang sesaat, kemudian ia

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 57/81

 

 

hembuskan nafas terakhir dan diam untuk selamanya.Monyet-monyet menjerit-jerit sambil melonjak tak be-raturan. Suro Bodong ikut menjerit dan melonjak wa-lau pun dalam hati ia menggerutu, "Sayang aku masihharus menjadi monyet! Coba kalau tidak, uuh... malasaku ikut-ikutan menjerit serak begini!"

Rupanya jeritan dan lonjakan sebagai tandaberkabung bagi monyet-monyet itu. Mereka menjadireda setelah dua orang lelaki berpakaian sama-samabaju hijau dan celana merah. Lelaki itu segera berlari

ke kerumunan monyet, lalu salah seorang terpekik me-lihat Puspasari menjadi mayat.

"Guru...?! Soca, lekas angkat guru ke dalam...!" yang dipanggil Soca itu segera mengangkat bagian kakiPuspasari. Lalu, Soca dan satu temannya yang ten-tunya bernama Paksi itu segera membawa Puspasarike dalam rumah benteng kayu. Monyet-monyet ikutserta, ada yang masuk melalui pintu pagar, ada yang

melompat ke atas pagar tinggi. Monyet ungu ikut di pi-hak yang meloncat ke pagar dan masuk ke halamanPesanggrahan Wanara Teja.

Lelaki yang bernama Soca mempunyai rambutlebih panjang dari yang bernama Paksi. Tampaknyamereka berdua adalah murid dari Puspasari. Terbuktimereka saling menyebut kata 'guru' untuk mayat Pus-pasari dalam usaha ingin menghidupkan kembali Pus-pasari.

Kegiatan itu sangat menarik bagi monyet ungu,  yang tak lain dari Suro Bodong sendiri. Ruang gerakmonyet ungu menyesuaikan kebiasaan monyet-monyetlainnya. Mereka di bebaskan bergerak di pesanggrahantersebut. Hal ini sangat menguntungkan monyet ungu,karena ia bisa mengintai bagaimana Puspasari dihi-

dupkan kembali oleh kedua muridnya itu. Atau mung-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 58/81

 

 

kin akan dimakamkan secara adat mereka?Suro Bodong berdiri di ambang pintu dalam so-

sok monyet ungu, hal itu tidak menimbulkan kecuri-gaan bagi kedua murid Puspasari. Suro Bodong meli-hat bagaimana murid Puspasari membaringkan gu-runya di atas sebuah meja panjang yang terbuat darikayu dan papan tebal. Lalu, mereka menelanjangiPuspasari sampai perempuan itu tidak mengenakanselembar benang pun pada tubuhnya.

Monyet ungu menelan air liurnya sendiri. Ma-

tanya enggan berkedip memperhatikan tubuh yangmulus itu terbaring di atas ranjang yang menyerupaimeja panjang itu. Lekuk tubuhnya, keindahan tubuh-nya, keranuman dadanya yang montok, sungguhmenggoda hati monyet ungu. Wajah mungil yang ber-mata bundar itu sangat serasi dengan bentuk tubuh-nya yang berpinggang ramping. Hidung yang mancungdan bibir yang mungil, cocok sekali dengan bentuk da-

danya yang menonjol namun kencang. Oh... tubuh itu,tak ubahnya seperti boneka yang terluka di atas dada-nya. Tubuh mulus itu menjadi pucat membiru samar,itu karena racun dari keris pusaka Ki Patih Danupak-si.

Agaknya, Soca dan Paksi ingin cepat-cepat me-nolong gurunya, bukan ingin menguburnya. Merekamengambil sebuah kotak dan menggotongnya denganhati-hati. Kemudian kotak itu dibuka, lalu Paksi men-geluarkan kain tebal warna biru muda. Kain itu me-nyerupai sebuah jubah halus yang segera diselimutkanke tubuh Puspasari Tubuh yang mulus itu akhirnyatertutup rapat oleh kain biru muda.

"Orang-orang di bawah sana akan heran jikamelihat guru muncul lagi dalam keadaan segar bugar."

Paksi berkata kepada Soca seraya ia menyiapkan pa-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 59/81

 

 

kaian baru untuk Puspasari. Pakaian itu sama seperti  yang tadi dikenakan Puspasari, yaitu merah bludru yang indah.

"Kurasa kali ini guru juga bertarung denganorang yang memiliki keris beracun, seperti beberapahari yang lalu," ucap Soca, orang ini sibuk membikin-kan minuman untuk Puspasari.

"Ya, kurasa guru memang bertarung denganorang yang sama. Tapi... kalau orang itu melihat gurumasih hidup dalam keadaan segar, lama-lama ia jadi

 jengkel sendiri, dan bisa-bisa ia akan bunuh diri kare-na gagal membunuh guru berulangkali."

Paksi dan Soca tertawa. Soca bicara dengan je-las, kendati agak berbisik, "Padahal kalau orang tahu,guru mudah dilumpuhkan, ya?"

"Iya. Tapi mana ada yang akan berpikir bahwaguru hanya bisa dilumpuhkan apabila... pada saatbercengkerama dalam buaian birahi."

Soca semakin mengikik. "Kalau dipikir-pikir,guru ini benar-benar perempuan sakti yang hebat.Bayangkan saja, ia mempunyai banyak ilmu warisanEyang guru Destak. Dan lagi, ia hanya bisa dibunuhselamanya jika menggunakan pedang... pedang kejan-tanan seorang lelaki. Tetapi, eh., pedangnya siapa yangmampu mengeluarkan panah kematian jika sedangsaling berenggut puncak kehangatannya?"

"Ssst...! Jangan keras-keras, nanti kalau tahu-tahu guru bangun, kita bisa dihajarnya berbicara soalitu."

"Eh, iya..." Soca buru-buru menutup mulut-nya."Ah, tapi tak apa kalau toh kita dihukum, kan hu-kumannya bisa membawamu terbang ke alam mimpi?"

