SUDAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK … filebanyak aspek yang didalami didalam kunjungan kerja...
Transcript of SUDAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK … filebanyak aspek yang didalami didalam kunjungan kerja...
SUDAH
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI VII DPR RI
DENGAN
KEPALA LAPAN DAN DIREKTUR UTAMA PT DIRGANTARA INDONESIA, DIRJEN
RISTEKBANG
Tahun Sidang : 2017-2018
Masa Persidangan : III (tiga)
Rapat ke- :
Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat
Hari, Tanggal : Rabu, 24 Januari 2018
Waktu : 11.22 WIB – 13.43 WIB
Tempat : R. Rapat Komisi VII
Ketua Rapat :
Dr. Ir. H.E. HERMAN KHAERON, M.SI/F-PD. (Wakil Ketua
Komisi VII/F-PD)
Sekretaris Rapat :
Dra. Nanik Herry Murti (Kepala Bagian Sekretariat Komisi
VII)
Acara : 1. Pengembangan Rancang Bangun Pesawat N-219
2. Dan lain-lain
Hadir : 23 Anggota
Dengan rincian:
Fraksi PDI-P 4 orang dari 9 Anggota
Fraksi Partai Gerindra 5 orang dari 7 Anggota
Fraksi Partai Golkar 5 orang dari 8 Anggota
Fraksi PAN 1 orang dari 5 Anggota
Fraksi Partai Demokrat 5 orang dari 5 Anggota
Fraksi PKB ... orang dari 4 Anggota
Fraksi PKS 1 orang dari 3 Anggota
Fraksi PPP 1 orang dari 3 Anggota
Fraksi Partai Hanura ...orang dari 2 Anggota
Fraksi Partai Nasdem 1 orang dari 3 Anggota
JALANNYA RAPAT: KETUA RAPAT (Dr. Ir. H.E. HERMAN KHAERON, M.SI/F-PD): Yang kami hormati Anggota Komisi VII DPR RI; Yang kami hormati Dirjen Risbang, Kepala Lapan dan Direksi PT Dirgantara Indonesia. Hari ini adalah Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan agenda fokus kepada pengembangan rancang bangun pesawat N-219 dan saya kira ini paripurna karena Lapan sebagai pemilik project, dirgantara sebagai pelaksana, kemudian Risbang sebagai policy maker saya kira hadir disini dan tentu ini adalah saat yang bisa memutuskan tentang masa depan N-219 dan saya biasa karena agenda lain-lain Pak Dirjen Risbang, kalau Pak Lapan sudah kemarin ya Pak Kepala Lapan kemarin sudah menyampaikan mengenai program kemasyarakatan karena kita sudah akan masuk direses dipertengahan bulan depan, sehingga harus ada rencana yang tentu ini disampaikan oleh para mitra terkait dengan program kemasyarakatan.
Jadi nanti tambahannya itulah meskipun barangkali belum ada list dan juklak-juklis yang lebih pasti, tetapi secara naratif ini bisa ditindaklanjuti antara Komisi VII DPR dengan Dirjen Risbang. Saya mohon izin sudah hadir 10 Anggota, 6 fraksi. Mohon izin seluruh Anggota Komisi VII DPR dan Bapak-Ibu sekalian untuk membuka ini dan apakah disetujui ini? setuju ya? Dengan demikian, dengan mengucapkan bismillahirrohmannirrohim, maka saya nyatakan RDP ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.
RAPAT DIBUKA PUKUL 11.22 WIB Pertama-tama kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena hari ini kita bisa melaksanakan tugas konstitusional kita dalam keadaan sehat wal’afiat. Yang kedua, setelah kami melakukan kunjungan kerja Komisi VII DPR ke PT Dirgantara dan kami melihat progress yang sangat baik dan tentu banyak aspek yang didalami didalam kunjungan kerja itu, salahsatunya adalah bagaimana penyelesaian N-219 ini menjadi pada tahap akhir yaitu tahap komersialisasi dan banyak hal yang tentu secara tahapan nanti dijelaskan oleh PT Dirgantara secara teknis.
Namun demikian, tentu kami menangkap satu kendala besar adalah ketersediaan anggaran. Masih kurang Rp81 miliar. Bukan triliun ya? bukan triliun. Kalau Rp81 triliun sudah bisa memproduksi berapa banyak itu. masih kekurangan anggaran Rp81 miliar yang tentu ini bagaimana cara menutupnya dan bagaimana cara memenuhinya, yang terpenting bahwa kekurangan itu adalah ditahun ini dan kita masih punya cukup waktu untuk bagaimana strategi yang ingin dilakukan oleh pemerintah agar kekurangan anggaran itu bisa terpenuhi, tentu kita berharap ada anggaran cadangan yang ini bisa meng-cover atau barangkali kita menunggu kepada APBN Perubahan.
Bagi Komisi VII DPR kepentingannya adalah PT Dirgantara Indonesia dapat menyelesaikan N-219 sampai tuntas, sampai pada tahap uji coba dari 300 berapa Pak? 300 berapa jam? 350 jam baru diselesaikan 16 jam. Jadi masih sangat jauh untuk proses uji coba. Belum lagi kemarin masih penyelesaian untuk proto type kedua dan tentu ini butuh proses kalau kemudian terkendala oleh anggaran dan lain sebagainya, ini juga akan menghambat terhadap penyelesaian project N-219. Saya kira itu sebagai pengantar dan kami persilakan dimulai dari koordinator LPMK yang selama ini dibawah Komisi VII DPR. Pak Dirjen Risbang silakan untuk menyampaikan beberapa hal yang tentu terkait dengan 219, kemudian nanti Kepala Lapan dan selebihnya nanti secara teknis PT Dirgantara Indonesia untuk menyampaikan hasil terakhir dan melaporkannya kepada Komisi VII DPR. waktu dan kesempatan kami persilakan. DIREKTUR RISBANG (Dr. MUHAMMAD DIMYATI): Terima kasih. Bismillahirrohmannirohim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang kami hormati dan kami banggakan Pimpinan Komisi VII DPR yang sangat kami hormati; Para Anggota Komisi VII DPR, rekan-rekan dari Lapan khususnya Pak Kepala Lapan dan teman-teman dari Direksi PT DI. Sesuai dengan undangan rapat dari Komisi VII DPR bahwa pagi ini kita akan membicarakan hal yang berkaitan dengan pengembangan rancang bangun pesawat N-219. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ketua Komisi tadi kami diberi tugas untuk mengkoordinasikan LPMK dalam kaitan riset dan pengembangan. Izinkan kami sebelum menyampaikan beberapa slide terkait dengan dukungan Kemenristek Dikti terhadap pengembangan N-219 yang nanti barangkali bisa menjadi tambahan prespektif untuk menyikapi program ini kedepan utnuk menyampaikan secara singkat tentang ekosistem riset kita secara nasional dan itu pun akan kami batasi pada beberapa hal saja. Yang pertama, kalau kita bicara dalam konteks anggaran secara nasional gross … research and development kita itu 0,25% pro JDP dan kalau dirupiahkan itu Rp30,78 triliun rupiah. Nah kalau kita lihat dibandingkan dengan negara tetangga kita saja misalnya Thailand dia sudah mendekati 1%, sementara Malaysia sudah 1% dan Singapura sudah 2% lebih yang ada dalam gambar kiri atas tersebut, dan potret ini untuk kondisi pemerintah kita, kondisi negara kita yang tidak begitu tinggi dalam konteks… ternyata didominasi oleh anggaran pemerintah yaitu 84%, sementara kalau kita lihat gambar kanan atas itu dinegara-negara tetangga kita termasuk juga Cina, Korea dan Jepang dominasi anggaran mereka oleh swasta.
Jadi ada posisi yang terbalik dalam konteks anggaran research, dan bukan hanya itu dari anggaran pemerintah yang 24, 9 triliun atau …% tadi itu yang betul-betul digunakan untuk riset itu hanya Rp10,9 triliun ya, sisanya untuk jasa iptek, untuk operasional dan sedikit belanja modal terkait dengan peralatan-peralatan atau bahan-bahan riset. Selain itu, kondisi SDM kita, SDM peneliti kita sekarang ini kita punya 1071/1 juta penduduk. Itu pun sudah kita hitung para dosen yang sebetulnya tidak secara intens melakukan penelitian, tapi dia punya status sebagai peneliti. Kalau kita hitung betul peneliti yang intens melakukan penelitian jumlahnya kurang dari 500/1 juta penduduk. Jadi itu kondisi SDM Kemudian sarana prasarana untuk penelitian. Secara garis besar saya bisa sampaikan bahwa hampir sebagian besar perangkat lab pendukung penelitian itu relative sudah usang karena kebanyakan mendapatkan bantuan kira-kira 10-15 tahun yang lalu dan hanya beberapa lab saja yang mampu melakukan perbaikan-perbaikan fasilitas laboratorium dan juga produktivitas peneliti kita kalau dibandingkan dengan Korea apalagi itu masih berada pada titik yang sangat rendah. Kita masih dua, Korea sudah 60. Itu sebagai suatu gambaran. Sementara kalau kita bicara dari anggaran UNESCO itu punya analisis dikita itu sebetulnya idealnya sekarang ini sudah pada posisi 1%/jdp. Jadi kita masih pada kondisi yang jauh dari harapan. Kemudian lanjut pada slide berikutnya, walaupun kondisinya seperti tadi, tapi teman-teman ternyata masih bisa juga melakukan penelitian dengan kondisi yang kurang prima dan terlihat dari sana dari hasil-hasil riset tersebut, tidak banyak yang bisa didorong atau dilanjutkan pada proses hilirisasi. Ada hukum sekitar 10 sampai 20% misalnya pengalaman di Amerika itu dari 100% invensi yang bisa dilanjutkan pada proses inovasi itu hanya 22%, yang lainnya gagal secara teknis atau berhenti karena berbagai hal. Dari 22% tersebut yang bisa didorong keproses difusi itu hanya 40% dan dari 40% itu hanya 8,8% yang bisa berhasil. Itu yang ada gambar dikiri bawah. Gambar yang kanan atas itu kita lihat dikita pun juga demikian.
Dari hasil banyak riset itu yang nantinya jadi kekayaan intelektual, apalagi dari produk dan head atau super head jumlahnya selalu mengikuti tren kurang dari 10% dan kalau kita evaluasi secara garis besar, para peneliti kita di Perguruan Tinggi maupun lembaga Litbang baik itu LPMK maupun lembaga Litbang kementerian itu masih banyak konsentrasi pada riset yang menghasilkan invensi dan inovasi. Belum banyak berinteraksi dengan indusri dalam konteks mendorong produk tersebut dan ini sebagian potret kita tentang penelitian dan pengembangan direpublik ini. sekali lagi, walaupun kondisinya seperti itu, Alhamdulillah kita masih bisa mengomunikasikan secara riset melalui publikasi yang terindek global dan bersyukurnya lagi dalam waktu 20 tahunan kita tertinggal dari Thailand baru tahun ini kita bisa mengungguli sedikit dari Thailand dan kita berkeinginan untuk bisa 1-2 tahun kedepan bisa sejajar dengan Malaysia atau
Singapura seperti yang ada digambar tersebut dan dari perhtiungan kita sangat memungkinkan kalau kondusitas riset kita dijaga, namun tentunya bukan hanya publikasi. Hasil publikasi itu perlu didorong menjadi produk-produk yang saya sampaikan didepan dan dari jumlah publikasi kita yang sekarang ini terindeks global itu sekitar 17.000-an. 13.500-an itu berasal dari perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta. Ini dari data yang kita punya yang Bapak-ibu juga bisa melihat.
Dari informasi yang ditayangkan oleh Sukopus. Untuk itulah, maka dengan profile yang ada tadi dimana anggaran SDM dan peralatan kita relative tidak prima dalam melakukan riset, kita tidak ingin kalau dalam bahasa jawanya itu “mengecer-ngecer uang yang tidak banyak tadi, sehingga kita ingin fokus pada bidang-bidang tertentu”. Pada tayangan ini kita tunjukan bahwa dari 10 bidang fokus yang kita rumuskan dalam rencana induk riset nasional sampai Tahun 2045 misalnya dalam bidang transportasi kita tidak ingin melakukan penelitian dari a sampai z, tapi hanya fokus pada tiga atau empat tema. Masing-masing tema bisa di breakdown menjadi beberapa topik dan masing-masing topik bisa menjadi beberapa judul dan penentuan tema atau topik ini oleh teman-teman dari semua komunitas riset yang termasuk industri yang kita lakukan 1-1,5 tahun yang lalu dan dalam konteks transportasi ini N-219 merupakan salah satu bagian dari topik yang terkait dengan moda udara. Untuk itulah, maka program N-219 mendapatkan prioritas dukungan juga dari Kemenristek Dikti dalam penyelesaiannya dan pada saat kita mencoba melakukan beberapa fokus pada 10 bidang tadi, tidak sedikit kritik maupun masukan yang sampai kepada kita antara lain misalnya kenapa pada kondisi negara seperti ini kita tidak concern saja pada riset yang mengedepankan sumber daya alam dan juga ada kritikan-kritikan dalam konteks yang terbalik dari itu.
