sugeng

download sugeng

of 9

description

kv'gktkl

Transcript of sugeng

DAFTAR ISIDaftar Isi1I. Pendahuluan

1.1. Latar belakang2

1.2. Tujuan2II. Pembahasan

2.1. Sistem Saraf Otonom (SSO)3

2.1.1. Sistem Saraf Simpatis3

2.1.1.1. Medula Adrenal4

2.1.2. Sistem Saraf Parasimpatis4

2.2. Mekanisme Kerja SSO4

2.3. Pusat SSO5

2.4. Struktur Saraf Secara Umum6III. Penutup

3.1. Kesimpulan8Daftar Pustaka9I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem saraf merupakan salah satu kontrol utama tubuh yang amat berperan. Sistem saraf dibentuk oleh jaringan interaktif kompleks dari tiga jenis dasar sel saraf, yaitu: neuron aferen, neuron eferen, dan antarneuron. Secara garis besar, sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.1Sistem saraf perifer merupakan penghubung antara sistem saraf pusat dengan organ-organ (aferen dan eferen). Sistem saraf perifer ini dapat bekerja secara involunter (tidak dipengaruhi sadar) seperti sistem saraf otonom dan secara volunter (kehendak sadar) seperti sistem saraf somatik.1Setiap kejadian dalam tubuh manusia akan selalu memiliki hukum sebab akibat. Sebelum lebih jauh mempelajari tubuh manusia kelak, perlu kita ketahui cara kerja normal dari sistem saraf dalam tubuh ini sendiri.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan makalah sistem saraf otonom ini adalah untuk memperdalam pengetahuan serta memenuhi tugas belajar mandiri blok 6.II. PEMBAHASAN2.1. Sistem Saraf Otonom (SSO)

Sistem saraf otonom merupakan percabangan involunter difisi eferen perifer yang mempersarafi otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar eksokrin, dan sebagian kelenjar endokrin.

Sistem ini mengontrolorgan viseral secara involunter dalam keadaan normal sehingga bekerja tanpa disadari dan tak bisa dikendalikan. Misalnya: tekanan darah, sirkulasi, keringat, pencernaan, dan ukuran pupil.1,2 Sebagai tambahan, axon tidak memiliki mielin sehingga penghantar rangsang lebih lambat dari motorik somatis.Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua subdivisi yang menimbulkan efek bertentangan pada organ-organ tertentu, yaitu sitem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.1,22.1.1. Sistem Saraf SimpatisSerat saraf simpatis berasal dari daerah thoracal dan lumbal korda spinalis. Bagian preganglion simpatis kolinergik menghubungkan ke rantai ganglion yang berukuran pendek, sedangkan serat postganglion adrenergik menghubungkan rantai ganglion ke eferen yang berukuran lebih panjang.Dominansi kerja simpatis dalam suatu organ akan timbul apabila kecepatan pembentukan potensial aksi serat-serat simpatis meningkat melebihi tonus otot disertai dengan penurunan kerja parasimpatis. Juga dikenal sebagai sistem saraf katabolik. Sistem simpatis meningkatkan respon yang mempersiapkan tubuh melakukan aktifitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat seperti ancaman fisik dari lingkungan luar. Respon ini dikenal sebagai fight or flight respons, karena simpatis menyiapkan tubuh melawan atau melarikan diri dari ancaman. Jantung berdenyut lebih kencang dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, saluran nafas terbuka lebar, glikogen dan simpanan lemak dipecahkan, pembuluh darah dilatasi. Ini semua bertujuan untuk membawa darah dan nutrisi serta O2 lebih banyak ke seluruh tubuh sebagai antipasi terhadap kerja fisik yang berat.1-32.1.1.1. Medula Adrenal

Merupakan kelenjar endokrin yang dikenal sebagai kelenjar adrenal, dianggap sebagai suatu modifikasi ganglion simpatis yang tidak membentuk serat postganglion. Kelenjar ini akan mengeluarkan hormon ke dalam darah apabila dirangsang oleh serat preganglion yang berasal dari sistem saraf pusat. Oleh sebab itu hormon tersebut identik dengan neurotransmiter simpatis. Sekitar 20% yang dikeluarkan adalah norepinefrin dan 80% sisanya zat terkait erat, yaitu adrenalin. Hormon ini akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis.Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin ini akan memberikan efek meluas pada seluruh tubuh dan memerlukan waktu cukup lama. Efek yang ditimbulkanpun tidak hilang seketika namun dapat berjam-jam bahkan berhari-hari sehingga dapat dinyatakan pemulihannya lambat.

