Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman...

4
Suka Duka Bersama Anakku S emua berawal sejak aku mempunyai anak berumur 5 tahun. Selama ini anak-anakku diasuh oleh baby sitter, pembantu rumah tangga dan di bawah pengawasan mertuaku. Sementara itu, waktuku dihabiskan pada pekerjaan. Sangat sedikit waktuku bersama anak-anak. Mereka lebih banyak bersama pembantu dan neneknya. Hingga suatu saat aku merasa begitu asing dengan mereka. Tidak ada kesamaan dan keserasian dalam kebersamaan kami, belum lagi kelelahan sepulang bekerja lalu mendengar suara anak-anakku yang manja, berteriak, menangis dan merengek-rengek kepada pembantu. Mertuaku yang sering sekali membelikan mainan sebagai hadiah, sehingga banyak sekali mainan mereka bahkan berserakan dan sehabis bermain pun mereka tidak pernah merapikannya kembali. Setiap hari selalu ada mainan baru yang dibelikan untuk anakku. Kebersamaanku dengan anak-anak sering kali pada hal yang tidak baik. Aku sering memarahi mereka bahkan aku lebih sering membela pembantu daripada membela anakku. Jika anak- Kritik yang kami lakukan adalah untuk merubah karakter pribadi kami yang tidak baik menurut kami menjadi karakter yang lebih baik lagi bagi kami sekeluarga juga bagi lingkungan kami.

Transcript of Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman...

Page 1: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,

Suka Duka Bersama Anakku

Semua berawal sejak aku mempunyai anak berumur 5 tahun. Selama

ini anak-anakku diasuh oleh baby sitter, pembantu rumah tangga dan

di bawah pengawasan mertuaku. Sementara itu, waktuku dihabiskan

pada pekerjaan.

Sangat sedikit waktuku bersama anak-anak. Mereka lebih banyak bersama

pembantu dan neneknya. Hingga suatu saat aku merasa begitu asing dengan

mereka. Tidak ada kesamaan dan keserasian dalam kebersamaan kami,

belum lagi kelelahan sepulang bekerja lalu mendengar suara anak-anakku

yang manja, berteriak, menangis dan merengek-rengek kepada pembantu.

Mertuaku yang sering sekali membelikan mainan sebagai hadiah, sehingga

banyak sekali mainan mereka bahkan berserakan dan sehabis bermain pun

mereka tidak pernah merapikannya

kembali. Setiap hari selalu ada mainan

baru yang dibelikan untuk anakku.

Kebersamaanku dengan anak-anak

sering kali pada hal yang tidak baik.

Aku sering memarahi mereka bahkan

aku lebih sering membela pembantu

daripada membela anakku. Jika anak-

Kritik yang kami lakukan adalah untuk merubah karakter pribadi kami

yang tidak baik menurut kami menjadi karakter

yang lebih baik lagi bagi kami sekeluarga juga bagi

lingkungan kami.

Page 2: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,

188 Kepompong di Dahan Penabur

anakku tidak suka terhadap pembantu, pasti mereka mengerjai pembantu

tersebut, entah dengan memukulinya, memarahinya juga sengaja membuat

kekacauan sampai berantakan sehingga pembantu itu dibuatnya menangis

bahkan sampai tidak betah untuk menjagai mereka.

Suatu malam, anakku yang pertama menulis pesan di papan whiteboard

mini untukku dan suami. Dia menulis “papa dan mama, maafkan Isabella

yang selalu membuat papa dan mama marah-marah dan membuat papa

dan mama tidak senang kepada Isabella yang selalu merepotkan papa dan

mama. Isabella akan pergi jauh dan tidak akan kembali lagi supaya papa dan

mama tidak lagi marah kepada Isabella dan tidak lagi direpotkan Isabella.“

Hatiku sangat terpukul, sedih dan tidak terasa air mata mengalir ketika

membaca pesan itu. Kuputuskan untuk tidak lagi bekerja di luar rumah. Aku

ingin mendidik, membimbing dan menemani masa kecil anak-anakku di saat

mereka membutuhkan.

Awalnya, aku tidak terbiasa. Kesibukan bekerja di kantor dengan

kesibukan mengurus anak-anak terasa begitu berbeda. Namun aku terus

belajar untuk mengajarkan anak-anakku. Aku memutuskan mempekerjakan

seorang pembantu saja untuk membantuku mengurus rumah dan menjaga

anakku. Aku mengajari anak-anakku untuk menghargai dan menghormati

pembantu. Kami semua sangat bahagia, ada yang baru, hal yang sangat

mereka impikan dan inginkan, yaitu ada mama yang selalu bersama mereka

dan selalu menemani dalam kehidupan keseharian mereka.