Kenapa tidak pada flontir riset yang bisa memberikan lompatan-lompatan kuantum dalam kemajuan. Nah untuk itu, kita ingin pastikan bahwa pada setiap periode pada konteks ini kita gambarkan 5 tahunan, kita melakukan riset untuk 6 kelompok makro riset secara bersamaan, hanya porsinya saja yang berbeda-beda misalnya dalam 5 tahun sesuai dengan perjalanan dan sesuai dengan commitment dalam nawacita kita, kita melakukan riset pada bidang 10 tadi dan riset terapan berbasis sumber daya alam menjadi porsi yang lebih utama, tetapi dalam tahun ini juga kita melakukan riset teknologi tinggi dan juga riset flontir, dan sampai dengan Tahun 2045 nanti secara periodic kita akan geser prioritasnya seperti yang ada dalam tayangan tadi. Bapak-Ibu yang saya hormati N-219 merupakan salah satu contoh riset dalam bidang transportasi untuk kelompok makro, research manufactur dan untuk itulah, maka izinkan kami dengan gambaran informasi riset yang kami sampaikan tadi, concern Kemenrerian Riset Dikti dalam mendukung salah satu bagian dari fokus yang disebutkan dalam rencana induk tadi, beberapa program maupun kegiatan yang terkait dengan N-219. Yang pertama, kami ingin mengawali bahwa program yang kita lakukan untuk mendukung ini terkait dengan nawacita ketiga, keenam dan ketujuh ya yang itu juga merupakan salah satu concern-nya Kementeriannya Ristek Dikti yang ditindaklanjuti dengan rumusan Renstranya sampai dengan Tahun 2019, dimana meningkatnya Iptek dan inovasi menjadi salah satu indicator yang harus dicapai dalam kurun waktu Tahun 2019 nanti. Dalam konteks itulah, maka riset Dikti mendapatkan dukungan anggaran ya pada tahapan berikutnya sebesar Rp41,28 triliun dan anggaran tersebut yang berasal dari pendidikan Rp40,39 triliun, sementara dari ristek atau layanan umum Rp0,89 triliun atau Rp890 miliar. Anggaran layanan umum yang Rp890 miliar tadi sudah terikat pada beberapa program terkait misalnya yang berkaitan dengan belanja modal itu ada Rp71,7 miliar yang terkait dengan PHLN, ini terkait dengan riset… pada capacity building itu Rp173,5 miliar, kemudian PNBP dan BLU itu Rp10,9 miliar, sehingga dari Rp890 miliar tersebut hanya Rp634,1 miliar yang dapat kita gunakan untuk melaksanakan prioritas program nasional maupun prioritas programnya kementerian/lembaga dan sesuai dengan kesepakatan dalam program prioritas nasional dari Rp634 tersebut, Rp112,8 digunakan untuk mendukung program prioritas nasional, sementara yang 521 untuk prioritas kelembagaan. Dari besaran Rp890 miliar anggaran layanan tersebut yang dikelola oleh Kemenristek Dikti itu didistribusikan untuk lima penggunaan atau dikelola oleh 4 dirjen. Dirjen Kelembagaan mengelola Rp187 miliar, Dirjen Sumber Daya Iptek mengelola
Rp203 miliar, Dirjen Penguatan Risbang Rp253 miliar dan Penguatan Inovasi sebesar 153,8 miliar, sisanya untuk dukungan managemen. Uraian lebih rinci dari anggaran yang ada dipenguatan Dirjen Risbang yang Rp253,5 tadi itu ada 69 miliar anggaran dari Lembaga Itman artinya Dirjen Risbang mengelola anggaran sekitar 190-an miliar. Seperti yang ada dalam tayangan sebelah kanan itu dan anggaran yang dikelola Dirjen Risbang itu digunakan untuk insentif riset sinas dan untuk pengembangan teknologi industri serta pengelolaan kekayaan intelektual. Dominasi anggaran tersebut yang selama ini kita berikan kepada LPMK untuk mendukung fleksib dari masing-masing LPMK tersebut. Sementara anggaran yang dikelola Dirjen Penguatan Inovasi, dominasinya untuk pengembangan perusahaan pemula berbasis teknologi dan penguatan inovasi industri dengan angka yang ada didalam tayangan kanan bawah. Bapak-Ibu yang saya hormati Sebagai gambaran, bagaimana kami bisa mendukung program N-219, kami ingin sampaikan bahwa kami diberi tugas oleh Menteri Ristek Dikti yang tercantum didalam Perpres 13 Tahun 2012 salah satu yang terkait dengan program ini adalah untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan saja artinya koordinasi yang dimaksud tidak mencakup koordinasi penyusunan program, penyusunan anggaran apalagi SDM. Jadi dengan gambaran tersebut, anggaran yang ada di kita, kita coba optimalkan dan sinergikan dengan berbagai pihak termasuk LPMK dalam hal ini LAPAN untuk mendukung program N-219 tersebut dan kalau kita beralih pada pembicaraan N-219 sebetulnya program ini diinisiasi dalam kaitan dengan dukungan penganggaran yang ada di riset Dikti mulai Tahun 2013-2014 dengan disetribusi anggaran yang nanti teman-teman LAPAN dan PT DI akan menyampaikan lebih rinci lagi. Jadi pada posisi Tahun 2014-2015 sampai dengan 2017 besaran anggaran untuk pengembangan N-219 seperti yang tertayang disana dengan total anggaran sebesar Rp507 miliar dan Tahun 2018 untuk mencukupi test flied-nya dalam konteks ini sertifikasi terbang, teman-teman LAPAN dan PT DI masih kekurangan dengan anggaran Rp81,8 miliar. Pada tayangan berikutnya, kami ingin melaporkan kepada Komisi VII DPR ini sebagai dukungan riset Dikti dalam pengembangan N-219. Pada Tahun 2013 dan 2014 dengan dukungan Program Insinas, kita mem-back up konsorsium BPPT dan PT DI, ITB dan LAPAN untuk menganalisis komputasional dari flied tren 2009 yang merupakan aktivitas-aktivitas awal dari pengembangan Program N-219. Kemudian pada saat itu diperlukan anggaran lebih besar dan kita memohon kepada Menristek Dikti untuk dapat menyurati Bappenas dan Kementerian Keuangan yang akhirnya dialokasikan anggaran dariapapun sebesar yang dibutuhkan LAPAN, namun karena dicairkannya sudah pada tengah tahun anggaran, jadi tidak seperti yang diusulkan, yang diberikan kepada LAPAN. Kemudian pada Tahun 2017 kita juga mem-back up dengan kegiatan insinas maupun PBTI dan juga dalam konteks konsorsium BPPT, PT DI, ITB dan LAPAN baik untuk uji flat tren N-219, demikian juga dengan BPPT, PT DI dan PT Aura Asia untuk program pengujian panel interiorir 219 dan yang deprogram insinasinya untuk menguji flat termodel Halvin dari N-219 dan ada kegiatan lanjutannya Insinas masih mem-back up kegiatan-kegiatan konsorsium untuk optimalisasi ergonomic dari konfigurasi cockpit N-219. Kemudian setelah kami mendapatkan informasi dari Kepala Lapan bahwa kekurangan anggaran untuk memenuhi persyaratan-persyaratan untuk layak terbang, kita langsung secara intens atau mencoba mencari jalan keluar dengan menghubungi beberapa institusi terkait termasuk Kementerian Perindustrian, Kemenhub dan BAPPENAS serta Kementerian Keuangan, tapi ternyata belum ditemukan satu solusi yang menggembirakan pada saat itu, sehingga kita tidak lanjuti dengan meminta dan mengundang Direktur Utama PT DI untuk berdiskusi dengan Pak Menteri mendapatkan… dari Pak Menteri dan akhirnya didapatkan satu arahan bahwa pesawat N-219 harus segera dilaporkan kepada Pak Presiden sekaligus untuk memberikan nama dan terjadilah kegiatan itu pada Bulan November dan setelah itu kekurangan Rp81 miliar tadi kita coba komunikasikan artinya Pak Menteri Riset Dikti mengirimkan surat kepada Menteri Bappenas untuk mendapatkan dukungan penganggarannya dan Alhamdulillah kemarin kami bertemu dengan Pak Menteri Bappenas secara prinsip beliau mendukung upaya yang sedang berjalan ini harus segera dikomunikasikan
dengan Kementerian Keuangan untuk mendapatkan dukungan dari BAPUN lagi dan tadi pagi kami mendapatkan informasi dari Deputi di BAPPENAS bahwa konsep surat dari Menteri Bappenas ke Menteri Keuangan telah dibuat artinya dalam waktu dekat pemerintah akan segera meluncurkan, ke BAPPENAS akan segera meluncurkan surat tersebut kepada Menteri Keuangan sebagai salah satu alternative solusi untuk menutup anggaran Rp81 miliar penyelesaian N-219 tersebut. Bapak-Ibu yang kami hormati. Inilah gambaran garis besar information research kita dan dukungan Kementerian Dikti terhadap pengembangan N-219. Untuk selanjutnya, mohon izin agar teman-teman Lapan dan PT DI agar bisa menyampaikan penjelasan secara lebih rinci, sehingga kita bisa mendapatkan potret secara keseluruhan, sehingga kita nantinya akan bisa memberikan dukungan yang lebih produktif dan sebelum kami akhiri sesuai dengan pesan ketua komisi tadi bahwa Kemenristek Dikti khususnya Direktorat Penguatan Riset dan Pengembangan dalam rangka mendorong dan mendesiminasikan hasil-hasil penelitian utamanya teknologi tepat guna, kita memiliki program yang namanya diseminasi teknologi tepat guna pada masyarakat yang siap mendapatkan dukungan dan sinergitas dari teman-teman Komisi VII DPR, namun kami mengusulkan agar sinergitas ini segera dimulai ditahun anggaran ini, sehingga prosesnya bisa lebih lancar dan kita lakukan dengan lebih baik dan produktif. Demikian yang bisa kami sampaikan. Kami mohon izin agar LAPAN dan PT DI bisa melanjutkan penjelasan secara lebih rinci. Terima kasih Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT: Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh Pak Satya silakan. WAKIL KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Saya ingin memberikan penekanan saja, tadi terhadap konsep mulai daripada
invasi sampai dengan difusi ya, memang masalah hilirisasi riset yang berbasis inovasi
itu kita rendah sekali Pak. Nah ini tentunya setelah kita coba teliti begitu, kita pun juga
tidak punya undang-undang inovasi ya. Jadi RUU yang sekarang lagi digulirkan kan
lebih kepada Sisnas Iptek, nah padahal kalau menurut saya kalau itu bisa dipecah
menjadi ada satu undang-undang inovasi mungkin akan jauh lebih baik Pak. Saya ambil
contoh misalnya begini, perlunya itu saya tidak tahu apakah saya dengar
perkembangannya Dewan Riset Nasional, Dewan Riset Daerah itu rencananya mau
ditiadakan. Padahal kita ingin mewadahi sebetulnya didaerah-daerah itu mempunyai
keunggulan-keunggulan yang unik antara satu daerah dengan daerah yang lain. Itukan
mesti dipikirkan Pak.
Jadi kalau DRB itu dihilangkan begitu ya, sementara kita tidak bisa mewadahi
para intelektual yang ada dibawah untuk dia bisa melakukan inovasi itukan juga
menjadi hal yang tidak mudah. Kalau saya mau amati Pak misalkan didalam beberapa
produk-produk industri saja, banyak sekali kita tidak bisa mencpitakan ekosistem
daripada produk itu sendiri, sehingga tidak jalan Pak. Coba bayangkan saja kasus yang
membelit BPPT atau Ristek ya yang mengenai bis listrik yang akhirnya dianggap
merugikan negara terus ya seperti itu Pak. Itukan sebenarnya karena kita tidak punya
ekosistem. Ekosistemnya tidak ada, produk itu sebagai produk riset pasti dengan harga
ya pasti mahal daripada ritel price kan, tetapi pemahaman orang kan melihat loh ini
masa harga mobil listrik saja sekian miliar rupiah begitu. Kalau saya melihat dari sisi itu
semua ya kitakan tidak, belum mas productionlah. Ya bagaimana kita bisa mempunyai
harga yang kompetitif. Ya tentunyakan harus ada perbedaan. Yang ingin saya tegaskan
disini harusnya perubahan hilirisasi itu menciptakan ekosistem tadi.
Jadi kalau misalkan sekarang apa yang kita, kalau tidak kita menjadi konsumtif
saja Pak, kita menjadi extended market dari produk-produk unggulan. Belum lagi
ditambah dengan TKDN kita yang lemah. Coba bayangkan kita impor produk jadi tidak
pakai pajak, tapi begitu komponen kita dipajaki. Itukan berarti penciptaan ekosistem
yang menurut saya arahnya mau kemana kita. Kita itu mau menjadikan negara kita
sebagai negara yang pertumbuhan industrinya baik atau kita pertumbuhan pasarnya
yang baik. Ini yang menurut saya perlu dipertajam betul. Ya diagram ini sangat baik
sekali, jadi mulai daripada invensi, inovasi, defuse itu yang kita harapkan itu tadi
memberikan satu ruang, sehingga berkembang menjadi suatu lingkungan yang bisa
mengembangkan industri penunjang menjadi produk yang unggul begitu. selagi kita
tidak bisa maksudnya tidak bisa menciptakan itu ya tidak akan sampai itu Pak, yang
grafik yang disana. Boro-boro sampai difusi, tidak akan sampai itu.
Sekarang bagaimana kita menunjang supaya itu bisa terjadi dengan aturan-
aturan main, paling tidak ada legal frame work-nya yang benar dulu begitu. kalau
misalkan ya kita ambil contoh saja penciptaan ekosistem tadi, kalau TKDN 30% Pak,
masing-masing bisa lewat Pak, tapi kalau TKDN-nya 50% orang sudah mau moving
equipment di Indonesia karena dia harus mau tidak mau dia harus mendirikan pabrik itu
di Indonesia begitu. 30% saja tidak cukup, nah inikan harusnya menjadi pemikiran kita
bersama diantara DPR dengan Kemenristek dalam kita melihat ini, sehingga chart yang
Bapak bikin itu nanti benar-benar muncul betul hilirisasi daripada riset berbasis inovasi
tadi.
Nah ini yang ingin saya pertajam betul. Mudah-mudahan didalam pembahasan,
kebetulan saya tidak menjadi Anggota untuk Pansus Sisnas Iptek itu bisa dipertajam
disitu Pak kita mau kemana arahnya ini karena kalau tidak ya sudah kita tidak punya
misalkan didalam dunia IT saja kita tidak ada cyber law. Kita masih tidak menganggap
cyber itu bagian daripada sofrenti issues ya, padahal cyber itu menjadi sofrenti issues
seharusnya. Kalau negara pencetus cyber yang kuat ya seperti Amerika dan lain
sebagainya dia foderles dia senang sekali. Kalau bisa tidak aka nada intervensi dari
satu negara ke negara yang lain, tapi apakah Indonesia ambil posisi itu? coba Bapak
pikirkan saja kalau hari ini, begitu internet itu stop apa yang bisa dilakukan?
Government kita government internet Pak, harusnyakan intranet harusnya yang
diterapkan supaya kita bisa terprotek begitu loh. Ketergantungan kita sudah sangat-
sangat besar, maka saya juga mungkin tidak diforum Komisi VII DPR harusnya cyber
law itu harus di Komisi I DPR mungkin ya, tapi saya cukup prihatin betul kalau kita tidak
membawakan isu semacam ini menjadi kedaulatan begitu karena bagi mereka negara
yang super maju dia sangat tidak ingin Pak. Begitu kita sebut cyber law, saya yakin
pasti negara maju banyak yang meng-aprouch kepada orang-orang yang mencetuskan
itu karena mereka pasti agains dengan itu.
Ini yang menurut saya grafik yang Bapak buat itu bisa tidak terjadi apa-apa,
kalau tidak ada pagar-pagar daripada payung hukum yang kuat ya yang bisa membawa
kita untuk menuju betul-betul purly hilirisasi Pak. Presidenkan hari ini senang sekali
menggunakan istilah “hilirisasi”. Kalau Komisi VII senang sekali karena Undang-Undang
Minerba kita itukan rohnya hilirisasi juga itu Pak. Mungkin itu tambahan dari saya Pak
Ketua. Mudah-mudahan kita juga bisa ikut memikirkan bagaimana mewujudkan yang
Bapak tadi. kita belum berbicara anggaran Pak, tapi kalau flow-nya sudah benar ya
mudah-mudahan anggaran nanti yang ditambah atau kita mengusahakan supaya
Kementerian Keuangan itu menyadari begitu perlu adanya biaya riset yang cukup besar
begitu, ditambah nanti dorongan daripada industri yang mempunya research. Jadi
industri yang melakukan riset di Indonesia itu mungkin perlu mendapatkan insentif.
Inikan masih belum ada Pak.
Jadi Kementerian Ristek itukan belum misalkan untuk industri yang mempunyai
riset center yang bisa berkontribusi kita kasihlah apa begitu ya kemudahan-kemudahan
misalkan apa ya. mungkin ya tidak mesti harus dalam bentuk fiscal insentif, tapi bisa
juga non fiscal insentif hanya untuk mendorong saja karena kalau dengan anggaran
APBN sendiri kan tidak apa tidak mencukup itu begitu. itu saja.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Satya.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Pimpinan, kita sudah mulai pendalaman atau belum?
