sukuk

43
SŪKŪK (Instrumen Investasi & Pembiayaan Berbasis Sharî’ah) Disusun Oleh: Faridatuz Zakiyah F14224254 Dosen Pengampu: Dr. Sirajul Arifin, S.Ag., S.S., M.E.I. 197005142000031001 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI EKONOMI SHARÎ’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

description

sukuk,,,

Transcript of sukuk

Page 1: sukuk

SŪKŪK(Instrumen Investasi & Pembiayaan Berbasis Sharî’ah)

Disusun Oleh:

Faridatuz ZakiyahF14224254

Dosen Pengampu:

Dr. Sirajul Arifin, S.Ag., S.S., M.E.I.197005142000031001

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI EKONOMI SHARÎ’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2015

Page 2: sukuk

SŪKŪK(Instrumen Investasi & Pembiayaan Berbasis Sharî’ah)

Faridatuz Zakiyah1

1Magister Ekonomi Shārî‘ah Pascasarjana UIN Sunan Ampel [email protected]

Abstrak

Pertumbuhan sūkūk yang semakin meningkat haruslah dilihat sebagai

perkembangan instrumen Ekonomi Islam. Hal itu berarti dapat menjadi sebuah

peluang dan tantangan bagi investor Muslim maupun non-Muslim untuk

berinvestasi sūkūk. Sūkūk dapat menjadi pembangun perekonomian bangsa dan

pencipta kesejahteraan masyarakat. Peluang sūkūk tersebut dapat dioptimalkan

dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan sūkūk yang

membutuhkan keterlibatan praktisi, pengamat, akademisi, dan ulama di bidang

Ekonomi Sharî’ah. Adanya peluang tentu ada tantangan, ketidaktahuan

masyarakat akan sūkūk dan perbedaannya dengan obligasi konvensional serta

pengendalian risiko sūkūk yang harus dioptimalkan menjadi tantangan besar bagi

sūkūk ini. Sūkūk yang merupakan obligasi berbasis Shārî‘ah Islam yang tentunya

berbeda dengan obligasi konvensional ini dianggap belum dapat memenuhi aturan

Sharî’ah sepenuhnya oleh Muhammad Taqi Usmani. Taqi Usmani mengatakan

bahwa ketidaksesuaian dengan aturan Sharî’ah ini sebanyak 85%. Namun jika

ditilik dari perbedaannya cukup banyak, diantaranya dari syarat dan ketentuan,

transaksi, keuntungan, bahkan segi risiko dan māshlahāhnya.

A. Pendahuluan

Dewasa ini, tumbuh semangat cinta Islam (Ghîrah Islamiyah) dan

kesadaran masyarakat di sejumlah lapisan masyarakat muslim Indonesia,

khususnya kalangan muda dan terpelajar. Hal ini cukup menggembirakan, karena

potensi yang dimiliki kaum muda merupakan salah satu syarat penegakan

1

Page 3: sukuk

Sharî’ah Islam.1 Kesadaran akan Sharî’ah Islam itu juga terlihat dari antusiasme

dalam bermuamalah sesuai Sharî’ah Islam yang semakin meningkat, salah

satunya menggunakan investasi dengan menggunakan instrumen sūkūk.

Sūkūk merupakan kekayaan pendukung, pendapatan yang stabil, dapat

diperdagangkan dan sertifikat kepercayaan yang sesuai Sharî’ah.2 Selain itu,

sūkūk yang disebut juga dengan cek oleh ilmuwan Ekonomi Islam, Ahmad Y. Al-

Hassan dan Donald R. Hill, berkembang sebagai pengganti uang tunai. Cek atau

cheque atau sūkūk ini diciptakan abad 7 Masehi, yang mencapai puncaknya pada

abad 9 Masehi, dengan tujuan memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri karena

mata uang dinar dan dirham dirasa memiliki banyak risiko dan tidak efisien.3

Perkembangan sūkūk di dunia diawali oleh Timur Tengah, hal itu menjadi

kajian yang menarik, apalagi sistem ekonomi Shārî‘ah terbukti tidak terpengaruh

oleh krisis dunia pada tahun 1998 lalu. Kemudian, sūkūk berkembang secara

signifikan di dunia, investor sūkūk dunia ini berasal dari beberapa negara,

diantaranya Saudi Arabia, Qatar, Iran, Turki, UK, Perancis, Jerman, Jordan,

Bahrain, Hongkong, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia.

Berikut pertumbuhan sūkūk yang meningkat cukup signifikan di seluruh dunia.

1 Daud Rasyid, Peluang dan Tantangan Penerapan Shārî‘at Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2004), 59

2 Umi Karomah Yaumidin, Investasi Shārî‘ah: Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008), 342

3 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 364

2

Page 4: sukuk

Gambar 1Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Shārî‘ah

(termasuk sūkūk) di seluruh dunia

Sumber: Seminar Bank Indonesia, Desember 2013

Menurut kompas.com 20 Maret 2014, selama tahun 2013, terdapat 10

penerbitan sūkūk korporasi dan 16 sūkūk negara dengan total nilai mencapai Rp

51,4 triliun.4 Sedangkan laporan yang dipetik dari metrotv.com, 4 September

2014, penerbitan sūkūk global senilai US $ 1,5 miliar oleh pemerintah Indonesia

pada 10 September 2014, diminati oleh kelompok investor domestik dan

internasional. Berdasarkan wilayahnya, sebaran investor sūkūk global ini meliputi

35% investor Shārî‘ah dan Timur Tengah, 10% investor Indonesia, 20% investor

Asia selain Indonesia, 20% investor Amerika dan 15% investor Eropa.5 Fakta

tersebut menggambarkan bahwa sūkūk sudah mulai diterima dan menjadi

instrumen yang menarik di Indonesia.

4 “OJK: Potensi Sukuk di Indonesia Besar,” kompas (20 Maret 2014)

5 “Sukuk Global RI Banjir Peminat,” Metrotvnews (4 September 2014).

