Supra Condiler Humerii

32
FRAKTUR SUPRA CONDILER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur suprakondiler humerus merupakan fraktur yang terjadi pada 1/3 distal humerus tepat di proksimal trtoklea dan capitulum humerus. Garis fraktur berjalan melalui apeks coronoid dan fosa olecranon, biasanya berupa fraktur tranversal. Fraktur ini merupakan fraktur yang sering terjadi pada anak anak. Bias terjadi pada dewasa, hanya saja letak fraktur berada lebih proksimal disbanding pada anak. Hampir 99% fraktur ini terjadi pada anak karena penekanan lebih atau kelebihan beban yang diberikan pada elbow joint hal ini menyebabkan fraktur. Selain itu penyebab lainnya dari fraktur ini adalah dikarenakan trauma langsung pada suprakondiler dari tulang humerus tersebut, tapi hal ini jarang terjadi (bedah unmuh, 2010). Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan dengan menggunakan tindakan operatif, dengan pemasangan plat atau dengan memasang kawat wayer untuk menopang tulang. Perlu dilakukan pengecekan sirkulasi perifer di ujung jari, hal ini dikarenakan fraktur lebih dekat dengan elbow yang memungkinkan terjadinya gangguan sirkulasi perifer. Hal ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah dalam penatalaksanaan perioperatif.

description

hgjgj

Transcript of Supra Condiler Humerii

FRAKTUR

FRAKTUR SUPRA CONDILER

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangFraktur suprakondiler humerus merupakan fraktur yang terjadi pada 1/3 distal humerus tepat di proksimal trtoklea dan capitulum humerus. Garis fraktur berjalan melalui apeks coronoid dan fosa olecranon, biasanya berupa fraktur tranversal. Fraktur ini merupakan fraktur yang sering terjadi pada anak anak. Bias terjadi pada dewasa, hanya saja letak fraktur berada lebih proksimal disbanding pada anak.

Hampir 99% fraktur ini terjadi pada anak karena penekanan lebih atau kelebihan beban yang diberikan pada elbow joint hal ini menyebabkan fraktur. Selain itu penyebab lainnya dari fraktur ini adalah dikarenakan trauma langsung pada suprakondiler dari tulang humerus tersebut, tapi hal ini jarang terjadi (bedah unmuh, 2010).

Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan dengan menggunakan tindakan operatif, dengan pemasangan plat atau dengan memasang kawat wayer untuk menopang tulang. Perlu dilakukan pengecekan sirkulasi perifer di ujung jari, hal ini dikarenakan fraktur lebih dekat dengan elbow yang memungkinkan terjadinya gangguan sirkulasi perifer. Hal ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah dalam penatalaksanaan perioperatif.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. AnatomiHumerus adalah tulang lengan panjangyangkokoh, yang membentang dari bahu ke siku. Anatomi humerus terutama terkait dengan poros, ujung atas dan ujung bawah. Ujung atas membentuk sendi bahu bulat dan berartikulasi dengan glenoid rongga. Ujung bawah tidak teratur dalam bentuk karenauntuk mendukung berbagai gerakan, seperti siku menekuk (fleksi), rotasi (pronasidansupinasi ).ujung bawah juga disebut kondilus humeri, berartikulasi dengan radius tulang serta tulang ulna untuk membentuk sendi siku. Beberapa otot-otot penting lengan berasal baik atau melampirkan pada poros tulang humerus, seperti brachalis, trisep, dan sebagainya, yang memberikan gerakan pada siku dan sendi bahu (Orthopedmapia, 2011). Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung bawah.1. KaputSepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapula dan merupakan bagian dari bangunan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.2. KorpusSebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.3. Ujung BawahBerbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)Fraktur humerus distal dapat berupa fraktur humerus suprakondilaris atau fraktur humerus condylar. Sebuah fraktur humerus suprakondilaris berada di persimpangan Kondilus (ujung bawah) dan poros, dan patah tulang siku yang paling umum pada anak-anak. Sebuah fraktur condylar adalah fraktur humerus parahyangumumnya terjadikarena cedera kecepatan tinggi, seperti kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian.Kecelakaan seperti inisering mengakibatkan siku tidak stabil bahkan setelah operasi dan sering memerlukan suatu operasi siku pengganti untuk mendapatkan kembali fungsi siku (Orthopedmapia, 2011).B. Definisi1. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2000, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).3. Fraktur tulang Humerus atau patah tulang humerus adalah cedera yangsangat serius. Fraktur ini dikaitkan dengan beberapa komplikasi dan bisamenjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik. Sebuah kecelakaanjatuh dengan tumpuansiku atau lengancukup untuk menyebabkan fraktur humerusuntuk orang yang sudah tua. Hal ini juga terlihat pada orang muda setelah kecelakaan di jalan atau jatuh dari ketinggian atau cedera langsung ke lengan di tempat kerja. Kadang-kadang jugadisertaidengan dislokasi siku atau sendi bahu (Orthopedmapia, 2011)C. Tanda & Gejala1. NyeriNyeri continue / terus-menerus dan meningkat karena adanya spasme otot dan kerusakan sekunder sampai fragmen tulang tidak bisa digerakkan.2. Deformitas atau kelainan bentukPerubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang dan patah tulang itu sendiri yang diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.3. Gangguan fungsiSetelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling berdekatan.4. Bengkak / memarTerjadi memar pada bagian atas lengan yang disebabkan karena hematoma pada jaringan lunak.5. PemendekanPada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur humerus.6. KrepitasiSuara detik tulang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur humeri digerakkan disebabkan oleh trauma lansung maupun tak langsung.D. PatofisiologiTrauma yang terjadi pada tulang humerus dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan kemungkinan terjadinya infeksi. Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang sebab tulang berada pada posisi yang kaku.Daerah suprakondiler humeri merupakan daerah yang relatif lemah pada ekstremitas atas. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus menjadi pipih disebabkan adanya fossa olecranon di bagian posterior dan fossa coronoid di bagian anterior. Maka mudah dimengerti daerah ini merupakan titik lemah bila ada trauma didaerah siku. Terlebih pada anak-anak sering dijumpai fraktur di daerah ini. Bila terjadi oklusi a.brachialis dapat menimbulkan komplikasi serius yang disebut dengan Volkmanns Ischemia. A.brachialis terperangkap dan kingking pada daerah fraktur. Selanjutnya a.brachialis sering mengalami kontusio dengan atau tanpa robekan intima.

E. Pemeriksaan PenunjangX-rayx-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.F. Therapi1. Penanggulangan konservatif fraktur suprakondiler humerus diindikasikan pada anak undisplaced/ minimally dispaced fractures atau pada fraktur sangat kominutif pada pasien dengan lebih tua dengan kapasitas fungsi yang terbatas. Pada prinsipnya adalah reposisi dan immobilisasi. Pada undisplaced fracture hanya dilakukan immobilisasi dengan elbow fleksi selama tiga minggu.2. Kalau pembengkakan tidak hebat dapat dicoba dilakukan reposisi dalam narkose umum. Penderita tidur terlentang, dalam posisi ekstensi, operator menekuk bagian distal, menarik lengan bawah dengan siku pada posisi ekstensi, sedang asisten menahan bagian proksimal, memegang lengan atas pada ketiak pasien.

3. Setelah tereposisi, perlahan-lahan sambil tetap menarik lengan bawah siku difleksikan ambil diraba a. radialis. Gerakan fleksi diteruskan sampai a. radialis mulai tidak teraba, kemudian diekstensi siku sedikit untuk memastikan a. radialis teraba lagi. Fleksi maksimal akan menyebabkan tegangnya otot triseps, dan ini akan mempertahankan reposisi lengan baik.

4. Dalam posisi ini dilakukan immobilisasi dengan gips spalk (posterior splint).

5. Pemasangan gips dilakukan dengan lengan bawah dalam posisi pronasi bila fragmen distaldisplacedke medial dan dalam posisi supinasi bila fragmen distal displaced ke arah lateral.

