Suhu Udara Dan Anopheles

2
Suhu Udara Suhu udara merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan karena berpengaruh pada stadia dan daur hidup, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya (Krebs 1978 dalam Koesmaryono 1999). Suhu dapat menentukan kecepatan tumbuh kembang nyamuk, yaitu daya tahan nyamuk dewasa, lamanya siklus gonotrofik, periode inkubasi ekstrinsik dan ukuran vektor yang mempengaruhi laju menggigit (Hidayati et al, 2007). Kenaikan suhu meningkatkan proporsi nyamuk untuk menginfeksi, ukuran nyamuk yang kecil menyebabkan nyamuk tersebut dapat terbang lebih jauh dan siklus gonotrofik lebih cepat, sehingga dalam periode hidupnya lebih sering bertelur. Peningkatan suhu 1°C dapat meningkatkan kecepatan angka metabolisme dengan rata-rata konsumsi O 2 dan CO 2 sebesar 10%. Pengaruh peningkatan suhu juga mempengaruhi proses biologis nyamuk seperti kegiatan gerakan bernafas, detak jantung, ritme sirkulasi darah dan kegiatan enzim (Ward, 1992 dalam Saleh, 2002). Pada suhu di atas 32°C-35°C, metabolisme serangga akan terganggu menuju proses fisiologi. Suhu udara rata-rata yang optimun untuk petumbuhan dan perkembangan nyamuk berkisara antara 25°C- 30°C (Chwatt, 1980). Sedangkan perkembangan nyamuk akan terhenti dibawah suhu 10°C dan diatas suhu 40°C (Sukowati, 2004). Pada suhu hangat periode perkembangan larva sekitar 4-7 hari, dan periode kepompong (pupa) sekitar1-3 hari (Rozendaal 1997). Suhu udara juga sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik (Chan et al. 1999; Hidayati et al, 2007; dan Dellate et al. 2009). Peningkatan suhu udara hingga batas tertentu akan menyebabkan masa inkubasi ekstrinsik semakin pendek, sebaliknya semakin rendah suhu semakin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Suhu udara optimum untuk perkembangan Plasmodium di tubuh Anopheles dan proses penularan Plasmodium ke tubuh manusia adalah 20-30 °C. Siklus sporogoni (masa inkubasi ekstrinsik) akan tertunda pada suhu kurang 15 o C bagi Plasmodium vivax, P. malariae, P. ovule, serta suhu kurang 19 °C bagi P. falciparum (Chwatt 1985). Selain itu, suhu udara akan mempengaruhi kontak nyamuk dengan manusia. Menurut penelitian Barodji (1987), nyamuk anopheles akan cenderung menggigit manusia di luar rumah pada suhu 23-24 0 C sedangkan pada suhu 25-26 0 C merupakan suhu optimum nyamuk untuk menggigit manusia di dalam rumah. Hubungan antara temperatur

description

umum

Transcript of Suhu Udara Dan Anopheles

Page 1: Suhu Udara Dan Anopheles

Suhu UdaraSuhu udara merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan

karena berpengaruh pada stadia dan daur hidup, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya (Krebs 1978 dalam Koesmaryono 1999). Suhu dapat menentukan kecepatan tumbuh kembang nyamuk, yaitu daya tahan nyamuk dewasa, lamanya siklus gonotrofik, periode inkubasi ekstrinsik dan ukuran vektor yang mempengaruhi laju menggigit (Hidayati et al, 2007). Kenaikan suhu meningkatkan proporsi nyamuk untuk menginfeksi, ukuran nyamuk yang kecil menyebabkan nyamuk tersebut dapat terbang lebih jauh dan siklus gonotrofik lebih cepat, sehingga dalam periode hidupnya lebih sering bertelur. Peningkatan suhu 1°C dapat meningkatkan kecepatan angka metabolisme dengan rata-rata konsumsi O2 dan CO2 sebesar 10%. Pengaruh peningkatan suhu juga mempengaruhi proses biologis nyamuk seperti kegiatan gerakan bernafas, detak jantung, ritme sirkulasi darah dan kegiatan enzim (Ward, 1992 dalam Saleh, 2002). Pada suhu di atas 32°C-35°C, metabolisme serangga akan terganggu menuju proses fisiologi. Suhu udara rata-rata yang optimun untuk petumbuhan dan perkembangan nyamuk berkisara antara 25°C-30°C (Chwatt, 1980). Sedangkan perkembangan nyamuk akan terhenti dibawah suhu 10°C dan diatas suhu 40°C (Sukowati, 2004). Pada suhu hangat periode perkembangan larva sekitar 4-7 hari, dan periode kepompong (pupa) sekitar1-3 hari (Rozendaal 1997).

Suhu udara juga sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik (Chan et al. 1999; Hidayati et al, 2007; dan Dellate et al. 2009). Peningkatan suhu udara hingga batas tertentu akan menyebabkan masa inkubasi ekstrinsik semakin pendek, sebaliknya semakin rendah suhu semakin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Suhu udara optimum untuk perkembangan Plasmodium di tubuh Anopheles dan proses penularan Plasmodium ke tubuh manusia adalah 20-30 °C. Siklus sporogoni (masa inkubasi ekstrinsik) akan tertunda pada suhu kurang 15 oC bagi Plasmodium vivax, P. malariae, P. ovule, serta suhu kurang 19 °C bagi P. falciparum (Chwatt 1985). Selain itu, suhu udara akan mempengaruhi kontak nyamuk dengan manusia. Menurut penelitian Barodji (1987), nyamuk anopheles akan cenderung menggigit manusia di luar rumah pada suhu 23-240C sedangkan pada suhu 25-260C merupakan suhu optimum nyamuk untuk menggigit manusia di dalam rumah. Hubungan antara temperatur dan lamanya siklus sporogoni (n) dinyatakan dalam persamaan (Macdonald, 1957 dalam Craig, 2009) :

n= DDT−T min

Dengan n adalah lamanya siklus sporogoni, DD adalah total degree days untuk perkembangan parasit (111 hari untuk P. falciparum), T adalah Suhu udara rata-rata dan Tmin adalah suhu udara minimum yang di butuhkan oleh parasit untuk berkembang (160C untuk P. falciparum). Suhu udara yang tinggi akan mempercepat perkembangan nyamuk sehingga kontak antara nyamuk dengan manusia akan lebih sering terjadi. Suhu yang tinggi juga akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup nyamuk. Pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup harian nyamuk (P) diberikan oleh persamaan (Martens, 2002) :

P=e−1/(−4.4+1.3T−0.03T2)

Page 2: Suhu Udara Dan Anopheles

Dengan P adalah kelangsungan hidup nyamuk, dan T suhu udara rata-rata. Sedangkan hubungan antara suhu dengan lamanya perkembangan larva diberikan oleh persamaan (Sueur, 1991 dalam Craig, 2009 ) :

ld=1/(0.00554T−0.06737)

Dengan ld adalah durasi perkembangan larva, dan T adalah suhu udara rata-rata.