3

Page 5: sukuk

Di Indonesia, penerbitan sūkūk pertama kali diawali oleh PT Indosat pada

tahun 2002, dapat dilihat pada tabel 1 PT Indosat merupakan perusahaan yang

notabene konvensional bukan perusahaan Shārî‘ah. Sedangkan perusahaan/

lembaga keuangan yang berbasis Shārî‘ah baru menerbitkan sūkūk pada tahun

2003, tercatat penerbit pertama sūkūk dari penerbit Shārî‘ah, dan penerbit

keempat dari penerbit pertama, yaitu oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Pertumbuhan dan perkembangan sūkūk di Indonesia meningkat cukup signifikan.

Tabel 1Penerbitan Sūkūk Pertama di Indonesia, dan sudah dilunasi

No. Nama Sūkūk

Struktur/ Akad

Nama Pener

bit Efek

Tgl Efektif

Tgl Pncatatn

Tgl Jatuh

Tempo

Nilai Nominal

1 OS Mudharabah Indosat th 2002

Mudharabah PT Indosat Tbk

30-Okt-02

8-Nov-02 6-Nov-07

175.000.000.000

2 OS Berlian Laju Tanker Shārî‘ah Mudharabah th 2003

Mudharabah PT Berlian Laju Tanker Tbk

12-Mei-03

2-Juni-03 28-May-08

60.000.000.000

3 OS Mudharabah Bank Bukopin th 2003

Mudharabah PT Bank Bukopin Tbk

30-Juni-03

15-Juli-03

10-Jul-08

45.000.000.000

4 OS I Subordinasi Bank Muamalat Indonesia th 2003

Mudharabah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk

30-Juni-03

21-Jul-03 15-Jul-09

200.000.000.000

5 OS Mudharabah Ciliandra Perkasa th

Mudharabah PT Ciliandra Perkas

18-Sept-03

1-Okt-03 26-Sept-08

60.000.000.000

4

Page 6: sukuk

2003 a

6 OS Mudharabah Bank Shārî‘ah Mandiri th 2003

Mudharabah PT Bank Shārî‘ah Mandiri

22-Okt-03

3-Nov-03 31-Okt-08

200.000.000.000

7 OS Mudharabah PTPN VII th 2004

Mudharabah PT PTPN VII (Persero)

18-Maret-04

29-Maret-04

26-Maret-09

75.000.000.000

8 OS Ijarah I Matahari Putra Prima th 2004

Ijarah PT Matahari Putra Prima Tbk

28-April-04

12-Mei-04

11-Mei-09

150.000.000.000

9 OS Ijarah Sona Topas Tourism Industry th 2004

Ijarah PT Sona Topas Tourism & Industry Tbk

14-Juni-04

28-Juni-04

25-Juni-09

100.000.000.000

10 OS Citra Sari Makmur I Shārî‘ah Ijarah th 2004

Ijarah PT Citra Sari Makmur

30-Juni-04

12-Juli-04

9-Juli-09

100.000.000.000

Sumber: ojk.co.id6

Pertumbuhan dan perkembangan sūkūk tidak terlepas dari hambatan, salah

satu hambatannya adalah risiko yang tidak dapat dikendalikan. Risiko itu pasti

selalu ada pada setiap lingkup kerja perusahaan, sehingga manajemen risiko

merupakan hal yang sangat penting. Jika risiko tidak dapat dikendalikan, maka

hasil yang dicapai tidak akan sesuai harapan, bahkan ada kemungkinan ia

menyebabkan kerugian. Terdapat risiko yang terkait dengan aktivitas lembaga

keuangan yang menerbitkan sūkūk atau obligasi konvensional ini, diantaranya

6 www.ojk.co.id

5

Page 7: sukuk

risiko pasar, risiko pembiayaan, risiko operasional, dan risiko reputasi. Menurut

Samsul dalam Indah Yuliana, kinerja dan risiko yang dihadapi perusahaan

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan.7

Pengendalian risiko itu juga telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

ketika berdagang ke Syam. Dalam sejarah perekonomian Islam, Nabi menerapkan

faktor kehati-hatian (prudential) dalam perniagaan ke negeri Syam, hal ini

dikategorikan sebagai bentuk penanggulangan risiko.8

Pada triwulan I tahun 2014 ini, April, OJK juga telah melaksanakan

serangkaian langkah untuk mengoptimalkan pengawasan dan pengaturan secara

berkelanjutan terhadap industri Perbankan, Pasar Modal dan IKNB, salah satunya

adalah pembentukan-pembentukan unit kerja pengawasan terintegrasi, simulasi

krisis dan penyusunan blueprint sistem informasi Risk Based Supervision serta

penyiapan infrastruktur untuk mendukung implementasi pedoman pemeriksaan

berdasarkan risiko (Risk Based Examination/RBE) bagi bank umum konvensional

dan penilaian tingkat kesehatan (TKS) bank Shārî‘ah berdasarkan risiko atau Risk

Based Bank Rating (RBBR) Shārî‘ah.9

Tantangan lainnya yang dihadapi sūkūk adalah ketidaksesuaian dengan

aturan Shārî‘ah Islam. Hal ini dikatakan oleh ketua AAOIFI, Muhammad Taqi

Usmani bahwa 85% sūkūk tidak sesuai dengan aturan Shārî‘ah Islam.

Perusahaan, perbankan maupun pemerintah yang menerbitkan sūkūk

maupun obligasi konvensional memiliki tantangan yang besar, yaitu risiko yang

besar dan menyesuaikan sūkūk dengan aturan Islam. Pengendalian yang benar

merupakan manajemen risiko yang harus diutamakan oleh pelaku usaha, baik

investor maupun penerbit. Sedangkan untuk menyesuaikan aturan sūkūk sesuai

dengan Shārî‘ah tentu diperlukan pengawasan yang ketat oleh dewan pengawas

Shārî‘ah dan mendayagunakan sumberdaya manusia yang kompeten dalam

7 Indah Yuliana, “Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Penetapan Tingkat Sewa Obligasi Syarah Ijarah di Indonesia,” (UIN Maliki Malang), 2

8 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 382

9 Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Triwulanan Otoritas Jasa Keuangan Triwulan I-2014, tidak diterbitkan, v

6

Page 8: sukuk

Shārî‘ah. Paper ini akan membahas kajian tentang sūkūk dari segi pengertian,

jenis-jenis, syarat perusahaan menerbitkan, syarat investor sūkūk, pandangan

ulama mengenai sūkūk, serta dari risiko sūkūk dan bagaimana cara

mengendalikannya.