KETUA RAPAT:
Interupsi tadi. Terima kasih Pak Satya dan terima kasih Pak Dirjen Risbang yang
sudah menyampaikan pemaparan. Sebelum dilanjut, ada beberapa catatan dari meja
pimpinan. Pertama, saya ingin memperkenalkan dulu Anggota Komisi VII DPR yang
baru yaitu Pak Dardiansyah. Pak Dardiansyah dari Fraksi PDI Perjuangan
menggantikan Pak Ridwan Andi Witiri yang bertukar komisi ke Komisi IV begitu. beliau
dari Komisi IV pindah kesini. Katanya ingin ikut saya disini Pak Dardiansyah ini. yang
kedua adalah penambahan Anggota dari Fraksi Partai Golkar yaitu Ibu Melda Adriani.
Ibu Melda Adriani ini anggota yang baru disini. Beliau adalah pengganti antar waktu Pak
Azhar Romli yang wafat di Medan tugas karena saya ingat betul dulu sedang tugas
dengan saya konsinyering. Saya Ketua Panjanya, beliau Anggota Panja saya, jadi ya
mungkin amanatnya Pak Azhar Romli juga ikut dengan saya… Itu saya kira perhatikan
Pak Dirjen, nanti karena ada program aspirasi yang tentu ini juga harus menyesuaikan
terhadap anggota-anggota yang ada disini.
Yang kedua, terkait dengan rencana induk riset nasional RIRIN. Saya
menyingkatnya RIRIN supaya gambang begitu ya mengingatnya. Dulu pernah ada
pembicaraannya juga untuk finalisasi terhadap rencana induk nasional. Tadikan Pak
Satya juga mendalami. Saya kira ini nanti bisa lebih dalam lagi. kalau ini dibawa ke
workshop misalkan satu hari saja one day workshop misalkan di Bandung begitulah ya
supaya tidak pulang cepat begitu. Kalau di Bandungkan mungkin mikir juga macetlah
masuk Jakarta dan Pak Dirjen bisa menjadi inisiator disana mengundang seluruh
Anggota Komisi VII DPR untuk melakukan finalisasi terkait dengan rencana induk riset
nasional sesuai dengan rapat sebelumnya, sehingga ketika itu nanti ditandatangani
oleh presiden sebagai dokumen negara, resmi sebagai pegangan, sebagai rencana
induk nasional, tentu ini bisa menjadi bagian kita bersama.
Yang ketiga, terkait dengan anggaran, dukungan anggaran terhadap PT
Dirgantara Indonesia saya kira ini jangan menjadi angan-angan begitu Pak Dirjen ya. ini
harus menjadi kenyataan karena PT Dirgantara Indonesia tidak bisa kemudian hanya
diberikan sesuatu yang hanya diatas kertas. Ini betul-betul situasi yang riil yang perlu
kita support, kita dukung supaya pengembangan N-219 sampai kepada tahap
komersialnya bisa diselesaikan. Jadi mungkin buat strategi yang bisa kita lakukan di BA
BUN anggaran yang sangat mendesak saya kira ini nanti mohon ditindaklanjuti segera.
Kalau tahapan pertama ini nanti tidak memenuhi harapan, tentu kita masih punya
pembahasan di APBN Perubahan di 2018.
Jadi ini second tape strategi ini juga perlu kita rencanakan sejak sekarang. Saya
yakin BUN bisa memenuhi itu supaya juga kita tenang karena satu-satunya yang
menjadi concern Komisi VII DPR kemarin waktu kunjungan ke PT Dirgantara Indonesia
adalah kekurangan Rp81 miliar untuk melakukan uji terbang dan penyelesaian proto
type yang sedang sekarang dikerjakan. Baik sesuai dengan tadi yang sudah
disampaikan untuk presentasi selanjutnya kami persilakan kepada Kepala LAPAN.
KEPALA LAPAN (Prof. Dr. THOMAS DJAMALUDDIN):
Baik, terima kasih.
Pimpinan Komisi VII DPR, Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota Dewan Komisi VII
DPR yang kami hormati.
Pertama, kami jelaskan dulu posisi LAPAN dalam pengembangan N-219. Jadi
LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dalam sejarahnya memang
sudah terlibat dalam pengembangan pesawat terbang. Kepala Lapan atau Ketua Lapan
waktu itu disebut Dirjen Lapan yang pertama adalah Pak Nurtanio. Itu dikenal sebagai
perintis industri penerbangan termasuk merintis juga terkait dengan PT…IPTN yang
sebelumnya. Ketika Tahun 1970-an IPTN berdiri, kegiatan LAPAN pada waktu itu
sedang mengembangkan rancang membangun pesawat XT 400, sehingga dengan
didirikannya IPTN pemerintah kemudian mengambil kebijakan research dan
pengembangan pesawat terbang itu semuanya itu dialihkan ke IPTN dan fasilitas di
LAPAN waktu itu rancang bangun XT 400 dihentikan dan fasilitas terowongan angin
dialihkan untuk pemanfaatan konversi energy angina tau kincir angin.
Jadi sampai dengan Tahun 1980-an nama penerbangan itu hilang dari LAPAN,
sehingga dalam beberapa kali pertemuan dengan DPR waktu itu kalau tidak salah
sekitar Komisi X DPR bukan sebutan Komisi VII DPR waktu itu mitra LAPAN, seringkali
disinggung bahwa LAPAN itu berubah menjadi LAN karena penerbangannya hilang.
Baru pada tahun 2011 ini LAPAN kembali diberikan kesempatan untuk
mengembangkan teknologi penerbangan dan mulai aktif terlibat, terkait dengan
pengembangan pesawat bersama dengan PT DI dan kebetulan sebelum itu ya PT DI
juga mengembangkan pesawat supaya generasi awal yang pada Tahun 1980-an
mengembangkan N-250 yang sekarang sudah mulai banyak yang pension, itu juga
mempunyai kegiatan yang riil dalam rancang bangun dan pembuatan pesawat terbang,
sehingga pada awal Tahun 2000-an, PT DI juga sudah mulai mengembangkan pesawat
AN 219, tetapi itu masih internal di PT DI.
Pada Tahun 2008 ada Peraturan Presiden Nomor 28 terkait dengan kebijakan
industri nasional dan disitu pada lampirannya secara eksplisit disebutkan bahwa
pengembangan pesawat berpenumpang kurang dari 30 orang itu diarahkan,
dikembangkan oleh PT DI sebagai pusat produksi dan Litbang dan LAPAN secara
eksplisit disebut itu sebagai RND Produk Kedirgantaraan. Ini menjadi dasar juga,
LAPAN membangkitkan kembali Litbang Penerbangan atau euronotika dan diperkuat
lagi dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 yang menyebutkan pemberdayaan
industri dan pengembangan teknologi penerbangan wajib dilakukan oleh pemerintah.
Nah instansi pemerintah yang terlibat atau mempunyai kewajiban secara langsung
maupun tidak langsung dalam pemberdayaan industri dan pembangkit teknologi
penerbangan itu adanya di LAPAN dan ini diperkuat dengan Undang-Undang
Keantariksaan Nomor 21 Tahun 2013 terkait dengan penguasaan dan pengembangan
teknologi euronotika dan diturunkan sebagai Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015
terkait tugas fungsi bidang penerbangan dan antariksa. Itu sejarah awalnya.
Jadi ketika PT DI merancang N-219 yang menjadi masalah adalah bagaimana
dukungan anggarannya. Saya sudah mulai ikut terlibat dalam rapat-rapat soal anggaran
ini Tahun 2011 ketika masih sebagai deputi termasuk penganggarannya ini belum jelas
bersumber darimana. Tahun 2012 itu sempat muncul anggaran untuk N-219, tapi
kemudian hilang lagi. baru kemudian disepakati Tahun 2012 itu sudah mulai ada tanda-
tanda LAPAN akan mendapatkan tugas untuk terlibat langsung dalam pengembangan
N-219 khusus terkait dengan dukungan pemerintah dalam hal penganggaran.
Rencana tentang N-219 ini pun sudah masuk RPJM-N Tahun 2015-2019
termasuk didalamnya rencana tahapan pengembangan pesawat di Indonesia mulai dari
N-219, pesawat dua mesin dengan 19 penumpang sampai dengan pesawat N-245
untuk 50 penumpang dan N-270 untuk 70 penumpang. Ini sudah masuk didalam RPJM-
N 2015-2019. Rencana variasi-variasi pengembangannya itu pun sudah diwacanakan.
Selanjutnya terkait dengan tujuan program pengembangan pesawat N-219 secara
umum bahwa pertumbuhan perekonomian didaerah terpencil dan perbatasan itu sangat
memerlukan conectivitas dengan transportasi pesawat perintis.
Kemudian industri penerbangan nasional ini juga perlu dikembangkan mulai dari
industri utamanya yaitu PT DI, kemudian industri pendukungnya afionik, elektronika,
mekanika, manufactur dan sebagainya ini pun perlu dikembangkan. Kemudian
meningkatkan kemandirian nasional dalam penguasaan teknologi transportasi melalui
upaya Litbang yang bersinambungan dan sinergi antara Litbang dan industri. Jadi
kegiatan atau katakan tujuan dari Kemenristek Dikti kearah hilirisasi ini sangat terkait
dalam hal pengembangan Litbang yang kemudian bersinergi dengan industri dan dalam
pengembangan N-219, Lapan sebagai lembaga Litbang itu diamanatkan dalam Perpres
28 Tahun 2008 itu bersinergi dengan PT DI sebagai industrinya.
Kemudian tujuan yang keeempat itu meningkatkan kemandirian nasional dalam
produksi dan … dan saran transportasi udara dan terserapnya SDM Penerbangan
Nasional. Ini terkait dengan SDM itu juga menjadi salah satu tujuan pengembangan
industri N-219.
Kemudian yang kelima, meningkatkan ketahanan nasional dengan menyediakan
sarana transportasi udara untuk menghubungkan seluruh wilayah Indonesia terutama
didaerah terpencil dan didaerah perbatasan. Kalau kita lihat dari segi kondisi di
Indonesia khususnya diwilayah timur Indonesia yang umumnya landasan udara itu tidak
tersiapkan denan baik, kemudian panjang landasannya pun relative pendek ini menjadi
salah satu pemikiran untuk mengembangkan suatu pesawat yang bisa melayani
daerah-daerah dengan kondisi landasan yang relatif pendek ini, kemudian un privet
landasan yang memang banyak ada diwilayah timur Indonesia.
Kemudian dalam rencana pengembangan N-219 kita lihat bagaimana
roopmapnya, ketika Tahun 2011 LAPAN mulai dibangun kembali pusat-pusat teknologi
penerbangan, LAPAN sudah mulai ikut dalam beberapa uji terowongan angin,
kemudian sampai dengan Tahun 2012-2013 itu masih menggunakan anggaran internal
LAPAN baru Tahun 2012 LAPAN mendapatkan anggaran khusus, untuk Tahun 2014 itu
LAPAN mendapatkan anggaran khusus pengembangan N-219, sehingga program
pengembangan N-219 bersama dengan PT DI ini secara sebut saja dengan anggaran
yang betul-betul tersedia itu mulai Tahun 2014 dan Alhamdulillah Tahun 2017 N-219
bisa membuktikan bisa terbang dengan first flight pada Bulan Agustus 2017 dan
Alhamdulillah pada Bulan November kita mendapatkan kesempatan dari presiden untuk
pemberian nama N-219 dengan nama Nurtanio dan tahun 2018 ini adalah saat yang
paling penting untuk kita mengupayakan, mendapatkan sertifikasi supaya Tahun 2019
kita masuk pada tahapan produksi.
Selanjutnya didalam slide berikutnya. Ada sinergi nasional dalam
pengembangan N-219. Dari aspek Lembaga Litbang keterlibatan Kemenristek Dikti
sebagai integrator LPNK Ristek, kemudian dukungan dari Kementerian Bappenas
terkait dengan perencanaan dan anggaran, kemudian juga keterlibatan BPPT dalam
beberapa uji yang menggunakan fasilitas di BPPT dan tujuan dari pengembangan N-
219 itu untuk regenerasi enginer dan perhitungan dari pertumbuhan penumpang
khususnya untuk penerbangan yang saat ini makin meningkat, maka kemudian Tahun
2014-2015 ini LAPAN mengadakan kontrak dengan PT DI untuk design and
procurement terkait dengan komponen-komponennya dan semenjak itu kemudian
digalang komunitas untuk pengembangan N-219 dibentuk ada inakom ini Asosiasi
untuk industri pendukungnya, kemudian dibentuk juga IAEC Indonesia Airnotic
Enginering Center pusat terkait dengan kerekayasaan airnotika, kemudian dibangun
supaya tumbuhnya ekosistem penerbangan nasional UKM Dirgantara dengan tujuan
meningkatkan TKDN sampai dengan 60%.
Ini tahapan-tahapan yang memungkinkan untuk pengembangan N-219, tentu
saja ini didukung oleh Kementerian Perhubungan untuk mendapatkan sertifikasi dan
lembaga-lembaga terkait lainnya. Persyaratan operasional N-219, nanti saya kira ini
nanti PT DI yang akan lebih banyak menjelaskannya termasuk juga profile dari produksi
produk N-219 dan potensi pemanfaatan N-219 ini yang menurut kami penting untuk
disampaikan bahwa dengan N-219 conectivitas daerah-daerah terpencil ini bisa diatasi
karena N-219 karena mempunyai spesifikasi yang memungkinkan bisa terbang
dikondisi seperti kondisi di Papua yang landasannya pendek, berbukit-bukit, sehingga
ini sangat cocok dan tentu juga bisa dipakai oleh daerah-daerah lain. Apalagi Indonesia
saat ini sedang mengembangkan industri pariwisata yang memerlukan conectivitas
yang cepat dan efisien, sehingga N-219 ini sangat mendukung rencana pemerintah
tersebut.
Kemudian terkait dengan konsep pemasaran dan penjualan, nanti N-219 ini nanti
PT DI akan menjelaskan lebih detailnya. Yang jelas potensial market ini sudah sangat
menjanjikan untuk bisa dikembangkannya N-219. Terkait dengan potensial customer
pun nanti PT DI akan lebih menjelaskan lebih rinci lagi. Yang jelas bahwa sudah banyak
peminat baik itu dalam negeri maupun luar negeri untuk bisa memanfaatkan N-219,
sehingga rencana atau katakan pengembangan N-219 ini menjadi suatu keharusan.
Selanjutnya saya akan menjelaskan terkait dengan kronologis penganggaran N-
219 yang tadi sudah saya sampaikan bahwa sejak tahun 2014, LAPAN mendapatkan
anggaran untuk bisa bersama dengan PT DI mengembangkan pesawat N-219,
walaupun ada kendala-kendala dalam hal penyerapan anggaran tersebut karena
bagaimana pun pengembangan suatu teknologi ini yang masih memerlukan komponen-
komponen dari luar, kemudian ada proses pengembangnya ada kendala-kendala
tersebut, tetapi sampai dengan Tahun 2017 ini sudah terserap sampai Rp507 miliar,
kemudian dari PT DI-nya juga ada kontribusi sekitar Rp352,5 miliar. Jadi total sampai
dengan Tahun 2017 untuk pengembangan N-219 sudah terserap sekitar Rp860 miliar.
