Sungai Brantas Bersih Bukan Hal Mustahil

5
TUGAS EKONOMI LINGKUNGAN Astrid Ruliyati Kuswardani (081111015) Sungai Brantas Bersih Bukan Hal Mustahil di Tahun 2045 Siapa yang tidak mengenal sungai Brantas, sungai kebanggaan milik masyarakat Jawa Timur ini mengalir sepanjang 320 km 2 . Sungai ini melewati 9 kabupaten dan 6 kota di wilayah Jawa Timur dan telah lebih dari puluhan bahkan ratusan tahun memberikan kehidupan bagi banyak orang. Sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo tersebut sudah tidak diragukan lagi manfaatnya. Sungai ini memiliki mata air di desa Sumber Brantas (Kota Batu) yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua menjadi Kali Surabaya (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Sungai Brantas merupakan sumber utama kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, kesehatan, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan kebutuhan yang semakin beragam, ditemukan berbagai permasalahan yang melanda sungai Brantas. Hal tersebut sangat disayangkan, mengingat sungai Brantas memiliki banyak sekali manfaat khususnya untuk masyarakat di wilayah Jawa Timur. Lalu bagaimana jika permasalahan tersebut tidak kunjung diselesaikan, akankah kita rela di tahun-tahun berikutnya hanya bisa memandang sungai tersebut dalam keadaan kekeringan dan tidak berfungsi dengan semestinya? Kondisi sungai Brantas memang bisa dibilang memrihatinkan, seperti yang dikatakan Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi, Selasa 18 Juni 2013 pada Kongres Remaja Brantas. Ia mengatakan bahwa kondisi Sungai Brantas yang memprihatinkan dikarenakan selama ini digunakan sebagai tempat sampah, tempat pembuangan limbah dan WC umum (ciputranews.com). Permasalahan tersebut bukanlah muncul tanpa sebab. Sungai Brantas di dalam menjalankan fungsinya tidak sendiri, karena ada Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitar yang menopangnya. DAS Brantas tersebut terbantang dari hulu hingga hilir. Jika menilik sedikit kondisi DAS Brantas bagian hulu, telah terjadi banyak sekali peristiwa penebangan hutan secara liar. Seperti yang disebutkan oleh Harian Kompas bahwa sebanyak 111 sumber air di

description

Free Essay

Transcript of Sungai Brantas Bersih Bukan Hal Mustahil

Page 1: Sungai Brantas Bersih Bukan Hal Mustahil

TUGAS EKONOMI LINGKUNGANAstrid Ruliyati Kuswardani (081111015)