B. Pembahasan

1. Pengertian Obligasi Shārî‘ah atau Sūkūk

Menurut Ibnu Manzur dalam Nazaruddin, Sūkūk dari segi bahasa

dapat diartikan sebagai akar kata “sākk” jamak dari “sūkūk” atau “sākaik”

yang artinya memukul atau membentur, bisa juga diartikan “pencetakan atau

menempa,” sehingga kalau dikatakan “sākkān nūkūd” maka artinya

pencetakan atau penempahan uang.10 Menurut Firdaus dalam Wardi Muslich,

sūkūk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip

Shārî‘ah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang sūkūk yang mewajibkan

emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang sūkūk berupa bagi

hasil/ margin/ fee serta membayar kembali dana sūkūk pada saat jatuh

tempo.11 Sedangkan menurut The Accounting and Auditing Organisation of

Islamic Financial Institutions (AAOIFI) sūkūk didefinisikan sebagai sertifikat

bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas

suatu asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau

kegiatan investasi tertentu.

Istilah sūkūk berasal dari bentuk jamak dari bahasa Arab ‘sāk’ atau

sertifikat. Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sūkūk sebagai sertifikat

bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas

suatu asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau

kegiatan investasi tertentu.

Sūkūk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan

perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi

hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying

10 Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Syariah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 92

11 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), 582

7

Page 9: sukuk

transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan

sūkūk, dan adanya akad atau penjanjian antara para pihak yang disusun

berdasarkan prinsip-prinsip Shārî‘ah. Selain itu, sūkūk juga harus distruktur

secara Shārî‘ah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,

gharar dan maysir.

Tabel 3Perbedaan sūkūk dan obligasi konvensional

Sūkūk Obligasi KonvensionalSūkūk Ijarah Sūkūk Mudharabah

Pengertian Surat berharga atau sertifikat kepemilikan atas suatu aset

Surat berharga atau sertifikat kepemilikan atas suatu aset

Pengakuan utang

Penerbit 1. Pemerintah2. Korporat

1. Pemerintah2. Korporat

1. Pemerintah2. Korporat

Metode Penerbitan

1. Lelang2. Book Building3. Private Placement

1. Lelang2. Book Building3. Private Placement

1. Lelang2. Book

Building3. Private

PlacementTipe Instrumen

Shārî‘ah / Konvensional

Shārî‘ah / Konvensional

Konvensional

Keuntungan Investor

Margin, Fee (upah) Bagi HasilBunga/ kupon, capital gain

Dokumen yang Diperlukan

Dokumen Pasar Modal Shārî‘ah

Dokumen Pasar Modal Shārî‘ah

Dokumen Pasar Modal

Underlying Asset

Perlu Perlu Tidak Perlu

Penggunaan Hasil Penjualan (Proceed)

Harus sesuai Shārî‘ah Harus sesuai Shārî‘ah Bebas

Lembaga Terkait

SPV, Trustee, Agen Pembayaran

SPV, Trustee, Agen Pembayaran

Trustee, Agen Pembayaran

Pengesahan Dewan Shārî‘ah

Perlu Perlu Tidak Perlu

Akad (Transaksi)

Ijarah (Sewa/Lease)Mudharabah (Bagi Hasil)

Tidak Ada

Jenis Transaksi

Ertainty Contract Uncertinty Contract -

Sifat Investasi Investasi Surat Utang

8

Page 10: sukuk

Harga Penawaran

100% 100% 100%

Pokok Obligasi saat Jatuh Tempo

100% 100% 100%

Kupon Imbalan/FeePendapatan/Bagi Hasil

Bunga

Return Ditentukan Sebelumnya

Indikatif Berdasarkan Pendapatan/Income

Float/Tetap

Fatwa Dewan Shārî‘ah Nasional

No. 41/DSN-MUI/III/2004

No.33/DSN-MUI/IX/2002

Tidak Ada

Jenis Investor

Shārî‘ah/ Konvensional

Shārî‘ah/ Konvensional

Konvensional

Sumber: Laksono dan Achsien dalam Zuraidah12

Sūkūk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, perbedaan

pokoknya adalah penggunaan konsep margin, fee (upah) dan bagi hasil

sebagai pengganti bunga, produk dan objek investasinya halal/ tidak

mengandung ghârâr, adanya suatu transaksi pendukung (underlying

transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan

sūkūk, dan adanya akad atau penjanjian antara para pihak yang disusun

berdasarkan prinsip-prinsip Shārî‘ah. Selain itu, sūkūk juga harus distruktur

secara Shārî‘ah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,

ghârâr dan maysîr.13

Muslim ibn al-Hajjaj al-Naisaburiy dalam Amalin, sūkūk lebih dikenal

sebagai surat penyertaan utang, kewajiban atas pihak yang tertuju pada surat

tersebut atau surat bukti atas suatu hal. Sedangkan Al-Ya’qubi dalam Amalin

menyatakan yang pertama membubuhi stempel pada penyertaan sūkūk adalah

Umar ibn Khattab.14 Sehingga dapat disimpulkan bahwa sūkūk klasik adalah

12 Zuraidah, “Sukuk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan Syariah Indonesia,” (Skripsi--Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), 5-6

13 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.

9

Page 11: sukuk

sebuah kertas atau catatan seseorang untuk pembayaran uang atau barang

dengan jumlah tertentu yang tertera dalam kertas tersebut.

2. Karakteristik Sūkūk15

Karakteristik sūkūk ada 6, yaitu; (1) merupakan bukti kepemilikan

suatu aset berwujud atau hak manfaat (Beneficial title). (2) Pendapatan berupa

imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang digunakan.

(3) Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir. (4) Penerbitannya melalui

special purpose vehicle (SPV). (5) Memerlukan underlying asset. (6)

Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip Sharî’ah.

3. Tujuan Penerbitan Sūkūk16

Penerbitan sūkūk bertujuan untuk; (1) memperluas basis sumber

pembiayaan anggaran Negara/ korporat. (2) mendorong pengembangan pasar

keuangan Shārî‘ah. (3) menciptakan benchmark di pasar keuangan Shārî‘ah.