6. Bila reposisi berhasil biasanya dalam 1 minggu perlu dibuat foto rontgen kontrol, karena dalam 1 minggu bengkak akibat hematom dan oedem telah berkurang dan menyebabkan kendornya gips, yang selanjutnya dapat menyebabkan terlepasnya reposisi yang telah tercapai.

7. Kalau dengan pengontrolan radiologi hasilnya sangat baik, gips dapat dipertahankan dalam waktu 3 minggu. Setelah itu gips diganti dengan mitela dengan maksud agar pasien bisa melatih gerakan fleksi ekstensi dalam mitela.

8. Umumnya penyembuhan fraktur suprakondiler ini berlangsung cepat dan tanpa gangguan.

9. Bila reposisi gagal, atau bila terdapat gejala Volkmann Ischemia atau lesi saraf tepi, dapat dilakukan tindakan reposisi terbuka secara operatif dan dirujuk ke dokter spesialis orthopaedi

G. Fokus PengkajianPengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai berikut :1. Aktivitas (istirahat)Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri)

2. SirkulasiTanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau hipotensi ( kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera.3. NeurosensoriGejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)

Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau trauma)

4. Nyeri / kenyamananGejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)5. KeamananTanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan, pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tibaDiagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.4. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan5. Risiko cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien post operasiBAB IIITINJAUAN KASUS I. PENGKAJIANHari : Rabu

Tanggal : 29 Januari 2014

Tempat : IBS PKU Muhammadiyah Gombong

Jam : 16.00 WIB

Metode : Studi Pustaka dan interview

Sumber : Pasien, observasi RM

Oleh : Indra Hermawan

A. Identitas Pasien

Nama : An. R.M

Umur : 4,3 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Rt.1 Rw.1 Srusuh, Puring, Kebumen

Pekerjaan : -

Status : blm kawin

Diagnosa : fraktur kondiler sinistra

No. RM : 259608

Tanggal Masuk : 29 Januari 2014

B. Penanggung Jawab

Nama : Tn.J

Umur : 30 tahun

Alamat : Rt.1 Rw.1 Srusuh, Puring, Kebumen

Hub. dengan pasien : Ayah kandung

C. Riwayat keshatan

1. Keluhan Utama

Klien menangis dan berkata Nyeri lengan kanan post jatuh.

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dari ruangan pada tanggal 29 Januari 2014 pukul 16.00 WIB dengan rencana pemasangan kawat Wayer. Terdapat luka lecet karena sebelum dibawa kerumah sakit pasien dibawa ke sangkal putung dan dipasang kardus untuk menyangga, P: Nyeri bertambah ketika bergerak ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q:- , S: 5 ( raut wajah) , T: hilang timbul mulai sampai diimobilisasi. Pasien dipersiapkan untuk operasi, Pasien mengenakan baju operasi, pasien merasa cemas pada saat akan dioperasi.

3. Riwayat Dahulu

Keluarga mengatakan pasien post jatuh, dan mengeluh sakit pada tangan kiri, dan tidak bias digerakkan. Keluarga membawa pasien ke sangkal putung untuk mendapatkan pengobatan tradisional. Klien tidak ada alergi makanan dan obat.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit seperti DM, Hipertensi.D. Pola Fungsional menurut Virginia Handersoon1. PolaNafas :

Sebelumsakit :Pasien mampu bernafas dengan normal dan adekuat.

Saatsakit :Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada cuping hidung, bernafas normal.

2. Pola Nutrisi

SebelumSakit :Pasienbiasamakansehari3x/hari dengan nasi lauk dan sayur, minum 68 x /hari (1000 cc).

SaatSakit :Pasiendipuasakan untuk memenuhi persyaratan operasi.

3. Pola Eliminasi

SebelumSakit : Pasien BAB normal ( konsistensi lembek, tanpa kelainan), BAK 4 kali ( tanpa kelainan).

