Supensi

20
BAB IV PEMBAHASAN Resep 7 Pada resep 7 ini praktikan membuat sediaan berupa suspensi yng ditujukan untuk pemakaian oral. Bahan obat yang digunakan pada resep ini adalah : 1. Luminal berfungsi sebagai sedativum dan hipnotikum. a. Sedativum adalah suatu depresan system saraf pusat yang dengan dosis yang tepat meningkatkan relaksasi yang nyaman (Ansel, 1928). b. Hipnotikum adalah suatu depresan system saraf pusat yang dengan dosis yang tepat menyebabkan tidut (Ansel, 1928). 2. Na Bromida berfungsi sebagai sedativum, yaitu suatu depresan system saraf pusat yang dengan dosis yang tepat meningkatkan relaksasi yang nyaman (Ansel, 1928). 3. PGS berfungsi sebagai suspending agent. 4. Nipagin berfungsi sebagai zat pengawet air. 5. Oleum Menthae Pip berfungsi sebagai pengaroma. 6. Aquadest berfungsi sebagai pelarut atau cairan pembawa. PGS dibuat dengan cara mencampurkan gom arab, tragakan, dan serbuk gula. Ketiga bahan tersebut dicampur sedikit demi sedikit, agar ketiga bahan

description

Praktikum suspensi

Transcript of Supensi

Page 1: Supensi

BAB IV

PEMBAHASAN

Resep 7

Pada resep 7 ini praktikan membuat sediaan berupa suspensi yng ditujukan

untuk pemakaian oral. Bahan obat yang digunakan pada resep ini adalah :

1. Luminal berfungsi sebagai sedativum dan hipnotikum.

a. Sedativum adalah suatu depresan system saraf pusat yang dengan dosis

yang tepat meningkatkan relaksasi yang nyaman (Ansel, 1928).

b. Hipnotikum adalah suatu depresan system saraf pusat yang dengan dosis

yang tepat menyebabkan tidut (Ansel, 1928).

2. Na Bromida berfungsi sebagai sedativum, yaitu suatu depresan system saraf

pusat yang dengan dosis yang tepat meningkatkan relaksasi yang nyaman

(Ansel, 1928).

3. PGS berfungsi sebagai suspending agent.

4. Nipagin berfungsi sebagai zat pengawet air.

5. Oleum Menthae Pip berfungsi sebagai pengaroma.

6. Aquadest berfungsi sebagai pelarut atau cairan pembawa.

PGS dibuat dengan cara mencampurkan gom arab, tragakan, dan serbuk

gula. Ketiga bahan tersebut dicampur sedikit demi sedikit, agar ketiga bahan

tersebut dapat tercampur secara merata atau homogen. Pada pembuatan resep ini

perlu ditambahkan PGS, karena PGS disini berfungsi untuk mendispersikan bahan

obat yang tak larut, agar bahan obat yang tidak larut ini dapat terdispersi dalam

cairan pembawa. Nipagin dilarutkan dengan air panas, karena nipagin larut dalam

20 bagian air mendidih. Sedangkan Na Bromida dilarutkan dengan air dingin,

karena Na Bromida larut dalam 1,5 bagian air dingin. Luminal harus digerus dulu

sebelum dicampur dengna PGS, karena pemerian Luminal berupa hablur atau

serbuk hablur sehingga perlu digerus hingga halus baru dicampur dengan PGS,

agar dapat tercampur rata. Oleum menthae pip dimasukkan terakhir, karena oleum

menthae pip merupakan minyak terbang, apabila dimasukkan pada awal atau

Page 2: Supensi

pertengahan oleum menthae pip akan mengalami perlakuan-perlakuan yang dapat

menyebabkan oleum menthae pip menguap atau hilang.

Untuk penandaan resep ini diberikan etiket putih, karena obat ini digunakan

sebagai obat dalam. Obat ini tidak boleh diulang tanpa resep dokter, karena pada

resep ini terdapat bahan obat yang termasuk dalam golongan obat keras. Obat ini

digunakan jika perlu, karena apabila digunakan pada saat yang tidak diperlukan

dan secara berulang kali untuk jangka waktu yang lama dapat menimbulkan

ketergantungan dan ketagihan. Bila digunakan dalam dosis yang meningkat akan

menimbulkan efek berturut-turut peredaan, tidur, dan pembiusan total. Sedangkan

pada dosis yang lebih besar lagi dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan,

dan kematian. Obat ini berfungsi sebagai obat penenang.

Page 3: Supensi

Resep 8

Pada resep 8 ini praktikan membuat sediaan berupa suspensi yang ditujukan

untuk pemakaian oral. Bahan obat yang digunakan pada resep ini adalah sebagi

berikut :

1. Cimetidine berfungsi sebagai H2-Blocker, yaitu suatu zat yang digunakan

untuk menghambat sekresi asam lambung (Kirana Rahardja dan Tan Hoan

Tjay, 2002).