(4) diversifikasi basis investor. (5) mengembangkan alternatif instrumen

investasi. (6) mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara atau

korporat. (7) memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh

sistem perbankan konvensional.

4. Kelebihan Investasi dengan Sūkūk17

Berinvestasi sūkūk memiliki kelebihan, diantaranya; (1) memberikan

penghasilan berupa Imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif

dibandingkan dengan instrumen keuangan lain. (2) pembayaran Imbalan dan

Nilai Nominal sampai dengan sūkūk jatuh tempo dijamin oleh Pemerintah/

korporat. (3) dapat diperjual-belikan di pasar sekunder. (4) memungkinkan

diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin (capital gain). (5) aman

14 Alimin, “Aplikasi Sukuk dalam Perspektif Syariah (Studi Analisis Kesesuaian Syariah terhadap Aplikas Pasar Sukuk Domestik dan Global,” (Disertasi--Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010), 36

15 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.

16 Ibid.

17 Ibid.

10

Page 12: sukuk

dan terbebas dari riba (usury), ghārar (uncertainty), dan maysir (gambling).

Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan Shārî‘ah.

5. Jenis-Jenis Sūkūk

Jenis-jenis sūkūk ada tiga bagian, pertama, dari segi penerbitnya ada

obligasi korporasi dan obligasi negara. Kedua, obligasi negara ada empat

macam, yaitu obligasi rekap, obligasi ritel, obligasi sūkūk, dan Surat Utang

Negara (SUN). Ketiga, dari akadnya ada enam bagian, yaitu obligasi

Shārî‘ah mudharabah, obligasi Shārî‘ah musyarakah, obligasi Shārî‘ah

murabahah, obligasi Shārî‘ah salam, obligasi Shārî‘ah istishna, dan obligasi

Shārî‘ah ijarah.18

Berdasarkan klasifikasi akad dalam Sharî’ah yang didasarkan pada

aset terdapat tiga bagian, yaitu aset untuk diperjualbelikan, aset yang ditahan

untuk dijual pada masa datang dengan harapan mendapatkan keuntungan, dan

aset untuk dikonsumsi. Dan dari berbagai macam bentuknya, sūkūk dapat

dibedakan dari segi kemungkinan likuidnya pada pasar sekunder atau tidak,

menjadi dua bahagian:19

a. Sūkūk yang dapat diperjualbelikan pada sekunder, yaitu: sūkūk

mudhârabaħ, sūkūk musyârakaħ, sūkūk ijâraħ

b. Sūkūk yang tidak dapat diperjualbelikan pada sekunder, yaitu:

sūkūk murâbahah, sūkūk istishnâ, sūkūk salam, dan sūkūk

manfaat, sūkūk intifâ` dan sūkūk khadamât jika jasa tersebut sudah

mulai dilaksanakan, karena saat demikian semua sūkūk sudah

melambangkan imbalan atau uang, bukan aset ijârah

18 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), 584-585

19 Fatwa Dewan Syariah Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No.17 tahun 2003, Bagian: 5, Pasal 2, tentang hukum peredaran sukuk, dalam http://www.islamfeqh.com akses 22 Mei 2015

11

Page 13: sukuk

6. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sūkūk20

a. Obligor,

adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan

nilai nominal sūkūk yang diterbitkan sampai dengan sūkūk jatuh

tempo. Dalam hal sovereign sūkūk, obligornya adalah Pemerintah.

b. Special Purpose Vehicle (SPV)

adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sūkūk

dengan fungsi:

1) sebagai penerbit sūkūk,

2) menjadi counterpart Pemerintah dalam transaksi pengalihan

aset,

3) bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili

kepentingan investor.

c. Investor,

adalah pemegang sūkūk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan

nilai nominal sūkūk sesuai partisipasi masing-masing.

7. Penggunaan Underlying Asset dan Sharî’ah Compliance21

Penerbitan sūkūk memerlukan sejumlah tertentu aset yang akan

menjadi objek perjanjian (underlying asset). Aset yang menjadi objek

perjanjian harus memiliki nilai ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau

tidak berwujud, termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun. Fungsi

underlying asset tersebut adalah:

a. untuk menghindari riba,

b. sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sūkūk di pasar

sekunder, dan

c. akan menentukan jenis struktur sūkūk.

Dalam sūkūk Ijarah Al Muntahiya Bittamlik atau Ijarah-Sale and

Lease Back, penjualan aset tidak disertai penyerahan fisik aset tetapi yang

20 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.

21 Ibid.

12

Page 14: sukuk

dialihkan adalah hak manfaat (beneficial title) sedangkan kepemilikan aset

(legal title) tetap pada obligor. Pada akhir periode sūkūk, SPV wajib menjual

kembali aset tersebut kepada obligor.

Penerbitan sūkūk harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan

kesesuaian prinsip Shārî‘ah (Shārî‘ah compliance endorsement) untuk

meyakinkan investor bahwa sūkūk telah distruktur sesuai Shārî‘ah.

Pernyataan Shārî‘ah compliance tersebut bisa diperoleh dari individu yang

diakui secara luas pengetahuannya di bidang Shārî‘ah atau institusi yang

khusus membidangi masalah Shārî‘ah. Untuk penerbitan sūkūk di dalam

negeri, Shārî‘ah compliance endorsement dapat dimintakan kepada Dewan

Shārî‘ah Nasional - MUI. Untuk penerbitan sūkūk internasional, diperlukan

endorsement dari ahli/ lembaga Shārî‘ah yang diakui komunitas Shārî‘ah

internasional, misalnya IIFM.

8. Transaksi Obligasi Shārî‘ah atau sūkūk22

Transaksi Obligasi Shārî‘ah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu penerbitan sūkūk, pembayaran imbalan, dan saat jatuh tempo.

GambarPenerbitan Sūkūk

Sumber: Departemen Keuangan

Keterangan:

(1) SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset, disertai dengan

purchase and sale undertaking di mana pemerintah menjamin untuk

membeli kembali aset dari SPV dan SPV wajib menjual aset kepada

pemerintah pada saat sūkūk jatuh tempo atau dalam hal terjadi default.22 Ibid.