"Iya kalau hukuman ranjang, kalau hukuman

cambuk, bagaimana?"

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 60/81

 

 

"Ah, itu sudah jarang lagi dilakukan guru, soal-nya kalau kita dicambuk, kita tidak akan dapat ber-buat latihan jurus-jurus ranjang yang disukai guru,kan?"

Semua celoteh dan canda Paksi serta Socamenjadi bahan pemikiran Suro Bodong yang menya-mar sebagai monyet ungu, Kini, Suro Bodong tahu,bahwa Puspasari mengangkat kedua pemuda kekar itubukan sekedar untuk dijadikan murid, namun sekali-gus dijadikan teman berkencan di ranjang.

Wow...! Alangkah asyiknya berkencan di pucukgunung berudara sedingin ini? Pikir Suro Bodongsambil memakan sejenis kacang kedelai yang tadi dipe-rolehnya di depan pintu halaman depan.

Sambil makan makanan yang sebenarnya tidakdisukai, Suro Bodong masih terus menyimak pembica-raan dan memperhatikan segala perubahan di sekitar-nya. Monyet-monyet lainnya diumbar begitu saja tanpa

pengawasan sedikit pun. Mungkin karena banyaknyamonyet di sekitar situ, maka Ki Destak membuka Pe-sanggrahan yang bernama Wanara Teja. Wanara itumonyet, Teja itu cahaya. Entah apa maksudnya namaitu, yang jelas Suro Bodong, atau si monyet ungu,menjadi kaget sejenak. Ia memperhatikan suatu peru-bahan yang terjadi di atas meja papan, tempat mayatPuspasari dibaringkan.

Mayat itu bercahaya. Mula-mula kain penutuptubuh mayat yang bercahaya, makin lama semakin te-rang. Cahayanya kuning keemasan. Dan ketika cahayamemancar dengan total, tubuh Puspasari bergerak-gerak sedikit demi sedikit, kemudian menjadi gerakan yang spontan.

Puspasari bangkit serentak, duduk memejam-

kan mata dengan kain penutup di bagian dada yang

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 61/81

 

 

tersingkap ke bawah. Tak lama kemudian cahaya itusurut, lalu pudar. Hilang sama sekali. Dan Puspasaritersenyum kepada dua muridnya yang membungkukmemberi hormat kepadanya. Sementara itu, monyetungu masih memperhatikan dengan rasa takjub. DadaPuspasari menjadi mulus, tanpa bekas luka sedikitpun. Darah yang semula berceceran di sekitar dada,hilang tanpa bekas. Benar-benar merupakan wajahdada yang mulus, lembut, dan menggairahkan untukdiraba pelan-pelan.

Pantaslah kalau Ki Patih membantah bahwaPuspasari sudah dibunuhnya dan mati. Rupanya begi-nilah cara mereka menghidupkan mayat anggota pe-sanggrahan Wanara Teja? Tapi, kenapa kematian KiDestak tidak dapat dihidupkan kembali, ya? Mungkin-kah karena termakan senjatanya sendiri, sehingga ti-dak akan bisa hidup lagi walau diselimuti kain pusakaitu?

Apa yang harus dilakukan Suro Bodong setelahmengetahui rahasia-rahasia Puspasari, adalah sebuahrencana yang sederhana. Ia harus akrab dengan Pus-pasari. Ia harus bisa membuat daya tarik bagi perem-puan berbibir mungil itu. Sebab, Puspasari hanya bisadibunuh dan tak akan hidup lagi apabila ia mati pada waktu bercengkerama dikejar birahinya. Menurut celo-teh Soca dan Paksi tadi, hanya 'pedang' kejantananseorang pria saja yang bisa membunuh dalam suatu  jurus ranjang. Dan... Suro Bodong merasa memilikisebuah jurus simpanan yang tak pernah digunakan.Namun ia ingat apa dan bagaimana cara penggunaan jurus itu. Ia ingat betul akibat jurus tersebut. Tapi diatidak tahu, apa namanya.

Sebuah kekuatan tenaga dalam yang diramu

dengan kekuatan inti hidup, akan dihentakkan dalam

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 62/81

 

 

suatu permainan asmara. Dan kekuatan maha dahsyatitu dapat membuat lawannya diam tanpa nafas sela-ma-lamanya. Jurus itu dinamakan jurus: TOMBAKDEWA. Menurut pemikiran Suro, hanya itu nama yangcocok untuk jurus tersebut, karena ia tidak tahu lagiapa nama jurus tersebut sebenarnya, dari siapa ia pe-roleh dan kapan, itu semua tidak ada dalam ingatanSuro. Hanya cara penggunaannya yang masih sempatlekat dalam ingatan Suro Bodong, yang selama ini lupaakan jati dirinya. Tapi, barangkali Eyang Panembahan

tahu semua itu, sebab Eyang Panembahan mempunyaiindra ketujuh yang mampu melihat kesejatian hidupdan alam dunia ini.

Sekarang masalahnya, bagaimana cara yangpaling tepat untuk menggunakan jurus Tombak DewaSakti itu? Kalau cara sederhana yang sudah ada itugagal? Apa yang harus dilakukan lagi?

Selagi monyet ungu berpikir demikian di bawah

sebuah pohon, tiba-tiba terdengar suara Soca yangberseru:

"Paksi... kemarilah sebentar, lihat... ada monyetasing yang terbawa ikut ke mari."

Paksi datang dan ikut memperhatikan monyetungu. Ia tersenyum, karena monyet ungu itu baginyacukup lucu dan jarang ditemui sepanjang hidupnya.

"Gawat...! Belum apa-apa sudah tertangkapnih...!" pikir monyet ungu.

