sukuk
-
Upload
zakya-muhammad -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of sukuk
SŪKŪK(Instrumen Investasi & Pembiayaan Berbasis Sharî’ah)
Disusun Oleh:
Faridatuz ZakiyahF14224254
Dosen Pengampu:
Dr. Sirajul Arifin, S.Ag., S.S., M.E.I.197005142000031001
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI EKONOMI SHARÎ’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015
SŪKŪK(Instrumen Investasi & Pembiayaan Berbasis Sharî’ah)
Faridatuz Zakiyah1
1Magister Ekonomi Shārî‘ah Pascasarjana UIN Sunan Ampel [email protected]
Abstrak
Pertumbuhan sūkūk yang semakin meningkat haruslah dilihat sebagai
perkembangan instrumen Ekonomi Islam. Hal itu berarti dapat menjadi sebuah
peluang dan tantangan bagi investor Muslim maupun non-Muslim untuk
berinvestasi sūkūk. Sūkūk dapat menjadi pembangun perekonomian bangsa dan
pencipta kesejahteraan masyarakat. Peluang sūkūk tersebut dapat dioptimalkan
dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan sūkūk yang
membutuhkan keterlibatan praktisi, pengamat, akademisi, dan ulama di bidang
Ekonomi Sharî’ah. Adanya peluang tentu ada tantangan, ketidaktahuan
masyarakat akan sūkūk dan perbedaannya dengan obligasi konvensional serta
pengendalian risiko sūkūk yang harus dioptimalkan menjadi tantangan besar bagi
sūkūk ini. Sūkūk yang merupakan obligasi berbasis Shārî‘ah Islam yang tentunya
berbeda dengan obligasi konvensional ini dianggap belum dapat memenuhi aturan
Sharî’ah sepenuhnya oleh Muhammad Taqi Usmani. Taqi Usmani mengatakan
bahwa ketidaksesuaian dengan aturan Sharî’ah ini sebanyak 85%. Namun jika
ditilik dari perbedaannya cukup banyak, diantaranya dari syarat dan ketentuan,
transaksi, keuntungan, bahkan segi risiko dan māshlahāhnya.
A. Pendahuluan
Dewasa ini, tumbuh semangat cinta Islam (Ghîrah Islamiyah) dan
kesadaran masyarakat di sejumlah lapisan masyarakat muslim Indonesia,
khususnya kalangan muda dan terpelajar. Hal ini cukup menggembirakan, karena
potensi yang dimiliki kaum muda merupakan salah satu syarat penegakan
1
Sharî’ah Islam.1 Kesadaran akan Sharî’ah Islam itu juga terlihat dari antusiasme
dalam bermuamalah sesuai Sharî’ah Islam yang semakin meningkat, salah
satunya menggunakan investasi dengan menggunakan instrumen sūkūk.
Sūkūk merupakan kekayaan pendukung, pendapatan yang stabil, dapat
diperdagangkan dan sertifikat kepercayaan yang sesuai Sharî’ah.2 Selain itu,
sūkūk yang disebut juga dengan cek oleh ilmuwan Ekonomi Islam, Ahmad Y. Al-
Hassan dan Donald R. Hill, berkembang sebagai pengganti uang tunai. Cek atau
cheque atau sūkūk ini diciptakan abad 7 Masehi, yang mencapai puncaknya pada
abad 9 Masehi, dengan tujuan memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri karena
mata uang dinar dan dirham dirasa memiliki banyak risiko dan tidak efisien.3
Perkembangan sūkūk di dunia diawali oleh Timur Tengah, hal itu menjadi
kajian yang menarik, apalagi sistem ekonomi Shārî‘ah terbukti tidak terpengaruh
oleh krisis dunia pada tahun 1998 lalu. Kemudian, sūkūk berkembang secara
signifikan di dunia, investor sūkūk dunia ini berasal dari beberapa negara,
diantaranya Saudi Arabia, Qatar, Iran, Turki, UK, Perancis, Jerman, Jordan,
Bahrain, Hongkong, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia.
Berikut pertumbuhan sūkūk yang meningkat cukup signifikan di seluruh dunia.
1 Daud Rasyid, Peluang dan Tantangan Penerapan Shārî‘at Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2004), 59
2 Umi Karomah Yaumidin, Investasi Shārî‘ah: Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008), 342
3 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 364
2
Gambar 1Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Shārî‘ah
(termasuk sūkūk) di seluruh dunia
Sumber: Seminar Bank Indonesia, Desember 2013
Menurut kompas.com 20 Maret 2014, selama tahun 2013, terdapat 10
penerbitan sūkūk korporasi dan 16 sūkūk negara dengan total nilai mencapai Rp
51,4 triliun.4 Sedangkan laporan yang dipetik dari metrotv.com, 4 September
2014, penerbitan sūkūk global senilai US $ 1,5 miliar oleh pemerintah Indonesia
pada 10 September 2014, diminati oleh kelompok investor domestik dan
internasional. Berdasarkan wilayahnya, sebaran investor sūkūk global ini meliputi
35% investor Shārî‘ah dan Timur Tengah, 10% investor Indonesia, 20% investor
Asia selain Indonesia, 20% investor Amerika dan 15% investor Eropa.5 Fakta
tersebut menggambarkan bahwa sūkūk sudah mulai diterima dan menjadi
instrumen yang menarik di Indonesia.
4 “OJK: Potensi Sukuk di Indonesia Besar,” kompas (20 Maret 2014)
5 “Sukuk Global RI Banjir Peminat,” Metrotvnews (4 September 2014).
3
Di Indonesia, penerbitan sūkūk pertama kali diawali oleh PT Indosat pada
tahun 2002, dapat dilihat pada tabel 1 PT Indosat merupakan perusahaan yang
notabene konvensional bukan perusahaan Shārî‘ah. Sedangkan perusahaan/
lembaga keuangan yang berbasis Shārî‘ah baru menerbitkan sūkūk pada tahun
2003, tercatat penerbit pertama sūkūk dari penerbit Shārî‘ah, dan penerbit
keempat dari penerbit pertama, yaitu oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Pertumbuhan dan perkembangan sūkūk di Indonesia meningkat cukup signifikan.