13

Page 15: sukuk

(2) SPV menerbitkan sūkūk untuk membiayai pembelian aset.

(3) Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan perjanjian sewa

(ijarah agreement) dengan SPV untuk periode yang sama dengan

tenor sūkūk yang diterbitkan.

(4) Berdasarkan servicing agensy agreement, Pemerintah ditunjuk sebagai

agen yang bertanggungjawab atas perawatan aset.

GambarPembayaran Imbalan

Sumber: Departemen Keuangan

Keterangan:

(1) Obligor membayar sewa (imbalan) secara periodik kepada SPV

selama masa sewa imbalan dapat bersifat tetap (fixed rate) ataupun

mengambang (floating rate).

(2) SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imbalan

kepada para investor.

GambarSaat Jatuh Tempo

Sumber: Departemen KeuanganKeterangan:

(1) Penjualan kembali aset oleh SPV kepada obligor sebesar nilai nominal

sūkūk, pada saat sūkūk jatuh tempo.

(2) Hasil penjualan aset, digunakan oleh SPV untuk melunasi sūkūk kepada

investor.

9. Dalil dan Pandangan Ulama tentang Obligasi Shārî‘ah atau sūkūk

Dalil dari Al-Qur’an yang mendasari sūkūk adalah sebagai berikut:

14

Page 16: sukuk

�ى� ل � ا ي ال� م� إ ع��م� أ ة� �ه يم� �م ب �ك � ل ل �ح ع�ق�و أ � ب وا ف� � � أ �و ا �ذ ين� ء�ام�ن ل %ه�ا ي

� �� أ ت�ي ت� ت� ٱ ت� �� د ت� ٱ ت ٱ

�ر يد� �م� م�ا ي ك � �ه� ي لل ن� � ح�ر� إ �نت د و�أ لص� ر� م�ح ل/ي � غ� ك � تع�ل ٱ �� م ت� ت� ٱ ت� ت� 23 ١ت�

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.

(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut

yang dikehendaki-Nya.24

� وا ف� � د�ه� و�أ �ش� غ� أ ل� � �ى� ي ن� ح�ت س�� ي ه ي� أ �ت ل ال� ب إ يم �ت ي ال� � م� �وا ب ر� � تو�ال� ت ۥد ت� ت ٱ ت� ٱ ت�

وال= �ان� م� د� ك ع� ن� ع� إ ‍��ب ت� ت� ت� ٱ �� د ت� ت� ٣٤25ٱArtinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan

cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;

sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.26

Sedangkan dalil hadits yang mendasari sūkūk ialah:

عن عمرو بن عوف المزاني قال رسول الله ص م : الصCل�ح

�حلC حراما �و أ م حالال أ Cرحا ح� جائز بين ال�مسلمين اال صل

Cلم حالال أو أح Cررطا حم إال ش وال�مسلمون عل�ى شروطه

حراما )رواه امام الترمذى)

Artinya: Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;

dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

Muhammad Taqi Usmani, Ketua AAOFI Bahrain, mengatakan dalam

makalahnya yang berjudul Are Sūkūk Islamic? di Dubai, bahwa 85% sūkūk

23 Al-Qur’an (5) : 1

24 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Lubuk Agung, 1989)

25 Al-Qur’an (17) : 34

26 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Lubuk Agung, 1989)

15

Page 17: sukuk

yang diterbitkan dunia belum memenuhi aturan Sharî’ah.27 Pendapat tersebut

dikemukakan setelah lebih dari USD 100 milyar sūkūk diterbitkan oleh

berbagai perusahaan dan negara. Beliau, menyatakan bahwa ada tiga masalah

utama yang menyebabkan ketidaksesuaian Sharî’ah tersebut, yaitu adanya

jaminan keutuhan modal investor, jaminan atas laba, dan status kepemilikan

aset sūkūk beserta risikonya.

AAOIFI mengeluarkan fatwa pada 14 Februari 2008, menegaskan

bahwa aset sūkūk adalah milik pemegang sūkūk berikut risikonya, sūkūk

tradable tidak boleh mencerminkan utang, manajer sūkūk tidak boleh

memberikan utang ketika laba usaha kurang dari perkiraan, originator tidak

boleh membeli kembali aset sūkūk sesuai harga nominal sūkūk kecuali pada

aset ijârah, dan Dewan Sharî’ah terkait harus benar-benar memperhatikan

aturan tersebut secara teliti.

Pendapat Anouar Hassoune (dalam makalah Rating Shari’ah-

Compliant Financial Institutions and Sūkūk, Milan) dan Khalid Hawladar

(Senior Credit Officer for Sūkūk Finance, dalam artikelnya The Future of

Sūkūk: Substance Over Form/ Para Sarjana Sharî’ah Mengetatkan Aturan

Sūkūk) mendukung dan menguatkan pendapat Taqi Usmani. Artikelnya

menuturkan bahwa jumlah emisi sūkūk tahun 2008 turun pada semester

pertama tahun 2008 menjadi USD 856 juta dibanding tahun 2007 semester

pertama yaitu USD 4,7 milyar. Hal itu dikarenakan sulitnya menerapkan

struktur akad sūkūk seperti teorinya.28

10. Risiko Obligasi Shārî‘ah atau sūkūk

Analisis risiko secara umum ada dua bagian, yaitu:29

a. Analisis Sensitivitas yaitu menilai risiko yang terjadi diluar

perhitungan, misalnya terjadi cost over run sebagai akibat

27 Alimin, “Aplikasi Sukuk dalam Perspektif Syariah (Studi Analisis Kesesuaian Syariah terhadap Aplikas Pasar Sukuk Domestik dan Global,” (Disertasi--Pascasarjana UIN Syarifhidayatullah, Jakarta, 2010), x

28 Ibid., 65

29 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), 241

16

Page 18: sukuk

meningkatnya harga/ inflasi atau tidak/ belum diperhitungkannya

komponen biaya tertentu (biaya tidak resmi) dalam capital cost.

b. Analisis Probabilitas yaitu penilaian yang didasarkan pada

perhitungan statistik bahwa setiap proyek mempunyai unsur

probability yang menunjukkan suatu forecast apakah suatu proyek

riskan atau tidak.