"Tangkap dia dan serahkan pada guru...!" ujarSoca ketika Paksi mendekati monyet ungu. Tetapi SuroBodong tidak mau tertangkap begitu saja. Ia melompatke atas pohon sewaktu Paksi hendak menangkapnya.Kala itu, udara pagi pegunungan sungguh segar danmembuat pernapasan Suro begitu lega. Sekali pun ia

dalam ujud monyet ungu, namun ia bisa meman-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 63/81

 

 

faatkan udara pagi sebagai udara latihan kecepatan di-ri dalam hal mempermainkan jurus monyet ungu.

"Paksi... pakai bambu galah ini, dan sodok diadari bawah...!" kata Soca sambil membawa bambupanjang yang belum terpotong bagian ujungnya. SuroBodong semakin panik. Ia bisa jatuh kalau disodokdengan bambu itu. Mungkin juga pantatnya akanbengkak kalau sodokan itu tepat di pantat.

Sebelum Paksi mendekat dengan bambu pem-berian Soca, monyet ungu buru-buru bergerak turun

dan melompat ke pagar yang mengelilingi rumah terse-but. Soca segera keluar, menghadangnya dari luar pa-gar.

"Hati-hati, jangan sampai kabur dia...!" teriakPaksi.

Paksi melepaskan bambunya. Ia hendak me-nangkapnya dengan selembar kain sarung usang."Uiik... uiik... kkkrr...!!" Monyet ungu garuk-garuk ke-

tiaknya sambil memonyong-monyongkan bibirnya yangtebal.

Ia melompat ke luar dengan tiba-tiba, karenaPaksi melemparkan kain sarung tersebut.

"Awas dia keluar...!" teriak Paksi kepada Soca.Soca segera menubruk monyet ungu. Tetapi

ekor monyet ungu yang panjang itu segera mengibaske samping.

"Plak...!!""Aauhh...! Dia galak, Paksi...!" teriak Soca sam-

bil mengusap pipinya yang jadi memerah karena dis-abet ekor monyet. Monyet ungu itu berlari ke tempatlain, di atas tumpukan kayu. Dengan hati-hati Paksinaik ke pagar, tepat ia berada di belakang monyet un-gu. Lalu dengan serta-merta Paksi meluncurkan tu-

buhnya, menangkap monyet ungu itu, namun yang di-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 64/81

 

 

tangkap melompat ke pagar lagi. Paksi tersungkur dandagunya terbentur kayu yang runcing. Berdarah!

"Bangsat...! Awas kau kalau kutangkap, lang-sung kupotong dan kumakan kau, Monyet!" geramPaksi.

"Jangan nafsu kalau mau memegangnya. Pelan-pelan saja," tutur Soca. Ia memperagakan gerakanlembut dan pelan-pelan. Jari jemarinya dipermainkan;tek... tek... tek... mulutnya pun ikut menyuarakan katabagai bisikan, "Kis... kis... kis...!"

Suro Bodong tak tahu, apakah itu cara menji-nakkan seekor monyet atau bukan, yang jelas SuroBodong berusaha untuk menghindari Soca maupunPaksi. Ia bisa gagal kalau sampai tertangkap mereka,apalagi sampai diserahkan kepada Puspasari. Karenaitu, sewaktu tangan Soca berada dalam jarak dekat,monyet ungu segera menamparkan lengan Soca danmerobek kulit lengan itu.

"Aaoow...!!" teriak Soca yang kemudian diterta- wakan Paksi. Lalu, Soca segera mengambil kayu sebe-sar lengannya. Kayu itu dikibaskan untuk memukulkepala monyet ungu. Tapi monyet ungu segera meng-hindar dengan satu lompatan. Pada saat melompat itu-lah ekornya mengibas kuat dan mengenai kening Socasehingga ada bekas memar membiru dikening itu, su-dah tentu hal itu membuat Soca menjerit kesakitan. Iamelempar kayu tersebut ke arah monyet ungu, tapimonyet ungu merundukkan kepala. Tepat pada saatitu, tangan Paksi menyahutnya, lalu mencekik lehermonyet itu.

"Mampus kau sekarang, hah...?!!"Monyet itu menjerit tertahan. Ia tak bisa meng-

gigit tangan tersebut. Sementara itu, terdengar Soca

berseru:

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 65/81

 

 

"Hei, jangan bunuh dia! Serahkan saja padaguru, siapa tahu bisa dimanfaatkan!"

Kemudian, monyet ungu itu jatuh ke tanganPuspasari. Tiba-tiba ada gagasan baru yang terlintas dibenak Suro Bodong sebagai monyet ungu. Gagasan itutimbul setelah ia merasa hangat dalam pelukan Puspa-sari.

"Jangan bunuh monyet ini..! Ini termasuk mo-nyet langka," ujar Puspasari. "Kita kawinkan saja den-gan induk monyet yang ada di belakang rumah."

Wah, gawat...! Hati monyet ungu sebenarnyakaget. Ia menggerutu dalam hati, "Uuh... kacau ini,kenapa harus dikawinkan dengan induk monyet? Sial!"

"O, ya... benar. Kebetulan ini masih masa puberkera tiba. Ini kan musim puber bagi monyet-monyethutan, Guru!"

"Karena itu, cepat masukkan ke kandang mo-nyet betina. Tapi segera pisahkan kalau mereka berke-

lahi, ya?" kata Puspasari sambil hendak menyerahkanmonyet itu kepada Paksi.

Lalu, secara serempak mata mereka terbelalakkaget. Monyet ungu bisa bicara dan berkata, "Kasiha-nilah aku... kasihanilah aku..."

"Hei, monyet ini bisa bicara?!" Puspasari terta- wa girang.

Soca dan Paksi juga terbahak-bahak menden-gar monyet bisa bicara bahasa manusia.

"Namamu siapa?" tanya Puspasari dengan hatibangga.

"Namaku... namaku Panji Bagus..." jawab mo-nyet ungu. Bagi Suro Bodong, tak ada cara lain untuklolos dari genggaman dan ancaman mereka kecualidengan menyuarakan kata. Dan untuk itu, ia punya

kisah sendiri yang segera dituturkan kepada mereka

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 66/81

 

 

bertiga:"Aku bukan monyet sewajarnya. Aku bisa bi-

cara karena aku disentuh oleh seorang putri gunung.Aku sebenarnya seorang pangeran dari negeri sebe-rang."

