Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman...
Transcript of Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman...
![Page 1: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080206/5a78f9517f8b9a43758c0316/html5/thumbnails/1.jpg)
Suka Duka Bersama Anakku
Semua berawal sejak aku mempunyai anak berumur 5 tahun. Selama
ini anak-anakku diasuh oleh baby sitter, pembantu rumah tangga dan
di bawah pengawasan mertuaku. Sementara itu, waktuku dihabiskan
pada pekerjaan.
Sangat sedikit waktuku bersama anak-anak. Mereka lebih banyak bersama
pembantu dan neneknya. Hingga suatu saat aku merasa begitu asing dengan
mereka. Tidak ada kesamaan dan keserasian dalam kebersamaan kami,
belum lagi kelelahan sepulang bekerja lalu mendengar suara anak-anakku
yang manja, berteriak, menangis dan merengek-rengek kepada pembantu.
Mertuaku yang sering sekali membelikan mainan sebagai hadiah, sehingga
banyak sekali mainan mereka bahkan berserakan dan sehabis bermain pun
mereka tidak pernah merapikannya
kembali. Setiap hari selalu ada mainan
baru yang dibelikan untuk anakku.
Kebersamaanku dengan anak-anak
sering kali pada hal yang tidak baik.
Aku sering memarahi mereka bahkan
aku lebih sering membela pembantu
daripada membela anakku. Jika anak-
Kritik yang kami lakukan adalah untuk merubah karakter pribadi kami
yang tidak baik menurut kami menjadi karakter
yang lebih baik lagi bagi kami sekeluarga juga bagi
lingkungan kami.
![Page 2: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080206/5a78f9517f8b9a43758c0316/html5/thumbnails/2.jpg)
188 Kepompong di Dahan Penabur
anakku tidak suka terhadap pembantu, pasti mereka mengerjai pembantu
tersebut, entah dengan memukulinya, memarahinya juga sengaja membuat
kekacauan sampai berantakan sehingga pembantu itu dibuatnya menangis
bahkan sampai tidak betah untuk menjagai mereka.
Suatu malam, anakku yang pertama menulis pesan di papan whiteboard
mini untukku dan suami. Dia menulis “papa dan mama, maafkan Isabella
yang selalu membuat papa dan mama marah-marah dan membuat papa
dan mama tidak senang kepada Isabella yang selalu merepotkan papa dan
mama. Isabella akan pergi jauh dan tidak akan kembali lagi supaya papa dan
mama tidak lagi marah kepada Isabella dan tidak lagi direpotkan Isabella.“
Hatiku sangat terpukul, sedih dan tidak terasa air mata mengalir ketika
membaca pesan itu. Kuputuskan untuk tidak lagi bekerja di luar rumah. Aku
ingin mendidik, membimbing dan menemani masa kecil anak-anakku di saat
mereka membutuhkan.
Awalnya, aku tidak terbiasa. Kesibukan bekerja di kantor dengan
kesibukan mengurus anak-anak terasa begitu berbeda. Namun aku terus
belajar untuk mengajarkan anak-anakku. Aku memutuskan mempekerjakan
seorang pembantu saja untuk membantuku mengurus rumah dan menjaga
anakku. Aku mengajari anak-anakku untuk menghargai dan menghormati
pembantu. Kami semua sangat bahagia, ada yang baru, hal yang sangat
mereka impikan dan inginkan, yaitu ada mama yang selalu bersama mereka
dan selalu menemani dalam kehidupan keseharian mereka.
Semakin hari aku merasakan anak-anakku sangat manis dalam berperilaku
bahkan juga penurut. Hal ini berbeda jauh dengan sebelumnya ketika aku
begitu sibuk dengan pekerjaanku di luar. Kini kusadari bahwa selama ini
ketika mereka menunjukkan sikap yang manja, tidak mandiri, sering minta
bantuan mbak dan bersikap sombong itu disebabkan karena sebagai orang
tua, kami tidak pernah memberikan perhatian penuh bahkan tidak pernah
membimbing mereka di saat-saat mereka butuhkan.
