Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

41
Makalah Studi Islam III Sumber, objek dan tujuan akhlak Oleh : Kelompok II Sem/Kls : III L 1. TAUFIK ASHARI 1006200500 2. IRWAN FAHMI 1006200538 3. HERI GUNAWAN 1006200506 4. RINI DWI HARTATY 1006200545 5. M.HAFIS RAMADHAN 1006200534

Transcript of Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Page 1: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Makalah Studi Islam III

Sumber, objek dan tujuan akhlak

Oleh :Kelompok II

Sem/Kls : III L

1. TAUFIK ASHARI 1006200500

2. IRWAN FAHMI 1006200538

3. HERI GUNAWAN 1006200506

4. RINI DWI HARTATY 1006200545

5. M.HAFIS RAMADHAN 1006200534

Page 2: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang menyayangi tanpa pernah meminta imbalan dari mahluk-Nya, yang atas

berkat rahmat, inayah serta hidayah-Nya lah kami sebagai penulis dapat

menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta,

umatnya yang membela risalahnya sampai akhir jaman.

Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan

benar, yang merupakan salah satu tugas dari pelajaran Studi Islam III, dalam

memenuhi tugas tersebut maka kami menyusun makalah yang berjudul “Sumber,

Objek dan Tujuan Akhlak” kami telah mendapatkan bantuan dari beberapa

sumber yang telah di lampirkan di halaman pada Daftar Pustaka.

Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan kepada pihak yang

membacanya. Kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak

kekurangan. Apabila terdapat kesalahan yang kecil ataupun yang fatal kami

mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membaca makalah ini.

Dan kami juga menerima kritik dan saran terhadap makalah yang kami buat ini,

mudah-mudahan dengan adanya kritik dan saran kami dapat membuat makalah

yang lebih bagus lagi di hari kemudian.

Medan, 22 Desember 2011

Penulis

i

Page 3: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ iii

A. Latar Belakang...................................................................................... iii

B. Rumusan Masalah................................................................................. iv

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 1

Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak......................................................... 1

A. Pengertian akhlak serta perbedaannya dengan moral dan etika............ 1

B. Sumber Akhlak Islam........................................................................... 2

C. Objek dalam berakhlak......................................................................... 6

D. Tujuan Berakhlak dalam Islam............................................................. 16

BAB III PENUTUP..................................................................................... 20

Kesimpulan........................................................................................... 20

Daftar Pustaka....................................................................................... 22

ii

Page 4: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

BAB I Pendahuluan

Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

A. Latar Belakang

Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang

memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka dasar lainnya.

Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan

syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan

tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini

akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang

baik.

Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa

kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan

akhlak manusia yang mulia. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi

yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang

cukup lama, yakni kurang lebih 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan

pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak

untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah

(aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan

umat Islam pada waktu itu.

Mengkaji dan mendalami akhlak bukanlah yang terpenting, tetapi

merupakan sarana yang dapat mengantarkan kita dapat mengamalkan akhlak

mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi Saw. Dengan pemahaman yang jelas

tentang akhlak, kita akan memiliki pijakan dan pedoman untuk mengarahkan

iii

Page 5: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

tingkah laku kita sehari-hari, sehingga kita memahami apakah yang kita lakukan

benar atau tidak, termasuk akhlak mahmudah (mulia) atau akhlak madzmumah

(tercela).

B. Rumusan Masalah

1. Mempelajari arti dan ruang lingkup akhlak serta perbedaan akhlak moral

dan Etika

2. Mempelajari Sumber Akhlak

3. Mempelajari Objek Akhlak

4. Mempelajari Tujuan Akhlak

iv

Page 6: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

A. Pengertian akhlak serta perbedaannya dengan moral dan etika

Menurut bahasa (etimologi) Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari

kata khuluq, artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai, tabiat1. Sedangkan

menurut istilah, akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan

bathin2.

Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk,

apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhalakul karimah

dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlakul mazmumah3.

Disamping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari

bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan. moral selalu dikaitkan dengan

ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat

masyarakat menjadi standart dalam menentukan baik dan buruknya suatu

perbuatan.

