subsidi listrik

4
Menilik Subsidi Listrik Indonesia dan Pengaruhnya pada Pembebanan Anggaran Kharly Oktaperdana DIV Akuntasi, STAN [email protected] Abstrak - Salah satu peran pemerintah dalam kebijakan makroekonomi adalah mengendalikan harga barang publik, dalam hal ini pemerintah memberikan subsidi listrik dikarenakan rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL)-nya lebih rendah dari biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik pada golongan tarif tersebut.. Besaranggaran subsidi listrik(APBN 2014) sebesar 71,4 triliun rupiah atau 21% dari total biaya subsidi. Besarnya kebijakan subsidi listrik dari tahun ke tahun pun menunjukkan tren peningkatan kecuali tahun 2014 ini yang turun sekitar 28,6% dari subsidi listrik pada APBN-P Tahun 2013 sebesar 99,9 triliun rupiah.Tak ayal distribusi subsidi listrik yang kurang tepat lebih baik dihapuskan. Pada tahun 2014 ini, pemerintah akan menghapus subsidi bagi golongan industri menengah yang telah go public dan golongan industri besar sehingga diperkirakan akan menghemat hingga 11 triliun rupiah.Bukan tidak mungkin nantinya subsidi listrik akan dihapus secara bertahap agar tidak membebani anggaran. PT. PLN Persero pun selaku pemegang hak monopoli jasa listrik harus mampu memperbaiki internalnya agar biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik semakin kecil sehingga jumlah dana yang digelontorkan untuk subsidi listrik dapat dikurangi. Kata Kunci: subsidi listrik, penghapusan subsidi, APBN, PLN, belanja negara 1. PENDAHULUAN Sejarah Perusahaan Listrik Negara telah berawal di akhir abad ke 19. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang. Sebagai salah satu BUMN dengan jumlah pelanggan sebanyak 49.795.249 pada tahun 2012, PLN mempunyai visi agar diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Serta memiliki misi, yaitu menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham, menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi, serta menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. Dalam operasinya, PLN selalu menerima subsidi dari Pemerintah. Anggaran subsidi listrik diberikan dengan tujuan agar harga jual listrik dapat terjangkau oleh pelanggan dengan golongan tarif tertentu. Anggaran subsidi listrik juga dialokasikan untuk mendukung ketersediaan listrik bagi industri, komersial, dan pelayanan masyarakat. Selain itu, pemberian

description

subsidi

Transcript of subsidi listrik

Page 1: subsidi listrik

Menilik Subsidi Listrik Indonesia dan Pengaruhnya pada Pembebanan Anggaran

Kharly OktaperdanaDIV Akuntasi, STAN

[email protected]

Abstrak - Salah satu peran pemerintah dalam kebijakan makroekonomi adalah mengendalikan harga barang publik, dalam hal ini pemerintah memberikan subsidi listrik dikarenakan rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL)-nya lebih rendah dari biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik pada golongan tarif tersebut.. Besaranggaran subsidi listrik(APBN 2014) sebesar 71,4 triliun rupiah atau 21% dari total biaya subsidi. Besarnya kebijakan subsidi listrik dari tahun ke tahun pun menunjukkan tren peningkatan kecuali tahun 2014 ini yang turun sekitar 28,6% dari subsidi listrik pada APBN-P Tahun 2013 sebesar 99,9 triliun rupiah.Tak ayal distribusi subsidi listrik yang kurang tepat lebih baik dihapuskan. Pada tahun 2014 ini, pemerintah akan menghapus subsidi bagi golongan industri menengah yang telah go public dan golongan industri besar sehingga diperkirakan akan menghemat hingga 11 triliun rupiah.Bukan tidak mungkin nantinya subsidi listrik akan dihapus secara bertahap agar tidak membebani anggaran. PT. PLN Persero pun selaku pemegang hak monopoli jasa listrik harus mampu memperbaiki internalnya agar biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik semakin kecil sehingga jumlah dana yang digelontorkan untuk subsidi listrik dapat dikurangi.

Kata Kunci: subsidi listrik, penghapusan subsidi, APBN, PLN, belanja negara

1. PENDAHULUAN

Sejarah Perusahaan Listrik Negara telah berawal di akhir abad ke 19. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

Sebagai salah satu BUMN dengan jumlah pelanggan sebanyak 49.795.249 pada tahun 2012, PLN mempunyai visi agar diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Serta memiliki misi, yaitu menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham, menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi, serta menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Dalam operasinya, PLN selalu menerima subsidi dari Pemerintah. Anggaran subsidi listrik diberikan dengan tujuan agar harga jual listrik dapat terjangkau oleh pelanggan dengan golongan tarif tertentu. Anggaran subsidi listrik juga dialokasikan untuk mendukung ketersediaan listrik bagi industri, komersial, dan pelayanan masyarakat. Selain itu, pemberian subsidi listrik diharapkan dapat menjamin program investasi dan rehabilitasi sarana/ prasarana dalam penyediaan tenaga listrik.

