Suku Bangsa Jawa

8
Suku bangsa Jawa Suku bangsa Jawa adalah suku bangasa Indonesia yang paling banyak jumlahnya, menempati seluruh daerah jawa tengah, jawa timur dan sebagian jawa barat mereka menggunakan bahasa jawa secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan dialek di daerah tertentu. Suku bangsa jawa termasuk suku bangsa yang telah maju kebudayaannya, karena sejak zaman dahulu mereka telah banyak mendapat pengaruh dari berbagai kebudayaan, seperti : kedubayanan Hindu, Budha, Islam dan Eropa. Setelah mengetahui suku bangsa di Indonesia maka sekarang penyusun akan membahas tentang salah satu suku di Indonsia yaitu Suku jawa. Sistem Kekerabatan di Suku Jawa Di dalam rumusan masalah ada permasalahan yaitu tentang bagaimana system kekerabatan Suku Jawa. Dalam system kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama hak nya, dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki tetapi, berbeda dengan banyak suku bangsa yang lain, yang ada Indonesia. Misalnya, dengan suku-suku Batak di Sumatra Utara, masyarakat jawa tidak mengenal system marga. Susunan kekerabatan suku jawa berdasarkan pada keturunan kepada kedua belah pihak yang di sebut Bilateral atau Parental yang menunjukan system penggolongan menurut angkatan-angkatan. Walaupun hubungan kekerabatan di luar keluarga inti tidak begitu ketat aturannya, namun bagi orang jawa hubungan dengan keluarga jauh adalah tetap penting. Masyarakat Jawa dalam hal perkawinana melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil). Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting. Paningset ; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.

description

br

Transcript of Suku Bangsa Jawa

Page 1: Suku Bangsa Jawa

Suku bangsa Jawa 

Suku bangsa Jawa adalah suku bangasa Indonesia yang paling banyak jumlahnya, menempati

seluruh daerah jawa tengah, jawa timur dan sebagian jawa barat mereka menggunakan bahasa

jawa secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan dialek di daerah tertentu. Suku bangsa

jawa termasuk suku bangsa yang telah maju kebudayaannya, karena sejak zaman dahulu mereka

telah banyak mendapat pengaruh dari berbagai kebudayaan, seperti : kedubayanan Hindu, Budha,

Islam dan Eropa. Setelah mengetahui suku bangsa di Indonesia maka sekarang penyusun akan

membahas tentang salah satu suku di Indonsia yaitu Suku jawa.

Sistem Kekerabatan di Suku Jawa

Di dalam rumusan masalah ada permasalahan yaitu tentang bagaimana system kekerabatan Suku

Jawa. Dalam system kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama hak nya, dan

warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki tetapi, berbeda dengan banyak suku

bangsa yang lain, yang ada Indonesia. Misalnya, dengan suku-suku Batak di Sumatra Utara,

masyarakat jawa tidak mengenal system marga. Susunan kekerabatan suku jawa berdasarkan pada

keturunan kepada kedua belah pihak yang di sebut Bilateral atau Parental yang menunjukan system

penggolongan menurut angkatan-angkatan. Walaupun hubungan kekerabatan di luar keluarga inti

tidak begitu ketat aturannya, namun bagi orang jawa hubungan dengan keluarga jauh adalah tetap

penting.

Masyarakat Jawa dalam hal perkawinana melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian

acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup

Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).

Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.

Paningset ; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.

Pasok Tukon ; Upacara penyerahan harta benda kepada keluarga si gadis berupa

uang,pakaian dan sebagainya, diberikan tiga hari sebelum pernikahan.

Pingitan ; Calon istri tidak diper4bolehkan keluar rumah selama 7 hari atau 40 hari sebelum

perkawinan.

Tarub ; Mempersiapkan perlengkapan perkawianan termasuk menghias rumah dengan janur.

Siraman ; Upacara mandi bagi calon pengantin wanita yang dilanjutkan dengan selamatan.

Ijab Kabul (Akad Nikah); Upacara pernikahan dihadapan penghulu, disertai orang tua atau

Wali dan saksi-saksi.

Temon (Panggih manten); Saat pertemuan pengantin pria dengan wanita.

Page 2: Suku Bangsa Jawa

Ngunduh Mantu (ngunduh temanten) ; Memboyong pengantin wanita kerumah pengantin pria

yang disertai pesta ditempat pengantin pria.

Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami istri maka dapat dilakukan "Pegatan"

(Perceraian). Jika istri menjatuhkan cerai di sebut "talak" sedangkan istri meminta cerai kepada

suami di sebut "talik". Jika keinginan isteri tidak di kabulkan oleh suami istri mengajukan ke

pengadilan maka di sebut "rapak". Jika ingin kembali lagi jenjang waktunya mereka rukun kembali

adalah 100 hari di namakan "Rujuk" jika lebih dari 100 hari dinamakan "balen" (kembali). Setelah

cerai seorang janda boleh menikah dengan yang lain setelah "masa Iddah".