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berasarkan suatu sisitem tatanan lain

suatu masyrakat tertentu, etika lebih bnyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat,

karena itu yang menjadi standart baik dan buruk itu akal manusia. Jika

dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral

bersifat praktis. Moral bersifat local atau khusus dan etika bersifat umum.

1 A. Mustofa, Akhalak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11.2 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), hlm. 12.3 Ahmad Amin, kitab Al-Akhlak, (kairo: Darul Kutub Al-Mishiriyah, tt), hlm. 15.

1

Page 7: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Pebedaan akhlak dan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penetuan atau

standart ukuran baik dan buruk yang digunakannya, standart baik dan buruk

akhalak berdasarkan Al-quran dan Sunnah rasul, sedangkan moral dan etika

berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat.

Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik,maka baik pula lah nilai

perbuatan itu. Dengan demikian standart nilai moral dan etika bersifat local dan

temporal, sedangkan standart akhlak bersifat universal dan abadi4.

Dalam pandangan islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada

dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari

keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata

sehari”. Inilah yang menjadi misi diutusnya rasul sebagaimana di sabdakannya:

aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”

(Hadist riwayat ahmad)

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya

adalah akumulasi dari aqidah dan syariah yang bersatu secara utuh pada diri

seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syariat akan lahir akhlak

yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila

syariat islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

B. Sumber Akhlak Islam

Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk akhlak

yang baik atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya

4 Prof. Dr. Azyumardi. Dkk, Buku Teks Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2002), hlm 165

2

Page 8: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

adalah al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak

Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik

dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka

baik dan buruk itu bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu

baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya,

seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya

baik5.

Kedua sumber ajaran Islam yang pokok itu (al-Quran dan Sunnah) diakui

oleh semua umat Islam sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah

Swt. dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga

keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya

banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dla’if/palsu). Melalui kedua

sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sifat sabar, tawakkal, syukur,

pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita

juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad

merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai

nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang

berbeda-beda6.

Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-

Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia. Standar

lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan

5 Dr. Marzuki, M.Ag, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, (Yogyakarta : Debut Wahana Perss, 2009),hlm 19 6 Ibid

3

Page 9: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

nurani manusia serta pandangan umum masyarakat. Manusia dengan hati

nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah

memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap

jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan)".” (QS. al-A’raf (7): 172).

Dalam ayat yang lain Allah Swt. juga berfirman:

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. al-Rum (30): 30).

Dengan fitrah tauhid itulah manusia akan mencintai kesucian dan

cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan

merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya,

4

Page 10: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

karena kebenaran itu tidak akan dicapai kecuali dengan Allah sebagai sumber

kebenaran mutlak. Namun demikian, harus diakui bahwa fitrah manusia tidak

selalu dapat berfungsi dengan baik. Pendidikan dan pengalaman manusia dapat

mempengaruhi eksistensi fitrah manusia itu. Dengan pengaruh tersebut tidak

sedikit fitrah manusia menjadi kotor dan tertutup sehingga tidak lagi dapat

menentukan baik dan buruk dengan benar. Karena itulah ukuran baik dan buruk

tidak dapat diserahkan kepada hati nurani belaka, tetapi harus dikembalikan

kepada wahyu yang terjamin kebenarannya (Yunahar Ilyas, 2004: 4).

Akal pikiran manusia juga sama kedudukannya seperti hati nurani di atas.

Kebaikan atau keburukan yang diperoleh akal bersifat subjektif dan relatif. Karena

itu, akal manusia tidak dapat menjamin ukuran baik dan buruknya akhlak

manusia. Hal yang sama juga terjadi pada pandangan umum masyarakat. Yang

terakhir ini juga bersifat relatif, bahkan nilainya paling rendah dibandingkan

kedua standar sebelumnya. Hanya masyarakat yang memiliki kebiasaan (tradisi)

yang baik yang dapat memberikan ukuran yang lebih terjamin.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran baik dan buruknya

akhlak manusia bisa diperoleh melalui berbagai sumber. Dari sekian banyak

sumber yang ada, hanyalah sumber al-Quran dan Sunnah Nabi yang tidak

diragukan kebenarannya. Sumber-sumber lain masih penuh dengan subyektivitas

dan relativitas mengenai ukuran baik dan buruknya. Karena itulah ukuran utama

akhlak Islam adalah al-Quran dan Sunnah. Dan inilah yang sebenarnya merupakan

bagian pokok dari ajaran Islam. Apapun yang diperintahkan oleh al-Quran dan

5

Page 11: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Sunnah pasti bernilai baik untuk dilakukan, sebaliknya yang dilarang oleh al-

Quran dan Sunnah pasti bernilai baik untuk ditinggalkan.

