study qur'an

10
Nama : Yuana Findianti NIM : 09630031 Penerapan Teknologi Bayi Tabung Menurut Syariat Islam Istilah bayi tabung yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya, di dunia kedokteran dikenal dengan istilah fertilisasi in vitro. Fertilisasi in vitro adalah pembuahan sel telur oleh spermatozoa di luar tubuh. Pada fertilisasi in vitro, sel telur matang yang dihasilkan oleh sistem reproduksi istri akan dipertemukan dengan spermatozoa suami dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan yang digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pada tuba faloppi wanita. Dengan tujuan untuk membuat suasana pertemuan antara sel telur matang dan speermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga. Teknologi ini digunakan untuk membantu proses reproduksi, yaitu dengan mengatur

Transcript of study qur'an

Page 1: study qur'an

Nama : Yuana Findianti

NIM : 09630031

Penerapan Teknologi Bayi Tabung

Menurut Syariat Islam

Istilah bayi tabung yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya, di dunia

kedokteran dikenal dengan istilah fertilisasi in vitro. Fertilisasi in vitro adalah pembuahan

sel telur oleh spermatozoa di luar tubuh. Pada fertilisasi in vitro, sel telur matang yang

dihasilkan oleh sistem reproduksi

istri akan dipertemukan dengan

spermatozoa suami dalam suatu wadah

berisi cairan khusus di laboratorium.

Cairan yang digunakan untuk

merendam serupa dengan cairan yang

terdapat pada tuba faloppi wanita.

Dengan tujuan untuk membuat suasana pertemuan antara sel telur matang dan

speermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan

kondisi optimal sel telur dapat terjaga. Teknologi ini digunakan untuk membantu proses

reproduksi, yaitu dengan mengatur terjadinya fertilisasi sel telur oleh spermatozoa

di luar tubuh. Teknologi bantuan reproduksi yang sering digunakan adalah fertilisasi in

vitro (bayi tabung).

Adapun proses-proses utama dalam fertilisasi in vitro adalah:

a) Tahap awal dari proses fertilisasi in vitro adalah menyiapkan sel telur dan

spermatozoa untuk tahap fertilisasi di laboratorium. Hal tersebut dimulai dengan

pemberian obat-obat perangsang produksi dan pematangan sel telur wanita serta

pengambilan sperma pria.

Page 2: study qur'an

b) Saat sel telur wanita telah matang, dilakukan pengambilan oleh dokter ahli kesuburan

untuk selanjutnya akan ditempatkan pada sebuah tabung khusus yang steril. Di

isolasi spermatozoa dari sperma pria menghasilkan spermatozoa yang terpisah dari

bahan-bahan yang lain.

c) Tahap berikutnya adalah proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam sebuah

cawan khusus di laboratorim. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga

cukup usia pada umumnya 2 sampai 3 hari.

d) Embrio yang telah siap ditanamkan kembali ke dalam rahim ibu oleh dokter embrio

tersebut diharapkan terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi bayi yang pada

akhirnya dilahirkan oleh sang ibu.

Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria sampai pada

tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ organ reproduksi wanita. Pada

inseminasi,, terdapat beberapa tahapan penting yang baik untuk diketahui oleh setiap

pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Tahapan penting tersebut antara lain:

1. Pengumpulan sperma pria.

2. Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung dalan sperma

(isolasi).

3. Penempatan spermatozoa pada zat tertentu yang dapat menjaga kelansungan

hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria.

4. Penyuntikan spermatozoa ke dalam rahim wanita

Tujuan dari proses inseminasi adalah menghantarkan spermatozoa lebih dekat

pada tempat terjadinya pertemuan dengan sel telur wanita. Dari tujuan tersebut, dapat

dipahami bhawa keberhasilan inseminasi pada pasangan suami istri inferil tetap

ditentukan oleh kemampuan gerak spermatozoa suami dan kesehatan sistem organ

reproduksi sang istri

Simpulan dari hal yang telah disebutkan sebelumnya adalah teknik tersebut

dipertimbangkan dokter apabila pria masih memilliki spermatozoa yang mampu bergerak

secara aktif, tetapi karena sesuatu hal tidak dapat menembus lendir serviks dan menuju ke

tempat pembuahan sel telur wanita.

Page 3: study qur'an

Pada umumnya , penerapan teknik inseminasi intrauterin juga dibarengi dengan

pemberian obat-obat kesuburan bagi wanita yang akan menjalani penyuntikan

spermatozoa. Obat kesuburan yang biasanya adalah GnRH dan Klomifen sitrat. Tujuan

pemberian obat kesuburan pada wanita adalah agar wanita yang akan menerima suntikan

spermatozoa benar-benar dalam kondisi optimal untuk terjadi kehamilan.