Tabel 1Penerbitan Sūkūk Pertama di Indonesia, dan sudah dilunasi
No. Nama Sūkūk
Struktur/ Akad
Nama Pener
bit Efek
Tgl Efektif
Tgl Pncatatn
Tgl Jatuh
Tempo
Nilai Nominal
1 OS Mudharabah Indosat th 2002
Mudharabah PT Indosat Tbk
30-Okt-02
8-Nov-02 6-Nov-07
175.000.000.000
2 OS Berlian Laju Tanker Shārî‘ah Mudharabah th 2003
Mudharabah PT Berlian Laju Tanker Tbk
12-Mei-03
2-Juni-03 28-May-08
60.000.000.000
3 OS Mudharabah Bank Bukopin th 2003
Mudharabah PT Bank Bukopin Tbk
30-Juni-03
15-Juli-03
10-Jul-08
45.000.000.000
4 OS I Subordinasi Bank Muamalat Indonesia th 2003
Mudharabah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
30-Juni-03
21-Jul-03 15-Jul-09
200.000.000.000
5 OS Mudharabah Ciliandra Perkasa th
Mudharabah PT Ciliandra Perkas
18-Sept-03
1-Okt-03 26-Sept-08
60.000.000.000
4
2003 a
6 OS Mudharabah Bank Shārî‘ah Mandiri th 2003
Mudharabah PT Bank Shārî‘ah Mandiri
22-Okt-03
3-Nov-03 31-Okt-08
200.000.000.000
7 OS Mudharabah PTPN VII th 2004
Mudharabah PT PTPN VII (Persero)
18-Maret-04
29-Maret-04
26-Maret-09
75.000.000.000
8 OS Ijarah I Matahari Putra Prima th 2004
Ijarah PT Matahari Putra Prima Tbk
28-April-04
12-Mei-04
11-Mei-09
150.000.000.000
9 OS Ijarah Sona Topas Tourism Industry th 2004
Ijarah PT Sona Topas Tourism & Industry Tbk
14-Juni-04
28-Juni-04
25-Juni-09
100.000.000.000
10 OS Citra Sari Makmur I Shārî‘ah Ijarah th 2004
Ijarah PT Citra Sari Makmur
30-Juni-04
12-Juli-04
9-Juli-09
100.000.000.000
Sumber: ojk.co.id6
Pertumbuhan dan perkembangan sūkūk tidak terlepas dari hambatan, salah
satu hambatannya adalah risiko yang tidak dapat dikendalikan. Risiko itu pasti
selalu ada pada setiap lingkup kerja perusahaan, sehingga manajemen risiko
merupakan hal yang sangat penting. Jika risiko tidak dapat dikendalikan, maka
hasil yang dicapai tidak akan sesuai harapan, bahkan ada kemungkinan ia
menyebabkan kerugian. Terdapat risiko yang terkait dengan aktivitas lembaga
keuangan yang menerbitkan sūkūk atau obligasi konvensional ini, diantaranya
6 www.ojk.co.id
5
risiko pasar, risiko pembiayaan, risiko operasional, dan risiko reputasi. Menurut
Samsul dalam Indah Yuliana, kinerja dan risiko yang dihadapi perusahaan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan.7
Pengendalian risiko itu juga telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
ketika berdagang ke Syam. Dalam sejarah perekonomian Islam, Nabi menerapkan
faktor kehati-hatian (prudential) dalam perniagaan ke negeri Syam, hal ini
dikategorikan sebagai bentuk penanggulangan risiko.8
Pada triwulan I tahun 2014 ini, April, OJK juga telah melaksanakan
serangkaian langkah untuk mengoptimalkan pengawasan dan pengaturan secara
berkelanjutan terhadap industri Perbankan, Pasar Modal dan IKNB, salah satunya
adalah pembentukan-pembentukan unit kerja pengawasan terintegrasi, simulasi
krisis dan penyusunan blueprint sistem informasi Risk Based Supervision serta
penyiapan infrastruktur untuk mendukung implementasi pedoman pemeriksaan
berdasarkan risiko (Risk Based Examination/RBE) bagi bank umum konvensional
dan penilaian tingkat kesehatan (TKS) bank Shārî‘ah berdasarkan risiko atau Risk
Based Bank Rating (RBBR) Shārî‘ah.9
Tantangan lainnya yang dihadapi sūkūk adalah ketidaksesuaian dengan
aturan Shārî‘ah Islam. Hal ini dikatakan oleh ketua AAOIFI, Muhammad Taqi
Usmani bahwa 85% sūkūk tidak sesuai dengan aturan Shārî‘ah Islam.
Perusahaan, perbankan maupun pemerintah yang menerbitkan sūkūk
maupun obligasi konvensional memiliki tantangan yang besar, yaitu risiko yang
besar dan menyesuaikan sūkūk dengan aturan Islam. Pengendalian yang benar
merupakan manajemen risiko yang harus diutamakan oleh pelaku usaha, baik
investor maupun penerbit. Sedangkan untuk menyesuaikan aturan sūkūk sesuai
dengan Shārî‘ah tentu diperlukan pengawasan yang ketat oleh dewan pengawas
Shārî‘ah dan mendayagunakan sumberdaya manusia yang kompeten dalam
7 Indah Yuliana, “Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Penetapan Tingkat Sewa Obligasi Syarah Ijarah di Indonesia,” (UIN Maliki Malang), 2
8 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 382
9 Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Triwulanan Otoritas Jasa Keuangan Triwulan I-2014, tidak diterbitkan, v
6
Shārî‘ah. Paper ini akan membahas kajian tentang sūkūk dari segi pengertian,
jenis-jenis, syarat perusahaan menerbitkan, syarat investor sūkūk, pandangan
ulama mengenai sūkūk, serta dari risiko sūkūk dan bagaimana cara
mengendalikannya.