SaatSakit : Pasien terpasang DC ( urine 200cc).

4. Pola Gerak dan Keseimbangan TubuhSebelum Sakit : Pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu bergerak dengan seimbang.

SaatSakit :Selama sakit ada gangguan pergerakan, khususnya tangan kiri.

5. Pola Istirahat TidurSebelum sakit : Pasien biasa tidur cukup.

Saatsakit :Pasien tidur terganggu dan kadang tidak nyaman karena nyeri

6. Pola BerpakaianSebelumsakit :Pasiendapatmengenakanpakaiantanpa bantuan orang lainSaatSakit :pasien tidak mampu berpakaian sendiri.

7. Temperatur TubuhSebelumsakit :Pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya, memakai jaket bila dingin dan memakai kaos kaki.

SaatSakit :Suhu badan pasien 36 0C, hanya memakai baju operasi dan terpasang infuse RL 20 tpm.

8. Personal Higiene

SebelumSakit :Pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari.

SaatSakit :Pasienbelum mandi

9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

SebelumSakit :Pasien merasa nyaman saat badannya sehat.

SaatSakit :Pasien merasa Nyeri dan gelisah akan operasi.

10. Pola KomunikasiSebelumSakit :Pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik.

SaatSakit :Pasien susah diajak bicara karena sering menangis.

11. KebutuhanSpiritualSebelumSakit :-SaatSakit :-12. Kebutuhan BekerjaSebelumSakit :Pasiensebagai anak dan hanya bermainSaatSakit :pasien tidak bermain13. Pola RekreasiSebelumSakit :Pasien sering berekreasi dengan menonton TV.Saatdikaji :Pasienberadadirumahsakitsehingga tidak berekreasi.14. Kebutuhan BelajarSebelumSakit : Pasien belajar dari televisi

SaatSakit :-E. Keadaan UmumSuhu : 36 0CNadi : 100 x/menitTD : -RR : -F. Pemeriksaan FisikKU : BaikKesadaran : Compos MetisPemeriksaan fisik head to toeKepala :Mesocephal,simetris,rambutbersih

Mata :Simetris,konjungtivaanemis,

Hidung :Tidakterdapatpolip,tidakadapenumpukan sekret

Telinga : Tidak ada serumenMulut :Gigibersih,mukosabibirlembab

Leher :Tidak terdapatpembesarankelenjartiroid

Thoraks

I : Tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, pulsasi jantung kuat.

P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa tambahan.

P : Paru sonor, jantung pekak, tidak ada efusii

A : Paru bersih, jantung regular tanpa suara tambahan

Abdomen

I : Tidak ada Jejas, .

A : -

P : Suara timpani

P : Tidak ada nyeri tekan.

Genetalia : laki laki, tidak terpasang DC

Ekstermitas

- atas : terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, pada siku kiri.

- bawah : tak ada jejas, akral hangat.

G. Data Penunjang

Hasil pemeriksaan radiologi ( Rontgen s.humerus) terdapat fraktur suprakondiler humer

H. Persiapan Pasien

1. Cairan parenteral : Infus RL 500cc

2. Jenis Anestesi : General Anestesi

3. Latihan :-

4. Baju operasi : Sudah

5. Inform consent : Sudah

6. Kebersihan colon : Sudah

7. Persiapan mental : Sudah ( berdoa )

8. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 29 Januari 2014

PemeriksaanHasilSatuanNilai Normal

Leukosit12.3510^3 /uL4.80- 10.80

Eritrosit4.6310^6/Ul4.70-6.10

Hemoglobin10.9g/dL14.0- 18.0

Hematokrit33.1%42.0-52.0

MCV71,5Fl79.00-99.0

MCH23.5Pg27.0-31.0

MCHC32.9g/dl33.0-37.0

Trombosit29310^3/uL150-450

GDS104.0g/dl70-105

HBSAgNegatif-Negataif

A. Pre operasia. Analisa DataTanggal/ jamData FokusEtiologiMasalah

29 Januari 2014 (16.00) DS :

Pasien mengatakan bahu kiri nya sakit dan ,

P: Nyeri bertambah ketika bergerak, nyeri berkurang saat diimobilisasi,

Q:

R: Regio bahu Sinistra

S: 5( dengan raut wajah)

T: hilang timbul

DO:Px rogten fraktur klavikulaDiskontinuitas tulangNyeri Akut

b. Diagnosa KeperawatanNyeri akut berhubungan dengan Diskontinuitas tulang

c. Penatalaksanaan/ Intervensi KeperawatanNo Dx kepTujuan dan Kriteria hasilIntervensi Rasional

1Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas tulangNOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit nyeri klien bias berkurang dengan KH:

Indikator

IR

ER

Skala nyeri berkurang

2

4

Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan Nyeri

2

4

Keterangan :

1. Tidak pernah menunjukan

2. Jarang menunjukan

3. Kadang-kadang menunjukan

4. Sering menunjukan

5. Selalu menunjukana. Kaji KU pasien terhadap nyeri b. Ajarkan teknik nafas dalam

c. Kaji TTV dan KU pasienMengetahui cara yang efektif untuk mengatasi nyeri

Untuk meringankan dan memberikan rasa nyaman juga mengalihkan nyeri pasienMengetahui perkembangan kondisi pasien

d. Implementasi KeperawatanNo dxTanggal/ jamTindakanRespon

116-1-2-14

Jam

16.40 WIBa. Mengkaji KU pasien terhadap nyerib. Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman c. Mengkaji TTV dan KU pasienPasien menganggap nyeri nya wajar dan pasien bersabar terhadap rasa nyeri yang dialamiPasien kooperatif dan melakukan

TD: - , N:100x/m, RR: -, S: 36

e. Evaluasi KeperawatanNo dxTanggal/ jamEvaluasi

129-1-2014

Jam

16.15 wibS: Pasien mengatakan nyeri belum berkurang Skala nyeri 5

O:-

N: 100x/mA: Masalah belum teratasi

P:Lanjut untuk persiapan tindakan operasi

B. Intra Operasi1. Persiapan pasien di meja oprasi

Posisi pasien : miring kanan

TD : -

N : 100x/m, RR : -Pemasangan : bed side monitor

Waktu operasi: tanggal 29 Januari 2014 pukul 16.55-17.50 wibAnestesi : general anestesi

a) Analisa Data dan dx KeperawatanNo dxTanggal/jamData fokusEtiologi Problem

129-1-2014

17.00 wibDS: -

DO: Adanya luka insisi sepanjang 15 cm dibagian siku kiri

Proses pembedahanRisiko perdarahan

b) Diagnosa KeperawatanResiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahanc) Intervensi KeperawatanDx kepTanggal/ jamTujuan dan kriteria hasilIntervensiRasional

Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan29-1-2014

17.00 wibSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama +- 1 jam operasi diharapkan risiko perdarahan dapat teratasi dengan KH:

Indikator

IR

ER

.Tidak terjadi perdarahan

3

5

Tidak ada peningkatan output cairan

3

5

Keterangan :

1. Tidak pernah menunjukan

2. Jarang menunjukan

3. Kadang-kadang menunjukan

4. Sering menunjukan

5. Selalu menunjukan1. Monitor perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.

2. Bantu operator dan asisten bila terjadi perdarahan hebat3. Monitor vital sign melalui bedsite monitor

4. Monitor status cairan parenteral untuk support intake cairan tubuh selama operasiMengetahui jumlah perdarahan yang muncul

Minimalisasi perdarahan

Mengetahui perkembangan kondisi pasien

Mempertahankan status hemodinamik tubuh karena proses pembedahan

d) Implementasi keperawatanTanggal/ jamImplementasiRespon

29-1-2014

17.00 wib

1. Memonitor perdarahan pada daerah pembedahan selama operasi2. Membantu operator dalam memanajemen perdarahan3. Memonitor vital sign