Risiko Sūkūk terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:

a. Risiko Kontrak Sūkūk

Kontrak sūkūk biasanya melibatkan pihak-pihak dan melalui

tahapan-tahapan tertentu, yang menimbulkan risiko yang akan dialami

oleh masing-masing pihak yang berkontrak. Tahapan-tahapan yang

dimaksud adalah:

1) Kontrak sūkūk melibatkan partnership (originator, SPV, dan

investor), keadaan risiko semacam ini disebut counterparty risks.

Risiko lainnya adalah moral hazard, hal itu disebabkan oleh

kelalaian kemitraan dalam melaksanakan kewajiban.

2) Kontrak sūkūk melibatkan tiga tahapan, yaitu:

a) antara originator dengan SPV pada saat pembentukan

underlying assets,

b) kontrak antara sejumlah SPV dengan sejumlah investor saat

pengeluaran dan penjualan sertifikat sūkūk,

c) kontrak saat penebusan setelah jatuh tempo.

3) Kontrak sūkūk yang melibatkan aset riil sebagai objek akad, ketika

objek jual atau aset hilang dan musnah karena bencana alam,

perpindahan hak milik (warisan), kematian, pengurangan nilai aset

akibat perubahan harga (inflasi), maka akan memberikan pengaruh

pada underlying assets dalam bentuk risiko aset dan risiko pasar.

4) Pengeluaran sūkūk oleh SPV menggunakan kontrak baik ijarah,

musyarakah, mudharabah, salam maupun istishna masih menjadi

perdebatan yang beragam hukumnya.

17

Page 19: sukuk

5) Sūkūk yang dijual antar negara berarti menggunakan mata uang US

dollar. Risiko yang ditimbulkan oleh penjualan sūkūk antarnegara

tersebut adalah kesesuaian undang-undang antarnegara, hubungan

politik dari satu bangsa ke lain bangsa, dan risiko kadar tukar mata

uang asing.

6) Jika investor ingin mencairkan dananya sebelum jatuh tempo,

maka investor akan mengalami risiko likuiditas atau investor tidak

dapat menukar bentuk investasi baru yang lebih unggul.

Contohnya, investor memiliki sūkūk mudharabah, namun karena

sūkūk ijarah lebih menguntungkan, maka investor ingin

mencairkan dananya sebelum jatuh tempo dan ingin menukarkan

pada sūkūk ijarah, dan hal itu sulit dilakukan.

7) Risiko terakhir adalah penebusan oleh SPV kepada investor ketika

jatuh tempo, risiko yang mungkin timbul adalah jika SPV gagal

membayar modal dan keuntungan kepada investor. Hal ini disebut

risiko kredit dan risiko operasional.

Oleh karena itu, berdasarkan bentuk kontrak dan hubungan para

pihak, maka risiko sūkūk secara keseluruhan dapat dikelompokkan ke dalam

beberapa risiko, diantaranya:

Gambar 2Risiko Sūkūk dalam Pasar Modal

a. Risiko pasar

Risiko pasar secara sistematis disebabkan oleh pergerakan

harga pasar secara menyeluruh. Sedangkan risiko pasar secara tidak

18

Page 20: sukuk

sistematis disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penyebab

utamanya, yaitu risiko nilai tukar asing, risiko kadar faedah, dan risiko

likuiditas.30

Risiko nilai tukar asing adalah suatu konsekuensi sehubungan

dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank.

Meskipun sūkūk tidak berpengaruh terhadap kurs secara langsung

karena ada syarat tidak boleh ada transaksi yang bersifat spekulasi

(seperti forward, margin trading, option, dan swap), tetapi transaksi

sūkūk tetap tidak akan bisa terlepas dari valuta asing.31 Dalam sūkūk,

transaksi yang diperbolehkan adalah untuk kebutuhan transaksi dan

berjaga-jaga (simpanan) dan transaksi harus tunai atau spot. Tunai

ialah pembayaran cek, pemindahbukuan, transfer dan sarana

pembayaran tunai lainnya.

Risiko pasar dapat disebabkan juga oleh perubahan harga aset,

yang mengakibatkan kemungkinan, yaitu jika pensekuritian aset

menggunakan bay’ al-wafa’, dan jika pensekuritian aset menggunakan

bay’ mutlaqah.

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh

ketidakcakapan syarat-syarat operasional yang dijalankan suatu firma

sehingga dapat mengurangi kemampuan mendapatkan cash pada

kadar biaya yang layak atau kesukaran menjual aset dalam waktu

singkat atay ketika jatuh tempo. Berkaitan dengan sūkūk, yaitu terjadi

disebabkan kemampuan mendapatkan cash secara utang yang

didasarkan faedah merupakan sesuatu yang dilarang Sharî’ah Islam.

b. Risiko Operasional32

30 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 426

31 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), 474

32 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 431

19

Page 21: sukuk

Risiko operasional merupakan risiko yang diakibatkan oleh

lemahnya sistem informasi atau sistem pengawasan intern perusahaan.

Risiko ini disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) atau

disebut juga moral hazard.

c. Risiko kredit

Risiko yang dihubungkan dengan kualitas aset atau pinjaman

yang kemungkinan tidak dapat diperoleh lagi, apabila terjadi kelalaian

para pihak dalam penyelesaiannya. Risiko dalam hal ini dapat terjadi

karena beberapa sebab, diantaranya 1) risiko kegagalan proses, 2)

risiko pengurangan nilai, 3) risiko counterparty, dan 4) risiko

penyelesaian kontrak.

d. Risiko aset

Risiko aset dapat dilihat berdasarkan benda aset (akibat

bencana alam, kebakaran dll) dan nilai aset (perubahan harga/inflasi

dll). Oleh karena itu jika aset turun nilai, maka pemilik asal aset akan

mengalami kerugian disebabkan ia melakukan kontrak tersebut.

Risiko lainnya adalah ketika aset yang telah dijadikan jaminan sūkūk

tidak dapat dijual, disewakan, atau dijadikan sebagai jaminan dalam

kontrak lain, sekalipun dalam pengawasan pihak SPV.

e. Risiko negara

Risiko negara disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

perbedaan jenis mata uang, perbedaan undang-undang cukai,

perbedaan hak kepemilikan bagi penduduk asing, perbedaan

penggunaan standar hukum Sharî’ah, perbedaan aturan regulasi dan

aturan mengenai financial reporting.

f. Risiko counterparty

Moral hazard mendominasi dalam bentuk risiko ini, dimana

pihak yang berkontrak dituntut menjalankan tanggungjawab secara

benar dan jujur karena ia merupakan amanah.