C. Objek dalam berakhlak

akhlak terhadap Allah, Manusia dan Lingkungan hidup

Menurut objek dan sasarannya terdapat akhlak terhadap Allah, akhlak

kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan7.

1. Akhlak kepada Allah

a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk

menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya seorang muslim beribadah

membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah

berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media komunikasi yang telah

disediakan antara lain ibadah shalat8.

b. Berzikir kepada Allah,yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan

kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada

Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati sebagaimana

diungkapkan dalam firman Allah:

“Ingatlah,dengan zikir kepada Allah akan menentramkan hati”

(Ar-Ra’ad,13:28)

7 Azyumardi Op.Cit., 1658 Azyunardi Loc.Cit

6

Page 12: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

c. Berdoa kepada Allah yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa

merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan

dan ketidak mampuan manusia, sekaligus pengakuan akan

kemahakuaasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa dalam

ajaran islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal

manusia. Oleh karena itu, berusaha dan berdoa merupakan dua sisi tugas

hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap

muslim. Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak

menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang

sebagai orang yang sombong, suatu prilaku yang tidak disukai Allah.

d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan

menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

Dan kepunyaan Allah-lah segala rahasia langit dan bumi,dan kepadanya

lah dikembalikan segala urusan. Oleh karena itu sembahlah Dia dan

bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali kali tuhan mu tidak akan

melupakan apa yang kamu kerjakan (Hud,11:123)

Tawakal bukanlah menyerah kepada keadaan, sebalikya tawakal

mendorong orang untuk bekerja keras karena Allah tidak menyia-nyiakan

kerja manusia. Setelah bekerja keras apapun hasilnya akan diterimanya

sebagai sesuatu yang terbaik bagi dirinya, tidak kecewa atau putus asa.

e. Tawaduk kepada Allah adalah rendah hati kepada Allah. Mengakui bahwa

dirinya rendah dan hina dihadapan Allah yang maha kuasa, oleh Karena

7

Page 13: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau

memaafkan orang lain,dan pamrih dalam melaksanakan kepada Allah.

Nabi bersabda:

“Sedekah tidak mengurangi harta dan Allah tidak menambah selain

kehormatan pada seseorang yang memberi maaf. Dan tidak seorang yang

tawaduk secara ikhlas karena Allah, melainkan dia dimuliakan Allah.

(hadist riwayat muslim dari abu hurairah)

Oleh karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak bertawaduk

kepada Allah karena manusia diciptakan dari bahan yang hina nilainya,

yaitu tanah.

2. Akhlak kepada manusia.

a. Akhlak kepada diri sendiri.

1. Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari

pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar

diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan ketika

ditimpa musibah dari Allah9.

Sabar melaksanakan perintah adalah sikap menerima dan melaksanakan

segala perintah tanpa pilih-pilih dengan ikhlas. Sedangkan sabar dalam

menjauhi larangan Allah adalah berjuang mengendalikan diri untuk

meninggalkannya. Sabar terhadap musibah adalah menerima musibah apa

saja yang menimpa dengan tetap berbaik sangka kepada Allah serta tetap

yakin bahwa ada hikmah dalam setiap musibah itu. Sabar terhadap

musibah merupakan gambaran jiwa yang tenang dan keyakinan yang

9 Azyumardi Op.Cit., 1678

Page 14: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

tinggi terhadap Allah, karena itu pantaslah kalau Allah menghapus dosa-

dosanya sebagaimana sabda Nabi :

“Tidak seorang muslim yang terkena suatu gangguan, baik berupa duri

atau lebih dari itu, melainkan akan menghapus kesalahannya dan

menggugurkan dosa-dosanya sebagiamana gugurnya daun dari pohon”

(hadist riwayat bukhari dan muslim)

2. Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang

tidak bisa terhitung banyak nya. Syukur diungkapkan dalam bentuk

ucapan dan perbuatan. Syukur dengan dengan ucapan adalah memuji

Allah dengan bacaaan hamdallah, sedangkan syukur dengan perbuatan

dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai

dengan keharusannya, seperti bersyukur diberi penglihatan dengan

menggunakan untuk membaca ayat” Allah baik yang tersurat dalam al-

quran maupun yang tersirat pada alam semesta.

