Stunting artikel

download Stunting artikel

of 15

description

Kulaih

Transcript of Stunting artikel

  • 1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANSTUNTING PADA BALITA USIA 1259 BULAN

    DI KECAMATAN DARUL KAMALKABUPATEN ACEH BESAR

    Dian Hidayati1, T. M. Thaib2, Darma Satria3

    1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2)Bagian IlmuKesehatan Anak Universitas Syiah Kuala/RSUZA Banda Aceh, 3)Bagian Ilmu

    Patologi Anatomi Universitas Syiah Kuala/RSUZA Banda Aceh

    ABSTRAK

    Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang ditunjukkan dengan nilai TB/U 0,05) sehingga

    hipotesis nol diterima. Hal ini berartibahwa pada tingkat kemaknaan 95%,terdapat hubungan yang tidak signifikanantara tinggi badan ayah dengan kejadianstunting pada balita usia 1259 bulan di

    Kecamatan Darul Kamal, Kabupaten AcehBesar.

    Hasil uji statistik dengan FishersExact test untuk variabel berat badan lahirmenunjukkan nilai p = 0.238 (p > 0,05)sehingga hipotesis nol diterima. Hal iniberarti bahwa pada tingkat kemaknaan95% terdapat hubungan yang tidaksignifikan antara berat badan lahir dengan

  • 9kejadian stunting pada balita usia 1259bulan di Kecamatan Darul Kamal,Kabupaten Aceh Besar.

    Hasil uji statistik dengan Chi-Squareuntuk variabel status ekonomi keluargamenunjukkan nilai p = 0.026 (p < 0,05)sehingga hipotesis nol ditolak. Hal iniberarti bahwa pada tingkat kemaknaan95% terdapat hubungan yang signifikanantara status ekonomi keluraga dengankejadian stunting pada balita usia 1259bulan di Kecamatan Darul Kamal,Kabupaten Aceh Besar.

    Hasil uji statistik Chi square untukvariabel tingkat pendidikan ibumenunjukkan bahwa nilai p = 1,000 (p >0,05). Hal ini berarti bahwa pada tingkatkemaknaan 95%, tidak terdapat hubunganyang signifikan antara tingkat pendidikanibu dengan kejadian stunting pada balitausia 1259 bulan di Kecamatan Darul

    Kamal, Kabupaten Aceh Besar.Hasil uji statistik Chi square untuk

    variabel tingkat pendidikan ayahmenunjukkan bahwa nilai p = 0.214 (p >0,05). Hal ini berarti bahwa pada tingkatkemaknaan 95%, tidak terdapat hubunganyang signifikan antara tingkat pendidikanayah dengan kejadian stunting pada balitausia 1259 bulan di Kecamatan Darul

    Kamal, Kabupaten Aceh Besar.Hasil uji statistik dengan Chi-Square

    untuk variabel pengetahuan ibu tentanggizi menunjukkan nilai p = 0.013 (p 0,05). Hasilpenelitian ini sesuai dengan penelitianyang dilakukan oleh Nasikhah yangmenunjukkan berat badan lahir bukanmerupakan faktor risiko kejadian stunting.(12) Berbeda dengan penelitian yangdilakukan oleh Fitri yang menunjukkanberat lahir rendah merupakan faktor yangpaling dominan berhubungan denganterjadinya stunting pada balita usia 1259bulan,(17) dan juga penelitian yangdilakukan oleh Candra et al di Semarangyang menyatakan berat badan lahirmerupakan faktor risiko kejadianstunting.(19)

    Perbedaan penelitian ini mungkindisebabkan oleh karena pada penelitiansebelumya yang dilakukan di Semarang,jumlah anak dengan riwayat berat badanlahir rendah (BBLR) pada kelompok kasuslebih banyak ditemukan, selain itu riwayatBBLR juga ditemukan pada kelompoknormal. Sedangkan pada penelitian ini,sampel BBLR yang ada dilapangan sangatkecil dan hanya dialami oleh kelompokanak stunting yaitu sebanyak 3 anak, tapitidak ditemukan pada kelompok anakdengan tinggi badan normal, sehingga sulituntuk menentukan BBLR sebagai faktorrisiko kejadian stunting.

