Suku Tengger

7
Suku Tengger Suku Tengger (IPA: /tənggər/) adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Suku Tengger merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010. 1 Asal nama Ada 3 teori yang menjelaskan asal nama Tengger: Tengger berarti berdiri tegak atau berdiam tanpa gerak, yang melambangkan watak orang Tengger yang berbudi pekerti luhur, yang harus tercermin dalam segala aspek kehidupan. Tengger bermakna pegunungan, yang sesuai dengan daerah kediaman suku Tengger. Tengger berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yakni Roro Anteng dan Joko Seger. Agama Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Mereka yakin merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger". 1 http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/ index.html diakses 17 Februari 2015 pukul 04.23

description

Suku Tengger Lereng Bromo

Transcript of Suku Tengger

Suku Tengger

Suku Tengger (IPA: /tnggr/) adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Suku Tengger merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010.

Asal namaAda 3 teori yang menjelaskan asal nama Tengger:

Tengger berarti berdiri tegak atau berdiam tanpa gerak, yang melambangkan watak orang Tengger yang berbudi pekerti luhur, yang harus tercermin dalam segala aspek kehidupan.

Tengger bermakna pegunungan, yang sesuai dengan daerah kediaman suku Tengger.

Tengger berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yakni Roro Anteng dan Joko Seger.

AgamaOrang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Mereka yakin merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger".

Perasaan sebagai satu saudara dan satu keturunan Roro Anteng-Joko Seger itulah yang menyebabkan suku Tengger tidak menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.

BudayaBagi suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

Upacara adat lain yang diamalkan masyarakat Tengger adalah unan-unan, leliwet, entas-entas, dll.

Bahasa Jawa Tengger

Bahasa Tengger dituturkan di daerah Gunung Bromo yang termasuk wilayah Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang.

Di Pasuruan, cara Tengger ditemukan di kecamatan Tosari, lalu di Probolinggo, daerah kecamatan Sukapura, sedangkan Malang, cara Tengger dituturkan di wilayah desa Ngadas, kecamatan Poncokusumo. Yang terakhir, di Lumajang dituturkan di wilayah Ranupane, kecamatan Senduro.

Secara linguistik, bahasa Tengger termasuk rumpun bahasa Jawa dalam cabang rumpun bahasa Formosa (Paiwanik) dari rumpun bahasa Austronesia.

Ada yang menganggap bahasa Tengger itu turunan basa Kawi dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudah tak digunakan lagi dalam Bahasa Jawa modern.

Contoh:

reang: aku, jika yang berbicara lelaki

isun : aku, jika yang berbicara perempuan

Apabila abjad a dalam bahasa Jawa modern dibaca O, di Tengger dibaca A

Suku Tengger Bromo

Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Wisata Gunung Bromo, Jawa Timur Indonesia,menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang.Orang-orang suku Tengger mayoritas beragama Hindu taat. Mereka yakin merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Nama Tengger berasal dari sejarah Gunung Bromo yaitu dari dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu Teng akhiran nama Roro An-teng dan ger akhiran nama dari Joko Se-ger.Bagi suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Upacara Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.Tingkat pertumbuhan penduduk suku Tengger yang berdiam di kawasan pegunungan Tengger ini dari tahun ke tahun tergolong rendah atau lambat. Mata pencaharian sebagian besar adalah petani dan bahasa daerah yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari adalah bahasa Jawa Tengger.

Beberapa Upacara adat suku Tengger adalah sebagai berikut: Hari Raya Karo, Yadnya Kasada dan Unan-Unan, upacara adat yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang, seperti: kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacara walagara), kematian (entas-entas dll), upacara adat yang berhubungan dengan siklus pertanian, mendirikan rumah, dan gejala alam seperti leliwet dan barikan.

Beberapa tempat pelaksanaan kegiatan suku Tengger antara lain :

Pura Poten adalah pura umat Tengger yang beragama Hindu yang berada di dalam kawasan kompleks Kaldera Tengger. Letaknya yang strategis diantara Gunung Batok dan Gunung Bromo, membuat pemandangan Pura Poten itu sendiri menjadi sangat indah untuk dipandang. Puncak keramaian di Pura Poten ini adalah pada Hari Raya Yadnya Kasada, yang dihadiri oleh umat Hindu Tengger dari seluruh penjuru TN.BTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) maupun umat Hindu Bali. Maka tidaklah mengherankan, jika pada Hari Raya Yadnya Kasada tersebut banyak wisatawan lokal maupun manca negara yang ikut hadir untuk menyaksikan acara Budaya, Adat dan Religi masyarakat Suku Tengger Bromo tersebut.