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah

kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam Al-

Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau

masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai

metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat

ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah

yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah inseminasi buatan

ini seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan

cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh

kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya ahli

kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.

Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi tabung pada

manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan dengan sperma

atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian

disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara

pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam

rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar

memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut

memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al

dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan

darurat).

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma

dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat

hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan

ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan

landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan dengan donor ialah:

Page 4: study qur'an

Pertama; firman Allah SWT dalam surat al-Isra:70 dan At-Tin:4. Kedua ayat

tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang

mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa

menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam

hal ini inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat

manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diinseminasi.

Kedua; hadits Nabi Saw yang mengatakan, “Tidak halal bagi seseorang yang

beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman

orang lain (istri orang lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu

Hibban). Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan

pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum,

Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus berasal

dari sperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah hukum fiqih

yang mengatakan “dar’ul mafsadah muqaddam ‘ala jalbil mashlahah” (menghindari

mafsadah atau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau menarik

maslahah/kebaikan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor

sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah.

Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik

keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami

gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar,

antara lain berupa:

1. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin

dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan

kewarisan.

2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran

sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.

4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah

Page 5: study qur'an

tangga.

5. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi.

6. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi

bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-

isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan

keibuan secara alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).

Proses seperti ini merupakan upaya medis untuk mengatasi kesulitan yang ada,

dan hukumnya boleh (ja’iz) menurut syara’. Sebab upaya tersebut adalah upaya untuk

mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu kelahiran dan berbanyak anak, yang

merupakan salah satu tujuan dasar dari suatu pernikahan. Diriwayatkan dari Anas RA

bahwa Nabi SAW telah bersabda :

“Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur (peranak),

sebab sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para nabi dengan banyaknya

jumlah kalian pada Hari Kiamat nanti.” (HR. Ahmad)

Dengan demikian jika upaya pengobatan untuk mengusahakan pembuahan dan

kelahiran alami telah dilakukan dan ternyata tidak berhasil, maka dimungkinkan untuk

mengusahakan terjadinya pembuahan di luar tempatnya yang alami. Kemudian sel telur

yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dikembalikan ke tempatnya yang alami di

dalam rahim isteri agar terjadi kehamilan alami. Proses ini dibolehkan oleh Islam, sebab

berobat hukumnya sunnah (mandub) dan di samping itu proses tersebut akan dapat

mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu terjadinya kelahiran dan berbanyak

anak.

Pada dasarnya, upaya untuk mengusahakan terjadinya pembuahan yang tidak

alami tersebut hendaknya tidak ditempuh, kecuali setelah tidak mungkin lagi

mengusahakan terjadinya pembuahan alami dalam rahim isteri, antara sel sperma suami

dengan sel telur isterinya.

Hukumnya haram bila sel telur istri yang telah terbuahi diletakkan dalam rahim

perempuan lain yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai “ibu pengganti”

(surrogate mother). Begitu pula haram hukumnya bila proses dalam pembuahan buatan

tersebut terjadi antara sel sperma suami dengan sel telur bukan isteri, meskipun sel telur

Page 6: study qur'an

yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim isteri. Demikian pula haram

hukumnya bila proses pembuahan tersebut terjadi antara sel sperma bukan suami dengan

sel telur isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim

isteri.

Ketiga bentuk proses di atas tidak dibenarkan oleh hukum Islam, sebab akan

menimbulkan pencampuradukan dan penghilangan nasab, yang telah diharamkan oleh

ajaran Islam.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW

bersabda ketika turun ayat li’an : “Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada

suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan

mendapat apa pun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam

surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat

(kemiripan)nya, maka Allah akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan

perbuatannya itu di hadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari

Kiamat nanti).” (HR. Ad Darimi)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah

bersabda : “Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya,

atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan

mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu Majah)

Ketiga bentuk proses di atas mirip dengan kehamilan dan kelahiran melalui

perzinaan, hanya saja di dalam prosesnya tidak terjadi penetrasi penis ke dalam vagina.

Oleh karena itu laki-laki dan perempuan yang menjalani proses tersebut tidak dijatuhi

sanksi bagi pezina (hadduz zina), akan tetapi dijatuhi sanksi berupa ta’zir*, yang

besarnya diserahkan kepada kebijaksaan hakim (qadli).

Page 7: study qur'an

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, M. Salman.2004. Biologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama

An-Nawawi. 2000. Menyelami Makna Pesan-pesan Rasulullah.Yogyakarta: Mitra

Pustaka

Djuwantono, tono, dkk. 2008 Memahami Infertilitas. Bandung: Refika Aditama

Maryanti, Dwi, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Mulia Medika

Zaini, Syahminan. 1980. Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an. Surabaya: PT Bina Ilmu