B. Pembahasan
1. Pengertian Obligasi Shārî‘ah atau Sūkūk
Menurut Ibnu Manzur dalam Nazaruddin, Sūkūk dari segi bahasa
dapat diartikan sebagai akar kata “sākk” jamak dari “sūkūk” atau “sākaik”
yang artinya memukul atau membentur, bisa juga diartikan “pencetakan atau
menempa,” sehingga kalau dikatakan “sākkān nūkūd” maka artinya
pencetakan atau penempahan uang.10 Menurut Firdaus dalam Wardi Muslich,
sūkūk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
Shārî‘ah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang sūkūk yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang sūkūk berupa bagi
hasil/ margin/ fee serta membayar kembali dana sūkūk pada saat jatuh
tempo.11 Sedangkan menurut The Accounting and Auditing Organisation of
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) sūkūk didefinisikan sebagai sertifikat
bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas
suatu asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau
kegiatan investasi tertentu.
Istilah sūkūk berasal dari bentuk jamak dari bahasa Arab ‘sāk’ atau
sertifikat. Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sūkūk sebagai sertifikat
bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas
suatu asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau
kegiatan investasi tertentu.
Sūkūk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan
perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi
hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying
10 Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Syariah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 92
11 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), 582
7
transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan
sūkūk, dan adanya akad atau penjanjian antara para pihak yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip Shārî‘ah. Selain itu, sūkūk juga harus distruktur
secara Shārî‘ah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,
gharar dan maysir.
Tabel 3Perbedaan sūkūk dan obligasi konvensional
Sūkūk Obligasi KonvensionalSūkūk Ijarah Sūkūk Mudharabah
Pengertian Surat berharga atau sertifikat kepemilikan atas suatu aset
Surat berharga atau sertifikat kepemilikan atas suatu aset
Pengakuan utang
Penerbit 1. Pemerintah2. Korporat
1. Pemerintah2. Korporat
1. Pemerintah2. Korporat
Metode Penerbitan
1. Lelang2. Book Building3. Private Placement
1. Lelang2. Book Building3. Private Placement
1. Lelang2. Book
Building3. Private
PlacementTipe Instrumen
Shārî‘ah / Konvensional
Shārî‘ah / Konvensional
Konvensional
Keuntungan Investor
Margin, Fee (upah) Bagi HasilBunga/ kupon, capital gain
Dokumen yang Diperlukan
Dokumen Pasar Modal Shārî‘ah
Dokumen Pasar Modal Shārî‘ah
Dokumen Pasar Modal
Underlying Asset
Perlu Perlu Tidak Perlu
Penggunaan Hasil Penjualan (Proceed)
Harus sesuai Shārî‘ah Harus sesuai Shārî‘ah Bebas
Lembaga Terkait
SPV, Trustee, Agen Pembayaran
SPV, Trustee, Agen Pembayaran
Trustee, Agen Pembayaran
Pengesahan Dewan Shārî‘ah
Perlu Perlu Tidak Perlu
Akad (Transaksi)
Ijarah (Sewa/Lease)Mudharabah (Bagi Hasil)
Tidak Ada
Jenis Transaksi
Ertainty Contract Uncertinty Contract -
Sifat Investasi Investasi Surat Utang
8
Harga Penawaran
100% 100% 100%
Pokok Obligasi saat Jatuh Tempo
100% 100% 100%
Kupon Imbalan/FeePendapatan/Bagi Hasil
Bunga
Return Ditentukan Sebelumnya
Indikatif Berdasarkan Pendapatan/Income
Float/Tetap
Fatwa Dewan Shārî‘ah Nasional
No. 41/DSN-MUI/III/2004
No.33/DSN-MUI/IX/2002
Tidak Ada
Jenis Investor
Shārî‘ah/ Konvensional
Shārî‘ah/ Konvensional
Konvensional
Sumber: Laksono dan Achsien dalam Zuraidah12
Sūkūk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, perbedaan
pokoknya adalah penggunaan konsep margin, fee (upah) dan bagi hasil
sebagai pengganti bunga, produk dan objek investasinya halal/ tidak
mengandung ghârâr, adanya suatu transaksi pendukung (underlying
transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan
sūkūk, dan adanya akad atau penjanjian antara para pihak yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip Shārî‘ah. Selain itu, sūkūk juga harus distruktur
secara Shārî‘ah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,
ghârâr dan maysîr.13
Muslim ibn al-Hajjaj al-Naisaburiy dalam Amalin, sūkūk lebih dikenal
sebagai surat penyertaan utang, kewajiban atas pihak yang tertuju pada surat
tersebut atau surat bukti atas suatu hal. Sedangkan Al-Ya’qubi dalam Amalin
menyatakan yang pertama membubuhi stempel pada penyertaan sūkūk adalah
Umar ibn Khattab.14 Sehingga dapat disimpulkan bahwa sūkūk klasik adalah
12 Zuraidah, “Sukuk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan Syariah Indonesia,” (Skripsi--Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), 5-6
13 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.
9
sebuah kertas atau catatan seseorang untuk pembayaran uang atau barang
dengan jumlah tertentu yang tertera dalam kertas tersebut.
2. Karakteristik Sūkūk15
Karakteristik sūkūk ada 6, yaitu; (1) merupakan bukti kepemilikan
suatu aset berwujud atau hak manfaat (Beneficial title). (2) Pendapatan berupa
imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang digunakan.
(3) Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir. (4) Penerbitannya melalui
special purpose vehicle (SPV). (5) Memerlukan underlying asset. (6)
Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip Sharî’ah.
3. Tujuan Penerbitan Sūkūk16
Penerbitan sūkūk bertujuan untuk; (1) memperluas basis sumber
pembiayaan anggaran Negara/ korporat. (2) mendorong pengembangan pasar
keuangan Shārî‘ah. (3) menciptakan benchmark di pasar keuangan Shārî‘ah.
(4) diversifikasi basis investor. (5) mengembangkan alternatif instrumen
investasi. (6) mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara atau
korporat. (7) memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh
sistem perbankan konvensional.