"Seorang pangeran?!" Puspasari semakin gi-rang.

"Benar. Aku dikutuk oleh seorang penyihir darinegeri Tibet. Karena aku kalah ilmu, maka aku dijadi-kan seekor monyet. Aku bisa menjadi manusia kembali

apabila ada di tangan seorang putri gunung yang be-rilmu tinggi, dan harus dilemparkan ke udara setinggi-tingginya...."

Suro pintar mengarang cerita yang sungguhmenarik bagi Puspasari untuk membuktikan. Tetapi,sebelumnya Puspasari berkata,

"Apakah aku yang dimaksud Putri Gunungitu?"

"Mungkin! Buktinya, di tanganmu aku sudahbisa bicara dalam bahasa manusia. Coba kau lem-parkan ke atas, mungkin aku bisa berubah menjadimanusia seutuhnya."

"Coba, guru...! coba...! Nanti kalau dia bohong,biar saya kejar dan saya bunuh seketika!" kata Socabernafsu.

Puspasari berkata kepada monyet ungu, "Apa  janjimu jika kau ternyata berhasil berubah menjadimanusia lagi?"

"Aku akan mengabdi kepadamu seumur hi-dupku, Putri."

"Sungguh?!" Puspasari tersenyum senang."Sungguh, Putri. Aku berjanji...!" jawab monyet

ungu.

Puspasari tertawa riang. Ia mengusap-usap

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 67/81

 

 

monyet ungu sambil melangkah ke pekarangan yangluas itu. Soca dan Paksi tak sabar ingin melihat buktikata-kata monyet ungu.

"Bagaimana kalau kau mengingkari janjimu?"tanya Puspasari masih dalam keraguan.

"Kalian kan bertiga. Masa' kalian tidak bisamembunuh aku kalau ternyata aku berdusta padamu,Putri."

"Guru... cepat lemparkan ke atas, dia benar-benar tak akan ingkar janji. Ayolah..." bujuk Paksi tak

sabar."Lalu, bagaimana jika kau ternyata tidak men-

  jadi seorang manusia lagi? Bagaimana jika ternyatakau tetap menjadi seekor kera?"

 Jawab Monyet Ungu, "Aku tetap akan berbaktikepadamu. Asal kuminta, jangan samakan aku denganmonyet-monyet lainnya. Jangan kau suruh aku men-gawini induk monyet...!"

Puspasari dan kedua muridnya tertawa geli.Kemudian dengan hati berdebar-debar, Puspasari inginmembuktikan pengakuan yang pantasnya ada dalamdongeng anak-anak saja. Ia segera melemparkan mo-nyet ungu ke atas, tinggi sekali untuk ukuran suatulemparan benda sebesar anak umur 7 tahunan.

Pada saat monyet ungu melayang, segera sajaia manfaatkan untuk bersalto tujuh kali. Jurus LuingAyan-7 digunakan oleh Suro Bodong. Tentu saja se-mua mata jadi terbelalak kaget dalam kekaguman, ka-rena pada saat putaran salto ke tujuh kali itu, tubuhmonyet ungu berubah menjadi sosok seorang pendekartampan yang gagah perkasa. Dialah Suro Bodong da-lam ujud Panji Bagus.

Puspasari terbengong-bengong tak berkedip

memandang ketampanan Panji Bagus. Matanya begitu

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 68/81

 

 

bening, teduh dipandang. Rambutnya lurus, halus ber-  jatuhan di pundak bagai benang-benang sutra. PanjiBagus mengenakan ikat kepala dari tali emas bagai si-sik naga. Bibirnya tampak segar, seperti bibir seorangputri gunung es. Pada saat itu, Panji Bagus menahannafas beberapa saat dan menggerakan kedua tangan-nya ke atas. Lalu pedang Urat Petir yang kali ini biasatampak di punggung, kini tidak lagi bisa kelihatan dimata umum.

"Kau... Panji Bagus?" tanya Puspasari berdebar-

debar."Benar, Putri Gunung...!" jawab Panji Bagus

dengan menunduk memberi hormat. Puspasari sema-kin berdebar-debar jadinya.

5

Segunung kebahagiaan menyelimuti hati Pus-pasari. Matanya yang bulat indah itu sejak tadi bagaitak mau lepas memandangi wajah Panji Bagus. Bah-kan dalam acara makan pagi bersama, Puspasari sen-gaja mengambil tempat duduk yang berseberangandengan Panji Bagus. Sementara itu, Soca dan Paksi

mulai menyadari adanya perhatian lain dari Puspasari.Sewaktu mereka berdua menyiapkan makanan pagi didapur, Soca sempat berbisik kepada Paksi.

"Agaknya pemuda itu membawa suasana lain diantara kita. Aku mencium gelagat yang bakal menjaditak beres."

Paksi masih menahan diri dengan berkata, "Ah,belum tentu. Itu karena rasa iri dan cemburumu saja yang mulai menghantui jiwamu."

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 69/81

 

 

Padahal dalam hati Paksi sendiri merasa, me-mang akan ada suasana lain di Pesanggrahan Wanara  Teja ini. Puspasari sangat akrab, cepat sekali tergiuroleh ketampanan Panji Bagus. Apalagi tubuh pemuda yang mengaku sebagai pangeran kena kutuk itu begitutegap. Dadanya bidang dan membusungkan otot yangkekar. Lengan-lengannya pun kelihatan penuh tenagatersimpan di sana. Wajahnya sendiri sering membuat  jantung Puspasari berdebar-debar ingin meledak. Wa-  jah Panji Bagus begitu tampan, berkulit halus, mirip

seberkas busa-busa salju. Puspasari bagai tak inginberalih pandang dalam sekejap. Sejak tadi ia banyakbicara, banyak canda dan tak segan-segan mencubitPanji Bagus. Bagi Suro Bodong, inilah saat yang di-tunggu.