2.1.2. Sistem Saraf ParasimpatisBerasal dari daerah kranial dan sakral sistem saraf pusat. Berkebalikan dengan simpatis, saraf parasimpatis memiliki preganglion kolinergik yang panjang dan proganglion yang lebih pendek. Dominansi parasimpatis akan mendorong kerja saraf simpatis sehingga terdapat keseimbangan kerja antar keduanya dalam suatu organ.Parasimpatis lebih berperan dalam situasi tenang dan fileks. Tubuh lebih memusatkan diri melakukan kegiatan sehari-hari yang umum untuk menjaga keseimbangan dan kestabilan tubuh (homeostatis) dengan kata lain berfungsi melindungi tubuh. Juga dikenal sebagai sitem saraf anabolik.

2.2. Mekanisme Kerja SSO

Kerja sistem saraf otonom sama seperti sitem saraf pada umumnya. Sama-sama memiliki aferen, pusat, eferen, dan neurotransmiter.Rangsangan akan disampaikan ke pusat oleh aferen (saraf sensoris) lalu akan diproses di sistem saraf pusat lalu akan dikirimkan perintah melalui eferen (saraf sensoris). Perlu diingat, pada saraf otonom terdapat ganglion antarneuron yang membagi eferen menjadi dua bagian. Bagian sebelum ganglion disebut saraf preganglion atau praganglion, sedangkan bagian serat sesudah ganglion disebut saraf pascaganglion atau postganglion. Terdapat perbedan antara saraf simpatis dan parasimpatis dalam eferennya, dapat diperjelas melalui tabel dibawah ini:1-5PerbedaanSimpatisParasimpatis

Panjang serat preganglionPendek Panjang

Neurotransmiter preganglionAsetilkolinAsetilkolin

Panjang serat postganglionPanjangPendek

Neurotransmiter postganglionNorepinefrin atau EpinefrinAsetilkolin

Reseptor EferenAdrenergik Muscarinic

Semua ujung terminal preganglion, baik itu simpatis maupun parasimpatis bersifat nicotonic, dapat diaktifkan oleh turunan tembakau atau nikotin. Reseptor ini mampu merespon asetilkolin. Pada ujung terminap postganglion parasimpatik ditemukan reseptor muscarinik yang dapat diaktifkan oleh racun jamur dan merespon juga terhadap asetilkolin. Lain halnya dengan, reseptor asetilkolin (kolinergik), ujung terminal postganglion simpatis bersifat adrenirgik yang merespon terhadap epinefrin atau norepinefrin. Reseptor itu dirancang sebagai reseptor alfa dan beta yang terbagi lagi menjadi beta1 dan beta2.1,2,4,62.3. Pusat SSOPusat pengendalian sistem saraf otonom berbeda-beda pada setaip organ, namun secara garis besar, SSO dikendalikan oleh encephalon dan medula spinalis. Jaras otonom berasal dari tiga daerah utama yaitu; lobus frontalis, sistem limbic primitif (hippocampus, amigdala, dan cortex penghidu), dan hypothalamus.

Secara ringkas dapat dinyatakan pusat integrasi fungsi otonom beserta fungsinya adalah sebagai berikut:2,51. Fungsi hypothalamus:

Pusat autonom Pusat pengatur suhu Pusat makan Pusat ekspresi emosi Pusat tidur dan jaga Pusat hadiah dan hukuman (reward and punishment) Pusat keseimbangan air

2. Fungsi medula spinalis: Refleks berkemih (fasilitasi di pons dan hipotalamus posterior dan inhibisi di mesencephalon)

3. Fungsi medula oblongata:

Refleks menelan (mendorong makanan ke faring belakang)

Batuk (iritasi epitel trakhea dan bronkhi)

Bersin (iritasi epitel hidung)

Muntah (iritasi lambung)