Gua Widodaren merupakan Sumber air suci Goa Widodaren adalah salah satu tempat penting dalam ritual masyarakat Tengger. Pada bagian dalam gua terdapat tempat yang agak luas dan didalamnya terdapat batu besar (sebagai altar) untuk menempatkan sesajian atau menaruh nadar yang sekaligus sebagai tempat bersemedi khususnya masyarakat Tengger untuk memohon kepada Sang Hyang Widi. Masih di sekitar gua, tepatnya di bagian samping gua terdapat sumber air yang tak pernah kering. Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut merupakan air suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, sebagai contoh adalah upacara pengambilan air suci dari Gua Widodaren (Medhak Tirta) yang dilakukan sebelum Upacara Kasada. Disamping itu air dari gua ini dipercaya masyarakat Tengger berkhasiat dapat membuat awet muda serta mendekatkan jodoh bagi yang lajang.

Dari cerita legenda dan asal usul suku tengger diatas banyak pengunjung yang tertarik mengetahui secara upacara adat Suku Tengger ini saat Traveling ke Bromo. Terutam upacara Kasodo. Semua penginapan dan hotel di Bromo akan di booking jauh-jauh hari untuk menyaksikan adata unik ini. Tidak ketinggalan para turis asing yang tertarik melihat langsung budaya Indonesia.

Legenda Gunung Bromo dan Sejarah Suku Tengger

Legenda Gunung Bromo dan Sejarah Suku Tengger Gunung Bromo sebuah gunung wisata yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Pada jaman dahulu ada seorang wanita cantik titisan para dewa bernama Rara Anteng. Pada jamannya banyak pria yang menyuka pada wanita ini. Akan tetapi hatinya jatuh kepada Joko Seger. dari sinilah sejarah Gunung Bromo di mulai. Sebelum menikah dengan Joko Seger tersebut, ada seorang penjahat sakti bernama Kyai Bima yang naksir kepada Roro Anteng. Namun karena Roro Anteng tidak menyukainya, maka ia pun menolaknya secara halus dengan memberikan syarat dibuatnya lautan diatas gunung hanya dalam waktu satu malam.

Legenda Gunung Bromo dan Sejarah Suku Tengger pun berlanjut. Tanpa di duga Kyai Bima menyanggupinya. Dengan sekuat tenaga ia lautan dengan tempurung, dan lautan pasir yang saat ini disebut segara wedhi serta sumur raksasa untuk mengairi lautan pasir yang saat ini disebut kawah gunung Bromo. Melihat Kyai Bima hampir berhasil, hati Roro Anteng tidaklah tenang. Maka ia pun langsung beraksi dengan menumbuk padi sekeras mungkin agar para ayam berkokok yang menandakan pagi menjelang. Dan aksinya tersebut sukses. Mendengar kokokan ayam dan kicauan burung membuat Kyai Bima menyerah dan meninggalkan pekerjaannya.Pada akhirnya Roro Anteng kembali melanjutkan hubungannya dengan Joko Seger. Mereka membuat suatu wilayah dan memimpin wilayah tersebut yang hingga saat ini disebut dengan nama suku tengger.

Ada kebiasaa unik suku Tengger yang dilakukan setiap tahun yaitu Upacara Kasada Festival adat Suku Tengger. Sebuah upacara adat yang dilakukan di hamparan lautan pasir Bromo tepatnya di Pura Luhur Poten, yang dil akukan untuk menunjukan rasa syukur kepada Sang Pencipta serta sebagai sarana mengenang leluhur melalui pembacaan Legenda Gunung Bromo dan Sejarah Suku Tengger . Upacara ini sangat menarik perhatian pengunjung obyek wisata Gunung Bromo karena mereka bisa mengetahui cerita rakyat suku tengger secara langsung. Hampir semua hotel di Bromo dan penginapan di Bromo lainnya di booking jauh-jauh hari supaya tidak ketinggalan fesival tahunan ini. Jika Anda mengambil paket wisata Bromo usahakan bisa tepat pada moment upacara Kasodo, Pesona keindahan Bromo akan semakin lengkap jika dipadukan dengan pertunjukan budaya suku Tengger yang merupakan suku asli penghuni Gunung Bromo.

HYPERLINK "http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html" http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html diakses 17 Februari 2015 pukul 04.23