Ada bentuk perkawinan lain yaitu :

Perkawinan Magang

Perkawinan triman

Perkawinan unggah unggahi

Perkawinan paksa

Agama di Suku Jawa

Orang Jawa mayoritas memeluk agama Islam. Sebagian memeluk Nasrani, Hindu, Budha, dan

aliran Kejawen. Orang jawa yang menganut kejawen percaya bahwa hidup di dunia ini sudah diatur

dalam alam semesta, sehingga mereka bersikap pasrah kepada takdir dan bersikap "Nrima"

( pasrah ). Orang jawa memeluk agama Islam di bedakan menjadi dua yaitu "Islam santri" dan

"Islam Kejawen", disamping orang-orang Jawa masih percaya kepada kekuatan gaib yaitu kekuatan

yant melebihi kekuatan lain yang di sebut "Kasakten" (kesaktian). Selain itu juga percaya kepada

arwah leluhur dan makhluk-makhluk halus seperti Memedi, tuyul, lelembut dan jin.

Selain itu masyarakat Jawa percaya terhadap hal-hal tertentu yang dianggap keramat, yang dapat

mendatangkan mala petaka jika di tintang atau diabaikan. Kepercayaan itu diantaranya :

Kepercayaan terhadap Nyi roro kidul

Kepercayaan kepada hari kelahiran (Wathon)

Kepercayan terhadap hari-hari yang dianggap baik

Kepercayaan kepada Nitowong

Kepercayaan kepada dukun prewangan

Masyarakat suku jawa khususnya yang berada di pedesaan sering kali mengadakan upacara

selamatan untuk tujuan tertentu yang biasanya dipimipin oleh seorang "Mudin" dalam membaca

doa. Upacara seperti itu di golongkan menjadi 6 macam antara lain :

Page 3: Suku Bangsa Jawa

Selamatan memperingati siklus hidup

Selamatan berkaitan dengan kehidupan Desa

Selamatan menjelang pernikahan

Selamatan berkaitan dengan kejadian tertentu

Selamatan untuk memperingati hari besar keagamaan

Selamatan memperingati meninggalnya seseorang.

ISTILAH KEKERABATAN ORANG JAWA BERDASARKAN PERKAWINAN

Morosepuh Morosepuh Ibu Bapak

Pripeyan Ipe Pripeyan Ipe Ipe Garwo Ego (saya) Ipe

Besan Besan

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

= Kawin Mantu Anak-anak Mantu

= Saudara Sekandung

= Keturunan

Budaya Suku Jawa

Budaya merupakan ciri yang membedakan satu suku dengan yang lainnya. Tetapi yang akan di

bahas adalah budaya suku jawa tengah salah satu ciri dari suku jawa tengah adalah kebudayaan

tentang kerajaan yang ada di jawa antara lain adalah adanya sebuah kerajaan.

Contoh kerajaannya adalah kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram ini berada di Yogyakarta yang di

pimpin oleh seorang Raja. Dari zaman itulah berasal monument-monument bangunan jawa tengah

besar yang pertama, yaitu Candi-candi syiwais di daratan dieng tidak lama kemudian jawa tengah

kebawah kekuasaan dinasti syailendra dari Sumatra yang menganut agama Budha yang

sebenarnya tidak perlu kita sebut disini kecuali karena selama kekuasaan mereka yang hanya

berlangsung selama 60-an tahun di sebelah barat Yogyakarta sekarang didirikan setupa budha di

dunia yaitu Candi Borobudur.

Page 4: Suku Bangsa Jawa

Candi Borobudur di bangun menurut tradisi jawa kuno sebagai candi yang berteras dan

melambangkan alam raya.dengan demikian borobudur merupakan mandala raksasa dalam batu,

suatu lingkaran mistik yang di samping pungsi simbolisnya, sekaligus memiliki kekuatan nyata yang

dapat menghasilkan bagi kaum beriman apa yang di lambangkan itu. Mungkin juga bahwa candi

Borobudur sekaligus masih mempunyai maksud lain yaitu menjadi makam monumental bagi raja

syailendra yang berkuasa. Kalo begitu maka kebudayaan jawa yang mengambil alih agama-agama

asing untuk diabdikan dari dalam bagi kepentingan sendiri, artinya untuk menjawakannya. Tendensi

jawanisasi juga nampak dalam penggantian bahasa sangsakerta dengan bahasa jawa kuno dan

dalam perkembangan huruf jawa yang mulai pada waktu itu.

Kesenian Suku Jawa

System kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur.

a. Kesenian tipe jawa tengah

Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut :

1. Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil

2. Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora jamu, gek

kepiye dan pitik tukung

3. Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah

4. Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah ketoprak.

b. Kesenian tipe jawa timur

Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya

sebagai berikut :

1. Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping

2. Seni pewayangan antara lain wayang beber

3. Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung

(dari Surabaya)

4. Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.

c. Rumah adat tipe jawa, antara lain corak limasan dan joglo. Rumah situbondo merupakan model

rumah adat jawa timur yang mendapat pengaruh dari rumah madura

d. Pakaian adat jawa, pakaian pria jawa tengah adalah penutup kepala yang di sebut kuluk, berbaju

jas sikepan, korset dan kris yang terselip di pinggang. Memakai kain batik dengan pola dan corak

yang sama dengan wanita. Wanitanya memakai kain kebaya panjang dengan batik sanggulnya

disebut bakor mengkurep yang diisi dengan daun pandan wangi.