Suro Bodong memerankan gaya Panji Bagussebagai pemuda lugu yang kurang berminat terhadapperempuan. Ketika Puspasari bertanya:

"Apakah kau sudah punya kekasih di negeri-mu?"

Panji Bagus menjawab, "Dulu pernah, tapi se-karang sudah tidak lagi."

"Kekasihmu pergi?""Menikah dengan pemuda lain sejak ia tahu

aku dikutuk jadi monyet. Aku melihat sendiri perkawi-nan mereka, aku hadir di situ, tetapi aku segera diusiroleh pelayan-pelayannya yang tidak tahu siapa aku se-benarnya."

Puspasari menggumam, lalu menghela nafasdalam-dalam. "Kasihan sekali nasibmu," ujarnya entahdengan hati tulus atau hanya kata pemanis bibir, bagiPanji Bagus itu tidak menjadi masalah. Yang penting iabisa menciptakan simpati sendiri terhadap Puspasari.

"Aku di sini mempunyai dua murid yang masih

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 70/81

 

 

menuntut ilmu. Mereka sebentar lagi akan rampung,dan kuizinkan turun gunung untuk mencari pengala-man," kata Puspasari. "Apakah kau berminat untukmenimba ilmu dariku?"

"Aku...?" Panji Bagus tersenyum malu, dan se-nyuman itu membuat gemetar hati Puspasari. Puspa-sari menggigit bibirnya sendiri, menahan sesuatu yangbergejolak.

"Aku tahu, kau pasti mempunyai ilmu silat yang cukup lumayan," kata Puspasari. "Tetapi apabila

kau belajar denganku, kau akan menjadi lebih terpan-dang di kancah persilatan dunia."

Panji Bagus tertawa malu dibikin-bikin. Ia ber-kata lirih, "Apa saja perintahmu akan kulakukan, PutriPuspa. Aku kan sudah berjanji untuk mengabdi kepa-damu."

"Kalau aku memerintahkan kamu belajar ilmupeninggalan Ki Destak, apa kau mau?"

"Aku harus mau, karena kau lah yang sedangkulayani."

Puspasari tertawa senang kendati ditahan-tahan.

"Jadi kau mau melayaniku apa saja yang kupe-rintahkan?"

"Ya. Kau yang membebaskan aku dari penga-ruh kutukan sihir itu, dan sudah sepatutnya aku me-layanimu, Putri."

Gerakan mata yang bulat bening milik Puspa-sari itu sudah merupakan gerakan yang penuh arti. Iaberjalan ke halaman samping untuk menemui keduamuridnya. Sementara itu, Panji Bagus bergerak mela-lui pandangan mata, mencari tempat penyimpan petiberisi kain halus warna biru muda itu. Selembar kain

 yang mampu menghidupkan Puspasari yang telah ma-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 71/81

 

 

ti. Ia punya rencana untuk mencuri kain tersebut apa-bila keadaan sudah mengizinkan.

Puspasari datang bersama kedua muridnya:Paksi dan Soca. Agaknya ada sesuatu yang ingin dibi-carakan siang itu.

"Panji, aku ingin menyuruhmu mengerjakansesuatu," kata Puspasari. Panji Bagus mengangguk da-lam senyum tipis yang menggetarkan hati perempuanmana pun

"Tugas apa yang harus kukerjakan?"

"Mencari orang yang memiliki pusaka PedangUrat Petir," jawab Puspasari. "Orang itu yang membu-nuh guruku; Ki Destak. Ia ada di Kesultanan Praja. Te-rus terang, aku sendiri belum bisa memastikan sebe-rapa tinggi ilmu orang itu. Tapi aku harus hati-hati da-lam bertindak. Sebab itu aku ingin dia keluar dari ka-marnya, dan melakukan suatu pertarungan yang bisakujadikan ukuran kekuatannya."

"Aku paham. Lalu...?""Kau kutugaskan menangkap dia dalam ke-

adaan hidup. Aku ingin kekuatan orang itu lumpuhsebelum dia berhadapan denganku. Dan hanya aku yang berhak membunuhnya, ingat?"

"Aku ingat, Putri." Panji Bagus menjawab de-ngan penuh hormat dan ketegasan. "Kapan aku harusbergerak?"

"Nanti malam. Sekarang, aku akan menyuruhSoca dan Paksi untuk mempelajari suasana di dalambenteng Kesultanan. Lalu, sebelum tengah malam, me-reka sudah harus sampai di sini membawa beberapaketerangan dan rincian keamanan di benteng kesulta-nan. Dan, tengah malam kau bergerak menculiknyadengan bantuan monyet-monyet sebagai pembuat ke-

rusuhan untuk mengacaukan perhatian mereka."

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 72/81

 

 

"Aku paham," jawab Panji Bagus."Soca dan Paksi...! Sekarang juga kalian be-

rangkat, dan selidiki dengan cermat keadaan di sana.Aku ingin hari ini sampai tengah malam nanti, orangitu sudah ada di tanganku. Mengerti?"

"Mengerti, Guru..." jawab Paksi dan Soca. Ke-mudian mereka berdua diizinkan berangkat turun gu-nung. Di perjalanan, Paksi sempat berkata kepada So-ca:

"Mengapa guru menguji kesetiaan Panji dengan

cara seperti itu? Kalau dia keluar tengah malam, diabisa saja lari pulang ke negerinya."

"Aku yakin, nanti malam guru akan mengiku-tinya dari kejauhan. Begitu dia ada gelagat mau mela-rikan diri, maka guru akan segera membunuhnya."

"Ah, tapi itu cara yang salah untuk menguji ke-setiaan Panji. Bisa saja dia tidak lari, tapi malah ber-komplot dengan orang-orang Kesultanan Praja," Soca

masih menampakkan kecemasannya.Namun, lagi-lagi Paksi membesarkan hati Soca

dengan mengatakan, bahwa Puspasari gurunya bukanorang bodoh yang mudah tertipu.

