Sumber2 hukum islam.doc

10
Sumber2 hukum islam Pernah satu kali saya berjanji untuk belajar menuliskan apa yang saya sedikit ketahui tentang hukum Islam, khususnya berkaitan dengan Hukum Pidana Islam. Dalam tulisan saya hampir setahun yang lalu (buset, udah lama juga), saya berniat untuk menyajikan tulisan berkaitan dengan hal ini. Tapi kesibukan-kesibukan di kantor, rumah, di kampung, dan kesibukan-kesibukan lainnya yang tak habis-habisnya karena saya buat sendiri seperti nonton liga inggris. Kesibukan ini seolah menyita waktu saya untuk menuliskan barang sedikit saja (yang saya tahu) tentang hukum pidana Islam. Bahkan belum sempat saya memenuhi janji untuk menulis, saya sudah sesumbar menulis hal yang lain lagi. Halah… Dalam tulisan saya sebelumnya, sempat saya singgung bahwa Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana dalam Islam membagi 3 bagian besar kelompok pidana dan acara pidananya. Tetapi sebelum membicarakan hal tersebut, dalam tulisan ini saya ingin membicarakan tentang sumber hukum Islam yang pada akhirnya nanti digunakan sebagai sumber bagi hukum pidana Islam dan hukum acaranya. Seperti yang (mungkin) kita ketahui bahwa sumber utama (primary sources) dari Hukum Islam adalah Alquran dan Sunnah (yang bentuknya adalah dalam teks hadits). Sedangkan sumber lain bagi Hukum Islam (Secondary sources) adalah tulisan- tulisan atau pendapat-pendapat para cendekiawan muslim yang diformulasikan pasca wafatnya Rasulullah SAW, yang pada umumnya ditulis pada masa keemasan keilmuandalam islam, yaitu pada jaman disnasti Abbasiyah (750-950 M), kemudian biasa disebut ilmu fiqih; teks-teks hukum dalam Islam yang ditulis oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka (biasanya terbatas pada madzhabnya masing-masing); dan Fatwa, atau aturan yang berlaku bagi muslim yang dikeluarkan oleh para ulama dalam rangka menjawab pertanyaan ummat berkaitan dengan sesuatu hal yang spesifik tergantung situasi, kondisi, waktu dan lokasi pada saat dibuatnya fatwa tersebut. 1. Alquran

Transcript of Sumber2 hukum islam.doc

Sumber2 hukum islam

Sumber2 hukum islam

Pernah satu kalisaya berjanji untuk belajar menuliskan apa yang saya sedikit ketahui tentang hukum Islam, khususnya berkaitan dengan Hukum Pidana Islam. Dalam tulisan saya hampir setahun yang lalu (buset, udah lama juga), saya berniat untuk menyajikan tulisan berkaitan dengan hal ini. Tapi kesibukan-kesibukan di kantor, rumah, di kampung, dan kesibukan-kesibukan lainnya yang tak habis-habisnya karena saya buat sendiri seperti nonton liga inggris. Kesibukan iniseolah menyita waktu saya untuk menuliskan barang sedikit saja (yang saya tahu)tentang hukum pidana Islam. Bahkan belum sempat saya memenuhi janji untuk menulis, saya sudah sesumbar menulis hal yang lain lagi. Halah

Dalam tulisan saya sebelumnya, sempat saya singgung bahwa Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana dalam Islam membagi 3 bagian besar kelompok pidana dan acara pidananya. Tetapi sebelum membicarakan hal tersebut, dalam tulisan ini saya ingin membicarakan tentang sumber hukum Islam yang pada akhirnya nanti digunakan sebagai sumber bagi hukum pidana Islam dan hukum acaranya.

Seperti yang (mungkin) kita ketahui bahwa sumber utama (primary sources)dari Hukum Islam adalah Alquran dan Sunnah (yang bentuknya adalah dalam teks hadits). Sedangkan sumber lain bagi Hukum Islam(Secondary sources) adalah tulisan-tulisan atau pendapat-pendapat para cendekiawan muslim yang diformulasikan pasca wafatnya Rasulullah SAW, yang pada umumnya ditulis pada masa keemasan keilmuandalam islam, yaitu pada jaman disnasti Abbasiyah (750-950 M), kemudian biasa disebut ilmu fiqih; teks-teks hukum dalam Islam yang ditulis oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka (biasanya terbatas pada madzhabnya masing-masing); dan Fatwa, atau aturan yang berlaku bagi muslim yang dikeluarkan oleh para ulama dalam rangka menjawab pertanyaan ummat berkaitan dengan sesuatu hal yangspesifik tergantung situasi, kondisi, waktu dan lokasi pada saat dibuatnya fatwa tersebut.