Orang yang suka bersyukur terhadap nikmat Allah maka akan ditambah

nikmat yang diterimanya sebagaimana firmannya:

...

‘’Kalau kalian bersyukur tentu aku, akan menambah(nikmat) untuk mu

dan jika kamu mengingkari(nikmat-ku), maka sesungguhnya azab ku

sangat pedih.” (Ibrahim,14:7)

3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapi

nya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk lahir dari

kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang lemah dan serba 9

Page 15: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong dan angkuh di muka

bumi. Allah berfiman:

...

“Janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia dan jangan kamu

berjalan di muka bumi dengan sombong.” (Luqman, 31:18).

Sikap tawaduk melahirkan ketenangana jiwa, menjauhkan dari sifat dari iri

dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

b. Akhlak pada ibu bapak

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya

(birrul walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Allah mewasiatkan agar

manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapak sebagai mana firmannya:

“Dan kami perintakan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu

bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

kepadaku dan kepada dua orang tua ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah

kembalimu.(Luqman,31:14)

Dalam ayat diatas Allah menyuruh manusia untuk berbakti kepada ibu

bapak dengan cara mengajak manusia untuk menghayati pengorbanan yang

diberikan ibu ketika mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anaknya.

10

Page 16: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Karena itu doa yang di ajarkan Allah untuk orang tua diungkapkan sedemikian

rupa dengan mengenang jasa mereka:

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tuamu) dengan

penuh kesayangan dan ucapkanlah: “ wahai Tuhan ku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik dan merawatku

dengan penuh kasih sayang ketika aku kecil. (Al-Israa,17:24)

Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk perbuatan antara

lain: menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan

cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaati perintah, meringankan beban,

serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampulagi berusaha.

Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika mereka hidup tetapi

terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara

mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka, menepati janji mereka yang

belum terpenuhi, meneruskan silahturahmi dengan sahabat sahabat waktu mereka

hidup. Hal ini diungkapkan nabi:

Dari Abi Usaid is berkata : “ Ketika kami duduk disisi rasullullah saw, tiba

tiba datanglah seorang laki laki dari Bani Salamah seraya bertanya: “Ya

Rasulullah, apakah masih bisa saya berbuat baik kepada kedua ibu bapaku

sedangkan mereka telah meninggal dunia? “Rasulullah menjawab: “Ya,

(yaitu dengan jalan) mendokan keduanya, meminta ampun bagi keduanya,

11

Page 17: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

menepati janji keduanya, memelihara silahturahmi yang pernah dibuat

keduanya dan memuliakan teman temannya. (Hadist riwayat abudaud)

c. Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan kasih sayang diantara

anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Komunikasi

dalam keluarga diungkapkan dalam bentuk perhatian baik melalui kata-kata,

isyarat-isyarat, maupun perilaku. Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih

sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih

sayang telah mendasari komunitas orang tua dengan anak, maka akan lahir

wibawa pada orang tua. Oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan

utama dalam komunikasi semua pihak dalam keluarga.

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,

keakraban, dan keterbukaan diantara anggota keluarga, dan menghapuskan

kesenjangan diantara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi

tempat menginap (house), tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal (home), yang

damai dan menenangkan, menjadi surga bagi para penghuninya. Melalui

komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu

menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi

pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

Pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga akan menjadi ukuran utama

bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang datang kepada mereka diluar rumah,

dengan dibekali nila-nilai dari rumah, anak-anak dapat menjaring segalah

12

Page 18: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

pengaruh yang datang kepadanya, jiwanya kosong dan akan mudah sekah

terpengaruh oleh lingkungan diluar rumah. Inilah yang dimaksud dengan ayat:

Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi

pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutuhkan

Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar

kezaliman yang besar.” (Luqman, 31 : 13)

Nilai esensi yang dididikkan kepada anak di dalam keluarga adalah aqidah,

yaitu keyakinan tentang eksistensi Allah, Apabila keyakinan terhadap Allah ini

telah tertanam dalam diri anak sejak dari rumah, maka , kemana pun ia pergi dan

apa pun yang dilakukannya akan hati-hati dan waspada karena selalu merasa

diawasi oleh Allah.