Memang, hasil pembicaraan singkat antaraPuspasari dan kedua muridnya adalah kesepakatanmenguji kesetiaan Panji Bagus. Puspasari ingin menu-runkan ilmunya kepada Panji Bagus, tetapi kedua mu-ridnya itu menyangsikan kesetiaan Panji Bagus. Paksidan Soca khawatir, kalau ilmu peninggalan EyangGuru Destak diberikan kepada orang lain, dan orangitu menguasai, maka ada orang di luar mereka yang  juga menguasai ilmu langka peninggalan Ki Destak.Paksi dan Soca tidak ingin ada orang lain yang mem-punyai ilmu sama dengan mereka. Mereka ingin paling

unggul dari semua orang-orang berilmu. Sebab menu-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 73/81

 

 

rut pendapat mereka berdua, bahwa semua ilmu yangtelah dimilikinya itu jarang ada di jagad raya, jarangada yang memilikinya, sehingga mereka berdua akanmenjadi orang yang mempunyai keistimewaan tersen-diri di antara sekian banyak jago-jago silat dunia.

Untuk menenangkan hati murid-muridnya,Puspasari mempunyai rencana menguji kesungguhanPanji Bagus dalam mengabdi. Tugas menangkap orang yang memiliki pedang Urat Petir adalah suatu uji cobaakan kesungguhan Panji Bagus. Puspasari juga tahu,

dalam tugas itu banyak peluang untuk lari dan berk-hianat, tapi ia sudah punya rencana sendiri jika hal itubenar-benar dilakukan oleh Panji Bagus.

 Tapi, sebenarnya kekhawatiran Puspasari tidaksebesar kekhawatiran kedua muridnya. Puspasari le-bih mempunyai rasa percaya yang besar, bahwa PanjiBagus akan berhasil dipikatnya jika ia berhasil menga- jaknya berlayar di lautan mimpi yang indah. Dia yakin,

bahwa Panji Bagus akan merasa senang berada dalampelukannya, dan ia pun akan merasa bahagia dalampelukan Panji Bagus. Oleh sebab itu, hubungan mere-ka pun menurut Puspasari tidak cukup setahun duatahun, namun bisa jadi akan selamanya.

"Di sini suasananya sangat sepi, ya?" ujar PanjiBagus ketika ia diajak jalan-jalan mengelilingi Pe-sanggrahan Wanara Teja.

"Hanya aku dan kedua muridku yang mengua-sai gunung ini," kata Puspasari. "Dan setiap harinya,hanya kami bertiga yang mengisi canda di gunung ini."

'Tentu sebuah canda yang lain dari yang lain,bukan?" pancing Panji Bagus.

Puspasari tersenyum tipis. Ketika sampai dipadang rumput yang tidak banyak semak berduri, dan

tempatnya sedikit luas karena banyak pohon yang di-

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 74/81

 

 

tebangi, Puspasari berkata, "Di sini dulu aku diajaroleh guruku untuk memperdalam ilmu silat. Dan di si-ni juga aku sering menurunkan ilmu itu kepada Socadan Paksi."

"Apakah tidak takut dicuri orang ilmu kalianitu?"

"O, tidak. Di sini tidak akan ada orang lain yangbisa mengintai dan mencuri jurus-jurus kami. Untukmendaki ke mari, mereka membutuhkan keberanian  yang benar-benar tangguh. Banyak binatang buas di

lereng gunung. Dan kera-kera ganas paling ditakutioleh orang di sekitar kaki gunung Buramang ini."

Puspasari berdiri di tengah padang rumput yang agaknya memang dirawat dari dulu sebagai tem-pat berlatih yang alami. Panji Bagus sedang menelitikeadaan sekeliling. Oh, benar. Tempat itu benar-benartempat yang sepi, layak untuk dijadikan pusat latihanilmu kanuragan dan tenaga dalam. Pantas kalau Pus-

pasari dan muridnya yakin betul bahwa mereka mem-punyai ilmu yang langka di jagad raya ini.

"Panji, seranglah aku," kata Puspasari.Panji terperanjat sekejap. Ia memandang Pu-

spasari dengan dahi berkerut. Puspasari tersenyummanis dan mengulangi perintahnya:

"Seranglah aku, Panji... aku ingin tahu sebera-pa tinggi ilmu yang kau miliki. Lalu, akan ku tambah-kan beberapa ilmu yang belum kau miliki."

"Putri, aku tidak ingin mencobaimu dengankemiskinan ilmuku. Aku tidak mau takabur denganapa yang kumiliki."

Puspasari menggeleng. "Aku tidak menyuruh-mu takabur, tetapi aku ingin memberikan sesuatu pa-damu. Lakukanlah yang terbaik menurut pandangan-

mu. Seranglah aku..."

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 75/81

 

 

Karena di desak berulangkali, Panji Bagus punsegera melakukan serangan terhadap diri Puspasari. Iamelesat dengan jurus tendangan menyamping. Puspa-sari menangkisnya, hanya dengan mengibaskan tan-gan kirinya ke kiri. Lalu tangan kanannya meluncurcepat, menghantam dada Panji Bagus. Panji menahandengan telapak tangan kanan yang terbuka. PukulanPuspasari menghantam telapak tangan Panji Bagus,namun sikunya segera ditekuk ke depan dan meng-hantam wajah Panji. Hanya saja Panji Bagus segera

menghindar dengan cara memiringkan kepala ke ka-nan. Ketika kepalanya miring ke kanan, kaki kananPuspasari bergerak naik, menendang kepala Panji. Te-tapi tangan kiri Panji segera bergerak ke kanan, meng-hentakkan kaki Puspasari sehingga kaki itu terbuangke samping kanannya.

