Suku Madura.docx
Transcript of Suku Madura.docx
Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar
20.179.356 juta jiwa (sensus 2014). Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau
sekitarnya.
Suku Madura mendiami Pulau Madura dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Wilayah domisili
suku Madura merupakan bagian dari provinsi Jawa Timur. Populasi suku Madura termasuk
yang terbesar di Indonesia.
Sebagian besar orang suka Madura memang mendiami pulau Madura. Sebagian lainnya
mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas
dan Kangean. Wilayah pemukiman orang Madura, terdiri dari empat kabupaten, yaitu:
1. Bangkalan
2. Sampang
3. Pamekasan
4. Sumenep
Seiring dengan waktu penyebaran orang Madura tidak hanya di wilayah Jawa Timur saja,
tapi juga terdapat di provinsi lain bahkan di luar pulau Jawa seperti di Kalimantan bahkan
sampai ke Malaysia. Orang Madura banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah lain,
terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hanya saja karakter orang Madura
yang terkenal keras membuat mereka “dicap” agak susah beradaptasi dengan masyarakat di
lingkungan barunya.
Di beberapa tempat di Kalimantan, seperti di Sambas dan Sampit, pernah terjadi konflik
antara masyarakat Madura dengan penduduk asli Kalimantan. Kejadian ini menjadi
kenangan pahit bagi orang Madura, karena akibat konflik tersebut, puluhan ribu orang
Madura yang tidak terlibat dalam kasus etnik tersebut terkena imbasnya dan kembali pulang
ke kampung halamannya di pulau Madura atau ke tempat-tempat lain yang lebih aman.
Walaupun mereka masih berharap untuk bisa kembali ke Kalimantan, meski warga
Kalimantan khususnya Dayak bertegas untuk tidak menerima mereka kembali.
Asal-usul suku Madura, tidak diketahui secara pasti, hanya ada beberapa cerita rakyat yang
tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Menurut sebuah pendapat, bahwa orang Madura
dahulunya adalah penduduk asli pulau Jawa yang menghindar dari tekanan para imigran baru
yang semakin memenuhi pulau Jawa. Dari cerita lain mengatakan bahwa orang Madura
adalah keturunan orang Jawa yang sengaja memisahkan diri dan tidak mau tunduk terhadap
kekuasaan raja dan sultan di pulau Jawa.
Apabila dilihat dari struktur fisik orang Madura, pada umumnya orang Madura berkulit
coklat matang dan gelap, rambut bergelombang, ikal dan ukuran tubuh sedang, sepertinya
mereka memiliki ras mirip ke India-indiaan dari ras Tamil, atau mungkin mendekati ras
Weddoid. Clurit, alat pertanian dan senjata serta logat bahasa orang Madura juga mirip
dengan orang India terutama Tamil. Kemungkinan mereka adalah bangsa-bangsa yang
bermigrasi dari daratan India ke tanah Jawa, dengan membawa kebudayaan Hindu, sebelum
masa Kerajaan Majapahit hadir di tanah Jawa.
Orang Madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau. Jiwa perantau ini diakibatkan karena
tanah Madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga memaksa mereka
untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan yang lebih baik.
Orang Madura terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan logat yang kental, memiliki
sifat temperamental dan mudah tersinggung. Mereka sangat hemat dan rajin bekerja. Mereka
selalu menyisihkan sedikit penghasilan mereka untuk persiapan naik haji.
Masyarakat Madura secara mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Mereka adalah muslim
yang taat dan fanatik. Agama Islam berkembang di Madura yang dibawa dari pulau Jawa.
Tapi walaupun mereka telah mengenal agama Islam sejak lama, beberapa tradisi ritual lama
masih tetap dijalankan seperti tradisi ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse.
Madura di masa lalu, sekitar tahun 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh kekuasaan
kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singasari dan Majapahit. Pada tahun 1624, Madura
ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada abad ke-18, Madura berada di bawah kekuasaan
kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-
Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari
provinsi Jawa Timur.
