Suku Dani

17
Suku Dani Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya. Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan ''koteka'' (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Suku Dani Ditemukan Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem. Page 1 id.wikipedia.org/wiki suku dani papua indonesia

description

hsjjshbbshsbsbg

Transcript of Suku Dani

Suku DaniDani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan ''koteka'' (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di honai-honai (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).Suku Dani DitemukanSuku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.Kemudian penyidik asal Amerika Serikat yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1935. kemudian juga telah diketahui bahwa penduduk Suku Dani adalah para petani yang terampil dengan menggunakan kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa dibawa ke para misionaris yang membangun pusat Misi Protestan di Hetegima sekitar tahun 1955. Kemudian setelah bangsa Belanda mendirikan kota Wamena maka agama Katholik mulai berdatangan.

Bahasa Suku DaniBahasa Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu: Sub keluarga Wano di Bokondini Sub keluarga Dani Pusat yang terdri atas logat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa. Sub keluarga Nggalik & ndashBahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Papua tengah (secara umum).Lokasi Letak GeografisSecara geografis Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20 Lintang Selatan serta 1370.19 sampai 141 bujur timur. Batas-batas Daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut: sebelah utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, barat dengan Kabupaten Paniai, selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur dengan perbatasan negara Papua Nugini.Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Di antara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju, misalnya Puncak Trikora (4750 m), Puncak Yamin (4595 m), dan Puncak Mandala (4760 m). Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan lumpur, tanah liat dan lempung. KlimatologisSuku Dani menempati daerah yang beriklim tropis basah karena dipengaruhi oleh letak ketinggian dari permukaan laut, temperatur udara bervariasi antara 80-200 derajat Celcius, suhu rata-rata 17,50 derajat Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas 80%, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5 knot.KepercayaanDasar religi masyarakat Dani adalah menghormati roh nenek moyang dan juga diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain: kekuatan menjaga kebun kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala kekuatan menyuburkan tanah Untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk menyejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.PendidikanSebagaimana suku suku pedalaman Papua, seperti halnya suku Dani, umumnya tingkat pendidikan (formal) rendah dan kesadaran untuk menimba ilmunya juga masih kurang. Namun, sejak masa reformasi beberapa belas tahun silam suku Dani sudah banyak yang menuntut ilmu ke luar daerahnya. Salah satunya adalah Meri Tabuni.Politik dan Kemasyarakatan yang BersahajaMasyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupan masyarakat Dani memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin oleh seorang penata adat atau kepala suku Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial.Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap Kain dan memegang bidang sendiri & ndash; sendiri, mereka adalah: Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat, pandai dan terhormat.Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua, tetapi masih mampu mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain pemeliharaan kebun dan Bahi serta melerai pertengkaran.Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani: Pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.Perekonomian Sistem EkonomiSistem ekonomi nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu baru mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang.Mata PencaharianMata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau.Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu: Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap Kebun-kebun di lereng gunung Kebun-kebun yang berada di antara dua umaKebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun.Bagi suku Dani, babi berguna untuk:1. dimakan dagingnya2. darahnya dipakai dalam upacara magis3. tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan4. tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi5. sebagai alat pertukaran/barter6. menciptakan perdamaian bila ada perselisihanSuku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.Rumah AdatHonai, rumah adat suku Dani ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar, berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan).Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan. Komplek Honai ini tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem yang luasnya 1.200 km2. Baik itu dekat jalan besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu), hingga di puncak-puncak bukit, di kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.Rumah bundar itu begitu mungil sehinggi kita tak bisa berdiri di dalamnya. Jarak dari permukaan rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya ada 1 perapian yang terletak persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, ataupun cermin. Begitu sederhana namun bersahaja.Atap jerami dan dinding kayu rumah Honai ternyata membawa hawa sejuk ke dalam Honai. Kalau udara dirasa sudah terlalu dingin, seisi rumah akan dihangatkan oleh asap dari perapian. Bagi suku Dani, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama. Selama pintu masih terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang.Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, semacam lumbung untuk menyimpan padi. Ada pula yang khusus untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.Bentuk HonaiBentuk Honai yang bulat tersebut dirancang untuk menghindari cuaca dingin ataupun karena tiupan angin yang kencang sehingga rumah yang sederhana ini dapat bertahan bertahun-tahun lamanya.Fungsi HonaiRumah Honai mempunyai fungsi antara lain: Sebagai tempat tinggal Tempat menyimpan alat-alat perang Tempat mendidik dan menasehati anak-anak lelaki agar bisa menjadi orang berguna di masa depan Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam pertempuran atau perang Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang Dani yang sudah ditekuni sejak duluFilosofi HonaiFilosofi bangunan Honai yang bentuknya bulat melingkar adalah: Dengan kesatuan dan persatuan yang paling tinggi kita mempertahankan budaya yang telah diperthankan oleh nene moyang kita dari dulu hingga saat ini. Dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikiran dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Honai merupakan simbol dari kepribadian.Bahan PembuatKebiasaaan dari suku atau orang Dani dan Yali dalam membangun Honai yaitu mereka mencari kayu yang memang kuat dan dapat bertahan dalam waktu yang lama atau bertahun-tahun bahkan sampai ratusan tahun. Bahan yang digunakan sebagai berikut: Kayu besi (oopihr) digunakan sebagai tiang penyangga bagian tengah Rumah Honai Kayu buah besar Kayu batu yang paling besar Kayu buah sedang Jagat (mbore/pinde) Tali Alang-alang Papan yang dikupas Papan alas dll.Adat Menghormati Nenek MoyangUntuk menghormati nenek moyangnya, Suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu, juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk mensejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.Tradisi Potong JariBanyak cara menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit akibat kehilangan. Namun berbeda dengan Suku Dani, mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah terulang kembali malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.Mengapa Jari yang Dipotong?Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga, walaupun dalam penamaan jari yang ada di tangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga, yaitu ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.Alasan lainnya adalah Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.Tradisi potong jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari. Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah. Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.Pandangan Ilmu Pengetahuan terhadap Budaya Potong JariSebagai ungkapan kesedihan bila anggota keluarga meninggal dunia,sesuai dengan budaya Kabupaten Wamena khususnya suku Dani, memotong salah satu jarinya sebagai lambang dukacita juga mempercayai agar kejadian yang serupa tidak terulang lagi. Jari mudah terluka, dan patah jari tangan adalah beberapa luka traumatis yang paling umum yang terlihat di ruang darurat. Mungkin jumlah patah tulang jari hingga 10% dari semua kasus patah tulang. Karena jari tangan digunakan untuk banyak kegiatan sehari-hari, mereka berisiko lebih tinggi daripada bagian lain dari tubuh untuk luka trauma, termasuk cedera olahraga, cedera di tempat kerja, dan kecelakaan lainnya.