4. Kelebihan Investasi dengan Sūkūk17
Berinvestasi sūkūk memiliki kelebihan, diantaranya; (1) memberikan
penghasilan berupa Imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif
dibandingkan dengan instrumen keuangan lain. (2) pembayaran Imbalan dan
Nilai Nominal sampai dengan sūkūk jatuh tempo dijamin oleh Pemerintah/
korporat. (3) dapat diperjual-belikan di pasar sekunder. (4) memungkinkan
diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin (capital gain). (5) aman
14 Alimin, “Aplikasi Sukuk dalam Perspektif Syariah (Studi Analisis Kesesuaian Syariah terhadap Aplikas Pasar Sukuk Domestik dan Global,” (Disertasi--Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010), 36
15 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.
16 Ibid.
17 Ibid.
10
dan terbebas dari riba (usury), ghārar (uncertainty), dan maysir (gambling).
Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan Shārî‘ah.
5. Jenis-Jenis Sūkūk
Jenis-jenis sūkūk ada tiga bagian, pertama, dari segi penerbitnya ada
obligasi korporasi dan obligasi negara. Kedua, obligasi negara ada empat
macam, yaitu obligasi rekap, obligasi ritel, obligasi sūkūk, dan Surat Utang
Negara (SUN). Ketiga, dari akadnya ada enam bagian, yaitu obligasi
Shārî‘ah mudharabah, obligasi Shārî‘ah musyarakah, obligasi Shārî‘ah
murabahah, obligasi Shārî‘ah salam, obligasi Shārî‘ah istishna, dan obligasi
Shārî‘ah ijarah.18
Berdasarkan klasifikasi akad dalam Sharî’ah yang didasarkan pada
aset terdapat tiga bagian, yaitu aset untuk diperjualbelikan, aset yang ditahan
untuk dijual pada masa datang dengan harapan mendapatkan keuntungan, dan
aset untuk dikonsumsi. Dan dari berbagai macam bentuknya, sūkūk dapat
dibedakan dari segi kemungkinan likuidnya pada pasar sekunder atau tidak,
menjadi dua bahagian:19
a. Sūkūk yang dapat diperjualbelikan pada sekunder, yaitu: sūkūk
mudhârabaħ, sūkūk musyârakaħ, sūkūk ijâraħ
b. Sūkūk yang tidak dapat diperjualbelikan pada sekunder, yaitu:
sūkūk murâbahah, sūkūk istishnâ, sūkūk salam, dan sūkūk
manfaat, sūkūk intifâ` dan sūkūk khadamât jika jasa tersebut sudah
mulai dilaksanakan, karena saat demikian semua sūkūk sudah
melambangkan imbalan atau uang, bukan aset ijârah
18 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), 584-585
19 Fatwa Dewan Syariah Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No.17 tahun 2003, Bagian: 5, Pasal 2, tentang hukum peredaran sukuk, dalam http://www.islamfeqh.com akses 22 Mei 2015
11
6. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sūkūk20
a. Obligor,
adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan
nilai nominal sūkūk yang diterbitkan sampai dengan sūkūk jatuh
tempo. Dalam hal sovereign sūkūk, obligornya adalah Pemerintah.
b. Special Purpose Vehicle (SPV)
adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sūkūk
dengan fungsi:
1) sebagai penerbit sūkūk,
2) menjadi counterpart Pemerintah dalam transaksi pengalihan
aset,
3) bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili
kepentingan investor.
c. Investor,
adalah pemegang sūkūk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan
nilai nominal sūkūk sesuai partisipasi masing-masing.
7. Penggunaan Underlying Asset dan Sharî’ah Compliance21
Penerbitan sūkūk memerlukan sejumlah tertentu aset yang akan
menjadi objek perjanjian (underlying asset). Aset yang menjadi objek
perjanjian harus memiliki nilai ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau
tidak berwujud, termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun. Fungsi
underlying asset tersebut adalah:
a. untuk menghindari riba,
b. sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sūkūk di pasar
sekunder, dan
c. akan menentukan jenis struktur sūkūk.
Dalam sūkūk Ijarah Al Muntahiya Bittamlik atau Ijarah-Sale and
Lease Back, penjualan aset tidak disertai penyerahan fisik aset tetapi yang
20 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.
21 Ibid.
12
dialihkan adalah hak manfaat (beneficial title) sedangkan kepemilikan aset
(legal title) tetap pada obligor. Pada akhir periode sūkūk, SPV wajib menjual
kembali aset tersebut kepada obligor.
Penerbitan sūkūk harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan
kesesuaian prinsip Shārî‘ah (Shārî‘ah compliance endorsement) untuk
meyakinkan investor bahwa sūkūk telah distruktur sesuai Shārî‘ah.
Pernyataan Shārî‘ah compliance tersebut bisa diperoleh dari individu yang
diakui secara luas pengetahuannya di bidang Shārî‘ah atau institusi yang
khusus membidangi masalah Shārî‘ah. Untuk penerbitan sūkūk di dalam
negeri, Shārî‘ah compliance endorsement dapat dimintakan kepada Dewan
Shārî‘ah Nasional - MUI. Untuk penerbitan sūkūk internasional, diperlukan
endorsement dari ahli/ lembaga Shārî‘ah yang diakui komunitas Shārî‘ah
internasional, misalnya IIFM.
8. Transaksi Obligasi Shārî‘ah atau sūkūk22
Transaksi Obligasi Shārî‘ah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu penerbitan sūkūk, pembayaran imbalan, dan saat jatuh tempo.
GambarPenerbitan Sūkūk
Sumber: Departemen Keuangan
Keterangan:
(1) SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset, disertai dengan
purchase and sale undertaking di mana pemerintah menjamin untuk
membeli kembali aset dari SPV dan SPV wajib menjual aset kepada
pemerintah pada saat sūkūk jatuh tempo atau dalam hal terjadi default.22 Ibid.
13
(2) SPV menerbitkan sūkūk untuk membiayai pembelian aset.
(3) Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan perjanjian sewa
(ijarah agreement) dengan SPV untuk periode yang sama dengan
tenor sūkūk yang diterbitkan.