    Pada penelitian ini juga ditemukansebanyak 47,6 % anak dengan riwayatberat badan lahir normal mengalamistunting. Hal ini dapat disebabkan oleh

    karena ketidakcukupan asupan zat gizipada balita normal yang menyebabkanterjadinya growth faltering (gagaltumbuh). Asupan zat gizi yang rendahserta paparan terhadap infeksi memberikandampak growth faltering yang lebih beratpada balita normal.(21)

    d. Hubungan Status EkonomiKeluarga dengan kejadianStuntingHasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa orangtua dengan kriteria statusekonomi rendah lebih banyak ditemukanpada anak stunting (65,5%) dibandingkanpada anak normal (34,5%).

    Status ekonomi keluarga jugamerupakan faktor yang turut menentukan

    status gizi balita. Hasil analisis bivariatmenunjukkan bahwa status ekonomikeluarga merupakan faktor resiko kejadianstunting (p < 0,05).

    Hasil penelitian ini sesuai denganpenelitian yang dilakukan oleh Fitri. Hasilpenelitiannya menunjukkan proporsikejadian stunting pada balita lebih banyakditemukan pada status ekonomi keluargarendah dibandingkan dengan statusekonomi keluarga tinggi. Balita denganstatus ekonomi keluarga rendah, memilikirisiko menjadi stunting sebesar 1.7 kalidibandingkan balita dengan statusekonomi keluarga tinggi.(17) Hal ini jugadidukung oleh penelitian yang dilakukan

  • 12

    oleh Nasikhah, hasil peneltiannya

    menunjukkan adanya hubungan yangbermakna antara pendapatan keluarga yangrendah dengan kejadian stunting. (12) Samahalnya dengan penelitian yang dilakukanoleh ramli et al, status ekonomiberhubungan secara signifikan denganstunting. (9)

    Kemiskinan yang berlangsung dalamwaktu yang lama dapat mengakibatkanrumah tangga tidak mampu untukmemenuhi kebutuhan pangan dengankuantitas dan kualitas yang baik.Penurunan kualitas konsumsi pangan

    rumah tangga yang dicirikan olehketerbatasan membeli pangan sumberprotein, vitamin dan mineral, hal ini akanberakibat pada kekurangan gizi, baik zatmakro maupun mikro. (14)

    Stunting yang disebabkan olehgrowth faltering dan catch up growth(kejar tumbuh) yang tidak memadai,mencerminkan ketidakmampuan untukmencapai pertumbuhan optimal,(21) akantetapi pola pertumbuhan normal dapatterkejar (catch up) apabila sejak dinidiberikan dukungan asupan zat gizi yangadekuat.(22) Asupan zat gizi yang adekuatberhubungan dengan status ekonomi.Status ekonomi yang rendah berdampakpada ketidakmampuan untuk mendapatkanpangan yang cukup dan berkualitas karenarendahnya kemampuan daya beli.(23)

    e. Hubungan Tingkat PendidikanOrangtua dengan KejadianStuntingHasil penelitian menunjukkan bahwa

    tingkat pendidikan orangtua, baik ayahmaupun ibu merupakan faktor risikostunting yang tidak bermakna (p > 0,05).

    Hasil penelitian ini sesuai denganpenelitian yang dilakukan oleh Ergin yangmelaporkan bahwa tingkat pendidikan ibutidak berhubungan secara signifikandengan kejadian stunting,(24) dan berbedadengan penelitian yang dilakukan olehFitri (17) yang menunjukkan proporsikejadian stunting pada balita lebih banyakditemukan pada pendidikan ibu rendahdibandingkan pada pendidikan ibu tinggi.Balita dengan ibu berpendidikan rendahmemiliki risiko menjadi stunting sebesar1.4 kali dibanding dengan balita yangmempunyai ibu berpendidikan tinggi, danjuga penelitian yang dilakukan oleh Ramliet al yang menyatakan pendidikan ibutamatan SD berhubungan secara signifikandengan stunting pada balita. (9)

    Tingkat pendidikan akanmemudahkan seseorang atau masyarakatuntuk menyerap informasi danmengimplementasikannya dalam perilakudan gaya hidup sehari-hari. Pendidikandiperlukan agar seseorang lebih tanggapterhadap adanya masalah gizi didalamkeluarga dan bisa mengambil tindakansecepatnya.(25)