20

Page 22: sukuk

g. Risiko kesesuaian Sharî’ah

Risiko ini timbul akibat pemahaman teoritikal fiqih yang

beragam, akibatnya akan berpengaruh terhadap sūkūk yang diamalkan.

Contohnya, menurut sarjana Muslim kontrak sūkūk murabahah hanya

mengikat penjual dan tidak mengikat pembeli. Sedangkan pakar fiqih

lainnya berpendapat bahwa sūkūk murabahah mengikat keduanya

dalam pembentukan kontrak. Risiko terbesarnya adalah pembeli dapat

kapan saja membatalkan konraknya secara sepihak, hal itu dapat

mengakibatkan pihak lain mengalami kerugian.

b. Risiko Khusus SPV pada Sūkūk

Risiko yang mungkin dihadapi oleh SPV adalah bentuk

kegagalan pihak-pihak lain seperti originator dan investor dalam

melaksanakan tanggungjawabnya masing-masing. Kegagalan investor

mentrasfer aset, kelalaian membayar keuntungan, sewa, mark-up,

ataupun diskon yang mengakibatkan SPV menghadapi kerugian.

11. Solusi Menghadapi Risiko Sūkūk

Bentuk dan risiko sūkūk sudah dikenal pasti, sudah dijelaskan pula

pada bahasan sebelumnya, sehingga pada bahasan ini akan mengulas tentang

solusinya dalam mengendalikan risiko, antara lain.

a. Mengendalikan risiko pasar

Dalam membahas cara mengendalikan risiko pasar, maka akan

dibahas satu per satu dari tiga bagian risiko pasar. Pertama, untuk

mengendalikan risiko kadar faedah ada dua cara, yaitu 1)

menggunakan kaidah floating rate return (kadar keuntungan

terapung), dan 2) melakukan evaluasi dalam jangka masa tertentu dan

memperbarui kontrak sesuai harga terbaru. Kedua, untuk

mengendalikan risiko nilai pertukaran asing dapat menggunakan

standard LIBOR, dimana kontrak sūkūk dihubungkan sesuai nilai

tukar (harga pasar) atau banchmarck, dalam hal ini menggunakan

konsep urbun dan band al-ihsan.

21

Page 23: sukuk

Ketiga, cara mengatasi risiko likuiditas adalah tersedia fasilitas

liquidity (kecairan) bagi produk sūkūk dengan nilai likuiditas yang

tinggi di pasar. Ali Arsalan Tariq dan Humayon Dar dalam

penelitiannya memberikan referensi agar harga pasar menggunakan

LIBOR, yang mana ada kompetisi yang sehat, return sūkūk disepakati

pada underlying assets atau sesuai nilai tukar harga pasar yang berlaku

saat itu.33

b. Mengendalikan risiko kredit

Untuk mengatasi risiko kredit juga bisa dilakukan kontrak

swaps, dimana kesepakatan antara dua firma untuk menukar cash

flows pada masa sebelumnya dengan masa yang akan datang. Kontrak

sūkūk ini dihubungkan dengan kaidah sebagai berikut; 1) floating rate

sūkūk (FRS), 2) Zero-coupon sūkūk (ZCS).

c. Mengendalikan risiko aset

Untuk mengendalikan risiko aset adalah dilakukan

pensekuritian, yaitu memastikan nilai aset boleh diperjualbelikan.

Sedangkan untuk mengendalikan risiko perubahan harga aset atau

pengurangan nilai harga aset dapat dilakukan dengan menyandarkan

aset pada kadar nilai pasaran atau menyandarkan pada alat tukar yang

mempunyai nilai tetap (seperti emas).

d. Mengendalikan risiko negara

Untuk mengendalikan risiko negara dapat dilakukan dengan

kontrak dan perjanjian yang disetujui bersama. Perjanjian ini

dibenarkan oleh Sharî’ah Islam dan undang-undang sipil. Ada

beberapa penguatan infrastruktur yang diperlukan untuk

menanggulangi risiko sūkūk negara, yaitu:

1) Memperkuat infrastruktur pendukung proses teknis yang

berhubungan dengan pembiayaan sūkūk.

33 Ali Arsalan Tariq dan Humayon Dar, Risks of Sukuk Structures: Implications for Resource Mobilization, thunderbird International Business Review, Vol. 49 (2) 203-223, March-April 2007, 206

22

Page 24: sukuk

2) Menyediakan persediaan infrastruktur pasar uang intar-bank

yang kuat.

3) Menyediakan aturan standar praktik regulasi, akunting, dan

auditing yang baik dan seragam.

4) Memperkuat dukungan secara undnag-undang, khususnya

terhadap kelalaian yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

5) Memperkuat sarana promosi dan infrastruktur monitoring

terhadap pembiayaan sūkūk.

6) Penyediaan undang-undang pasar likuiditas yang sempurna

yang didukung oleh ketentuan pasar modal antarbangsa.

e. Mengendalikan risiko counterparty

Suatu cara untuk menanggulangi adanya moral hazard adalah

institusi keuangan Islam bertindak sebagaimana institusi keuangan

konvensional yaitu meminta jaminan yang berbentuk ekuitas atau

berbentuk garantor, tujuannya adalah untuk menghindari moral

hazard.

f. Mengendalikan risiko operasional34

Berikut ini berbagai istilah yang digunakan untuk

pengendalian risiko operasional:

1) Hazard,yaitu kondisi yang potensial dapat menyebabkan

terjadinya kerugian atau kerusakan.

2) Exposure, yaitu sumber-sumber risiko yang kemungkinan

besar diakibatkan oleh peristiwa yang telah terjadi atau

pengulangan kejadian yang sama.

3) Risk control, yaitu tindakan yang dirancang untuk mengurangi

risiko seperti perubahan prosedur, perbaikan fasilitas dan lain

sebagainya.