2. Na CMC berfungsi sebagai suspending agent.

3. Polisorbat 80 brfungsi sebagai pembasah.

4. Sirupus Simplex berfungsi sebagai pemanis dan pengental.

5. Nipagin berfungsi sebagai zat pengawet air.

6. Oleum menthae pip berfungsi sebagai pengaroma.

7. Aquadest berfungsi sebagai pelarut.

Pada pengerjaan resep ini Na CMC ditaburkan diatas air selama ½ jam,

kemudian diaduk dengan cepat hingga membentuk mucilago. Na CMC disini

berfungsi dalam pendispersian bahan obat yang tidak larut dalam cairan pembawa,

agar dapat terdispersi dalam cairan pembawa. Pada pembuatan suspensi biasanya

terdapat zat pengawet, disini yang berfungsi sebagai zat pengawet adalah nipagin.

Zat pengawet ini berfungsi agar sediaan tidak mudah ditumbuhi mikroorganisme

dan tidak cepat rusak. Sirupus simplex disini berfungsi sebagai pengental agar

sediaan tetap stabil. Sirupus simplex dicamprkan dengan bahan obat yang tidak

larut agar apabila ditambahkan dengan air dapat menembus dan membasahi

partikel dari bahan obat tersebut. Oleum menthae pip dimasukkan terakhir, karena

oleum menthae pip merupakan minyak terbang, apabila dimasukkan pada awal

atau pertengahan oleum menthae pip akan mengalami perlakuan-perlakuan yang

dapat menyebabkan menguap atau hilang, misalnya digerus dan diaduk, dan lain

sebagainya.

Untuk penandaan resep ini diberikan etiket putih, karena obat ini digunakan

sebagai obat dalam. Obat ini tidak boleh diulang tanpa resep dokter, karena pda

resep ini terdapat bahan obat yang ternasuk dalam golongan obat keras. Sebelum

diminum obat harus dikocok dahulu untuk menghomogenkan bahan obat yang

Page 4: Supensi

mengendap. Obat ini berfungsi sebagai H2-Blocker atau suatu zat yang digunakan

untuk menghambat sekresi asam lambung.

Page 5: Supensi

Resep 9

Pada resep 9 ini praktikan membuat sediaan suspensi yang ditujukan untuk

sebagai obat luar yang digunakan dengan cara dihirup melalui hidung atau obat

inhalasi. Bahan obat yang digunakan pada resep ini adalah sebagai berikut :

1. Menthol berfungsi sebagai korigen dan antiiritan.

- Korigen adalah bahan tambahan yang digunakan untuk memperbaiki aroma

dari sediaan.

- Antiiritan adalah obat yang bereaksi secara lemah dan tidak khusus dengan

jaringan biologis, digunakan untuk menghasilkan respons inflamasi yang

lemah (Ansel, 1928).

2. Magnesium karbonat berfungsi sebagai laksativum, yaitu zat-zat yang dapat

menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari rangsangan

langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau

mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan sembelit (Kirana

Rahardja dan Tan Hoan Tjay, 2007).

3. Eucalyptus oil berfungsi sebagai antiiritan, yaitu obat yang bereaksi secara

lemah dan tidak khusus dengan jaringan biologis, digunakan untuk

menghasilkan respons inflamasi yang lemah (Ansel, 1928).

4. Aquadest berfungsi sebagai pelarut (Moh.Anief, 1987).

Menthol dilarutkan dengan eucalyptus oil, karena menthol larut dalam

minyak atsiri. Menthol disini berfungsi untukmenghasilkan respons inflamasi

yang lemah. Magnesium karbonat dilarutkan dengan asam encer HCl hingga larut

di dalam erlenmeyer, kemudian dicampur dengan larutan menthol. Pada resep ini

tidak perlu ditambhakan pengental dan pembasah, karena sediaan ini tidak untuk

diminum, dioleskan, dan dituang. Sediaan ini digunakan untuk dihirup, jadi tidak

perlu ditambah pengental dan pembasah.

Untuk penandaan resep ini diberikan etiket biru, karena sediaan ini

digunakan sebagai obat luar. Sebelum digunakan obat harus dikocok dahulu untuk

menghomogenkan bahan obat yang mengendap. Obat ini berfungsi untuk

melegakan saluran pernapasan digunakan dengan cara dihirup melalui hidung.

Page 6: Supensi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Resep 7

Hasil sediaan yang diperoleh berupa suspensi yang ditujukan untuk

pemakaian oral dengan warna kuning muda. Obat ini berfungsi sebagai obat

penenang. Zat aktif yang terkandung pada resep ini adalah Luminal dan Na

Bromida. Obat ini diminum 3 x sehari 2 sendok teh dan diminum jika perlu saja.