![Page 3: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080206/5a78f9517f8b9a43758c0316/html5/thumbnails/3.jpg)
189Pengalaman Mengembangkan Karakter
Tak terasa enam bulan telah berlalu. Anak-anakku terus bertumbuh secara
fisik dan emosi. Mulai timbul konflik di antara kami. Anak-anak sering berbeda
pendapat denganku. Dalam hubungan mereka sebagai kakak-beradik juga
muncul konflik berupa rasa cemburu, mau menang sendiri bahkan konflik ini
pun sampai pada puncak pertengkaran hebat di antara mereka. Usia kedua
anak perempuanku ini hanya selisih 1,5 tahun. Tetapi ajaib dan indahnya
ciptaan Tuhan, mereka dari sisi wajah dan postur tubuh boleh dikatakan mirip
dan serupa bahkan ada juga yang bilang kembar, tetapi dari segi karakter
sangat berbeda jauh. Yang satu percaya diri, pemberani, cerewet dan yang
satu kebalikannya, pemalu dan pendiam.
Dengan sikap negatif saya seperti ini, tidak tersadarkan keindahan Tuhan
yang memberikan perbedaan di antara kami adalah kelengkapan kami untuk
saling menyempurnakan kelemahan kami. Sikap kedewasaan anak pertamaku
yang selalu berani untuk menegurku ketika aku kalap terhadap anak-anakku,
membuat kritikan tajam bahkan perenungan harianku juga mengajarkan aku
harus bisa merubah karakter burukku. Sifat malu-malu anakku yang kedua
pun, berangsur mulai berubah dengan adanya rasa persaingan di antara
mereka demi menarik perhatian dariku. Mereka suka saling bersaing dalam
segala hal untuk berprestasi, mereka membantuku bahkan sampai ke hal-hal
yang tanpa mereka sadari itu adalah jalan untuk memperbaiki kekurangan
mereka dan mereka pun bisa mulai merubah sikap buruk mereka ke arah hal
yang lebih baik.
Tidak terasa dua tahun hampir tiga tahun kami bertiga menjalani masa-
masa sulit itu, dan berjuang untuk bisa mengatasi hal-hal yang sedemikian
rumitnya. Semua itu kami lakukan dengan saling berkomunikasi, saling
mengingatkan dan sama-sama saling mengkritik. Kritik yang kami lakukan
adalah untuk merubah karakter pribadi kami yang tidak baik menurut
kami menjadi karakter yang lebih baik lagi bagi kami sekeluarga juga bagi
lingkungan kami.
![Page 4: Suka Duka Bersama Anakku - · PDF fileSuatu malam, anakku yang pertama ... Pengalaman Mengembangkan Karakter 189 ... lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence,](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080206/5a78f9517f8b9a43758c0316/html5/thumbnails/4.jpg)
190 Kepompong di Dahan Penabur
Perjuangan yang kami lalui bersama, di mana teguran dari pihak
lingkungan sekolah, seperti anak pertamaku yang over convidence, kadang
ketika disampaikan kepadanya secara langsung, dia tidak dapat menerima.
Namun saat dia merasakan dikucilkan temannya, sepulang sekolah dia ber-
cerita, saya beri pemahaman dan sama-sama berpikir merenung kenapa bisa
terjadi demikian, barulah disadarinya dan mau dia merubahnya. Begitu juga
dangan anak keduaku yang sulit sekali makan, mandi yang selalu harus saya
marah-marah terus, akhirnya punya kesadaran untuk mau makan dan mandi
sendiri karena tahu kalau hal itu pun tidak baik buat kesehatannya.
Penguasaan diri saya pun selalu diuji dalam menghadapi perilaku anak
keduaku. Penguasaan diri untuk tidak marah, memukul dan membanting
barang. Karena secara tidak sadar hal ini pun tertular kepada anak keduaku.
Tetapi saat aku mulai bisa menguasai diri untuk tidak lagi membanting barang,
dan memukul, maka anakku yang keduapun tidak bersikap demikian.
Nilai-nilai kerendahan hati pun juga selalu kupupuk ke anak pertamaku.
Di mana memang memiliki sifat dasar percaya diri dan pemberani, agar
tidak selalu sombong seperti suka pamer. Hal ini kuterapkan ketika sedang
men dampinginya belajar untuk test pada mata pelajaran religion, civic dan
social, sambil saya berikan contoh pada sifat dasarnya yang tidak baik dan
bertentangan dengan nilai-nilainya.
Sampai hari ini pun, kami masih sama-sama saling belajar menyem-
purnakan, membentuk karakter kami yang menurut kami lebih baik di dalam
keluarga juga di lingkungan sekitar kami.
Yulia Andriana
Orang tua Siswa SDK Gading Ser pong