Surat Dari Sang Gunung

2
Surat dari Sang Gunung Oleh : Abu Qossim (Penulis Jalanan , Artikel Fiksi) Dengan menyebut nama Tuhanku yang menciptakanku. Maafkan aku wahai manusia yang diciptakan sempurna dengan akal. Tak tahan rasanya diriku menahan ini semua. Kekejaman manusia yang tidak pernah mengerti akan keadaanku. Begitu serakahnya diri kalian sehingga tanah hijauku tak lagi hijau. Tak tahan aku dengan tusukan-tusukan pondasi yang menghujam dalam, kesetiap nadiku. Tak tahan aku melihat keserakahan kalian mengeksploitasi tubuh-tubuhku. Sungguh maafkan aku wahai manusia. Tak ada yang aku inginkan kecuali kebebasan diriku dari tusukan- tusukan pondasi ini. Tak tahan aku melihat kalian para manusia menghinakan Tuhan yang menciptakannku. Tak tahan aku melihat kalian saling membunuh sesama demi kesejahteraan pribadi. Tak tahan aku melihat sikap tak acuh kalian terhadap sesama. Tak tahan aku dengan rasa ingkar kalian terhadapNya.

description

Tulisan tentang gunung merapi dulu tak sengaja terlihat dan sepertinya pantas di publikasikan.

Transcript of Surat Dari Sang Gunung

Page 1: Surat Dari Sang Gunung

Surat dari Sang Gunung

Oleh : Abu Qossim

(Penulis Jalanan , Artikel Fiksi)

Dengan menyebut nama Tuhanku yang menciptakanku.

Maafkan aku wahai manusia yang diciptakan sempurna dengan akal. Tak tahan rasanya diriku menahan ini semua. Kekejaman manusia yang tidak pernah mengerti akan keadaanku. Begitu serakahnya diri kalian sehingga tanah hijauku tak lagi hijau. Tak tahan aku dengan tusukan-tusukan pondasi yang menghujam dalam, kesetiap nadiku. Tak tahan aku melihat keserakahan kalian mengeksploitasi tubuh-tubuhku. Sungguh maafkan aku wahai manusia. Tak ada yang aku inginkan kecuali kebebasan diriku dari tusukan-tusukan pondasi ini. Tak tahan aku melihat kalian para manusia menghinakan Tuhan yang menciptakannku. Tak tahan aku melihat kalian saling membunuh sesama demi kesejahteraan pribadi. Tak tahan aku melihat sikap tak acuh kalian terhadap sesama. Tak tahan aku dengan rasa ingkar kalian terhadapNya.

Akhirnya akupun memutuskan untuk memuntahkan lahar-lahar yang panas ini. Aku putuskan untuk meniupkan debu-debu yang menutupi kalian agar Tuhan kita tak dapat melihat dosa-dosa kalian walau aku tahu itu tak akan berguna. Sungguh aku malu pada Tuhan kita wahai manusia. Banyak pinta kalian padaNya tapi sedikit rasa syukur kalian padaNya. Sedikit perintah-perintahNya yang kalian lakukan tapi banyak larangan-laranganNya yang kalian lakukan. Tak pernahkah kalian sadar akan rasa maluku padaNya ketika aku tak menegur kalian. Aku lakukan itu tak lain agar kalian sadar berapa besar dosa kalian padaNya. Aku lakukan itu agar kalian banyak bersyukur karena kalian akan tahu akan nikmatnya sehat dan hidup yang diberikan olehNya. Aku lakukan itu agar kalian tak lagi punya banyak waktu untuk melakukan larangan-laranganNya. Aku lakukan itu berharap dosa-dosa kalian terhapus seperti debuku yang berterbangan.

Page 2: Surat Dari Sang Gunung

Akhirnya akupun melihatnya. Pemandangan yang lama aku tak jumpa. Rasa saling tolong yang terjalin diantara kalian. Rasa syukur padaNya yang begitu dalam hingga air mata menitik di pipi kalian saat menerima bantuan dan makanan dari sesama kalian. Perintah-perintahNya yang kalian jalankan dalam kebersamaan di tempat-tempat pengungsian. Panjatan doa-doa padaNya yang menandakan masih tertanamnya keimanan pada diri kalian kepadaNya. Dan akupun senang melihat kalian tak lagi saling menyalahkan, menghinakan, dan mengkufurkan yang setanpun asyik menari mendengarnya. Namun, kalian saling membahu, membantu, dan menyayangi yang malaikatpun berlomba medoakan ketika melihatnya. Inilah yang aku harapkan. Pemandangan inilah yang aku inginkan. Aku harap keadaan ini berlanjut untuk selamanya. Semoga keadaan-keadaan ini terus berlanjut sampai akhir hayat kehidupan dunia ini. Dan harapku pada kalian bertemu di surga kelak menghadapNya.