Semua gerakan dilakukan dengan cepat se-hingga serangkaian jurus itu merupakan satu gebra-

kan yang tak kentara. Tahu-tahu keduanya mental kebelakang bersamaan. Puspasari sedikit limbung, na-mun segera tegap berdiri. Ia tersenyum sambil mema-sang kuda-kuda kembali. Lalu, ia bergerak cepat da-lam melayangkan tubuh dan berani bersalto dalam ja-rak separuh badan dari tanah. Panji Bagus mengge-rakkan pukulan berganda, lalu menebaskan tangankanannya bagai sedang menyongsong dagu lawan daribawah ke atas. Tetapi Puspasari melentikkan kaki kearah lain dan berguling di rerumputan, lalu siap dalamposisi salah satu lututnya menapak ke tanah dan kaki yang lain menekuk tegap menginjak tanah. Ia berdiri,lalu mengikik seraya mengunjukkan genggamannya.

"Ada sesuatu yang hilang pada dirimu, Panji,"katanya. Kemudian ia membuka genggamannya, dan

ternyata tiga buah kancing pengikat celana Panji telah

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 76/81

 

 

berhasil diserobotnya tanpa membuat Panji terasa. Tentu saja Panji terbelalak kaget, karena dengan begi-tu berarti celanannya sudah tidak mengancing lagi,untung masih ada sabuk yang mengikatnya di bagianperut.

  Tetapi Panji buru-buru tersenyum ketika Pus-pasari tertawa penuh kegelisahan. Ia puas bisa menge-cohkan Panji Bagus dalam gerakan yang menyerangbagian rawan pemuda ganteng itu. Namun, sesaat iaterhenyak ketika Panji Bagus berkata:

"Untung aku sudah siap sedia." Panji berjalanagak mendekat. "Lihat penutup dadamu, Putri Puspa.Kenapa tidak kau rapatkan?"

"Hah...?!" Puspasari membelalakkan mata de-ngan wajah memerah ketika ia menunduk dan mene-mukan kain penutup dadanya telah sobek bagian ten-gah. Dan kini sedang menyibak ke kiri. Ia benar-benartak sadar kalau gerakan tangan Panji Bagus yang naik

ke atas itu adalah gerakan kuku merobek kain penu-tup dada. Begitu cepat dan tajamnya gerakan kuku itusampai-sampai Puspasari tidak terasa bahwa dadanyaterkuak begitu nyata.

Puspasari menggeram gemas. Ia mencabut pe-dangnya yang bertengger di punggung. Panji Bagusterkejut,

"Maafkan, Putri Puspa... kumohon ini hanyasuatu permainan saja. Jangan marah."

Puspasari tersenyum. "Aku tidak marah, tapiaku akan membuat kejutan untukmu sebagai pemba-lasan ini. Hiaat...!"

Puspasari berguling-guling di tanah dengan ce-pat, lalu ketika tiba di depan Panji Bagus ia mengge-rakkan pedangnya bagai hendak menusuk dagu Panji.

Untung Panji segera mendongak, sehingga pedang itu

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 77/81

 

 

melesat di udara, menusuk tempat kosong. Pada saatitu, dengan cepat Panji Bagus menendang perut Pus-pasari tersentak ke belakang, dan jatuh telentang. Pan- ji segera memburu dan berguling ke sampingnya den-gan gerakan tangan menebas dagu Puspasari. TetapiPuspasari segera berguling ke kanan, dan tangan PanjiBagus berhasil memukul pinggang Puspasari sehinggaPuspasari menggeliat kesakitan. Walau tak seberapa,namun sudah menunjukkan bahwa ia merasakan sa-kit akibat pukulan di pinggangnya. Ia buru-buru

bangkit dengan salah satu lutut menempel di tanahdan kaki yang lain menapak di tanah.

Ia mengatur nafasnya, lalu tersenyum bangga.Pedang di masukkan kembali. Panji Bagus berdiri, dania buru-buru memegangi celananya, karena ternyataPuspasari sudah berhasil memotong sabuknya sehing-ga celana itu terlepas ke bawah. Dengan sangat terke-  jut Panji Bagus buru-buru menarik celananya, se-

dangkan Puspasari tertawa terpingkal-pingkal melihatkejadian konyol yang menggelikan itu.

"Iihh... jorok kamu, ah! Masa di depanku kaupamerkan senjata rahasiamu," Puspasari semakin ter-pingkal-pingkal.

Panji Bagus menenangkan diri walau wajahnyamemerah. Ia hanya berkata dengan nada setengah ter-tawa:

"Kau sendiri mengapa melepas celanamu, PutriPuspa?"

Puspasari terperanjat. Ia memeriksa celananya,oh... ternyata ia hanya ditipu oleh Panji Bagus. Cela-nanya tak ada yang robek sedikit pun. Ia segera terse-nyum sambil melirik genit.

"Kau penipu kelas kecil ya..."

Puspasari tertawa riang, dan berdiri hendak

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 78/81

 

 

menghampiri Panji Bagus. Tapi tiba-tiba, dia merasa-kan hawa dingin menerpa kulit tubuhnya. Buru-buruia membelalakkan mata. Astaga...! Ternyata celana yang sepanjang lutut ke bawah itu telah robek bagianbelakangnya, dari pinggang sampai ke bawah pantat-nya. Celana itu bagai mengelupas ke depan sehinggasesuatu yang ditutupi selama ini terkuak jelas di mataPanji Bagus.

"Ooh...?! Kau gila...!!" teriaknya tanpa sadar.Lalu, ia segera menyerang Panji Bagus dengan satu

pukulan. Panji Bagus terpaksa melepaskan pegangantangannya pada sabuk karena ia sibuk menangkaptangan Puspasari. Pukulan berganda itu segera ditangkap dan dipelintirnya. Puspasari mengerang kesa-kitan, dan kaki Panji menjegal kaki Puspasari. Jatuh-lah Puspasari ke rerumputan, lalu dengan cepat dantangkas paha Panji menghimpit kepala Puspasari, per-sis di lehernya.