4. Memonitor status cairan parenteral untuk support intake cairan tubuh selama operasi- Perdarahan 120 cc- Mengedep area yang terjadi perdarahan, suction, penjahitan luka insisi.- Klien tidak sadar- Nadi : 88x/menitRR : 20x/menitTD : 126/31mmHgS : tidak terkaji

Terpasang Infus RL

e) Evaluasi KeperawatanDx kepTanggal/ jamEvaluasi

Risiko perdarahan berhubungan dengan prosea pembedahan29-1-2014

17.55 wib

S: -O: - klien tidak sadar

- perdarahan:120cc

- TD: - mmHg, N: 100x/m, S: 36, RR: 20x/m- luka insisi sudah dijahit

A: Masalah teratasiP: Berikan informasi tentang perawatan luka post op

C. Post Operasi1. Pengkajian

a. Pengkajian primer

A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas, pasien menangis keras

B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 20x/menit, SaO2 98%

C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT < 2 detik, TD 120/80 mmHg, N: 88x/m, masih ada efek anestesi

b. Pengkajian sekunder

Kesadaran pasien : Compos Metis (GCS = 15)

TD : - mmHg

Nadi : 100x/menit

Pemeriksaan fisik :

Kepala:Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan bersih

Mata :Sklera unikterik, konjungtiva tidak anemis, mata simetris

Hidung :Terpasang binasal kanul O2 2 liter

Mulut :Mukosa bibir lembab, gigi agak kotor, tidak ada pembesaran tonsil, bibir pucat

Telinga:simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.

Dada:Bentuk dada normal, tidak ada masa, tidak ada otot bantu nafas

Abdomen:turgor kulit normal,

Genetalia:Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut, terpasang DC

Ekstremitas atas:Tangan kiri terpasang infuse RL, tangan kiri terdapat balutan luka post op di siku, tangan belum dapat di gerakkan, CRT jari 1,2,3 belum lancar, jari 4, 5 lancar < 2dtk

Ekstremitas bawah:Kedua kaki bisa di gerakkan.

2. Analisa data

NoWaktuData FokusMasalahEtiologi

1.29-1-2014

17.50 wibSubjektif: -

Objektif:

- Pasien tiduran dan menangis meronta saat dipindahkan

- Ekstremitas atas belum dapat digerakan

- pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar

- Pasien dalam masa post general anestesi, masih terdapat efek anestesi

- TD: - mmHg, N:100x/mnt, RR: - x/mnt, SaO2 98%

- CRT < 2 detikResiko tinggi cedera Proses pemindahan pasien

3. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi cidera berhubungan dengan proses pemindahan pasien4. Rencana Post Operasi

NoDiagnosaTujuanIntevensiRasional

1.Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan pasien.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasca operasi selama 15 menit diharapkan resiko cedera tidak terjadi.

Dengan kriteria hasil:

Indikator

IR

ER

Tidak terjadi abserasi kulit karena pemindahan pasien.

2

4

Pasien dapat dipindahkan dengan aman dan nyaman.

2

4

Keterangan :

1. Tidak pernah menunjukan

2. Jarang menunjukan

3. Kadang-kadang menunjukan

4. Sering menunjukan

5. Selalu menunjukana. Perhatikan posisi pasien

b. Dekatkan bed di samping pasien

c. Lindungi organ vital pasien

d. Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada

e. Angkat pasien secara bersamaan

f. Berikan penyangga di tempat tidur pasien.a. Keamanaan pasien tetap terjagab. Menjaga keamananc. Mencegah cederad. Mempermudah pengangkatane. Mempermudah pengangkatanf. Memberikan rasa nyaman pada pasien

5. Implementasi keperawatanNo Tanggal/ waktuImplementasiRespon

129-1-2014

18.00 wiba. Memperhatikan posisi pasien

b. Mendekatkan bed di samping pasien

c. Melindungi organ vital pasien

d. Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada

e. Mengakat pasien secara bersamaanf. Memberikan penyangga di tempat tidur pasien.Pasien dalam posisi supine dan keadaan tenangPasien tenangPasien aman

Proses pengangkatan berjalan lancarPasien tampak tidur

Pasien tenang

6. Evaluasi Keperawatan

Dx kepTanggal/ jamEvaluasi

Risiko cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien29-1-2014

18.15 wibS : -O :

a. Pasien dalam posisi supinasi

b. Pasien aman

c. pasien tampak tidur

d. pasien tenang

A : Masalah teratasi

P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.