(4) Berdasarkan servicing agensy agreement, Pemerintah ditunjuk sebagai
agen yang bertanggungjawab atas perawatan aset.
GambarPembayaran Imbalan
Sumber: Departemen Keuangan
Keterangan:
(1) Obligor membayar sewa (imbalan) secara periodik kepada SPV
selama masa sewa imbalan dapat bersifat tetap (fixed rate) ataupun
mengambang (floating rate).
(2) SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imbalan
kepada para investor.
GambarSaat Jatuh Tempo
Sumber: Departemen KeuanganKeterangan:
(1) Penjualan kembali aset oleh SPV kepada obligor sebesar nilai nominal
sūkūk, pada saat sūkūk jatuh tempo.
(2) Hasil penjualan aset, digunakan oleh SPV untuk melunasi sūkūk kepada
investor.
9. Dalil dan Pandangan Ulama tentang Obligasi Shārî‘ah atau sūkūk
Dalil dari Al-Qur’an yang mendasari sūkūk adalah sebagai berikut:
14
�ى� ل � ا ي ال� م� إ ع��م� أ ة� �ه يم� �م ب �ك � ل ل �ح ع�ق�و أ � ب وا ف� � � أ �و ا �ذ ين� ء�ام�ن ل %ه�ا ي
� �� أ ت�ي ت� ت� ٱ ت� �� د ت� ٱ ت ٱ
�ر يد� �م� م�ا ي ك � �ه� ي لل ن� � ح�ر� إ �نت د و�أ لص� ر� م�ح ل/ي � غ� ك � تع�ل ٱ �� م ت� ت� ٱ ت� ت� 23 ١ت�
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya.24
� وا ف� � د�ه� و�أ �ش� غ� أ ل� � �ى� ي ن� ح�ت س�� ي ه ي� أ �ت ل ال� ب إ يم �ت ي ال� � م� �وا ب ر� � تو�ال� ت ۥد ت� ت ٱ ت� ٱ ت�
وال= �ان� م� د� ك ع� ن� ع� إ ��ب ت� ت� ت� ٱ �� د ت� ت� ٣٤25ٱArtinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;
sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.26
Sedangkan dalil hadits yang mendasari sūkūk ialah:
عن عمرو بن عوف المزاني قال رسول الله ص م : الصCل�ح
�حلC حراما �و أ م حالال أ Cرحا ح� جائز بين ال�مسلمين اال صل
Cلم حالال أو أح Cررطا حم إال ش وال�مسلمون عل�ى شروطه
حراما )رواه امام الترمذى)
Artinya: Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
Muhammad Taqi Usmani, Ketua AAOFI Bahrain, mengatakan dalam
makalahnya yang berjudul Are Sūkūk Islamic? di Dubai, bahwa 85% sūkūk
23 Al-Qur’an (5) : 1
24 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Lubuk Agung, 1989)
25 Al-Qur’an (17) : 34
26 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Lubuk Agung, 1989)
15
yang diterbitkan dunia belum memenuhi aturan Sharî’ah.27 Pendapat tersebut
dikemukakan setelah lebih dari USD 100 milyar sūkūk diterbitkan oleh
berbagai perusahaan dan negara. Beliau, menyatakan bahwa ada tiga masalah
utama yang menyebabkan ketidaksesuaian Sharî’ah tersebut, yaitu adanya
jaminan keutuhan modal investor, jaminan atas laba, dan status kepemilikan
aset sūkūk beserta risikonya.
AAOIFI mengeluarkan fatwa pada 14 Februari 2008, menegaskan
bahwa aset sūkūk adalah milik pemegang sūkūk berikut risikonya, sūkūk
tradable tidak boleh mencerminkan utang, manajer sūkūk tidak boleh
memberikan utang ketika laba usaha kurang dari perkiraan, originator tidak
boleh membeli kembali aset sūkūk sesuai harga nominal sūkūk kecuali pada
aset ijârah, dan Dewan Sharî’ah terkait harus benar-benar memperhatikan
aturan tersebut secara teliti.
Pendapat Anouar Hassoune (dalam makalah Rating Shari’ah-
Compliant Financial Institutions and Sūkūk, Milan) dan Khalid Hawladar
(Senior Credit Officer for Sūkūk Finance, dalam artikelnya The Future of
Sūkūk: Substance Over Form/ Para Sarjana Sharî’ah Mengetatkan Aturan
Sūkūk) mendukung dan menguatkan pendapat Taqi Usmani. Artikelnya
menuturkan bahwa jumlah emisi sūkūk tahun 2008 turun pada semester
pertama tahun 2008 menjadi USD 856 juta dibanding tahun 2007 semester
pertama yaitu USD 4,7 milyar. Hal itu dikarenakan sulitnya menerapkan
struktur akad sūkūk seperti teorinya.28
10. Risiko Obligasi Shārî‘ah atau sūkūk
Analisis risiko secara umum ada dua bagian, yaitu:29
a. Analisis Sensitivitas yaitu menilai risiko yang terjadi diluar
perhitungan, misalnya terjadi cost over run sebagai akibat
27 Alimin, “Aplikasi Sukuk dalam Perspektif Syariah (Studi Analisis Kesesuaian Syariah terhadap Aplikas Pasar Sukuk Domestik dan Global,” (Disertasi--Pascasarjana UIN Syarifhidayatullah, Jakarta, 2010), x
28 Ibid., 65
29 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), 241
16
meningkatnya harga/ inflasi atau tidak/ belum diperhitungkannya
komponen biaya tertentu (biaya tidak resmi) dalam capital cost.
b. Analisis Probabilitas yaitu penilaian yang didasarkan pada
perhitungan statistik bahwa setiap proyek mempunyai unsur
probability yang menunjukkan suatu forecast apakah suatu proyek
riskan atau tidak.