1. Alquran

Alquran bukanlah tulisan hukum, namun di dalam Alquran terkandung setidaknya 500 perintah Allah SWT yang sifatnya berkaitan dengan hukum. Abdur Rahman i Doi (Shariah: The Islamic Law, 1989) membuat klasifikasi atas aturan-aturan yang terkait dengan hukum ke dalam empat bagian besar yaitu: a) The concise injunctions, atau perintah-perintah Allah yang tertulis di dalam Alquran namun tidak ditemui penjelasantentang tatacara pelaksanaan atas perintah tersebut. Sebagai contoh adalah perintah Allah untuk mendirikan shalat, berpuasa atau mengeluarkan zakat; b) The concise and detailed injunctions, atau perintah-perintah Allah yang secara jelas tertulis dalam Alquran, dan penjelasan atas ayat-ayat tersebut bisa didapati dari hadits atau sumber hukum Islam lainnya. Sebagai contoh adalah aturan mengenai hubungan muslim dengan non-muslim; c) The detailed Injuctions, yaitu dimana Alquran telah memberikan penjelasan yang detail berkaitan dengan satu perintah Allah SWT, dan tidak diperlukan adanya lagi suatu penjelasan tambahan. Sebagai contoh adalahhukuma hadd (huddud); dan d) Fundamental principles of Guidance, prinsip-prinsip ini tidak memiliki penjelasan yang terperinci dan pasti (clear cut), sehingga untuk menetukan hukum atas hal-hal tersebut perlu diambil melalui suatu proses yang dinamakan ijtihad.

2. Hadits dan Sunnah

Sunnah adalah segala perbuatan dan perkataan Rasulullah, termasuk segala sesuatu yang disetujui oleh Beliau. Hadits sendiri berarti segala hikayat atau pembicaraan yang digunakan dalam meriwayatkan segala sesuatu tindak tanduk Rasulullah, sehingga sunnah dapat berarti sebuah contoh perbuatan atau hukum yang diambil dari adanya suatu hadits. Berkaitan dengan Shariah, hanya sunnah yang berkaitan dengan hukum sajalah yang dikategorikan sebagai suatu sumber hukum Islam, sehingga sunnah yang tidak langsung berkaitan seperti bagaimana teknik pertanian, strategi peperangan, dan lain sebagainya tidak dianggap sebagai sebuah sumber hukum Islam atau hukum pidana Islam.

Sunnah sendiri digunakan dalam berbagai keperluan diantaranya adalah untuk menkonfirmasi hukum-hukum yang sudah disebutkan dalam Alquran, untuk memberikan penjelasan tambahan bagi ayat Alquran yang menjelaskan sesuatu secara umum, untuk mengklarifikasi ayat-ayat Alquran yang mungkin dapat menerbitkan keraguan bagi ummat, dan memperkenalkan hukum baru yang tidak disebutkan dalam alquran. Kompilasi atas hadits dilakukan oleh para ulama dan cendekiawan muslim yang secara umum dikumpulkan oleh empat periwayat hadits terkemuka yaitu kompilasi hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (870M), Muslim (875M), Abu Dawud (888M), dan At-Tirmidhi (892M). Mungkin masih ada hadits yang diriwayatkan oleh selain empat ulama terkemuka ini, namun secara umum umat muslim mengenal empat kompilasi hadits yang dikumpulkan atau diriwayatkan ulama di atas. Hadits sendiri diklasifikasikan berdasarkan kualitas dari periwayatnya (bisa dipercaya) dan kekuatan dari isnad atau bagaimana hubungan antara para periwayat itu sendiri, sehingga dapat digolongkan dalam tiga jenis: Muwatir, Mashhur, dan Ahad. Masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri yang menandakan kualitas dari hadits-hadits tersebut.

3. Madhabs (pl. Madhabib)

Sumber-sumber bagi Hukum Islam adalah pendapat-pendapat dan tulisan-tulisan dari para ulama, cendekiawan muslim, atau para hakim yang dibuat setelah Rasulullah SAW wafat. Ilmu-ilmu yang dikompilasikan oleh para ulama ini merupakan sumber-sumber hukum Islam yang sangat bernilai bagi umat muslim sebagai hingga saat ini. Berdasarkan aliran dalam Islam yang ada saat ini, secara umum terdapat dua aliran besar yaitu Sunni dan Shiah. Empat aliran besar (madhabs) yang tergolong dalam aliran sunni adalah Madhad Hanafi, Maliki, Hambali, dan Shafii. Sedangkan satu aliran yang terdapat dalam Shiah adalah Madhab Shiah itu sendiri.