  • 13

    Tingkat pendidikan ibu yang tidakbermakna diduga terkait dengan statuspekerjaan ibu, dari hasil wawancarapeneliti dengan responden, sebagian besarresponden baik pada kelompok kasusmaupun kontrol merupakan ibu rumahtangga, namun mereka mengaku pekerjaansehari-hari mereka lebih banyakdihabiskan di sawah sebagai petani. Hal inimenyebabkan berkurangnya waktu ibudalam mengasuh anaknya, sehinggaperhatian terhadap pemberian makan padaanak ikut berkurang dan menyebabkananak menderita kurang gizi, yangselanjutnya berpengaruh buruk terhadappertumbuhan dan perkembangan anak.Selain itu, sebagian besar ibu-ibu padapopulasi penelitian baik kelompok stuntingdan juga kontrol memiliki karakteristiktingkat pendidikan yang hampir sama, jikatingkat pendidikan ibu pada populasipenelitian ini terdiri dari tingkatpendidikan yang berbeda-beda, adakemungkinan penelitian ini akan

    memperlihatkan hubungan yang signifikanantara tingkat pendidikan ibu dengankejadian stunting.

    f. Hubungan Pengetahuan Ibutentang Gizi dengan KejadianStuntingHasil penelitian ini menunjukkan

    jumlah ibu pada kelompok kasus (63.2%)yang memiliki pengetahuan kurang lebih

    banyak dibandingkan dengan kelompokkontrol (36,8%).

    Hasil penelitian ini sesuai denganpenelitian yang telah dilakukan olehNasikhah, hasil penelitiannya

    menunjukkan hubungan yang bermaknasecara statistik antara pengetahuan ibutentang gizi dengan kejadian stunting padabalita. (12)

    Pengetahuan merupakan salah satu

    faktor yang mempengaruhi status gizi.

    Tingkat pengetahuan ibu yang baik tentanggizi dapat mempengaruhi pola makanbalita yang pada akhirnya akanmempengaruhi status gizi balita. Denganpengetahuan yang baik, seorang ibu dapatmenyediakan makanan dengan jenis danjumlah yang tepat agar anak dapat tumbuhdan berkembang secara optimal. (12)

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa rendahnya statusekonomi keluarga dan rendahnyapengetahuan ibu tentang gizi adalahfaktor-faktor yang berhubungan denganstunting pada balita usia 12-59 bulan diKecamatan Darul Kamal, Kabupaten AcehBesar.

    SARANPerlunya penelitian lebih lanjut

    mengenai variabel lain yang berhubungan

  • 14

    dengan kejadian stunting pada balita danjuga pengendalian akan permasalahanyang akan memberi efek bias terhadaphasil penelitian. Bagi peneliti lainnya agar

    dapat melakukan penelitian lebih lanjutmengenai stunting pada balita dengandesain penelitian yang berbeda sertapenambahan jumlah sampel dan cakupanarea penelitian yang lebih luas. Bagitenaga medis, instansi terkait danmasyarakat terutama orangtua diperlukaskrinning dan pemantauan lebih lanjutmengenai pertumbuhan linier anak,sehingga dapat segera mendapatkanintervensi yang sesuai dan tepat.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cicih LHM. Pengaruh Perilaku IbuTerhadap Status Kesehatan AnakBaduta Di Provinsi Jawa Tengah. SariPediatri. 2011 Juni; 13(1): p. 41-48.

    2. Lifshitz F, Grimberg A. Growth andGrowth Disorders. In Lifshitz F, editor.Pediatric Endocrinology. 5th ed. USA:Informa Healthcare; 2007. p. 1-20.

    3. Lee TWA, Muzumdar R, Saenger P.Growth Disorders. In Elzouki AY,editor. Textbook of Clinical Pediatrics.Berlin: Springer-Verlag Heidelberg;2012. p. 3739.

    4. WH0. Nutrition Landscape InformationSystem (NLIS) Country ProfileIndicators: Interpretation Guide.Switzerland: WHO press; 2010.

