Sumber Presentasi Bk
-
Upload
dini-putri-permatasari -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Sumber Presentasi Bk
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JENJANG
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
1. Bimbingan dan Konseling Tingkat SMP
Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupanya dengan wawancara, dengan
cara yang sesuai dengan keadaan individhu yang dihadapinya unuk mencapai hidupnya.) dan
menyetir (to steer). Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati
dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah atu jenis
layanan bimbingan. Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976; 19) Konseling
adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu antara seorang (konselor)
membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya
dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
Jadi bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan
secara ilmiah dan profesional yang diberikan oleh pembimbing kepada yang dibimbing (peserta
didik) agar ia dapat berkembang secara optimal, yaitu mampu memahami diri, mengarahkan diri,
dan mengaktualisasikan diri, sesuai tahap perkembangan, sifat-sifat, potensi yang dimiliki, dan
latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai kebahagiaan dalam
kehidupannya. Program bimbingan dan konseling merupakan bagian dari seluruh program
sekolah yang kegiatannya dengan latar belakang aspek sosial, aspek psikologis, dan aspek
pendidikan pada umumnya.
Landasan BK menurut Undang-Undang adalah sebagai berikut:
Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3, tentang fungsi pendidikan Nasional.
PP. No. 28 dan 29 Tahun 1990,tentang Pendidikan Dasar Menengah
PP No 19 Tahun 2005,Tentang Standar Nasional Pendidikan
UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6,tentang keberadaan Konselor.
Dalam menyusun daftar pelayanan bimbingan konseling haruslah disesuaikan dengan
landasan bimbingan konseling, yaitu:
A. Landasan fisiologis
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 1
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman
khususnya bagi guru pembimbing dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan
konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
B. Landasan psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi guru
tentang perilaku siswa-siswi. Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
a. motif dan motivasi;
b. pembawaan dan lingkungan,
c. perkembangan individu;
d. belajar; dan
e. kepribadian.
C. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat
“multireferensial”.Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi
perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu
pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi,
manajemen, ilmu hukum dan agama.
Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan
pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun
prakteknya.
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan
melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.
2. Progam BK di SMP
Kebutuhan program BK yang terdapat pada jenjang SMP, antara lain:
Membantu memenuhi kebutuhan organis, emosional, berprestasi, dan memepertahankan
dan mengembangkan diri.
Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi, yaitu kesulitan menerima perubahan-
perubahan fisiknya, mengubah sikap dan perilaku kekank-kanakan menjadi sikap dan
perilaku yang lebih dewasa, kebingungan akibat perkembangan berfungsinya organ
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 2
reproduksi, tuntutan masyarakat untuk menyesuaikan diri, kuatnya pengaruh kelompok
sebayayang sering bertentangan dengan kata hatinya, pertentangan nilai yang dimiliki
dengan nilai dalam keluarga dan masyarakat.
3. Fungsi Layanan BK
Dari beberapa hal yang telah dijelaskan diatas, maka fungsi layanan bimbingan dan
konseling antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman, yang menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk pengembangan dan
pemecahan masalah peserta didik meliputi pemahaman diri dan lingkungan.
2. Pencegahan (preventif), yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
3. Pengentasan, yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami peserta didik.
4. Pemeliharaan dan pengembangan , yang menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangannya secara
mantap dan berkelanjutan.
4. Ciri-Ciri Umum Perkembangan Pesdik Usia SMP
Adapun beberapa ciri-ciri umum perkembangan pesdik usia SMP, antara lain :
Adanya pertumbuhan fisik yang begitu pesat
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan
dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang
lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat
pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
Perbedaan perkembangan seksual pada laki-laki dan perempuan
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-
tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai
berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan
sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah
mendapatkan menstruasi yang pertama. Disini tampak perubahan yang spesifik terjadi.
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 3
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya
menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di
sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak
jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai
tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul
membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan
berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak
dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.Pubertas menjadikan seorang
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Disini diharapkan remaja lebih
berhati-hati dalam bergaul, agar tidak terjerumus dalam suatu pergaulan yang salah.
Berkurangnya kendali ego
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon.
Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan
sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah.
Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat
melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang
akan terjadi.
Perkembangan sosial
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu
menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-
ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus
mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup
buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas
dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan
tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan
berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 4
Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting
manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja
individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan
lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-
ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan,
cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan
bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,
kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja
yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase
perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial
(sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-
ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan
orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari
orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai
norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja
pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal
ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial
dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari
perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya
mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan
peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan
perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah
perilaku negatif.
Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya
dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan
melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 5
tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat
matang daripada anak laki-laki.
Perkembangan moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat
penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja
tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang
ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama
ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat
bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa
dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara
yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa
perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan
atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang
anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa
remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu
tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri
remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan
jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang
ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 6
orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika
lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban
dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan
memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh
dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak
dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari
jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika
“lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang
diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
Perkembangan kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak
langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja
juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang
dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa
pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan
remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai
tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir
secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman
yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir
dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi
konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 7
memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu
situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat
memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana
mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan
kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk
berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana
mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam
Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan
melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam
Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk
cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai
diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak
berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi
keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat,
yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya.
Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai
berikut :
“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak
terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-
destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari
bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena
perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan
sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 8
coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja
biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu
keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri,
merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan
remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya
dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan
perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja
maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga
mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam
mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku
berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada
remaja dan orang dewasa adalah sama.
Perkembangan kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian
seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan
pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi
remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang
memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua
memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
5. Tugas-Tugas Perkembangan Pesdik
Dengan adanya sifat dan sikap pesdik yang seiring berubah karena masa pubertas, maka
adapun tugas-tugas seorang konselor untuk mengetahui perkembangan peserta didiknya sebagai
berikut:
1. Mengembangkan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami perubahan-perubahan yang terjadi baik
secara psikis maupun psikologis yang terjadi pada dirinya, menilai bakat dan
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 9
minat, mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME.
2. Mengembangkan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis,
berkeadilan dan bermartabat.
3. Mengembangkan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dan keterampilan untuk
mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Mengembangkan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
6. Bidang Bimbingan Konseling
Dengan adanya berbagai hal yang harus ditangani oleh BK, maka agar berbagai hal
tersebut lebih terarah/terfokuskan BK dibagi menjadi tiga bidang bimbingan dan konseling,
antara lain:
1) Bidang Pribadi-sosial antara lain:
a. Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME.
b. Pemahaman bakat dan minat pribadi serta penyaluran pengembangannya melalui
kegiatan yang kreatif.
c. Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya.
d. Pengembangan kemampuan berkomunikasi bak secara lisan maupun tertulis.
e. Pemahaman dan pengalaman disiplin dan peraturan sekolah.
f. Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya di dalam dan di luar
sekolah serta masyarakat.
g. Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubunga sosial dengan
menjunjung tinggi tata karma, adat istiadat, dan nilai-nilai religious.
2) Bidang belajar antara lain:
a. Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih baik secara individual maupn kelompok.
b. Mengembangkan penguasaan materi program belajar.
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 10
c. Orientasi program belajar di sekolah menengah tingkat atas.
d. Mengenalkan kondisi belajar yang kondusif untuk berprestasi.
e. Cara belajar yang efektif dan efisien sesuai karakteristik pribadi.
3) Bidang bimbingan karir antara lain:
a. Pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan pilihan
pekerjaan/ketrampilan kejuruan.
b. Orientasi dsn informasi pekerjaan dan usaha memperoleh pekerjaan dan penghasilan.
c. Pengenalan berbagai lapangan pekerjaan yang menerima tamatan SMP.
d. Cara perencanaan dan pengambilan keputusan tentang, cita-cita karier.
7. Pelaksanaan Program Layanan dan Peranan Konselor di SMP
a. Pelaksanaan Program Layanan
B.K di SMP dilaksanakan sesuai fungsi layanan B.K. di sekolah melalui pelaksanaan
berbagai jenis layanan bimbingan sesuai kebutuhan, cirri-ciri dan tugas
perkembangan serta tujuan B.K.
b. Peranan Konselor di SMP
Perana konselor pada tingkat SMP, antara lain sebagai berikut:
Menciptakan kondisi yang kondusif agar konseli tidak takut terhadap konselor,
tetapi konseli merasakan kebutuhan akan kehadiran konselor sebagai pemberi
layanan bantuan untuk mencapa tugas-tugas perkembangan optimal pesdik.
Sebagai seorang pemberi bantuan layanan profesional bagi tercapainya tugas-
tugas perkembangan optimal pesdik.
Program Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 11