Page 5: Suku Bangsa Jawa

Sistem Ekonomi Jawa

Sistem perekonomian masyarakat Jawa mencakup

1) Pertanian

Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan), tanaman utama

adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang

umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau, tebu

dan rosella.

2) Perikanan

Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan

laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala dan jarring

3) Peternakan

Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.

4) Kerajinan

Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan

peralatan pertanian.

Adapun mata pencaharian dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata

pencaharian bertani, baik bertani di sawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat

sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan

masyarakat pantai.

Sistem kemasyarakatan dan politik Suku Jawa

Masyarakat jawa masih membedakan antara golongan priyayi dan orang kebanyakan wong cilik,

Golongan priyayi atau bendara terdiri atas pegawai negri dan kaum terpelajar. Orang kebanyakan

disebut juga wong cilik, seperti petani,tukang,dan pekerja kasar lainnya.priyayi dan bendara

merupakan lapisan atas, sedangkan wong cilik menjadi lapisan bawah.

Secara administrative,suatu desa di jawa biasanya disebut kelurahan yang dikepalai oleh seorang

lurah. Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari ,seorang kepala desa dengan semua pembantunya

disebut pamong desa. Pamong desa mempunyai dua tugas pokok, yaitu tugas kesejahteraan desa

dan tugas kepolisian untuk keamanan dan ketertiban desa. 

Page 6: Suku Bangsa Jawa

Adapun pembantu-pembantu lurah dipilih sendiri oleh lurah. Pembantu-pembantu lurah terdiri atas:

a) Carik,bertugas sebagai pembantu umum dan penulis desa.

b) jawa tirta atau ulu-ulu,bertugas mengatur air kesawah-sawah penduduk.

c) Jaga baya,bertugas menjaga keamanan desa.

Etika seksual jawa

Mengenai etika seksual di jawa tidak ada superior ataupun interior,semua pria dan wanita sama

saja. Hanya tanggung jawabnya saja yang berbeda.dalam bidang seksual, masyarakat jawa

condong untuk bersikap tegas. pada setiap perayaan-perayaan di desa, pria dan wanita duduk

secara terpisah.

Para orang tua melarang keras jika putrinya berjalan dengan seorang pria. Mereka berpendapat

bahwa anak muda tidak dapat menahan emosinya, Sehingga mereka takut terjadi sesuatu kepada

putrinya.

Kesimpulan

Pada dasarnya di Indonesia merupakan bangsa yang paling banyak suku-nya diantara bangsa-

bangsa yang lain dan diantara suku-suku itu yang paling banyak jumlah penduduknya yaitu suku

bangsa Jawa sendiri yang menempati seluruh daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan juga Jawa

Barat. Adapun sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Jawa lebih didasarkan pada prinsip

keturunan bilateral atau parental, sedangkan sistem klasifikasi dilakukan menurut angkatan-

angkataya. Dalam system religi / kepercayaan suku Jawa mayoritas Agama Islam merupakan

agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat suku Bangsa jawa. Walaupun ada sebagian

lagi yang menganut bukan Islam yaitu Nasrani, Hindu, Budha dan aliran kejawen. Disini yang

dimasud Islam yang dianut-Nya Islam Santri dan Islam Kejawen.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.Eddy Supriyatno, 1994. "Bahan Acuan kegiatan belajar mengajar Antropologi"

PT.Rakaditu, Jakarta.

Yad Mulyadi, 1999. ”Antropologi" Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

Kodiran. 1975, "Kebudayaan Jawa", dalam Koentjaraningrat, Jakarta. 

Koentjaraningrat, 1975, "Antropology in Indonesia",Jakarta.

Edel, May and Abraham edel, 1968. "Antropology and Ethics. The Press of Case Western

Reserve University Press".

Dewey, Alice G. "Antropology Agama" Jakarta ,1975.

Page 7: Suku Bangsa Jawa

Kamlah, W ,1973 "philosophische Anthropology" , Mannheim/wien/Zurich ; Bibliographisches

institute, Jakarta.

Kartodirdjo,1975 "sejarah nasional Indonesia", Jakarta; Departemen pendidikan dan

kebudayaan, Jakarta.

Koentjoroningrat, 1977 "system gotong-royong dan jiwa gotong royong", dalam berita

anthropology, Jakarta

Mulder, Niels. 1973 "Kepribadian jawa dan pembangunan nasional". Yigyakarta; Gadjah mada

University press.

Sajogo, 1978 "Lapisan masyarakat yang paling lemah di pedesaan jawa". Dalam

prisma.Bandung.