Kemudian untuk kegiatan Tahun 2018 yang utamanya diarahkan untuk sampai
mencapai target sertifikasi, LAPAN sudah menyediakan anggaran Rp37,4 miliar ini bisa
digunakan untuk sekitar 225 jam terbang yang Tahun 2017 dengan anggaran LAPAN
itu sudah bisa dilaksanakan 16 jam terbang. Jadi ini ada sekitar, nanti dari anggaran
yang ada itu sudah diperoleh sekitar 240 jam terbang. Kita memerlukan untuk sertifikasi
sekitar 430 jam terbang, sehingga masih perlu biaya untuk uji terbang sekitar 100 jam
terbang. Kemudian beberapa uji ground round, kemudian… … dest, lighting test,
flying… test, kemudian beberapa test yang lain yang setelah dihitung secara ketat dan
ada penghematan-penghematan akhirnya LAPAN mengusulkan kekurangan Rp81,8
miliar. Ini yang tadi disebutkan.
Untuk selanjutnya Tahun 2019-2020 ini pembiayaan akan lebih banyak oleh PT
DI. Saya kira demikian status terkini program N-219 termasuk kondisi kekurangan
anggaran sekitar Rp81,8 miliar yang diharapkan ini ada jalan keluar dari BAPPENAS
dan Menteri Keuangan, sehingga target Tahun 2018 N-219 mendapatkan sertifikasi
untuk siap diproduksi pada Tahun 2019 dapat tercapai.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Kepala Lapan dan kita lanjut ke PT Dirgantara Indonesia, tapi
saya mohon yang fokus saja. Tidak perlu visi-misi PT DI tidak perlulah. Langsung fokus
ke pengembangan N-219 dan anggaran saya kira disebutkan tidak perlu disitu, lebih
kepada hal teknis 81 itu untuk apa saja dan tentu serapan yang sebelumnya untuk apa
saja. Silakan Pak.
WAKIL KEPALA PT DIRGANTARA INDONESIA:
Bismillahirrohmannirrohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang saya hormati Pimpinan Komisi VII DPR RI juga Bapak-Ibu Anggota Komisi
VII DPR RI;
Yang kami hormati Bapak Dirjen Risbang dan Bapak Kepala LAPAN beserta staf.
Pertama-tama kami menyampaikan permohonan maaf kepada Pimpinan bahwa
Dirut PT DI berhalangan hadir karena memang sudah mengajukan izin sejak akhir
Bulan Desember sedang berada di luar negeri. Jadi tidak bisa dipaksa kesini karena
cuti satu minggu. Saya diperintahkan mewakili. Saya Direktur Umum dan SDM, dan
kebetulan disamping saya ada Direktur Teknologi mendampingi kami beserta wakil
daripada Direktorat Niaga. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih sebagaimana janji
Bapak untuk mengundang hadir acara hari ini RDP, tentunya kami seluruh jajaran
managemen mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya RDP hari ini. mudah-
mudahan harapan kami program sertifikasi N-219 bisa terwujud sesuai dengan waktu
yang telah dijanjikan. Untuk paparan yang disampaikan oleh PT DI akan disampaikan
secara teknis oleh Direktur Teknologi Bapak Amperiawan. Silakan Pak.
DIREKSI PT DIRGANTARA INDONESIA:
Terima kasih
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang terhormat Pimpinan Komisi VII DPR;
Yang terhormat para Anggota Komisi VII DPR;
Yang saya hormati Pak Dirjen Risbang, Kepala LAPAN serta hadirin sekalian.
Izinkan kami memaparkan rencana pencapaian dan rencana pengembangan
pesawat N-219 yang merupakan tugas yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini
kepada kami untuk bersama-sama dengan lapan dan institusi pengembangan lainnya
seperti BPPT untuk kita mampu menghasilkan satu pesawat produk anak bangsa.
Sesuai dengan yang dipaparkan Pak, kami sampaikan bahwa ada satu misi nasional
yang harus diemban oleh PT DI yang sudah secara lengkap dipaparkan oleh Kepala
LAPAN yang kami lihat disini…
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Pimpinan izin maaf. Ini kitakan sudah tahu semua, langsung lanjut saja ke teknis
saja Pimpinan.
DIREKSI PT DIRGANTARA INDONESIA:
Baik lanjut. Ada satu Pak sebenarnya yang ingin kami sampaikan dari aspek PT
DI Pak. ada bahwa N-219 ini sebetulnya pesawat pertama setelah Tahun 1995 kita
menerbangkan N-250 Pak dan satu hal yang ingin kami sampaikan disini bahwa
seluruh pekerjaan untuk N-219 ini dikerjakan oleh anak bangsa Pak oleh PT DI bekerja
sama dengan LAPAN dan BPPT. Ada satu kemudian yang menjadi parameter kami
mendesain pesawat ini adalah bahwa proyeksi penggunaannya Pak. Tadi sesuai
dengan requirement operasi yang harus kita design kepada pesawatnya, ada beberapa
parameter diantaranya kami mendesain suatu pesawat yang mampu beroperasi pada
suatu daerah atau suatu landasan dengan ketinggian landasan yang tinggi ini sampai
5000 … tinggi, kemudian kedua landasan tersebut sebenarnya un prepare landasan,
tentunya adalah fasilitasnya sangat terbatas.
Kemudian kalau kita lihat juga landasan yang sangat existing bandara yang ada
itu adalah landasan yang pendek, sehingga kami harus mendesain pesawat dengan
shorttic of landing performance dan satu hal lain bahwa di daerah timur khususnya
masalah Weather adalah menjadi suatu kendala yang utama karena itu kami harus
mendesain pesawat yang equip dengan avionic yang mampu untuk mengatasi situasi
tersebut, tentunya dengan kondisi dimana waktu operasi bandara umumnya sangat
singkat Pak. Jadi kami harus mendesain suatu pesawat dengan turn over yang singkat.
Ini yang mungkin 15 menit untuk kemudian bisa take off kembali.
Ini sebetulnya beberapa tantangan pengoperasian pesawat pada saat kami
harus mendesain N-219. Karena itu, inilah sebetulnya untuk menjawab tantangan
tersebut kami membuat satu pesawat dengan performance atau spesifik teknik.
Pertama adalah dia mampu melakukan take off or landing pada landasan yang hanya
sekitar 500 panjangnya, kemudian dia juga harus memiliki pilot yang cukup Pak karena
ini juga harus mampu membawa itu 19 penumpang dan juga disiapkan untuk kargo dan
lain sebagainya. Juga dia harus punya gros speed yang cukup tinggi Pak untuk
ekonomisnya, namun pada sisi yang lain dia harus memiliki law speed maneuver ability.
Maksudnya adalah karena situasi medan tadi Pak dia harus mampu bisa landing pada
situasi medan yang sulit, bermanuver Pak. Ini sebetulnya.
Diluar itu tadi Pak kita punya beberapa multi hoping jadi dia bisa take of and
landing loncat-loncat pada beberapa bandara-bandara kecil, tentunya yang paling
penting adalah diluar Law operating cost N-219 juga memberikan kesempatan kepada
industri local kita Pak untuk berkontribusi membuat mart dan ini nanti kami akan
paparkan sejauhmana industri local kita sudah berpartipasi dalam N-219 ini. kami
sudah sampaikan Pak … mission disini berbagai macam penggunaan bisa kita
kerjakan. Satu yang menarik adalah kami sedang dengan LAPAN mengembangkan
untuk varian amphibi Pak. nah ini yang sedang kita kembangkan karena kita
menyiapkan untuk kita bisa ini mendarat di perairan. Nah ini kalau kita bisa mendarat di
perairan kita tahu bahwa wilayah kita juga banyak sebagaian besar laut dan ini akan
banyak benefitnya yang akan kita dapat, kalau pesawat itu mampu mendarat atau
mampu take off and landing di perairan seperti amphibious.
Selanjutnya kami sampaikan Pak, tadi sudah disampaikan oleh Kepala LAPAN
bahwa sejak Tahun 2014 kami sudah mengembangkan dengan LAPAN untuk
melakukan analisis aerodynamic structure dan sistem termasuk interiornya Pak,
kemudian 16 kemudian roll out daripada proto typenya dilaksanakan 2015 dan 16
Agustus 2017 kemarin Pak, kami berhasil melaksanakan first flight Pak dan kemudian
dilanjutkan dengan pemberian nama Nurtanio di Bandara Halim.
Tahun ini kami sudah mencapai 16 jam terbang untuk Nurtanio ini. Dari
sebetulnya beban masih berat, masih tinggi yaitu kalau kami hitung sekitar bisa
menghabiskan mungkin paling tidak 325 flying hours untuk kami mendapatkan type
sertificate Pak, sehingga ini masih cukup banyak jam terbang yang harus kami
laksanakan dan Tahun 2018 kami memang menargetkan sisa jam terbang ini untuk
kami habiskan sampai diperkirakan Bulan November 2018 kita bisa achive tisi dari
DJSA dari DKUPPU kembali adalah perhubungan kita.
Kami laporkan juga bahwa tadi sudah disinggung bahwa anggaran yang sudah
teralokasi dari LAPAN adalah Rp37 miliar, kemudian masih kekurangan Rp81 miliar.
Apa yang kami kerjakan sekarang adalah kami optimalkan Pak, kami optimalkan
anggaran yang tersedia ini untuk semaksimal mungkin kita mencapai test-test terbang
sesuai dengan achievement untuk sertifikasi. Tadi sudah disampaikan oleh Kepala
Lapan mungkin sekitar 220 flying hours bisa kita kerjakan dengan untuk berbagai varian
test. Tetap target kami adalah 2018 ini bisa kita dapatkan visi dan komersialisasi
pertama akan kita upayakan paling tidak ditriwulan kedua mungkin di Tahu 2019.
Namun demikian, juga kita ingin terus mendapatkan salah satunya adalah ASA
Sertification untuk kita bisa penetrasi diluar wilayah kita.
Secara biaya pengembangan, tadi sudah disampaikan bahwa sudah dikeluarkan
544, 6 miliar kami sampaikan juga disini bahwa PT DI berkontribusi juga terhadap
pengembangan ini itu kurang lebih sekitar 411 miliar untuk men hours engineering,
untuk pembuatan tools engige, untuk non recarent cost, untuk men hours assembly
serta untuk men hours pelaksanaan fetik test yang akan brlangsung cukup lama. Itu
mungkin 3 tahunan.
Tadi sudah disampaikan kekurangnnya adalah Rp82 miliar. Namun demikian,
kami coba optimalkan dari anggaran yang sudah tersedia Rp37 miliar dari LAPAN. Ini
sebetulnya hanya prediksi saja for cast kami bahwa kalau kita bicara global dengan
post condition yang tidak terlalu… prediksi yang tidak optimistic tetap pada level yang
biasa-biasa saja, paling tidak kita memperkirakan target market kita itu sebesar 276
unit. Dari target inilah kemudian kami lakukan perencanaan berapa sebetulnya
production rate yang harus kita kerjakan, bagaimana planning and hasmend daripada
production rate kita di PT DI. Pertama adalah kita lihat existing capability kita Pak, maka
sebetulnya itu normalnya hanya 6 unit pertahun Pak. ini akan kita coba ditahun depan
prediksi kita adalah mulai tahun depan kita mencoba existing itu kita coba yutilase Pak,
kita tingkatkan disebut dengan run up face bagi kami adalah pertama adalah kita ingin
meningkatkan adalah resources, capability dari human resources kita.
Kemudian kedua, kita akan lihat bagaimana kita melakukan teknologi
technological and fastment, nah salah satunya adalah kita ingin melakukan up grade
facility Pak. Ada hangar expansion, kita punya hangar dari TNI Angkatan Udara apa itu
bekas Depo 10 yang belum dimanfaatkan bekas Herkules akan kesitu kita akan
manfaatkan sebagai fasilitas produksi, kemudian kita akan mengembangkan bicara
masalah argonomic …, kita flat form-nya dan terakhir sebetulnya kita tahun ini sudah
mulai berfikir bagaimana kita melakukan otomatisasi Pak untuk sub sistem yang ini kita
akan produksi, manakala kita sudah bicara pada suitable production face Pak.
Jadi dalam tiga tahun pertama sampai dengan Tahun 2021 kami akan mencoba
dengan existing facility Pak yang ada. Kemudian setelah Tahun 2022 ini mau tidak mau
kalau kita menjawab tantangan kebutuhan 200 sekian kebutuhan pesawat ini kita harus
masuk kepada otomatisasi Pak untuk sukresinya. Karena itu, kalau itu terjadi, maka kita
pertahun bisa sekitar 36 unit … kita produksi, namun permasalahannya bahwa investasi
tersebut harus dimulai tahun depan. Jadi kita tidak bisa … nanti, tapi harus mulai di
Tahun 2019 itu sudah harus dimulai. Nah untuk anggaran ini sebetulnya totalnya sekitar
171 juta US$.
Ini Pak beberapa yang kami… adalah sudah disampaikan oleh LAPAN saya rasa
disini adalah yang paling penting yang terutama sebetulnya yang selalu kami
sampaikan satu Pak bahwa safety. Kalau kita lihat competitor kita Pak misalnya twin
other Pak itu produksi awal Tahun 90-an Pak. kalau kita mengacu kepada regulasi
Menteri Perhubungan sebetulnya banyak pesawat-pesawat yang sudah saatnya untuk
tidak bisa karena sudah lebih dari 30 tahun Pak. nah ini sebetulnya kalau kita bicara
safety sebetulnya kesempatan bagi PT DI untuk memproduksi pesawat yang baru
adalah kita masuk pada market nasional dengan safety level yang tinggi Pak karena ini
pasar baru. Ini mudah-mudahan kalau itu diterapkan saja, paling tidak kita punya
market yang cukup besar ditanah air ini. Disamping itu yang tadi kami sampaikan Pak,
potensi dalam negeri itu adalah lokal kontent. Saat ini diperkirakan mungkin sekitar
40%. Ini Pak local contentnya. Apa yang sudah kita kerjakan pertama adalah nosradom
kita sudah produksi kita. Pengujiannya dari kita, produksinya dari kita Pak. kemudian
juga … cabin window Pak. ini sudah ada sekarang di N-219 yang proto typing-nya
terbang pengujian Pak. ini semua produksi lokal.
Kemudian yang sedang kita kerjakan Pak, nanti mungkin sekitar karena akan
mulai masuk ke sertifikasi perbulan Maret Pak itu adalah nose landing gira dan main
landing gira ini secara paralel kita kerjakan Pak. Jadi pada saat nanti kita mendapat …
kita mengharapkan bahwa minimal keenam komponen ini sudah produk dari local
produksi kita Pak dan ini akan kita teruskan terus Pak dengan memberikan kesempatan
kepada industri pendukung untuk berkontribusi dilokal content kita. Ini panel interior Pak
yang kita kembangkan oleh PT DI Aero Asia Interior juga kit akan gunakan diproduk
local, diproduk komersialisasi kita.
Ada beberapa hal yang tadi kita sudah sampaikan oleh pimpinan. Pertama
adalah didalam masalah biaya-biaya masuk, perpajakan Pak. PT DI selama ini
customernya adalah TNI Pak atau ekspor Pak, sehingga dalam hal ini sebetulnya kita
mendapatkan keringanan untuk tidak membayar bea masuk karena Kemhan itu
mempunyai fasilitas untuk itu kemudian kita keluar dan kita juga adalah kawasan
berikat Pak, sehingga sebetulnya terhadap bea masuk ini tertunda, ditunda hanya
kemudian kalau kita menjualnya kepada pihak yang tidak memiliki fasilitas seperti
Kemhan, maka kita harus membayar bea masuk tersebut.