Risiko Sūkūk terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. Risiko Kontrak Sūkūk
Kontrak sūkūk biasanya melibatkan pihak-pihak dan melalui
tahapan-tahapan tertentu, yang menimbulkan risiko yang akan dialami
oleh masing-masing pihak yang berkontrak. Tahapan-tahapan yang
dimaksud adalah:
1) Kontrak sūkūk melibatkan partnership (originator, SPV, dan
investor), keadaan risiko semacam ini disebut counterparty risks.
Risiko lainnya adalah moral hazard, hal itu disebabkan oleh
kelalaian kemitraan dalam melaksanakan kewajiban.
2) Kontrak sūkūk melibatkan tiga tahapan, yaitu:
a) antara originator dengan SPV pada saat pembentukan
underlying assets,
b) kontrak antara sejumlah SPV dengan sejumlah investor saat
pengeluaran dan penjualan sertifikat sūkūk,
c) kontrak saat penebusan setelah jatuh tempo.
3) Kontrak sūkūk yang melibatkan aset riil sebagai objek akad, ketika
objek jual atau aset hilang dan musnah karena bencana alam,
perpindahan hak milik (warisan), kematian, pengurangan nilai aset
akibat perubahan harga (inflasi), maka akan memberikan pengaruh
pada underlying assets dalam bentuk risiko aset dan risiko pasar.
4) Pengeluaran sūkūk oleh SPV menggunakan kontrak baik ijarah,
musyarakah, mudharabah, salam maupun istishna masih menjadi
perdebatan yang beragam hukumnya.
17
5) Sūkūk yang dijual antar negara berarti menggunakan mata uang US
dollar. Risiko yang ditimbulkan oleh penjualan sūkūk antarnegara
tersebut adalah kesesuaian undang-undang antarnegara, hubungan
politik dari satu bangsa ke lain bangsa, dan risiko kadar tukar mata
uang asing.
6) Jika investor ingin mencairkan dananya sebelum jatuh tempo,
maka investor akan mengalami risiko likuiditas atau investor tidak
dapat menukar bentuk investasi baru yang lebih unggul.
Contohnya, investor memiliki sūkūk mudharabah, namun karena
sūkūk ijarah lebih menguntungkan, maka investor ingin
mencairkan dananya sebelum jatuh tempo dan ingin menukarkan
pada sūkūk ijarah, dan hal itu sulit dilakukan.
7) Risiko terakhir adalah penebusan oleh SPV kepada investor ketika
jatuh tempo, risiko yang mungkin timbul adalah jika SPV gagal
membayar modal dan keuntungan kepada investor. Hal ini disebut
risiko kredit dan risiko operasional.
Oleh karena itu, berdasarkan bentuk kontrak dan hubungan para
pihak, maka risiko sūkūk secara keseluruhan dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa risiko, diantaranya:
Gambar 2Risiko Sūkūk dalam Pasar Modal
a. Risiko pasar
Risiko pasar secara sistematis disebabkan oleh pergerakan
harga pasar secara menyeluruh. Sedangkan risiko pasar secara tidak
18
sistematis disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penyebab
utamanya, yaitu risiko nilai tukar asing, risiko kadar faedah, dan risiko
likuiditas.30
Risiko nilai tukar asing adalah suatu konsekuensi sehubungan
dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank.
Meskipun sūkūk tidak berpengaruh terhadap kurs secara langsung
karena ada syarat tidak boleh ada transaksi yang bersifat spekulasi
(seperti forward, margin trading, option, dan swap), tetapi transaksi
sūkūk tetap tidak akan bisa terlepas dari valuta asing.31 Dalam sūkūk,
transaksi yang diperbolehkan adalah untuk kebutuhan transaksi dan
berjaga-jaga (simpanan) dan transaksi harus tunai atau spot. Tunai
ialah pembayaran cek, pemindahbukuan, transfer dan sarana
pembayaran tunai lainnya.
Risiko pasar dapat disebabkan juga oleh perubahan harga aset,
yang mengakibatkan kemungkinan, yaitu jika pensekuritian aset
menggunakan bay’ al-wafa’, dan jika pensekuritian aset menggunakan
bay’ mutlaqah.
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh
ketidakcakapan syarat-syarat operasional yang dijalankan suatu firma
sehingga dapat mengurangi kemampuan mendapatkan cash pada
kadar biaya yang layak atau kesukaran menjual aset dalam waktu
singkat atay ketika jatuh tempo. Berkaitan dengan sūkūk, yaitu terjadi
disebabkan kemampuan mendapatkan cash secara utang yang
didasarkan faedah merupakan sesuatu yang dilarang Sharî’ah Islam.
b. Risiko Operasional32
30 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 426
31 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), 474
32 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 431
19
Risiko operasional merupakan risiko yang diakibatkan oleh
lemahnya sistem informasi atau sistem pengawasan intern perusahaan.
Risiko ini disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) atau
disebut juga moral hazard.
c. Risiko kredit
Risiko yang dihubungkan dengan kualitas aset atau pinjaman
yang kemungkinan tidak dapat diperoleh lagi, apabila terjadi kelalaian
para pihak dalam penyelesaiannya. Risiko dalam hal ini dapat terjadi
karena beberapa sebab, diantaranya 1) risiko kegagalan proses, 2)
risiko pengurangan nilai, 3) risiko counterparty, dan 4) risiko
penyelesaian kontrak.
d. Risiko aset
Risiko aset dapat dilihat berdasarkan benda aset (akibat
bencana alam, kebakaran dll) dan nilai aset (perubahan harga/inflasi
dll). Oleh karena itu jika aset turun nilai, maka pemilik asal aset akan
mengalami kerugian disebabkan ia melakukan kontrak tersebut.
Risiko lainnya adalah ketika aset yang telah dijadikan jaminan sūkūk
tidak dapat dijual, disewakan, atau dijadikan sebagai jaminan dalam
kontrak lain, sekalipun dalam pengawasan pihak SPV.
e. Risiko negara
Risiko negara disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
perbedaan jenis mata uang, perbedaan undang-undang cukai,
perbedaan hak kepemilikan bagi penduduk asing, perbedaan
penggunaan standar hukum Sharî’ah, perbedaan aturan regulasi dan
aturan mengenai financial reporting.
f. Risiko counterparty
Moral hazard mendominasi dalam bentuk risiko ini, dimana
pihak yang berkontrak dituntut menjalankan tanggungjawab secara
benar dan jujur karena ia merupakan amanah.