Orang Madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam, selain bertani
tanaman jagung, ubi, juga beberap jenis sayuran. Tanaman lain adalah cengkeh dan
tembakau, yang menjadikan wilayah Madura sebagai produsen penting bagi industri rokok
domestik. Selain itu, Madura juga tekenal sebagai daerah penghasil garam. Profesi lain
adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi nelayan dengan
menggunakan perahu cadik dengan jaring yang besar sedangkan para perempuan kebanyakan
menjadi pedagang atau sebagai buruh
Sejarah
Seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian
timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai
utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo, Bondowoso,Probolinggo,
Lumajang, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga
termasuk Surabaya Utara, serta sebagian Malang. ada juga yang menetap di Bawean, di
negeri jiran Malaysia, Timor Leste, Brunei Darussalammisalnya juga ada, mereka ada yang
menjadi penduduk tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga di
negara negara Timur Tengah.
Sebaran Tinggal
Penari dari Madura (1890-1917)
Di samping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke
wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta,
Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah khususnya
Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi
kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura disebabkan oleh kesenjangan sosial, namun
sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis Madura dan penduduk setempat sudah
rukun kembali.
Agama dan Kepercayaan
Mayoritas masyarakat hampir 100 % suku Madura adalah penganut Islam bahkan suku
Madura yang tinggal di Madura bisa dikatakan 100 % muslim. suku Madura terkenal sangat
taat dalam beragama islam. Salah satu sebabnya dengan adanya Pondok Pesantren yang
tersebar di seluruh pulau madura. Misalnya Pondok Pondok pesantren miftahul ulum
panyepen, Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, pondok pesantren Al hamidiy banyuanyar
Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar di Kabupaten Pamekasan, Pondok pesantren
Annuqayah disingkat PPA pesantren yang terletak di desa Guluk-Guluk, Pondok Pesantren
Al-Amin di Sumenep dan , Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Pondok
Pesantren Attaraqqi Sampang, dan pesantren-pesantren lainnya dari yang memiliki santri
ribuan, ratusan, dan puluhan yang tersebar di Pulau Madura. Pesantren-pesantren begitu
mengakar dalam kehidupan masyarakat Madura karena pesantren tidak sekedar mengajar
ilmu agama tapi juga mempunyai kiprah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan peduli
pada nasib rakyat kecil.
Bahasa
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan. Juga dikenal hemat, disiplin,
dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit
penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai
tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat
Tasse (sama dengan larung sesaji).
Tulisan di atas hanya streotipe saja yang hanya dilakukan oleh segelintir orang. Suku Madura
memiliki aturan dan tatakrama yang sangat kuat. Orang Madura sangat menghormati orang
tua, guru, dan sebagainya. Apalagi Madura Timur (Pamekasan dan Sumenep)yang dikenal
halus gaya bicaranya dan sangat sopan santun. Sopan santun dan Tata Krama yang halus bila
bertamu dan di sajikan Makanan, Minuman. Harus lah di Santap untuk menghormati. Apabila
Terjadi kesalah Pahaman atau masalah Orang Madura bersabar dan hanya Berdiam Diri.
Segala Rasa Hormat akan berubah apabila Orang lain Hormat maka apabila sebaliknya maka
juga akan berbalik tidak Hormat. Salah satu Orang Madura tidaklah mengenal rasa Takut,
Tidaklah Malu apabila di hina atau hanya Fitnah. Orang Madura sangatlah berpegang teguh
dengan agama. Meskipun banyak Remaja dan Generasi Saat ini yang kurang memahami
namun hanya sebagian kecil. Rasa Saling Menghormati dan Menghargai sangatlah di junjung
tinggi. Semua sesuai dengan Ajaran Agama Islam. Orang Madura sangat berpegang teguh
pada ayat al quran dimana tercemin pada ke seharian Orang Madura.
Karakter Sosial Budaya
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah
peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih
tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada
masyarakat Madura.tetapi tradisi lambat laun melemah seiring dengan terdidiknya kaum
muda di pelosok desa, dahulu mereka memakai kekuatan emosional dan tenaga saja, namun
kini mereka lebih arif dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.
Ada perbedaan antara Madura Timur (Sumenep dan Pamekasan)dengan Madura Barat
(Sampang dan Bangkalan). Orang Madura Timur dikenal lebih halus baik dari sikap, bahasa,
dan tatakrama dari pada orang Madura Barat. Orang Madura Barat lebih banyak merantau
dari pada Madura Timur. Hal ini, dikarenakan Madura Barat lebih gersang dari pada Madura
Timur yang dikenal lebih subur.
ARTIKELSUKU MADURA
Disusun Oleh :
Nama : Jeri Setiawan Aris Maulana
Kelas : XII TKR B
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANGDINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 4 PANDEGLANGJl. Raya Saketi – Malingping KM. 07 Pandeglang Banten 42274