Pada saat N-219 tentunya kita akan bicara customer kita yang komersial Pak.
nah ini yang pertama adalah sebetulnya kita akan beban bea masuk akan merupakan
cost daripada PT DI. Ini satu hal yang mungkin mohon mendapat satu dukungan pada
saat kami situasi transisi kami untuk kami kompit dulu terhadap existing produk dari
luar negeri yang ada. Kemudian yang kedua adalah masalah ini Pak, masalah kita ingin
sebetulnya penambahan kemarin Pak Menteri Perhubungan ke kami juga sudah
menyampaikan untuk kita mendapatkan adanya penambahan rute perintis khususnya
Pak. ini dengan menggunakan pesawat N-219. Yang lain lagi adalah ada suatut
memberikan insentif berupa interest rate yang lebih rendah Pak subsidi bunga untuk
masalah customer financing kepada institusi pembiayaan dalam pengadaan N-219 dan
yang terakhir Pak juga adalah mendapatkan dukungan pemerintah dalam
memberdayakan atau mengembangkan industri pendukung dalam konteks kami
memperbesar local conten di N-219. Ini Pak beberapa hal yang bisa kami paparkan dari
PT DI. Kembali kembalikan kepada Pak Sukar.
Terima kasih.
WAKIL KEPALA PT DIRGANTARA INDONESIA:
Terima kasih Pak.
Demikian Pimpinan paparan dari PT DI.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
KETUA RAPAT:
Terima kasih kepada para mitra kerja yang sudah menyampaikan pemaparan
dan sekarang masuk sesi pendalaman dan sudah ada beberapa Anggota yang
terhormat Komisi VII DPR sudah menyampaikan formulir untuk itu. Kami berikan
kesempatan. Pertama, Pak Aryo untuk menyampaikan pandangannya, kemudian siap2
Pak Harry Purnomo.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Terima kasih Pimpinan
Jangan khawatir saya pasang stopwatch biar tidak keterusan nanti karena
banyak sekali yang ingin saya sampaikan.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat siang menjelang makan siang
Salam sejahtera untuk kita semua. Terima kasih atas kesempatan ini.
Yang saya hormati Pimpinan dari LAPAN, dari Ristek Dikti dan juga PT DI.
Saya masih ingat saya mengunjungi PT DI awal Tahun 2016 waktu itu Pak Gus
Irawan Pasaribu baru menjadi Ketua Komisi VII DPR yang baru Bulan Januari atau
Februari dulu dan Pak Sukat Wikanto kan waktu itu Direktur Umum. Jadi ini 2 tahun
kemudian kita ketemu lagi penasaran apa saja perkembangannya selama ini. saya
tidak mau lama-lama, langsung saja karena banyak sekali pertanyaan yang ingin saya
tanyakan. Pertama-tama ke Ristek Dikti dulu. Tadi dihalaman mengenai postur
anggaran. Ini berarti postur anggaran 2018 Rp41,28 triliun Pak ya? berarti ini yang
Bapak tulis. Kemudian ini untuk program-program hanya 12,45 triliun sisanya adalah
operasional dan yang rutin berarti ya? ini dihalaman 14 presentasi Bapak. Kan tadi
yang untuk program prioritas kementerian atau lembaga sama prioritas Bappenas 12,45
triliun. Boleh izin interaktif ya?
DIREKTUR RISBANG:
Jadi 41,28 triliun itu anggaran Kemenristek Dikti yang berasal dari pendidikan
40,39 triliun yang dari layanan umum itu 890 miliar. Nah yang kita bicarakan hari ini
terutama terkait dengan dukungan terhadap N-219 adalah yang 890 miliar itu Pak yang
sebelah kiri.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Yang sebelah kiri berarti ya?
DIREKTUR RISBANG:
Ya.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Yang Rp634 miliar itu?
DIREKTUR RISBANG:
Ya Rp634 miliar itu yang 112 untuk mendukung program prioritas nasional, yang
521 prioritas kementerian lembaga dan itu dielaborasi lagi didalam halaman berikutnya.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Halaman berikutnya. Jadi yang total Rp890 miliar ini angkanya darimana?
DIREKTUR RISBANG:
Ini dari layanan umum. Dari back up oleh Komisi VII DPR Pak.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Itu hubungannya apa antara halaman 14 sama 15 ini bagaimana nih? Tolong
dijelaskan. Angka Rp890 miliar itu darimana?
DIREKTUR RISBANG:
Ya angka Rp890 itu ya dari angka yang disebelah kiri Rp41,28
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Rp41,28?
DIREKTUR RISBANG:
Rp41,28 triliun dilingkaran
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Ke layanan umum
DIREKTUR RISBANG:
Dilingkaran itukan ada … 89.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Kecil banget tadi saya tidak sempat lihat. Oke terima kasih dan anggaran LAPAN
itu masuk di…
DIREKTUR RISBANG:
Disini tidak ada anggaran LAPAN Pak. Tidak ada.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Maksudnya bantuan untuk, jadi terpisah.
DIREKTUR RISBANG:
Jadi di kita itu mempunyai program-program riset.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Jadi ini tidak ada hubungannya dengan LAPAN sama sekali ini?
DIREKTUR RISBANG:
Dalam konteks anggaran tidak ada. Kita punya program untuk mendukung N-219
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Yaitu dimana?
DIREKTUR RISBANG:
Yang tadi dibelakang itu ada kegiatan-kegiatan dengan skema insinas yang
dihalaman…
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Insentif riset sinas itu Rp91 miliar itu?
DIREKTUR RISBANG:
Oh bukan Pak yang ada dihalaman belakang yang dikronologi Pak. dihalaman
19 dan dihalaman 20. 19-20 itu misalnya dihalaman 19 di Tahun 2013-2014, 2017 itu
ada 4…
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Jadi untuk N-219 itu angkanya yang dimana?
DIREKTUR RISBANG:
Sebenarnya angkanya tidak di ristek dikti Pak. Angkanya ada di LAPAN.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Jadi kenapa saya penasaran? Karena saya ingin tahu dulu nih, Bapak ngasih
agenda hari inikan N-219. Jadi Bapak ngasih lihat ini berarti tidak ada hubungannya
dengan N-219 ini yang halaman 14? 15 maaf.
DIREKTUR RISBANG:
Yang ada 19-20 saja Pak. halaman 19 dan 20 saja yang ada program-program
dari kita yang sebagian mendukung kegiatan untuk pembangunan N-219.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Balik lagi, jadi Bapak ngasih lihat ini buat apa yang halaman 15?
DIREKTUR RISBANG:
Ya cerita makro anggaran
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Makro anggarannya ya?
DIREKTUR RISBANG:
Anggaran dikami. Jadi sebagian digunakan untuk satu skema yang mendukung
N-219 yang dihalaman 19 tadi Pak.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Tapi itukan tidak ada angkanya. Dihalaman 19 Cuma tulisan-tulisan doang Pak.
angka yang disini dimana?
DIREKTUR RISBANG:
Sebetulnya ada angkanya, Cuma tidak kami tuliskan disini. mohon maaf.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Kenapa tidak ditulis? Saya mau lihat Pak. Saya ngebaca, tidak tulis. Jadi saya
melihatnya bagaimana Pak?
KETUA RAPAT:
Saya menangani sedikit mungkin, memang Pak Aryo ya ini anggaran LPMK
inikan independen, tapi melalui ya melalui Kemenristek Dikti ini yang hari ini dihadirkan,
tadinya kita ingin mengendors karena kalau LAPAN itukan kemarin sudah presentasi
tidak punya anggaran, kemudian kita berharap bahwa anggaran ini yang terbesar inikan
ada di Rp41 triliun itu. Sebetulnya yang lebih memadai anggaran saja di Kementerian
Ristek, tetapi itu ya itu bisa dengan anggaran BA BUN yang itu juga otoritasnya ada di
Kemenristek, sehingga hari ini dihadirkan.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Izin Pimpinan. Betul saya mengerti bahwa LAPAN anggarannya terpisah karena
kitakan dari Komisi VII DPR yang alokasi, tapi maksudnya bapak kan ngasih lihat angka
ini karena masih lihat makronya, totalnya, tapi ada alokasi untuk N-219 kan disini? jadi
dari lokasi yang ini yang kata Bapak 890 itu angkanya itu yang mana? Ini ada Dirjen
Risbang, ada Dirjen Inovasi. Jadi yang untuk. Saya mengerti makro, tapi saya ingin
tahu dari angka-angka ini 1,1, 91, 20,4, 40 untuk pusat genomic yang untuk N-219 itu
angka yang mana?
DIREKTUR RISBANG:
Ya jadi itu bagian dari 91 dan 52 Pak. Bagian dari itu.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Oke. Terima kasih Pak. itu pertanyaan saya, jadi bapak tidak perlu kasih 19
halaman, 19-20. Jadi dari yang insentif riset sinas dan juga untuk yang pengembangan
teknologi industri. Oke, terima kasih. Jadi itu pertanyaan saya Pak. jadi tidak usah kasih
halaman lain. Saya Cuma lihat dihalaman ini. oke terima kasih. Jadi itu saya Cuma
klarifikasi saja. Lanjut ke LAPAN. Saya ingin klarifikasi satu hal lagi. ini dipresentasinya
LAPAN dikonsep pemasaran dan penjualan 219 disinikan ditulis sumber dari
Kementerian Perhubungan RI diolah oleh PT DI. Ini potensi pasar dunia 4925 unit untuk
kelas ini ya berarti? Maaf ini untuk Pak Thomas ya ini LAPAN, jadi untuk 12 sampai 19
kursi ya berarti potensi target Bapak adalah menjual 219, 488 unit. Ini total target
penjualan Bapak untuk N-219?
KEPALA LAPAN:
Saya kira ini dari segi potensial pasar di dunia Pak.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Potensi pasar di dunia itu yang sebelah kiri kan? Yang sebelah kanan inikan
berarti untuk potensinya N-219 kan yang bisa ditargetkan Bapak?
KEPALA LAPAN:
Iya
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Khusus N-219 karena totalnya yang sebelah kiri sedunia, tapi kalau target N-219
yang bisa ditargetkan yang sebelah kanan ya?
KEPALA LAPAN:
Ya untuk yang 488 unit itu.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Terima kasih Pak. Saya ingin klarifikasi saja. Saya tahu inikan semua global ya.
saya tidak mau bagaimana. Kalau dari PT DI sendiri kan tadi ada N-219 potensial
market…tidak ditulis ini halaman berapa yang total target inikan 76 unit dan 2000 unit
dan ini saya lihat sumbernya ini sumbernya dari independennya ya bukan dari PT DI
sendiri berarti angkanya ini? maaf yang halaman sebelumnya ini ya yang ini berarti ini
bukan dari internal PT DI ini atau bagaimana?
DIREKSI PT DIRGANTARA INDONESIA:
Mohon izin. Ini mungkin bagian ini ada yang menambahkan. Sebetulnya PT DI
juga melakukan market riset Pak untuk kita … market riset. Karena itu, mungkin kalau
lihat disini juga ada yang kita coba kita nolkan target kita, nah ini yang kita kerjakan dan
ini sedang berjalan terus.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Jadi PT DI ini setuju dengan angka ini?
DIREKSI PT DIRGANTARA INDONESIA:
Paling tidak ini adalah angka untuk kita coba seting kepada production lain yang
harus kita …
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Berarti dengan target produksi berapa tadi? 36 unit pertahun perlu waktu 6 tahun
kali ya? 6-7 tahun untuk memenuhi pasar ini paling. Oke, terima kasih. Saya Cuma
ingin klarifikasi saja untuk memastikan supaya saya tidak salah baca. Jadi balik lagi ke
saya fokus dulu kepresentasinya PT DI. Jadi total biaya pengembangan development
cost dari N-219 targetnya ini 78 juta dolar ya Rp1,03 triliun seperti yang diangka Bapak.
Berarti ini total dari Tahun 2011-2012 tadi sampai dengan ini target EASA Sertification
oke? dan untuk mengejar itu berarti 325 jam terbang yang kekurangan Rp82 miliar itu
tadi ya? Rp82 miliar ini apakah sudah dialokasi atau belum ya? sudah disetujui apa
belum?
KEPALA LAPAN:
Ini yang sedang diminta Pak. yang diharapkan dari BA BUN itu
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Diharapkan dari kami Komisi VII DPR atau diharapkan dari siapa?
KEPALA LAPAN:
Dari Kementerian PPN BAPPENAS, tapi tentu saja dukungan dari Komisi VII
DPR untuk ..
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Untuk dukungan ya? berartikan karena kenapa saya. begini, saya bukan
bagaimana. Tadi mohon maaf saya agak keras kepada Bapak-bapak. Saya ingin
klarifikasi saja karena saya ingin angka-angkanya tidak salah karena inikan rapat resmi
Komisi VII DPR. Jadi angka yang disini adalah angka yang bukan dimedia. Jadi saya
ingin mengucapkan terima kasih dari Bapak-bapak. Kenapa saya nanya semua ini?
karena saya agak mencoba memproses apa yang saya baca ini. untuk kita
menyelesaikan proyek tapak pesawat buatan anak bangsa sendiri kekurangan Rp82
miliar. Sebagai gambaran saja buat Bapak-bapak ya, Rp82 miliar itu anggaran iklannya
grab dalam sebulan. Jadi ketika kalian menonton youtube kan iklannya grab teruskan?
Ya itu duit iklannya grab dalam 1-2 bulan itu sama dengan anggaran yang Bapak-bapak
minta.
Jadi bagi saya terutama mungkin Kepala Lapan, PT DI dengan Pak Dirjen tolong
jelaskan kepada bos-bos kalian yang nantinya menyetujui duit kalian. Bandingkan harus
begitu. masa kalian kalah sih sama anggaran iklannya grab begitu karena ini penting
sekali. Karena jujur ya melihat roopmap pengembangan transport nasional ini saya
sangat senang dan 2 tahun yang lalu waktu kita datang ke PT DI Bapak menjelaskan
bahwa N-245-kan lebih sederhana. N-235 dibelakangnya diganti dengan ditambah kursi
dan kalau tidak salah angka yang Bapak kasih tahu kepada kami itu cuma 150 juta
dolar kalau tidak salah. Angkanya masih sama ya? ya berarti jadi lebih kurang ini sudah
selesai dua kali lipat. Ini saya kira dapat sesuatu yang bisa bersaing dengan ATR yang
dia pakai wings dengan. Kenapa ini penting? Karenakan sekarang pemerintah sedang
banyak membangun nih bandara yang banyak banget. Sedih juga saya kalau yang
melihat, yang terbang itu pesawat Francis semua itu ATR. Ya kan ATR itukan
sebetulnya ya tidak jauh beda dengan N-250 yang dibangun Pak Habibi dulu yang
sayang sekali sertifikasi berhenti karena kejadian Tahun 1990-1998 waktu itu. Jadi kita
ingin bantulah.
Saya disini ingin bantu dan ingin melihat gambaran karena supaya kita bisa maju
ke N-245 dan N-270, kita N-219 yang selesai dulu. Jadi sekarang Bapak-bapak
memerlukan Rp82 miliar atau 6,1 juta dolar. Sebagai gambaran juga oke, jadi itukan
anggarannya iklannya grab. Iklan grab itu besar. Saya kasih perumpaan lain deh.