4. Fungsi mesencephalon:

Refleks cahaya pada pupil.5. Korteks cerebri

Merangsang sistem limbic (hippocampus, amigdala, dan septal) hingga memberi jawaban/respon terhadap rangsang otonom. Ditunjang oleh kegiatn endokrin dan morik.2.4. Struktur Saraf Secara UmumSel saraf memiliki badan sel yang mengandung nukleus, sitoplasma, dan organel-organel, serta prosesus/juluran yang terdiri dari satu akson dan beberpa dendrit.Jaringan saraf perifer adalah berkas saraf diluar susunan saraf pusat. Secara umum terdiri dari dendrit dan axon. Serat saraf tepi dalam potongan memanjang terlihat sebagai pita tebal dan tipis yang merupakan serabut saraf bermielin dan axon yang polos.

Pada sistem saraf perifer, terdapat aferen yang membawa informasi ke SSP dan eferen yang membawa perintah dari otak. Berdasarkan keberadaan selubung mielin, serat saraf dibagi menjadi serat saraf bermielin dan serat saraf tak bermielin.

Saraf ini juga dibungkus oleh jaringan ikat, setiap serat otot dibungkus oleh endoneurium (jaringan ikat longgar). Kumpulan dari serat otot ini akan dibungkus oleh perinerium (jaringan ikat padat kolagen). Sedangkan kumpulan dari saraf ini akan dibungkus oleh epinerium (jaringan ikat fibrosa).

Bila terjadi kerusakan pada sel saraf pusat, akan terjjadi kerusakan yang permanen karena sel tersebut tidak dapat digantikan lagi. Sedangkan bila terjadi kerusakan pada serat saraf perifer, akan terjadi regenerasi yang dikenal dengan reaksi akson.

Sistem saraf otonom memiliki kumpulan neuron yang terletak diluar SSP yang disebut ganglia. Sel ganglia autonom memiliki ukuran lebih kecil daripada ganglia kraniospinal, berbentuk multipolar, memiliki beberapa dendrit, dan akson tidak bermielin.disekitar perikarion juga ditemukan beberapa sel kapsul.7Pada ujung saraf, akan ada hubungan dengan organ perifer, mungkin satu atau bahkan lebih. Beberapa serat saraf bahkan berakhir bebas diantara sel jaringan (berakhir pada epitel), seperti saraf-saraf otonom yang sedang dibahas.

Cabang terminal serat otonom mengandung abnyak tonjolan atau varicosities yang secara simultan mengeluarkan neurotransmiter ke daerah luas pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel. Pelepasan ini bersifat difusi dan akan disebarkan melalui gap junction sehingga jelas bahwa saraf otonom mempengaruhi keseluruhan sebuah organ bukan sel satu per satu.III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem saraf otonom tidak dapat dikendalikan oleh keadaan sadar dan akan terus beraktivitas, terbagi menjadi sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Simpatis dan parasimpatis memiliki cara kerja yang antagonis namun pada organ tertentu mereka bekerja sama.

Sistem saraf otonom bekerja lambat karena axon tidak memiliki mielin.

Sistem simpatis kelenjar adrenal memberi efek dalam jangka waktu yang cukup lama akibat sekresi kelenjar endokrin yang menyebar secara difusi ke organ-organ tubuh. DAFTAR PUSTAKA1. Lauralee Sherwood. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta: EGC, 2001.2. Indriani K S. Bahan Kuliah fisiologi blok 6: Neuroscience; sistem otonom. Jakarta: Bag.Faal FK Ukrida, 2010.3. Wong Winami W. Bahan kuliah anatomi blok 6: Neuroscience; sistem saraf otonom dan saraf sensorik viseral. Jakarta: Bag.Anatomi FK Ukrida, 2010.4. Mahar M dan Priguna S. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat: 2010.5. Wong Winami W. Buku ajar anatomi: Neurosains. Jakarta: Bag.Anatomi Fakultas Kedokteran Ukrida, 2008.6. Robbert K Murray. Biokimia harper. Ed.27. Jakarta: EGC, 2009.7. Fajar A G dan Elna K. Penuntun praktikum: kumpulan foto mikroskopik HISTOLOGI. Jakarta: Universitas Trisakti, April 2009.1