20
g. Risiko kesesuaian Sharî’ah
Risiko ini timbul akibat pemahaman teoritikal fiqih yang
beragam, akibatnya akan berpengaruh terhadap sūkūk yang diamalkan.
Contohnya, menurut sarjana Muslim kontrak sūkūk murabahah hanya
mengikat penjual dan tidak mengikat pembeli. Sedangkan pakar fiqih
lainnya berpendapat bahwa sūkūk murabahah mengikat keduanya
dalam pembentukan kontrak. Risiko terbesarnya adalah pembeli dapat
kapan saja membatalkan konraknya secara sepihak, hal itu dapat
mengakibatkan pihak lain mengalami kerugian.
b. Risiko Khusus SPV pada Sūkūk
Risiko yang mungkin dihadapi oleh SPV adalah bentuk
kegagalan pihak-pihak lain seperti originator dan investor dalam
melaksanakan tanggungjawabnya masing-masing. Kegagalan investor
mentrasfer aset, kelalaian membayar keuntungan, sewa, mark-up,
ataupun diskon yang mengakibatkan SPV menghadapi kerugian.
11. Solusi Menghadapi Risiko Sūkūk
Bentuk dan risiko sūkūk sudah dikenal pasti, sudah dijelaskan pula
pada bahasan sebelumnya, sehingga pada bahasan ini akan mengulas tentang
solusinya dalam mengendalikan risiko, antara lain.
a. Mengendalikan risiko pasar
Dalam membahas cara mengendalikan risiko pasar, maka akan
dibahas satu per satu dari tiga bagian risiko pasar. Pertama, untuk
mengendalikan risiko kadar faedah ada dua cara, yaitu 1)
menggunakan kaidah floating rate return (kadar keuntungan
terapung), dan 2) melakukan evaluasi dalam jangka masa tertentu dan
memperbarui kontrak sesuai harga terbaru. Kedua, untuk
mengendalikan risiko nilai pertukaran asing dapat menggunakan
standard LIBOR, dimana kontrak sūkūk dihubungkan sesuai nilai
tukar (harga pasar) atau banchmarck, dalam hal ini menggunakan
konsep urbun dan band al-ihsan.
21
Ketiga, cara mengatasi risiko likuiditas adalah tersedia fasilitas
liquidity (kecairan) bagi produk sūkūk dengan nilai likuiditas yang
tinggi di pasar. Ali Arsalan Tariq dan Humayon Dar dalam
penelitiannya memberikan referensi agar harga pasar menggunakan
LIBOR, yang mana ada kompetisi yang sehat, return sūkūk disepakati
pada underlying assets atau sesuai nilai tukar harga pasar yang berlaku
saat itu.33
b. Mengendalikan risiko kredit
Untuk mengatasi risiko kredit juga bisa dilakukan kontrak
swaps, dimana kesepakatan antara dua firma untuk menukar cash
flows pada masa sebelumnya dengan masa yang akan datang. Kontrak
sūkūk ini dihubungkan dengan kaidah sebagai berikut; 1) floating rate
sūkūk (FRS), 2) Zero-coupon sūkūk (ZCS).
c. Mengendalikan risiko aset
Untuk mengendalikan risiko aset adalah dilakukan
pensekuritian, yaitu memastikan nilai aset boleh diperjualbelikan.
Sedangkan untuk mengendalikan risiko perubahan harga aset atau
pengurangan nilai harga aset dapat dilakukan dengan menyandarkan
aset pada kadar nilai pasaran atau menyandarkan pada alat tukar yang
mempunyai nilai tetap (seperti emas).
d. Mengendalikan risiko negara
Untuk mengendalikan risiko negara dapat dilakukan dengan
kontrak dan perjanjian yang disetujui bersama. Perjanjian ini
dibenarkan oleh Sharî’ah Islam dan undang-undang sipil. Ada
beberapa penguatan infrastruktur yang diperlukan untuk
menanggulangi risiko sūkūk negara, yaitu:
1) Memperkuat infrastruktur pendukung proses teknis yang
berhubungan dengan pembiayaan sūkūk.
33 Ali Arsalan Tariq dan Humayon Dar, Risks of Sukuk Structures: Implications for Resource Mobilization, thunderbird International Business Review, Vol. 49 (2) 203-223, March-April 2007, 206
22
2) Menyediakan persediaan infrastruktur pasar uang intar-bank
yang kuat.
3) Menyediakan aturan standar praktik regulasi, akunting, dan
auditing yang baik dan seragam.
4) Memperkuat dukungan secara undnag-undang, khususnya
terhadap kelalaian yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
5) Memperkuat sarana promosi dan infrastruktur monitoring
terhadap pembiayaan sūkūk.
6) Penyediaan undang-undang pasar likuiditas yang sempurna
yang didukung oleh ketentuan pasar modal antarbangsa.
e. Mengendalikan risiko counterparty
Suatu cara untuk menanggulangi adanya moral hazard adalah
institusi keuangan Islam bertindak sebagaimana institusi keuangan
konvensional yaitu meminta jaminan yang berbentuk ekuitas atau
berbentuk garantor, tujuannya adalah untuk menghindari moral
hazard.
f. Mengendalikan risiko operasional34
Berikut ini berbagai istilah yang digunakan untuk
pengendalian risiko operasional:
1) Hazard,yaitu kondisi yang potensial dapat menyebabkan
terjadinya kerugian atau kerusakan.
2) Exposure, yaitu sumber-sumber risiko yang kemungkinan
besar diakibatkan oleh peristiwa yang telah terjadi atau
pengulangan kejadian yang sama.
3) Risk control, yaitu tindakan yang dirancang untuk mengurangi
risiko seperti perubahan prosedur, perbaikan fasilitas dan lain
sebagainya.
4) Risk management, yaitu pengambilan keputusan yang rasional
dalam keseluruhan proses penanganan risiko.