Bapak tahu green peace tidak? Green peace yang non provit yang berurusan dengan
lingkungan hidup. Anggarannya green peace setahun itu, green peace Indonesia ya?
bukan green peace sedunia. Anggaran green peace Indonesia itu tiga kali lipat yang
kekurangan kalian. Rp180 miliar itu anggarannya green peace dalam setahun. Green
peace Indonesia. Jadi masa kita kalah sih sama non provit foundation dari Amerika dari
luar negeri.
Jadi bagi saya tolong tekankan kepada BAPPENAS, tekankan kepada mereka
kepada Kementerian Keuangan jangan pelit sama duitnya. Kita sih disini semua
mendukung karena kita sudah datang ke pabriknya 2 tahun lalu loh. Sudah jadi mau
dicopot lagi karena mau sertifikasi segala macam. Sekarang tinggal kurang first flight
tadi Bulan Agustus tadi. Dari Bulan Agustus sampai sekarang masa baru terbang 16
jam sih. Bagi saya ya agak sedih jujur saja. Sebagai perumpaan boing 787 dream liner
itu kalau tidak salah sertifikasinya hampir 5000 jam untuk satu pesawat itu dan itu
mereka lakukan dalam waktu setahun atau 2 tahun. Masa kita mau ngebangun ini? kita
ngebut loh. Kita ngebut dengan ketertinggalan dengan ATR, dengan perusahaan lain.
Jangan sampai hanya dalam beberapa bulan saja Cuma 16 jam berarti ini targetnya
Bapak mengejar 325 jam terbang flight hours berarti tiap bulan minimum harus 30 jam
terbang berartikan 30-20? 2 pesawat berarti ya masing-masing 15 jam terbang. Jadi
tolong ini dipercepat kalau bapak-bapak perlu apa-apa, Bapak-bapak perlu tahu nomor-
nomor telepon kami, hubungi kami untuk kita ikut agak keras, tegur keras yang disana.
Tidak besar loh Pak Rp82 miliar. Kedengarannya mungkin besar ya? tapi ya saya
umpamakan iklan anggaran iklan grab itu 2 bulan itu ya segini, makanya nongol terus di
HP kita. Jangan sampai kalah sama perusahaan iklan internet begitu loh. Jadi itu saja
dari saya Pimpinan sedikit-sedikit gambaran kenapa ini sebetulnya harusnya tidak
menjadi masalah karena ini bisa kita cepat perjuangkan. Tidak terlalu besar sebetulnya
dan sebelum saya selesai, saya ingin tanya total investasi untuk up grade facility yang
71 juta dolar ini dari uangnya PT DI sendiri atau darimana nanti? Oh dengan komersial
loan ya. oh produksinya ya. oke itu saja dari saya Pimpinan mohon maaf karena tanya
jawab agak lama 16 menit terhitung. Sekian saja dari saya.
Wassalamu’aikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT :
Kalau mentok-mentok pinjam saja Pak Haryo itu. terima kasih Pak Aryo dan
lanjut Pak Harry Purna dan selanjutnya siap-siap Pak Nawafi Shaleh.
F-P GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNAMA):
Terima kasih Pimpinan.
Langsung saja pada pokok masalah ya. saya sejak awal sebetulnya
mempertanyakan ya pembagian tugas antara LAPAN dengan PT DI dalam konteks pra
produksi 215 , N-215, tapi ya sudahlah ini ibaratnya nasi sudah menjadi bubur saya
tidak ingin mengungkit-ngungkit lagi, tetapi sebagai suatu kelaziman dari suatu project
ya. apalagi ini project yang goal-nya itu komersial. Harusnyakan sudah dilandasi kajian
atau pun bisnis plan yang sudah matang ya. kita bicara bisnis plan itukan berarti
masalah cash flow pembiayaan, prospek marketing dan sebagainya itu sudah ada.
Saya tidak pernah paham, tidak pernah tahu karena memang tidak pernah mempelajari
secara khusus apakah memang proyek N-219 ini memang didasarkan pada suatu
bisnis plan yang memang sudah kita yakini keekonomiannya artinya bukan hanya
sekedar kita riset mencetakan proto type selesai yak arena tidak komersial, saya tidak
tahu. Saya pun tidak akan mengungkit itu, tetapi ini suatu pembelanjaran. Kecuali kalau
memang ini suatu program yang sudah dilandasi kajian teknis maupun keekonomian
secara matang, tetapi memang ada masalah financial ditengah jalan. Itu soal lain.
Tadi dari paparan ya mohon maaf saya agak terlambat masuk ya, jadi
konteksnya kita inikan kekurangan anggaran, seizin Pimpinan interaksi kepada Pak
Dirjen Ristek. Inikan kita mau mencari solusi kekurangan anggaran ini. intinyakan itu
yak an? nah pertanyaan saya upaya menristek tentunya sudah ada langkah-langkah
tadi dipaparkan ke Menteri Keuanganlah. Saya tidak tahu apakah sudah ke presiden
belum? Ya sudah ke presiden saja. Presiden waktu memberi nama itu kenapa tidak
ditodong saja Pak ini kurang Rp100 miliar. Pasti cair pada waktu itu. bicara saja
langsung pada waktu acara ceremony itu. Ngomong saja sama presiden ditodong kan
beliau yang ngasih nama Nurtanio waktu itu? langsung saja minta duit ya. itu satu.
Kedua kali saya melihat anggaran di Dikti inikan ada peluang berapa triliun itu? Rp12
triliun untuk program, memang Menteri Ristek tidak punya kewenangan. Switch
anggaran dari Dikti ke sector research ini, tetapi saya yakin ada kesempatan untuk itu.
izin saja ke Menteri Keuangan atau kalau perlu ke presiden didalam rapat cabinet. Apa
artinya Rp12 triliun dipotong Rp100 miliar? Nothing. Pindahkan saja anggaran Dikti.
Dikti itu banyak yang bisa dipotong saya yakin itu, belanja kantorlah, apalah ya.
anggaran kita itu banyak yang masih bisa efisiensikan diresturisasi anggaran itu.
banyak hal yang sebetulnya tidak perlu, tapi tetap kita lakukan. Sekedar untuk
meningkatkan daya serap. Pertama, solusi yang saya usulkan itu saja. Intern
Kementerian Ristek Dikti saya yakin bisa switching anggaran ini ya, tentunya seizin
Menteri Keuangan. Rp100 miliar dari Rp12 triliun apa artinya? Bisa itu gampang sekali
menurut saya ya.
Yang berikut PT DI inikan badan usaha, tentunya pemikirannya sangat
komersial. Nah menyikapi proyek ini bagaimana dulu ya? oleh karena itu, kedepan saya
ingin mengingatkan kembali kedepan kita tidak boleh lagi ya membuat suatu program
yang tidak komersial ya. semua kita harus bicara komersial, apalagi melibatkan PT DI.
PT DI ini badan usaha. Jadi kekurangan dana seperti ini sebetulnya tidak ya mohon
maaf ya tidak perlu kita bicarakan sampai ke DPR Rp100 miliar kok. Menteri itu bisa
menyelesaikan Rp100 miliar itu.
Yang berikut, kalau memang ini secara keekonomian memang layak ya,
komersialisasinya layak kenapa tidak PT DI masuk ke sindikasi Bank BUMN misalnya
hanya untuk mendapatkan Rp200-300 miliar saya pikir kalau memang ini
keekonomiannya jelas pasti bisa. Datang saja ke Menteri BUMN sebagi pemegang
saham tunggal bank-bank BUMN itu atau ke Menteri BUMN minta dukungan BUMN
karena BUMN itu tiap kali program CSR saja ratusan miliar itu. Kementerian BUMN itu
tiap tahun ada gathering antara Direksi BUMN bagi-bagi uang ke masyarakat itu
ratusan miliar itu. bangun Inilah-bangun itulah. Rp100 miliar bukan jumlah yang besar
tadi Mas Aryo sudah. Malu kita bicara di DPR itu Rp100 miliar ya. Kalau Rp100 triliun
ya kita bicara diruangan ini, tapi Rp100 miliar masuk ke Komisi VII DPR. cabinet bisa
menyelesaikan itu ya, Menteri Ristek sendiri saja saya yakin harusnya bisa. Ini yang
ingin saya garisbawahi artinya lain kali kalau kita membuat program, apalagi ini bicara
masalah pesawat ya tujuannya harus komersial, kita harus keekonomiannya jelas.
Saya yakin kalau proyek ini memang keekonomiannya memang layak, swasta itu
mau membiayai. Coba datang keperusahaan-perusahaan yang kira-kira potensial
menjadi pasar ini. datang saja ke Bu Susi, Bu Susi R kira-kira mau beli tidak itu nanti?
Loh beliaukan salah satu pengusaha penerbangan perintis itu yak arena Merpati sudah
mati. Datanglah ke Lion, coba datang ke Lion, Lion kan yang punya Anggota Penashet
presiden. Pemilik Lion itukan, pemegang saham Lion itukan Anggota Wantimpres
datang saja ke dia. “eh Lion ini saya ada prospek barang bagus, murah ya. ada tidak
keunggulan teknis, keunggulan ekonominya harus ada, kalau tidak ada ya tidak laku ini
N-219. Yakinkan mereka ya. Wing Air datang saja. Kan sekarang ini semua politik.
Kemarin presiden beli sepeda motor itu cooper. Ini presiden saja mau membantu anak-
anak muda memproduksi cooper itu, padahal itu barang impor itu.. Tidak hanya
dimodifikasi, beli Rp200 juta pakai uang pribadi katanya, kalau pesawat kan bisa.
Jadi saya hanya ingin menggarisbawahi kita memang sebagai birokrat
pemerintah, tapi mainset kita harus komersial begitu loh. Ulet ya. kemarin didalam rapat
sisnas sudah deh jangan terlalu menggantungkan diri ke APBN. APBN kita itu sudah
sangat kurang begitu loh. Jadi pemikiran kita harus komersial. Coba datang dulu
konsorsium tentang BUMN, datang ke Menteri BUMN. Cobalah program CSR itu seizin
presiden sudah. Kita harus apa ya? harus punya pemikiran-pemikiran barulah. Ya saya
kutip bahasa gaulnya cara berfikir generasi now, generasi milenial ya jangan berfikir
seperti kita. Kita ini sudah ketinggalan jaman seringkali cara berfikir kita. Coba ikuti
anak-anak muda itu ya. lahir gojeklah, lahir grablah, lahir itu ya begitu cari uang. Itu saja
Pimpinan.
Jadi Rp100 miliar ini maaf ini urusan menteri harusnya bisa ini. Pinot istilahnya
Pak Haryo. Rp100 miliar kok ke Komisi VII DPR. sayang waktu kita ini, mahal ongkos
kita rapat begini Rp100 miliar nothing itu. jadi mohon maaf Pak Menteri ini tidak ada.
Jadi tolong sampaikan Pak Menteri harus bisa itu mengatasi Rp100 miliar. Apa yang
saya utarakan ini dalam rangka dukungan ya, bukan mencela atau menyalahkan
dukungan. Kalau dulu salah langkah ya sudahlah ini artinya N-219 itu betul-betul
komersial, layak jual, layak untuk utang. Kalau layak jual itu utang gampang begitu loh.
Ada prospek soalnya. Kalau sampai orang tidak mau ngutangi berarti tidak ada prospek
orang payu. Buat apa kita bikin pesawat tidak laku Pak? buat apa? Apalagi melibatkan
PT DI. PT DI itukan untung rugi yang dipikir ya. Mana yang untung kerjain, kalau tidak
untung ya buat apa begitu. itu yang ingin saya garisbawahi harusnya bisa ini. kalau
saya jadi menteri gampang Rp100 miliar ini. saya datang saja mungkin ke Pertamina
atau ke Bank Mandiri mana bantu ini mana CSR-CSR bisa kenapa tidak. Datang saja
ke BUMN besar-besar itu.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Harry dan lanjut Pak Nawafie salah, siap-siap Pak Kurtubi. Pak
Kurtubi nuklir bisa juga? silakan Pak Nawafie.
F-PG (Drs. KH. NAWAFIE SALEH, S.E., M.M.): Terima kasih. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ketua dan rekan-rekan Anggota Komisi VII DPR, dari Kemenristek, kemudian LAPAN dan dari PT DI terima kasih ini. Tadi sudah disampaikan ya sampai Pak Aryo membayangkan angka Rp82 miliar itu hanya 2 bulan katanya. Kenapa? Saya sebenarnya mendampingi Pak Ketua akhir Bulan Desember melihat yang acara istilahnya apa kita melihat kedalam kita naik keatas, cuma ada kekurangan katanya Rp82 miliar waktu itu. saya ingin dapat repotnya sekarang ini masih Rp82 miliar juga belum, istilahnya belum apa-apa ini Pak Aryo. Waktu itu sudah sebulan yang lalu kesana melihat. Pak Aryokan 2 tahun yang lalu. Saya mendampingi Pak Ketua pulang Cirebon karena kita sasaran Jawa Barat, waktu itu kita lihat pesawat yang rancang bangun ini adalah waktu itu sudah kekurangan Rp82 miliar, tapi selama 1 bulan ini reportnya masih ini juga Pak. Ini juga yang harus menjadi tantangan bagi kita sekalian ya. disatu sisi saya bangga karena Bangsa Indonesia ternyata akan mampu memproduksi sampai 36 unit itu Tahun 2022. Kalau ini sampai berhasil kan luar biasa, kalau dari sisi bisnis tentunya akan menguntungkan yang luar biasa. Nah ini saya akan tanya Pak yang Tahun 2018 ini yang kalau dengan Rp82 miliar diberikan oleh pemerintah katakanlah oleh APBN itu berapa lama bisa selesai? Ini yang ingin kami tahu begitu artinya disini baru satu pesawat yang akan kita buat. Kemudian kekuatan pesawat inikan ada satu hal yang sangat spesifik yak arena mungkin melihat daerah kita yang dekat pegunungan dan sebagainya hanya mempunyai lapangan pacu 400-500 meter itu ya, tidak satu kilo. Ini memang luar biasa, kalau ini memang terjadi, tapi orang harus lihat dulu hasilnya begitu. Jadi saya ingin melihat dulu yang nilai Rp82 miliar ini kapan bisa selesai. Ini yang ingin tahu, tapi apa nanti yang beres Tahun 2019 baru selesai. Ini mohon penjelasan. Nah nanti kita masuk ke Tahun 2019 itu sudah diperkirakan akan membuat 6 unit, kemudian Tahun 2020 14 unit, 2021 32 unit, kemudian 2036 36 unit. Nah ini diujinya sekarang saja dulu Pak yang kaitan dengan satu pesawat dulu dengan tadi sudah digambarkan bahwa pesawat ini bisa menggunakan waktu operasi yang sangat singkat, kemudian fasilitas Bandar terbatas katakanlah dia kalau di jalan tol saja bisa berhenti mungkin begitu ya kira-kira gambarannya baik take off maupun landing pada landasan yang pendek, cuaca yang sulit diprediksi, kondisi geografis dan ekstrim, pegunungan itu bisa dilakukan.