3. Akhlak kepada lingkungan hidup

Misi Agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada

manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagai firman Allah:

Tidak lah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi

rahmat bagi seluruh alam (Al-Anbiyaa’. 21 : 107)

13

Page 19: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatknya manusia sebagai

khalifah di muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan,

menggelola, dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah

menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.

Memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat

memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri.

Allah menyediakan bumi yang subur ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja

keras mengelolah dan memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang

tinggi sebagai firman-nya:

... ...

Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai

pemakmurnya. (Hud, 11:61)

Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah untuk disingkapi dengan

cara mengambil dan memberi manfaat dari dan kepada alam serta melarang segala

bentuk perbuatan yang merusakkan alam Firma Allah:

...

... dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu

dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qasas, 28:77)

14

Page 20: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Alam danm lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi

manfaat yang berlipat-lipat, sebaliknya alam yang dibiarkan merana atau hanya

diambil manfaatnya akan mendatangkan malapetaka bagi manusia.

Akibat akhlak yang buruk terhadap lingkungan dapat disaksikan dengan

jelas bagaimana hutan yang dieksploitasi tanpa batas melahirkan malapetaka

kebakaran hutan yang menghancurkan hutan dan habitat hewan-hewanya.

Eksploitasi kekayaan laut yang tanpa memperhitungkan kelestarian ekologi laut

melahirkan kerusakanh hebat habitat hewan laut.

Semua itu karena semata-mata mengejar keuntungan ekonomis yang

bersifat sementara, mendatangkan kerusakan alam yang parah yang tidak bisa

direhabilitas dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun.

Inilah persoalan yang dihadapi oleh manusia pada abad ini, apabila tidak

diatasi akan dapat menghancurkan lingkungan sekaligus mendatangkan

malapetaka yang hebat bagi manusia itu sendiri.firman Allah:

“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan Karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar). (Ar-Ruum, 30:41)

15

Page 21: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Kerusakan alam dan ekosistem dilautan dan didaratan terjadi akibat

manusia tidak sadar, sombong, egois, rakus, angkuh: bentuk akhlak terhadap

lingkungan yang buruk dan sangat tidak terpuji.

D. Tujuan Berakhlak dalam Islam

Tujuan mempelajari ilmu Akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita

dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian

perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan

berbuat dzalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemiliknya

termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan

buruk10.

Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu,

ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah

sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur

cahaya Tuhan11.

Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa ilmu akhlak berfungsi

memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu

perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk

perbuatan baik atau yang buruk.

Selanjutnya karena ilmu akhlak menentukan kriteria perbuatan yang baik

dan yang buruk,serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan yang baik dan

10 Ahmad Amin, Loc.Cit., hlm. 111 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 67

16

Page 22: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

yang buruk itu, maka seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki

pengetahuan tentang kriteria perbuatan yang baik dan buruk itu,dan selanjutnya ia

akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.

Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untuk melakukannya dan

mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, sedangkan mengetahui yang buruk

ia akan terdorong untuk meninggalkannya dan ia akan terhindar dari bahaya yang

menyesatkan.

Selain itu ilmu akhlak juga akan berguna secara efektif dalam upaya

membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa

manusia memiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah

melalui fikih. Sedangkan rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak.

Jika tujuan Ilmu Akhlak tersebut dapat tercapai, maka manusia akan

memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang

terpuji. Dari perbuatan yang terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang

damai, harmonis, rukun, sejahtera lahir dan bathin, yang memungkinkan ia dapat

beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di

akhirat.

Ilmu Akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan

dna mewarnai berbagai aktifitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang

yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju yang disertai dengan

akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang ia

milikinya itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia.