"Eekhh...!" Puspasari sukar bernafas. Ia menye-ringai menahan sakit. Kalau saja Panji mau, leher itubisa patah saat itu juga. Tetapi Panji sadar, ia tak bo-leh membunuh Puspasari dalam keadaan seperti itu. Iamerenggangkan jepitan pahanya. Namun ia lupa bah- wa saat itu ia sudah tak sempat mengenakan penutupbawah. Celananya telah lepas dari sabuk dan melorotke bawah. Sedangkan pada saat itu wajah Puspasaritepat di sela pahanya.

Panji mengendurkan penjepit dan hendak me-lepaskannya, tetapi tangan Puspasari bahkan mera-patkan paha Panji agar tidak merenggang dan pergi.Mata Puspasari terbelalak lebar penuh gairah. Ia me-mandang sesuatu yang menjadi kegemarannya. Se-buah 'senjata' milik Panji Bagus yang kelihatan lebih

unggul ketimbang yang dimiliki Soca dan Paksi.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 79/81

 

 

Puspasari mendesis, bahkan sempat mengucapkata,

"Woow...?!!! Jangan lepaskan aku...! Oh, ja-ngan...!"

Panji Bagus merasa, inilah saatnya untuk ber-buat. Dan dia membiarkan Puspasari mengagumi'senjata rahasianya' yang membuat mata perempuanitu tidak berkedip sekali pun. Puspasari tidak maumenyia-nyiakan kesempatan emas itu. Ibarat kerupuk,Puspasari tidak mau membiarkan kerupuk itu menjadi

dingin dihembus angin. Karenanya, dengan sangat be-rapi-api, Puspasari membangkitkan sesuatu yang tidurmenjadi tegar. Semangat yang lesu menjadi bergairahmenyala-nyala seperti yang ada pada dirinya. Puspasa-ri tidak peduli bibir yang indah miliknya itu hanyapantas untuk dinikmati oleh bibir Panji Bagus. Puspa-sari juga tidak mau tahu apa gunanya lidah bagi pe-rangkat kehidupan tubuh manusia. Ia menggunakan

semua itu untuk memacu semangat Panji Bagus yangternyata semakin mengagumkan dalam keadaan se-mangat yang terpacu kuat itu.

"Ooh... ini yang kudambakan selama ini! Ter-nyata terselip pada dirimu, Panji. Ooh... aku ngantuk,Panji...!" Dan ia pun segera merebah di rerumputantanpa peduli keadaan pakaiannya sudah mirip oranggelandangan. Ia tak peduli rumput menyentuh kulittubuhnya yang mulus, bahkan ia memohon dalam su-atu rengekan agar Panji menyempurnakan keadaantubuhnya itu.

Panji sendiri sudah terlanjur dibius oleh kehan-gatan lidah Puspasari sehingga ia tak mau menundauntuk berjalan ke sebuah kamar. Alam pun dianggap-nya sebuah kamar yang nyaman dan rumput pun dija-

dikan seperti bludru yang halus lembut.

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 80/81

 

 

"Panji... Aauhh...!" Puspasari terpekik dan ter-sentak-sentak. Ia seperti cacing kepanasan di sebuahdaratan. Ia pun ikut mendayung perahu agar lekasberlayar ke puncaknya, untuk kemudian mereka akanmengulanginya di sebuah kamar. Ayunan dayung Panjimembawa perahu ke ujung samudera, dan Puspasarisemakin menjadi gila, memekik beberapa kali dengansuara lepas. Mengerang dalam geliat birahi yang mem-bakar darah.

Lalu, pada detik-detik Panji mendekati ujung

suatu pelayaran. Ia memejamkan mata. Ada sesuatu  yang dibaca. Dan wajah serta badannya menjadi me-mar memerah, seperti ayam dalam penggorengan. Ge-rakannya semakin cepat, membuat perahu yang di-kendalikan bertambah brutal. Sampai akhirnya, tubuh  yang memerah itu tiba-tiba seperti sinar lampu yangkehabisan minyak. Surut dalam sekejap ketika Puspa-sari memekik tinggi sekali.

"Aaaaahhhh...!!" Dia terlempar ke puncak suatukebahagiaan, namun juga terdampar di puncak itu se-hingga tak dapat kembali lagi. Panji Bagus buru-buruberdiri dan menyaksikan betapa menyedihkan sekalitubuh Puspasari itu berkelojot menerima Jurus Tom-bak Dewa Sakti. Kulitnya mulai mengelupas. Teria-kannya semakin kuat. Ia menggelepar-gelepar sepertiayam dipotong. Kian lama kulit itu kian mengelupasbanyak, mengeluarkan cairan amis. Merah warnanya.Lalu sekujur tubuh itu menjadi berdarah, kulitnyanyaris tak ada yang menempel di daging. Dan, akhir-nya ia pun menjerit panjang sekali, kemudian surut,surut, dan nafas terakhirnya dihembuskan lepas. Pus-pasari diam tanpa nyawa.

Panji Bagus terhempas lega. Lalu ia memenggal

kepala Puspasari yang masih berbentuk wajah asli

5/12/2018 SuroBodong-07.RahasiaTombakDewa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/surobodong-07rahasiatombakdewa 81/81

 

 

hanya tanpa kulit itu. Kepala itu segera dibungkuskain keramat yang pernah menghidupkan mayatnya,kemarin. Tak lupa, Panji pun menuliskan sebuah suratuntuk murid Puspasari yang berbunyi: Kalau GurumuSaja Bisa Kubunuh, Apalagi Kalian?

Lalu, Panji Bagus bersalto satu kali, jadilah iasebagai Suro Bodong. Dengan tegap, ia menenteng ke-pala dibungkus kain biru muda, dan ia serahkanpenggalan kepala itu kepada Sultan, sebagai tanda iatelah menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

TAMAT

Scan/E-Book: Abu Keisel

Juru Edit: Fujidenkikagawa