Sungai Brantas Bersih Bukan Hal Mustahil di Tahun 2045 Siapa yang tidak mengenal sungai Brantas, sungai kebanggaan milik masyarakat Jawa Timur ini mengalir sepanjang 320 km2. Sungai ini melewati 9 kabupaten dan 6 kota di wilayah Jawa Timur dan telah lebih dari puluhan bahkan ratusan tahun memberikan kehidupan bagi banyak orang. Sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo tersebut sudah tidak diragukan lagi manfaatnya. Sungai ini memiliki mata air di desa Sumber Brantas (Kota Batu) yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua menjadi Kali Surabaya (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Sungai Brantas merupakan sumber utama kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, kesehatan, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan kebutuhan yang semakin beragam, ditemukan berbagai permasalahan yang melanda sungai Brantas. Hal tersebut sangat disayangkan, mengingat sungai Brantas memiliki banyak sekali manfaat khususnya untuk masyarakat di wilayah Jawa Timur. Lalu bagaimana jika permasalahan tersebut tidak kunjung diselesaikan, akankah kita rela di tahun-tahun berikutnya hanya bisa memandang sungai tersebut dalam keadaan kekeringan dan tidak berfungsi dengan semestinya? Kondisi sungai Brantas memang bisa dibilang memrihatinkan, seperti yang dikatakan Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi, Selasa 18 Juni 2013 pada Kongres Remaja Brantas. Ia mengatakan bahwa kondisi Sungai Brantas yang memprihatinkan dikarenakan selama ini digunakan sebagai tempat sampah, tempat pembuangan limbah dan WC umum (ciputranews.com). Permasalahan tersebut bukanlah muncul tanpa sebab. Sungai Brantas di dalam menjalankan fungsinya tidak sendiri, karena ada Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitar yang menopangnya. DAS Brantas tersebut terbantang dari hulu hingga hilir. Jika menilik sedikit kondisi DAS Brantas bagian hulu, telah terjadi banyak sekali peristiwa penebangan hutan secara liar. Seperti yang disebutkan oleh Harian Kompas bahwa sebanyak 111 sumber air di wilayah hulu Sungai Brantas tersebut tepatnya di kawasan arboretum dan daerah penyangganya di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur yang merupakan daerah pemasok air hulu sungai Brantas, berdasarkan hasil survei 2006, kini hanya tersisa 54 sumber mata air saja. Itu pun dalam kondisi memrihatinkan, bahkan pada saat musim hujan seperti sekarang. Hilangnya mata air tersebut akibat tekanan deforestasi kawasan hutan di Kecamatan Bumiaji terus berkembang. Tanaman sayur-sayuran bahkan kini ditanam di tepi sungai hulu. Menurut berita yang dilangsir oleh koranfakta.net, pada sungai Brantas, tercatat selama 8 tahun (2000-2008) telah terjadi pengurangan luas hutan dari sekitar 80.000 ha menjadi sekitar 40.000 ha (terjadi pengurangan 50% luas hutan dalam kurun waktu 8 Tahun). Penurunan luas hutan ini diyakini menurunkan jumlah mata air yang ada di hulu DAS Brantas. Padahal kita ketahui bersama, bahwa hutan memiliki fungsi yang amat penting. Hutan berfungsi sebagai daerah tangkapan air hujan (catchment area), mencegah erosi dan sebagai penyangga bagi kehidupan flora dan fauna di dalamnya. Tak berhenti di situ, wilayah tengah dan hilir sungai juga tidak luput dari permasalahan. Efek domino yang ditimbulkan dari permasalahan di hulu menyebabkan erosi secara besar-besaran dan air dari hulu kemudian membawa sedimen bersama mengalir ke daerah selanjutnya. Akibat yang ditimbulkan memang tidaklah dapat dirasakan secara langsung, namun karena air yang mengalir membawa sedimen yang tinggi tersebut otomatis menyebabkan proses sedimentasi sungai berjalan lebih cepat. Akhirnya, peristiwa pendangkalan terjadi. Seperti pada waduk Sengguruh di Malang selatan. Tercatat pada tahun

Page 2: Sungai Brantas Bersih Bukan Hal Mustahil

2003, kapasitas Waduk Sengguruh hanya tinggal 42% saja (PJT, 2006). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh PJT I, umur efektif bendungan yang direncanakan sekitar 100 tahun namun berkurang menjadi 30 tahun saja. Tidak hanya itu saja, pencemaran yang terjadi di sungai Brantas juga tidak dapat disepelehkan. Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur,  limbah cair industri dan limbah cair domestik yang dibuang di Kali Brantas mencapai 150 ton per hari dengan komposisi 55 persen berasal dari limbah domestik dan 45 persen limbah industri. Penanganan limbah industri sekarang sedang digalakkan oleh BLH Jatim dengan Perum Jasa Tirta 1 Malang melalui patroli sungai. Hingga kini sudah lebih dari 12 perusahaan yang sedang diberkas kasusnya oleh Polwiltabes Kota Surabaya, kata Kepala Bidang Komunikasi Lingkungan dan Peningkatan Peran serta masyarakat BLH Jatim, Putu Arthagiri, dalam pelatihan 30 kader pengolah sampah dari Kecamatan Driyorejo (kompas.com). Pertanyaan selanjutnya, lalu apa yang bisa dilakukan guna menyelamatkan sungai Brantas tercinta kita agar kelak anak cucu kita masih dapat merasakan kemanfaatannya bahkan lebih dari sekarang. Jika boleh sedikit berkhayal dan bermimpi, saya pribadi tidak menginginkan hal yang terlalu ‘muluk’ untuk sungai yang telah hidup berdampingan dengan saya. Saya hanya menginginkan sungai Brantas menjadi sungai yang bersih dan bebas dari pencemaran seperti sungai-sungai lain yang ada di luar negeri serta tentu saja mampu memberikan manfaat optimalnya bagi masyarakat.