Disadur dari Nota Keuangan dan APBN 2014, pokok-pokok kebijakan fiskal terkait subsidi listrik dalam tahun 2014 adalah: (1) meningkatkan efisiensi anggaran subsidi listrik dan ketepatan target sasaran melalui penyesuaian tarif untuk golongan tertentu; (2) meningkatkan rasio elektrifikasi; (3) menurunkan susut jaringan; dan (4) menurunkan komposisi pemakaian BBM dalam pembangkit tenaga listrik. Kebijakan lainnya adalah (1) meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP); (2) meningkatkan pemakaian gas dan energi baru terbarukan untuk mengurangi BBM; dan (3) mengembangkan energi tenaga surya khususnya di pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara lain dan untuk mensubstitusi PLTD di daerah-daerah terisolasi.

2. PEMBAHASAN- Perkembangan Subsidi Listrik Dalam rentang waktu 2008-2013, realisasi belanja subsidi listrik secara nominal mengalami peningkatan

sebesar Rp16,1 triliun, atau tumbuh rata-rata 3,6 persen per tahun dari sebesar Rp83,9 triliun pada tahun 2008 dan dalam APBNP tahun 2013 belanja subsidi listrik mencapai Rp100,0 triliun. Menduduki sebagai subsidi energi terbesar kedua setelah subsidi BBM, hal ini tentu menjadi evaluasi bagi pemerintah agar kinerja PLN tidak membebani APBN. Sehingga diambillah opsi-opsi seperti menaikkan tarif dasar listrik sebesar 15 persen untuk empat golongan masyarakat umum pada tahun lalu, dan rencananya pemerintah akan melakukan

Page 2: subsidi listrik

menaikkan tarif listrik untuk golongan industri jenis I3 dan I4 setelah pemilu, penghapusan subsidi listrik untuk selain golongan 450 s.d. 900 VA, serta dalam rangka mengurangi beban subsidi listrik yang terus meningkat, Pemerintah dan PT PLN (Persero) berupaya menurunkan BPP tenaga listrik.

Besar subsidi yang dikeluarkan Pemerintah sejak 2007-2013 (dalam Milyar) (Sumber data Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013)

Perkembangan realisasi belanja subsidi listrik dalam kurun waktu tersebut, antara lain berkaitan dengan: (1) naiknya BPP tenaga listrik sebagai dampak dari masih dominannya penggunaan BBM dalam sistem pembangkit listrik nasional; (2) perubahan kurs dan ICP; dan (3) semakin meningkatnya penjualan tenaga listrik.

- Langkah-langkah Pengendalian Subsidi a. Penghapusan Subsidi bagi Golongan TertentuDari data yang diambil dari www.pln.co.id, 10 golongan tarif penerima terbesar subsidi listrik pada 2012

(un-audited) berurutan mulai penerima subsidi terbesar adalah sbb. 1. Rumah Tangga sangat kecil, daya 450 VA Rp 24,84 triliun2. Industri skala besar, > 200 kVA Rp 16,24 triliun3. Rumah Tangga kecil, daya 900 VA Rp 15,08 triliun4. Industri skala sangat besar, >30 MVA Rp 5,92 triliun5. Rumah Tangga kecil daya 1300 VA Rp 5,60 triliun6. Rumah Tangga sedang, 2200 VA Rp 3,65 triliun7. Bisnis, skala sangat besar >200 kVA Rp 3,07 triliun8. Bisnis, skala besar, 2200 sd 200 kVA Rp 2,60 triliun9. Industri, skala menengah, 14 kVA sd 200 kVA Rp 2,38 triliun10. Rumah Tangga besar, 2200 VA sd 6600 VA Rp 2,18 triliun.

Penerima subsidi listrik terbesar adalah konsumen rumah tangga sangat kecil 450 VA, yaitu sebesar Rp 21,15 triliun (perkiraan 2013). Namun, subsidi ini bagi 22,17 juta konsumen. Sehingga setiap konsumen Rumah Tangga sangat kecil dengan daya 450 VA ini hanya rata-rata memperoleh subsidi listrik Rp 79 ribu/bulan/konsumen. Bandingkan dengan subsidi listrik yang diterima konsumen industri besar > 200 kVA, yaitu sebesar Rp 12,9 triliun, yang dinikmati hanya oleh 10.486 konsumen. Berarti setiap konsumen industri besar ini rata-rata menikmati subsidi listrik Rp 103 juta/bulan/konsumen. Bila dibanding dengan subsidi listrik yang diterima konsumen industri dengan skala daya tersambung >30 MVA, yaitu sebesar Rp 4,9 triliun, hanya dinikmati 74 konsumen. Berarti setiap konsumen industri sangat besar ini rata-rata menikmati subsidi listrik Rp 5,5 milyar/bulan/ konsumen. Dari gambaran ini terlihat bahwa, pengusaha industri skala sangat besar menerima bantuan Pemerintah (subsidi listrik) Rp 5,5 milyar per bulan per konsumen. Sementara konsumen rumah tangga sangat kecil hanya menerima bantuan Pemerintah melalui subsidi listrik sebesar Rp 79 ribu per bulan per konsumen.