4) Risk management, yaitu pengambilan keputusan yang rasional

dalam keseluruhan proses penanganan risiko.

34 Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), 431-432

23

Page 25: sukuk

5) Gambling, yaitu pengambilan keputusan risiko tanpa adanya

assessment yang rasional atau prudent, ataupun keterlibatan

manajemen risiko.

g. Mengendalikan risiko kesesuaian Sharî’ah

Untuk menanggulangi risiko sūkūk bagian kesesuaian Sharî’ah

ini adalah dengan membentuk suatu bentuk regulasi yang sesuai

standar fiqih untuk setiap jenis kontrak sūkūk. Standar regulasi

diperlukan untuk menjadi alat evaluasi terhadap jenis-jenis sūkūk yang

berkembang di pasar. Standar regulasi tersebut telah tersedia dalam

AAOIFI, namun belum semua pihak telah terikat dalam standar

tersebut.

Pada zaman Nabi, sistem pengendalian risiko ini sudah

menjadi salah satu faktor utama yang perlu diterapkan dengan benar.

Sistem pengendalian yang diterapkan Nabi Muhammad SAW.

diantaranya adalah:35

1) Menempatkan Maesaroh sebagai pemantau, yang mengamati

dan mengingatkan Nabi ketika teledor. Pengawasan ini dapat

dikatakan sebagai sistem pengawasan dini (early warning

system).

2) Adanya sensitivitas yang tinggi terhadap risiko dan hambatan

lalu lintas dalam perdagangan, yaitu dengan menguasai peta

bumi dan jalur perdagangan, memahami suku/adat suku Badui,

seluk beluk unta sebagai alat transportasi, besar kecilnya

kafilah dan karakteristik komoditas yang diperdagangkan di

pasar dunia.

3) Upaya Nabi merealisir turn over yang tinggi, namun dalam

batas-batas yang menguntungkan, hal ini sebagai bentuk

kehati-hatian terhadap barang yang rusak atau hilang.

4) Meningkatkan efektivitas bagi hasil.

35 Ibid., 382-383

24

Page 26: sukuk

5) Sikap dan akhlak Nabi Muhammad SAW. sebagai pelaku

usaha yang jujur, ulet, perencanaan yang baik, tingkat kehati-

hatian yang tinggi yang akhirnya mendapat berkah dari Tuhan.

Risiko terbesar dari risiko ini adalah moral hazard, hal ini

yang sekarang menjadi tantangan terbesar untuk melahirkan

generasi yang bersikap baik/berakhlak mulia.

Yusuf Kalla mengatakan bahwa ada cara meminimalisir semua

jenis risiko keuangan yang mengarah pada krisis, yaitu dengan good

corporate governance (GCG). Pengelolaan perusahaan dengan baik

merupakan satu hal utama yang harus diterapkan sejak awal.36

C. Kesimpulan

Dewasa ini, baru diketahui bahwa adanya instrumen sūkūk akibat dari

desakan investor muslim yang tidak ingin melakukan investasi di dalam aktivitas

ghârâr, riba dan syûbhat. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang dan ditingkatkan lagi

mengenai ke-shâri’ah-an sūkūk ini.

Pendapat Taqi Usmani telah mengejutkan dunia dengan mengatakan

bahwa sūkūk belum memenuhi kriteria Sharî’ah, bahkan sebesar 85%. Tantangan

ini merupakan tantangan bagi masyarakat muslim terutama bagi praktisi yang

terlibat di dalam dunia investasi (sūkūk) dan ulama yang menjadi acuan ke-

Sharî’ah-an.

Untuk menanggulangi risiko sūkūk bagian kesesuaian Sharî’ah ini adalah

dengan membentuk suatu bentuk regulasi yang sesuai standar fiqih untuk setiap

jenis kontrak sūkūk.

Daftar Pustaka

Agama, Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Lubuk Agung, 1989.

36 “JK: Mengelola Risiko Keuangan Melalui GCG,” Republika, (15 Desember 2014)

25

Page 27: sukuk

Rasyid, Daud, Peluang dan Tantangan Penerapan Syariat Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2004.

Karomah, Umi Yaumidin, Investasi Sharî’ah: Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008.

Mandur, Husaini dan Gunawan, Dhani Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Qur’an, Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007.

Yuliana, Indah, Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Penetapan Tingkat Sewa Obligasi Syarah Ijarah di Indonesia, Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, tidak diterbitkan.

Indonesia, Bank, Outlook Perbankan Sharî’ah Indonesia 2012, tidak diterbitkan.

Jasa Keuangan, Otoritas, Laporan Triwulanan Otoritas Jasa Keuangan Triwulan I-2014, tidak diterbitkan.

Abdul Wahid, Nazaruddin, Sūkūk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Sharî’ah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Wardi Muslich, Ahmad, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2013.

Zuraidah, Sūkūk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan Sharî’ah Indonesia, Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Sharî’ah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sūkūk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Sharî’ah, Tidak Dipublikasikan.

Alimin, “Aplikasi Sūkūk dalam Perspektif Sharî’ah (Studi Analisis Kesesuaian Sharî’ah terhadap Aplikas Pasar Sūkūk Domestik dan Global,” Disertasi: S3 Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010.

Fatwa Dewan Sharî’ah Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No.17 tahun 2003, Bagian: 5, Pasal 2, tentang hukum peredaran sūkūk, http://www.islamfeqh.com akses 22 Mei 2015

A. Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006.

Arsalan, Ali Tariq dan Humayon Dar, Risks of Sūkūk Structures: Implications for Resource Mobilization, thunderbird International Business Review, Vol. 49 (2) 203-223, March-April 2007.

26

Page 28: sukuk

Ibnu Hajar, Al-Hafidz Al-Atsqâlani, Bulughûl Marâm, Beirut: Maktabah Al-Tijariyah Al-Kubro, 1956.

www.republika.co.id 18 November 2014, JK: Mengelola Risiko Keuangan Melalui GCG, diakses pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 13:50

www.kompas.com 20 Maret 2014, OJK: Potensi Sūkūk di Indonesia Besar.

www.metrotvnews.com 4 September 2014, Sūkūk Global RI Banjir Peminat.

www.ojk.co.id, diakses pada 13 Desember 2014

27