34 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 431-432
23
5) Gambling, yaitu pengambilan keputusan risiko tanpa adanya
assessment yang rasional atau prudent, ataupun keterlibatan
manajemen risiko.
g. Mengendalikan risiko kesesuaian Sharî’ah
Untuk menanggulangi risiko sūkūk bagian kesesuaian Sharî’ah
ini adalah dengan membentuk suatu bentuk regulasi yang sesuai
standar fiqih untuk setiap jenis kontrak sūkūk. Standar regulasi
diperlukan untuk menjadi alat evaluasi terhadap jenis-jenis sūkūk yang
berkembang di pasar. Standar regulasi tersebut telah tersedia dalam
AAOIFI, namun belum semua pihak telah terikat dalam standar
tersebut.
Pada zaman Nabi, sistem pengendalian risiko ini sudah
menjadi salah satu faktor utama yang perlu diterapkan dengan benar.
Sistem pengendalian yang diterapkan Nabi Muhammad SAW.
diantaranya adalah:35
1) Menempatkan Maesaroh sebagai pemantau, yang mengamati
dan mengingatkan Nabi ketika teledor. Pengawasan ini dapat
dikatakan sebagai sistem pengawasan dini (early warning
system).
2) Adanya sensitivitas yang tinggi terhadap risiko dan hambatan
lalu lintas dalam perdagangan, yaitu dengan menguasai peta
bumi dan jalur perdagangan, memahami suku/adat suku Badui,
seluk beluk unta sebagai alat transportasi, besar kecilnya
kafilah dan karakteristik komoditas yang diperdagangkan di
pasar dunia.
3) Upaya Nabi merealisir turn over yang tinggi, namun dalam
batas-batas yang menguntungkan, hal ini sebagai bentuk
kehati-hatian terhadap barang yang rusak atau hilang.
4) Meningkatkan efektivitas bagi hasil.
35 Ibid., 382-383
24
5) Sikap dan akhlak Nabi Muhammad SAW. sebagai pelaku
usaha yang jujur, ulet, perencanaan yang baik, tingkat kehati-
hatian yang tinggi yang akhirnya mendapat berkah dari Tuhan.
Risiko terbesar dari risiko ini adalah moral hazard, hal ini
yang sekarang menjadi tantangan terbesar untuk melahirkan
generasi yang bersikap baik/berakhlak mulia.
Yusuf Kalla mengatakan bahwa ada cara meminimalisir semua
jenis risiko keuangan yang mengarah pada krisis, yaitu dengan good
corporate governance (GCG). Pengelolaan perusahaan dengan baik
merupakan satu hal utama yang harus diterapkan sejak awal.36
C. Kesimpulan
Dewasa ini, baru diketahui bahwa adanya instrumen sūkūk akibat dari
desakan investor muslim yang tidak ingin melakukan investasi di dalam aktivitas
ghârâr, riba dan syûbhat. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang dan ditingkatkan lagi
mengenai ke-shâri’ah-an sūkūk ini.
Pendapat Taqi Usmani telah mengejutkan dunia dengan mengatakan
bahwa sūkūk belum memenuhi kriteria Sharî’ah, bahkan sebesar 85%. Tantangan
ini merupakan tantangan bagi masyarakat muslim terutama bagi praktisi yang
terlibat di dalam dunia investasi (sūkūk) dan ulama yang menjadi acuan ke-
Sharî’ah-an.
Untuk menanggulangi risiko sūkūk bagian kesesuaian Sharî’ah ini adalah
dengan membentuk suatu bentuk regulasi yang sesuai standar fiqih untuk setiap
jenis kontrak sūkūk.
Daftar Pustaka
Agama, Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Lubuk Agung, 1989.
36 “JK: Mengelola Risiko Keuangan Melalui GCG,” Republika, (15 Desember 2014)
25
Rasyid, Daud, Peluang dan Tantangan Penerapan Syariat Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2004.
Karomah, Umi Yaumidin, Investasi Sharî’ah: Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008.
Mandur, Husaini dan Gunawan, Dhani Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an, Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007.
Yuliana, Indah, Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Penetapan Tingkat Sewa Obligasi Syarah Ijarah di Indonesia, Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, tidak diterbitkan.
Indonesia, Bank, Outlook Perbankan Sharî’ah Indonesia 2012, tidak diterbitkan.
Jasa Keuangan, Otoritas, Laporan Triwulanan Otoritas Jasa Keuangan Triwulan I-2014, tidak diterbitkan.
Abdul Wahid, Nazaruddin, Sūkūk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Sharî’ah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Wardi Muslich, Ahmad, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2013.
Zuraidah, Sūkūk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan Sharî’ah Indonesia, Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Sharî’ah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sūkūk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Sharî’ah, Tidak Dipublikasikan.
Alimin, “Aplikasi Sūkūk dalam Perspektif Sharî’ah (Studi Analisis Kesesuaian Sharî’ah terhadap Aplikas Pasar Sūkūk Domestik dan Global,” Disertasi: S3 Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010.
Fatwa Dewan Sharî’ah Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No.17 tahun 2003, Bagian: 5, Pasal 2, tentang hukum peredaran sūkūk, http://www.islamfeqh.com akses 22 Mei 2015
A. Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006.
Arsalan, Ali Tariq dan Humayon Dar, Risks of Sūkūk Structures: Implications for Resource Mobilization, thunderbird International Business Review, Vol. 49 (2) 203-223, March-April 2007.
26
Ibnu Hajar, Al-Hafidz Al-Atsqâlani, Bulughûl Marâm, Beirut: Maktabah Al-Tijariyah Al-Kubro, 1956.
www.republika.co.id 18 November 2014, JK: Mengelola Risiko Keuangan Melalui GCG, diakses pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 13:50
www.kompas.com 20 Maret 2014, OJK: Potensi Sūkūk di Indonesia Besar.
www.metrotvnews.com 4 September 2014, Sūkūk Global RI Banjir Peminat.
www.ojk.co.id, diakses pada 13 Desember 2014
27