17

Page 23: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Sebaliknya orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern,

memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak disertai dengan

akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya akan

menimbulkan bencana dimuka bumi.

Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya

yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya

dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar

dari berbagai perbuatan yang dapat membahayakan dirinya.

Tujuan akhlak dalam ajaran Islam yaitu “agar setiap orang berbudipekerti

(berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik,

yang sesuai dengan ajaran Islam12.

Barmawie Umary Barmawie Umary dalam bukunya Materia Akhlak

menyebutkan tujuan berakhlak adalah "supaya hubungan kita (umat Islam) dengan Allah

dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis13. Footnote.

Sementara itu, Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa "perbuatan akhlak itu

mempunyai tujuan langsung yang dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh ialah

ridha Allah melalui amal shaleh dan jaminan kebahagiaan dunia dan akherat.

Lebih terperinci lagi Asy-Syaibani merumuskan tujuan tertinggi akhlak

dalam Islam yaitu : “Menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat),

kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan,

12 M. Ali Hasan,Tuntunan Akhlak , ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 913 Barmawie Umary, Materia Akhlak , (Solo: CV. Ramadhani, 1993), cet. Ke-11, hlm. 2

18

Page 24: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. Agama Islam atau akhlak Islam tidak

terbatas tujuannya untuk akherat yang tergambar dalam mendapatkan keridhaan,

keampunan, pahala dan rahmat-Nya dan juga mendapatkan kenikmatan akherat

yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertaqwa yang telah banyak

ditunjukkan oleh banyak ayat Al-Quran dan Hadits-hadist Nabi.”footnote.Umar

Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: BulanBintang, 1979), h.

346

Tujuan akhlak menuju kepada kebahagian hidup individu dan masyarakat,

baik didunia maupun di akherat.

Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa ilmu Akhlak

bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam

mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik

ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha untuk

menghindarinya.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Pengertian Akhlak menurut bahasa (etimologi) Kata akhlak merupakan

bentuk jamak dari kata khuluq, artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai, tabiat

Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara

terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin

19

Page 25: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk, apabila kebiasaan memberi

sesuatu yang baik, maka disebut akhalakul karimah dan bila perbuatan itu tidak

baik disebut akhlakul mazmumah

Bahwa ukuran baik dan buruknya akhlak manusia bisa diperoleh melalui

berbagai sumber. Dari sekian banyak sumber yang ada, hanyalah sumber al-Quran

dan Sunnah Nabi yang tidak diragukan kebenarannya. Sumber-sumber lain masih

penuh dengan subyektivitas dan relativitas mengenai ukuran baik dan buruknya.

Karena itulah ukuran utama akhlak Islam adalah al-Quran dan Sunnah. Dan inilah

yang sebenarnya merupakan bagian pokok dari ajaran Islam.

Menurut objek dan sasarannya terdapat akhlak terhadap Allah, akhlak

kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan

Bahwa ilmu Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau

penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang

buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap

perbuatan yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya Tujuan akhlak menuju

kepada kebahagian hidup individu dan masyarakat, baik didunia maupun di akherat.

20

Page 26: Sumber, Objek dan Tujuan Akhlak

Daftar Pustaka

Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Perseda, Jakarta, 2002.

Prof. Dr. Azyumardi, Dkk, Buku Teks Pendidikan Agama Islam, Direktorat

Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam

dan Departemen Agama RI, Jakarta, 2002.

A. Mustofa, Akhalak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 1997.

Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Diponegoro, Bandung, 1993.

Dr. Marzuki, M.Ag, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, Debut Wahana Perss,

Yogyakarta, 2009

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu, Surabaya, 1995

M. Ali Hasan,Tuntunan Akhlak , Bulan Bintang, Jakarta, 1979

Barmawie Umary, Materia Akhlak , CV. Ramadhani, cet. Ke-11, Solo, 1993, ,

Abdullah, M. Yatimin. Studi Islam Dalam Perspektif Alquran, Amzah, Jakarta,

2007.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI,

Jakarta, 1984.

Al-Qur’an al-Karim.

Yunahar Ilyas. Kuliah Akhlaq.: LPPI UMY. Cet. IV. Yogyakarta, 2004.

21