Madhad Hanafi dikembangkan oleh seorang ulama dan cendekiawan muslim yaitu Imam Abu Hanifa (80-150 H, atau 702-772M), dan muridnya yang terkenal Abu Yusuf dan Muhammad. Mereka menekankan pada penggunaan alasan-alasan dan shura atau diskusi kelompok daripada semata-mata mengikuti aturan atau tradisi yang telah ada secara turun temurun. Madhab ini paling banyak berkembang dan dikuti di India dan Timur Tengah, serta pernah menjadi mdhab resmi yang digunakan di Turki (dinasti ottoman).

Madhab Maliki mengikuti ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh ulama dan cendekiawan muslim Imam Malik (lahir 95H atau 717M) yang menitikberatkan pada praktek-prakte yang diterapkan penduduk di Madinah sebagai suatu bentuk contoh kehidupan Islam yang paling otentik. Saat ini, ajaran-ajaran Imam Malik atau madhab Maliki paling banyak ditemui hampir di seluruh bagian wialayah muslim di benua Afrika.

Madhab Hambali dikembangkan oleh ulama dan cendekiawan muslim yang bernama Imam Ahmad ibnu Hambali (lahir 164H atau 799M) yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan ketuhanan serta mengadopsi pandangan yang tegas terhadap hukum. Saat ini madhab Hambali secara dominan diterapkan di saudi Arabia.

Madhab Shafii didirikan oleh seorang ulama dan cendekiawan bernama Imam As-Shafii (lahir 150H atau 772M) adalah merupakan murid dari Imam Malik dan pernah belajar dari beberapa tokoh cendekian muslim yang paling terkemuka pada saat itu. Imam As-Shafii terkenal karena ke-moderat-annya dan penilaiannya yang berimbang, dan walaupun Beliau menghormati tradisi, Imam As-Shafii mengevalusinya secara lebih kritis dibandingkan dengan Imam Malik. Para pengikut madhab Shafii secara dominan diikuti oleh umat muslim yang berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Madhab Shiah yang dianut oleh sekitar 10% umat muslim saat ini, menurut sebagian cendekiawan lebih diakibatkan sebagai akibat dari pergesekan politik dalam dunia muslim terhadap pendapat bahwa pemimpin umat muslim harus selalu merupakan keturunan dari keluarga Ali, yaitu keponakan dari Rasulullah sekaligus suami dari puteri nabi Fatimah. Madhab yang masih memiliki sub-madhab (katakanlah seperti itu) seperti Ithnaashaaris dan Ismailis saat ini ditemui secara dominan di negara Iran, serta memiliki pengikut yang juga mayoritas di Iraq, India, dan negara-negara kawasan teluk

4. Tulisan-tulisan tentang hukum Islam

Banyak ulama, cendekiawan muslim dan ahli hukum islam telah menulis buku-buku yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan hukum Islam. Tulisan-tulisan ini juga dipandang sebagai sumber-sumber hukum yang diakui dan berlaku terutama di dalam kalangan madhab mereka masing-masing.

5. Fatwa

Fatwa adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh seorang ulama atau cendekiawan muslim yang terkemuka dalam menjawab pertanyaan atau memberikan aturan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus saja. Fatwa juga harus berasal dari sumber dan merupakan turunan hukum Islam serta dihasilkan oleh para ulama dan cendekiawan muslim yang terkemuka (mujtahidin) yang dilakukan melalui proses ijtihad dan diambil hanya jika sumber hukumnya tidak jelas atau belum ada.

Untuk tulisan kali ini berkaitan dengan sumber hukum Islam akan saya akhiri disini berhubung hari sudah menginjak pagi (00.42 WIB), sehingga saya tulisan ini mesti saya akhiri hingga di sini. Mohon maaf bila tulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan karena memang saya juga masih dalam taraf belajar. Mohon kiranya para pembaca yang mengetahu adanya kesalahan dalam tulisan ini untuk memberikan koreksi karena segala kesalahan dan kekurangan yang ada dalam tulisan ini sepenuhnya adalah karena kekhilafan dan ketidaktahuan saya. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.

Tulisan berikutnya, mungkin saya akan sedikit mebahas bagaimana dan apa sajakah model dari kegiatan atau proses menemukan menemukan hukum dalam Islam tersebut, serta bagaimana kondisi hukum Islam yang ada di dunia (berlaku pada negara mana saja dan bagaimana kategorinya). Setelah itu barulah saya akan memulai membahas hukum pidana Islam dan Hukum Acara Pidana Islam.