Sebelum diminum obat harus dikocok dahulu. Rsesp ini tidak boleh diulang tanpa

resep dokter. Untuk penandaan resep ini diberikan etiket putih. Obat disimpan

ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung.

Resep 8

Hasil sediaan yang diperoleh berupa suspensi yang ditujukan untuk

pemakaian oral dengan warna hijau. Obat ini berfungsi sebagai obat tukak

lambung dan H2-blocker. Zat aktif yang tekandung pada resep ini adalah

Cimetidine. Obat ini diminum tiap 8 jam 2 sendok teh. Sebelum diminum obat

harus dikocok dahulu. Rsesp ini tidak boleh diulang tanpa resep dokter. Untuk

penandaan resep ini diberikan etiket putih. Obat disimpan ditempat yang sejuk

dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung.

Resep 9

Hasil sediaan yang diperoleh berupa suspensi yang ditujukan sebagai obat

luar yang digunakan dengan cara dihirup melalui hidung atau obat inhalasi dengan

warna putih. Obat ini berfungsi untuk melegakan saluran pernapasan. Zat aktif

yang tekandung pada resep ini adalah menthol, magnesium karbonat, dan

eucalyptus oil. Sebelum digunakan obat harus dikocok dahulu. Untuk penandaan

resep ini diberikan etiket biru. Obat disimpan ditempat yang sejuk dan terlindung

dari cahaya matahari secara langsung.

Page 7: Supensi

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin praktikan sampaikan kepada praktikan yang lain

maupun pada diri praktikan sendiri adalah dalam melakukan praktikum sebaiknya

dilakukan dengan hati-hati, teliti, cermat, dan sungguh-sungguh agar hasil yang di

dapat sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu di dalam praktikum jangan

melakukan tindakan yang dapat membahayakan praktikan yang lain dan diri

sendiri. Sebelum melaksanakan praktikum sebaiknya praktikan mempersiapkan

diri untuk dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan demi memperlancar

jalannya praktikum.

Page 8: Supensi

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat Cetakan VI. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Anonim. 1966. Formularium Indonesia Penerbitan Pertama. Jakarta :

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Ansel, C. Howard. 1928. Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Parafit, Khatleen. 1999. Martindale, The Complete Drug Reference 28th. London :

Pharmaceutical Press.

Rahardja, Kirana dan Tan Hoan Tjay. 2002. Obat Obat Penting Edisi V. Jakarta :

PT. Elek Media Komputindo Klompok Gramedia.

Sirait, Midian dan Fauzi Kasim. 2008. Infomasi Sepesialite Obat Volume 43.

Jakarta : PT. ISFI.

Page 9: Supensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini, yaitu :

1. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses pembuatan obat

pada sediaan cair khususnya untuk sediaan suspensi.

2. Agar mahasiswa mampu membuat sediaan yang nantinya dapat

bermanfaat bagi pasien maupun masyarakat luas.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. Agar mahasiswa dapat membuat sediaan cair berupa suspensi seperti pada

pembuatan lotio dengan baik dan benar sesuai prinsip kerja.

2. Agar dapat memberikan pengalaman serta menambah keterampilan dalam

mengerjakan resep yang berisi sediaan suspensi dan lotio.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari masing-masing obat, efek

samping dari suatu obat, dan dapat memberikan informasi kepada pasien.

Page 10: Supensi

BAB II

DASAR TEORI

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam

keadaan halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang

tedispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-

lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan

untuk menjamin stabilita suspensi, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi

agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Sediaan yang dapat dibuat dalam bentuk

suspensi antara lain suspensi oral, lotio, injeksi serta obat tetes.

Suspensi untuk injeksi atau suntikan harus steril, mudah disuntikan dan tidak

menyumbat dalam jarum suntik. Suspensi untuk obat tetes harus steril dan zat

yang terdispersi harus sangat halus, bila untuk dosis ganda harus mengandung

bakterisida. Pada etiket harus tertera “Kocok Dahulu” dan disimpan dalam wadah

tertutup baik dan disimpan di tempat sejuk.

Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa factor antara lain :

sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel, zat pembasah, medium

pendispersi serta komponen-komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma,

pemberi rasa, dan pengawet yang digunakan). Suspensi harus dikemas dalam

wadah yang mempunyai ruang udara yang memadai di atas cairan, sehingga dapat

dikocok dan mudah dituang.

Dalam suspensi biasanya digunakan Pulvis Gummosus untuk menaikkan

viskositas cairan karena bila tidak, zat yang tidak larut akan cepat mengendap.

Banyaknya zat pengental tidak tergantung pada banyaknya serbuk, tetapi

tergantung dari besarnya volume cairan. Biasanya diatur :

1. Untuk obat berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus sebanyak 2

% dari jumlah cairan obat minum.

2. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus

sebanyak 1 % dari jumlah cairan obat minum.