Ini suatu kebanggaan bagi kita, hanya pertanyaan saya uji coba yang ini dilakukan dan sudah dikasih nama oleh presiden harus berapa lama lagi itu selesai begitu ya Pak Ketua. Kitakan lihat sudah dipetakan sama kita sebulan yang lalu kekurangan Rp82 miliar. Ini baru dibawa ke DPR sekarang, nah kapan mau selesainya. Itu saja dari saya. intinya kami bangga Pak dari Ristek Dikti dan LAPAN, meskipun LAPAN juga kemarin dibilangin anggarannya sangat paling kecil Pak ya, in syaa Allah
kalau ini berhasil kita dukung LAPAN juga karenakan awalnya dari LAPAN dari Menristek Dikti. Inlah yang kami akan mendapat informasi dan terima kasih kepada rekan-rekan tadi Pak Aryo, Pak Harry sudah mendalam apa yang disampaikan pada kesempatan kali ini. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumussalam
LAPAN itu kalau turun jadi 7 Pak. kalau naik jadi 9 dan mekanisme keuangan
dipemerintah itukan sangat rigit yak arena semuanya sangat terkait hukum. Jadi
memang hari ini dalam rangka memberikan dasar dan landasan menurut saya supaya
Komisi VII DPR juga bisa menyetujuinya. Kalau itu tinggal kencang saja Pak, jadi kalau
Pak Zamaludin kurang kencang ya nanti terkendala lagi dengan persoalan-persoalan
lain. Terima kasih Pak Nawafie. Silakan Pak Kurtubi. Siap-siap Pak Dardiansyah.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Terima kasih Pak Ketua
Sejawat Anggota Komisi VII DPR yang saya hormati
Bapak Dirjen Risbang, Bapak Kepala Lapan, Direktur PT Dirgantara Indonesia
yang saya hormati.
Saya langsung saja to the point tentang N-219 ini sepakat dengan rekan-rekan
yang lain kita dukung penuh agar program ini bisa berjalan dalam arti bisa
diproduksikan secara komersial, apa yang dibutuhkan kita dukung seperti pada
halaman terakhir ini. Komisi VII DPR kalau bicara fraksi, Fraksi Nasdem kita
mendukung penuh dukungan yang diperlukan oleh PT DI agar bisa program ini bisa
berjalan sebab manfaatnya begitu besar ya akan dapat mendukung pengembangan
ekonomi daerah. Saya lihat pertama dari aspek wisata, pengembangan wisata daerah.
Itu daerah-daerah timur terutama pulau-pulau kecil ya ini angkutan udara, moda udara
untuk turis untuk daerah-daerah pusat wisata pulau-pulau kecil ini amat sangat tepat
jenis pesawat N-219. N-219 untuk pengembangan ekonomi daerah terkait dengan
upaya memasarkan hasil produksi kelautan.
Saya mulai dengan wisata dulu deh, saya tidak menguasai provinsi lain ya tahu
sedikit-sedikit, tapi saya dapil Provinsi Nusa Tenggara Barat saya cukup kuasai bahwa
provinsi ini amat sangat membutuhkan ini jenis angkutan seperti ini untuk mendukung
wisata ya. Pertama, sebelum saya jelaskan ingin tanya jawab sebentar Pak Ketua
syarat landasan yang dibutuhkan oleh M-219 ini berapa? 1 kilo, 800 meter, 500 meter
ya? 400 sampai 500 wah ini tepat sekali. Kebetulan NTB termasuk daerah tujuan wisata
nasional bahkan wisata halal dunia NTB itu karena pemandangan alamnya yang luar
biasa, pinggir pantainya itu. nah di NTB saat sekarang ini ada dua lapangan udara,
landasan udara yang nganggur-gur yang tidak kepakai ya. landasan kecil sekitar 800-
an meter ini pasti masuk berarti ini cuma butuh 500. Satu lapangan udara diskongkang
Sumbawa Barat tolong dicatat itu mungkin sudah masuk radar pemasaran PT DI ini
kalau belum masuk saya kasih informasi.
Ini posisi pasar ini ya skongkang Sumbawa Barat tadinya itu didarata oleh
Merpati, Merpati bubar tutup itu lapangan terbang ini, padahal ini kita sudah putuskan
dan menjadi keputusan pemerintah dan korporasi untuk Sumbawa Barat itu akan
dibangun smelter ya dan saya disini mendukung penuh smelter di Sumbawa Barat ini
dari PT Aman Mineral sekarang namanya dulu namanya Newmont ya. Tidak hanya
smelter industri hilir sesuai dengan kemauan Undang-Undang Minerba Nomor 4 Tahun
2009 industri hilir daripada smelter ini. Itu banyak sekali investasi. Itu investor akan
keluar masuk teknisi akan mondar-mandir disitu butuh lapangan terbang, lapangan
terbang itu ada, tapi nganggur sejak Merpati bubar. Nah ini N-219 akan masuk disitu
bisa itu.
Ini landasan sudah ada, semua pihak akan diuntungkan. Pemda akan
diuntungkan karena ada asset yang nganggur ini ya. Masyarakat diuntungkan,
kalangan bisnis disana diuntungkan, tidak ada yang dirugikan ini ya. Ini dapil sana
soalnya ini saya dukung penuh ya. Kita butuh berapa unit tidak tahu ini siapa yang nanti
menghitung tidak tahu 5,6,7,10 tidak tahu yang diuntungkan. Itu yang dibutuhkan dari
Bandar internasional Lombok ya LIA Lombok International Airport di Lombok Tengah itu
ke Sumbawa Barat tempat lokasi lapangan terbang Skongkang yang nganggur ini
mungkin hanya 20 menit penerbangan itu ya, tapi kalau pesawat terbangnya tidak ada
tidak bisa wong lapangan terbangnya ada kita butuh, tidak jalan ini. nah kalau produksi
anak bangsa ini bisa jalan wah ini sudah mendukung, membantu pengembangan
wisata dan industri disana ya. ini pucuk dicinta ulam tiba. Pas.
Kedua, untuk pengembangan pemasaran hasil-hasil laut. Mungkin juga pernah
saya utarakan diforum ini. Nusa Tenggara Barat salah satu provinsi penghasil lobster,
bibit lobster. Nelayan sana pekerjaannya cari bibit lobster, tapi sekarang bibit lobster
yang kecil-kecil dilarang diekspor, dilarang dijual oleh pemerintah karena memang kecil
banget ya. maunya 200 gram, setengah kilo, 1 kilo perekor, 2 kilo perekor besar-besar,
nah itu baru, tapikan butuh program pembudidayaan, makanya Pak Kepala LIPI hadir
ya. Kepala LIPI saya minta untuk ngajarin nelayan bagaimana membudidayakan
lobster, ada penyakitnya bagaimana mengobati begitu. Maksudnya begini, di Lombok
Timur itu ada lapangan terbang Rambang ya, nganggur-gur Rambang itu dibangun oleh
Belanda dulu itu ya oleh Belanda. Belanda pergi tidak pernah dipakai sampai hari ini. Ini
lebih tragis lagi ini. Dia nganggur sejak kita merdeka ya Belanda tidak pakai lagi
lapangan terbang Rambang ini. Itu letaknya di pinggir pantai. Ini harus dioptimalkan
kenapa tidak dari dulu.
Saya heran pemerintah kita ini. Mengapa lapangan terbang nganggur ini
didayakan sejak dulu, nah disitu ada nelayan-nelayan lobster ya. saya lagi mendorong
agar budidaya lobster itu dibantu oleh LIPI. Nah kalau lobsternya sudah berhasil
dikembangbiakan dibesarkan menjadi ukuran setengah kilo atau 1 kilo perlobster
maunya pemasarannya ke luar negeri yang harganya bagus, bukan ke Jakarta atau ke
Surabaya. Nah penerbangan dari Lombok yang ada sekarang ini ke luar negeri itu
paling banter ke Kuala Lumpur, ke Singapura sama ke Australia, yang ke Jepang, ke
Korea dari Lombok belum ada penerbangannya. Korea suka-suka ada, tapi carter saja
dari Seoul ke Lombok itu. Yang ke Jepang atau ke Guanzo belum ada, yang ada itu
adalah dari Denpasar. Penerbangan Denpasar. Denpasar-Guanzo, Denpasar-Nanzin,
Denpasar segala tujuan Denpasar itu. maksud saya kalau yang lapangan terbang
mubazir sejak kemerdekaan itu bisa diberdayakan menggunakan pesawat N-219 untuk
ngangkut lobster hidup ya dari Bandara Rambang ke Bandara Denpasar itu tidak
sampai 30 menit itu ya. denpasar langsung dikirim ke Tokyo, ke Osaka, kemana begitu
loh, sehingga fresh harga bagus sekaligus menolong nelayan ya. ini pasar yang bisa
digarap oleh PT DI produknya ini ya, nah itu untuk nelayan ya.
Untuk kebutuhan turis-turis eksekutif kelas atas ya butuh penerbangan seperti ini
mengangkut mereka dari LIA Lombok International Airport ke Gili Trawangan. Mungkin
Bapak-bapak pernah dengar di Gili Trawangan ya itu kalau lewat darat bisa 3 jam,
paling cepat 2 jam kalau lewat darat. Kalau eksekutif butuh waktu pendek dari LIA
tinggal bikin perjanjian lewat travel bironya jam berapa, tiba hari apa, nah N-219 itu
sudah siap ngangkut bos-bos ini-ini dengan pesawat terbang ke Gili Trawangan ya. ini
potensi pasar untuk wisata. Mungkin daerah-daerah lain akan lain ceritanya. Nusa
Tenggara Timur dengan komodonya bisa dari Bima ya, dari Bima bisa pakai pesawat
kecil ini ke Labuan Bajo, tidak usah ke Denpasar sebab banyak turis yang mau ke
komodo melewati Pulau Sumbawa lewat darat ya. Setelah sampai dekat Bima
nyebrang laut, nah mungkin sekarang kalau ada pesawat inikan lebih bagus. Jadi ada
potensi pasar didaerah untuk mengembangkan ekonomi daerah ya mengembangkan
potensi wisata yang membutuhkan moda angkutan transportasi udara dengan pesawat
kecil ini. nah ini kira-kira sama dengan twin other kapasitas kemampuannya? Oh lebih
bagus, wah bagus sekali.
Tadinya Bupati Sumbawa Barat mengharapkan twin other. Dia sudah bilang
tidak. Kalau PT DI menghasilkan N-219 yang lebih bagus kenapa tidak.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Lebih bagus kalau Rp82 miliarnya ada baru lebih bagus itu.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Ya kita dukunglah dari Pak Aryo, Pak Fahri produk ini sebagai salah satu
kebanggaan kitalah setelah sekian lama dirgantara kita tidak menghasilkan produk
yang membanggakan. Dari saya sekian.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumussalam
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Kalau didapilnya saya tidak ada lobster Pak. kita konsumen lobster didapil saya
KETUA RAPAT:
Tolong dibawa kedapilnya Pak Aryo, tapi harganya harga Singapura.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Dan Pak Kurtubi maaf kalau ke Gili Trawangan lebih enak naik helikopternyanya
PT DI, jangan pakai N-219. Naik helicopter lebih enak Pak.
KETUA RAPAT:
Perlu saya sampaikan sebelum dilanjut kepada Pak Dardiansyah. Hari ini kita
ada undangan workshop seminar di Pimpinan DPR pukul 13.00. kemarin sudah dimulai
dan saya mohon barangkali nanti jawabannya tertulis saja, nanti kita masuk kesimpulan
karena tadi saya kira juga dari Anggota banyak hal yang ini penguatan ya, penguatan
dan tadi saya kira juga penguatan dan penambahan informasi, dukungan. Penguatan
dan dukungan bahkan menambah wawasan marketing bagi dirgantara tadi dari Pak
Kurtubis. Bahkan sekali waktu nanti dibangun nuklir disana itu juga butuh tambahan.
ahli nuklir bolak-balik ini. lanjut silakan Pak Dardiansyah, nanti terakhir Pak Ivan Doly.
F-PDIP (Drs. H.M. DARDIANSYAH):
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Terima kasih Pak Ketua atas kesempatan yang diberikan kepada saya; rekan-
rekan Anggota terkhusus juga mitra kerja LAPAN maupun Risbang.
Saya mungkin disini ringkas saja yang saya sampaikan berupa pertanyaan
terkhusus kepada PT Dirjen Dirgantara. Pertama, mungkin yang saya tanyakan adalah
ada tidak kendala atau permasalahan dalam hal penyelesaian dalam promosi, yang
kedua, dengan hal pengiriman. Kalau toh memang terjadi kendala ada tidak beban
yang harus dibayar oleh PT Dirgantara? Berapa nominal yang harus dibayar. Yang
kedua, mungkin dalam hal marketing pemasaran. Disitu PT Dirgantara apakah masih
menggunakan agen ataupun marketnya langsung pada internal PT Dirgantara sendiri.
Kira-kira itu Pak Ketua.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, terima kasih Pak Dardiansya
Nanti balasnya singkat saja ya sedikit-sedikitlah boleh ya. silakan Pak Ivan Doly.
Pak Andi anda? Silakan setelah Pak Ivan.
F-PG (IVAN DOLY GULTOM):
Terima kasih Pimpinan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang saya hormati Bapak Pimpinan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dan juga
teman-teman yan saya hormati beserta dengan Pak Dirjen beserta jajarannya.
Saya ingin bertanya dengan Pak Dirjen Risbang Pak, saya melihat disini bahwa
apa yang dijalankan oleh PT Dirgantara Indonesia, Kepala LAPAN dan sebagainya itu
saya mempertimbangkan efektivitasnya. Kenapa? Karena dari dulu sampai sekarang
sepertinya kok agak menderita ya? bukan saya katakan menderita, tapi agak
menderita. Bicara dengan dana yang jumlahnya tidak signifikan itu sudah mengalami
kesulitan seperti rekan saya Pak Aryo juga kalau saya melihat daripada aspek
komersialnya dulu pernah saya dengar untuk jual pesawat mesti ditukar beras, ditukar
jagung sepertinya kok kita memaksakan diri. Sementara untuk kita melihat factor
ekonominya itu alangkah baiknya digunakan kan untuk masyarakat, kepentingan
masyarakat luas.
Disini saya melihat bahwa ada beberapa hal yang menjadi factor-faktor yang
saya pertimbangkan itu adalah misalnya contoh untuk tranportasi komersial. Kita
melihat harga semen saja di Jakarta dengan di Indonesia Timur itu sudah jauh sekali
harganya, sehingga ada pendapat-pendapat dari teman-teman itu bahkan sampai
mempergunakan pesawat-pesawat dari salah satu Angkatan Bersenjata kita begitu.
Saya tidak tahu itu benar atau tidak, tetapi minimal mereka saja yang bisa melihat sisi
fungsi positifnya dari transportasi udara. Kalau saya melihat lagi transportasi kita yang
untuk transportasi laut saja masih banyak kekurangannya bahkan sebagaian besar itu
sudah kadaluarsa dan memakan banyak korban. Kalau saya melihat lagi bahkan disini
untuk kita melihat transportasi darat seperti kereta api itu saja masih banyak yang
kurang layak, apabila kalau kita melihat disini kendaraan-kendaraan bermotor buatan
Indonesia anak-anak bangsa ini sebenarnya sudah banyak yang tercetus, tapi tidak ada
yang mensponsori, sehingga sekelas avanza saja atau sepedar motor saja itu tidak bisa
kita kuasai untuk negara kita sendiri begitu.