BAB IVPEMBAHASANA. Proses Keperawatan

1. PRE OPERASI

a. Diperoleh diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis dari frak fraktur suprakondiler humerus adalah nyeri.b. Tindakan yang dilakukan dalam pre operasi meliputi:

1) Mengkaji KU pasien terhadap nyeri2) Mengkaji PQRST nyeri pasien3) Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman 4) Mengkaji TTV dan KU pasien

Dengan hasil evaluasi yang di tunjukan:

1) S: Pasien mengatakan nyeri belum berkurang Skala nyeri masih pada skala 5

2) O: Pasien tampak meringis kesakitan ketika bahunya digerakkan, 3) A: Masalah belum teratasi

4) P: Lanjut untuk persiapan tindakan operasi

2. INTRA OPERASI

a. Pada intra operasi dilakukan persiapan seperti: pengaturan posisi pasien (supinasi), pemasangan bed site monitor, penyuntikan anestesi menggunakan general anestesi. Kemudian persiapan alat yang digunakan meliputi Set Tulang dan Set tambahan berupa set hernia dan bahan habis pakai.

b. Tindakan operasi atau proses operasi yang dilakukan diantaranya, yaitu:

Desinfeksi daerah operasi

Drapping

Menandai daerah sayatan 10cm di bahu kanan

Melakukan sayatan pada kulit sampai otot

Mempertahankan hemostatis

Reposisi fraktur menahan area fraktur

Fiksasi fraktur

Memasang wayer dengan bor untuk fiksasi

Mencuci daerah operasi

Hecting otot (jahitan: satu-satu)

Hecting sub cutis/lemak (jahitan: satu-satu)

Hecting kulit (jahitan: continous)

Desinfeksi

Balut luka

c. Dilakukannya tindakan pemasangan wayer fraktur suprakondiler humerus., sayatan dilakukan di area bahu bagian kiri, dapat diambil diagnosa risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

d. Dengan hasil evaluasi yang di tunjukan:

1) S : -2) O : klien tidak sadar, perdarahan:120cc, TD: - mmHg, N: 100x/m, S: 100, RR: -x/m, luka insisi sudah dijahit

3) A : Masalah teratasi4) P : Berikan informasi tentang perawatan luka post op3. POST OPRASI

a. Pada post oprasi dilakukan tindakan pengkajian diantaranya pengkajian primer, sekunder dan pemeriksaan fisik.

b. Setelah pengkajian, ditemukan diagnosa risiko tinggi cedera berhubungan dengan pemindahan pasien, karena efek general anestesi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa general anestesi memiliki efek, dengan tindakannya meliputi:

1) Memperhatikan posisi pasien

2) Mendekatkan bed di samping pasien

3) Melindungi organ vital pasien

4) Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada

5) Mengakat pasien secara bersamaan6) Memberikan penyangga di tempat tidur pasien.

Dengan hasil evaluasi yang ditunjukan, yaitu:

1) S : -2) O : Pasien dalam posisi supinasi, Pasien aman, pasien tampak tidur, pasien tenang

3) A : masalah teratasi

4) P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan

1. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pre operasi dengan fraktur suprakondiler humerus.

2. Mahasiswa mampu membantu dalam asuhan keperawatan intra operasi dengan fraktur suprakondiler humerus.

3. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan post operasi dengan fraktur suprakondiler humerus.

B. Saran

1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi pembedahan.

2. Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan terkait perawatan post operasi.

3. Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan professional di ruang IBS.