Dalam pembuatan suspensi pembasah partikel dari serbuk yang tidak larut

dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. Kadang-kadang adalah sukar

Page 11: Supensi

mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak, dan lain-lain kontaminan.

Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi walaupun bobot jenisnya besar dapat

mengembang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah kemasukan

udara dan sukar dibasahi walaupun ditekan di bawah permukaan dari suspensi

medium.

Serbuk yang sulit dibasahi oleh air disebut hidrofob, seperti : Sulfur, Karbo

Adsorben, Magnesii Stearas. Sedangkan serbuk yang mudah dibasahi oleh air

disebuthidrofil, seperti : Toulen, Zinci oxyda, dan Magnesium karbonat.

Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (wetting agent) adalah

sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka partikel padat dan cairan

pembawa. Sebagai akibat turunnya tegangan antar muka akan menurunkan sudut

kontak dan pembasahan akan dipermudah.

Gliserin dapat berguna dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan

memindahkan udara diantara partikel-partikel hingga bila ditambahkan air dapat

menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaan

partikel mudah tercampur oleh air. Maka dari itu pendispersian partikel dilakukan

dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin, propilenglikol, dan koloid gom

setelah itu baru diencerkan dengan air.

Pembuatan Suspensi

Suspensi dapat dibuat dengan menggunakan 2 metode, yaitu :

1. Metode Dispersi : Serbuk yang terbagi halus, didispersi dalam cairan

pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi

suspensi yang penting adalah partikel-partikel harus terdispersi betul di dalam

air, mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air, kadang-kadang sukar. Hal

ini disebabkan karena adanya udara dan lain-lain yang kontaminan pada

permukaan serbuk.

2. Metode Presipitasi : Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak

larut dalam air, dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur

dengan air, lalu ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu. Pelarut

organik yang digunakan adalah Etanol, Methanol, Propilenglikol, dan

Page 12: Supensi

Gliserin. Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control ukuran

partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat kristal.

Bahan-bahan tamabahan pembuatan suspensi

1. Suspending agent

Bahan ini membantu dalam pendispersian yang berasal dari alam, contohnya :

Gom arab, CMC, Algin, dan Bentonit, sedangkan untuk sintetik contohnya

Serbophol.

2. Buffer

Bahan ini dapat menjaga stabilitas di dalam suasana asam ataupun basa.

Larutan dapar yang biasa digunakan adalah dapar borat dan dapar fosfat.

3. Suspending adjuct

Bahan ini berfungsi sebagai pengental, contoh : Sirupus simplex dan Gliserin.

4. Preservative

Bahan ini berfungsi sebagai pengawet untuk bahan-bahan air lebih dari 10 %.

Contohnya : Nipagin dan Na Benzoat.

5. Flavour agent

Bahan ini berfungsi sebagai pengaroma yang berasal dari alam, contoh :

minyak atsiri, oleum citri, sedangkan untuk yang sintetik minyak permen.

6. Colour agent

Bahan ini berfungsi sebagai pewarna agar sediaan obat terlihat menarik,

contoh : Tartrazin dan Eosin.

7. Sweeting agent

Bahan ini berfungsi sebagai pemanis agar sediaan obat dapat lebih enak,

contoh : Saccharum album dan Sakarin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :

1. Volume sedimentasi

2. Derajat flokulasi

3. Perubahan ukuran partikel

4. Sifat reologi

Page 13: Supensi

Pada pembuatan suspensi dikenal 2 macam system, yaitu :

1. Sistem deflokulasi

2. Sistem flokulasi

Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat

mengendap, mudah terdispersi kembali, dan tidak membentuk cake, sedangkan

pada sistem deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan-lahan dan

akhirnya akan membentuk sedimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang

keras sukar tersuspensi kembali.

Lotio adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, yang di gunakan

sebagai obat luar. Lotio dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk

halus dengan bahan suspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air

dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan.

Dapat di tambahkan zat warna, zat pengawet atau zat pewangi yang cocok.

Penandaan harus juga tertera obat luar dan kocok dahulu.

Lotio merupakan preparat cair yang di maksudkan untuk pemakaian luar

pada kulit. Kebanyakkan lotio mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut

dalam media dispersi dan di suspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi

dan zat pendispersi.

Lotio di maksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau

untuk obat karena sifat dari bahan-bahannya. Kecairannya memugkinkan

pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Lotio di

maksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan

tipis dari komponen obat pada permukaan kulit.

Karena fase terdispersi dari lotio cenderung untuk memisahkan diri dari

pembawanya bila didiamkan, maka lotio harus di kocok sekuat-kuatnya setiap

akan di gunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali.

Wadah lotio harus di beri label untuk memberikan petunjuk pada pasien, supaya

mengocok dengan seksama sebelum pemakaian dan juga hanya untuk pemakaian

luar.