(http://ariefadi.wordpress.com/2007/08/27/sumber-hukum-islam/)

Sumber Hukum Islam[sunting] Al-Qur'an

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba' QS 34:28). Sebagai sumber Ajaran Islam juga disebut sumber pertama atau Asas Pertama Syara'.

Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia

Dalam upaya memahami isi Al Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al-Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.

[sunting] Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak bisa diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara lain

Ijma', kesepakatan para ulama

Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya

Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat

'Urf, kebiasaan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam)

Ijma' Sumber Hukum Islam

Tuesday, 21 October 2008 20:46 administrator

HYPERLINK "http://bukhari.or.id/home/index.php?view=article&catid=26&id=168%3Aijma-sumber-hukum-islam&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=379" \o "Print" HYPERLINK "http://bukhari.or.id/home/index.php?view=article&catid=26&id=168%3Aijma-sumber-hukum-islam&format=pdf&option=com_content&Itemid=379" \o "PDF"

Majalah As-Sunnah Edisi 08 Tahun XII 1429H-2008M

Dewasa ini kaum muslimin banyak belum mengerti dan memahami hakikat sumber hukum yang menjadi rujukannya dalam beragama. Ironisnya pernyataan sumber hukum Islam adalah Al-Qurn dan Sunnah serta Ijma dan Qiyas merupakan hal yang sudah umum di masyarkat. Namun itu hanya sekedar slogan tanpa diketahui hakikatnya, sehingga banyak dai dan tokoh agama berfatwa menyelisihi sumber-sumber hukum tersebut.

Padahal sangat jelas kedudukan Ijma dalam agama ini. Karena Ijma adalah salah satu dasar yang menjadi sumber rujukan, pedoman dan sumber dasar hukum syariat yang mulia ini setelah Al-Qurn dan Sunnah. Ijma bersumber dari Al-Qurn dan Sunnah, menjadi penguat kandungan keduanya dan penghapus perselisihan yang ada di antara manusia dalam semua yang diperselisihkan.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan, Ijma adalah sumber hukum ketiga yang dijadikan pedoman dalam ilmu dan agama. Seluruh amalan dan perbuatan manusia, baik batiniyah maupun lahiriyah yang berhubungan dengan agama, mereka menimbangnya dengan ketiga sumber hukum ini. (Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Khalid al-Mushlih, hlm. 203). Ijma menjadi sesuatu yang mashum dari kesalahan dengan dasar firman Allah dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam . Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mumin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.(Qs. an-Nis/4:115).

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam :

Umatku tidak berkumpul (sepakat) di atas kesesatan.

Karenanya, Syaikhul-Islamt mengatakan, agama kaum muslimin dibangun berlandaskan ittiba kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah serta kesepakatan umat (Ijma). Sehingga ketiganya menjadi sumber hukum yang mashum. (Daru Taarudh al-Aql wa an-Naql, 1/272).

Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatukan hati umat ini dengan Ijma sebagai rahmat dan karunia dari- Nya. Ijma umat ini sebagian besar dalam masalah dasar dan pokok agama. Dan banyak dari masalah furunya yang menjadi faktor penyebab bersatunya kaum muslimin, menyempitkan lingkaran perselisihan dan pemutus perbedaan pendapat di antara orang-orang yang berbeda pendapat.

Oleh karena itu, wajib bagi siapapun yang ingin selamat dari ketergelinciran dan kesalahan untuk mengetahui Ijma (konsensus) kaum muslimin dalam permasalahan agama, sehingga ia dapat berpegang teguh (komitmen) dan mengamalkan tuntutannya setelah benar-benar selamat dari penyimpangan (tahrif) dan memastikan kebenaran penisbatannya (penyandarannya) kepada syariat serta tidak dibenarkan menyelisihinya setelah mengetahui Ijma tersebut.

Para imam (ulama besar) umat ini telah sepakat memvonis sesat orang yang menyelisihi konsensus umat ini dalam satu permasalahan agama. Bahkan bisa menjadi landasan untuk memberi vonis kafir dan murtad dalam beberapa keadaan tertentu. Karena itulah, para ulama juga telah memperhatikan hal ini secara sempurna, dan kita semua kembali merujuk kepada keterangan mereka tentang Ijma yang benar.

Semoga dengan menimbang semua amalan perbuatan yang berhubungan dengan agama kepada ketiga sumber di atas, dapat menjadi pendorong bagi kaum muslimin untuk dapat bersatu...

(http://bukhari.or.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=168:ijma-sumber-hukum-islam&catid=26&Itemid=379)