Kita sudah mengacu kepada pesawat-pesawat, padahal kita ini ibaratnya
mungkin kelas bulu, kita didalam pemasaran pasar dunia kita ini bersaing dengan kelas
berat. Bagaimana kita mau bersaing dengan mereka. Apapun iklan yang kita bikin, kita
harus mengakui Pak kita ini dari dunia ketiga, dunia istilahnya itu belum negara maju
kita ini. factor Sumber Daya Manusia kita itu masih terlalu lemah dan juga saya melihat
untuk teknologi ke now how-nya, pengembangannya semuanya itu masih kita perlu
banyak belajar, tetapi disamping itu masyarakat Indonesia itu harus membayar mahal
untuk perjalanan-perjalanan, biaya-biaya transportasi.
Jadi saya meminta Pak Dirjen Risbang fokus kepada kepentingan masyarakat
Indonesia Pak begitu. jangan terlalu fokus kepada saya melihat disini interiornya
mewah dan sebagainya belum Pak. masih banyak masyarakat kita yang hidupnya sulit
bahkan di Indonesia timur untuk bangun rumah saja bahannya sudah luar biasa
mahalnya begitu. apalagi kita negara kepulauan. Kita lihat dari bandara saja hanya
sekian ratus meter-sekian ratus meter membangunnya saja kita tidak mampu.
Sementara kalau kita sampai disalah satu kota untuk menuju kota kecil, kita harus
tempuh lagi perjalanan yang sedemikian jauh.
Jadi tolong Bapak pertimbangkan sebaik-baiknya untuk riset dan
pengembangannya itu dialokasikan ke sisi sector-sektor yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat Pak begitu. jangan kita lihat Jakarta Pak, tapi kita mesti lihat daerah. Itu
saja Pimpinan. Terima kasih Pak Dirjen.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumussalam.
Seizin seluruh Anggota Komisi VII DPR dan forum rapat ini, saya kira karena ini
ada undangan, saya pikir bisa lebih cepat begitu ya. Undangannya pukul 13.00 Pak Ifan
ya? jadi nanti tidak enak kalau disana ada acara kita bikin rapatkan tidak enak, apalagi
Pimpinan yang membidangi Komisi VII DPR dan objeknya memang Komisi VII DPR,
sehingga mohon persetujuan untuk kita langsung kekesimpulan. Nanti mohon
persetujuan pendalaman, nanti dengan Ristekbang Penguatan Riset dan
Pengembangan saya kira nanti akan didalami dirapat kerja dengan menteri dan begitu
juga nanti LAPAN kan sudah kemarin terakhir. PT Dirgantara nanti kalau Rp81 miliar ini
sudah cairlah. Ini belum cair. Sekali lagi kalau tidak ada uangnya, nanti ke Pak Aryolah
begitu ya. baik kalau disetujui, kita langsung kepada kesimpulan.
DRAFT KESIMPULAN
1. Komisi VII DPR RI mengapresiasi Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Ristek dan Dikti Republik Indonesia, Kepala Lapan dan Direksi PT
Dirgantara Indonesia Persero atas pengembangan pesawat N-219 sebagai
industri dirgantara hasil inovasi dalam negeri dan pesawat yang dapat
menyesuaikan dengan kondisi geografis Indonesia yang dikembangkan sejak
Tahun 2011. Hal ini juga merupakan bagian dari program jembatan udara sesuai
dengan peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barat dari dank e daerah tertinggal,
terpencil, terluar dan perbatasan. ah biar komplit
Apakah disetujui atau silakan.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Pimpinan, mungkin lebih pendek saja dengan kondisi geografis Indonesia.
KETUA RAPAT:
Oke
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Tidak usah kepanjangan
KETUA RAPAT:
Tidak usah ya. kepanjangan malah panjang juga nanti anggarannya tidak
sampai.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Setelah itu dihapus saja kan dikembangkan sejak tahun 2011. Ngapain kita
ngomong Tahun 2017?
KETUA RAPAT:
Setuju ya? Pak Nawafie setuju? Pak Dirjen Risbang setuju Pak?
KEPALA RISBANG:
Ya Pak setuju Pak.
KETUA RAPAT:
Pak Kepala Lapan, pemerintah setuju tidak ini? setuju ya? PT DI setuju ya? Pak
Sukat tidak apa-apa Pak. lain kali suara bapak mengudara di Komisi VII DPR. selama
inikan mengudara di Komisi VI DPR begitu. Silakan Pak Kurtubi.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Saya kok sedikit kurang sependapat hidup saja kalimat terakhir itu agar kita tahu
Perpres itu ternyata mendukung ini begitu loh. Jadi panjang sedikit tidak apa-apa Mas
ARyo agar lebih lengkap begitu. saya sendiri baru tahu ada Perpres Nomor 70 Tahun
2017 ini ya, nah untuk pelengkap saja itu sebenarnya substansinya sudah masuk, tapi
untuk mengingatkan kita semua ada Perpresnya yang mendukung untuk daerah-daerah
3T plus P ya? wilayah yang membutuhkan jenis pesawat terbang seperti ini begitu loh.
Kalau berkenan, saya senang sekali kalau ini dihidupkan kembali lagi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Atau itu saja “hal ini mendukung terhadap program jembatan udara” begitu saja.
Bukan merupakan bagian, jadi mendukunglah ya. “hal ini atau sejalan bisa, sedapil
yang tidak bisa ini, nah ini bolehlah ya. Ya Pak Aryo ya? oke setuju ya? silakan
F-PG (IVAN DOLY GULTOM):
Itu untuk angkutan barang, sedangkan inikan pesawat komersial.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Bisa juga untuk barang. Tadi lobster mau diangkut sama ini Pak.
F-PG (IVAN DOLY GULTOM):
Maksud saya kalau bisa kita sarankan untuk kapasitas yang lebih besar. Inikan
terlalu kecil kalau untuk angkutan barang ini.
Terima kasih.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Lebih besar tidak disini Pak. lain lagi ceritanya Pak.
KETUA RAPAT: Pelayanan publik ini, pelayanan public untuk angkutan barang. Ya sejalanlah pokoknya. Lain-lainnya penting, ini ada sejalan begitu dengan ini. setuju ya biar cepat?
(RAPAT: SETUJU)
2. Komisi VII DPR RI sepakat dengan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti Republik Indonesia dan Kepala LAPAN agar dapat merealisasikan kekurangan anggaran yang dibutuhkan oleh PT Dirgantara Indonesia Persero sebesar Rp81.833. 713. 778.00 untuk penyelesaian pesawat N-219 pada tahun 2018. Menurut saya kalau Rp81 miliar gampang, yang susah cari itu yang 78-nya itu yang susah. Bagaimana cari 78-nya itu? silakan Pak Aryo.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Pimpinan, mohon maaf saya kurang mengerti ini kalimatnya, masa sepakat
dengan agar dapat merealisasikan. Jadi kita sepakat apanya nih mas?
KETUA RAPAT: “Komisi VII DPR RI sepakat dengan Dirjen Penguatan Riset…” atau jangan “sepakat” disitu. “Komisi VII DPR RI mendesak Dirjen Penguatan Riset dan Dikti, dan Kepala LAPAN agar dapat merealisasikan…” F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Untuk segera
KETUA RAPAT: “…untuk segera merealisasikan” bisa. “agar dapatnya” dihapus. “dapatnya” hapus. “…untuk segera merealisasikan kekurangan anggaran yang dibutuhkan PT Dirgantara Indonesia sebesar … “. “untuk penyelesaian pesawat N-219” dihapus. F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Mungkin ditambahkan diatas nanti.
KETUA RAPAT:
“kekurangan yang dibutuhkan PT Dirgantara Persero dalam rangka penyelesaian N-219”. Setelah persero ya. “…dalam rangka penyelesaian pesawat N-219 sebesar …” ah agak nyambung ini. F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Bukan pesawat Pak, program N-219
KETUA RAPAT: Program. Jangan sertifikasi Pak. pokoknya menyelesaikan pesawatlah begitu. “Dalam rangka penyelesaian program pesawatlah”. Kan pesawat itu N-219. “Dalam rangka penyelesaian program pesawat N-219 sebesar Rp81 miliar sekian begitu ya. coba silakan. F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Pimpinan tambah sedikit maaf. Saya baru sadar untuk segera merealisasikan
inikan kekurangan kita tidak merealisasikan, kita mau merealisasikan penutupan
kekurangan atau pengajuan kekurangannya.
KETUA RAPAT: Untuk segera… F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Untuk segera merealisasikan..
KETUA RAPAT: Pengajuan F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Pengajuan
KETUA RAPAT: Kekurangan. F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Bahasa yang bagus bagaimana enaknya? Kekurangan anggarannya jangan
direalisasikan dong. Kita ingin … penutupannya.
KETUA RAPAT:
Coba silakan.
DIREKTUR RISBANG: Mungkin pemenuhannya anggaran Pak. KETUA RAPAT:
Untuk segera memenuhi kekurangan. “merealisasikan” ganti “memenuhi” atau “meluberkan” bisa ya? bahasakan sekarang berubah-rubah itu. oke untuk segera memenuhi kekurangan anggaran yang dibutuhkan oleh PT Dirgantara Indonesia Persero dalam rangka penyelesaian program pesawat N-219 sebesar Rp81 miliar” sekian. Silakan. DIREKTUR RISBANG: Kami mengusulkan kalimat yang “anggaran terus yang dibutuhkan oleh PT Dirgantara Indonesia dalam rangka itu” lebih baik ditiadakan. Jadi “Komisi VII DPR RI mendesak Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan dan Kepala Lapan untuk segera memenuhi kekurangan anggaran yang dibutuhkan untuk atau dalam rangka penyelesaian anggaran pesawat N-219” karena PT DI inikan satu entitas yang. KETUA RAPAT: Karena begini, otoritas anggarannya kan tidak ada di PT DI Pak. PT DI ini justru butuh untuk menyelesaikan, sehingga otoritasnya ada di Kemenristek Dikti dan Lapan, maka itu kita mendesaknya kepada Ristek dan Lapan dalam rangka memenuhi kekurangan anggaran yang dibutuhkan oleh PT Dirgantara untuk menyelesaikan pesawat N-219. Saya kira itu begitu. DIREKTUR RISBANG: Tapi sebetulnya yang butuh anggaran segitu itu ya keduabelah pihak Pak utamanya Lapan dalam konteks menyelesaikan sertifikasi itu. jadi kalau pun PT DI itu tidak disebutkan KETUA RAPAT: Atau untuk memenuhi kekurangan anggaran program pesawat N-219 sebesar..” begitu ya? ya-ya sudah “yang dibutuhkan sampai kedalam rangka” itu hapus. “yang dibutuhkan sampai dalam rangka” “untuk segera memenuhi kekurangan anggaran penyelesaian program pesawat N-219 sebesar…” begitu ya? betul ya? jadi proyeknya pemerintah inikan? … yang melaksanakan. Baik, apakah dapat disetujui? Setuju Pemerintah?
(RAPAT: SETUJU) 3. Komisi VII DPR RI sepakat dengan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti untuk membahas finalisasi rencana induk riset nasional Ririn dalam fokus grup discussion bersama dengan Perguruan Tinggi, pakar dan seluruh Anggota Komisi VII DPR RI.
Begitu ya? DIREKTUR RISBANG: Mohon izin Pak. Inikan pernah menjadi kesimpulan kita tinggal menunggu realisasi. Apakah masih perlu disebutkan sekarang? KETUA RAPAT: Ya tidak apa-apa supaya ingat saja Bapak. Siapa tahu lupa mengingatkan. Setuju ya?
(RAPAT: SETUJU) 4. Komisi VII DPR RI… Jadi kesimpulan itu maksimum dua kali Pak, kalau sudah tiga kali itu peringatan itu.
4. Komisi VII DPR RI sepakat dengan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti untuk melakukan sosialisasi dan desiminasi hasil pengembangan riset dan Kementerian Ristek dan Dikti Republik Indonesia dengan Mengakomodasi aspirasi seluruh Anggota Komisi VII DPR RI”.
Sepakat kan Pak? silakan Pak Dirjen, Pak Dirjen dululah kita tanya DIREKTUR RISBANG: Pada prinsipnya kami sepakat ini merupakan salah satu program yang dulu menjadi salah satu pembicaraan kita dengan rekan-rekan Komisi VII DPR. KETUA RAPAT: Bapak segera undang bukan TA komisi, bapak undang kumpulin TA-nya Anggota Pak semuanya supaya penataan dan penyusunan waktunya tepat begitu. diundang saja ketempat Bapak. Setuju ya Pak? Anggota Komisi VII DPR setuju saya kira ini, setuju ya? silakan Pak. tidak apa-apa bisa saya cabut Pak. F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Sebetulnya ini aspirasi, bukan aspirasi saya Pimpinan, aspirasi warga saya…
tapi ya tidak apa-apa.
KETUA RAPAT: Aspirasi itukan masyarakat Pak. saya kira dirubah memang “mengakomodasi aspirasi masyarakat melalui Anggota Komisi VII DPR”. aspirasi masyarakat melalui Anggota Komisi VII DPR begitu Pak ya? saya cabut dan saya tetapkan yang baru.
(RAPAT: SETUJU)
5. Komisi VII DPR RI sepakat dengan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan…”
Baru kali ini Pak sepanjang saya memimpin rapat meleset itu baru kali ini, padahal saya sudah hati-hati itu ngomong begitu.
5. Komisi VII DPR RI sepakat dengan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti Republik Indonesia dan Kepala Lapan, dan Direksi PT Dirgantara Indonesia Persero untuk menyampaikan jawaban tertulis atas seluruh pertanyaan Anggota Komisi VII DPR RI dan disampaikan paling lambat tanggal 31 Januari 2018”.
Begitu ya? cukup waktunya Pak sampai 31 Januari nanti disampaikan ke sekretariatan termasuk surat dan dokumentasi mengenai pengajuan BABUN yang untuk penyelesaian ini. setuju Pak? silakan Pak Dirjen karena ini suratnya dari Menteri keluarnya. DIREKTUR RISBANG: Ya kalau disebut tanggal 31 Januari 2018 seperti yang ada disana oke Pak, tapi kalau termasuk persuratan itukan kita sangat tergantung pada Kementerian Bappenas, jadi artinya seperti yang tertulis disana saja kita setuju Pak. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih.
(RAPAT: SETUJU)
Dan saya kira kalau tidak ada hal lain, kita bisa mengakhiri Rapat Dengar Pendapat ini. Terima kasih atas keefektifan kita melakukan rapat pada rapat hari ini. sebagai kata akhir kami persilakan Pak Dirjen Risbang mewakili mitra kerja untuk menyampaikan kata akhir. DIREKTUR RISBANG: Bapak-Ibu yang kami hormati wabil khusus Pimpinan Komisi VII DPR. Kami mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan kerja sama yang sangat kontruktif dari Anggota Komisi VII DPR khususnya dalam mendorong produk-produk inovasi anak bangsa lebih khusus lagi N-219. Semoga upaya yang dilakukan pada hari ini menjadi bagian amal ibadah kita untuk menghadapi Lailahi robbi pada suatu saat nanti. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT: Wa’alaikumussalam. Terima kasih kepada kita semua. Mohon maaf jika ada hal yang tidak berkenan. Dengan demikian, rapat saya akhiri. Wabilahitaufik Walhidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
RAPAT DITUTUP PUKUL 13.43 WIB
a.n. KETUA RAPAT
SEKRETARIS RAPAT
Dra. Nanik Herry Murti
NIP. 196505061994032002