(sumber:http://www.visitingdc.com/images/river-thames-picture.jpg)

Gambar di atas merupakan gambar dari sungai Thames di London, Inggris. Mengapa saya mengambil contoh sungai tersebut. Alasannya tidak lain karena sungai Thames tersebut merupakan salah satu sungai terbersih di dunia dan merupakan sebuah contoh tranformasi sungai kotor menjadi paling bersih di dunia (green.kompasiana.com). Sungai Thames berperan sangat penting terhadap penyediaan protein ikan bagi penduduk kota selain untuk air minum, pengairan lahan pertanian dan juga transportasi. Namun ada cerita buram di balik sungai Thames yang sekarang menjadi kebanggaan rakyat Inggris tersebut. Membengkaknya

Page 3: Sungai Brantas Bersih Bukan Hal Mustahil

populasi penduduk ditambah revolusi industri di Inggris, memperparah kondisi sungai. Sungai menjadi tempat penampungan limbah rumah  tangga (termasuk kotoran manusia) dan industri yang mengakibatkan sungai tercemar berat. Sejarah mencatat berbagai kejadian buruk yang menimpa Kota London akibat kondisi sungai Thames yang sangat tercemar. Dimulai dari tahun 1932 ketika wabah kolera menjangkiti penduduk kota, tercatat ribuan orang meninggal akibat penyakit tersebut. Selain itu Pada tahun 1878 sebuah kapal bermesin uap bernama Princess Alice yang membawa sekitar 600 orang penumpang terbalik di sungai ini akibat sebuah tabrakan. Seluruh penumpang diberitakan meninggal bukan karena tenggelam, namun karena menghirup racun yang terkandung di air sungai yang tercemar berat dan pada tahun 1957 sungai Thames dinyatakan mati secara biologis, dimana kehidupan baik ikan maupun burung tidak ditemukan lagi disana. Hal tersebut diakibatkan oleh rendahnya kadar oksigen terlarut di air sungai serta racun yang terkandung dari polusi. Namun 50 tahun kemudian semua fakta di atas justru menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi warga London, Inggris, berkat usaha dan kerja keras pemerintah dan warga dalan upaya pembersihan sungai Thames kini mereka dapat merasakan manfaatnya. Begitu juga seperti permasalahan di atas, saya mengharapkan hal yang sama yakni melihat wajah sungai Brantas dapat menjadi jernih dan indah dipandang. Selain itu mampu memenuhi kebutuhan air minum yang lebih layak bagi masyarakat dan memberikan manfaat lainnya. Tidak seperti sekarang, yang airnya tampak keruh akibat sedimen dan limbah di beberapa lokasi serta banyak tumpukan sampah ikut mengalir bersama derasnya aliran sungai. Meskipun untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, butuh dukungan dari berbagai pihak karena permasalahan sungai merupakan permasalahan multisektoral. Namun, mengharapkan sungai Brantas bersih kembali kini bukanlah menjadi hal yang mustahil karena masih tersisa 30 tahun lebih untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengadakan sebuah kolaborasi antara lembaga pemerintahan, lembaga non pemerintahan (LSM), civitas akademika, dan masyarakat yang peduli terhadap permasalahan sungai Brantas serta berperan aktif dalam menjaga kelestarian sungai. Sinergitas dari semua pihak dalam melaksanakan pengelolaan sungai akan berdampak positif mengingat upaya pelestarian dan pengembangan pembangunan lingkungan dalam ‘Brantas River Clean Up’ harus dilakukan.