Semakin hari aku merasakan anak-anakku sangat manis dalam berperilaku

bahkan juga penurut. Hal ini berbeda jauh dengan sebelumnya ketika aku

begitu sibuk dengan pekerjaanku di luar. Kini kusadari bahwa selama ini

ketika mereka menunjukkan sikap yang manja, tidak mandiri, sering minta

bantuan mbak dan bersikap sombong itu disebabkan karena sebagai orang

tua, kami tidak pernah memberikan perhatian penuh bahkan tidak pernah

membimbing mereka di saat-saat mereka butuhkan.

Page 3: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,

189Pengalaman Mengembangkan Karakter

Tak terasa enam bulan telah berlalu. Anak-anakku terus bertumbuh secara

fisik dan emosi. Mulai timbul konflik di antara kami. Anak-anak sering berbeda

pendapat denganku. Dalam hubungan mereka sebagai kakak-beradik juga

muncul konflik berupa rasa cemburu, mau menang sendiri bahkan konflik ini

pun sampai pada puncak pertengkaran hebat di antara mereka. Usia kedua

anak perempuanku ini hanya selisih 1,5 tahun. Tetapi ajaib dan indahnya

ciptaan Tuhan, mereka dari sisi wajah dan postur tubuh boleh dikatakan mirip

dan serupa bahkan ada juga yang bilang kembar, tetapi dari segi karakter

sangat berbeda jauh. Yang satu percaya diri, pemberani, cerewet dan yang

satu kebalikannya, pemalu dan pendiam.

Dengan sikap negatif saya seperti ini, tidak tersadarkan keindahan Tuhan

yang memberikan perbedaan di antara kami adalah kelengkapan kami untuk

saling menyempurnakan kelemahan kami. Sikap kedewasaan anak pertamaku

yang selalu berani untuk menegurku ketika aku kalap terhadap anak-anakku,

membuat kritikan tajam bahkan perenungan harianku juga mengajarkan aku

harus bisa merubah karakter burukku. Sifat malu-malu anakku yang kedua

pun, berangsur mulai berubah dengan adanya rasa persaingan di antara

mereka demi menarik perhatian dariku. Mereka suka saling bersaing dalam

segala hal untuk berprestasi, mereka membantuku bahkan sampai ke hal-hal

yang tanpa mereka sadari itu adalah jalan untuk memperbaiki kekurangan

mereka dan mereka pun bisa mulai merubah sikap buruk mereka ke arah hal

yang lebih baik.

Tidak terasa dua tahun hampir tiga tahun kami bertiga menjalani masa-

masa sulit itu, dan berjuang untuk bisa mengatasi hal-hal yang sedemikian

rumitnya. Semua itu kami lakukan dengan saling berkomunikasi, saling

mengingatkan dan sama-sama saling mengkritik. Kritik yang kami lakukan

adalah untuk merubah karakter pribadi kami yang tidak baik menurut

kami menjadi karakter yang lebih baik lagi bagi kami sekeluarga juga bagi

lingkungan kami.

Page 4: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,

190 Kepompong di Dahan Penabur

Perjuangan yang kami lalui bersama, di mana teguran dari pihak

lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence, kadang

ketika disampaikan kepadanya secara langsung, dia tidak dapat menerima.

Namun saat dia merasakan dikucilkan temannya, sepulang sekolah dia ber-

cerita, saya beri pemahaman dan sama-sama berpikir merenung kenapa bisa

terjadi demikian, barulah disadarinya dan mau dia merubahnya. Begitu juga

dangan anak keduaku yang sulit sekali makan, mandi yang selalu harus saya

marah-marah terus, akhirnya punya kesadaran untuk mau makan dan mandi

sendiri karena tahu kalau hal itu pun tidak baik buat kesehatannya.

Penguasaan diri saya pun selalu diuji dalam menghadapi perilaku anak

keduaku. Penguasaan diri untuk tidak marah, memukul dan membanting

barang. Karena secara tidak sadar hal ini pun tertular kepada anak keduaku.

Tetapi saat aku mulai bisa menguasai diri untuk tidak lagi membanting barang,

dan memukul, maka anakku yang keduapun tidak bersikap demikian.

Nilai-nilai kerendahan hati pun juga selalu kupupuk ke anak pertamaku.

Di mana memang memiliki sifat dasar percaya diri dan pemberani, agar

tidak selalu sombong seperti suka pamer. Hal ini kuterapkan ketika sedang

men dampinginya belajar untuk test pada mata pelajaran religion, civic dan

social, sambil saya berikan contoh pada sifat dasarnya yang tidak baik dan

bertentangan dengan nilai-nilainya.

Sampai hari ini pun, kami masih sama-sama saling belajar menyem-

purnakan, membentuk karakter kami yang menurut kami lebih baik di dalam

keluarga juga di lingkungan sekitar kami.

Yulia Andriana

Orang tua Siswa SDK Gading Ser pong