Jika dilihat dari hitung-hitungan di atas, Pemerintah bisa saja menilai bahwa masyarakat golongan rumah tangga kecil cukup mampu untuk membiayai konsumsi listrik mereka masing-masing sehingga subsidi untuk bisa saja dihapuskan. Ketika subsidi rumah tangga kecil dihapuskan maka tidak ada alasan lagi bagi pelaku industri dan penerima subsidi listrik pada golongan lainnya untuk tetap menerima subsidi. Sehingga beban anggaran akibat subsidi listrik dapat dikurangi. Atau, subsidi bagi golongan industri dan bisnis dapat dihapuskan karena margin keuntungan yang diperoleh konsumen golongan ini sudah cukup besar.

b. Efisiensi oleh PLN

Page 3: subsidi listrik

Efisiensi dilakukan agar biaya pokok penyediaan (BPP) jasa listrik dapat dikurangi sehingga subsidi untuk menambal rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL)yang lebih rendah dari (BPP) tenaga listrik tidak terlalu besar.Dengan kondisi yang ada saat ini, PLN sebagai perusahaan listrik sudah masuk dalam jajaran perusahaan listrik yang efisien.Dari kajian yang dilakukan oleh Morgan Stanley, dilaporkan bahwa posisi pencapaian efisiensi produksi PLN sudah jauh lebih baik dari perusahaan listrik sejenis di dunia. Hal ini dilihat dari biaya Operasi & Pemeliharaan USD/kWh (tanpa memasukkan harga bahan bakar), maka posisi PLN sudah lebih baik dari perusahaan listrik:

- Malaysia (TNB),- Inggris (SSE),- Prancis (EDF),- Amerika (Entergy; Xcel Energy),- HongKong (HKE, CLP),- Itali (Enel), dan- Spanyol (Endesa),

kecuali perusahaan listrik Korea (Kepco) yang efisiensinya lebih baik.Selain itu, efisiensi suatu perusahaan listrik juga dapat dilihat dari besarnya susut jaringan. Pada tahun

2012, susut jaringan PLN sudah pada skala single digit, yaitu sekitar 9%. Dengan kondisi PLN sebagai perusahaan listrik yang masih mengedepankan meningkatkan rasio elektrifikasi maka besaran susut jaringan sekitar 9% relatif sudah baik. Besaran susut jaringan dapat ditekan lagi, namun memerlukan investasi yang relatif besar untuk menambah trafo sisipan, menambah jaringan, memperbaiki sambungan-sambungan, dll. Investasi yang besar tersebut lebih baik sebagian digunakan untuk memperluas jaringan guna melistriki daerah-daerah yang belum memiliki akses jaringan listrik.

3. PENUTUP

Kebijakan subsidi yang dilakukan pasti akan membebani postur anggaran pemerintah. Beban subsidi yang terus bertambah dari waktu ke waktu diperparah dengan keadaan ekonomi yang tidak stabil dan perubahan asumsi makro semakin menambah pos-pos belanja yang membengkak. Di sisi lain, pemerintah merasa wajib untuk meringankan kebutuhan rakyat dalam hal ketersediaan listrik murah. Rakyat masih dinilai belum cukup mampu untuk menanggung beban konsumsi listrik mereka masing-masing. Penghapusan subsidi pun akan menambah biaya bagi para industri dan ketiadaan subsidi listrik ini akan dijadikan klaim para pelaku industri untuk menaikkan harga sehingga memicu inflasi berantai. Dilihat dari segi penyedia jasa listrik, yaitu PT. PLN, dibutuhkan perbaikan pengelolaan internal agar dapat menekan biaya pokok penyediaan listrik sehingga biaya subsidi yang ditanggung pemerintah dapat semakin kecil, serta dilakukan penanganan yang lebih baik untuk mengurangi susut listrik.

DAFTAR REFERENSI

[1] Pemerintah Republik Indonesia, 2012, Nota Keuangan dan APBN 2013[2] Pemerintah Republik Indonesia, 2013, Nota Keuangan dan APBN 2014[3] PT. PLN (Persero), 2014, Laporan Keuangan Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara Persero Tahun 2013[4] www.pln.co.id diakses pada tanggal 29 Maret 2014[5] www.tempo.co diakses pada tanggal 30 Maret 2014[6] www.beritasatu.comdiakses pada tanggal 29 Maret 2014[7] www.tribunnews.com diakses pada tanggal 30 Maret 2014