[7]Sebuah jari terdiri dari 3 bagian tulang yaitu Distal phalange (ruas paling atas), Medial phalange ( ruas tengah), Proximal phalange (ruas bawah).Antara ruas dihubungkan dengan sendi engsel tulang yaitu Distal interphalangeal (menghubungkan Distal phalange dengan Medial phalange), proximal interphalangeal (menghubungkan Medial phalange dengan Proximal phalange).Suku Wamena memotong jari tangan di sekitar Medial phalange (gambar 5), bahkan ada yang memotong tepat pada proximal interphalangeal (gambar 6). Pemotongan dilakukan dengan benda tajam atau mengikat jari yang mau dipotong dengan benang sampai jaringannya mati kemudian dipotong. Jari merupakan organ yang sangat penting dalam aktivitas kehidupan yang memengaruhi keberhasilan sebuah gerakan. Berdasarkan hasil wawancara, laki-laki diperbolehkan memiliki lebih dari satu istri sedangkan ketua adat sendiri diwajibkan memiliki istri lebih dari dua dikarenakan seorang istri memiliki tugas masing-masing. Bahkan pernah ditemui ada laki-laki yang mempunyai dua belas isteri. Apabila memilki istri yang banyak, kemungkinan jari yang dipotong akan semakin banyak pula. Pada kasus suami yang beristeri dua belas, kemungkinan jari orang tersebut akan habis dipotong karena banyaknya anggota keluaga.Pemotongan jari ini yang kemudian akan menyulitkan dalam melakukan aktivitas-aktivitas sederhana, seperti sulit untuk mengambil makanan dengan tangan juga sendok sehingga lambat laun nutrisi atau kadar gizi tidak sesuai dengan yang tubuh butuhkan, atau ketika sidik jari kemungkinan ketiga organ jari yang dibutuhkan tidak mencukupi. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara yang juga dikatakan kalau daerah Wamena sudah memiliki sistem pemerintahan namun kekuasaan dan tingkat kepercayaan lebih mendominasi atau lebih besar terhadap ketua adat. Apabila melakukan amputasi atau potong jari dengan sendiri tanpa saran dokter, kemungkinan akan mengubah struktur pertumbuhan dan perkembangan organ lain manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi atau tetanus.Apabila pemotongan dilakukan sendiri tidak tertutup kemungkinan alat yang digunakan tidak sterill sehingga dapat menyebabkan penyaki tetanus. Tetanus adalahpenyakitakut, bahkan fatal, yang disebabkan olehtoksin/racun yang dihasilkan oleh bakteriClostridium tetani.Bakteritetanus banyak ditemukan di tanah, debu, pupuk, kotoran manusia, kotoran hewan, dan sampah. Gejala yang timbul pada awalnya adalahsakit kepala, gelisah, nyeri pada otot rahang yang kemudian diikuti rasa kaku (trismus), demam, otot perut mengeras, kejang, dan akhirnya pada seluruh tubuh. Gejala ini biasanya mulai terjadi 8 hari setelah tubuh terkenainfeksi dan akan menyerang selama 3 hari sampai 3 minggu. Nyeri pada tulang rahang dan gigi seringkali membuat pasien sulit untuk membuka mulutnya atau untuk menelan makanan, dan akhirnya dapat mengakibatkankematianakibat sesak atau sukar bernafas.Tetanus sendiri tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. penyakit tetanus mudah menyerang pada mereka yang belum pernah menerimavaksinasitetanus atau pada mereka yang pernah mendapatkanvaksinasinamun lebih dari 10 tahun yang lalu. Pasien yang terkena penyakit tetanus harus dirawat dirumah sakituntuk mendapatkan perawatan yang intensif. Kuman dapat masuk melalui luka pada tubuh, misalnya luka tusuk atau luka iris yang dalam dan kotor, luka tusukan akibat duri, paku yang berkarat, atau benda-benda lain yang menyebabkan luka. Juga bisa karena luka kena peluru, pisau, gigitan hewan, atau tindik yang dibuat dengan jarum yang kotor[8]. Kurangnya akses kesehatan di daerah ini akan mempermudah penyakit ini untuk menyebar dalam tubuKesimpulan Masyarakat suku Dani di Wamena memiliki kebudayaan yang unik yaitu, pada saat menghadapi kesedihan atau kedukaan, mereka memotong jari sebagai simbol duka cita tersebut, misalnya bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia. Hal tersebut diwajibkan karena merupakan simbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Selain itu, diartikan juga sebagai upaya untuk mencegah terulang kembali malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.Budaya potong jari memiliki beberapa kerugian, antara lain akan mengganggu aktivitas manusia dikarenakan jari merupakan salah satu anggota tubuh manusia yang penting. Selain itu, pemotongan menggunakan benda dan cara yang kurang tepat akan mengakibatkan infeksi dan tetanus.Upaya upaya yang di lakukan untuk menghentikan tradisi potong jari Meningkatkan ilmu pengetahuan Suku Dani Mengajarkan ilmu agama

Page 11id.wikipedia.org/wiki suku dani papua indonesia