    5. UNICEF. Tracking Progress on Childand Maternal Nutrition. 2009.

    6. UNICEF-WHO-The World Bank JointChild Malnutrition Estimates. Levels &Trends in Malnutrition. 2012.

    7. Direktorat Bina Gizi, Ditjen BinaKesehatan Ibu dan Anak. Cegahstunting Sejak Dini. Jaringan InformasiPangan dan Gizi (JIPG). 2011;XV11(1): p. 1-6.

    8. Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan Departemen Kesehatan RI.Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS) 2010. 2010.

    9. Ramli, Agho KE, Inder KJ, Bowe SJ,Jacobs J, Dibley MJ. Prevalence andRisk Factor for Stunting and SevereStunting Among Under Fives in NorthMaluku Province of Indonesia. BMCPediatric. 2009 Sep; 64: p. 1-10.

    10.Sengupta P, Philip N, Benjamin AI.Epidemiological Correlates Of Under 5Years Children in an Urban Slum ofLudhiana. Health and population. 2010;33(1): p. 1-9.

    11. Sudirman H. Stunting atau Pendek:Awal Perubahan Patologis atauAdaptasi Karena Perubahan SosialEkonomi yang Berkepanjangan. 2008;XV111(1):p.33-42.

    12.Nasikhah R, Margawati A. FaktorRisiko Kejadian Stunting Pada BalitaUsia 24-36 Bulan Di KecamatanSemarang Timur. Journal of NutritionCollege. 2012; 1(1): p. 715-730.

    13.Rahayu LS. Associated of height ofparents with changes of stunting statusfrom 6-12 months to 3-4 years. Thesis.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada;2011.

    14.Chaudhury RH. Determinants ofDietary Intake and Dietary Adequacyfor Pre-School Children in Bangladesh.[Online]. [cited 2013 agustus 25.Available from: http://archive.unu.edu/.

    15.Falciglia GA, Coppage KH. OptimalWeight Gain. In Lammi-Keefe CJ,editor. Handbook of Nutritition andPregnancy. USA: Humana Press; 2008.p. 27-28.

    16.Dinkes Kab.Aceh Besar. LaporanStatus Gizi Berdasarkan Kategori.2013.

  • 15

    17.Fitri. Berat Lahir Sebagai FaktorDominan Terjadinya Stunting PadaBalita (12-59 Bulan) di Sumatra. Tesis.Depok: Universitas Indonesia; 2012.

    18.Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia. 1000 Hari Pertumbuhanyang Menentukan. [Online]. [cited2013 Maret 14. Available from:http://www.depkes.go.id/download/advertorial-dewi/7%20Adv_1000hari.pdf

    19.Candra A, Puruhita N, Susanto J. RiskFactors of Stunting among 1-2 YearsOld Children in Semarang City. MediaMedika Indonesia. 2011; 45(3): p. 206-212.

    20.Hatvast JLA, Tolboom J, Heijden L,Luneta A, Staveran W, Gastel S. SevereLinear Growth Retardation in RuralZambian Children: The Influence ofBiological Variabels. Am J Clin Nutr.2000; 71(2): p. 550-559.

    21.Kusharisupeni. Peran Status KelahiranTerhadap Stunting pada Bayi: SebuahStudi Prospektif. Jurnal KedokteranTrisakti. 2002; 23(3): p. 73-80.

    22.Simondon K, Costes R, Delaunay V,Diallo V, Simondon F. Children'seight, health and appetite influencemothers weaning decision in rural

    Senegal. International Journal ofEpidemiology. 2001; 30: p. 476-480.

    23.Ulfani D, Martianto D, Baliwati YF.Faktor-faktor sosial ekonomi dankesehatan masyarakat kaitannyadengan masalah gizi, underweight,stunting dan wasted di Indonesia:Pendekatan ekologi gizi. Jurnal gizi danpangan. 2011; 6: p. 59-65

    24.Ergin F, Okyay P, Atasoylu G, Beser E.Nutritional Status and Risk Factors ofChronic Malnutrition in Childrenunder Five Years of Age in Aydin, aWestern City of Turkey. The TurkishJournal of Pediatrics. 2007; 49: p. 283-285.

    25.

    Suhardjo. Perencanaan Pangan danGizi. Jakarta: Bumi Aksara; 2003